Sabtu, 19 Juli 2008

Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Di era globalisasi dengan persaingan bebas dan terbuka, sosialisasi dan penggunaan standart acuan untuk industri seperti standart kualitas, manajemen kualitas, manajemen lingkungan dan juga kesehatan dan keselamatan kerja. Definisi atau pengertian dari sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja adalah merupakan bagian dari sistem manajemen keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan atau implementasi, prosedur, proses dan sumber daya-sumber daya yang diperlukan dalam pengembangan dan penerapannya, studi pencapaian dan pemeliharaan dari kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja agar pengendalian resiko yang berhubungan dengan aktifitas kerja, penggunaan alat, penciptaan tempat kerja yang aman dan nyaman, produktif dan efisien.

Target dan Tujuan
Target dan tujuan dari manajemen sistem kesehatan dan keselamatan kerja adalah untuk menciptakan kesehatan dan keselamatan kerja dalam tempat kerja di semua bagain yang terkait didalamnya sehingga dapat dicegah dan dikurangi timbulnya kecelakaan dan penyakit yang menyebabkan dan mepengaruhi kerja serta penciptaan lingkungan kerja yang aman dan nyaman, efisien dan produktif dalam bekerja.

Alasan-alasan dalam penerapan sistem manajemen kesehatan dan keselamtan kerja
Karena kesehatan dan keselamatan kerja adalah bukan semata-mata kebutuhan pemerintah, masyarakat, pasar, atau dunia internasioanal akan tetapi juga merupakan tanggung jawab dari para pengusaha untuk menyediakan tempat kerja yang aman dan nyaman bagi para pekerjanya. Disamping itu, penerapan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja juga mempunyai banyak keuntungan bagi industri seperti:

Keuntungan langsung
  • Dapat mengurangi jam kerja yang hilang yang dikarenakan karena kecelakaan kerja.
  • Menghindari hilangnya nyawa ataupun benda material perusahaan karena kecelakaan kerja
  • Menciptakan tempat kerja yang produktif dan efisien karena pekerja merasa aman dalam tempat kerja.
Keuntungan tidak langsung
  • Meningkatkan image atau nama baik perusahaan pada pasar
  • Menciptakan hubungan yang harmonis antara perusahaan dan pekerjanya
  • Perawatan terhadap alat dan mesin kerja menjadi lebih baik sehingga alat dan mesin perusahaan menjadi tahan lama dan megurangi biaya untuk pembelian alat baru yang rusak.
Unsur dan element dalam sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (berbagia sumber):

Komitmen dan Kebijakan
  • Komitmen dan Kepemimpinan
  • Penilaian awal tentang kesehatan dan keselamatan kerja
  • Kebijakan tentang kesehatan dan keselamatan kerja
Perencanaan
  • Perencanaan identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko
  • Peraturan perundangan dan aturan lainnya
  • Traget dan tujuan yagn ditetapkan
  • Penentuan indikator kinerja
  • Perencanaan awal dan aktifitas yang sedang berlangsung
Penerapan dan pelaksanaan
  • Jaminan Ketrampilan
  • Sumberdaya manusia, alat dan material (dana atau uang)
  • Integrasi
  • Tanggung jawab
  • Konsultasi, motivasi dan penghargaan
  • Latihan dan kompensasi
Aktifitas pendukung
  • Komuinikasi
  • Pencatatan
  • Dokumentasi
  • Proses dan operasi dokumen
  • Pemeliharaan catatan dan manajemen informasi
Identifikasi sumber bahaya, penilaian dan pengendalian resiko
  • Mengidentifikasi sumber bahaya
  • Penilaian faktor resiko
  • Tindakan-tindakan yang diambil
  • Skema dan rekayasa alat
  • Tindakan administratif
  • Tinjauan ulang kontrak
  • Pembelian
  • Prosedur dalam menghadapi keadaan darurat dan bencana yang timbul
  • Prosedur dalam menghadapai kecelakan
  • Perencanaan prosedur pertolongan keadaan darurat
Pengukuran dan evalusi
  • Inspeksi dan evalusi
  • Audit sistem manajemen kesehatan dan keselamtan kerja
  • Tindakan perbaikan dan pencegahan
Tinjauan ulang dan peningkatan oleh pihak manajemen

Kesimpulan
Dengan banyaknya keuntungan yang dapat diperoleh dari penerapan sistem manjemen kesehatan dan keselamatan kerja dan juga penerapan yang memenuhi kualifikasi yang sudah ditetapkan undang-undang atau peraturan yagn ditetapkan baik dalam perusahaan kecil, menengah ataupun industri besar akan mebuat industri tersebut lebih kompetitif, aman dan efisien serta produktif dalam menghadapi era globalisasi

Spa Vagina: Dicuci, Dipijat, Lalu Diasapi

TERAPI V-spa butuh waktu kurang lebih 2-3 jam. Tidak hanya organ intim yang dimanja, melainkan hampir seluruh tubuh. Bagaimanakah urutan terapi ini? Mari kita perhatikan!
1. Konsultasi
Setiap perawatan dan pemeliharaan kesehatan tentu butuh analisis lebih dahulu. Konsultasi awal dengan ahli penting dijalankan untuk mengetahui secara umum kondisi si wanita. Salah satunya untuk melihat apakah ada penyakit tertentu yang terkait dengan organ intim. Pada tahap ini segala masalah dan keinginan peserta terapi bisa disampaikan. Lalu terapis akan memberikan pengarahan tentang teknis perawatan dan manfaatnya.
2. Vulva Hygiene
Sebelum terapi dijalankan, kebersihan bagian intim menjadi fokus yang pertama. Perawatan dimulai dengan membersihkan vulva vagina dari kotoran dengan air hangat yang mengandung herbal wash dan minyak aromatik.
3. V-Scrubing
Selanjutnya daerah sekitar organ intim seperti lipatan paha, area perut, dan pantat serta daerah yang kulitnya cenderung lebih gelap seperti daerah ketiak dan payudara, digosok dengan scrub berbahan rempah semisal cendana, akar wangi, dan mawar. Scrub ini bermanfaat untuk mengangkat sel kulit mati, mencerahkan dan menghaluskan kulit.
4. Pijat bioenergi
Biar tubuh rileks, peredaran darah lancar, stamina tubuh dan vagina meningkat, perawatan dilanjutkan dengan pijat terapi aroma. Pemijatan dengan teknik bioenergi ini dilakukan pada seluruh tubuh, terutama otot-otot dasar panggul.
5. Guci Bathing
Selesai pijat, dilanjutkan berendam dalam guci besar berisi air hangat yang ditetesi minyak esensial. Sambil berendam, peserta terapi dibimbing untuk melakukan meditasi gerak.
Gerakan-gerakan itu berupa kontraksi untuk mengencangkan otot dasar panggul, pinggang, paha dalam, paha luar, lutut, kaki, dan otot vagina. Langkah-langkah ini dilakukan dengan mengatur napas sambil merasakan benar-benar kenyamanan di seluruh tubuh. Dalam hal ini konsentrasi, olah rasa, dan napas berjalan seiring.
6. V-Steam (penguapan)
Untuk merilekskan, melancarkan aliran darah di sekitar vagina, dan meluruhkan lendir berlebih pada vagina, dilakukan steam vagina. V-Steam dijalani dalam posisi duduk dan kaki terbuka tebar. Lalu daerah sekitar organ intim diberi uap hangat (steam) yang berasal dari ramuan herbal dan minyak esensial.
7. V-Compress
Untuk melengkapinya, dalam keadaan hangat, ramuan herbal yang telah dikemas seperti tea-bag, dikompreskan pada vagina dan sekitarnya. Fungsinya sebagai tonik atau penguat untuk meningkatkan stamina vagina, antiinfeksi, serta mengurangi peradangan atau nyeri, jika ada.
8. V-fogging (pengasapan)
Pengasapan dilakukan dengan membakar rempah dari akar hitam, akar wangi, dan cendana yang dipanaskan dalam vaporizer. Langkah ini bermanfaat meningkatkan stamina vagina, sebagai antiseptik dan menjaga kelembaban vagina.
9. Perawatan dari dalam
Sebagai perawatan dari dalam, disediakan dua macam ramuan alami yang berfungsi untuk meningkatkan stamina, bersifat antiseptik, dan menghangatkan tubuh. Bisa dipilih ramuan Indonesia, misalnya kunyit dan temulawak, atau ramuan Cina.

