Sabtu, 29 Agustus 2009

Materi Kesehatan: Konsep Praktek Klinik Keperawatan

Konsep Praktek Klinik Keperawatan
Praktek keperawatan adalah tindakan mandiri perawat profesional melalui kerjasama berbentuk kolaborasi dengan klien dan tenaga kesehatan lain dalam memberikan asuhan keperawatan atau sesuai dengan lingkungan wewenang dan tanggung jawabnya.(Nursalam,M.Nurs, 2002 : 81)
Menurut CHS (1983) praktek keperawatan sebagai tindakan keperawatan profesional menggunakan pengetahuan teoritik yang mantap dan kokoh dari berbagai ilmu dasar (biologi, fisika, biomedik, perilaku dan sosial) dan ilmu keperawatan dasar, klinik dan komunitas sebagai landasan untuk melakukan asuhan keperawatan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Klinik adalah rumah sakit atau lembaga kesehatan tempat orang berobat dan memperoleh advis medis serta tempat mahasiswa kedokteran melakukan pengamatan terhadap kasus penyakit yang diderita para pasien.( Poerwodarminto, 2002)
Jadi praktek klinik keperawatan adalah tindakan mandiri yang dilakukan mahasiswa keperawatan di rumah sakit melalui kerjasama berbentuk kolaburasi dengan klien dan tenaga kesehatan lain dalam memberikan asuhan keperawatan atau sesuai dengan lingkungan wewenang dan tanggung jawabnya.
ICN mendefinisikan praktek keperawatan sebagai cara untuk membantu individu atau kelompok mempertahankan atau mencapai kesehatan yang optimal sepanjang proses kehidupan yang mengkaji status kesehatan klien,menetapkan diagnosa keperawatan, rencana, tindakan keperawatan untuk mencapai tujuan dan mengevaluasi respon klien terhadap intervensi yang di berikan. (Nursalam,M.Nurs, 2002 : 81)

PERJALANAN PENYAKIT HIV/AIDS


Perjalanan penyakit HIV merupakan perjalanan interaksi HIV dengan sistem imun tubuh yang terbagi dalam tiga fase yang menunjukkan terjadinya interaksi virus dan hospes yaitu fase permulaan/akut, fase pertengahan/kronik dan fase terakhir/krisis (Mitchell and Kumar).

Fase akut menandakan respon imun tubuh yang masih imunokompeten terhadap infeksi HIV. Secara klinis, fase tersebut ditandai oleh gejala yang sembuh dengan sendirinya yaitu 3 sampai 6 minggu setelah terinfeksi HIV. Gejalanya berupa radang tenggorokan, nyeri otot (mialgia), demam, ruam kulit, dan terkadang radang selaput otak (meningitis asepsis). Produksi virus yang tinggi menyebabkan viremia (beredarnya virus dalam darah) dan penyebaran virus ke dalam jaringan limfoid, serta penurunan jumlah sel T CD4+. Beberapa lama kemudian, respon imun spesifik terhadap HIV muncul sehingga terjadi serokonversi. Respon imun spesifik terhadap HIV diperantarai oleh sel T CD8+ (sel T pembunuh, T sitotoksik cell) yang menyebabkan penurunan jumlah virus dan peningkatan jumlah CD4+ kembali. Walaupun demikian, penurunan virus dalam plasma tidak disertai dengan berakhirnya replikasi virus. Replikasi virus terus berlangsung di dalam makrofag jaringan dan CD4+ (Mitchell and Kumar, ; Saloojee and Violari,).


Fase kronik ditandai dengan adanya replikasi virus terus menerus dalam sel T CD4+ yang berlangsung bertahun-tahun. Pada fase kronik tidak didapatkan kelainan sistem imun. Penderita dapat asimptomatik (tanpa gejala) atau mengalami limfadenopati persisten (pembesaran kelenjar getah bening) dan beberapa penderita mengalami infeksi oportunistik minor seperti infeksi jamur. Penurunan sel T CD4+ terjadi terus menerus, tetapi masih diimbangi dengan kemampuan regenerasi sistem imun. Setelah beberapa tahun, sistem imun tubuh mulai melemah, sementara replikasi virus sudah mencapai puncaknya sehingga perjalanan penyakit masuk ke fase krisis. Tanpa pengobatan, penderita HIV akan mengalami sindrom AIDS setelah fase kronik dalam jangka waktu 7 sampai 10 tahun (Mitchell and Kumar; Saloojee and Violari).

Fase krisis ditandai dengan hilangnya kemampuan sistem kekebalan tubuh. Peningkatan jumlah virus dalam darah (viral load) dan gejala klinis yang berarti. Penderita mengalami demam lebih dari 1 bulan, lemah, penurunan berat badan dan diare kronis. Hitung sel T CD4+ berkurang sampai dibawah 500/µL. Penderita juga akan rentan terhadap infeksi oportunistik mayor, neoplasma (kanker) tertentu dan manifestasi neurologis sehingga dikatakan penderita mengalami gejala AIDS yang sebenarnya (Mitchell and Kumar, ; Saloojee and Violari).


Faktor yang mempengaruhi perjalanan HIV/AIDS meliputi faktor hospes dan virus. Faktor hospes mencakup umur dan faktor genetik. Pada usia anak, AIDS akan berjalan lebih progresif, selain itu viral load akan lebih tinggi dan infeksi bakteri atau infeksi oportunistik akan lebih sering dibandingkan pada orang dewasa. Faktor virus mencangkup virulensi yang dipengaruhi oleh gen virus tertentu, misalnya gen nef (Hogan et al; Learmont et al).



FILE-FILE ASKEP LENGKAP DAPAT ANDA DOWNLOAD DISINI, ANDA JUGA BISA MENDOWNLOAD FILE-FILE PRESENTASI TERBAIK DISINI

MEKANISME KESEIMBANGAN POSTURAL PADA LANSIA


Mekanisme Keseimbangan Postural
Menurut (Suhartono, 2005), mekanisme keseimbangan postural membutuhkan kerjasama dan interaksi dari tiga komponen, yaitu:

Sistem Sensori Perifer
Sistem sensori utama terkait dengan keseimbangan postural meliputi sistem visual, vestibular dan proprioseptif (Suhartono,). Gangguan visual yang dapat meningkatkan resiko jatuh, misalnya katarak (Hazzard,). Manula umumnya mengalami perubahan struktur mata. Salah satu nya adalah atropi dan hialinisasi pada muskulus siliaris yang dapat meningkatkan amplitudo akomodasi. Hal ini dapat meningkatkan ambang batas visual sehingga dapat mematahkan impuls afferen yang kemudian dapat menurunkan visual manula, dan pada akhirnya akan mempengaruhi keseimbangan postural mereka. Selain itu juga terjadi perubahan lapang pandang, penurunan tajam penglihatan, sensitivitas penglihatan kontras akibat berkurangnya persepsi kontur dan jarak. Penurunan tajam penglihatan terjadi akibat katarak, degenerasi makuler, dan penglihatan perifer menghilang (Gunarto, ). Reseptor visual ini memberikan informasi tentang orientasi mata dan posisi tubuh atau kepala terhadap kondisi lingkungan di sekitarnya. Gangguan keseimbangan akan tampak lebih jelas lagi jika impuls afferen untuk visual ditiadakan, misalnya pada saat mata tertutup, maka kelihatan ayuanan tubuh (sway) menjadi berlebihan (Suhartono).

Gangguan fungsi vestibular, misalnya vertigo. Faktor predisposisi dari munculnya gangguan fungsi vestibular meliputi infeksi pendengaran, bedah telinga (ear surgery), aminoglyosides, quinidine, dan furosemid (Hazzard, ). Pada sistem vestibular terjadi degenerasi sel-sel rambut dalam macula sebesar 40% dan sel syaraf. Proses degeneratif di dalam otolit sistem vestibuler dapat menyebabkan vertigo posisisonal dan ketidakseimbangan waktu berjalan (Gunarto,). Organ vestibular memberikan informasi ke CNS tentang posisi dan gerakan kepala serta pandangan mata melalui reseptor makula dan krista ampularis yang terdapat di telinga dalam (Suhartono,).

Gangguan proprioseptif, misalnya neuropati perifer dan servical degenerative disease (Hazzard). Susunan proprioseptif ini memberikan informasi ke CNS tentang posisi tubuh terhadap kondisi di sekitarnya (eksternal) dan posisi antara segmen badan badan itu sendiri (internal) melalui reseptor-reseptor yang ada dalam sendi, tendon, otot, ligamentum dan kulit seluruh tubuh terutama yang ada pada kolumna vertebralis dan tungkai. Informasi itu dapat berupa tekanan, posisi sendi, tegangan, panjang, dan kontraksi otot (Suhartono, ). Manula mengalami penurunan proprioseptif (Pudjiastuti, ). Hal ini dapat meningkatkan ambang batas rangsang muscle spindle, sehingga dapat mematahkan umpan balik afferen dan secara berurutan dapat mengubah kewaspadaan tentang posisi tubuh keadaan ini dapat menimbulkan gangguan keseimbangan postural (Suhartono).

Sistem Saraf Pusat (SSP).
Sistem ini dibutuhkan dalam memelihara respon postural. Central Nerves System (CNS) melalui jaras-jarasnya menerima informasi sensoris perifer dari sistem visual, vestibular, dan proprioseptif di gyrus post central lobus parietal kontralateral. Selanjutnya infomasi ini diproses dan diintegrasikan pada semua tingkat sistem syaraf. Akhirnya dalam waktu latensi ± 150 mdet akan terbentuk suatu respon postural yang benar secara otomatis dan akan diekspresikan secara mekanis melalui efektor dalam suatu rangkaian pola gerakan tertentu. Tetapi pada aktivitas dengan pola baru yang belum pernah disimpan dalam otak, maka reaksi keseimbangan tubuh perlu dipelajari dan dilatih sampai reaksi tersebut dapat dilakukan dengan tanpa perlu berfikir lagi. Proses kontrol postural pada CNS dimulai dari:
Persepsi sensoris ? Perencanaan motorik ? Pelaksanaan motorik ke perifer (Suhartono).

Sistem efektor.
Tugas utama dari sistem efektor adalah mempertahankan pusat gravitasi tubuh / Center Of Gravitation (COG). Dimana tugasnya meliputi duduk, berdiri, atau berjalan. Dalam posisi berdiri respon motor (effector) mempertahankan atau menyokong sikap dan keseimbangan, yang disebut muscle synergies (Guccione).
Gerakan dilakukan oleh suatu kelompok sendi dan otot dari kedua sisi tubuh, maka komponen efektor yang normal harus ada supaya dapat melakukan gerakan keseimbangan postural yang normal. Komponen efektor yang dibutuhkan adalah LGS (Lingkup Gerak Sendi), kekuatan dan ketahanan (endurance) dari kelompok otot kaki, pergelangan kaki, lutut, pinggul, punggung, leher, dan mata. Gangguan pada komponen efektor akan mempengaruhi kemampuan dalam mengontrol postur sehingga akan terjadi gangguan keseimbangan postural (Suhartono).


Sedangkan menurut (Nugroho) Stabilitas atau keseimbangan tubuh ditentukan atau dibentuk oleh:

Sistem Sensorik
Pada sistem ini yang berperan di dalamnya adalah penglihatan (visus) dan pendengaran. Semua gangguan atau perubahan pada mata akan menimbulkan gangguan pengelihatan. Gangguan pengelihatan yang dimaksud meliputi presbiop, kelainan lensa mata ( refleksi lensa mata kurang), kekeruhan pada lensa (katarak), tekanan dalam mata yang meninggi (glaukoma), dan radang saraf mata. Begitu pula semua penyakit telinga akan menimbulkan gangguan pendengaran. Gangguan pendengaran yang dimaksud meliputi kelainanan degeneratif (otosklerusis) dan ketulian pada lanjut usia yang seringkali dapat menyebabkan kekacauan mental.


Sistem Saraf Pusat (SSP).

