Sabtu, 18 April 2009

5 Cara Menjauhkan polusi dari akibat yang merugikan jantung kita.

jantung sehat polusi
Pada saat dia berumur 10 tahun, John O’Conner terdiagnosa menderita mitral valve prolapsed (kelainan pada katup jantung), suatu kondisi yang dapat memperngaruhi aliran darah dari dan menuju jantung bagian kiri. Pada saat dia berusia 23 tahun, dia makan makanan dengan diet tanpa daging, berolahraga teratur, dan bermeditasi/relaksasi pikiran guna menurunkan stress/tekanan yang terjadi padanya dan menjaga jantungnya agar tetap sehat. Tapi ada sebuah faktor kesehatan jantung tersembunyi yang menurutnya dia tidak tahu banyak tentang hal itu yaitu tentang polusi udara.

O’Connor tinggal di Philadelphia yaitu kota yang mendapat peringkat no 11 dari daftar kota-kota di amerika serikat yang paling tercemar dalam istilah tingkat ozon yang tidak sehat berdasarkan pada lembaga assoisasi paru amerika serikat (American Lung Association’s). Muncul penelitian yang memberi kesan bahwa hanya menghirup udara di kota-kota besar seperti Philadelphia akan meningkatkan resiko O’Connor mengalami gangguan jantung tambahan dan berpotensi membahayakan pemulihan kesehatannya bila dia mengalami serangan jantung.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Harvard University epidemiologists menemukan bahwa partikel-partikel kecil/microskopik dalam polusi udara dapat menurunkan fungsi elektrik jantung pada orang-orang dengan penyakit arteri koroner yang serius.

Menurut Diane R. Gold, MD, pimpinan senior penelitian dan seorang professor dibidang kesehatan masyarakat dan kedokteran di Havard, bahwa menghindari udara yang berpolusi dapat mengurangi resiko serangan jantung, gagal jantung dan komplikasi lain, khususnya pada pasien yang sedang dalam pemulihan setelah perawatan dari rumah sakit.

Faktanya, polusi udara berperan besar dalam kesehatan jantung. Merokok adalah sebuah kesalahan yang terdokumentasi dengan baik dalam penyakit jantung, tapi sebuah study pada tahun 2003 yang dilakukan oleh para peneliti New York University menemukan bahwa seseorang yang bukan perokok dan tinggal di kota dengan polusi hampir mempunyai resiko kematian karena penyakit jantung yang sama seperti pada para perokok.
Beberapa alasan menghindari stress, tekanan atau kotornya lalu lintas jalan

Assosiasi jantung amerika dan universitas kardiologi amerika menyarankan bahwa para pasien penderita penyakit jantung sebaiknya tidak menyetir selama 2 sampai 3 minggu setelah mendapatkan perawatan dan pengobatan di rumah sakit. Yang diharapakan dari saran tersebut adalah para pasien lebih dari sekedar bebas dari stress/tekanan dari kotornya lalu lintas jalan yang multi polusi.

Penelitian di jerman tahun 2004 yang menelusuri pengaruh polusi udara terhadap jantung, menemukan bahwa resiko serangan jantung hampir tiga kali lipat pada paparan trafik atau alur polusi udara berat, tidak perdulu apakah korban atau yang terpapar polusi berada di dalam mobil, dengan sepeda atau berada di angkutan transportasi umum. Pada tahun 2007, penelitian jerman lainnya menemukan bahwa orang-orang yang tinggal dekat dengan jalan-jalan utama hampir lebih mungkin 2 kali lipat meninggal karena penyakit yang berhubungan dengan jantung.
5 tips dan c ara melindungi jantung dari polusi.

Para pasien dengan gangguan jantung perlu mengambil langkah-langkah sederhana untuk mengurangi paparan polusi yang setiap hari mengancam. Seorang profesor bidang ilmu kesehatan masyarakat dari University of Minnesota benama Russell V. Luepker, MD, menyarankan 5 cara sebagai berikut:

1. Berlibur

Apabila anda tinggal di sebuah kota berpolusi, anda mungkin perlu merencanakan liburan setelah prosedur dan perawatan rumah sakit selesai sehingga anda dapat memulihkan kondisi anda di lokasi tempat liburan yang udaranya lebih sehat.