Jumat, 18 Juli 2008

Janji Yoga Melangsingkan Badan

MUNGKIN Anda termasuk satu di antara banyak orang yang merasa frustrasi karena kesulitan menurunkan berat badan. Itu tak mengherankan. Pasalnya, kenaikan berat badan adalah masalah yang begitu kompleks. Ada pengaruh faktor genetik, gaya hidup, pola makan, dan lain-lain.

Manfaat latihan yoga yang langsung dirasakan secara fisik adalah mengendurnya otot-otot yang kaku gara-gara kurang gerak, ketegangan, dan stres. Gerakan-gerakan yoga juga meningkatkan jangkauan pergerakan persendian, meningkatkan fleksibilitas, dan membantu mengoreksi postur tubuh yang keliru gara-gara kenaikan berat badan.

Latihan yoga membantu menguatkan dan memperpanjang otot, sehingga tubuh jadi lebih langsing dan berbentuk indah setelah berlatih. Namun, tubuh yang berbentuk ini tak selalu diikuti dengan penurunan berat badan. Ingat, otot lebih padat dan lebih berat dibandingkan dengan volume jaringan lemak.

Potensial Membakar Kalori
Dalam yoga ada juga latihan pranayama. Latihan pernapasan ini membuat energi vital atau prana dalam tubuh bergerak. Hal ini dapat membantu mengatasi masalah ketika Anda mengalami kenaikan berat badan, tetapi malah loyo karena tingkat energi tubuh menurun.

Manfaat lain yoga adalah dalam aspek psikologi. Kenaikan berat badan kerap menjadikan diri memberi komentar negatif. Lewat yoga kita mencoba mencegah hal ini dengan menciptakan lingkungan yang aman dan positif untuk menyambungkan kembali tubuh dan menghilangkan pesan-pesan negatif yang sering muncul di pikiran.

Latihan asana juga dapat memupuk kontrol terhadap diri sendiri yang baru. Ini adalah kualitas yang sering hilang ketika berat badan membumbung. Di tingkat fisiologis, yoga aliran-aliran tertentu mungkin pas untuk orang yang benar-benar menginginkan penurunan berat badan. Kelas Vinyasa yang memadukan gerakan dan pernapasan bersamaan dapat menciptakan panas dan akhirnya potensial menyebabkan banyak pembakaran kalori untuk penurunan berat badan.

Buat Anda yang mungkin tak pernah berolahraga, ada baiknya mencoba kelas yoga Vinyasa untuk pemula. Jangan langsung mengambil kelas yang sudah menengah, apalagi yoga Asthanga. Mungkin ini bukan aliran yang tepat buat Anda yang secara fisik tidak aktif sebelumnya.

Nafsu Makan Terkontrol
Yoga memang tidak memberikan janji muluk dalam penurunan berat badan secara cepat. Yoga hanya menjanjikan dua manfaat utama untuk orang yang ingin menurunkan berat badan. Pertama, yoga memperbaiki pencernaan dan menghilangkan sembelit, retensi air, dan perut kembung. Kedua, yoga memperbaiki sirkulasi darah menuju ke kelenjar-kelenjar endokrin utama, yaitu tiroid dan pankreas.

Kedua kelenjar inilah yang membantu mengontrol nafsu makan, suasana hati, pola tidur, serta istirahat.
Belum banyak ahli yang menerima bahwa latihan yoga adalah jalan pasti menuju penurunan berat badan. Namun, penelitian terbaru dari Fred Hutchinson Cancer Research Center di Seattle AS mulai membuka wawasan bahwa yoga juga bermanfaat untuk melangsingkan.

Para peneliti di lembaga itu menanyai pria dan wanita sehat mengenai riwayat bobot tubuh dan aktivitas fisik mereka dari usia 45 hingga 55 tahun. Diungkapkan bahwa subjek yang mengalami kelebihan berat badan dan berlatih yoga paling tidak seminggu sekali mengalami penurunan bobot 2,5 kilogram selama lebih dari 10 tahun.

Orang berberat badan normal yang rajin latihan yoga dilaporkan tidak naik beratnya, sedangkan mereka yang tak latihan naik terus. Sementara mereka yang kelebihan bobot dan tak pernah latihan yoga, berat badannya naik empat kilogram.

Kesadaran Pikiran
Alan Kristal, peneliti utama sekaligus praktisi yoga dalam penelitian itu yakin, penyebab penurunan berat badan setelah latihan yoga bukan karena jumlah kalori yang dibakar. Hanya latihan yoga aliran tertentu yang membakar banyak kalori untuk memicu penurunan berat badan.

“Yoga itu membangun kesadaran pikiran,” kata Kristal, yang juga profesor di bidang epidemiologi di University of Washington School of Public Health. “Anda akan belajar kapan merasa kenyang, dan Anda tak suka makan kebanyakan. Selain itu, Anda akan mengenali kecemasan dan stres, sehingga tak ingin menutupinya dengan makan,” tambahnya.

Jadi, apakah yoga akan melangsingkan tubuh kita? Hmmm… mungkin. Lalu, akankah yoga mengubah cara pandang Anda terhadap diri dan tubuh sendiri? Tentu saja.

Kamis, 17 Juli 2008

AIKIDO, Olah Rasa, Kembangkan Cinta

SAMBIL berdiri, seorang murid memegang kepala gurunya yang sedang duduk bersimpuh. Saat sang guru mendongakkan kepalanya, tiba-tiba sang murid menjerit menahan sakit. Pegangan pun terlepas. Lalu, sang murid mundur.

Sekali lagi, saat maju menyerang belum sampai menyentuh sang guru, si murid kesakitan dan mengerang. Sang guru saat itu masih dalam posisi duduk bersimpuh, tanpa gerakan sedikit pun, hanya menggoyangkan kepalanya saja.

Berkali-kali, tanpa menyentuh, hanya dengan menggerakkan kepalanya, sang guru membuat si murid kesakitan. “Ini bukan tenaga dalam atau sesuatu yang gaib. Ini hanya efek dari konsentrasi dan koneksi antara yang diserang dan penyerang. Rasa atau feeling kita harus dilatih dan dikembangkan,” kata Sensei Imanul Hakim.

Tanpa Bentuk
Cerita sederhana ini merupakan gambaran dari sebuah ilmu bela diri Jepang yang dikenal begitu spiritual, yaitu aikido. Didirikan oleh O-Sensei (Guru Besar) Morihei Ueshiba, awalnya bentuk lama yang disebut Daito-ryu Aiki-Jutsu memang digunakan untuk bertarung (combat).