Menurut Tinneti penyakit SSP seperti stroke dan parkinson hidrosefalus tekanan normal, sering diderita oleh lanjut usia dan menyebabkan gangguan fungsi SSP sehingga berespon tidak baik terhadap input sensorik.
Kognitif
Pada beberapa penelitian, demensia diasosiasikan dengan meningkatnya resiko jatuh.
Muskuloskeletal.
Faktor ini betul-betul berperan besar terjadinya jatuh terhadap lanjut usia (faktor murni milik lanjut usia). Gangguan muskuloskeletal menyebabkan gangguan gaya berjalan (gait) dan ini berhubungan dengan proses menua yang fisiologis.



FILE-FILE ASKEP LENGKAP DAPAT ANDA DOWNLOAD DISINI, ANDA JUGA BISA MENDOWNLOAD FILE-FILE PRESENTASI TERBAIK DISINI

PERUBAHAN SISTEM TUBUH LANSIA


Perubahan fisik.

  1. Sel.

    Pada lansia jumlah selnya akan lebih sedikit, dan ukurannya akan lebih besar, cairan tubuh dan cairan intraseluler akan berkurang, menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati. Jumlah sel otak menurun, terganggunya mekanisme perbaikan sel, dan otak menjadi atrofi beratnya berkurang 5-10%.

  2. Sistem Persyarafan.

    Berat otak menurun 10-20%, hubungan persyarafan cepat menurun, lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stres, mengecilnya saraf panca indera, dan kurang sensitif terhadap sentuhan.

  3. Sistem Pendengaran.

    Presbiakusis (gangguan pada pendengaran), membrana timpani menjadi atrofi, terjadi pengumpulan serumen dan mengeras karena peningkatan keratin, pendengaran menurun pada manula yang mengalami ketegangan jiwa/stres.

  4. Sistem Penglihatan.

    Timbul sklerosis pada sfingter pupil dan hilangnya respon terhadap sinar, kornea lebih berbentuk sferis (bola), lensa lebih suram (keruh) dapat menyebabkan katarak, meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, dan susah melihat dalam cahaya gelap, hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang pandang, dan menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau pada skala.

  5. Sistem Kardiovaskuler.

    Elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya. Kehilangan elastisitas pembluh darah, kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, sering terjadi postural hipotensi, tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer.

  6. Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh.

    Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologik ± 35ºC ini akibat metabolisme yang menurun, keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot.

  7. Sistem Respirasi.

    Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya aktivitas dari silia, paru-paru kehilangan elastisitas sehingga kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun, dan kedalaman bernafas menurun. Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang, O2 pada arteri menurun menjadi 75 mmHg, kemampuan untuk batuk berkurang, penurunan kekuatan otot pernafasan.

  8. Sistem Gastrointestinal.

    Kehilangan gigi, indra pengecap menurun, esofagus melebar, sensitifitas lapar menurun, asam lambung dan waktu pengosongan lambung menurun. Paristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi. Fungsi Absorbsi menurun. Liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, serta berkurangnya aliran darah.

  9. Sistem Genitourinaria.

    Ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%, fungsi tubulus berkurang (akibatnya kurangnya kemampuan mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun, proteinria biasanya +1), BUN (Blood Urea Nitrogen) meningkat sampai 21 mg%, nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat. Vesika urinaria otot-ototnya melemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml dan menyebabkan frekuensi buang air kecil meningkat, VU sulit dikosongkan sehingga meningkatnya retensi urin. Pembesaran prostat ±75% pada pria usia 65 tahun keatas.

  10. Sistem Endokrin

    Produksi dari ACTH, TSH, FSH, dan LH menurun, menurunnya aktivitas tiroid, menurunnya BMR (Basal Metabolic Rate), dan menurunnya daya pertukaran gas, menurunnya produksi aldosteron, menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya progesteron, esterogen, dan testosteron.

  11. Sistem Integumen.

    Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak, permukaan kulit kasar dan bersisik, menurunnya respon terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit menurun, kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu, rambut dalam hidung dan telinga menebal, berkurangnya elastisitas akibat dari menurunnya cairan dan vaskularisasi, pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk, kelenjar keringat berkurang jumlahnya dan fungsinya, kuku menjadi pudar dan kurang bercahaya.

  12. Sistem Muskuloskeletal.

    Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh, kifosis, persendian membesar dan menjadi kaku, tendon mengkerut dan mengalami sklerosis, atrofi serabut otot sehingga gerak seseorang menjadi lambat, otot-otot kram dan menjadi tremor.




FILE-FILE ASKEP LENGKAP DAPAT ANDA DOWNLOAD DISINI, ANDA JUGA BISA MENDOWNLOAD FILE-FILE PRESENTASI TERBAIK DISINI

STRUKTUR DAN PERKEMBANGBIAKAN HIV


Virion HIV berbentuk sferis (lonjong) dan memiliki inti berbentuk kerucut, dikelilingi oleh selubung lipid yang berasal dari membran sel hospes. Inti virus mengandung protein kapsid terbesar yaitu p24, protein nukleokapsid p7/p9, dua kopi RNA genom, dan tiga enzim virus yaitu protease, reverse transcriptase dan integrase (Gambar 1). Protein p24 adalah antigen virus yang cepat terdeteksi dan merupakan target antibodi dalam tes screening HIV. Inti virus dikelilingi oleh matriks protein p17, yang merupakan lapisan dibawah selubung lipid. Sedangkan selubung lipid virus mengandung dua glikoprotein yang sangat penting dalam proses infeksi HIV dalam sel yaitu gp120 dan gp41. Genom virus yang berisi gen gag, pol, dan env yang akan mengkode protein virus. Hasil translasi berupa protein prekursor yang besar dan harus dipotong oleh protease menjadi protein mature (Mitchell and Kumar).


Meskipun berbagai sel dapat menjadi target dari HIV, ada dua target utama infeksi HIV yaitu sistem imunitas tubuh dan sistem saraf pusat (Mitchell and Kumar, Fauci et al.,Cornain dkk.) tetapi virion HIV cenderung menyerang limfosit T. Jumlah limfosit T penting untuk menentukan progresifitas penyakit infeksi HIV ke AIDS (McCloskey; Drew,). Sel T yang terinfeksi tidak akan berfungsi lagi dan akhirnya mati. Infeksi HIV ditandai dengan adanya penurunan drastis sel T dari darah tepi (Mitchell and Kumar; Fauci et al.; Hogan et al., ).


Limfosit T menjadi sasaran utama HIV karena memiliki reseptor CD4+ (sel T CD4+). yang merupakan pasangan ideal bagi gp120 permukaan (surface glycoprotein 120) pada permukaan luar HIV (enveloped) (Schols, McCloskey, ). Molekul CD4+ merupakan reseptor dengan afinitas tinggi terhadap HIV. Hal tersebut menjelaskan adanya kecenderungan selektif virus terhadap sel T CD4+ dan sel CD4+ lainnya, yaitu makrofag dan sel dendritik. Selain berikatan dengan sel CD4+, glikoprotein pada selubung HIV, yaitu gp120 akan berikatan dengan koreseptor pada permukaan sel untuk memfasilitasi masuknya virus ke dalam sel tersebut.
Dua macam reseptor kemokin pada permukaan sel CD4+, yaitu CCR5 dan CXCR4 yang dikenal berperan dalam memfasilitasi masuknya HIV. Reseptor CCR5 banyak terdapat pada makrofag dan reseptor CXCR4 banyak terdapat pada sel T. Selubung HIV gp120 berikatan dengan gp41 akan menempel pada permukaan molekul CD4+. Pengikatan tersebut akan mengakibatkan perubahan yang menyebabkan timbulnya daerah pengenalan terhadap gp120 pada CXCR4 dan CCR5. Glikoprotein 41 akan mengalami perubahan yang mendorong masuknya sekuens peptida gp41 ke dalam membran target yang memfasilitasi fusi virus (Mitchell and Kumar, 2003; Fauci et al., 2001; Hogan et al.).

Dengan glikoprotein gp41 transmembran (transmembrane glycoprotein 41), maka akan terjadi fusi antara permukaan luar dari HIV dengan membran limfosit T CD4+, sedangkan inti (core) HIV melanjutkan masuk sel sambil membawa enzim reverse transcriptase (Pavlakis, 1997). Bagian inti HIV yang mengandung RNA (single stranded RNA) akan berusaha membentuk double stranded DNA dengan bantuan enzim reverse transciptase yang telah dipersiapkan tersebut, kemudian dengan bantuan DNA polimerase terbentuklah cDNA atau proviral DNA. Proses berikutnya adalah upaya masuk ke dalam inti limfosit T dengan bantuan enzim integrase, maka terjadilah rangkaian proses integrasi, transkripsi yang dilanjutkan dengan translasi protein virus, serta replikasi HIV yang berlipat ganda yang nantinya akan meninggalkan inti. Setelah mengalami modifikasi, kemudian berusaha keluar menembus membran limfosit membentuk budding dan virion baru yang terbentuk siap menginfeksi limfosit T CD4+ berikutnya. Sel yang pecah akan mati, demikian proses ini terus berlangsung sehingga jumlah limfosit T CD4+ menurun dan perjalanan penyakit cenderung progresif (Drew).

Selain menyerang sistem imunitas tubuh, HIV juga menyerang sistem saraf pusat manusia melalui sel makrofag dan monosit pada otak dan sumsum tulang yaitu sel glia. Gangguan neurologis pada infeksi HIV disebabkan oleh produk virus dan produk sel glia yaitu sitokin yang bersifat neurotoksik (Mitchell and Kumar, Fauci et al., ; Saloojee and Violari).



FILE-FILE ASKEP LENGKAP DAPAT ANDA DOWNLOAD DISINI, ANDA JUGA BISA MENDOWNLOAD FILE-FILE PRESENTASI TERBAIK DISINI

PERAWATAN PAYUDARA


  1. Pengertian

    Perawatan payudara saat hamil adalah merawat sedini mungkin payudara ibu pada saat kehamilan untuk mempersiapkan payudara sebagai penghasil ASI serta kebersihannya dan tehnik perawatannya.

  2. Waktu melakukan perawatan payudara

    Perawatan kebersihan payudara dilakukan sedini mungkin selama kehamilan, sedangkan untuk massage dimulai pada saat kehamilan mencapai usia 28 minggu, hal ini bertujuan supaya uterus tidak berkontaksi secara berlebihan akibat rangsangan dari massage di payudara.

  3. Guna ASI
    • Membantu proses involusi, yaitu pengembalian kandungan yang tadinya ditempati oleh janin ibu, karena ibu meneteki maka perut ibu akan terasa mulas, hal ini merupakan tanda kandungan ibu mulai menyusut dan akan kembali ke ukuran normal pada saat belum hamil.
    • Menjalin kasih sayang antara ibu dan anak.
    • Meneteki sendiri merupakan cara yang mudah dan murah dalam memberikan susu pada bayi.
    • ASI adalah makanan yang paling cocok untuk bayi anda.
    • Di dalam ASI terkandung sumber daya tahan terhadap beberapa penyakit.
    • Mencegah terjadinya kanker payudara.

  4. Teknik perawatan payudara

    Kita siapkan alat sesuai dengan kebutuhan, yaitu:
    Waskom 2 buah, handuk, spuit 10 cc untuk menarik puting susu yang masuk, kapas, kassa, minyak kelapa atau baby oil.

