Sabtu, 20 Maret 2010

Kanker paru, jangan ambil ayahku

Jeritan bergemuruh dilorong bangsal, isak tangis, sedu sedan, menghantarkan kepergian bapak tua itu untuk menemui sang khalik. Maafkan kami ayah,kami menyanyangimu, jangan tinggalkan kami,aku belum siap menerima ini, kumohon kembalilah.Bilqis panggilan sehari-harinya, putri cantik dari almarhum bapak tua yang barusan meninggal, tak kuasa menerima kenyataan.

Sabarlah nak! biarkan ayah pergi

PROSES PENYEMBUHAN LUKA

Luka adalah kerusakan anatomi, diskontinuitas suatu jaringan oleh karena trauma dari luar.(Djohansyah Marzoeki, 1991). Luka dibagi menjadi Luka terbuka : bila kulit rusak melampaui tebalnya kulit dan Luka tertutup : luka tidak melampaui tebalnya kulit.



Proses Pen
yembuhan Luka
Beberapa teori proses penyembuhan luka adalah sebagai berikut:
Menurut Kozier (1995) : Penyembuhan merupakan suatu sifat dari jaringan-jaringan yang hidup; hal ini juga diartikan sebagai pembentukan kembali (pembaharuan) dari jaringan-jaringan tersebut. Penyembuhan dapat dibagi dalam tiga fase: peradangan, proliferatif, dan maturasi (bernanah luka). Proses penyembuhan untuk luka akibat operasi akan dijelaskan di bawah ini.

a. Fase Peradangan
Fase peradangan akan segera dimulai setelah terjadinya luka dan akan berlangsung selama 3 sampai 4 hari. Ada dua proses utama yang terjadi selama fase peradangan ini : hemostatis dan phagositosis.
Hemostatis (penghentian pendarahan) diakibatkan oleh vasokontriksi dari pembuluh darah yang lebih besar pada area yang terpengaruh, penarikan kembali dari pembuluh-pembuluh darah yang luka, deposisi/endapan dari fibrin (jaringan penghubung), dan pembentukan gumpalan beku darah pada area tersebut. Gumpalan beku darah, terbentuk dari platelet darah (piringan kecil tanpa warna dari protoplasma yang ditemukan pada darah), menetapkan matriks dari fibrin yang akan menjadi kerangka kerja untuk perbaikan sel-sel. Suatu keropong juga terbentuk pda permukaan luka. Yang terdiri dari gumpalan-gumpalan serta jaringan-jaringan yang mati. Keropeng berguna untuk membantu hemostasis dan mencegah terjadinya kontaminasi pada luka oleh mikroorganisme. Di bawah keropeng, sel-sel epithelial bermigrasi ke dalam luka melalui pinggiran luka. Sel-sel epithelial sebagai penghalang antara tubuh dengan lingkungan, mencegah masuknya mikroorganisme.
Fase peradangan juga melibatkan respon-respon seluler dan vaskuler yang dimaksudkan untuk menghilangkan setiap substansi-substansi asing serta jaringan-jaringan yang mati. Aliran darah ke luka meningkat, membawa serta substansi serta nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan dalam proses penyembuhan. Sebagai hasilnya luka akan terlihat memerah dan bengkak.
Selama migrasi sel, leukosit (khususnya netrophil) akan masuk ke dalam ruang interstitial. Kemudian akan digantikan makrofag selama 24 jam setelah luka, yang muncul dari monosit darah. Makrofag akan menelan puing-puing selular dan mikroorganisme dengan suatu proses yang dikenal sebagai phagositosis. Makrofag juga mengeluarkan suatu faktor angigenesis (AGF), yang merangsang pembentukan dari pucuk-puck epithelial pada ujung pembuluh darah yang mengalami luka. Jaringan kerja microcirculatory yang dihasilkan akan menopang proses penyembuhan luka. Saat ini makrofag dan AGF dipertimbangkan sebagai hal yang penting pada proses penyembuhan (Cooper 1990 p. 171). Respon terhadap peradangan ini sangat penting terhadap proses penyembuhan, dan mengukur bahwa penghalangan pada peradangan, seperti pengobatan dengan steroid, dapat menggantikan proses penyembuhan yang mengandung resiko. Selama tahapan ini pula, terbentuk suatu dinding tipis dari sel-sel epithelial di sepanjang luka.

b. Fase Proliferasi
Fase proliferatif (tahapan pertumbuhan sel dengan cepat), fase kedua dalam prose penyembuhan, memerlukan waktu 3 – hari sampai sekitar 21 hari setelah terjadinya luka. Fibroblast (sel-sel jaringan penghubung), yang mulai bermigrasi ke dalam luka sekitar 24 jam setelah terjadinya luka, mulai mengumpulkan dan menjadikan satu kolagen dan suatu substansi dasar yang disebut proteoglycan sekitar 5 hari setelah terjadinya luka. Kolagen merupakan suatu substansi protein yang berwarna keputih-putihan yang menambah daya rentang pada luka. Sat jumlah kolagen meningkat, maka daya rentang luka juga kan meningkat; oleh karena itu peluang bahwa luka akan semakin terbuka menjadi semakin menurun. Selama waktu tersebut, muncullah apa yang disebut sebagai pungung bukit penyembuhan” di bawah garis jahitan luka yang lengkap. Pada luka yang tidak dijahit, kolagen baru seringkali muncul. Pembuluh-pembukuh kapiler tumbuh disepanjang luka, meningkatkan aliran darah, yang juga membawa serta oksigen dan nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan dalam proses penyembuhan. Fibroblast akan bergerak dari aliran darah ke dalam wilayah luka, mengendapkan fibrin. Saat jaringan pembuluh kapiler berkembang, jaringan menjadi suatu benuk tembus cahaya yang berwarna kemerah-merahan. Jarinag tersebut, disebut sebagai jaringan granulsi, yang mudah pecah dan mudah mengalami pendarahan.

Saat sisi kulit dari luka tidak dijahit, wilayah luka tersebut harus ditutup dengan jaringan-jaringan granulasi. Saat jaringan granulasi matang, sel-sel epithelial marginal akan bermigrasi ke dalamnya, pertumbuhan sel yang cepat di sepanjang jaringan penghubung ini dipusatkan untuk menutup wilayah luka. Jika wilayah luka tidak tertutup oleh epithelisasi, wilayah luka tersebut akan ditutup dengan protein plasma yang mengering serta sel-sel yang telah mati. Hal ini disebut eschar. Pada awalnya, luka yang disembuhkan dengan tujuan sekunder merembes ke pengeringan serosanguineous. Kemudian jika tidak ditutup oleh sel-sel epithelial, maka akan ditutup dengan jaringan-jaringan fibrinous yang berwarna abu-abu dan berukuran tebal yang pada akhirnya berubah menjadi jaringan bekas luka yang padat yang tebal.

c. Fase Maturasi
Biasanya dimulai pada hari ke-21 dan muncul setengah tahun setelah perlukaan. Pembentukan fibroblas dilanjutkan dengan sintesis kolagen. Serabut kolagen yang merupakan serabut penting dalam ........ digabungkan ke dalam struktur yang lebih lengkap. Scar menjadi tipis, jaringan elastis berkurang, timbul garis putih.



Tag: pengertian luka, Konsep luka, definisi luka, penyembuhan luka, tahap penyembuhan luka, fase luka, perawatan luka


TAHAP - TAHAP TIDUR

Menurut Alimul (2006) tahap siklus tidur terdiri dari :
1) Tahap tidur jenis gelombang lambat atau NREM, yaitu terdiri:
a) Tahap I
Merupakan tahap transisi antara bangun dan tidur dengan ciri-ciri rileks, masih sadar dengan lingkungan, merasa ngantuk, bola mata bergerak dari samping ke samping, frekuensi nadi dan nafas menurun, dapat bangun segera. Tahap ini berlangsung selama 5 menit.

b) Tahap II
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun dengan ciri-ciri mata pada umumnya menetap, denyut jantung dan frekuensi nafas menurun, temperatur tubuh menurun, metabolisme menurun, berlangsung pendek dan berakhir 10-15 menit.

c) Tahap III
Merupakan tahap tidur dengan ciri denyut nadi dan frekuensi nafas serta proses tubuh lainnya lambat, disebabkan oleh adanya dominan sistem saraf parasimpatis dan sulit untuk bangun, berlangsung 15-30 menit.

d) Tahap IV
Tahap tidur dalam, dengan ciri kecepatan jantung dan pernafasan menurun, jarang bergerak dan sulit dibangunkan, sekresi lambung menurun dan tonus otot juga menurun serta gerak bola mata cepat.

2) Tahap tidur Paradoks atau REM
Tahap tidur paradoks berlangsung pada tidur malam yang terjadi selama 5-20 menit, rata-rata muncul 90 menit. Periode pertama terjadi selama 30-100 menit, apabila kondisi orang sangat lelah maka awal tidur sangat cepat dan tidur tahap ini tidak ada. Ciri tidur paradoks adalah disertai mimpi aktif, sangat sulit dibangunkan, tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan, frekuensi jantung dan pernafasan menjadi tidak teratur, pada otot perifer terjadi beberapa gerakan otot yang tidak teratur, mata cepat tertutup dan terbuka, nadi cepat dan ireguler tekanan darah mengalami fluktuasi, sekresi gaster meningkat dan metabolisme juga meningkat. Tidur paradoks atau REM penting untuk keseimbangan mental, emosi, juga berperan dalam belajar, memori dan adaptasi.


Tag: tahap tidur, tidur dalam , tidur ringan, kurang tidur, mimpi, adaptasi tidur



TIDUR

a. Pengertian
Tidur didefinisikan sebagai suatu keadaan bawah sadar dimana seseorang masih dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya (Guyton & Hall, 1997). Menurut Potter & Perry (2005), Tidur merupakan proses fisiologis yang bersiklus bergantian dengan periode yang lebih lama dari keterjagaan.

b. Manfaat tidur
Kebutuhan tidur dan istirahat yang sesuai sama pentingnya dengan kebutuhan nutrisi dan olahraga yang cukup bagi kesehatan. Menurut Hodgson (1991) dalam Potter & Perry (2005), kegunaan tidur masih belum jelas, namun diyakini tidur diperlukan untuk menjaga keseimbangan mental, emosional dan kesehatan.


Tidur diperlukan untuk memperbaiki proses biologis secara rutin, selama tidur gelombang rendah yang dalam (NREM tahap IV), tubuh melepaskan hormon pertumbuhan manusia untuk memperbaiki dan memperbaharui sel epitel dan sel khusus seperti sel otak. Sintesa protein dan pembagian sel untuk pembaharuan jaringan seperti pada kulit, sumsung tulang, mukosa lambung terjadi juga selama tidur dan istirahat Oswold (1984) dalam Potter & Perry (2005) kegunaan tidur yang lain adalah selama tidur tubuh akan menyimpan energi.