2. Staycation

Apabila anda tidak dapat pergi berlibur ke tempat dengan udara yang lebih sehat dengan berlibur, cobalah habiskan waktu di rumah dengan menutup rumah pada musim dingin atau menggunakan ac di musim panas, sehingga beberapa udara polusi dapat tersaring sebelum masuk ke dalam ruangan anda.

3. Hindari daerah berpolusi tinggi

Bahkan jika anda harus pergi ke tempat berpolusi berat, cobalah untuk hindari area-area yang sepertinya berpolusi tinggi, seperti jalan dengan lalu lintas ramai atau garasi.

4. Pertimbangkan tempat dimana anda tinggal

Pindah tempat tinggal dapat jadi sebuah tekanan/stress, oleh sebab itu dokter tidak menyarankan pindah rumah setelah rawat inap dari rumah sakit. Tapi kota-kota tertentu dan daerah tertentu mungkin merupakan tempat-tempat yang lebih baik kondisi udaranya dari kota atau daerah lainnya.

5. Pertimbangkan tempat dimana anda bekerja.

Seperti pindah rumah, mendapatkan pekerjaan baru bisa juga menjadi tekanan, pekerjaan berbeda berkaitan dengan tingkat paparan polusi yang berbeda pula, sebagai contoh pada suatu study pada pekerja sopir truk ditemukan bahwa mereka mempunyai resiko lebih tinggi terkena serangan jantung, karena mereka secara konstan dna terus menerus dikelilingi asap polusi diesel.

Mengatasi Bibir Kering Dengan Alpukat

tips kesehatan
Bahan-Bahan :

- Buah Alpukat mengal 1 buah

- Madu asli 2 sendok makan


Cara Pembuatan :

- Pisahkan Buah Alpukat mangal antara kulit, daging buah, dan bijinya.

- Tumbuk Daging Buah Alpukat hingga halus. Setelah halus, tambahkan dengan Madu Asli. Kocok bahan tersebut hingga merata.

- Peras ramuan tersebut dengan menggunakan kain tipis yang bersih. Ambil air peraasannya.


Aturan Pakai :

Minumlah air perasan/ saringan buah Delima tersebut, 2 x sehari (dilakukan setiap pagi dan sore hari). Sebaiknya peminuman dilakukan sehabis makan.

Jumat, 17 April 2009

Melangsingkan Tubuh Dengan Buah Delima

tips kesehatan
Bahan-Bahan :

- Buah Delima putih yang sudah tua 2 buah

- Air matang 3 sendok makan

- Garam dapur beryodium secukupnya


Cara Pembuatan :

- Cuci Buah delima sampai bersih. Kemudian tumbuklah hingga halus beserta bijinya.

- Tambahkan 3 sendok makan air ke dalam tumbukan buah delima yang halus tersebut.

- Remas-remas sebentar, dan saringlah airnya.

- Bubuhkan garam secukupnya.


Aturan Pakai :

Minumlah air perasan/ saringan buah Delima tersebut, 2 x sehari (dilakukan setiap pagi dan sore hari). Sebaiknya peminuman dilakukan sehabis makan.

Kamis, 16 April 2009

Asap Rokok dan Bahayanya Pada Binatang Peliharaan Anda

Apakah anda tahu bahwa merokok di dalam rumah dapat membunuh binatang peliharaan rumah anda?. Anjing, kucing dan burung telah terbukti terpengaruh dengan asap rokok. Penelitian dari Colorado State University menemukan bahwa asap tembakau dari sisa orang merokok berpengaruh jelas pada anjing dan potensi anjing untuk terserang penyakit. Satu penelitian menunjukkan bahwa semakin banyak anggota keluarga yang merokok, semakin tinggi pula resiko berkembangnya jenis kanker tertentu pada anjing peliharaan mereka.

Hal tersebut seperti sebuah hubungan langsung bahwa anjing dengan hidung yang panjang mempunyai resiko lebih hebat berkembangnya kanker tertentu pada hidung dan sinus anjing, seperti mereka terpapar lebih banyak karsinogen pada jaringan pada saat mereka menghirup udara lingkungan. Anjing dengan hidung pendek dan sedang lebih mudah terkena kanker paru, karena karsinogen lebih cepat melintasi hidung dan menetap atau tinggal di dalam paru-paru.

Demikian juga, sebuah studi yang diselesaikan di Tufts College of Veterinary Medicine menemukan bahwa kucing yang terpapar asap rokok mempunyai potensi lebih tinggi untuk berkembangnya jenis kanker mulut yang sering terjadi pada korban nyata (perokok) disebut karsinoma sel squamous.