    Langkah-langkahnya:

    • Kompres puting susu dengan menggunakan kapas minyak/ baby oil selama + 3 menit yang bertujuan agar daki terlepas, kemudian kita memilin puting susu sebanyak 20 kali masing-masing puting yang bertujuan agar saluran susu tidak tersumbat oleh air yang mengering. Pada saat kita menekan daerah lingkaran hitam pada sekitar puting jika keluar air susu maka saluran susu pada puting tidak buntu lagi.
    • Kemudian kita lakukan pengurutan pada kedua payudara dengan cara, kita berikan baby oil atau minyak, kemudian tangan kiri menyangga payudara dan yang kanan mengurut payudara dari atas ke bawah dari pangkal ke ujung dan hal ini dilakukan pada kedua payudara.
    • Khusus pada ibu yang putingnya tidak rata atau masuk ke dalam maka perlu ditarik dengan menggunakan spuit 10 cc yang telah di potong pada ujungnya yang lancip, penggunaannya balik spuit dengan bekas potongan menghadap keluar dan yang tidak terpotong menghadap ke payudara kemudian ditarik secara perlahan-lahan secara berulang-ulang.
    • Kemudian puting digesek-gesekan pada handuk kasar yang bertujuan agar ibu beradaptasi terhadap mulut bayi, karena pada saat meneteki nanti puting ibu akan bersentuhan dengan lidah bayi dan lidah bayi ini kasar.


ARTIKEL YANG BERHUBUNGAN :


FILE-FILE ASKEP LENGKAP DAPAT ANDA DOWNLOAD DISINI, ANDA JUGA BISA MENDOWNLOAD FILE-FILE PRESENTASI TERBAIK DISINI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIDAKPATUHAN PERAWATAN HEMODIALISIS


  • Pengetahuan Pengetahuan ( knowladge ), merupakan hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitik merupakan domain yang penting dalam membentuk tindakan seseorang ( overt behavior) ( Notoatmodjo S, 2003 ). Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
    Status pengetahuan seseorang tentang penyakit gagal ginjal kronis dapat mempengaruhi kemampuannya dalam memilih dan memutuskan terapi hemodialisis yang sesuai dengan kondisinya, dengan pengambilan keputusan yang tepat ketaatan klien dalam menjalani terapi hemodialisis dapat dipertahankan.
  • Tingkat Ekonomi Tingkat ekonomi atau penghasilan yang rendah akan berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan maupun pencegahan. Seseorang kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada mungkin karna tidak mempunyai cukup uang untuk membeli obat atau membayar tranportasi (Notoadmodjo ).
    Tingkat ekonomi dapat mempengaruhi pemilihan metode terapi yang akan digunakan oleh klien gagal ginjal kronis. Biaya yang harus dikeluarkan oleh klien cukup besar meliputi obat, pemeriksaan laborat, transportasi, hemodialisis dan transplantasi. Aspek penting lain dari biaya adalah adanya komplikasi atau efek samping yang timbul akibat tindakan hemodialisis dan transplantasi.
  • Sikap Sikap ( attitude ) merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Menurut Newcomb, sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam bagian lain, Allport menjelaskan bahwa sikap itu memiliki 3 (tiga) komponen pokok yaitu :
    1. Kepercayaan ( Keyakinan, ide dan konsep dalam suatu objek ).
    2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
    3. Kecenderungan untuk bertindak
    Sikap mempunyai perbedaan dengan pendorong pendorong lain yang ada dalam diri manusia itu. Untuk membedakan sikap dengan pendorong-pendorong yang lain, ada beberapa ciri atau sifat dari sikap tersebut. Adapun ciri ciri sikap tersebut adalah ( Walgito B ) :
    1. Sikap itu tidak dibawa sejak lahir, sikap terbentuk dalam perkembangan individu yang bersangkutan. Oleh karna itu, sikap dapat dipelajari dan dapat berubah. Tetapi sikap mempunyai kecenderungan yang agak tetap dan stabil.
    2. Sikap itu selalu berhubungan dengan objek sikap. Oleh karena itu, sikap selalu terbentuk atau dipelajari melalui proses persepsi terhadap objek tertentu.
    3. Sikap dapat tertuju pada satu objek saja, tetapi dapat juga tertuju pada sekumpulan objek-objek. Bila seseorang mempunyai sikap negatif pada suatu objek, orang tersebut akan mempunyai kecenderungan untuk menunjukan sikap yang negatif pula pada kelompok dimana objek tersebut tergabung didalamnya.
    4. Sikap itu dapat berlangsung lama atau sebentar, tergantung apakah sikap tersebut sudah menjadi nilai dalam diri seseorang tersebut atau belum.
    5. Sikap itu mengandung faktor perasaan dan motivasi. Ini berarti bahwa sikap terhadap objek tertentu akan selalu diikuti olah perasaan yang dapat bersifat positif atau menyenangkan dan juga negatif atau tidak menyenangkan. Sikap mengandung motivasi berarti sikap mempunyai daya dorong bagi individu untuk berperilaku secara tertentu terhadap objek yang dihadapinya.
    Setiap orang memiliki sikap yang berbeda-beda terhadap tindakan hemodialisis. Hal ini disebabkan oleh tingkat pengetahuan dan pengalaman pasien menjalani terapi hemodialisis. Sikap merupakan faktor penentu dalam tingkah laku seseorang termasuk dalam memutuskan untuk selalu taat mejalani terapi hemodialisis. Sikap pasien terhadap ketaatan yang dijalaninya dapat dinilai dari waktu kedatangan, tingkat keparahan penyakit, komplikasi penyerta, gagal ginjal yang makin memburuk.
  • Usia Usia berpengaruh terhadap cara pandang seseorang dalam kehidupan, masa depan dan pengambilan keputusan. Misalnya seorang penderita gagal ginjal kronik usia 35 tahun dengan 2 orang anak balita dibandingkan dengan penderita lain yang berusia 78 tahun dimana semua anaknya sudah mandiri tentu saja berbeda dalam menentukan pilihan untuk mendapatkan kesehatan. Penderita yang dalam usia produktif merasa terpacu untuk sembuh mengingat dia masih muda mempunyai harapan hidup yang tinggi, sebagai tulang punggung keluarga , sementara yang tua menyerahkan keputusan pada keluarga atau anak-anaknya Tidak sedikit dari mereka merasa sudah tua, capek, hanya menunggu waktu,akibatnya mereka kurang motivasi dalam menjalani terapi haemodialisis.Usia juga erat kaitannya dengan prognose penyakit dan harapan hidup mereka yang berusia diatas 55 tahun kecenderungan untuk terjadi berbagai komplikasi yang memperberat fungsi ginjal sangat besar bila dibandingkan dengan yang berusia dibawah 40 tahun. Selain itu kemampuan ekonomi, motivasi atau dukungan keluarga juga berperan dalam ketaatan seseorang menjalani terapi haemodialisis.
  • Dukungan Keluarga Haemodialisis adalah suatu alternatif terapi bagi penderita gagal ginjal kronik yang membutuhkan biaya besar. Tidak cukup 1-2 bulan saja tetapi butuh waktu yang lebih lama . Penderita tidak bisa melakukannya sendiri , dia butuh orang yang selalu mendampingi selama pelaksanaan haemodialisis, mengantar ke pusat haemodialisis dan melakukan kontrol ke dokter. Dalam hal pengaturan diet , pembatasan cairan , obat-obatan, dan pengecekan laborat setelah haemodialisis juga memerlukan keluarga untuk mencapai target. Tanpa adanya dukungan keluarga mustahil progaram terapi haemodialisis bisa dilaksanakan sesuai jadwal.
  • Jarak Jarak pusat haemodialisis dengan tempat tinggal pasien ,juga kemudahan terjangkau oleh transportasi umum juga berpengaruh terhadap kepatuhan seseorang dalam menjalani terapi haemodialisis. Mereka yang tinggal di daerah yang belum ada fasilitas haemodialisis tentu saja akan lebih sulit dan memerlukan biaya lebih besar untuk mencapai lokasi. Tanpa ada motivasi dan dukungan keluarga yang tinggi , keberhasilan dalam menjalani terapi haemodialisis bisa tidak tercapai.
  • Nilai dan Keyakinan Nilai-nilai dan keyakinan individu dalam mengambil suatu keputusan dalam hal ini untuk mendapatkan kesehatan yang optimal melalui terapi haemodialisis merupakan keyakinan dasar yang digunakan oleh individu tersebut untuk memotivasi dirinya selama menjalani terapi tersebut. Individu yang pada awalnya sudah memiliki cara pandang yang negatif, tidak memiliki keyakinan untuk hidup lebih baik cenderung tidak menjalani terapi dengan sungguh, bahkan sering absen atau tidak mau datang lagi untuk menjalani terapi haemodialisis.
  • Derajat Penyakit Pada penderita gagal ginjal grade 2 dan grade 3 yang tanpa disertai dengan berbagai komplikasi yang memperburuk fungsi ginjal sehingga jatuh dalam kondisi gagal ginjal terminal tentu saja memiliki angka keberhasilan atau harapan hidup lebih baik dibandingkan yang sudah gagal ginjal terminal dengan komplikasi yang berat. Terapi haemodialisis akan sangat dirasakan manfaatnya bagi mereka yang dari awal sudah diketahui ,ada indikasi dan langsung dirujuk untuk menjalani terapi haemodialisis. Hal ini tentu saja sangat memotivasi penderita terutama yang masih muda untuk berusaha patuh menjalankan terapi sehingga didapatkan hasil yang optimal. Semakin terlambat perlakuan yang diberikan semakin memperburuk fungsi ginjal, apalagi bila tidak ada motivasi dan dukungan keluarga ,niscaya keberhasilan terapi haemodialisis melalui ketaatan pasien untuk menjalaninya secara teratur sulit diupayakan.