Pada tidur REM terjadi perubahan dalam aliran darah serebral, peningkatan aktivitas kortikal, peningkatan konsumsi oksigen dan pelepasan epinefrin, sehingga membantu penyimpanan memori dan pembelajaran maka tidur REM penting untuk pemulihan kognitif. Tanpa kebutuhan tidur dan istirahat yang cukup, konsentrasi dan pengambilan keputusan akan menurun. (Potter & Perry, 2005)

c. Pengaturan tidur
Tidur merupakan aktifitas yang melibatkan susunan saraf pusat, saraf perifer, endokrin, kardiovaskuler, respirasi dan muskuloskeletal Robinson (1993), dalam Potter & Perry (2005).
Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan antara dua mekanisme serebral yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak untuk tidur dan bangun (Alimul, 2006).


Tag: Tidur, keperawatan tidur, Pengertian tidur, fisiologi tidur, definisi tidur, tidur REM, NREM, manfaat tidur, kegunaan tidur, askep tidur

Menyiapkan Injeksi dari Vial / Flacon

Menyiapkan Injeksi dari Vial / Flacon

TINJAUAN UMUM

Suatu kegiatan pelayanan keperawatan menyiapkan injeksi untuk pengobatan / therapi kepada pasien yang sedang dirawat

A. PERSIAPAN

I. Persiapan Klien

- Cek perencanaan Keperawatan klien

- Klien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan

II. Persiapan Alat

- Jarum seteril dan spuit

- Kapas alkohol 70 %

- Alat tulis

- Obat injeksi ( vial / flacon ) sesuai order dokter

- Bengkok

- Kartu obat dan etiket

B. PELAKSANAAN

- Perawat cuci tangan

- Buka tutup dan bersihkan / desinfektan bagian atas botol ( karet ) dengan kapas alkohol

- Buang kapas alkohol ke bengkok

- Menarik udara secukupnya kedalam spuit

- Tusuk jarum tegak lurus ketengah karet penutup

- Mendorong udarah dalam spuit kadalam botol, membalikan vial dan tarik obat seumlah yang diperlukan

- Tarik jarum dengan menarik boto, keluarkan udara yang ada dalam spuit

- Jarum ditutup dan vial /’ flacon dibuang ke bengkok / tempatnya ( jika sudah habis )

- Beri etiket nama pada spuit dan masukan ketampat injeksi

- Perawat cuci tangan

C. EVALUASI

- Perhatikan dosisi obat, nama obat dan nama klien sesuai dengan order dari dokter

D. DOKUMENTASI

Mencatat tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan, hasil tindakan, perawat yang melakukan ) pada catatan keperawatan

Melakukan Skin Test

Melakukan Skin Test

TINJAUAN UMUM

Skin test adalah melakukan test antibiotik melalui sub cutan untuk mengetahui ketahanan terhadap salah satu jenis antibiotik

A. PERSIAPAN

a. Persiapan Alat

i. Spuit 1 cc dan jarum seteril dalam tempatnya

ii. Obat-obatan yang diperlukan

iii. Kapas alkohol dalam tempatnya

iv. Gergaji ampul

v. NaCl 0,9 % /aquadest

vi. Bengkok, ball point/ spidol

b. Persiapan Klien

i. Pasien diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan

B. PELAKSANAAN

1. Perawat cuci tangan

2. Menggulung lengan baju pasien bila perlu

3. Mengisi spuit dengan obat yang akan ditest sejumlah 0,1 cc dilarutkan dengan NaCl 0,9 atau aquadest menjadi 1 cc

4. Mendesinfeksi kulit yang akan di suntik dengan menggunakan kapas alkohol kemudian diregangkan dengan tangan kiri perawat

5. Menyuntikan obat sampai permukaan kulit menjadi gembung dengan cara lubang jarum menghadap ke atas dan membuat sudut antara 15 – 30 derajat dengan permukaan kulit

6. Beri tanda pada area suntikan

7. Menilai reaksi obat setelah 10-15 menit dari waktu penyuntikan, hasil (+) bila terdapat tanda kemerahan pada daerah penusukan dengan diameter minimal 1 cm, hasil (-) bila tidak terdapat tanda tersebut diatas

8. Perawat cuci tangan

C. EVALUASI

Mencatat tindakan dan hasil skin test pada dokumen perawatan

Sampel Urine untuk Pemeriksaan Laboratorium

Sampel Urine untuk Pemeriksaan Laboratorium

TINJAUAN UMUM

Suatu tindakan pengambilan darah untuk pemeriksaan laboratrium guna menunjang diagnosa pasien dalam mempertimbangkan pengobatan yang tepat

A. PERSIAPAN

I. Persiapan Klien

- Cek perencanaan Keperawatan klien

- Klien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan

II. Persiapan Alat

- Pot / urinal / bengkok

- Botol urine yang sudah diberi etiket

B. PELAKSANAAN

- Perawat cuci tangan

- Memberitahu tindakan yang akan dilakukan

- Pasang sampiran disekitar tempat tidur

- Menyuruh klien untuk berkemih dalam pot / urinal dan memasukan kedalam botol urine

- Urin sisa yang ada pada pot urinal dibuang

- Membereskan alat-alat dan mengmbalikan ketempatnya

- Perawat cuci tangan

- Perhatikan dan catat reaksi klien setelah melakukan tindakan

C. EVALUASI

- Perhatikan respon klien dan hasil tindakan

D. DOKUMENTASI

- Mencatat tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan, respon klien, hasil tindakan, perawat yang melakukan ) pada catatan keperawatan

Sampel Darah Melalui Vena

Sampel Darah Melalui Vena

TINJAUAN UMUM

Suatu tindakan pengambilan darah untuk pemeriksaan laboratrium guna menunjang diagnosa pasien dalam mempertimbangkan pengobatan yang tepat

A. PERSIAPAN

I. Persiapan Klien

- Cek perencanaan Keperawatan klien

- Klien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan

II. Persiapan Alat

- Spuit dan jarum steril

- Kapas alkohol 70 %

- Plester dan gunting

- Tabung darah

- Perlak dan torniquet

- Bengkok

B. PELAKSANAAN

- Perawat cuci tangan

- Menentukan lokasi

- Meletakan perlak kecil dibawah tangan yang akan diambil darah

- Melakukan pembendungan / fiksasi

- Menghapus lokasi tusukan / desinfeksi

- Memasukan jarum dengan sudut 5-30 0

- Menghisap darah sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan

- Torniquet / pembendung dilepas

- Jarum dicabut dan tekan bekas punksi / tusukan

- Memasukan darah ke dalam tabung darah dan beri etiket / nama

- Membereskan alat-alat dan rapihkan klien

- Perawat cuci tangan

- Perhatikan dan catat reaksi klien setelah melakukan tindakan

C. EVALUASI

- Perhatikan respon klien dan hasil tindakan

D. DOKUMENTASI

catat tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan, respon klien, hasil tindakan, perawat yang melakukan ) pada catatan keperawatan

Menyiapkan Injeksi dari Vial / Flacon

Menyiapkan Injeksi dari Vial / Flacon

TINJAUAN UMUM

Suatu kegiatan pelayanan keperawatan menyiapkan injeksi untuk pengobatan / therapi kepada pasien yang sedang dirawat

A. PERSIAPAN

I. Persiapan Klien

- Cek perencanaan Keperawatan klien

- Klien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan

II. Persiapan Alat

- Jarum seteril dan spuit

- Kapas alkohol 70 %

- Alat tulis

- Obat injeksi ( vial / flacon ) sesuai order dokter

- Bengkok

- Kartu obat dan etiket

B. PELAKSANAAN

- Perawat cuci tangan

- Buka tutup dan bersihkan / desinfektan bagian atas botol ( karet ) dengan kapas alkohol

- Buang kapas alkohol ke bengkok

- Menarik udara secukupnya kedalam spuit

- Tusuk jarum tegak lurus ketengah karet penutup

- Mendorong udarah dalam spuit kadalam botol, membalikan vial dan tarik obat seumlah yang diperlukan

- Tarik jarum dengan menarik boto, keluarkan udara yang ada dalam spuit

- Jarum ditutup dan vial /’ flacon dibuang ke bengkok / tempatnya ( jika sudah habis )

- Beri etiket nama pada spuit dan masukan ketampat injeksi

- Perawat cuci tangan

C. EVALUASI

- Perhatikan dosisi obat, nama obat dan nama klien sesuai dengan order dari dokter

D. DOKUMENTASI

Mencatat tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan, hasil tindakan, perawat yang melakukan ) pada catatan keperawatan

Melakukan Skin Test

Melakukan Skin Test

TINJAUAN UMUM

Skin test adalah melakukan test antibiotik melalui sub cutan untuk mengetahui ketahanan terhadap salah satu jenis antibiotik

A. PERSIAPAN

a. Persiapan Alat

i. Spuit 1 cc dan jarum seteril dalam tempatnya

ii. Obat-obatan yang diperlukan

iii. Kapas alkohol dalam tempatnya

iv. Gergaji ampul

v. NaCl 0,9 % /aquadest

vi. Bengkok, ball point/ spidol

b. Persiapan Klien

i. Pasien diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan

B. PELAKSANAAN

1. Perawat cuci tangan

2. Menggulung lengan baju pasien bila perlu

3. Mengisi spuit dengan obat yang akan ditest sejumlah 0,1 cc dilarutkan dengan NaCl 0,9 atau aquadest menjadi 1 cc

4. Mendesinfeksi kulit yang akan di suntik dengan menggunakan kapas alkohol kemudian diregangkan dengan tangan kiri perawat

5. Menyuntikan obat sampai permukaan kulit menjadi gembung dengan cara lubang jarum menghadap ke atas dan membuat sudut antara 15 – 30 derajat dengan permukaan kulit

6. Beri tanda pada area suntikan

7. Menilai reaksi obat setelah 10-15 menit dari waktu penyuntikan, hasil (+) bila terdapat tanda kemerahan pada daerah penusukan dengan diameter minimal 1 cm, hasil (-) bila tidak terdapat tanda tersebut diatas

8. Perawat cuci tangan

C. EVALUASI

Mencatat tindakan dan hasil skin test pada dokumen perawatan

Sampel Urine untuk Pemeriksaan Laboratorium

Sampel Urine untuk Pemeriksaan Laboratorium

TINJAUAN UMUM

Suatu tindakan pengambilan darah untuk pemeriksaan laboratrium guna menunjang diagnosa pasien dalam mempertimbangkan pengobatan yang tepat