Karena itu, bentuk lama ini tampak begitu agresif dan keras karena memang dimanfaatkan untuk keperluan menaklukkan musuh. Namun, dalam perkembangannya, sejalan dengan meningkatnya kehidupan spiritualitas, O-Sensei menciptakan gerakan aikido yang sifatnya lebih lembut dan tidak mengandung unsur kekerasan.

Sifat inilah yang menandakan bahwa aikido bukanlah ilmu bela diri biasa. Aikido terdiri dari tiga kata. Ai artinya keselarasan (harmoni) atau kasih sayang, ki berarti jiwa/semangat, sedangkan do adalah cara/jalan.

Jadi, aikido adalah suatu cara atau jalan untuk mencapai keselarasan antara gerakan tubuh dengan jiwa. “Dalam tingkatan lebih tinggi, aikido merupakan upaya kita untuk mecapai keselarasan dengan alam, energi universal,” tutur pemegang Dan 4 ini.

Meski ada banyak gerakan yang ditunjukkan saat berlatih, entah itu kuncian atau melempar, pada dasarnya gerakan aikido ini tidak bersifat mencelakai. “Setiap gerakan sifatnya menunggu reaksi dari lawan,” ujar Hakim.

Karena itu, aikidoka harus peka, sensitif. Lewat latihan terus-menerus, rasa perasaan, insting, terhadap segala sesuatu akan berkembang. Jadi, mengolah rasa menjadi hal penting dalam hal ini.
Saat diserang lawan pun, aikidoka (sebutan bagi orang yang berlatih aikido) hanya akan melakukan gerakan memutar atau berbentuk spiral. “Gerakan memutar ini seperti tarian Sufi,” tutur Hakim, yang pernah mendalami langsung aikido dari para Sensei di Jepang.

Kesadaran Paling Utama
Karena tidak diajarkan untuk menyerang, menurut Sensei Hakim, seorang aikidoka mesti mengembangkan satu hal yang disebut kesadaran atau consciousness. Seluruh tubuh, jiwa, dan pikiran harus berada dalam keadaan menyatu. “Kesadaran bahwa kita hidup pada saat ini dan di sini menjadi utama dengan begitu, para aikidoka selalu bisa waspada dan siaga,” katanya.

Sikap siaga ini lebih dari sekadar waspada, melainkan merupakan di posisi eling (Jawa = kesadaran penuh). Hidup kita tidak terjerat oleh kenangan masa lalu juga kekhawatiran akan masa depan. Semangat untuk surrender, pasrah kepada Penyelenggara Hidup, menjadi kekuatan.

Tanpa adanya kemampuan ini, aikidoka tidak akan mampu mengalahkan lawan tanpa gerakan mematikan atau menyakiti. Tanpa adanya keharmonisan jiwa, tubuh, dan pikiran, aikidoka hanya akan belajar bela diri tak ubahnya seperti judo, karate, atau yang lainnya. Keinginan untuk menyerang dan mengalahkan hingga lawan tidak berkutik akan muncul dan menjadi hal penting.

Dalam aikido, mengalahkan lawan bukanlah tujuan. Jiwa dan hati murni yang dipenuhi dengan cinta kasih menjadi dasar dan tujuan dari semua latihan ini. “Memang, tidak banyak aikidoka yang sampai pada pemahaman dan penghayatan seperti ini,” ungkap Hakim.

Tidak heran, ada banyak versi aikido yang bisa dipelajari yang lebih menekankan soal bela dirinya. “Tidak mudah untuk sampai pada tahap ini. Seseorang harus melepaskan egonya, keinginannya untuk menang, juga menguasai orang lain atau lawan,” tambahnya. Menarik ‘kan belajar aikido?

Rabu, 16 Juli 2008

Lulur, dari Kopi Sampai Lumpur Laut Mati

MERAWAT kebugaran dan kecantikan tubuh kini telah menjadi bagian dari gaya hidup (lifestyle) masyarakat modern. Di kota-kota besar, klinik-klinik perawatan tubuh dan spa banyak bermunculan. Tak hanya kaum hawa yang berminat, tetapi juga para pria.

Meski memiliki kelebihan tersendiri, perawatan tubuh di klinik atau spa sebenarnya bukan sesuatu yang mutlak. Karena spa dapat dilakukan di rumah. Di rumah, kita bisa melakukan hal sederhana, namun untuk menyempunakannya, klinik dan spa dapat diandalkan.

Namun begitu, memilih jenis perawatan tubuh tentu perlu teliti dan bijaksana, karena akan mempengaruhi efektivitasnya. Selain itu, perlu diperhatikan efek samping yang mungkin timbul akibat perawatan yang tidak tepat.

Demi keamanan dan kenyamanan, tak heran bila banyak klinik atau spa menawarkan program perawatan tubuh dengan menggunakan ramuan-ramuan natural mulai dari bahan rempah, herbal hingga lumpur sekalipun. Bahan-bahan ini ini biasanya dikombinasikan dalam paket perawatan tubuh mulai dari aromaterapi, facial, scrubbing (luluran), body wrap hingga berendam di kolam.

¨Bahan-bahan ini biasanya banyak digunakan untuk luluran dengan tujuan menghancurkan toksin di bawah kulit, memperlancar sirkulasi darah serta mengaktifkan kembali metabolisme tubuh. Untuk memaksimalkannya luluran biasanya dikombinasi dengan pijat atau massage,¨ ungkap salah seorang terapis dari Air Cantee Spa, Jakarta.

Lumpur laut
Salah satu perawatan yang terbilang sangat istimewa adalah menggunakan media lumpur sebagai bahan lulur. Lumpur yang diambil dari Laut Mati ini dipercaya efektif sebagai langkah awal program pelangsingan tubuh.

¨Lumpur yang diimpor ini kaya akan mineral yang berasal dari tumbuh-tumbuhan laut. Lumpur ini bisa diaplikasikan pada semua jenis kulit, termasuk bagi mereka yang memiliki kulit sensitif, karena sangat aman tanpa bahan pengawet yang dapat menimbulkan iritasi. Dipadu dengan teknik-teknik pijatan yang akan membuat rileks dan bahan-bahan scubbing yang mengandung ramuan herbal mampu mengangkat sel kulit mati, sehingga menjadikan kulit lebih sehat dan halus,¨ terangnya.

Ramuan lain yang banyak digunakan untuk bahan luluran ini di antaranya campuran beragam rempah seperti jahe, cengkeh dan kayu manis. Selain itu, ada pula lulur menggunakan kopi, cokelat, teh hijau atau campuran herbal.

¨Rempah dan teh hijau biasanya dicampur dengan tepung beras sebelum digunakan sebagai lulur, sedangkan kopi dicampur dengan adas (semacam jinten),¨ terang sang terapis.

Manfaat masing-masing media lulur ini beragam. Kopi misalnya diyakini dapat digunakan untuk pembuangan racun (detoksifikasi), sedangkan teh hijau berfungsi sebagai antioksidan. Sedangkan rempah bisa memberi banyak manfaat mulai dari menghangatkan hingga memperbaiki metabolisme tubuh,¨ paparnya.

Untuk memaksimalkan setiap program perawatan melalui pijat dan lulur ini, para terapis di Spa ini juga menggunakan semacam metode penyembuhan dengan transfer energi yang disebut Pohon Hayyu. ¨Ini semacam transfer energi positif dari para terapis supaya klien rileks. Terapis fokus pada energi supaya pemijatan tepat pada titik sasaran sehingga memberi efek penyembuhan, ¨ tandasnya.

ASKEP ANAK DENGAN KEJANG DEMAM


  1. TEORI

    Pengertian

    Kejang demam adalah terbebasnya sekelompok neuron secara tiba-tiba yang mengakibatkan suatu kerusakan kesadaran, gerak, sensasi atau memori yang bersifat sementara (Hudak and Gallo,).