KONSEP MODEL FLORENCE NIGHTINGALE


Inti konsep Florence Nightingale, pasien dipandang dalam kontek lingkungan secara keseluruhan, terdiri dari lingkungan fisik, lingkungan psikologis dan lingkungan sosial.
  1. Lingkungan fisik (physical enviroment) Merupakan lingkungan dasar/alami yan gberhubungan dengan ventilasi dan udara. Faktor tersebut mempunyai efek terhadap lingkungan fisik yang bersih yang selalu akan mempengaruhi pasien dimanapun dia berada didalam ruangan harus bebas dari debu, asap, bau-bauan.
    Tempat tidur pasien harus bersih, ruangan hangat, udara bersih, tidak lembab, bebas dari bau-bauan. Lingkungan dibuat sedemikian rupa sehingga memudahkan perawatan baik bagi orang lain maupun dirinya sendiri. Luas, tinggi penempatan tempat tidur harus memberikan memberikan keleluasaan pasien untuk beraktifitas. Tempat tidur harus mendapatkan penerangan yang cukup, jauh dari kebisingan dan bau limbah. Posiis pasien ditempat tidur harus diatur sedemikian rupa supaya mendapat ventilasi.
  2. Lingkungan psikologi (psychologi enviroment) F. Nightingale melihat bahwa kondisi lingkungan yang negatif dapat menyebabkan stress fsiik dan berpengaruh buruk terhadap emosi pasien. Oleh karena itu ditekankan kepada pasien menjaga rangsangan fisiknya. Mendapatkan sinar matahari, makanan yang menarik dan aktivitas manual dapat merangsanag semua faktor untuk membantu pasien dalam mempertahankan emosinya.
    Komunikasi dengan p[asien dipandang dalam suatu konteks lingkungan secara menyeluruh, komunikasi jangan dilakukan secara terburu-buru atau terputus-putus. Komunikasi tentang pasien yang dilakukan dokter dan keluarganya sebaiknya dilakukan dilingkungan pasien dan kurang baik bila dilakukan diluar lingkungan pasien atau jauh dari pendengaran pasien. Tidak boleh memberikan harapan yang terlalu muluk, menasehati yang berlebihan tentang kondisi penyakitnya.
    Selain itu membicarkan kondisi-kondisi lingkungna dimana dia berada atau cerita hal-hal yang menyenangkan dan para pengunjung yang baik dapat memberikan rasa nyaman.
  3. Lingkungan sosial (social environment) Observasi dari lingkungan sosial terutama huhbungan yang spesifik, kumpulan data-data yang spesifik dihubungkan dengan keadaan penyakit, sangat penting untuk pencegahan penyakit. Dengan demikian setiap perawat harus menggunakan kemampuan observasi dalam hubungan dengan kasus-kasus secara spesifik lebih dari sekedar data-data yang ditunjukkan pasien pada umumnya.
    Seperti juga hubungan komuniti dengan lingkungan sosial dugaannya selalu dibicarakan dalam hubungna individu paien yaitu lingkungan pasien secara menyeluruh tidak hanya meliputi lingkungan rumah atau lingkungan rumah sakit tetapi juga keseluruhan komunitas yang berpengaruh terhadap lingkungan secara khusus.
Hubungan teori Florence Nightingale dengan beberapa konsep
  1. Hubungan teori Florence Nightingale dengan konsep keperawatan :
    • Individu / manusia Memiliki kemampuan besar untuk perbaikan kondisinya dalam menghadapi penyakit.
    • Keperawatan Berrtujuan membawa / mengantar individu pada kondisi terbaik untuk dapat melakukan kegiatan melalui upaya dasar untuk mempengaruhi lingkungan.
    • Sehat / sakit Fokus pada perbaikan untuk sehat.
    • Masyarakaat / lingkungan Melibatkan kondisi eksternal yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan individu, fokus pada ventilasi, suhuu, bau, suara dan cahaya.
  2. Hubungan teori Florence Nightingale dengan proses keperawatan
    • Pengkajian / pengumpulan data Data pengkajian Florence N lebih menitik beratkan pada kondisi lingkungan (lingkungan fisik, psikhis dan sosial).
    • Analisa data Data dikelompokkan berdasarkan lingkungan fisik, sosial dan mental yang berkaitan dengan kondisi klien yang berhubungan dengan lingkungan keseluruhan.
    • Masalah Difokuskan pada hubungan individu dengan lingkungan misalnya :
      ? Kurangnya informasi tentang kebersihan lingkungan
      ? Ventilasi
      ? Pembuangan sampah
      ? Pencemaran lingkungan
      ? Komunikasi sosial, dll
    • Diagnosa keperawatan Berrbagai maslah klien yang berhubungan dengan lingkungan antara lain :
      ? Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap efektivitas asuhan.
      ? Penyesuaian terhadap lingkungan.
      ? Pengaruh stressor lingkungan terhadap efektivitas asuhan.
    • Implementasi Upaya dasar merubah / mempengaruhi lingkungan yang memungkinkan terciptanya kondisi lingkungan yang baik yang mempengaruhi kehidupan, perrtumbuhan dan perkembangan individu.
    • Evaluasi Mengobservasi dampak perubahan lingkungan terhadap kesehatan individu.
  3. Hubungan teori Florencen Nightingale dengan teori-teori lain :
    1. Teori adaptasi Adaptasi menunjukkan penyesuaian diri terhadap kekuatan yang melawannya. Kekuatan dipandang dalam konteks lingkungan menyeluruh yang ada pada dirinya sendiri. Berrhasil tidaknya respon adapatsi seseorang dapat dilihat dengan tinjauan lingkungan yang dijelaskan Florence N.
      Kemampuan diri sendiri yang alami dapat bertindak sebagai pengaruh dari lingkungannya berperanpenting pada setiap individu dalam berespon adaptif atau mal adaptif.
    2. Teori kebutuhan Menurut Maslow pada dasarnya mengakui pada penekanan teori Florence N, sebagai conoth kebuuthan oksigen dapat dipandang sebagai udara segar, ventilasi dan kebutuhanlingkungan yang aman berhubungan dengan saluran yang baik dan air yang bersih.
      Teori kebutuhan menekankan bagaimana hubungan kebutuhan yang berhubungan dengan kemampuan manusia dalam mempertahankan hidupnya.
    3. Teori stress Stress meliputi suatu ancaman atau suatu perubahan dalam lingkungan, yang harus ditangani. Stress dapat positip atau negatip tergantung pada hasil akhir. Stress dapat mendorong individu untuk mengambil tindakan positip dalam mencapai keinginan atau kebutuhan.
      Stress juga dapat menyebabkan kelelahan jika stress begitu kuat sehingga individu tidak dapat mengatasi. Florence N, menekankan penempatan pasien dalamlingkungan yang optimum sehingga akan menimumkan efek stressor, misalnya tempat yang gaduh, membangunkan pasien dengan tiba-tiba, ,semuanya itu dipandang sebagai suatu stressor yang negatif. Jumlah dan lamanya stressor juga mempunyai pengaruh kuat pada kemampuan koping individu.



TEORI-TEORI PROSES PENUAAN


  1. Teori Biologis

    Proses penuaan merupakan proses secara berangsur yang mengakibatkan perubahan secara komulatif dan merupakan perubahan serta berakhir dengan kematian. Teori biologis tentang penuaan dibagi menjadi :

    • Teori Instrinsik

      Teori ini berati perubahan yang berkaitan dengan usia timbul akibat penyebab dalam diri sendiri.

    • Teori Ekstrinsik

      Teori ini menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi diakibatkan pengaruh lingkungan.

    Teori lain menyatakan bahwa teori biologis dapat dibagi menjadi :

    • Teori Genetik Clock

      Teori tersebut menyatakan bahwa menua telah terprogram secara genetik untuk species – species tertentu. Tiap species mempunyai didalam nuklei ( inti selnya )suatu jam genetik yang telah diputar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan akan menghentikan replikasi sel bila tidak diputar, jadi menurut konsep ini bila jam kita berhenti kita akan meninggal dunia, meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau penyakit akhir yang katastrofal. Konsep ini didukung kenyataan bahwa ini merupakan cara menerangkan mengapa pada beberapa species terlihat adanya perbedaan harapan hidup yang nyata.

    • Teori Mutasi Somatik ( teori error catastrophe )

      Menurut teori ini faktor lingkungan yang menyebabkan mutasi somatik . sebagai contoh diketahui bahwa radiasi dan zat kimia dapat memperpendek umur sebaliknya menghindarinya dapqaat mempperpanjang umur.menurut teori ini terjadinya mutasi yang progresif pada DNA sel somatik, akan menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan fungsi sel tersebut. Sebaai salah satu hipotesis yang berhubungan dengan mutasi sel somatik adalah hipotesis error catastrope.

    • Teori Auto imun

      Dalam proses metabolisme tubuh , suatu saat diproduksi oleh zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut, sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.

    • Teori Radikal Bebas

      Radikal bebas dapat dibentuk di alam bebas. Tidak stabilnya radikal bebas mengakibatkan oksigenasi bahan - bahan organik seperti KH dan protein.radikal ini menyebabkansel – sel tidak dapat beregenerasi.

  2. Teori Sosial

    Salah satu teori sosial yang berkenaan dengan proses penuaan adalah teori pembebasan ( disengagement teori ). Teori tersebut menerangkan bahwa dengan berubahnya usi seseorang secara berangsur – angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lansia menurun, baik secara kualitatif maupun kuantitasnya sehingga sering terjadi kehilangan ganda yaitu :

    1. kehilangan peran
    2. hambatan kontak fisik
    3. berkurangnya komitmen

  3. Teori Psikologi

    Teori tugas perkembangan :
    Menurut Hangskerst, bahwa setiap individu harus memperhatikan tugas perkembangan yang spesifik pada tiap tahap kehidupan yang akan memberikan perasaan bahagia dan sukses. Tugas perkembangan yang spesifik ini tergantung pada maturasi fisik, penghargaan kultural masyarakat dan nilai serta aspirasi individu. Tugas perkembangan pada dewasa tua meliputi penerimaan adanya penurunan kekuatan fisik dan kesehatan, penerimaan masa pensiun dan penurunan income.penerimaan adanya kematian dari pasangannya dan orang – orang yang berarti bagi dirinya. Mempertahankan hubungan dengan group yang seusianya, adopsi dan adaptasi deengan peran sosial secara fleksibel dan mempertahankan kehidupan secara memuaskan.



FILE-FILE ASKEP LENGKAP DAPAT ANDA DOWNLOAD DISINI, ANDA JUGA BISA MENDOWNLOAD FILE-FILE PRESENTASI TERBAIK DISINI

Peran Perawat


Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap kedudukannya dalam sistem ( Zaidin Ali ,). Menurut Gaffar peran perawat adalah segenap kewenangan yang dimiliki oleh perawat untuk menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan kompetensi yang dimiliki.
Hasil Lokakarya Nasional 1983 dikutip oleh Zaidin Ali, 2002, peran perawat mencakup :
1. Pelaksana pelayanan keperawatan.
2. Pengelola pelayanan keperawatan dan institusi pendidikan.
3. Pendidikan keperawatan.
4. Penelitian dan pengembangan keperawatan.
Berdasarkan standar Departemen Kesehatan (1998) peran perawat sebagai berikut:
  1. Pendidik Keperawatan Perawat bertanggung jawab dalam bidang pendidikan dan pengajaran ilmu keperawatan kepada klien, tenaga keperawatan, dan tenaga kesehatan lainnya, salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam keperawatan adalah aspek pendidikan karena pendidikan dapat merubah tingkah laku yang merupakan salah satu sasaran dari keperawatan. Dalam hal ini pada pasien haemodialisis yang sangat komplek sekali permasalahannya dari segi bio psikososial spiritual semua perlu diperhatikan.
    Pendidikan atau penyuluhan secara efektif tidak hanya diberikan pada pasien sebagai individu yang sakit tetapi juga keluarga sebagai vasilitator dan motivator bagi pasien juga harus dilibatkan.
  2. Pengelola Keperawatan Perawat bertanggung jawab dalam hal ini administrasi keperawatan baik dirumah sakit maupun di masyaraka, dalam mengelola keperawatan untuk individu, kelompok dan masyarakat.
  3. Peneliti Keperawatan Perawat diharapkan jadi pembaharu dalam ilmu keperawatan karena memiliki ketrampilan, inisiatif, cepat tanggap terhadap rangsangan dan lingkungan. Kegiatan penelitian pada hakekatnya adalah melakukan evaluasi, mengukur kemampuan, menilai dan mempertimbangkan sejauh mana efektifitas tindakan yang telah diberikan. Dengan penelitian perawat dapat menggerakkan orang lain untuk berbuat sesuatu yang baru berdasarkan kebutuhan, perkembangan dan aspirasi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Perawat dituntut untuk mengikuti perkembangan, meanfaatkan media masa dan informasi lain dari berbagai sumber, selain itu perawat perlu melakukan penelitian, mengembangkan ilmu keperawatan dan meningkatkan praktek profesi keperawatan.
  4. Pelaksana Pelayanan Keperawatan Perawat sebagai tenaga kesehatan yang spesifik dalam sistem pelayanan keperawatan tetap bersatu dengan pelayanan kesehatan. Setiap anggota tim kesehatan adalah anggota potensial dalam kelompok yang dapat mengatur, merencanakan dan menilai tidakan yang diberikan.



TERAPI HEMODIALISA DAN TRANSPLANTASI


  1. Pengertian Haemodialisis

    Hemodialisa berasal dari kata hemo=darah,dan dialisa=pemisahan atau filtrasi. Pada prinsipnya hemodialisa menempatkan darah berdampingan dengan cairan dialisat atau pencuci yang dipisahkan oleh suatu membran atau selaput semi permeabel. Membran ini dapat dilalui oleh air dan zat tertentu atau zat sampah. Proses ini disebut dialysis yaitu proses berpindahnya air atau zat, bahan melalui membran semi permeabel ( Pardede).

    Terapi hemodialisa adalah suatu teknologi tinggi sebagai terapi pengganti untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari peredaran darah manusia seperti air, natrium, kalium, hidrogen, urea, kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain melalui membran semi permeabel sebagai pemisah darah dan cairan dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi proses difusi, osmosis dan ultra filtrasi (Setyawan).

  2. Tujuan Hemodialisa

    Sebagai terapi pengganti, kegiatan hemodialisa mempunyai tujuan :

    a. Membuang produk metabolisme protein seperti urea, kreatinin dan asam urat
    b. Membuang kelebihan air.
    c. Mempertahankan atau mengembalikan system buffer tubuh.
    d. Mempertahankan atau mengembalikan kadar elektrolit tubuh.
    e. Memperbaiki status kesehatan penderita.