Hal tersebut diduga karena perilaku mengurus/membersihkan kucing, selaput lendir mulut mereka terpapar bahan-bahan kimia yang bisa menjadi sebab timbulnya kanker. Kucing-kucing yang tinggal bersama perokok juga mempunyai 2 kali lipat lebih mungkin untuk berkembangnya kanker limfoma yang ganas, yaitu sebuah kanker yang terjadi dalam kelenjar limfa dan kanker ini bersifat fatal/mematikan pada 3 dari empat kucing dalam 12 bulan dari berkembangnya kanker jenis ini.

Siapapun yang bersama burung peliharaan mengetahui untuk menghindari penggunaan panci yang dilapisi teflon karena sistem respiratori/pernafasan burung sensitif, oleh sebab itu tidak mengherankan lagi bahwa burung juga beresiko terkena kanker paru-paru, juga pneumonia dari asap rokok.

Dari 5000 bahan-bahan kimia yang diidentifikasi dalam asap tembakau, para pengambil kebijakan dalam bidang kesehatan mengelompokkan antara 45 dan 70 dari bahan-bahan kimia itu (antara lain karsinogen, irritant dan bahan beracun lainnya) sebagai penyebab potensial yang berdampak berbahaya dari penggunaan tembakau.

Berdasarkan pada pusat pengendalian dan pencegahan penyakit amerika serikat, lebih dari 126 juta warga amerika yang tidak merokok terpapar dengan asap rokok dari para perokok di rumah mereka sendiri, di kendaraan/alat lain, tempat kerja dan tempat-tempat umum. Paparan asap rokok ini menyebabkan ribuan kanker paru dan penyakit jantung yang mematikan diantara orang-orang yang tidak merokok setiap tahun, berdasar pada California Environmental Protection Agency. Sekarang kita dapat menambahkan hewan pada statistik yang menyedihkan.