A. PERSIAPAN

I. Persiapan Klien

- Cek perencanaan Keperawatan klien

- Klien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan

II. Persiapan Alat

- Pot / urinal / bengkok

- Botol urine yang sudah diberi etiket

B. PELAKSANAAN

- Perawat cuci tangan

- Memberitahu tindakan yang akan dilakukan

- Pasang sampiran disekitar tempat tidur

- Menyuruh klien untuk berkemih dalam pot / urinal dan memasukan kedalam botol urine

- Urin sisa yang ada pada pot urinal dibuang

- Membereskan alat-alat dan mengmbalikan ketempatnya

- Perawat cuci tangan

- Perhatikan dan catat reaksi klien setelah melakukan tindakan

C. EVALUASI

- Perhatikan respon klien dan hasil tindakan

D. DOKUMENTASI

- Mencatat tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan, respon klien, hasil tindakan, perawat yang melakukan ) pada catatan keperawatan

Sampel Darah Melalui Vena

Sampel Darah Melalui Vena

TINJAUAN UMUM

Suatu tindakan pengambilan darah untuk pemeriksaan laboratrium guna menunjang diagnosa pasien dalam mempertimbangkan pengobatan yang tepat

A. PERSIAPAN

I. Persiapan Klien

- Cek perencanaan Keperawatan klien

- Klien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan

II. Persiapan Alat

- Spuit dan jarum steril

- Kapas alkohol 70 %

- Plester dan gunting

- Tabung darah

- Perlak dan torniquet

- Bengkok

B. PELAKSANAAN

- Perawat cuci tangan

- Menentukan lokasi

- Meletakan perlak kecil dibawah tangan yang akan diambil darah

- Melakukan pembendungan / fiksasi

- Menghapus lokasi tusukan / desinfeksi

- Memasukan jarum dengan sudut 5-30 0

- Menghisap darah sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan

- Torniquet / pembendung dilepas

- Jarum dicabut dan tekan bekas punksi / tusukan

- Memasukan darah ke dalam tabung darah dan beri etiket / nama

- Membereskan alat-alat dan rapihkan klien

- Perawat cuci tangan

- Perhatikan dan catat reaksi klien setelah melakukan tindakan

C. EVALUASI

- Perhatikan respon klien dan hasil tindakan

D. DOKUMENTASI

catat tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan, respon klien, hasil tindakan, perawat yang melakukan ) pada catatan keperawatan

Mengganti Balutan Pada Pasien Luka Bakar

Mengganti Balutan Pada Pasien Luka Bakar

TINJAUAN UMUM

Menukar balutan/penutup luka yang sudah kotor atau yang lama dengan penutup/pembalutan luka yang baru

Gunanya untuk

- Mencegah terjadinya infeksi

- Mencegah masuknya kuman dan kotoran kedalam luka

- Mencegah infeksi silang

- Memberi rasa nyaman dan aman pada pasien

Operasional dilakukan pada :

Pasien Combustie ( luka bakar )

PERSIAPAN

Persiapan Alat

a. Alat Seteril

- 1 Pinset anatomi

- 2 pinset chirurgis

- 2 klem arteri

- 1 gunting lurus

- 2 kapas lidi

- 10-15 lembar kassa seteril

- 5 buah deppers

- mangkok seteril

- 1 tong sampak

a. Alat Tidak Seteril

- Gunting pembalut

- Plester kecil

- Botol berisi bensin cuci

- Mercurohroom

- Bengkok

- NaCl 1 ml, 500 cc

- Zalf Dermazia

- Kantong Plastik

- Obat-obatan desinfektan ( Savlon, bethadine, dll )

Persiapan Pasien

Pasien diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan

PELAKSANAAN

1. Perawat cuci tangan

2. Balutan lama dibuka dan dibuang pada tempatnya

3. Bekas plester dibersihkan dengan kapas bensin

4. Luka dibersihkan dengan cairan NaCl ka satu arah dengan menggunakan deppers

5. Deppers kotor dibuang pada tempatnya

6. Pinset yang sudah dipakai disimpan pada bengkok yang bersisi desinfektan

7. Kemudian luka diobati dengan mercurohroom, setelah itu luka diberi zalf Dermazim dengan menggunakan tongspatel

8. Luka ditutup dengan kasa seteril secukupnya

9. Luka dibalut/diplester dengan rapih

10. Setelah selesai pasien dirapihkan dan alat-alat dibereskan ketempat semula

11. Perawat cuci tangan

EVALUASI

Mencatat hasil tindakan dan respon pasien pada dokumen keperawatan

Pemberian Oksigen Melalui Nasal Kanul

Pemberian Oksigen Melalui Nasal Kanul

TINJAUAN UMUM

Suatu kegiatan untuk memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh pada pasien yang mengalami kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen

PERSIAPAN

Persiapan Klien

- Cek perencanaan Keperawatan klien

- Klien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan

Persiapan Alat

- Tabung / central oksigen yang sudah dilengkapi dengan socket dan manometer / flowmeter

- Humedifier yang sudah di isi dengan aquadest sampai pembatas yang sudah ditentukan

- Nasal kanul

PELAKSANAAN

- Perawat cuci tangan

- Atur posisi yang nyaman

- Periksa manometer central O 2 / tabung O 2, humedifier dan flowmeter

- Hubungkan kanul dengan O 2 / alirkan O 2 yang rendah

- Masukan kedua ujung kanul ke dalam lubang hidung

- Mengatur aliran O 2 yang sesuai dengan terapi

- Membersihkan nasal kanul setiap 8 jam sekali

- Perawat cuci tangan

- Perhatikan dan catat reaksi klien setelah melakukan tindakan

EVALUASI

- Perhatikan respon klien dan hasil tindakan

DOKUMENTASI

Mencatat tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan, respon klien, hasil tindakan, perawat yang melakukan ) pada catatan keperawatan

Mengganti Balutan Pada Pasien Luka Bakar

Mengganti Balutan Pada Pasien Luka Bakar

TINJAUAN UMUM

Menukar balutan/penutup luka yang sudah kotor atau yang lama dengan penutup/pembalutan luka yang baru

Gunanya untuk

- Mencegah terjadinya infeksi

- Mencegah masuknya kuman dan kotoran kedalam luka

- Mencegah infeksi silang

- Memberi rasa nyaman dan aman pada pasien

Operasional dilakukan pada :

Pasien Combustie ( luka bakar )

PERSIAPAN

Persiapan Alat

a. Alat Seteril

- 1 Pinset anatomi

- 2 pinset chirurgis

- 2 klem arteri

- 1 gunting lurus

- 2 kapas lidi

- 10-15 lembar kassa seteril

- 5 buah deppers

- mangkok seteril

- 1 tong sampak

a. Alat Tidak Seteril

- Gunting pembalut

- Plester kecil

- Botol berisi bensin cuci

- Mercurohroom

- Bengkok

- NaCl 1 ml, 500 cc

- Zalf Dermazia

- Kantong Plastik

- Obat-obatan desinfektan ( Savlon, bethadine, dll )

Persiapan Pasien

Pasien diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan

PELAKSANAAN

1. Perawat cuci tangan

2. Balutan lama dibuka dan dibuang pada tempatnya

3. Bekas plester dibersihkan dengan kapas bensin

4. Luka dibersihkan dengan cairan NaCl ka satu arah dengan menggunakan deppers

5. Deppers kotor dibuang pada tempatnya

6. Pinset yang sudah dipakai disimpan pada bengkok yang bersisi desinfektan

7. Kemudian luka diobati dengan mercurohroom, setelah itu luka diberi zalf Dermazim dengan menggunakan tongspatel

8. Luka ditutup dengan kasa seteril secukupnya

9. Luka dibalut/diplester dengan rapih

10. Setelah selesai pasien dirapihkan dan alat-alat dibereskan ketempat semula

11. Perawat cuci tangan

EVALUASI

Mencatat hasil tindakan dan respon pasien pada dokumen keperawatan

Pemberian Oksigen Melalui Nasal Kanul

Pemberian Oksigen Melalui Nasal Kanul

TINJAUAN UMUM

Suatu kegiatan untuk memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh pada pasien yang mengalami kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen

PERSIAPAN

Persiapan Klien

- Cek perencanaan Keperawatan klien

- Klien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan

Persiapan Alat

- Tabung / central oksigen yang sudah dilengkapi dengan socket dan manometer / flowmeter

- Humedifier yang sudah di isi dengan aquadest sampai pembatas yang sudah ditentukan

- Nasal kanul

PELAKSANAAN

- Perawat cuci tangan

- Atur posisi yang nyaman

- Periksa manometer central O 2 / tabung O 2, humedifier dan flowmeter

- Hubungkan kanul dengan O 2 / alirkan O 2 yang rendah

- Masukan kedua ujung kanul ke dalam lubang hidung

- Mengatur aliran O 2 yang sesuai dengan terapi

- Membersihkan nasal kanul setiap 8 jam sekali

- Perawat cuci tangan

- Perhatikan dan catat reaksi klien setelah melakukan tindakan

EVALUASI

- Perhatikan respon klien dan hasil tindakan

DOKUMENTASI

Mencatat tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan, respon klien, hasil tindakan, perawat yang melakukan ) pada catatan keperawatan

PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH

PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH

Tujuan instruksional khusus

1. Mahasiswa akan dapat mengetahui dan menjelaskan manfaat pemeriksaan glukosa darah untuk menegakan diagnosa penyakit diabetes melitus

2. Mahasiswa akan dapat mengukur kadar glukosa darah dengan GOD-PAP

3. Mahasiswa akan dapat menyimpulkan hasil pemeriksaan glukosa darah pada saat praktikum setelah membandingkannya dengan nilai normal


Dasar Teori

Glukosa diperlukan sebagai sumber energi terutama bagi sistem saraf dan eritrosit. Glukosa juga dibutuhkan di dalam jaringan adipose sebagai sumber gliserida – glisero, dan mungkin juga berperan dalam mempertahankan kadar senyawa antara pada siklus asam sitrat di dalam banyak jaringan tubuh



Gulosa berasal sebagian diperoleh dari makanan, kemudian dibentuk dari berbagai senyawa glukogenik yang mengalami glukoneogenesis lalu juga dapat dibentuk dari glikogen hati melalui glikogenolosis.

Proses mempertahankan kadar glukosa yang stabil didalam darah merupakan salah satu mekanisme homeostatis yang diatur paling halus dan juga menjadi salah satu mekanisme di hepar, jaringan ekstrahepatik serta beberapa hormon.

Diantara hormon yang mengatur kadar glukosa darah adalah insulin dan glukagon. Insulin, suatu hormon anabolic, merangsang sintesis komponen makromolekuler sel dan mengakibatkan penyimpanan glukosa. Glukagon, suatu hormon katabolic, membatasi sintesis makromolekul dan menyebabkan pengeluaran glukosa yang disimpan. Peningkatan konsentrasi glukosa dalam sirkulasi mengakibatkan peningkatan sekresi insulin dan pengurangan sekresi glukagon, demikian sebaliknya.