  3. Proses Hemodialisa

    Dalam kegiatan hemodialisa terjadi 3 proses utama seperti berikut :

    1. Proses Difusi yaitu berpindahnya bahan terlarut karena perbedaan kadar di dalam darah dan di dalam dialisat. Semakian tinggi perbedaan kadar dalam darah maka semakin banyak bahan yang dipindahkan ke dalam dialisat.
    2. Proses Ultrafiltrasi yaitu proses berpindahnya air dan bahan terlarut karena perbedaan tekanan hidrostatis dalam darah dan dialisat.
    3. Proses Osmosis yaitu proses berpindahnya air karena tenaga kimia, yaitu perbedaan osmolaritas darah dan dialisat ( Lumenta ).

  4. Alasan dilakukannya dialisa

    Dialisa dilakukan jika gagal ginjal menyebabkan :

    • Kelainan fungsi otak ( ensefalopati uremik )
    • Perikarditis ( peradangan kantong jantung )
    • Asidosis ( peningkatan keasaman darah ) yang tidak memberikan respon
      terhadap pengobatan lainnya.
    • Gagal jantung
    • Hiperkalemia ( kadar kalium yang sangat tinggi dalam darah ).

  5. Frekuensi dialisa.

    Frekuensis, tergantung kepada banyaknya fungsi ginjal yang tersisa, tetapi sebagian besar penderita menjalani dialisa sebanyak 3 kali/minggu. Program dialisa dikatakan berhasil jika :

    1 ) Penderita kembali menjalani hidup normal.
    2 ) Penderita kembali menjalani diet yang normal.
    3 ) Jumlah sel darah merah dapat ditoleransi.
    4 ) Tekanan darah normal.
    5 ) Tidak terdapat kerusakan saraf yang progresif

    Dialisa bisa digunakan sebagai pengobatan jangka panjang untuk gagal ginjal kronis atau sebagai pengobatan sementara sebelum penderita menjalani pencangkokan ginjal. Pada gagal ginjal akut, dialisa dilakukan hanya selama beberapa hari atau beberapa minggu, sampai fungsi ginjal kembali normal.

  6. Komplikasi pada Hemodialisa

    Komplikasi dalam pelaksanaan hemodialisa yang sering terjadi pada saat dilakukan terapi adalah :

    a. Hipotensi
    b. Kram otot
    c. Mual atau muntah
    d. Sakit kepala
    e. Sakit dada
    f. Gatal-gatal
    g. Demam dan menggigil
    h. Kejang ( Lumenta )

  7. Dialisis Peritoneal

    Pada peritoneal dialisa, yang bertindak sebagai penyaring adalah peritoneum ( selaput yang melapisi perut dan membungkus organ perut ). Selaput ini memiliki area permukaan yang luas dan kaya akanpembuluh darah. Zat-zat dari darah dapat dengan mudah tersaring melalui peritoneum ke dalam rongga perut. Cairan dimasukkan melalui sebuah selang kecil yang menembus dinding perut ke dalam rongga perut. Cairan harus dibiarkan selama waktu tertentu sehingga limbah metabolik dari aliran darah secara perlahan masuk ke dalam cairan tersebut, kemudian cairan dikeluarkan , dibuang dan diganti dengan cairan yang baru

    Ada empat macam dialiasis peritoneal yang kini banyak digunakan, satu untuk dialisis akut dan tiga lainnya untuk dialisis kronik :

    1) Manual intermittent peritoneal dialysis
    2) Continuous cycler-assisted peritoneal dialysis (CCPD)
    3) Continuous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD)
    4) Automated intermittent oeritoneal dialysis (IPD), (Lorraine M. Wilson )

    Metode Hemodilisis Lainnya :

    1) High-Flux Dialysis
    2) Continuous Arteriovenous Hemofiltration (CAVH)
    3) Continuous Arteriovenous Hemodialysis (CAVHD),( Brunner dan Suddarth,2002)
    4) Continuous Renal Replacement Therapy (CRRT)
    5) Slow Continuous Ultra Filtrasi (SCUF)
    6) Continuous Veno Venous Hemodialysis (CVVHD)
    7) Continuous Veno Venous Hemofiltration (CVVH)



FILE-FILE ASKEP LENGKAP DAPAT ANDA DOWNLOAD DISINI, ANDA JUGA BISA MENDOWNLOAD FILE-FILE PRESENTASI TERBAIK DISINI

TUGAS-TUGAS PERAWAT DALAM SETIAP TEORI PENUAAN


  1. Tugas Perawat dalam Teori Biologi

    Perawatan yang memperhatikan kesehatan objektif, kebutuhan, kejadian-kejadian yang dialami klien lansia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dikembangkan, penyakit yang dapat dicegah atau ditekan progresifitasnya.

    Perawatan fisik secara umum bagi klien lansia dapat dibagi atas 2 bagian yakni :

    1. Klien lansia yang masih aktif, dimana keadaan fisiknya masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhannnya sehari-hari masih mampu melakukan sendiri.
    2. Klien lansia yang pasif atau tidak dapat bangun, dimana keadaan fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit.

      Perawat harus mengetahui dasar perawatan klien lansia ini terutama hal-hal yang berhubungan dengan kebersihan perorangan untuk mempertahankan kesehatannya. Kebersihan perorangan sangat penting dalam usaha mencegah timbulnya penyakit/peradangan mengingat sumber infeksi dapat timbul bila kebersihan kurang mendapat perhatian.

      Disamping itu kemunduran kondisi fidik akibat proses penuaan dapat mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap gangguan atau serangan infeksi dari luar.
      Untuk klien lansia yang aktif dapat diberikan bimbingan mengenai kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan kuku dan rambut, kebersihan temopat tidur serta posisinya, hal makan, cara memakan obat, dan cara pindah dari tempat tidur ke kursi atau sebaliknya.

      Komponen pendekatan fisik yang lebih mendasar adalah memperhatikan dan membantu para klien lansia untuk bernafas dengan lancar, makan (termasuk memilih dan menentukan makanan), minum melakukan eliminasi, tidur, menjaga sikap tutbuh waktu berjalan, duduk, merubah posisitiduran, beristrahat, kebersihan tubuh, memakai dan menukar pakaian, mempertahankan suhu badan, melindungi kulit dari kecelakaan.

      Dari hasil rangkuman Pertemuan Kesehatan persiapan Usia Lanjut oleh Depkes (1995) ditetapkan Penjaringan Kesehatan Lansia dengan cara sebagai berikut :

      GIZI

      • Pengamatan

        D = disease
        E = eating poorly
        T = tooth loss
        E = economic hardship
        R = reduced social contact
        M = Multiple medicine
        I = involuntary weight loss and gains
        N = need assistance in self care
        E = elder years

      • Pendidikan gizi dan konseling diet
      • Prinsip gizi yang harus diikuri oleh lansia :

        - Kecukupan kalori 5 – 10 % kurang dari usia 20 – 25 tahun
        - Kecukupan lemak maksimak 25 % diutamakan lemak tak jenuh
        - Protein normal 10 – 12 % dari kecukupan energi, 10 % berasal dari hewani
        - Hidrat arang, gula murni dikurangi
        - Vitamin dan mineral harus cukup terutama vitamin B, Vitamin C, asam folat, kalsium dan Fe

  2. Tugas Perawat Dalam Teori Sosial

    Perawat sebaiknya memfasilitasi sosialisasi antar lansia dengan mengadakan diskusi dan tukar pikiran serta bercerita sebagai salah satu upaya pendekatan sosial. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama berarti menciptakan sosialisasi antar manusia, yang menjadi pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya adalah mahluk sosial yang membutuhkan orang lain. Hubungan yang tercipta adalah hubungan sosial antara werda dengan werda maupun werda dengan perawat sendiri.

    Perawat memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para werda untuk mengadakan komunikasi, melakukan rekreasi seperti jalan pagi, menonton film atau hiburan-hiburan lain karena mereka perlu diransang untuk mengetahui dunia luar. Dapat disadari bahwa pendekatan komunikasi dalam perawatan tidak kalah pentingnya dengan upaya pengobatan medis dalam proses penyembuhan atau ketenangan para klien lansia.

    Menurut Drs H. Mannan dalam bukunya Komunikasi dalam Perawatan mengatakan : tidak sedikit klien tidak bisa tidur karena stres. Stres memikirkan penyakitnya, biaya hidup, keluarga yang dirumah, sehingga menimbulkan kekecewaan, rasa ketakutan atau kekhawatiran, rasa kecemasan dan sebagainya. Untuk menghilangkan rasa jemu dan menimbulkan perhatian terhadap sekelilingnya perlu diberikan kesempatan kepada mereka untuk antara lain ikut menikmati keadaan diluar, agar mereka merasa masih ada hubungan dengan dunia luar.

    Tidak jarang terjadi pertengkaran dan perkelahian diantara mereka (terutama bagi yang tinggal di panti werda ), hal ini dapat diatasi dengan berbagai usaha, antara lain selalu mengadakan kontak sesama mereka, makan dan duduk nbersama, menanamkan rasa kesatuan dan persatuan, senasib dan sepenanggungan, mengenai hak dan kewajiban bersama. Dengan demikian perawat tetap mempunyai hubungan komunikasi baik sesama mereka maupun terhadap petugas yang secara langsung berkaitan dengan pelayanan klien lansia di panti werda.

  3. Tugas Perawat dalam Teori Psikologi

    Perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan edukatif pada klien lansia, perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter terhadap segala sesuatu yang asing sebagai penampung rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab. Perawat hendaknya memiki kesabaran dan ketelitian dalam memberikan kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar mereka merasa puas.

    Pada dasarnya klien lansia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih dari lingkungannya termasuk perawat yang memberikan perawatan. Untuk itu perawat harus menciptakan suasana yang aman, tidak gaduh, membiarkan mereka melakukan kegiatan dalam batas kemampuan dan hobby yang dimilikinya.

    Perawat harus dapat membangkitkan semangat dan kreasi klien lansia dalam memecahkan dan mengurangi rasa putus asa, rasa rendah diri, rasa keterbatasan, sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik dan kelainan yang dideritanya, hal ini perlu dilakukan karena : perubahan psikologi terjadi bersama dengan makin lanjutnya usia. Perubahan-perubahan ini meliputi gejala-gejala seperti menurunnya dayaingat untuk peristiwa yang baru terjadi, berkurangnya kegairahan atau keinginan, peningkatan kewaspadaan, perubahan pola tidur dengan suatu kecenderungan untuk tiduran di waktu siang dan pergeseran libido.

    Perawat harus sabar mendengarkan cerita-cerita yang membosankan, jangan mentertawakan atau memarahi bila klien lansia lupa atau bila melakukan kesalahan. Harus diingat, kemunduran ingatan akan mewarnai tingkah laku mereka dan kemunduran ingatan jangan dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan tertentu.
    Bila perawat ingin merubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap kesehatan, perawatbisa melakukannya secara perlahan-lahan dan bertahap, perawat harus dapat mendukung mental mereka ke arah pemuasan pribadi sehingga pengalaman yang dilaluinya tidak menambah beban, bila perlu diusahakan agar di masa lansia ini mereka tetap merasa puas dan bahagia.

  4. KESIMPULAN

    Proses penuaan dapat ditinjau dari aspek biologis, sosial dan psikologik. Teori-teori biologik sosial dan fungsional telah ditemukan untuk menjelaskan dan mendukung berbagai definisi mengenai proses menua.

    Dan pendekatan multi disiplin mengenai teori penuaan, perawat harus memiliki kemampuan untuk mensintesa berbagai teori tersebut dan menerapkannya secara total pada lingkungan perawatan klien usia lanjut termasuk aspek fisik, mental/emosional dan aspek-aspek sosial. Dengan demikian pendekatan eklektik akan menghasilkan dasar yang baik saat merencanakan suatu asuhan keperawatan berkualitas pada klien lansia.