Luka Bakar

Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi para medis. Jenis yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibanding dengan cedera oleh sebab lain.
Penyebab luka bakar selain terbakar api langsung atau tidak langsung, juga pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia. Luka bakar karena api atau akibat tidak langsung dari api, misalnya tersiram air panas banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga.
Patofisiologi Luka bakar
Luka bakar disebabkan karena pengalihan energi dari suatu sumber panas kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi elektromagnetik. Luka bakar dapat dikelompokkan menjadi luka bakar termal, radiasi dan kimia. Destruksi jaringan terjadi akibat koagulasi, denaturasi protein dan ionisasi isi sel. Kulit dan mukosa saluran napas atas merupakan lokasi destruksi jaringan. Jaringan yang dalam, termasuk organ visera, dapat mengalami kerusakan karena karena luka bakar elektrik atau kontak yang lama dengan agen penyebab (burning agen). Nekrosis atau kegagalan organ dapat terjadi.
Dalamnya luka bakar tergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan lamanya kontak dengan agen penyebab luka bakar tersebut. Suhu yang kurang dari 400C dapat ditoleransi dalam periode waktu yang lama tanpa menyebabkan luka bakar.
Perawatan luka bakar harus direncanakan menurut luas dan dalamnya, kemudian perawatannya dilakukan dengan tiga fase luka bakar, yaitu: fase darurat/resusitasi, fase akut atau intermediate dan fase rehabilitasi.
Fase
Durasi
Prioritas
Fase resusitasi yang darurat/segera
Dari awitan cedera hingga selesainya resusitasi cairan
Pertolongan pertama
Pencegahan syok
Pencegahan gangguan pernapasan
Deteksi dan penanganan cedera yang menyertai
Penilaian luka dan perawatan pendahuluan
Fase akut
Dari dimulainya diuresis hingga hamper selesainya proses penutupan luka
Perawatan dan penutupan luka
Pencegahan/penanganan komplikasi termasuk infeksi
Dukungan nutrisi
Fase rehabilitasi
Dari penutupan luka yang besar hingga kembalinya kepada tingkat penyesuaian fisik dan psikososial yang optimal
Pencegahan parut&kontraktur
Rehabilitasi fisik, oksupasional&vokasional
Rekonstruksi fungsional&kosmetik
Konseling psikologi
Derajad Luka bakar
Kedalaman luka bakar tergantung oleh tingginya suhu dan lamanya pajanan suhu tinggi. Selain api yang langsung menjilat tubuh, bajuyang ikut terbakar juga memperdalam luka bakar. Bahan baju yang paling aman adalah yang terbuat dari bulu domba (wol). Bahan sintesis seperti nilon dan dakron selain mudah terbakar juga mudah lumer oleh suhu tinggi, lalu menjadi lengket sehingga memperberat derajat kedalaman.
Luka bakar dapat diklasifikasikan menurut jaringan yang rusak:
Kedalaman & derajat luka bakar
Bagian kulit yang terkena
Gejala
Penampilan luka
Perjalanan kesembuhan
Derajat satu (superficial)
Tersengat matahari
Terkena api dengan intensitas rendah
Epidermis
Kesemutan
Hiperestesia (supersensitive)
Rasa nyeri mereda bila didinginkan
Memerah, menjadi putih bila ditekan
Minimal atau tanpa edema
Kesembuhan lengkap dalam 1 minggu
Pengelupasan kulit
Derajat dua (Partial Thickness)
Tersiram air mendidih
Terbakar oleh nyala api
Epidermis dan bagian dermis
Nyeri
Hiperestesia
Sensitif terhadap udara yang dingin
Melepuh dasar luka berbintik-bintik merah, epidermis retak, permukaan luika basah
Edema
Kesembuhan dalam 2-3 minggu
Pembentukan parut&depigmentasi
Infeksi dpt mengubahnya mjd derajat tiga
Derajat tiga (Full Thickness)
Terbakar nyala api
Terkena cairan mendidih dalam waktu yang lama
Tersengat arus listrik
Epidermis, keseluruhan dermis dan kadang-kadang jaringan subkutan
Tidak terasa nyeri
Syok
Hematuria&kemungkinan hemolisis
Kemungkinan terdapat luka masuk dan keluar (pada luka baker listrik)
Kering, luka baker berwarna putih seperti bahan kulit atau gosong
Kulit retak dengan bagian lemak yang nampak
Edema
Pembentukan esker
Diperlukan pencangkokan
Pembentukan parut&hilangnya kontur serta fungsi kulit
Hilangnya jari tangan atau ekstremitas dapat terjadi
Umumnya luka bakar memiliki kedalaman yang tidak seragam. Ketika dinilai, luka bakar biasabya mencakup daerah-daerah cedera superfisial pada bagian perifer luka dengan peningkatankedalaman di sebelah proksimal. Setiap daerah memiliki 3 zona cedera. Daerah yang sebelah dalam mengalami kerusakan yang paling parah, sedangkan zona yang sebelah luar kerusakannya paling ringan. Daerah sebelah dalam dikenal sebagai zona koagulasi dimana terjadi kerusakan seluler. Daerah yang tengah disebut zona statis tempat terjadinya gangguan suplai darah, inflamasi dan cedera jaringan. Daerah ini masih dapat diselamatkan sampai derajat tertentu dengan resusitasi cairan yang berhasil baik. Daerah sebelah luar merupakan zona hyperemia. Zona ini merupakan luka baker derajat satu yang harus sembuh dalam waktu 1 minggu dan lebih khas untuk cedera terbakar atau tersengat arus listrik ketimbang cedera akibat cairan yang panas.