Diantara hormon yang mengatur kadar glukosa darah adalah insulin dan glukagon. Insulin, suatu hormon anabolic, merangsang sintesis komponene makromolekuler sel dan mengakibatkan penyimpanan glukosa. Glukagon, suatu hormon katabolic, membatasi sintesis makromolekul dan menyebabkan pengeluaran glukosa yang disimpan. Peningkatan konsentrasi glukosa dalam sirkulasi mengakibatkan peningkatan sekresi insulin dan pengurangan sekresi glukagon, demikian sebaliknya.

Diantara hormon yang mengatur kadar glukosa darah adalah insulin dan glukagon. Insulin, suatu hormon anabolic, merangsang sintesis komponen makromolekuler sel dan mengakibatkan penyimpanan glukosa. Glukagon, suatu hormon katabolic, membatasi sintesis makromolekul dan menyebabkan pengeluaran glukosa yang disimpan. Peningkatan konsentrasi glukosa dalam sirkulasi mengakibatkan peningkatan sekresi insulin dan pengurangan sekresi glukagon, demikian sebaliknya. Perubahan kadar darah biasanya akan terjadi pada diabetes gravidarum.

Diabetes kehamilan adalah diabetes yang menyerang semasa kehamilan dan lazimnya hilang selepas kelahiran bayi. Kejadian biasa ini mempunyai hubungan dengan kadar glukosa darah tinggi yang dikenali untuk kali pertama semasa kehamilan. Ia muncul pada saat pertengahan usia kehamilan karena perubahan dalam hormon ibu.

Siapa yang menghadapi resiko menderita diabetes kehamilan ?

Kaum wanita :

 Berusia melebihi 30 tahun

 Mempunyai sejarah keluarga untuk diabetes tipe 2

 Kelebihan berat

 Dari kumpulan ethnik tertentu seperti ; India, Asia, Kepulauan Pasifik, Timur Tengah.

Bagaimana Diabetes Kehamilan didiagnosa ?

Diagnosa dibuat setelah pemeriksaan. Pemeriksaan darah dilaksanakan sebelum dan setelah minuman glukosa diberikan. Lazimnya, pemeriksaan dilakukan pada bulan ke-6 dalam kehamilan.

Adalah dinasihatkan bahwa semua perempuan yang hamil diperiksa untuk diabetes pada antara minggu ke-26 dan ke-28 dalam masa kehamilan.

Perawatan

Perawatan adalah berasaskan makanan sehat dan latihan jasmani yang teratur seperti berjalan-jalan.


Panduan untuk memakan secara sehat

 Memakan berjenis-jenis makanan

 Memakan makanan biasa dan makanan kecil seperti, tiga kali makanan sederhana dan tiga kali makanan kecil yang dijadualkan rata-rata sepanjang hari

 Memasukan makanan karbohydrate ( tepung ) dalam tiap-tiap makanan biasa dan makanan kecil seperti, roti “ multigrain “, padi-padian, berbagai kacang, pasta, beras, buah-buahan dan sayur

 Menghindari dari makanan dan minuman yang mengandung banyak gula

 Gunakan cara memasak dengan sedikit lemak saja dan memilih makanan yang kurang lemak

 Minum banyak air


Rancangan makanan sehat dapat membantu ibu dan bayinya. Adalah penting bahwa kaum wanita mengawasi supaya keadaan diabetes mereka terkawal dengan melaksanakan pemeriksaan dirumah setiap hari. Pastikan kadar glukosa darah berada dibawah 7 mol/12 jam selepas makan.

Sekiranya makanansehat dan latihan jasmani tidak dapat mengawal diabetes kehamilan, suntikan insulin penting diperlukan untuk mempertahankan kehamilan. Insulin untuk anda dan bayi. Obat-obatan untuk perawatan diabetes tidak diberikan semasa hamil. Asalkan tiada kesulitan yang lain, kehamilan dapat diteruskan dengan biasa sehingga melahirkan dengan bayi yang sehat.


Bagaimana Diabetes Kehamilan menjangki bayi saya ?

Jika diabetes tidak dapat dijaga dengan baik, ia boleh menyebabkan masalah seperti bayi besar, yang menyulitkan kelahirannya. Kemungkinan juga bayi mempunyai kadar glukosa rendah untuk masa singkat selepas kelahiran jika masalah berlanjut, rujuk ke rumah saki.


Apa yang terjadi selepas kelahiran bayi anda ?

Selepas bayi dilahirkan, lazimnya diabetesnya lenyap. Satu pemeriksaan glukosa darah khas dilakukan 6 minggu selepas kelahiran untuk memastikan bahwa glukosa darah kembali ke kadar biasa. Biar pun begitu, wanita yang menderita diabetes kehamilan mempunyai faktor resiko lebih terkena diabetes tipe 2 kemudian.


Untuk mencegah permulaan diabetes tipe 2, adalah penting untuk :

• Meneruskan makanan sehat

• Mempertahankan berat sehat

• Adakan latihan jasmani

• Memberikan glukosa darah tiap – tiap 1- 2 tahun


Cara pemeriksaan glukosa darah

1. GlucoSure digital

2. Lancet steril

3. kapas alcohol

4. stik glukosa


Cara kerja :

1. jari tangan disterilkan dengan kapas alcohol

2. teteskan darah yang keluar pada stik glukosa

3. masukan stik glukosa pada alat GlucoSure

4. baca hasil pemeriksaan

kadar normal glukosa darah : 80 – 120 gr/dl


Bahan

 Reagen GOD – PAP

 Reagen Standard Glukosa

 Serum atau plasma


Alat

 Tabung reaksi ukuran 5 ml

 Rak tabung reaksi

 Pipet ukuran 30 µl

 Spectrofotometer


Cara kerja

1. Disiapkan 3 buah tabung reaksi ukuran 5 ml, masing – masing diberi label RB ( Reagen Blanko ), STD ( Reagen Standar ) dan SPL ( Reagen Sampel )

2. Tabung RB diberi 3.000 µl Reagen GOD – PAP

3. Tabung STD diberi 30 µl Reagen standar glukosa dan ditambah dengan 3.000µl Reagen GOD – PAP, dicampur hingga homogen.

4. Tabung SPL diberi 30 µl serum dan ditambah dengan 3.000 Reagen GOD – PAP, dicampur hingga homogen

5. Selanjutnya masing – masing diinkubasi selama 15 menit pada temperatur kamar

6. Diukur Absorbansinya ( AA ) standar dan Abs sampel terhadap ReagenBlanko ( RB ) dengan spectrofotometer pada panjang gelombang 546 nm.


Pengukuran terhadap Reagen Blanko

RB STD SPL

Sample ( µl ) - - 30

Standar ( STD ) - 30 -

Reagen ( µl ) 3000 3000 3000


PERHITUNGAN

Kadar glukosa ( mg/dl ) = ΔA SPL X 100 mg/dl

ΔA STD

Atau ΔA SPL X 5,55 mg/dl

ΔA STD

Linearitas

Batas linearitas alat sampai kadar 700 mg/dl sehingga hasil yang lebih tinggi dari angka tersebut, serum harus diencerkan dengan NaCL 0,9 % dengan perbandingan 1 + 1, hasil dikalikan dengan 2.

Nilai normal

Serum atau plasma = 75 – 115 mg/dl atau 4,2 – 6,4 mmol/l

Pertanyaan :

1. jelaskan mengapa pada penyakit diabetes melitus terjadi peningkatan kadar glukosa darah !

2. Mengapa sering terjadi ketoasidosis pada kasus DM ?

PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH

PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH

Tujuan instruksional khusus

1. Mahasiswa akan dapat mengetahui dan menjelaskan manfaat pemeriksaan glukosa darah untuk menegakan diagnosa penyakit diabetes melitus

2. Mahasiswa akan dapat mengukur kadar glukosa darah dengan GOD-PAP

3. Mahasiswa akan dapat menyimpulkan hasil pemeriksaan glukosa darah pada saat praktikum setelah membandingkannya dengan nilai normal


Dasar Teori

Glukosa diperlukan sebagai sumber energi terutama bagi sistem saraf dan eritrosit. Glukosa juga dibutuhkan di dalam jaringan adipose sebagai sumber gliserida – glisero, dan mungkin juga berperan dalam mempertahankan kadar senyawa antara pada siklus asam sitrat di dalam banyak jaringan tubuh



Gulosa berasal sebagian diperoleh dari makanan, kemudian dibentuk dari berbagai senyawa glukogenik yang mengalami glukoneogenesis lalu juga dapat dibentuk dari glikogen hati melalui glikogenolosis.

Proses mempertahankan kadar glukosa yang stabil didalam darah merupakan salah satu mekanisme homeostatis yang diatur paling halus dan juga menjadi salah satu mekanisme di hepar, jaringan ekstrahepatik serta beberapa hormon.

Diantara hormon yang mengatur kadar glukosa darah adalah insulin dan glukagon. Insulin, suatu hormon anabolic, merangsang sintesis komponen makromolekuler sel dan mengakibatkan penyimpanan glukosa. Glukagon, suatu hormon katabolic, membatasi sintesis makromolekul dan menyebabkan pengeluaran glukosa yang disimpan. Peningkatan konsentrasi glukosa dalam sirkulasi mengakibatkan peningkatan sekresi insulin dan pengurangan sekresi glukagon, demikian sebaliknya.

Diantara hormon yang mengatur kadar glukosa darah adalah insulin dan glukagon. Insulin, suatu hormon anabolic, merangsang sintesis komponene makromolekuler sel dan mengakibatkan penyimpanan glukosa. Glukagon, suatu hormon katabolic, membatasi sintesis makromolekul dan menyebabkan pengeluaran glukosa yang disimpan. Peningkatan konsentrasi glukosa dalam sirkulasi mengakibatkan peningkatan sekresi insulin dan pengurangan sekresi glukagon, demikian sebaliknya.

Diantara hormon yang mengatur kadar glukosa darah adalah insulin dan glukagon. Insulin, suatu hormon anabolic, merangsang sintesis komponen makromolekuler sel dan mengakibatkan penyimpanan glukosa. Glukagon, suatu hormon katabolic, membatasi sintesis makromolekul dan menyebabkan pengeluaran glukosa yang disimpan. Peningkatan konsentrasi glukosa dalam sirkulasi mengakibatkan peningkatan sekresi insulin dan pengurangan sekresi glukagon, demikian sebaliknya. Perubahan kadar darah biasanya akan terjadi pada diabetes gravidarum.