    Kejang demam adalah serangan pada anak yang terjadi dari kumpulan gejala dengan demam (Walley and Wong’s edisi III,).

    Kejang demam adalah bangkitan kejang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38° c) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam sering juga disebut kejang demam tonik-klonik, sangat sering dijumpai pada anak-anak usia di bawah 5 tahun. Kejang ini disebabkan oleh adanya suatu awitan hypertermia yang timbul mendadak pada infeksi bakteri atau virus. (Sylvia A. Price, Latraine M. Wikson, ).

    Dari pengertian diatas dapat disimpulkan kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena peningkatan suhu tubuh yang sering di jumpai pada usia anak dibawah lima tahun.

    Etiologi

    Kejang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi patologis, termasuk tumor otak, trauma, bekuan darah pada otak, meningitis, ensefalitis, gangguan elektrolit, dan gejala putus alkohol dan obat gangguan metabolik, uremia, overhidrasi, toksik subcutan dan anoksia serebral. Sebagian kejang merupakan idiopati (tidak diketahui etiologinya).

    Patofisiologi

    1. Intrakranial

      Asfiksia : Ensefolopati hipoksik – iskemik

      Trauma (perdarahan) : perdarahan subaraknoid, subdural, atau intra ventrikular

      Infeksi : Bakteri, virus, parasit

      Kelainan bawaan : disgenesis korteks serebri, sindrom zelluarge, Sindrom Smith – Lemli – Opitz.

    2. Ekstra kranial

      Gg. metabolik : Hipoglikemia, hipokalsemia, hipomognesemia, gangguan elektrolit (Na & K),

      Toksik : Intoksikasi anestesi lokal, sindrom putus obat.

      Kelainan yang diturunkan : gangguan metabolisme asam amino, ketergantungan dan kekurangan produksi kernikterus.

    3. Idiopatik

      Kejang neonatus fanciliel benigna, kejang hari ke-5 (the fifth day fits)

    Patofisiologi

    Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel / organ otak diperlukan energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting adalah glucose,sifat proses itu adalah oxidasi dengan perantara pungsi paru-paru dan diteruskan keotak melalui system kardiovaskuler.

    Berdasarkan hal diatas bahwa energi otak adalah glukosa yang melalui proses oxidasi, dan dipecah menjadi karbon dioksidasi dan air. Sel dikelilingi oleh membran sel. Yang terdiri dari permukaan dalam yaitu limford dan permukaan luar yaitu tonik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui oleh ion NA + dan elektrolit lainnya, kecuali ion clorida.

    Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi NA+ rendah. Sedangkan didalam sel neuron terdapat keadaan sebaliknya,karena itu perbedaan jenis dan konsentrasi ion didalam dan diluar sel. Maka terdapat perbedaan membran yang disebut potensial nmembran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim NA, K, ATP yang terdapat pada permukaan sel.

    Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah dengan perubahan konsentrasi ion diruang extra selular, rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya. Perubahan dari patofisiologisnya membran sendiri karena penyakit/keturunan. Pada seorang anak sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibanding dengan orang dewasa 15 %. Dan karena itu pada anak tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dalam singkat terjadi dipusi di ion K+ maupun ion NA+ melalui membran tersebut dengan akibat terjadinya lepasnya muatan listrik.

    Lepasnya muatan listrik ini sedemikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter sehingga mengakibatkan terjadinya kejang. Kejang yang yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa.

    Tetapi kejang yang berlangsung lama lebih 15 menit biasanya disertai apnea, NA meningkat, kebutuhan O2 dan energi untuk kontraksi otot skeletal yang akhirnya terjadi hipoxia dan menimbulkan terjadinya asidosis.

    Manifestasi Klinik

    Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat, yang disebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf pusat : misalnya tonsilitis, otitis media akut, bronkhitis, serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik-klonik.

    Kejang berhenti sendiri, menghadapi pasien dengan kejang demam, mungkin timbul pertanyaan sifat kejang/gejala yang manakah yang mengakibatkan anak menderita epilepsy.

    untuk itu livingston membuat kriteria dan membagi kejang demam menjadi 2 golongan yaitu :

    1. Kejang demam sederhana (simple fibrile convulsion)

    2. Epilepsi yang di provokasi oleh demam epilepsi trigered off fever

    Disub bagian anak FKUI, RSCM Jakarta, Kriteria Livingstone tersebut setelah dimanifestasikan di pakai sebagai pedoman untuk membuat diagnosis kejang demam sederhana, yaitu :

    1. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan & 4 tahun

    2. Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tak lebih dari 15 menit

    3. Kejang bersifat umum,Frekuensi kejang bangkitan dalam 1th tidak > 4 kali

    4. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam

    5. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal

    6. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya seminggu sesudah suhu normal tidak menunjukkan kelainan.

    Klasifikasi Kejang

    Kejang yang merupakan pergerakan abnormal atau perubahan tonus badan dan tungkai dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian yaitu : kejang, klonik, kejang tonik dan kejang mioklonik.

    1. Kejang Tonik

      Kejang ini biasanya terdapat pada bayi baru lahir dengan berat badan rendah dengan masa kehamilan kurang dari 34 minggu dan bayi dengan komplikasi prenatal berat. Bentuk klinis kejang ini yaitu berupa pergerakan tonik satu ekstrimitas atau pergerakan tonik umum dengan ekstensi lengan dan tungkai yang menyerupai deserebrasi atau ekstensi tungkai dan fleksi lengan bawah dengan bentuk dekortikasi. Bentuk kejang tonik yang menyerupai deserebrasi harus di bedakan dengan sikap epistotonus yang disebabkan oleh rangsang meningkat karena infeksi selaput otak atau kernikterus

    2. Kejang Klonik

      Kejang Klonik dapat berbentuk fokal, unilateral, bilateral dengan pemulaan fokal dan multifokal yang berpindah-pindah. Bentuk klinis kejang klonik fokal berlangsung 1 – 3 detik, terlokalisasi dengan baik, tidak disertai gangguan kesadaran dan biasanya tidak diikuti oleh fase tonik. Bentuk kejang ini dapat disebabkan oleh kontusio cerebri akibat trauma fokal pada bayi besar dan cukup bulan atau oleh ensepalopati metabolik.

    3. Kejang Mioklonik

      Gambaran klinis yang terlihat adalah gerakan ekstensi dan fleksi lengan atau keempat anggota gerak yang berulang dan terjadinya cepat. Gerakan tersebut menyerupai reflek moro. Kejang ini merupakan pertanda kerusakan susunan saraf pusat yang luas dan hebat. Gambaran EEG pada kejang mioklonik pada bayi tidak spesifik.

    Diagnosa Banding Kejang Pada Anak

    Adapun diagnosis banding kejang pada anak adalah gemetar, apnea dan mioklonus nokturnal benigna.

    1. Gemetar

      Gemetar merupakan bentuk klinis kejang pada anak tetapi sering membingungkan terutama bagi yang belum berpengalaman. Keadaan ini dapat terlihat pada anak normal dalam keadaan lapar seperti hipoglikemia, hipokapnia dengan hiperiritabilitas neuromuskular, bayi dengan ensepalopati hipoksik iskemi dan BBLR. Gemetar adalah gerakan tremor cepat dengan irama dan amplitudo teratur dan sama, kadang-kadang bentuk gerakannya menyerupai klonik .