Dalam menentukan dalamnya luka bakar, yang harus diperhatikan yaitu faktor-faktor:
  1. Riwayat terjadinya luka bakar
  2. Penyebab luka bakar
  3. Suhu agen yang menyebabkan luka bakar
  4. Lamanya kontak dengan agen
  5. Tebalnya kulit
Luas Permukaan Tubuh yang Terbakar
Luas luka bakar dinyatakan dalam persen terhadap luas seluruh tubuh. Pada orang dewasa digunakan “rumus 9”, yaitu luas kepala dan leher, dada, punggung, perut, pinggang dan bokong, ekstremitas atas kiri, paha kanan paha kiri, tungkai dan kaki kanan, serta tungkai dan kaki kiri masing-masing 9%, sisanya 1% adalah daerah genetalia. Rumus ini membantu menaksir luasnya permukaan tubuh yang terbakar pada orang dewasa.
Pada anak dan dewasa digunakan rumus lain karena luas relative permukaan kepala anak jauh lebih besar dan luas relative permukaan kaki lebih kecil. Karena perbandingan luas permukaan bagian tubuh anak kecil berbeda dikenal rumus 10 untuk bayi dan rumus 10-15-20 untuk anak.
Untuk anak, kepala dan leher 15%, bagian depan dan belakang masing-masing 20%, ekstremitas atas kanan dan kiri masing-masing 10%, ekstremitas bawah kanan dan kiri masing-masing 15%.
Selain dalamnya dan luas permukaan, prognosis dan penanganan ditentukan oleh letak daerah yang terbakar, usia dan keadaan kesehatan penderita. Daerah perineum, ketiak, leher dan tangan sulit perawatannya antara lain karena mudah mengalami kontraktur.
Karena bayi dan orang usia lanjut daya kompensasinya lebih rendah, maka bila terbakar, digolongkan dalam golongan berat.
Perawatan Luka Bakar
Perawatan di Tempat Kejadian
            Prioritas pertama dalam perawatan di tempat kejadian bagi seorang korban luka bakar adalah mencegah agar orang yang menyelamatkan tidak turut mengalami luka bakar.
1.      Mematikan api
Upaya pertama saat terbakar adalah mematikan api misalnya dengan menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan pasokan oksigen bagi api yang menyala. Korban dapat mengusahakan dengan cepat menjatuhkan diri dan berguling dan mencegah meluasnya bagian pakaian yang terbakar. Kontak dengan bahan yang panas juga harus cepat diakhiri missal dengan mencelupkan bagian yang terbakar atau menceburkan diri ke air dingin atau melepaskan baju yang tersiram air panas. Jika sumber luka bakarnya adalah arus listrik, sumber listrik harus dipadamkan.
2.      Mendinginkan luka baker
Proses koagulasi protein sel di jaringan yang terpajan suhu tinggi berlangsung terus setelah api dipadamkan sehingga destruksi tetap meluas. Proses ini dapat dihentikan dengan mendinginkan daerah yang terbakar dan mempertahankan suhu dingin ini pada jam pertama. Oleh karena itu merendam bagian yang terbakar selama lima belas menit pertama dalam air sangat bermanfaat untuk menurunkan suhu jaringan sehingga kerusakan lebih dangkal dan diperkecil. Dengan demikian luka yang sebenarnya menuju derajat II dapat dihentikan pada derajat I atau luka yang menjadi derajat III dihentikan pada tingkat I atau II. Pencelupan atau penyiraman dapat dilakukan dengan air apa saja yang dingin sekurang-kurangnya 15 menit.
3.      Melepaskan benda penghalang
Meskipun pakaian yang menempel pada luka bakar dapat dibiarkan, pakaian lain dan semua barang perhiasan harus segera dilepaskan untuk melakukan penilaian serta mencegah terjadinya kontriksi sekunder akibat edema yang timbul dengan cepat.
4.      Menutup luka bakar
Luka bakar harus ditutup secepat mungkin untuk memperkevil kemungkinan kontaminasi bakteri dan mengurangi nyeri dengan mencegah aliran udara agar tidak mengenai permukaan kulit yang terbakar.
5.      Mengirigasi Luka bakar kimia
Luka bakar kimia akibat bahan korosif harus segera dibilas dengan air mengalir. Jika mengenai mata harus segera dicuci dengan air bersih yang sejuk.
Penatalaksanaan Kehilangan Cairan dan Syok
Setelah menangani kesulitan pernapasan, kebutuhan yang paling mendesak adalah mencegah terjadinya syok irreversible dengan menggantikan cairan dan elektrolit yang hilang.
Perubahan cairan dan Elektrolit Pada Fase Emergensi/Resusitasi dalam Perawatan Luka Bakar
Fase Akumulasi Cairan (Fase Syok)
Plasma menuju cairan interstisial (Edema pada tempat yang terbakar)
Observasi
Penjelasan
Dehidrasi yang menyeluruh