Diabetes kehamilan adalah diabetes yang menyerang semasa kehamilan dan lazimnya hilang selepas kelahiran bayi. Kejadian biasa ini mempunyai hubungan dengan kadar glukosa darah tinggi yang dikenali untuk kali pertama semasa kehamilan. Ia muncul pada saat pertengahan usia kehamilan karena perubahan dalam hormon ibu.

Siapa yang menghadapi resiko menderita diabetes kehamilan ?

Kaum wanita :

 Berusia melebihi 30 tahun

 Mempunyai sejarah keluarga untuk diabetes tipe 2

 Kelebihan berat

 Dari kumpulan ethnik tertentu seperti ; India, Asia, Kepulauan Pasifik, Timur Tengah.

Bagaimana Diabetes Kehamilan didiagnosa ?

Diagnosa dibuat setelah pemeriksaan. Pemeriksaan darah dilaksanakan sebelum dan setelah minuman glukosa diberikan. Lazimnya, pemeriksaan dilakukan pada bulan ke-6 dalam kehamilan.

Adalah dinasihatkan bahwa semua perempuan yang hamil diperiksa untuk diabetes pada antara minggu ke-26 dan ke-28 dalam masa kehamilan.

Perawatan

Perawatan adalah berasaskan makanan sehat dan latihan jasmani yang teratur seperti berjalan-jalan.


Panduan untuk memakan secara sehat

 Memakan berjenis-jenis makanan

 Memakan makanan biasa dan makanan kecil seperti, tiga kali makanan sederhana dan tiga kali makanan kecil yang dijadualkan rata-rata sepanjang hari

 Memasukan makanan karbohydrate ( tepung ) dalam tiap-tiap makanan biasa dan makanan kecil seperti, roti “ multigrain “, padi-padian, berbagai kacang, pasta, beras, buah-buahan dan sayur

 Menghindari dari makanan dan minuman yang mengandung banyak gula

 Gunakan cara memasak dengan sedikit lemak saja dan memilih makanan yang kurang lemak

 Minum banyak air


Rancangan makanan sehat dapat membantu ibu dan bayinya. Adalah penting bahwa kaum wanita mengawasi supaya keadaan diabetes mereka terkawal dengan melaksanakan pemeriksaan dirumah setiap hari. Pastikan kadar glukosa darah berada dibawah 7 mol/12 jam selepas makan.

Sekiranya makanansehat dan latihan jasmani tidak dapat mengawal diabetes kehamilan, suntikan insulin penting diperlukan untuk mempertahankan kehamilan. Insulin untuk anda dan bayi. Obat-obatan untuk perawatan diabetes tidak diberikan semasa hamil. Asalkan tiada kesulitan yang lain, kehamilan dapat diteruskan dengan biasa sehingga melahirkan dengan bayi yang sehat.


Bagaimana Diabetes Kehamilan menjangki bayi saya ?

Jika diabetes tidak dapat dijaga dengan baik, ia boleh menyebabkan masalah seperti bayi besar, yang menyulitkan kelahirannya. Kemungkinan juga bayi mempunyai kadar glukosa rendah untuk masa singkat selepas kelahiran jika masalah berlanjut, rujuk ke rumah saki.


Apa yang terjadi selepas kelahiran bayi anda ?

Selepas bayi dilahirkan, lazimnya diabetesnya lenyap. Satu pemeriksaan glukosa darah khas dilakukan 6 minggu selepas kelahiran untuk memastikan bahwa glukosa darah kembali ke kadar biasa. Biar pun begitu, wanita yang menderita diabetes kehamilan mempunyai faktor resiko lebih terkena diabetes tipe 2 kemudian.


Untuk mencegah permulaan diabetes tipe 2, adalah penting untuk :

• Meneruskan makanan sehat

• Mempertahankan berat sehat

• Adakan latihan jasmani

• Memberikan glukosa darah tiap – tiap 1- 2 tahun


Cara pemeriksaan glukosa darah

1. GlucoSure digital

2. Lancet steril

3. kapas alcohol

4. stik glukosa


Cara kerja :

1. jari tangan disterilkan dengan kapas alcohol

2. teteskan darah yang keluar pada stik glukosa

3. masukan stik glukosa pada alat GlucoSure

4. baca hasil pemeriksaan

kadar normal glukosa darah : 80 – 120 gr/dl


Bahan

 Reagen GOD – PAP

 Reagen Standard Glukosa

 Serum atau plasma


Alat

 Tabung reaksi ukuran 5 ml

 Rak tabung reaksi

 Pipet ukuran 30 µl

 Spectrofotometer


Cara kerja

1. Disiapkan 3 buah tabung reaksi ukuran 5 ml, masing – masing diberi label RB ( Reagen Blanko ), STD ( Reagen Standar ) dan SPL ( Reagen Sampel )

2. Tabung RB diberi 3.000 µl Reagen GOD – PAP

3. Tabung STD diberi 30 µl Reagen standar glukosa dan ditambah dengan 3.000µl Reagen GOD – PAP, dicampur hingga homogen.

4. Tabung SPL diberi 30 µl serum dan ditambah dengan 3.000 Reagen GOD – PAP, dicampur hingga homogen

5. Selanjutnya masing – masing diinkubasi selama 15 menit pada temperatur kamar

6. Diukur Absorbansinya ( AA ) standar dan Abs sampel terhadap ReagenBlanko ( RB ) dengan spectrofotometer pada panjang gelombang 546 nm.


Pengukuran terhadap Reagen Blanko

RB STD SPL

Sample ( µl ) - - 30

Standar ( STD ) - 30 -

Reagen ( µl ) 3000 3000 3000


PERHITUNGAN

Kadar glukosa ( mg/dl ) = ΔA SPL X 100 mg/dl

ΔA STD

Atau ΔA SPL X 5,55 mg/dl

ΔA STD

Linearitas

Batas linearitas alat sampai kadar 700 mg/dl sehingga hasil yang lebih tinggi dari angka tersebut, serum harus diencerkan dengan NaCL 0,9 % dengan perbandingan 1 + 1, hasil dikalikan dengan 2.

Nilai normal

Serum atau plasma = 75 – 115 mg/dl atau 4,2 – 6,4 mmol/l

Pertanyaan :

1. jelaskan mengapa pada penyakit diabetes melitus terjadi peningkatan kadar glukosa darah !

2. Mengapa sering terjadi ketoasidosis pada kasus DM ?

PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN ( Hb )

PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN ( Hb )

Dasar Teori

Hemoglobin merupakan protein sel darah merah ( SDM ) yang funsinya antara lain :

1. Mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan dan CO2 dan jaringan ke paru-paru

2. Memberi warna merah pada darah

3. Mempertahan kan keseimbangan asam basa dalam tubuh


Hemoglobin mengandung protein globin yang berkaitan dengan hem ( senyawa besi protein ), mempunyai berat molekul 64450 dalton. Di dalam darah mengandung Hb antara 7,8 – 12,2 mM/l atau 12,6 – 18,4 gr/dl, tergantung pada jenis kelamin dan umur individu.

Pada setiap tetramer Hb mampu mengikat 4 atom oksigen yang terikat pada atom ferro ( Fe 2+ ) dalam hem. Hemoglobin yang berikatan dengan oksigen disebut oksihemoglobin ( HbO2 ) sedang yang telah melepaskan oksigen disebut deoksihemoglobin ( HbCO ) jika Hb mengikat gas CO hasil pembakaran yang tidak sempurna. Ikatan Hb dengan CO, 200 kali lebih kuat disbanding ikatan Hb dengan oksigen. Dalam keadaan tertentu, Hb juga dapat berikatan sehingga besi teroksidasi ( Fe3+ ) membentuk methemoglobin ( Met Hb atau Hb ( Fe3+ ). Hb dalam bentuk MetHb akan menyebabkan kemampuan mengikat oksigennya menjadi hilang. Beberapa derivate hemoglobin satu sama lain dapat dibedakan dengan cara pengenceran. HbO2 pada pengenceran terlihat berwarna merah kekuningan, HbCO berwarna merah terang ( carmine tint ) sedang deoksihemoglobin ( Hb ) berwarna kecoklatan.


Metode

Hemoglobin Sianida ( Sianomethemoglobin )


Prinsip

Hemoglobin dengan larutan K2Fe ( CN )6 berubah menjadi methemoglobin kemudian menjadi hemoglobin sianida ( HiCN ) oleh KCN dengan absorbansi maksimum pada 540 nm. Pengaturan pH dilakukan dengan menambah KH2FO4, untuk mempercepat lisis eritrosit dan mengurangi kekeruhan HiCN ditambah non ionic detergent. Absorbansi warna berbanding lurus dengan konsentrasi Hb.


Persiapan Reagen

Larutan isi satu botol reagen dengan 500 nm akuabides, simpan dalam botol warna gelap. Reagen stabil bila disimpan dalam gelap pada suhu 15 – 25 oC selama 4 bulan.


Bahan dan Alat

Bahan : darah kapilerm darah vena-EDTA, akuabides dan reagen sianmethemoglobin

Alat : Erlenmeyer, tabung reaksi, spektrofotometer.


Cara Kerja

1. Disiapkan 3 tabung reaksi seukuran 5 ml, masing-masing diberi label reagen blanko ( RB ), Reagen standarr ( RTD ) dan Reagen Sampel ( RPL )

2. Tabubg RB diberi 5000 µl ( 5 cc ) Reagen Hb Cyanida

3. Tabung RTD diberi 20 µl sample darah standard an ditambah dengan 5000µl Reagen Hb Cyanida dicampur hingga homogen

4. Tabung RPL diberi 20 µl sample darah dan ditambah dengan 5000 µl Reagen Hn Cyanida didiamkan selama 3 menit pada suhu kamar

5. Diukur absorbansi RTD dan abs ( RPL ) terhadap reagen blanko pada panjang gelombang 578 nm


Perhitungan

Hb = Abs RPL X 15 G/DL

Abs RTD

Nilai normal :

Wanita : 12-16 g/dl

Pria : 14-18 g/dl

Bayi : 10-15 g/dl

Balita : 11-14 g/dl

Anak-anak : 12-16 g/dl

Bayi baru lahir : 16-25 g/dl

Bayi belum lahir : masih mengandung Hb fetal dari plasenta

PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN ( Hb )

PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN ( Hb )

Dasar Teori

Hemoglobin merupakan protein sel darah merah ( SDM ) yang funsinya antara lain :

1. Mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan dan CO2 dan jaringan ke paru-paru

2. Memberi warna merah pada darah

3. Mempertahan kan keseimbangan asam basa dalam tubuh


Hemoglobin mengandung protein globin yang berkaitan dengan hem ( senyawa besi protein ), mempunyai berat molekul 64450 dalton. Di dalam darah mengandung Hb antara 7,8 – 12,2 mM/l atau 12,6 – 18,4 gr/dl, tergantung pada jenis kelamin dan umur individu.