    2. Apnea

      Pada BBLR biasanya pernafasan tidak teratur, diselingi dengan henti napas 3-6 detik dan sering diikuti hiper sekresi selama 10 – 15 detik. Berhentinya pernafasan tidak disertai dengan perubahan denyut jantung, tekanan darah, suhu badan, warna kulit. Bentuk pernafasan ini disebut pernafasan di batang otak. Serangan apnea selama 10 – 15 detik terdapat pada hampir semua bagi prematur, kadang-kadang pada bayi cukup bulan.

      Serangan apnea tiba-tiba yang disertai kesadaran menurun pada BBLR perlu di curigai adanya perdarahan intrakranial dengan penekanan batang otak. Pada keadaan ini USG perlu segera dilakukan. Serangan Apnea yang termasuk gejala kejang adalah apabila disertai dengan bentuk serangan kejang yang lain dan tidak disertai bradikardia.

    3. Mioklonus Nokturnal Benigna

      Gerakan terkejut tiba-tiba anggota gerak dapat terjadi pada semua orang waktu tidur. Biasanya timbul pada waktu permulaan tidur berupa pergerakan fleksi pada jari persendian tangan dan siku yang berulang. Apabila serangan tersebut berlangsung lama dapat dapat disalahartikan sebagai bentuk kejang klonik fokal atau mioklonik. Mioklonik nokturnal benigna ini dapat dibedakan dengan kejang dan gemetar karena timbulnya selalu waktu tidur tidak dapat di stimulasi dan pemeriksaan EEG normal. Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan

    Penatalaksanaan

    Pada umumnya kejang pada BBLR merupakan kegawatan, karena kejang merupakan tanda adanya penyakit mengenai susunan saraf pusat, yang memerlukan tindakan segera untuk mencegah kerusakan otak lebih lanjut.

    Penatalaksanaan Umum terdiri dari :

    1. Mengawasi bayi dengan teliti dan hati-hati

    2. Memonitor pernafasan dan denyut jantung

    3. Usahakan suhu tetap stabil

    4. Perlu dipasang infus untuk pemberian glukosa dan obat lain

    5. Pemeriksaan EEG, terutama pada pemberian pridoksin intravena

    Bila etiologi telah diketahui pengobatan terhadap penyakit primer segera dilakukan. Bila terdapat hipogikemia, beri larutan glukosa 20 % dengan dosis 2 – 4 ml/kg BB secara intravena dan perlahan kemudian dilanjutkan dengan larutan glukosa 10 % sebanyak 60 – 80 ml/kg secara intravena. Pemberian Ca – glukosa hendaknya disertai dengan monitoring jantung karena dapat menyebabkan bradikardi. Kemudian dilanjutkan dengan peroral sesuai kebutuhan. Bila secara intravena tidak mungkin, berikan larutan Ca glukosa 10 % sebanyak 10 ml per oral setiap sebelum minum susu.

    Bila kejang tidak hilang, harus pikirkan pemberian magnesium dalam bentuk larutan 50% Mg SO4 dengan dosis 0,2 ml/kg BB (IM) atau larutan 2-3 % mg SO4 (IV) sebanyak 2 – 6 ml. Hati-hati terjadi hipermagnesemia sebab gejala hipotonia umum menyerupai floppy infant dapat muncul.

    Pengobatan dengan antikonvulsan dapat dimulai bila gangguan metabolik seperti hipoglikemia atau hipokalsemia tidak dijumpai. Obat konvulsan pilihan utama untuk bayi baru lahir adalah Fenobarbital (Efek mengatasi kejang, mengurangi metabolisme sel yang rusak dan memperbaiki sirkulasi otak sehingga melindungi sel yang rusak karena asfiksia dan anoxia). Fenobarbital dengan dosis awal 20 mg . kg BB IV berikan dalam 2 dosis selama 20 menit.

    Banyak penulis tidak atau jarang menggunakan diazepam untuk memberantas kejang pada BBL dengan alasan

    • Efek diazepam hanya sebentar dan tidak dapat mencegah kejang berikutnya

    • Pemberian bersama-sama dengan fenobarbital akan mempengaruhi pusat pernafasan

    • Zat pelarut diazepam mengandung natrium benzoat yang dapat menghalangi peningkatan bilirubin dalam darah.

    Pemeriksaan fisik dan laboratorium

    1. Pemeriksaan fisik

      Pemeriksaan fisik lengkap meliputi pemeriksaan pediatrik dan neurologik, pemeriksaan ini dilakukan secara sistematis dan berurutan seperti berikut :

      • hakan lihat sendiri manifestasi kejang yang terjadi, misal : pada kejang multifokal yang berpindah-pindah atau kejang tonik, yang biasanya menunjukkan adanya kelainan struktur otak.
      • Kesadaran tiba-tiba menurun sampai koma dan berlanjut dengan hipoventilasi, henti nafas, kejang tonik, posisi deserebrasi, reaksi pupil terhadap cahaya negatif, dan terdapatnya kuadriparesis flasid mencurigakan terjadinya perdarahan intraventikular.
      • Pada kepala apakah terdapat fraktur, depresi atau mulase kepala berlebihan yang disebabkan oleh trauma. Ubun –ubun besar yang tegang dan membenjol menunjukkan adanya peninggian tekanan intrakranial yang dapat disebabkan oleh pendarahan sebarakhnoid atau subdural. Pada bayi yang lahir dengan kesadaran menurun, perlu dicari luka atau bekas tusukan janin dikepala atau fontanel enterior yang disebabkan karena kesalahan penyuntikan obat anestesi pada ibu.
      • Terdapatnya stigma berupa jarak mata yang lebar atau kelainan kraniofasial yang mungkin disertai gangguan perkembangan kortex serebri.
      • Pemeriksaan fundus kopi dapat menunjukkan kelainan perdarahan retina atau subhialoid yang merupakan gejala potogonomik untuk hematoma subdural. Ditemukannya korioretnitis dapat terjadi pada toxoplasmosis, infeksi sitomegalovirus dan rubella. Tanda stasis vaskuler dengan pelebaran vena yang berkelok – kelok di retina terlihat pada sindom hiperviskositas.
      • Transluminasi kepala yang positif dapat disebabkan oleh penimbunan cairan subdural atau kelainan bawaan seperti parensefali atau hidrosefalus.
      • Pemeriksaan umum penting dilakukan misalnya mencari adanya sianosis dan bising jantung, yang dapat membantu diagnosis iskemia otak.

    2. Pemeriksaan laboratorium

      Perlu diadakan pemeriksaan laboratorium segera, berupa pemeriksaan gula dengan cara dextrosfrx dan fungsi lumbal. Hal ini berguna untuk menentukan sikap terhadap pengobatan hipoglikemia dan meningitis bakterilisasi.