Berkurangnya volume darah
Berkurangnya haluran urin
Kadar K+ yang berlebihan
Kadar Na+ yang kurang/deficit
Asidosi metabolic (deficit basa bikarbonat)
Hemokonsentrasi (Kenaikan hematokrit)
Plasma mengalir keluar (bocor) lewat pembuluh darah kapiler yang rusak
Terjadi sekunder akibat hilangnya plasma penurunan tekanan darah dan berkurangnya curah jantung
Terjadi sekunder akibat:
-          kehilangna aliran darah renal
-          kehilangan cairan
-          Retensi Na&air karena peningkatan kortek adrenal (hemolisis sel darah merah yang menyebabkan hemoglobinuria&mionekrosis/mioglobinuria)
Trauma seluler yang massif menyebabkan pelepasan ion K+ ke dalam cairan ekstraseluler
Sejumlah besar ion Na+ hilang dalam cairan edema yang terperangkap dan mengalami eksudasi serta berpindah ke dalam sel ketika ion K+ dilepas dari dalam sel
Kehilangan ion-ion bikarbonat menyertai kehilangan natrium
Komponen darah yang cair mengalir ke dalam ruang ekstravaskuler
Selang infus dan kateter urin harus sudah terpasang sebelum resusitasi cairan dimulai. Hasil pengukuran BB dan tes laboratorium juga dicatat dan dipantau secara ketat.
Penggantian Cairan
Kebutuhan cairan yang diproyeksikan dalam 24 jam pertama dihitung oleh dokter berdasarkan luas luka baker. Beberapa kombinasi kategori cairan dapat digunakan (1) koloid-whole blood, plasma serta plasma ekpander, dan (2) kristaloid/elektrolit-larutan natrium klorida fisiologik atau larutan ringer laktat. Resusitasi cairan yang adequate menghasilkan sedikit penurunan volume darah selama 24 jam pertama pasca luka bakar dan mengembalikan kadar plasma dalam nilai yang normal pada akhir periode 48 jam.
Pedoman Rumus untuk Penggantian Cairan Pada Pasien Luka Bakar
Rumus Konsensus
Larutan Ringer Laktat (atau larutan saline seimbang lainnya): 2-4 ml X kg BB X % luas luka baker.
Separuh diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam selanjutnya.
Rumus Evans
1.      Koloid: 1ml X kg BB X % luas luka baker
2.      Elektrolit (saline): 1ml X kg BB X % luas luka baker
3.      Glukosa (5% dalam air): 2000ml untuk kehilangan insensible
Hari 1: Separuh diberikan dalam 8 jam pertama, separuh sisanya dalam 16 jam selanjutnya.
Hari 2: Separuh dari cairan elektrolit dan koloid yang diberikan pada hari sebelumnya, seluruh penggantian cairan insensible.
Maksimum 10.000 selama 24 jam. Luka baker derajat II dan III yang melebihi 50% luas permukaan tubuh dihitung berdasarkan 50% luas permukaan tubuh.
Rumus Brooke Army
1.      Koloid: 0,5ml X kg BB X % luas luka baker
2.      Elektrolit (larutan ringer laktat): 1,5ml X kg BB X % luas luka baker
3.      Glukosa (5% dalam air): 2000ml untuk kehilangan insensible
Hari 1: Separuh diberikan dalam 8 jam pertama, separuh sisanya dalam 16 jam selanjutnya.
Hari 2: Separuh dari cairan koloid, separuh elektrolit, seluruh penggantian cairan insensible.
 Luka baker derajat II dan III yang melebihi 50% luas permukaan tubuh dihitung berdasarkan 50% luas permukaan tubuh.
Rumus Parkland/Baxter
Larutan ringer laktat: 4ml X kg BB X luas luka baker
Hari 1: Separuh diberikan dalam 8 jam pertama, separuh sisanya dalam 16 jam selanjutnya.
Hari 2: Bervariasi. Ditambahkan koloid
Larutan Salin Hipertonik
Larutan pekat natrium klorida dan laktat dengan konsentrasi 250-300 mEq natrium perLiter yang diberikan pada kecepatan yang cukup untuk mempertahankan volume keluaran urin yang diinginkan. Jangan meningkatkan kecepatan infuse selama 8 jam pertama pasca luka baker. Kadar natrium serum harus dipantau dengan ketat. Tujuan: meningkatkan kadar natrium serum dan osmolalitas untuk mengurangi edema dan mencegah komplikasi paru.
Obat-obatan
Antibiotik sistemik spectrum luas diberikan untuk mencegah infeksi. Yang banyak dipakai adalah golongan aminoglikosida yang efektif terhadap pseudomonas. Bila ada infeksi, antibiotic diberikan berdasarkan hasil biakan dan uji kepekaan kuman. Antasida diberikan untuk pencegahan tukak stress dan antipiretik diberikan bila suhu tinggi.
Nutrisi harus diberikan cukup untuk menutup kebutuhan kalori dan keseimbangan nitrogen yang negative pada fase katabolisme, yaitu sebanyak 2500-3000 kalori sehari dengan kadar protein tinggi. Kalau perlu makanan diberikan melalui pipa lambung atau ditambah parenteral.
Penderita yang mulai stabil keadaannya perlu fisioterapai untuk memperlancar peredaran darah dan mencegah kekakuan sendi.
Penderita luka baker harus dipantau terus-menerus, keberhasilan pemberian cairan dapat dilihat dari diuresis normal yaitu sekurang-kurangnya 1ml/kgBB/jam. Yang penting juga apakah sirkulasi normal/tidak