Pada setiap tetramer Hb mampu mengikat 4 atom oksigen yang terikat pada atom ferro ( Fe 2+ ) dalam hem. Hemoglobin yang berikatan dengan oksigen disebut oksihemoglobin ( HbO2 ) sedang yang telah melepaskan oksigen disebut deoksihemoglobin ( HbCO ) jika Hb mengikat gas CO hasil pembakaran yang tidak sempurna. Ikatan Hb dengan CO, 200 kali lebih kuat disbanding ikatan Hb dengan oksigen. Dalam keadaan tertentu, Hb juga dapat berikatan sehingga besi teroksidasi ( Fe3+ ) membentuk methemoglobin ( Met Hb atau Hb ( Fe3+ ). Hb dalam bentuk MetHb akan menyebabkan kemampuan mengikat oksigennya menjadi hilang. Beberapa derivate hemoglobin satu sama lain dapat dibedakan dengan cara pengenceran. HbO2 pada pengenceran terlihat berwarna merah kekuningan, HbCO berwarna merah terang ( carmine tint ) sedang deoksihemoglobin ( Hb ) berwarna kecoklatan.


Metode

Hemoglobin Sianida ( Sianomethemoglobin )


Prinsip

Hemoglobin dengan larutan K2Fe ( CN )6 berubah menjadi methemoglobin kemudian menjadi hemoglobin sianida ( HiCN ) oleh KCN dengan absorbansi maksimum pada 540 nm. Pengaturan pH dilakukan dengan menambah KH2FO4, untuk mempercepat lisis eritrosit dan mengurangi kekeruhan HiCN ditambah non ionic detergent. Absorbansi warna berbanding lurus dengan konsentrasi Hb.


Persiapan Reagen

Larutan isi satu botol reagen dengan 500 nm akuabides, simpan dalam botol warna gelap. Reagen stabil bila disimpan dalam gelap pada suhu 15 – 25 oC selama 4 bulan.


Bahan dan Alat

Bahan : darah kapilerm darah vena-EDTA, akuabides dan reagen sianmethemoglobin

Alat : Erlenmeyer, tabung reaksi, spektrofotometer.


Cara Kerja

1. Disiapkan 3 tabung reaksi seukuran 5 ml, masing-masing diberi label reagen blanko ( RB ), Reagen standarr ( RTD ) dan Reagen Sampel ( RPL )

2. Tabubg RB diberi 5000 µl ( 5 cc ) Reagen Hb Cyanida

3. Tabung RTD diberi 20 µl sample darah standard an ditambah dengan 5000µl Reagen Hb Cyanida dicampur hingga homogen

4. Tabung RPL diberi 20 µl sample darah dan ditambah dengan 5000 µl Reagen Hn Cyanida didiamkan selama 3 menit pada suhu kamar

5. Diukur absorbansi RTD dan abs ( RPL ) terhadap reagen blanko pada panjang gelombang 578 nm


Perhitungan

Hb = Abs RPL X 15 G/DL

Abs RTD

Nilai normal :

Wanita : 12-16 g/dl

Pria : 14-18 g/dl

Bayi : 10-15 g/dl

Balita : 11-14 g/dl

Anak-anak : 12-16 g/dl

Bayi baru lahir : 16-25 g/dl

Bayi belum lahir : masih mengandung Hb fetal dari plasenta

Askeb Nifas

Askeb Nifas

BAB I

PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

Kehamilan dan kelahiran dianggap sebagai suatu kejadian fisiologis yang pada sebagian besar wanita berakhir dengan normal dan tanpa komplikasi (Departmen of Health, 1993). Pada akhir masa puerperium, pemulihan persalinan secara umum dianggap telah lengkap. Pandangan ini mungkin terlalu optimis. Bagi banyak wanita, pemulihan adalah sesuatu yang berllangsung terjadi dan menjadi seorang ibu adalah proses fisiologis yang normal. Namun, beberapa studi terbaru mengungkapkan bahwa masalah-masalah kesehatan jangka panjang yang terjadi setelah melahirkan adalah masalah yang banyak ditemui (Hillan, 1992b; glazener et al. 1993; bick dan MacArthur, 1995a) dsan dapat berlangsung dalam waktu lama (macArthur et al. 1991).

Pengetahuan menyeluruh tenytang perubahan fisiologis dan psikologis pada masa puerperium adalah sangat penting jika bidan menilai status kesehatan ibu secara akurat dan memastikan bahwa pemulihan sesuai dengan standar yang diharapkan. Hal yang sama pentingnya adalah menyadari potensi morbiditas pascapartum dalam jangka panjang dan factor-faktor yang berhubungan dengannnya seperti obstetric, anestesi dan factor social.


B. Tujuan Penulisan

a. Mengetahui perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi pada system musculus atau otot pada ibu nifas.

b. Mengetahui perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi pada system skeleton atau rangkapada ibu nifas.

c. Mengetahui masalah system musculoskeletal pada ibu nifas

d. Mengetahui intervensi yang diberikan pada ibu nifas yang berhubungan dengan masalah system musculoskeletal.


C. Sistematika Penulisan


BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Tujuan Penulisan

C. Sistematika Penulisan


BAB II KONSEP DASAR

A. Definisi Nifas

B. Perubahan Fisiologis Pada Ibu Nifas

C. Beberapa Gejala Musculoskeletal Yang Timbul Pada Pascapartum

D. Intervensi dalam Menghadapi Perubahan Fisiologi Pada Pascapartum


BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran


DAFTAR PUSTAKA


BAB II

ISI


A. Definisi Nifas

Periode pascapartum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode ini kadang-kadang disebut puerperium atau trimester ke empat kehamilan. Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas, walaupun dianggap normal, di mana proses-proses pada kehamilan berjalan terbalik. Banyak factor, termasuk tingkat energi, tingkat kenyamanan, kesehatan bayi baru lahir, dan perawatan serta dorongan semangat yang diberikan tenaga kesehatan professional ikut membentuk respons ibu terhadap bayinya selama masa ini. Untuk memberi perawatan yang menguntungkan ibu, bayi, dan keluarganya, seorang perawat harus mampu memanfaatkan pengetahuannnya tentang anatomi dan fisiologi ibu pada periode pemulihan.


B. Perubahan Fisiologi Ibu Nifas pada Sistem Muskuloskeletal


1. Afterpains

Pada primipara, tonus uterus meningkat sehingga fundus pada umumnya tetap kencang. Relaksasi dan kontraksi yang periodic sering dialami multipara dan sering menimbulkan nyeri yang bertahan sepanjang masa awal puerperium. Rasa nyeri setelah melahirkan ini lebih nyata setelah ibu melahirkan, di tempat uterus terlalu teregang (misalnya pada bayi besar dsan kembar). Menyusui dan oksitoksin tambahan biasnya sering meningkatkan nyeri ini karena keduanya merangsang kontraksi uterus.


2. Topangan Otot Panggul

Struktur penopang uterus dan vagina bisa mengalami cidera sewaktu meahirkan dan masalah ginekologi dapat timbul di kemudian hari. Jaringan penopang dasar panggul yang terobek atau teregang saat ibu melahirkan memerlukan waktu sampai enam bulan untuk kembali ke tonus semula. Istilah relaksasi panggul berhubungan dengan pemanjangan dan melemahnya topangan permukaan struktur panggul. Struktur ini terdiri atas uterus, dinding vagina posterior atas,, uretra, kandung kemih, dan rectum.


3. Abdomen

Dalam dua minggu setelah melahirkan, dinding abdomen wanita itu akan rileks. Diperlukan sekitar enam minggu untuk dinding abdomen kembali ke keadaan sebelum hamil. Pengembalian tonus otot bergantung pada kondisi tonus sebelum hamil, latihan fisik yang tepat, dan jumlah jaringan lemak. Pada keadaan tertentu dengan atau tanpa ketegangan yang berlebihan, seperti bayi besar atau hamil kembar, otot-otot dinding abdomen memisah, disebut diastasis rekti abdominis. Apabila menetap, defek ini dapat dirasa mengganggu pada wanita, tetapi penanganan melalui upaya bedah jarang dibutuhkan.


4. Uretra dan Kandung Kemih

Rasa nyeri pada panggul yang timbul akibat dorongan saat melahirkan, laserasi vagina, atau episiotomi menurunkan atau mengubah reflek berkemih. Distensi kandung kemih yang muncul segera setelah melahirkan dapat menyebabkan perdarahan berlebih karena keadaan ini bisa menghambat uterus berkontraksi dengan baik. Pada masa pascapartum tahap lanjut, distensi yang berlebihan ini dapat menyebabkan kandung kemih lebih peka terhadap infeksi sehingga menggganggu proses berkemih. Apabila terdapat distensi berlebih pada kandung kemih dalam jangka waktu lama, dinding kandung kemih dapat mengalami kerusakan lebih lanjut (atoni). Dengan mengosongkan kandung kemih secara adekuat, tonus kandung kemih biasanya akan pulih kembali dalam lima sampai tujuh hari setelah bayi lahir.


5. Rongga Panggul

Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi, karena ligament rotundum menjadi kendor. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan.

Sebagai akibat putusnya serat-serat elastic kulit dan distensi yang berlangsung lama akibat besarnya uterus pada saat hamil, dinding abdomen masih lunak dan kendur untuk sementara waktu. Pemulihan ini dapat dibantu dengan latihan.


C. Beberapa Gejala Muskuloskeletal Yang Timbul Pada Masa Pascapartum

Terdapat beberapa gejala musculoskeletal yang dapat terjadi pada periode pascapartum, diantaranya adalah:

1. Nyeri Punggung

Nyeri punggung adalah gejala pascapartum jangka panjang yang sering terjadi. Mekanisme yang menghasilkan nyeri punggung yang dihipotesis oleh beberapa ahli peneliti adalah ketegangan postural pada system musculoskeletal akibat posisi pada saat persalinan. Nyeri punggung umumnya tidak berat.


2. Sakit Kepala, Sakit pada leher dan Nyeri pada bahu

Sakit kepala jangka pendek yang timbul setelah persalinan terjadi selama minggu pertama pascapartum dan mengalami migren dalam tiga bulan setelah melahirkan yang berlangsung selama enam minggu. Sakit kepala pascapartum sangat menyakitkan, timbul beberapa kali dalam satu minggu dan memengaruhi aktivitas.

Sakit kepala akibat fungsi postdural pada wanita yang mendapat anastesi epidural atau spinal harus dimonitor. Sakit pada leher dan nyeri bahu jangka panjang telah dilaporkan timbul setelah pemberian anastesi umum.