      Selain itu pemeriksaan laboratorium lainnya yaitu

      • Pemeriksaan darah rutin ; Hb, Ht dan Trombosit. Pemeriksaan darah rutin secara berkala penting untuk memantau pendarahan intraventikuler.
      • Pemeriksaan gula darah, kalsium, magnesium, kalium, urea, nitrogen, amonia dan analisis gas darah.
      • Fungsi lumbal, untuk menentukan perdarahan, peradangan, pemeriksaan kimia. Bila cairan serebro spinal berdarah, sebagian cairan harus diputar, dan bila cairan supranatan berwarna kuning menandakan adanya xantrokromia. Untuk mengatasi terjadinya trauma pada fungsi lumbal dapat di kerjakan hitung butir darah merah pada ketiga tabung yang diisi cairan serebro spinal
      • Pemeriksaan EKG dapat mendekteksi adanya hipokalsemia
      • Pemeriksaan EEG penting untuk menegakkan diagnosa kejang. EEG juga diperlukan untuk menentukan pragnosis pada bayi cukup bulan. Bayi yang menunjukkan EEG latar belakang abnormal dan terdapat gelombang tajam multifokal atau dengan brust supresion atau bentuk isoelektrik. Mempunyai prognosis yang tidak baik dan hanya 12 % diantaranya mempunyai / menunjukkan perkembangan normal. Pemeriksaan EEG dapat juga digunakan untuk menentukan lamanya pengobatan. EEG pada bayi prematur dengan kejang tidak dapat meramalkan prognosis.
      • Bila terdapat indikasi, pemeriksaan lab, dilanjutkan untuk mendapatkan diagnosis yang pasti yaitu mencakup :
        1. Periksaan urin untuk asam amino dan asam organic
        2. Biakan darah dan pemeriksaan liter untuk toxoplasmosis rubella, citomegalovirus dan virus herpes.
        3. Foto rontgen kepala bila ukuran lingkar kepala lebih kecil atau lebih besar dari aturan baku
        4. USG kepala untuk mendeteksi adanya perdarahan subepedmal, pervertikular, dan vertikular
        5. Penataan kepala untuk mengetahui adanya infark, perdarahan intrakranial, klasifikasi dan kelainan bawaan otak.Top coba subdural, dilakukan sesudah fungsi lumbal bila transluminasi positif dengan ubun – ubun besar tegang, membenjol dan kepala membesar.

    Tumbuh kembang pada anak usia 1 – 3 tahu

    1. Fisik
      • Ubun-ubun anterior tertutup.
      • Physiologis dapat mengontrol spinkter
    2. Motorik kasar
      • Berlari dengan tidak mantap
      • Berjalan diatas tangga dengan satu tangan
      • Menarik dan mendorong mainan
      • Melompat ditempat dengan kedua kaki
      • Dapat duduk sendiri ditempat duduk
      • Melempar bola diatas tangan tanpa jatuh
    3. Motorik halus
      • Dapat membangun menara 3 dari 4 bangunan
      • Melepaskan dan meraih dengan baik
      • Membuka halaman buku 2 atau 3 dalam satu waktu
      • Menggambar dengan membuat tiruan
    4. Vokal atau suara
      • Mengatakan 10 kata atau lebih
      • Menyebutkan beberapa obyek seperti sepatu atau bola dan 2 atau 3 bagian tubuh
    5. Sosialisasi atau kognitif
      • Meniru
      • Menggunakan sendok dengan baik
      • Menggunakan sarung tangan
      • Watak pemarah mungkin lebih jelas
      • Mulai sadar dengan barang miliknya

    Dampak hospitalisasi

    Pengalaman cemas pada perpisahan, protes secara fisik dan menangis, perasaan hilang kontrol menunjukkan temperamental, menunjukkan regresi, protes secara verbal, takut terhadap luka dan nyeri, dan dapat menggigit serta dapat mendepak saat berinteraksi.

    Permasalahan yang ditemukan yaitu sebagai berikut :

    1. Rasa takut
      • Memandang penyakit dan hospitalisasi
      • Takut terhadap lingkungan dan orang yang tidak dikenal
      • Pemahaman yang tidak sempurna tentang penyakit
      • Pemikiran yang sederhana : hidup adalah mesin yang menakutkan
      • Demonstrasi : menangis, merengek, mengangkat lengan, menghisap jempol, menyentuh tubuh yang sakit berulang-ulang.
    2. Ansietas
      • Cemas tentang kejadian yang tidakdikenal
      • Protes (menangis dan mudah marah, (merengek)
      • Putus harapan : komunikasi buruk, kehilangan ketrampilan yang baru tidak berminat
      • Menyendiri terhadap lingkungan rumah sakit
      • Tidak berdaya
      • Merasa gagap karena kehilangan ketrampilan
      • Mimpi buruk dan takut kegelapan, orang asing, orang berseragam dan yang memberi pengobatan atau perawatan
      • Regresi dan Ansietas tergantung saat makan menghisap jempol
      • Protes dan Ansietas karena restrain
    3. Gangguan citra diri
      • Sedih dengan perubahan citra diri
      • Takut terhadap prosedur invasive (nyeri)
      • Mungkin berpikir : bagian dalam tubuh akan keluar kalau selang dicabut


  2. PATHWAYS

    Pathways dapat dilihat disini

  3. ANALISA DATA
    NO TGL / JAM DATA PROBLEM ETIOLOGI
    1 Diisi pada saat tanggal pengkajian Berisi data subjektif dan data objektif yang didapat dari pengkajian keperawatan masalah yang sedang dialami pasien seperti gangguan pola nafas, gangguan keseimbangan suhu tubuh, gangguan pola aktiviatas,dll Etiologi berisi tentang penyakit yang diderita pasien

  4. DIAGNOSA KEPERAWATAN

    • Resiko tinggi trauma / cidera b/d kelemahan, perubahan kesadaran, kehilangan koordinasi otot.
    • Resiko tinggi terhadap inefektifnya bersihan jalan nafas b/d kerusakan neoromuskular
    • Resiko kejang berulang b/d peningkatan suhu tubuh
    • Kerusakan mobilitas fisik b/d kerusakan persepsi, penurunan kekuatan
    • Kurang pengetahuan keluarga b/d kurangnya informasi

  5. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
    NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN PERENCANAAN
    1 Resiko tinggi trauma / cidera b/d kelemahan, perubahan kesadaran, kehilangan koordinasi otot.

    Cidera / trauma tidak terjadi Dengan Kriteria Hasil :

    • Faktor penyebab diketahui,
    • mempertahankan aturan pengobatan,
    • meningkatkan keamanan lingkungan
    1. Kaji dengan keluarga berbagai stimulus pencetus kejang.
    2. Observasi keadaan umum, sebelum, selama, dan sesudah kejang.
    3. Catat tipe dari aktivitas kejang dan beberapa kali terjadi.
    4. Lakukan penilaian neurology, tanda-tanda vital setelah kejang.
    5. Lindungi klien dari trauma atau kejang.
    6. Berikan kenyamanan bagi klien.
    7. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi anti compulsan
    2 Resiko tinggi terhadap inefektifnya bersihan jalan nafas b/d kerusakan neuromuskular

    Inefektifnya bersihan jalan napas tidak terjadi

    Kriteria Hasil :

    • Jalan napas bersih dari sumbatan,
    • suara napas vesikuler,
    • sekresi mukosa tidak ada,
    • RR dalam batas normal
    1. Observasi tanda-tanda vital
    2. atur posisi tidur klien fowler atau semi fowler.
    3. Lakukan penghisapan lendir
    4. kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi
    3 Resiko kejang berulang b/d peningkatan suhu tubuh

    Aktivitas kejang tidak berulang

    Kriteria Hasil :

    • Kejang dapat dikontrol,
    • suhu tubuh kembali normal
    1. Kaji factor pencetus kejang.
    2. Libatkan keluarga dalam pemberian tindakan pada klien.
    3. Observasi tanda-tanda vital..
    4. Lindungi anak dari trauma.
    5. Berikan kompres dingin pda daerah dahi dan ketiak.
    4 Kerusakan mobilitas fisik b/d kerusakan persepsi, penurunan kekuatan

    Kerusakan mobilisasi fisik teratasi

    Kriteria hasil :

    • Mobilisasi fisik klien aktif
    • kejang tidak ada
    • kebutuhan klien teratasi
    1. Kaji tingkat mobilisasi klien.
    2. Kaji tingkat kerusakan mobilsasi klien.
    3. Bantu klien dalam pemenuhan kebutuhan.
    4. Latih klien dalam mobilisasi sesuai kemampuan klien.
    5. Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan klien.
    5 Kurang pengetahuan keluarga b/d kurangnya informasi

    Pengetahuan keluarga meningkat

    Kriteria hasil :

    • Keluarga mengerti dengan proses penyakit kejang demam,
    • keluarga klien tidak bertanya lagi tentang penyakit, perawatan dan kondisi klien.
    1. Kaji tingkat pendidikan keluarga klien.
    2. Kaji tingkat pengetahuan keluarga klien.
    3. Jelaskan pada keluarga klien tentang penyakit kejang demam melalui penkes.
    4. Beri kesempatan pada keluarga untuk menanyakan hal yang belum dimengerti..
    5. Libatkan keluarga dalam setiap tindakan pada klien.