CHIRROSIS HEPATIS

A.      Pengertian
Chirrosis hepatis adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses peradangan, nekrosis sel hati yang luas, pembentukn jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak teratur akibat penambahan jaringan ikat dan nodul tersebut.
Tipe Chirrosis Hepatis
Ada tiga tipe chirrosis atau pembentukan parut dalam hati :
1.       Chirrosis portal Laennec (alkoholik, nutrisional ) dimana jaringan parut secara khas mengelilingi daerah portal. Sirosis ini paling sering disebaban oleh alcoholisme kronis.
2.       Chirrosis  pasca nekrotik, terdapat pita jaringan parut yang lebar sebagai tindak lanjut dari hepatitis virus akut sebelumnya
3.       Chirrosis bilier, dimana pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati sekitar saluran empedu. Tipe ini biasanya terjadi akibat obstruksi bilier yang kronis dan infeksi (kolangitis) ; insidensinya paling rendah 
B.      Patofisiologi
Infeksi hepatitis viral tipe B/C menyebabkan peradangan hati. Peradangan ini menyebabkan nekrosis meliputi daerah yang luas (hepatoseluler), terjadi kolaps lobulus hati dan ini memacu timbulnya jaringan parut disertai terbentuknya septa fibrosa difus dan nodul sel hati. Walaupun etiologi beda, gambaran histologis sama atau hampir sama. Serta bisa dibentuk dari sel retikulum penyangga yang kolaps dan berubah jadi parut. Beberapa sel tumbuh kembali dan membentuk nodul dengan berbagai ukuran dan ini menyebabkan distorsi percabangan pembuluh hepatic dan gangguan aliran darah porta dan menimbulkan hipertnsi portal. Tahap berikutnya terjadi peradangan dan nekrosis pada sel duktules, sinusoid, retikulo endotel, terjadi fibrogenesis dan septa aktif. Jaringan kolagen berubah fari reversible menjadi irreversible bila telah terbentuk septa permanen yang aselular  pada daerah porta dan parenkim hati.
C.      Etiologi
1.      Hepatitis virus tipe B dan C
2.      Alkohol
3.      Metabolik  ( hemokromatosis idiopatik, penyakit Wilson, defisiensi alpha 1 anti tripsin, galaktosemia, tirosinemia congenital, DM , penyakit penimbunan kolagen)
4.      Kolestasisi kronik/sirosis bilier sekunder intra dan ekstra hepatic
5.      Obstruksi aliran vena hepatic (Peny.vena oklusif, Sindrom Budd Chiari, Perikarditis konstriktiva, Payah jantung kanan)
6.      Gangguan imunologis
7.      Toksik dan obat ( MTX, INH, Metildopa)
8.      Operasi pintasusus halus pada obesitas
9.      Malnutrisi
10.  Idiopatik
D.      Tanda dan Gejala
Kriteria Soebandiri , bila terdapat 5 dari 7 :
1.      Spider nevi
2.      Venectasi/ vena kolateral
3.      Ascites (dengan atau tanpa edema kaki)
4.      Spelomegali
5.      Varices esophagus (hemel)
6.      Ratio albumin : globulin terbalik
7.      Palmar eritema
Manifestasi klinis berdasarkan :
1.      Kompensata (belum mempengauhi fungsi hepar)
§         Demam intermitten
§         Spider nevi
§         Palmar eritema
§         Epistaksis
§         Edema kaki
§         Dispepsia
§         Nyeri abdomen
§         Hepatosplenomegali
2.      Dekompensata
§         Ascites
§         Jaundice
§         Kelemahan fisik
§         Kehilangan BB
§         Epistaksis
§         Hipotensi
§         Atropi gonadal
Klasifikasi CHILD
Derajat kerusakan
Minimal
Sedang
Berat
Bil serum (mg%)
<2,0
2,0-3,0
>3
Alb.serum (mg%)
>3,5
3,0-3,5
<3,0
Ascites
-
Mudah dikontrol