D. Intervensi Dalam Menghadapi Perubahan Fisiologi Masa Nifas


1. Rasa Nyaman

Kebanyakan Ibu mengalami nyeri segera setelah mengalami persalinan.Penyebab umum nyeri meliputi nyeri pasca melahirkan sampai pembesaran payudara. Intervensi yang dapat dilakukan diantaranya dengan memberikan kompres hangat ,distraksi, membayangkan sesuatu, sentuhan terapiutik, relaksasidan interaksi dengan baik bisa mengurangi nyeri yang ditimbulkan kontraksi rahim. Intervensi lain yang bisa diberikan adalah dengan pemberian obat analgesik.

Bila wanita mengeluh tentang adanya afterpains,dapat diberi analgetika atau sedatifa supaya ia dapat beristirahat atau tidur.


2. Istirahat

Intervensi yang dapat dilakukan adalah dengan cara menggosok-gosok punggung, tindakan lain yang dapat memberi kenikmatan selama beberapa malam pertama setelah melahirkan.


3. Ambulasi

Intervensi ini bermanfaat untuk mengurangi insiden tromboembolisme dan mempercepat pemulihan kekuatan ibu.


BAB III

PENUTUP


A. KESIMPULAN

1. Periode pascapartum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil.

2. Pada primipara, tonus uterus meningkat sehingga fundus pada umumnya tetap kencang. Relaksasi dan kontraksi yang periodic sering dialami multipara dan menimbulkan rasa nyeri.

3. Jaringan penopang dasar panggul yang terobek atau teregang saat ibu melahirkan memerlukan waktu sampai enam bulan untuk kembali ke tonus semula. Istilah relaksasi panggul berhubungan dengan pemanjangan dan melemahnya topangan permukaan struktur panggul.

4. Pengembalian tonus otot-otot dinding perut bergantung pada kondisi tonus sebelum hamil, latihan fisik yang tepat, dan jumlah jaringan lemak.

5. Distensi kandung kemih yang muncul segera setelah melahirkan dapat menyebabkan perdarahan berlebih karena keadaan ini bisa menghambat uterus berkontraksi dengan baik. Pada masa pascapartum tahap lanjut, distensi yang berlebihan ini dapat menyebabkan kandung kemih lebih peka terhadap infeksi sehingga menggganggu proses berkemih.

6. Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh ke belakang

7. Intervensi yang dapat diberikan kepada ibu yang mengalami perubahan pada masa nifas diantaranya adalah intervensi yang dapat mmberikan rasa nyaman,istirahat dan ambulasi.

B. SARAN

Lakukan kompres hangat,istirahat dan ambulasi untuk meringankan rasa nyeri atau berkunjung ke dokter untuk mendapatkan obat analgesic.


DAFTAR PUSTAKA

Bobak,dkk.2005.Buku Ajar Keperawatan Maternitas.Jakarta.:EGC

Prawirohardjo,Sarwono.2006.Ilmu Kebidanan.Jakarta:FKUI

Handerson,Cristine.2005.Buku Ajar Konsep Kebidanan.Jakarta:EGC

Askeb Nifas

Askeb Nifas

BAB I

PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

Kehamilan dan kelahiran dianggap sebagai suatu kejadian fisiologis yang pada sebagian besar wanita berakhir dengan normal dan tanpa komplikasi (Departmen of Health, 1993). Pada akhir masa puerperium, pemulihan persalinan secara umum dianggap telah lengkap. Pandangan ini mungkin terlalu optimis. Bagi banyak wanita, pemulihan adalah sesuatu yang berllangsung terjadi dan menjadi seorang ibu adalah proses fisiologis yang normal. Namun, beberapa studi terbaru mengungkapkan bahwa masalah-masalah kesehatan jangka panjang yang terjadi setelah melahirkan adalah masalah yang banyak ditemui (Hillan, 1992b; glazener et al. 1993; bick dan MacArthur, 1995a) dsan dapat berlangsung dalam waktu lama (macArthur et al. 1991).

Pengetahuan menyeluruh tenytang perubahan fisiologis dan psikologis pada masa puerperium adalah sangat penting jika bidan menilai status kesehatan ibu secara akurat dan memastikan bahwa pemulihan sesuai dengan standar yang diharapkan. Hal yang sama pentingnya adalah menyadari potensi morbiditas pascapartum dalam jangka panjang dan factor-faktor yang berhubungan dengannnya seperti obstetric, anestesi dan factor social.


B. Tujuan Penulisan

a. Mengetahui perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi pada system musculus atau otot pada ibu nifas.

b. Mengetahui perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi pada system skeleton atau rangkapada ibu nifas.

c. Mengetahui masalah system musculoskeletal pada ibu nifas

d. Mengetahui intervensi yang diberikan pada ibu nifas yang berhubungan dengan masalah system musculoskeletal.


C. Sistematika Penulisan


BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Tujuan Penulisan

C. Sistematika Penulisan


BAB II KONSEP DASAR

A. Definisi Nifas

B. Perubahan Fisiologis Pada Ibu Nifas

C. Beberapa Gejala Musculoskeletal Yang Timbul Pada Pascapartum

D. Intervensi dalam Menghadapi Perubahan Fisiologi Pada Pascapartum


BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran


DAFTAR PUSTAKA


BAB II

ISI


A. Definisi Nifas

Periode pascapartum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode ini kadang-kadang disebut puerperium atau trimester ke empat kehamilan. Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas, walaupun dianggap normal, di mana proses-proses pada kehamilan berjalan terbalik. Banyak factor, termasuk tingkat energi, tingkat kenyamanan, kesehatan bayi baru lahir, dan perawatan serta dorongan semangat yang diberikan tenaga kesehatan professional ikut membentuk respons ibu terhadap bayinya selama masa ini. Untuk memberi perawatan yang menguntungkan ibu, bayi, dan keluarganya, seorang perawat harus mampu memanfaatkan pengetahuannnya tentang anatomi dan fisiologi ibu pada periode pemulihan.


B. Perubahan Fisiologi Ibu Nifas pada Sistem Muskuloskeletal


1. Afterpains

Pada primipara, tonus uterus meningkat sehingga fundus pada umumnya tetap kencang. Relaksasi dan kontraksi yang periodic sering dialami multipara dan sering menimbulkan nyeri yang bertahan sepanjang masa awal puerperium. Rasa nyeri setelah melahirkan ini lebih nyata setelah ibu melahirkan, di tempat uterus terlalu teregang (misalnya pada bayi besar dsan kembar). Menyusui dan oksitoksin tambahan biasnya sering meningkatkan nyeri ini karena keduanya merangsang kontraksi uterus.


2. Topangan Otot Panggul

Struktur penopang uterus dan vagina bisa mengalami cidera sewaktu meahirkan dan masalah ginekologi dapat timbul di kemudian hari. Jaringan penopang dasar panggul yang terobek atau teregang saat ibu melahirkan memerlukan waktu sampai enam bulan untuk kembali ke tonus semula. Istilah relaksasi panggul berhubungan dengan pemanjangan dan melemahnya topangan permukaan struktur panggul. Struktur ini terdiri atas uterus, dinding vagina posterior atas,, uretra, kandung kemih, dan rectum.


3. Abdomen

Dalam dua minggu setelah melahirkan, dinding abdomen wanita itu akan rileks. Diperlukan sekitar enam minggu untuk dinding abdomen kembali ke keadaan sebelum hamil. Pengembalian tonus otot bergantung pada kondisi tonus sebelum hamil, latihan fisik yang tepat, dan jumlah jaringan lemak. Pada keadaan tertentu dengan atau tanpa ketegangan yang berlebihan, seperti bayi besar atau hamil kembar, otot-otot dinding abdomen memisah, disebut diastasis rekti abdominis. Apabila menetap, defek ini dapat dirasa mengganggu pada wanita, tetapi penanganan melalui upaya bedah jarang dibutuhkan.


4. Uretra dan Kandung Kemih

Rasa nyeri pada panggul yang timbul akibat dorongan saat melahirkan, laserasi vagina, atau episiotomi menurunkan atau mengubah reflek berkemih. Distensi kandung kemih yang muncul segera setelah melahirkan dapat menyebabkan perdarahan berlebih karena keadaan ini bisa menghambat uterus berkontraksi dengan baik. Pada masa pascapartum tahap lanjut, distensi yang berlebihan ini dapat menyebabkan kandung kemih lebih peka terhadap infeksi sehingga menggganggu proses berkemih. Apabila terdapat distensi berlebih pada kandung kemih dalam jangka waktu lama, dinding kandung kemih dapat mengalami kerusakan lebih lanjut (atoni). Dengan mengosongkan kandung kemih secara adekuat, tonus kandung kemih biasanya akan pulih kembali dalam lima sampai tujuh hari setelah bayi lahir.


5. Rongga Panggul

Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi, karena ligament rotundum menjadi kendor. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan.

Sebagai akibat putusnya serat-serat elastic kulit dan distensi yang berlangsung lama akibat besarnya uterus pada saat hamil, dinding abdomen masih lunak dan kendur untuk sementara waktu. Pemulihan ini dapat dibantu dengan latihan.


C. Beberapa Gejala Muskuloskeletal Yang Timbul Pada Masa Pascapartum

Terdapat beberapa gejala musculoskeletal yang dapat terjadi pada periode pascapartum, diantaranya adalah:

1. Nyeri Punggung

Nyeri punggung adalah gejala pascapartum jangka panjang yang sering terjadi. Mekanisme yang menghasilkan nyeri punggung yang dihipotesis oleh beberapa ahli peneliti adalah ketegangan postural pada system musculoskeletal akibat posisi pada saat persalinan. Nyeri punggung umumnya tidak berat.


2. Sakit Kepala, Sakit pada leher dan Nyeri pada bahu

Sakit kepala jangka pendek yang timbul setelah persalinan terjadi selama minggu pertama pascapartum dan mengalami migren dalam tiga bulan setelah melahirkan yang berlangsung selama enam minggu. Sakit kepala pascapartum sangat menyakitkan, timbul beberapa kali dalam satu minggu dan memengaruhi aktivitas.

Sakit kepala akibat fungsi postdural pada wanita yang mendapat anastesi epidural atau spinal harus dimonitor. Sakit pada leher dan nyeri bahu jangka panjang telah dilaporkan timbul setelah pemberian anastesi umum.


D. Intervensi Dalam Menghadapi Perubahan Fisiologi Masa Nifas


1. Rasa Nyaman

Kebanyakan Ibu mengalami nyeri segera setelah mengalami persalinan.Penyebab umum nyeri meliputi nyeri pasca melahirkan sampai pembesaran payudara. Intervensi yang dapat dilakukan diantaranya dengan memberikan kompres hangat ,distraksi, membayangkan sesuatu, sentuhan terapiutik, relaksasidan interaksi dengan baik bisa mengurangi nyeri yang ditimbulkan kontraksi rahim. Intervensi lain yang bisa diberikan adalah dengan pemberian obat analgesik.