FILE-FILE ASKEP LENGKAP DAPAT ANDA DOWNLOAD DISINI, ANDA JUGA BISA MENDOWNLOAD FILE-FILE PRESENTASI TERBAIK DISINI

WATER SEAL DRAINAGE (WSD)


  1. Bullow Drainage / WSD

    Pada trauma toraks, WSD dapat berarti :

    1. Diagnostik :

      Menentukan perdarahan dari pembuluh darah besar atau kecil, sehingga dapat ditentukan perlu operasi torakotomi atau tidak, sebelum penderita jatuh dalam shoks.

    2. Terapi :

      Mengeluarkan darah atau udara yang terkumpul di rongga pleura. Mengembalikan tekanan rongga pleura sehingga “mechanis of breathing” dapat kembali seperti yang seharusnya.

    3. Preventive :

      Mengeluarkan udaran atau darah yang masuk ke rongga pleura sehingga “mechanis of breathing” tetap baik.

  2. Perawatan WSD dan pedoman latihanya :

    1. Mencegah infeksi di bagian masuknya slang.
      Mendeteksi di bagian dimana masuknya slang, dan pengganti verband 2 hari sekali, dan perlu diperhatikan agar kain kassa yang menutup bagian masuknya slang dan tube tidak boleh dikotori waktu menyeka tubuh pasien.

    2. Mengurangi rasa sakit dibagian masuknya slang. Untuk rasa sakit yang hebat akan diberi analgetik oleh dokter.

      Dalam perawatan yang harus diperhatikan :

      • Penetapan slang.
        Slang diatur se-nyaman mungkin, sehingga slang yang dimasukkan tidak terganggu dengan bergeraknya pasien, sehingga rasa sakit di bagian masuknya slang dapat dikurangi.
      • Pergantian posisi badan.
        Usahakan agar pasien dapat merasa enak dengan memasang bantal kecil dibelakang, atau memberi tahanan pada slang, melakukan pernapasan perut, merubah posisi tubuh sambil mengangkat badan, atau menaruh bantal di bawah lengan atas yang cedera.

    3. Mendorong berkembangnya paru-paru.
      • Dengan WSD/Bullow drainage diharapkan paru mengembang.
      • Latihan napas dalam.
      • Latihan batuk yang efisien : batuk dengan posisi duduk, jangan batuk waktu slang diklem.
      • Kontrol dengan pemeriksaan fisik dan radiologi.

    4. Perhatikan keadaan dan banyaknya cairan suction.

      Perdarahan dalam 24 jam setelah operasi umumnya 500 - 800 cc. Jika perdarahan dalam 1 jam melebihi 3 cc/kg/jam, harus dilakukan torakotomi. Jika banyaknya hisapan bertambah/berkurang, perhatikan juga secara bersamaan keadaan pernapasan.

    5. Suction harus berjalan efektif :
      • Perhatikan setiap 15 - 20 menit selama 1 - 2 jam setelah operasi dan setiap 1 - 2 jam selama 24 jam setelah operasi.
      • Perhatikan banyaknya cairan, keadaan cairan, keluhan pasien, warna muka, keadaan pernapasan, denyut nadi, tekanan darah.
      • Perlu sering dicek, apakah tekanan negative tetap sesuai petunjuk jika suction kurang baik, coba merubah posisi pasien dari terlentang, ke 1/2 terlentang atau 1/2 duduk ke posisi miring bagian operasi di bawah atau di cari penyababnya misal : slang tersumbat oleh gangguan darah, slang bengkok atau alat rusak, atau lubang slang tertutup oleh karena perlekatanan di dinding paru-paru.

    6. Perawatan “slang” dan botol WSD/ Bullow drainage.
      • Cairan dalam botol WSD diganti setiap hari , diukur berapa cairan yang keluar kalau ada dicatat.
      • Setiap hendak mengganti botol dicatat pertambahan cairan dan adanya gelembung udara yang keluar dari bullow drainage.
      • Penggantian botol harus “tertutup” untuk mencegah udara masuk yaitu meng”klem” slang pada dua tempat dengan kocher.
      • Setiap penggantian botol/slang harus memperhatikan sterilitas botol dan slang harus tetap steril.
      • Penggantian harus juga memperhatikan keselamatan kerja diri-sendiri, dengan memakai sarung tangan.
      • Cegah bahaya yang menggangu tekanan negatip dalam rongga dada, misal : slang terlepas, botol terjatuh karena kesalahan dll.

ARTIKEL YANG BERHUBUNGAN :



FILE-FILE ASKEP LENGKAP DAPAT ANDA DOWNLOAD DISINI, ANDA JUGA BISA MENDOWNLOAD FILE-FILE PRESENTASI TERBAIK DISINI

VENA VARIKOSA, varises


  1. TEORI

    Varises adalah pemanjangan, berkelok-kelok dan pembesaran suatu vena. Vena varikosa ekstremitas bawah adalah kelainan yang sangat lazim, yang mengenai 15-20 % populasi dewasa (Sabiston 1994). Varises vena adalah distensi, dan bentuk berlekuk-lekuk dari vena-vena superficial (safena) dari kaki (Engram B., 1999). Varises tungkai bawah adalah pemanjangan, berkelok-kelok, pembesaran suatu vena superficial, profunda dan kommmunikan pada titik Dodd (pertengahan paha), Byod (sebelah medial lutut) dan gastronemicus (tempat keluarnya vana saphena parva)

    Insiden

    1. Riwayat keluarga bisa didapatkan dalam sekitar 15% klien.
    2. Kelainan ini lebih sering ditemukan pada wanita (rasio wanita terhadap pria 5:1), dengan banyak wanita menentukan bahwa saat mulainya varices terlihat dan simtomatik pada waktu kehamilan.
    3. Umur > 37 tahun pada wanita
    4. Obesitas > 115% dari BBR (Berat Badan Relatif)
    5. Orthostatik (berdiri lama)

    Klasifikasi

    Vena varikosa diklasifikasikan (Sabiston):

    1. Vena varikosa primer, merupakan kelainan tersendiri vena superficial ekstremitas bawah
    2. Vena varikosa sekunder, merupakan manifestasi insufisiensi vena profunda dan disertai dengan beberapa stigmata insufisiensi vena kronis, mencakp edema, perubahan kulit, dermatitis stasis dan ulserasi.

    Manifestasi klilnis (Puruhito) :

    a. varises truncal (stem varicosis)
    b. Varises retikularis
    c. Varises kapilaris

    Gradasi keluhan klinis (Puruhito) :

    a. stadium I : tak menentu
    b. stadium II : phleboectasia
    c. Stadium III : varises sesungguhnya, reversal blood-flow
    d. Stadium IV : ulcus varicosum, kelainan tropic, Kronik vanous Insufisiensi (CVI)

    Pemeriksaan klinis dapat dilakukan dengan :

    a. Test trendelenberg
    b. Test myer
    c. Test perthes
    d. Test Doppler
    e. Radiologi (Phlebografi, morfometri, phlethysmografi)

    Terapi Dan Tindakan

    1. Konservatif, simtomatik dan nonoperatif :
      • Menghindari berdiri dalam waktu yang lama
      • penurunan berat badan dan aktivitas otot seperti berjalan
      • Penggunaan kaos penyokong ringan yang nyaman, Pemasangan stocking elastis yang pas karena obliterasi vena superficial (vena safena mmana)
      • KOnservatif :
        • Obat Venoruton (Gol hydroxyl Rutoside) 600 mg/hari minimal 2 minggu
        • Skleroterapi (tak dipakai lagi)
        • Lokal antiphlogistikum (Zinc Zalf (Pasta LAssar)

    2. Operatif :
      • Stripping vena saphena (V. shapena magna, v. saphena psotrior, dan v, saphena parva) dengan menggunakan alat stripper (vena dikeluarkan)
      • Ligasi VV kommunikans yaitu tempat-tempat di mana diperiksa ada kebocoran, diikat dan dipotong.
      • Ekstraksi (Babcock) dengan sayatan kecil-kecil vena-vena yang berkelok dicabut keluar.Ligasi, Stripping dan Ekstraski Babcock.

    Perawatan paska bedah

    • Ekstremitas harus ditinggikan selama 4-6 jam
    • Balutan penekan dipasang di kamar operasi seharisnya tetap dipakai selama 4-6 hari, dengan menggunakan balutan elastis (Balutan ACE)
    • 24-48 jam paska bedah program ambulasi progresif seharusnya dimulai
    • KLien diijinkan berjalan beberpa menitper jam, meningkat bertahap tiap hari dan tetap terlentang dengan ekstremitas ditinggikan, bila sedang berjalan. Berdiri (tanpa jalan) dan duduk harus dihindari serta
      7.5 stocking (stocking antiembolism) yang sesuai dengan kebiasaan harus dipakai delama beberapa bulan

    Komplikasi

    • Trauma pada nervus safenus dan suralis dengan diserta hiperestesia kulit
    • Pembentukan hematoma subkutis dan kadang-kadang stripiing arteri tak sengaja

ARTIKEL YANG BERHUBUNGAN :