Sulit dikontrol
Enselopati
-
Minimal
Berat/koma
Nutrisi
Sempurna
Baik
Kurang/kurus
Protrombin
>70%
40-70%
<40%
Grade (CHILD)
Nilai
Prognosis
A
5 - 6
10 – 15%
B
7 – 9
30%
C
10 - 15
>60%
Tingkatan Enselopati Hati
Tingkat
Derajat
Astereksi/Flapping
EEG
Status mental
I
Prodormal
Ringan
Normal
Bingung, perub.jiwa&kelakuan,eforia,depresi,bicara lambat,terputus,tidak rapi
II
Impending/koma
Mudah dirangsang
Abn
>berat dr tk.I,mengantuk,TL tdk wajar
III
Stupor
Dijumpai jika kooperatif
Abn (flat)
Mengantuk terus/msh bisa dibangunkan
IV
Koma dangkal/dalam
Absen
Abn (flat)
Bisa/tidak bisa respon stimuli,hipereksi,hiperventilasi
E.       Pemeriksaan Penunjang
§         Biopsi Hati
§         Darah rutin : Hb rendah, anemia normokromik normositer, hipokrom mikrositer ,hipokrom makrositer.
§         Kolesterol darah yang selalu rendah prognosis kurang baik
§         Kenaikan kadar enzim transaminase (SGOT/SGPT). Kenaikan diakibatkan kebocoran dari sel yang mengalami kerusakan. Pada sirosis inaktif tidak meningkat
§         Albumin menurun
§         Pemeriksaan CHE (kolinesterase) turun. Bila terjadi kenaikan berati terjadi perbaikan
§         Pemeriksaan kadar elektrolit penting untuk penggunaan diuretic dan pembatasan garam. Dalam enselopati kadar NA < 4 mEq/l menunjukkan terjadi sindrom hepatorenal
§         Masa Protrombin memanjang
§         Kadar gula darah meningkat karena kurangnya kemampuan hati membentuk glikogen
§         Marker serologi pertanda virus ; HbsAg/HbsAb, HbeAg/HbeAb, HBV DNA, HCV RNA.
§         Pemeriksaan AFP (alfa feto protein) menentukan apakah ada keganasan. AFP > 500 – 1000 menunjukkan suatu kanker hati primer.
§         Radiologi : barium swallow untuk melihat adanya varises esofagus.
§         Esofagoskopi : melihat varises esofagus berupa adanya cherry red spot, red whale marking, diffus redness. Kemungkinan perdarahan
§         USG
§         Sidikan hati : radionukleid IV
§         Tomografi komputer
§         E R C P : untuk menyingkirkan adanya obstruksi ekstrahepatik
§         Angiografi
§         Punksi ascites : pemeriksaan mikroskopis, kultur cairan, kadar protein, amilase dan lipase.
F.     Penatalaksanaan
Berdasarkan gejala yang ada.
§         Kompensata baik : kontrol, istirahat, diet TKTP, lemak secukupnya,
§         Penyebab diketahui : atasi atau hentikan penyebab
§         Atasi komplikasi ; ascites diberikan diet rendah garam 0,5 g/hari, total cairan 1,5 l/hr, diuretic
§         Dengan perdarahan : resusitasi, lavase air es, hemostatik, antasid/antagonisB2, sterilisasai usus, klisma tinggi, skleroterapi, ligasi endokospik varises
§         Pencegahan pecahnya varises esofagus : farmakoterapi, ligasi varises.
G.      Garis besar penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan hematemesis melena
§         Hentikan/cegah perdarahan berulang
§         Mengeliminasi produk darah
§         Stabilkan hemodinamik
§         Menurunkan kecemasan 
§         Fasilitasi bedrest selama fase pemulihan
§         Tingkatkan asupan nutrisi
§         Perawatan kulit
§         Hentikan/cegah perdarahan berulang
§         Mengeliminasi produk darah
§         Stabilkan hemodinamik
§         Menurunkan kecemasan
§         Fasilitasi bedrest selama fase pemulihan
§         Tingkatkan asupan nutrisi
§         Perawatan kulit
§         Cegah infeksi