ARTIKEL YANG BERHUBUNGAN :





Popular Articles

Downloads:
Askep Medikal Bedah | Askep Anak | Pathways | Standar Buku


Asuhan Keperawatan


Bisnis Internet Yang Paling Direkomendasikan :

TLA | Bidvertiser | Chitika | Adbrite | ISM | Kumpulblogger | Adsensecamp | Ziddu




ASKEP ANAK DENGAN THYPOID


  1. TEORI

    Pengertian

    Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. ( Bruner and Sudart, ).

    Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella Thypi ( Arief Maeyer).

    Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis, ( Syaifullah Noer ).

    Typhoid adalah penyakit infeksi pada usus halus, typhoid disebut juga paratyphoid fever, enteric fever, typhus dan para typhus abdominalis (.Seoparman).

    Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type A.B.C. penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (Mansoer Orief.M.).

    Dari beberapa pengertian diatasis dapat disimpulkan sebagai berikut, Typhoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh salmonella type A. B dan C yang dapat menular melalui oral, fecal, makanan dan minuman yang terkontaminasi.

    Etiologi

    Etiologi typhoid adalah salmonella typhi. Salmonella para typhi A. B dan C. ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.

    Patofisiologi

    Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly(lalat), dan melalui Feses.

    Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.

    Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang

    Manifestasi Klinik

    Masa tunas typhoid 10 – 14 hari

    1. Minggu I

      pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari. Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan mual, batuk, epitaksis, obstipasi / diare, perasaan tidak enak di perut.

    2. Minggu II

      pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah yang khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali, meteorismus, penurunan kesadaran.

    Komplikasi

    1. Komplikasi intestinal

      1. Perdarahan usus

      2. Perporasi usus

      3. Ilius paralitik

    2. Komplikasi extra intestinal

      1. Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis), miokarditis, trombosis, tromboplebitis

      2. Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma uremia hemolitik.

      3. Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis

      4. Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, kolesistitis.

      5. Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.

      6. Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan arthritis.

      7. Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus, meningitis, polineuritis perifer, sindroma Guillain bare dan sidroma katatonia.

    Penatalaksanaan

    1. Perawatan

      1. Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari untuk mencegah komplikasi perdarahan usus.

      2. Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada komplikasi perdarahan.

    2. Diet

      1. Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein

      2. Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.

      3. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.

      4. Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari.

    3. Obat-obatan

      1. Klorampenikol

      2. Tiampenikol

      3. Kotrimoxazol

      4. Amoxilin dan ampicillin

    Pencegahan

    Cara pencegahan yang dilakukan pada demam typhoid adalah cuci tangan setelah dari toilet dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan, hindari minum susu mentah (yang belum dipsteurisasi), hindari minum air mentah, rebus air sampai mendidih dan hindari makanan pedas

    Pemeriksaan Penunjang

    Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan laboratorium, yang terdiri dari :

    1. Pemeriksaan leukosit

      Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.

    2. Pemeriksaan SGOT DAN SGPT

      SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.

    3. Biakan darah

      Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :

      1. Teknik pemeriksaan Laboratorium

        Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.

      2. Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit

        Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.

      3. Vaksinasi di masa lampau

        Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif.

      4. Pengobatan dengan obat anti mikroba.

        Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negatif.

    4. Uji Widal

      Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :

      1. Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).
      2. Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman).
      3. Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman)

      Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid.

      Faktor – faktor yang mempengaruhi uji widal :

      1. Faktor yang berhubungan dengan klien :
        • Keadaan umum : gizi buruk dapat menghambat pembentukan antibodi.
        • Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit: aglutinin baru dijumpai dalam darah setelah klien sakit 1 minggu dan mencapai puncaknya pada minggu ke-5 atau ke-6.
        • Penyakit – penyakit tertentu : ada beberapa penyakit yang dapat menyertai demam typhoid yang tidak dapat menimbulkan antibodi seperti agamaglobulinemia, leukemia dan karsinoma lanjut
        • Pengobatan dini dengan antibiotika : pengobatan dini dengan obat anti mikroba dapat menghambat pembentukan antibodi.
        • Obat-obatan imunosupresif atau kortikosteroid : obat-obat tersebut dapat menghambat terjadinya pembentukan antibodi karena supresi sistem retikuloendotelial.
        • Vaksinasi dengan kotipa atau tipa : seseorang yang divaksinasi dengan kotipa atau tipa, titer aglutinin O dan H dapat meningkat. Aglutinin O biasanya menghilang setelah 6 bulan sampai 1 tahun, sedangkan titer aglutinin H menurun perlahan-lahan selama 1 atau 2 tahun. Oleh sebab itu titer aglutinin H pada orang yang pernah divaksinasi kurang mempunyai nilai diagnostik.
        • Infeksi klien dengan klinis/subklinis oleh salmonella sebelumnya : keadaan ini dapat mendukung hasil uji widal yang positif, walaupun dengan hasil titer yang rendah
        • Reaksi anamnesa : keadaan dimana terjadi peningkatan titer aglutinin terhadap salmonella thypi karena penyakit infeksi dengan demam yang bukan typhoid pada seseorang yang pernah tertular salmonella di masa lalu.
      2. Faktor-faktor Teknis
        • Aglutinasi silang : beberapa spesies salmonella dapat mengandung antigen O dan H yang sama, sehingga reaksi aglutinasi pada satu spesies dapat menimbulkan reaksi aglutinasi pada spesies yang lain.
        • Konsentrasi suspensi antigen : konsentrasi ini akan mempengaruhi hasil uji widal.
        • Strain salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen : ada penelitian yang berpendapat bahwa daya aglutinasi suspensi antigen dari strain salmonella setempat lebih baik dari suspensi dari strain lain.

    Tumbuh kembang anak usia 6 - 12 tahun

    Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran berbagai organ fisik berkaitan dengan masalah perubahan dalam jumlah, besar, ukuran atau dimensi tingkat sel. Pertambahan berat badan 2 – 4 Kg / tahun dan pada anak wanita sudah mulai mengembangkan cirri sex sekundernya.

    Perkembangan menitik beratkan pada aspek diferensiasi bentuk dan fungsi termasuk perubahan sosial dan emosi.

    1. Motorik kasar

      • Loncat tali

      • Badminton

      • Memukul

      • motorik kasar di bawah kendali kognitif dan berdasarkan secara bertahap meningkatkan irama dan keleluasaan.

    2. Motorik halus

      • Menunjukan keseimbangan dan koordinasi mata dan tangan

      • Dapat meningkatkan kemampuan menjahit, membuat model dan bermain alat musik.