FILE-FILE ASKEP LENGKAP DAPAT ANDA DOWNLOAD DISINI, ANDA JUGA BISA MENDOWNLOAD FILE-FILE PRESENTASI TERBAIK DISINI

Materi Kesehatan: Tinjauan Tentang Minat Belajar Anak

 Tinjauan Tentang Minat Belajar Anak
1. Pengertian Minat
Dalam hal ini penulis mengemukakan beberapa pendapat tentang minat :
a. Minat adalah perhatian yang mengandung unsur-unsur perasaan.
b. Minat adalah merupakan suatu sikap batin dalam diri seseorang.
Dari pendapat tersebut diatas dapat penulis simpulkan bahwa minat adalah gejala phisikis yang timbul dari perpaduan keinginan dan kemauan yang ada pada diri seseorang, yang direalisasikan atau di ekspresikan dengan adanya perasaan senang yang menyebabkan adanya perhatian terbesar terhadap suatu obyek, sehingga orang tersebut mempunyai kecenderungan hati untuk berbuat sesuatu terhadap obyek tersebut.
Dari pengertian tersebut dapat dimengerti bahwa ; terjadinya minat itu karena dorongan dari perasaan senang dan adanya perhatian terhadap sesuatu. Dengan kata lain, minat itu merupakan proses terjadinya yang didahului oleh perasaan senang dan perhatian terhadap suatu obyek, sehingga terjadi kecenderungan untuk berbuat sesuatu atas obyek tersebut.
Sebagai indikator bahwa orang itu sedang mengalami rasa senang dan ada perhatian terhadap suatu obyek, maka kita bisa beranalogi pada persyaratan Imam Al-Ghazali ra. yang menerangkan tentang tanda-tanda orang yang cinta kepada Allah SWT adalah sebagai berikut :
1. Orang yang cinta kepada Allah orang itu ingin mendekatkan dirinya kepada-Nya. Pernyataan ini jika dianalogkan dengan pembahasan ini, bahwa seseorang akan berusaha untuk melibatkan diri dalam lembaga pendidikan yang dia senangi, misalnya dengan cara menyekolahkan anak-anaknya ke lembaga pendidikan tersebut.
2. Orang yang cinta kepada Allah dia akan suka rela berkurban untuk Allah. Dalam hubungannya dengan pembahasan ini pengertian tersebut dapat diartikan bahwa apabila seseorang tertarik pada suatu pendidikan, maka dia akan rela memberikan sumbangan baik moril maupun spritual demi kelancaran pelaksanaan pendidikan tersebut.
3. Orang yang cinta kepada Allah dia akan cinta pula kepada orang-orang yang berbakti kepadanya, sehubungan dengan permbahasan ini, bahwa orang yang cinta terhadap suatu lembaga pendidikan tertentu maka dia akan menyenangi dan menghormati para pendidik tersebut menjadi contoh dan suri tauladan bagi para peserta didik dan wali murid.
Adapun pengaruh minat terhadap perkembangan seseorang sebagai berikut :
1) Minat mempengaruhi bentuk dan intensitas cita-cita.
2) Minat dapat berfungsi sebagai tenaga pendorong yang kuat.
3) Minat yang mempengaruhi terhadap prestasi belajar.
4) Minat dapat menimbulkan kepuasan dalam suatu pekerjaan.
2. Pengertian Belajar
Dalam pengertian luas belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Selanjutnya ada pula yang mendefinisikan bahwa belajar adalah “berubah”. dalam hal ini yang dimaksudkan belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi dengan belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga terbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, dan penyesuaian diri.
Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa belajar itu sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya.
Untuk melengkapi pengertian mengenai makna belajar, perlu kiranya dikemukakan prinsip-prinsip yang berkaitan dengan belajar siswa. dalam hal ini ada beberapa prinsip yang penting untuk diketahui, antara lain :
a. Belajar pada hakekatnya menyangkut potensi manusiawi dan kelakuannya.
b. Belajar memerlukan proses dan pemantapan serta kematangan diri siswa.
c. Belajar akan lebih mantap dan efektif, bila didorong dengan motivasi, terutama motivasi dari dalam atas dasar kebutuhan atau kesadaran (instrinsic motivation), lain halnya belajar dengan karena rasa takut atau dibarengi dengan rasa tertekan dan menderita.
d. Dalam banyak hal belajar itu merupakan proses percobaan (dengan kemungkinan berbuat keliru) dan conditioning atau pembiasan.
e. Kemambuan belajar seseorang siswa harus diperhitungkan dalam rangka menentukan isi pelajaran.
f. Belajar dapat melakukan tiga cara :
1) Diajar secara langsung.
2) Kontrol, kontak, penghayatan, pengalaman langsung (seperti anak belajar bicara, sopan santun, dan lain-lain)
3) Pengenalan dan/atau peniruan.
g. Belajar melalui praktek atau mengalami secara langsung aakn lebih efektif mampu membina sikap, keterampilan, cara berfikir kritis dan lain-lain, bila dibandingkan dengan belajar hafalan saja.
h. Perkembangan pengalaman anak didik akan banyak mempengaruhi kemampuan belajar yang bersangkutan.
i. Bahan pelajaran yang bermakna atau berarti, lebih mudah dan menarik untuk dipelajari, daripada bahan yang kurang bermakna.
j. Informasi tentang kelakuan baik, pengetahun, kesalahan serta keberhasilan siswa, banyak membantu kelancaran dan gairah belajar.
k. Belajar sedapat mungkin diubah ke dalam bentuk aneka ragam tugas, sehingga anak-anak melakukan dialog dalam dirinya atau mengalaminya sendiri.
Adapun faktor-faktor yang menentukan belajar anak, diantaranya :
a. Faktor luar atau eksternal, faktor yang berasal dari luar individu (siswa yang meliputi)
1) Faktor Lingkungan
Faktor luar dapat berasal dari lingkungan alami maupun dari lingkungan sosial. Lingkungan alami (berasal dari alam) dapat berupa keadaan suhu, kelembaban udara, cuaca dan sebagainya.
Sedangkan lingkungan sosial adalah lingkungan yang terjadi dikeluarga, sekolah, maupun masyarakat.
a) Lingkungan Keluarga merupakan lingkungan yang paling utama dalam menentukan keberhasilan belajar seorang anak.
b) Lingkungan Sekolah yang dimaksud dalam pembahasan skripsi adalah segenap unsur yang ada dalam suatu lembaga pendidikan yang dapat mempengaruhi timbulnya belajar seseorang terhadap penyelenggaraan pendidikan pada lembaga tersebut, umumnya seseorang sebelum memilih jenis lembaga pendidikan yang akan digunakan sebagai tempat untuk mendapatkan suatu ilmu pengetahuan, ia cenderung ingin mengetahui terlebih dahulu unsur-unsur yang ada pada lembaga pendidikan tersebut, sehingga unsur-unsur itulah yang menentukan tertarik tidaknya seseorang terhadap pendidikan yang dikelolahnya.
c) Lingkungan Masyarakat dimana dalam lingkungan masyarakat ini adanya interaksi individu antara satu dengan yang lainnya, keadaan masyarakat mempunyai pengaruh tertentu terhadap perkembangan anak, seseorang yang hidupnya dalam masyarakat Desa akan mempunyai perbedaan dalam segi pola pikir, cita-cita maupun pandangannya dengan seseorang yang hidup dikota, dengan adanya perbedaan tersebut akan memiliki kecenderungan yang berbeda pula dalam membina, mengarahkan anggota keluarganya, termasuk juga dalam memilih jenis pendidikan untuk anak-anak.
2) Faktor Instrumental
Faktor instrumental adalah faktor yang sengaja dirancang sesuai dengan hasil yang diharapkan, dan berfungsi sebagai sarana untuk mencapai tujuan. Faktor ini sangat besar pengaruhnya terhadap pencapaian prestasi belajar siswa, sebab faktor instrumental merupakan sarana pokok untuk menunjang proses belajar mengajar di sekolah. yang termasuk faktor instrumental antara lain : Kurikulum, program, sarana dan fasilitas sekolah, tata tertib, pedoman-pedoman belajar, dan lain-lain.
b. Faktor Dalam atau Internal
1) Kondisi Fisiologis
Kondisi Fisiologis adalah faktor yang berhubungan dengan keadaan fisik atau kesehatan badan siswa, termasuk keadaan panca indera, yakni penglihatan, pendengaran, peraba, penciuman, dan perasa.
Alat-alat panca indera tersebut menghubungkan manusia dengan dunia luar melalui urat-urat syaraf yang tersusun sangat komplek dan bekerja dengan kecermatan sangat tinggi. Rangsangan-rangsangan yang datang akibatnya adanya proses belajar diterima oleh alat-alat indera tersebut dan akan diolah menjadi konsep sebagai hasil belajar.
Kondisi Psikologis
a) Perhatian
Perhatian merupakan pemusatan energi psikis yang tertuju kepada suatu objek pelajaran atau dapat dikatakan sebagai banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai aktivitas belajar.
b) Pengamatan
Suatu cara mengenal dunia riil, baik dirinya sendiri maupun lingkungan dengan segenap panca indera. Jadi dalam belajar itu unsur keseluruhan jiwa dengan segala panca inderanya harus bekerja untuk mengenal pelajaran tersebut.
c) Tanggapan
Tanggapan yaitu gambaran atau bekas yang tinggal dalam ingatan setelah orang melakukan pengamatan. Tanggapan itu akan memiliki pengaruh terhadap perilaku belajar siswa setiap siswa.
d) Fantasi
Yang dimaksud dengan fantasi adalah sebagai kemampuan untuk membentuk tanggapan-tanggapan baru berdasarkan atas tanggapan yang ada, atau dapat dikatakan sebagai suatu fungsi yang memungkinkan individu untuk berorientasi dalam alam imajiner, menerobos dunia realitas. Dengan fantasi ini maka dalam belajar maka akan memiliki wawasan yang lebih longgar karena didik untuk memahami diri atau pihak lain.
e) Ingatan
Secara teoritis ingatan akan berfungsi ; (1) mencamkan atau menerima kesan-kesan dari luar, (2) menyimpan kesan, (3) memproduksi kesan. Oleh karena itu ingatan akan merupakan kecakapan untuk menerima, menyimpan dan memproduksi kesan-kesan di dalam belajar. Hal ini sekaligus untuk menghindari kelupaan, lupa sebagai gejala psikologis yang selalu ada.
f) Berfikir
Berfikir merupakan aktivitas mental untuk dapat merumuskan pengertian, mensintesis dan menarik kesimpulan.
g) Minat
Minat adalah atau interest adalah banyak sedikitnya kesadaran dan perhatian yang menyertai suatu aktivitas yang sedang dilakukan. Pengaruh minat terhadap prestasi belajar sangat besar, semakin tinggi minat seseorang terhadap suatu pelajaran, semakin tinggi minat seseorang terhadap suatu pelajaran, semakin tinggi pula keaktifan untuk belajar dan meningkatkan prestasi belajarnya. Sebaliknya semakin rendah minat seseorang terhadap sesuatu pelajaran, maka secara otomatis prestasinya menurun
Kecerdasan
Hasil pengukuran kecerdasan biasanya dinyatakan dengan angka yang menunjukkan perbandingan kecerdasan, yang terkenal dengan IQ (Inteleqensi Quoetient). Berbagai penelitian telah menunjukkan hubungan yang erat antara IQ dengan belajar siswa. Oleh sebab itu, Informasi mengenai taraf kecerdasan siswa merupakan hal yang sangat berharga untuk memperkirakan kemampuan belajar siswa yang bersangkutan.
h) Bakat
Disamping Inteleqensi Quoetient, bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap pencapaian prestasi belajar siswa. Faktor bakat mencakup faktor-faktor yang sudah ada sejak lahir, yang mempunyai kecenderungan untuk mengembangkan diri dalam suatu kecakapan-kecakapan tertentu.
Telah terjadi kenyataan bahwa siswa yang belajar dalam bidang yang sesuai dengan bakatnya, mempunyai kemungkinan yang besar dalam upaya mencapai prestasi belajar yang baik. Seorang anak yang berbakat mempunyai kualifikasi potensial yang tinggi dalam bidangnya, maka ia mampu mencapai belajarnya pula.
i) Motivasi
Peranan motivasi sangat penting dalam proses belajar. Bahkan dapat dikatan motivasi merupakan faktor penentu keberhasilan belajar atau belajar siswa.
Secara umum motivasi dibagi menjadi dua, yaitu : motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik merupakan motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang tanpa adanya rangsangan atau bantuan orang lain. Sedangkan motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang timbul akibat adanya bantuan dari luar diri siswa. Ada beberapa hal yang mendorong siswa untuk belajar, yakni :
(1) Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas.
(2) Adanya sifat kreatif pada orang yang belajar dan adanya keingin untuk selalu maju.
(3) Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru dan teman-temannya.