Bila wanita mengeluh tentang adanya afterpains,dapat diberi analgetika atau sedatifa supaya ia dapat beristirahat atau tidur.


2. Istirahat

Intervensi yang dapat dilakukan adalah dengan cara menggosok-gosok punggung, tindakan lain yang dapat memberi kenikmatan selama beberapa malam pertama setelah melahirkan.


3. Ambulasi

Intervensi ini bermanfaat untuk mengurangi insiden tromboembolisme dan mempercepat pemulihan kekuatan ibu.


BAB III

PENUTUP


A. KESIMPULAN

1. Periode pascapartum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil.

2. Pada primipara, tonus uterus meningkat sehingga fundus pada umumnya tetap kencang. Relaksasi dan kontraksi yang periodic sering dialami multipara dan menimbulkan rasa nyeri.

3. Jaringan penopang dasar panggul yang terobek atau teregang saat ibu melahirkan memerlukan waktu sampai enam bulan untuk kembali ke tonus semula. Istilah relaksasi panggul berhubungan dengan pemanjangan dan melemahnya topangan permukaan struktur panggul.

4. Pengembalian tonus otot-otot dinding perut bergantung pada kondisi tonus sebelum hamil, latihan fisik yang tepat, dan jumlah jaringan lemak.

5. Distensi kandung kemih yang muncul segera setelah melahirkan dapat menyebabkan perdarahan berlebih karena keadaan ini bisa menghambat uterus berkontraksi dengan baik. Pada masa pascapartum tahap lanjut, distensi yang berlebihan ini dapat menyebabkan kandung kemih lebih peka terhadap infeksi sehingga menggganggu proses berkemih.

6. Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh ke belakang

7. Intervensi yang dapat diberikan kepada ibu yang mengalami perubahan pada masa nifas diantaranya adalah intervensi yang dapat mmberikan rasa nyaman,istirahat dan ambulasi.

B. SARAN

Lakukan kompres hangat,istirahat dan ambulasi untuk meringankan rasa nyeri atau berkunjung ke dokter untuk mendapatkan obat analgesic.


DAFTAR PUSTAKA

Bobak,dkk.2005.Buku Ajar Keperawatan Maternitas.Jakarta.:EGC

Prawirohardjo,Sarwono.2006.Ilmu Kebidanan.Jakarta:FKUI

Handerson,Cristine.2005.Buku Ajar Konsep Kebidanan.Jakarta:EGC

Jumat, 19 Maret 2010

PENATALAKSANAAN PENCEGAHAN INFEKSI PADA PROSES PERTOLONGAN PERSALINAN DI KLINIK

KTI KEBIDANAN

PENATALAKSANAAN PENCEGAHAN INFEKSI PADA PROSES

PERTOLONGAN PERSALINAN DI KLINIK
......



BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

WHO (World Health Oraganization) memperkirakan lebih dari 585.000 ibu pertahunnya meninggal saat hamil atau bersalin. Di Asia Selatan, wanita berkemungkinan 1:18 meninggal akibat kehamilan / persalinan selama kehidupan Negara Afrika 1:4, sedangkan di Amerika Utara 1:6.366 lebih dari 50% kematian di negara berkembang sebenarnya dapat dicegah dengan teknologi yang ada serta biaya relatif rendah (Saifuddin, 2006:3).

Di Indonesia Angka Kematian Ibu (AKI) menempati angka tertinggi di Asia Tenggara, yaitu sebesar 307 per seratus ribu kelahiran hidup. Itu berarti ada 50 ribu meninggal setiap harinya, menurut data tahun 2003, (www.beritaindonesia .com)

Di Propinsi Lampung Angka Kematian Ibu (AKI) melahirkan dan Angka Kematian Bayi (AKB) tergolong tinggi secara nasional. Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), AKI di Propinsi Lampung 307 diantaranya meninggal dari 100 ribu kelahiran hidup. Sementara Angka Kematian Bayi (AKB) mencapai 55 per 1.000 kelahiran atau dalam setiap 1000 bayi yang lahir, 55 diantaranya meninggal dunia (Lampung- - bkkbn online).

Persalinan yang bersih dan aman sebagai pilar ketiga Safe Motherhood yang di kategorikan sebagai pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, pada tahun 1997 baru mencapai 60 % (Saifuddin, 2006 : 7). Pencegahan infeksi merupakan aspek ketiga dari Lima Benang Merah yang terkait dalam asuhan perasalinan yang bersih dan aman dan juga merupakan salah satu usaha untuk melindungi ibu dan bayi baru lahir (Depkes RI 2004 : 1-1).

Tindakan pencegahan infeksi adalah bagian esensial dari asuhan lengkap yang diberikan kepada ibu dan bayi baru lahir dan harus dilaksanakan secara rutin pada saat menolong persalinan dan kelahiran, saat memberikan asuhan dasar selama kunjungan antenatal/pasca persalinan/bayi baru lahir/saat menatalaksana penyulit. Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan dan tenaga kesehatan lainnya. Juga upaya-upaya menurunkan resiko terjangkit atau terinfeksi mikroorganisme yang menimbulkan penyakit-penyakit berbahaya (Buku Acuan APN, 2004 : 1-8). Mengingat bahwa infeksi dapat ditularkan melalui darah, sekret vagina, air mani, cairan amnion dan cairan tubuh lainnya maka setiap petugas yang bekerja di lingkungan yang mungkin terpapar hal-hal tersebut mempunyai resiko untuk tertular bila tidak mengindahkan prosedur penegahan infeksi (Saifuddin, 2006:15).

Berdasarkan pre survei yang penulis lakukan di Klinik Bersalin Griya Medika, Banjar Agung, .................. Jumlah ibu bersalin periode Januari – Desember 2007 adalah 169 orang. Dengan jumlah ibu bersalin normal adalah 68 orang (40,2%) dan jumlah ibu bersalin dengan penyulit adalah 101 orang (59,8%) antara lain, kasus Post Partum Haemorhagi adalah 24 orang (14,2%), Ketuban Pecah Dini adalah 21 orang (12,4%) , Pre Eklampsi adalah 16 orang (9,5%), Seksio Sesarea adalah 12 orang (7,1%), Ante Partum Haemorhagi adalah 8 orang (4,7%), Letak Sungsang adalah 6 orang (3,5%), Retensio Plasenta adalah 6 orang (3,5%), Post Date adalah 5 orang (3%), Eklampsi adalah 2 orang (1,1%), Ekstraksi Vacum 1 orang (0,6%). (Laporan Bulanan Periode Januari – Desember 2007 Klinik Bersalin Griya Medika)

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa jumlah ibu bersalin dengan penyulit di Klinik Bersalin Griya Medika, Banjar Agung ................. periode Januari – Desember 2007 cukup tinggi, yaitu 101 orang (59,8%). Dengan adanya hal tersebut penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan pencegahan infeksi untuk meminimalkan resiko terjadinya infeksi pada ibu bersalin di Klinik Bersalin ................................. ................., yang meliputi : Prosedur cuci tangan, pemakaian sarung tangan, pengelolaan cairan antiseptik, pemrosesan alat bekas pakai, dan pengelolaan sampah medik belum sepenuhnya dilakukan sesuai dengan pedoman pencegahan infeksi.

Dengan adanya hal tersebut yang diperoleh dari pra survei, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Penatalaksanaan Pencegahan Infeksi pada Proses Pertolongan Persalinan di Klinik Griya Medika, Banjar Agung ................. Tahun 2008”

B. Rumusan Masalah

Dengan melihat latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan adalah “Bagaimana penatalaksanaan pencegahan infeksi pada proses pertolongan persalinan di Klinik ................................. ................. Tahun 2009.

C. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian penulis membatasi ruang lingkup penelitian yaitu :

1. Jenis Penelitian : Deskripsi

2. Subjek Penelitian : Bidan dan perawat yang terlibat pada proses pertolongan persalinan di Klinik ................................. ................. pada tahun 2009

3. Objek Penelitian : Pentalaksanaan pencegahan infeksi pada

proses pertolongan persalinan

4. Lokasi Penelitian : Klinik Griya Medika, Jl. Ethanol

No.208 Unit 2 Banjar Agung, .................

5. Waktu Penelitian : Februari - Juni 2009

6. Alasan Penelitian : Karena banyak kasus-kasus yang berhubungan

dengan persalinan yang terdapat di Klinik ................................. ................. yang dapat memberi pengaruh terhadap resiko terjadinya infeksi.

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui penatalaksanaan pencegahan infeksi pada proses pertolongan persalinan di Klinik Bersalin ................................. .................

2. Tujuan Khusus

- Untuk mengetahui gambaran tentang prosedur cuci tangan oleh Bidan dan Perawat

- Untuk mengetahui gambaran tentang pemakaian sarung tangan oleh Bidan dan Perawat

- Untuk mengetahui gambaran tentang pengelolaan cairan aniseptik oleh Bidan dan Perawat

- Untuk mengetahui gambaran tentang pemrosesan alat bekas pakai oleh Bidan dan Perawat

- Untuk mengetahui gambaran tentang pengelolaan sampah medik oleh Bidan dan Perawat

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan penelitian tentang pencegahan infeksi dan penerapan ilmu yang didapat selama ini.

2. Bagi Lahan Praktek Klinik Bersalin ................................. .................

§ Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan khususnya tentang penatalaksanaan pencegahan infeksi pada proses pertolongan persalinan di Klinik Bersalin ................................. .................

§ Untuk menerapkan prosedur pencegahan infeksi pada proses pertolongan persalinan di Klinik Bersalin ................................. .................

3. Bagi Instansi Pendidikan

Sebagai bahan kegiatan terhadap teori yang telah diperoleh mahasiswi selama mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di AKBID Wira Buana Metro. sekaligus sebagai bahan atau sumber bacaan di perpustakaan institusi pendidikan.

4. Bagi Peneliti Lain

Dapat dijadikan bahan perbandingan untuk melakukan penelitian-penelitian lain atau yang serupa berkaitan dengan pencegahan infeksi pada proses pertolongan persalinan dan dapat disempurnakan lagi.

F. Keterbatasan Penelitian

Penelitian hanya dilakukan pada 6 responden yaitu bidan dan perawat yang terlibat pada proses pertolongan persalinan saat di Klinik ................................. ................. dikarenakan waktu penelitian yang terbatas.



silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN

PENATALAKSANAAN PENCEGAHAN INFEKSI PADA PROSES PERTOLONGAN PERSALINAN DI KLINIK......

(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;

Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)





DAFTAR KTI LENGKAP KEBIDANAN dalam DOKUMEN WORD (.doc)


KLIK DISINI

DAFTAR KTI LENGKAP KEPERAWATAN dalam DOKUMEN WORD (.doc)

KLIK DISINI