    3. Kognitif

      • Dapat berfokus pada lebih dan satu aspek dan situasi

      • Dapat mempertimbangkan sejumlah alternatif dalam pemecahan masalah

      • Dapat membelikan cara kerja dan melacak urutan kejadian kembali sejak awal

      • Dapat memahami konsep dahulu, sekarang dan yang akan datang

    4. Bahasa

      • Mengerti kebanyakan kata-kata abstrak

      • Memakai semua bagian pembicaraan termasuk kata sifat, kata keterangan, kata penghubung dan kata depan

      • Menggunakan bahasa sebagai alat pertukaran verbal

      • Dapat memakai kalimat majemuk dan gabungan

    Dampak Hospitalisasi

    Hospitalisasi atau sakit dan dirawat di RS bagi anak dan keluarga akan menimbulkan stress dan tidak merasa aman. Jumlah dan efek stress tergantung pada persepsi anak dan keluarga terhadap kerusakan penyakit dan pengobatan.

    Penyebab anak stress meliputi ;

    1. Psikososial

      Berpisah dengan orang tua, anggota keluarga lain, teman dan perubahan peran

    2. Fisiologis

      Kurang tidur, perasaan nyeri, imobilisasi dan tidak mengontrol diri

    3. Lingkungan asing

      Kebiasaan sehari-hari berubah

    4. Pemberian obat kimia

    Reaksi anak saat dirawat di Rumah sakit usia sekolah (6-12 tahun)

    • Merasa khawatir akan perpisahan dengan sekolah dan teman sebayanya

    • Dapat mengekspresikan perasaan dan mampu bertoleransi terhadap rasa nyeri

    • Selalu ingin tahu alasan tindakan

    • Berusaha independen dan produktif

    Reaksi orang tua

    • Kecemasan dan ketakutan akibat dari seriusnya penyakit, prosedur, pengobatan dan dampaknya terhadap masa depan

    • Frustasi karena kurang informasi terhadap prosedur dan pengobatan serta tidak familiernya peraturan Rumah sakit

  2. PATHWAYS

    Pathways dapat dilihat disini

  3. ANALISA DATA
    NO TGL / JAM DATA PROBLEM ETIOLOGI
    1 Diisi pada saat tanggal pengkajian Berisi data subjektif dan data objektif yang didapat dari pengkajian keperawatan masalah yang sedang dialami pasien seperti gangguan pola nafas, gangguan keseimbangan suhu tubuh, gangguan pola aktiviatas,dll Etiologi berisi tentang penyakit yang diderita pasien

  4. DIAGNOSA KEPERAWATAN

    • Resti ketidakseimbangan volume cairan dan elektrolit b.d hipertermi dan muntah.
    • Resti gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat.
    • Hipertermi b.d proses infeksi salmonella thypi.
    • Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan kelemahan fisik.
    • Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurang informasi atau informasi yang tidak adekuat.

  5. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
    NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN PERENCANAAN
    1 Resti ketidakseimbangan volume cairan dan elektrolit b.d hipertermi dan muntah.

    Ketidak seimbangan volume cairan tidak terjadi Dengan Kriteria Hasil :

    • Membran mukosa bibir lembab,
    • tanda-tanda vital (TD, S, N dan RR) dalam batas normal,
    • tanda-tanda dehidrasi tidak ada
    1. Kaji tanda-tanda dehidrasi seperti mukosa bibir kering, turgor kulit tidak elastis dan peningkatan suhu tubuh
    2. pantau intake dan output cairan dalam 24 jam, ukur BB tiap hari pada waktu dan jam yang sama,
    3. catat laporan atau hal-hal seperti mual, muntah nyeri dan distorsi lambung.
    4. Anjurkan klien minum banyak kira-kira 2000-2500 cc per hari,
    5. kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium (Hb, Ht, K, Na, Cl)
    6. kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan tambahan melalui parenteral sesuai indikasi.
    2 Resiko tinggi pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat

    Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak terjadi

    Kriteria Hasil :

    • Nafsu makan bertambah
    • menunjukkan berat badan stabil/ideal,
    • nilai bising usus/peristaltik usus normal (6-12 kali per menit)
    • konjungtiva dan membran mukosa bibir tidak pucat.

    1. Kaji pola nutrisi klien
    2. kaji makan yang di sukai dan tidak disukai klien,
    3. anjurkan tirah baring/pembatasan aktivitas selama fase akut,
    4. timbang berat badan tiap hari.
    5. Anjurkan klien makan sedikit tapi sering,
    6. catat laporan atau hal-hal seperti mual, muntah, nyeri dan distensi lambung,
    7. kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet,
    8. kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antiemetik seperti (ranitidine).
    3 Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi salmonella thypi

    Hipertermi teratasi

    Kriteria Hasil :

    • Suhu, nadi dan pernafasan dalam batas normal
    • bebas dari kedinginan
    • tidak terjadi komplikasi yang berhubungan dengan masalah typhoid.
    1. Observasi suhu tubuh klien
    2. anjurkan keluarga untuk membatasi aktivitas klien,
    3. beri kompres dengan air dingin (air biasa) pada daerah axila, lipat paha, temporal bila terjadi panas,
    4. anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang dapat menyerap keringat seperti katun,
    5. kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti piretik.
    4 Ketidak mampuan memenuhi kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan kelemahan fisik

    Kebutuhan sehari-hari terpenuhi

    Kriteria hasil :

    • Mampu melakukan aktivitas,
    • bergerak dan menunjukkan peningkatan kekuatan otot.
    1. Berikan lingkungan tenang dengan membatasi pengunjung,
    2. bantu kebutuhan sehari-hari klien seperti mandi, BAB dan BAK,
    3. bantu klien mobilisasi secara bertahap,
    4. dekatkan barang-barang yang selalu di butuhkan ke meja klien
    5. kolaborasi dengan dokter dalam pemberian vitamin sesuai indikasi.
    5 Resti infeksi sekunder berhubungan dengan tindakan invasive

    Infeksi tidak terjadi

    Kriteria hasil :

    • eritema, (-)
    • bengkak (-)
    • Tanda-tanda infeksi (-)
    • sekresi purulen/drainase (-)
    • febris.(-)
    1. Observasi tanda-tanda vital (S, N, RR dan RR).
    2. Observasi kelancaran tetesan infus,
    3. monitor tanda-tanda infeksi
    4. antiseptik sesuai dengan kondisi balutan infus.
    5. kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti biotik sesuai indikasi.
    6 Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurang informasi atau informasi yang tidak adekuat

    Pengetahuan keluarga meningkat

    Kriteria hasil :

    • Menunjukkan pemahaman tentang penyakitnya, melalui perubahan gaya hidup
    • Orang tua berpartisipasi dalam proses perawatan.
    1. Kaji sejauh mana tingkat pengetahuan keluarga klien tentang penyakit anaknya,
    2. Beri pendidikan kesehatan tentang penyakit dan perawatan klien,
    3. beri kesempatan keluaga untuk bertanya bila ada yang belum dimengerti,
    4. beri reinforcement positif jika klien menjawab dengan tepat,
    5. pilih berbagai strategi belajar seperti teknik ceramah, tanya jawab dan demonstrasi
    6. tanyakan apa yang tidak di ketahui klien,
    7. libatkan keluarga dalam setiap tindakan yang dilakukan pada klien

ARTIKEL YANG BERHUBUNGAN :





Popular Articles

Downloads:
Askep Medikal Bedah | Askep Anak | Pathways | Standar Buku


Asuhan Keperawatan


Bisnis Internet Yang Paling Direkomendasikan :

TLA | Bidvertiser | Chitika | Adbrite | ISM | Kumpulblogger | Adsensecamp | Ziddu