(4) Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan kooperatif maupun dengan kompetisi
(5) Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran
(6) Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari belajar.
j) Kemampuan Kognitif
Kemampuan kognitif pertama adalah persepsi, ingatan dan berfikir. Persepsi adalah bayangan yang tinggal didalam ingatan setelah siswa melakukan pengamatan. Dan ingatan dapat didefinisikan sebagai kecakapan untuk menerima, menyimpan dan memproduksi kesan-kesan. Sedangkan berfikir adalah proses dinamis yang dapat dilukiskan menurut prosesnya, meliputi pembentukan pengertian, pendapatan, dan kesimpulan.
3. Hal-hal yang memungkinkan memperkembangkan minat belajar pada anak.
Minat tidak hanya mempunyai arti penting sebagai landasan konsentrasi melainkan lebih daripada itu juga, akan memperjelas kaitan antar butir-butir soal dalam pikiran seseorang dan memperkokoh ingatannya. Adapun mengenai cara atau hal-hal yang dapat mengembangkan minat antara lain :
a. Seseorang hendaknya memikirkan bagaimana dan mengapa mata pelajaran itu penting bagi pendidikan umumnya. Misalkan Computer mungkin tidak menarik bagi seseorang tetapi kalau ia ingin mengetahui informasi didunia maka sedikit banyak computer akan menolongnya, contoh lain kimia mungkin tidak menarik bagi seseorang mahasiswa ilmu sosial, tetapi kalau ia ingin tahu tentang obat-obatan maka sedikit kimia akan berguna. Jadi lingkungan keanekaan minat seseorang membantunya memahami dunia modern.
b. Seseorang hendaknya memikirkan bagaimana mata pelajaran lainnya atau dengan waktu, tempat, masalah dan tujuan yang lain. Suatu contoh sejarah kuno mempunyai hubungan dengan peristiwa–peristiwa dewasa ini, Ilmu Filsafat mempunyai hubungan erat dalam banyak hal, Ilmu Matematika, berguna dalam ilmu ekonomi sedangkan psikologi dan sosiologi tercermin dalam kesusastraan, sesuatu pelajaran yang tampaknya tidak menarik kalau berdiri sendiri ternyata dapat sangat menarik dalam hubungannya dengan mata pelajaran lainnya.
c. Minat bergantung pada pemahaman oleh karena itu untuk memelihara minat dan kosentrasi seseorang hendaknya melakukan studi secara teratur dan tidak takut untuk menanyakan persoalan-persoalan atau mencari bantuan mengenai soal apa saja yang tidak dipahami.
4. Ajaran Islam Tentang Orang Tua dan Pendidikan Anak.
Islam memerintahkan kaum muslimin agar menuntut ilmu dan memperoleh pendidikan. Mengejar pendidikan merupakan kewajiban bagi setiap pemeluk Islam baik laki-laki maupun wanita. Ada beberapa tempat penyelenggaraan pendidikan agama, salah satunya dalam lingkungan keluarga (di rumah) yang dilaksanakan oleh orang tua.
Banyak alasan mengapa pendidikan agama di rumah tangga adalah paling penting. Alasan yang pertama, pendidikan di tiga tempat lainnya yaitu masyarakat, rumah ibadah dan sekolah frekuensinya rendah. pendidikan agama di masyarakat hanya berlangsung beberapa jam saja setiap minggu, di rumah ibadah seperti masjid, juga waktunya tidak lama (sebentar), sedangkan di sekolahan hanya dua jam pelajaran setiap minggu.
Alasan yang kedua, dan ini paling penting, inti pendidikan agama ialah penanaman iman. Penanaman iman itu hanya mungkin dilaksanakan secara maksimal dalam kehidupan sehari-hari dan itu hanya mungkin dilakukan di rumah.
Dilihat dari ajaran Islam, anak adalah amanat Allah. amanat adalah sesuatu yang wajib dipertanggung jawabkan. Jelas, tanggung jawab orang tua terhadap anaknya tidaklah kecil. Bahkan para orang tua umumnya merasa bertanggung jawab atas segalanya dari kelangsungan hidup anak-anak mereka, karenanya tidaklah diragukan bahwa tanggung jawab pendidikan itu diakuinya secara sadar atau tidak, diterima dengan sepenuh hatinya atau tidak, hal itu adalah merupakan fitrah yang telah dikodratkan Allah SWT. kepada setiap orang tua. Mereka tidak bisa mengelakkan tanggung jawab itu karena telah merupakan amanah Allah yang dibebankan kepada mereka.
Di samping itu pangkal ketentraman Secara umum tanggung jawab itu ialah berusaha mendewasakan anak. Dalam mendewasakan anak yang terpenting adalah menanamkam nilai-nilai dasar yang akan mewarnai bentuk kehidupan anak itu pada kehidupan selanjutnya. Secara umum tentang ini di dalam Al - Qur’an diperjelas sebagaimana firman Allah :
﴾٦:ﻢﻴﺭﺤﺘﻟﺍ﴿ ﺓﺭ ﺎﺠﺣﻠﺍﻮ ﺲﺎﻧﻠ ﺍ ﺎﻫﺩﻭﻘﻮ ﺍﺭﺎﻧ ﻡﻜﻴﻠﻫﺍﻮ ﻢﻜﺴﻓﻧﺍ ﺍﻮﻗ ﺍﻮﻧﻣﺍ ﻦﻳﺬﻠﺍ ﺎﻬﻴﺍﺎﻳ
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka…”
Ayat diatas mengajarkan kepada orang-orang yang beriman agar menjaga diri mereka dan keluarganya dari siksaan api neraka, yaitu siksaan Tuhan yang akan ditimpakan di neraka kepada orang-orang yang berbuat dosa di dunia. Yang dimaksudkan dengan menjaga dalam ayat diatas adalah dengan selalu mengerjakan perbuatan-perbuatan yang baik dengan cara melaksanakan perintah-perintah Tuhan serta tidak mengerjakan perbuatan-perbuatan yang dilarang-Nya.
Sebagaimana telah dijelaskan diatas, bahwa taggung jawab anak berada pada orang tua baik terhadap diri sendiri maupun terhadap masyarakat sekitar lebih-lebih terhadap Tuhan. Oleh karena itu, memelihara dan memenuhi serta melaksanakan amanat Allah adalah suatu kewajiban. Sebagai konsekwensinya, hendaknya bersedia berkorban baik tenaga, fikiran maupun harta demi terlaksananya amanat Allah.
Anak merupakan amanat Allah yang harus kita perhatikan, baik kebutuhan jasmani maupun rohaninya. Kebutuhan jasmani adalah merupakan usaha mempertahankan hidup dan hubungan dengan sesamanya, misalnya makanan, pakaian dan lain-lain. Sedangkan kebutuhan rohani yaitu usaha membentuk manusia-manusia berpribadi, luhur budi pekerti, berguna bagi nusa dan bangsa, misalnya memberikan pendidikan baik tentang agama maupun umum. Disinilah nampak kepentingan manusia terhadap agama dan pendidikan. Dengan demikian kewajiban orang tua ialah memberikan pengertian agama dan mendidik anak-anaknya, terutama dalam menanamkan nilai-nilai akhlak baik terhadap anak, diantaranya :
a. Nilai akhlak baik sebelum anak lahir (masa pranatal)
Nilai akhlak baik sebelum bayi lahir yang dimaksud, ketika si Ibu hamil, tetap dianjurkan supaya kondisinya tetap terpelihara, baik phisiknya maupun jiwanya karena ibu dengan janinnya ada hubungan kesatuan kondisi yang disebutkan dalam Ilmu Jiwa perkembangan sebagai hubungan unitas. Subtansi pisik dan psikis ibu selalu mengalir pula kepada janinnya. Begitu juga gangguan pisik dan psikis Ibu, misalnya gangguan kesehatan atau gangguan emosional yang serius akan mengganggu pula kondisi janinnya, dengan sendirinya nilai-nilai tindakan ibu ketika hamil, tertanam pada janinnya yang selanjutnya akan berkembangan setelah ia lahir.
Hal yang paling baik dilakukan oleh orang tua ketika anak masih dalam kandungan ialah selalu berbuat baik karena nilai kebaikan itu selalu mengalir ke dalam tubuh janin.
b. Nilai akhlak baik pada bayi (masa vital) dan masa kanak-kanak
Memang bayi yang berumur kurang dari 2 tahun belum bisa dibimibing berbuat, baik, tetapi sebenarnya sudah ditanamkan padanya nilai-nilai akhlak mulai dengan cara memperdengarkan dan memperlihatkannya kesan yang baik. Potensi kepekaan bayi menerima rangsangan memudahkan dapatnya diberi bimbingan secara tidak langsung. Kepekaan bayi dapat ditandai dengan sikapnya gampang terkejut dan tertarik melihat kejadian-kejadian yang ada disekelilingnya.
Ketika anak berumur antara 4 – 5 tahun, masa ini juga termasuk periode sekolah taman kanak-kanak (TK) yang tidak terlalu jauh berbeda dengan pelaksanaan pendidikan dirumah tangga ; yaitu hanya menitik beratkan pembiasaan anak, belum mengarah kepada pembentukan sikap intelektual anak seperti di Sekolah Dasar (SD).
Cara membina akhlak anak pada masa trotzalter (masa transisi), antara lain :
1) Selalu mengikut-sertakan anak dalam acara-acara keagamaan dan hiburan-hiburan yang bersifat konstruktif.
2) Membiasakan anak mengucapkan perkataan yang baik dan membiasakan pula berlaku jujur dan bertanggung jawab
3) Memperlihatkan sikap senang kepadanya bila perbuatannya baik dan memperlihatkan sikap tidak setuju bila perbuatannya salah.
4) Tidak boleh bertengkar di mana anak itu berada, baik antara suami-isteri maupun antara orang lain. Karena cara seperti itu akan dicontoh oleh anak secara imitatif (secara taklid).
5) Tidak boleh memerintahkan anak berbuat sesuatu yang tidak disanggupinya. Dan kalau memerintahkan sesuatu padanya, diusahakannya supaya ia bisa mengerjakannya dengan baik, bukan cara sembrono.
6) Tidak boleh membohongi anak karena cara seperti itu menambah kebingunan anak. Kalaupun dibohongi karena situasi terpaksa, diusahakan agar cara seperti itu tidak akan diketahuinya. Karena bila ia tahu, akan menaruh ketidak-percayaan terhadap orang tuanya.
c. Nilai Akhlak Baik pada anak periode intelektual
Masa intelektual menurut ahli jiwa anak, yaitu umur 6 – 12 tahu.
Dapat dikemukakan sebagian cara-cara yang harus dilakukan orang tua dalam membimbing akhlak anaknya pada masa intelektual yaitu :
1) Membiasakan anak selalu beribadah dan mengikut-sertakan dalam cara-cara keagamaan.
2) Selalu mengingatkan anak ketika hendak berangkat ke sekolah dan ketika ia pulang agar selalu berbuat baik.
3) Tetap mengawasi pergaulan anak ketika bermain dengan temannya dan dilarang bersama-sama dengan anak yang nakal ke sekolah dan ketika ia pulang agar selalu berbuat baik.
4) Menitipkan kepada gurunya agar menegur anak tersebut bila kurang baik tingkah tingkah lakunya dan melaporkan kepada orang tuanya bila guru tidak bisa mengatasinya.
5) Selalu mengontrol buku-buku bacaan anak karena kadang-kadang ia menemukan dari teman-temannya buku-buku yang bisa merusak akhlaknya. Dan membiasakannya senang membaca buku-buku agama, sejarah pahlawan bangsa, ilmu-ilmuwan yang terkemuka dan melihat gambar-gambar yang bisa merangsang dirinya berbuat luhur dan sebagainya.
d. Memberikan bimbingan akhlak baik pada anak remaja
Pada masa ini pula diawali oleh masa pancaroba atau masa remaja dimulai dengan kematangan fungsi jasmani (Kematangan biologis) berupa kematangan kelenjar kelamin yang didahuli oleh keadaan anak yang tidak menentu yang kadang-kadang terlalu ego, tidak sopan, kasar, bandel, malas, dan canggung. Kemudian berubah lagi keadaannya menjadi stabil; yaitu mereka sudah bisa membandingkan masa yang lalu dengan yang sekarang disertai dengan minat yang terarah pada hal-hal yang kongrit. Karena itu, anak remaja disebut sebagai fragmatis karena minatnya terarah kepada kegunaan-kegunaan tehnis, tidak tertarik kepada teori-teori yang bersifat abstrak.
e. Memberikan bimbingan akhlak baik pada anak yang sudah dewasa
Sebenarnya membimbing akhlak anak yang sudah dewasa tidak sulit asalkan sudah tertanam padanya nilai-nilai agama dan akhlak sejak kecil. Dan yang sulit bila tidak pernah tersentuh oleh bimbingan dari orang dewasa hingga ia mencapai umur kedewasaan. Anak yang seperti itu merasa mempunyai prinsip tersendiri yang kadang-kadang berlainan dengan prinsip orang lain dan merasa dirinya sudah sanggup mencari sesuatu yang dipandangnya baik, padahal, sama sekali bertentangan dengan norma-norma agama agama dan kemasyarakatan. Karena itu, cara yang harus digunakan oleh orang tua membimbing akhlak anak yang sudah dewasa, sebagai berikut :
1) Orang tua selalu memberikan keterangan tentang akhlak pada anak dengan memakai pendekatan argumentatif karena menghadapi anak yang sudah kritis.
2) Jangan lupa menunjukan buku-buku agama dan bacaan-bacaan yang memuat masalah akhlak dan mengarahkan agar selalu mengamalkan tuntunan yang telah didapatkannya dalam buku-buku bacaan itu.
3) Agar orang tua selalu mengontrol segala tingkah lakunya dan menasehati bila ternyata perbuatannya menyimpang dari kebenaran.