Sabtu, 30 Juli 2011

Materi Kesehatan: Diet Diabetes Mellitus

Diet Diabetes Mellitus
TUJUAN DIET DIABETES MELLITUS
Menyesuaikan makanan dengan kesanggupan tubuh untuk menggunakannya sehingga membantu anda :

  • Menurunkan gula darah mendekati normal




  • Menurunkan gula dalam urine menjadi negatif




  • Mencapai berat badan normal




  • Dapat melakukan pekerjaan sehari-hari seperti biasa.




  • KETENTUAN DIET DIABETES MELITUS


  • Penggunaan Hidrat arang dibatasi sesuai dengan kesanggupan tubuh.




  • Jumlah makanan sehari dan pembagiannya perlu diatur dengan baik.





  • MAKANAN YANG BANYAK MENGANDUNG HIDRAT ARANG

  • Sumber Hidrat Arang Komplex : nasi, ketan, lontong, jagung, roti, ubi, singkong, talas, sagu, bihun, mie, dan makanan dari tepung.




  • Gula murni dan makanan yang di olah dengan menggunakan gula murn, seperti : gula pasir, gula jawa, madu, sirop, limun, dodol, coklat, coca-cola, susu kental manis, es cream, kue-kue manis, tarcis, buah dalam kaleng dsb.





  • PENGATURAN DIET YANG BAIK
    1. Ikuti diet yang telah ditentukan dokter. Makan dengan teratur sesuai dengan jumlah dan pembagian makanan yang dirancang oleh ahli gizi bersama anda.
    2. Gunakan daftar penukar bahan makanan untuk mempermudah penyusun hidangan.
    3. Makanlah banyak sayur dan cukup buah
      • Sayur kelompok A boleh dimakan bebas dan sayuran B boleh dimakan dengan ketentuan.
      • Semua macam buah boleh dimakan sesuai dengan jumlah yang ditentukan kecuali; durian, alpokat, nangka, mangga, pisang raja, sawo, sirsak, kelengkeng, pisang mas.

    CARA MEMASAK YANG DIANJURKAN
    1. Sebelum dimakan, makanan harus ditimbang dalam bentuk matang. Seperti : beras, kentang, ikan, daging dan sayuran golongan B.
    2. Bila penyakit sudah terkontrol, anda dapat makan dari menu keluarga asal jumlah makanan ditakal sesuai ketentuan.
    3. Cara memasak dapat dilakukan seperti anggota keluarga lain.
    4. Jika ingin makan manis dapat menggunakan SAKARIN sebagai pengganti gula, dengan ketentuan : 1 gelas minuman dapat digunakan 2 tablet sakarin atau 1/4 s/d sakarin kristal.

    CONTOH MENU
    • Pagi

      • roti
      • telur rebus
      • lalap tomat dan slada
    • Jam 10.00

      • pepaya
    • Siang

      • nasi
      • daging bumbu mrica
      • tempe bacem
      • acar bening wortel
      • pisang
    • Jam 16.00

      • nanas
    • Malam

      • nasi
      • ikan goreng saos tomat
      • tahu bakso
      • sla ketimun & sup bayam
      • pepaya

    Materi Kesehatan: Diet Diabetes Mellitus

    Diet Diabetes Mellitus
    TUJUAN DIET DIABETES MELLITUS
    Menyesuaikan makanan dengan kesanggupan tubuh untuk menggunakannya sehingga membantu anda :

  • Menurunkan gula darah mendekati normal




  • Menurunkan gula dalam urine menjadi negatif




  • Mencapai berat badan normal




  • Dapat melakukan pekerjaan sehari-hari seperti biasa.




  • KETENTUAN DIET DIABETES MELITUS


  • Penggunaan Hidrat arang dibatasi sesuai dengan kesanggupan tubuh.




  • Jumlah makanan sehari dan pembagiannya perlu diatur dengan baik.





  • MAKANAN YANG BANYAK MENGANDUNG HIDRAT ARANG

  • Sumber Hidrat Arang Komplex : nasi, ketan, lontong, jagung, roti, ubi, singkong, talas, sagu, bihun, mie, dan makanan dari tepung.




  • Gula murni dan makanan yang di olah dengan menggunakan gula murn, seperti : gula pasir, gula jawa, madu, sirop, limun, dodol, coklat, coca-cola, susu kental manis, es cream, kue-kue manis, tarcis, buah dalam kaleng dsb.





  • PENGATURAN DIET YANG BAIK
    1. Ikuti diet yang telah ditentukan dokter. Makan dengan teratur sesuai dengan jumlah dan pembagian makanan yang dirancang oleh ahli gizi bersama anda.
    2. Gunakan daftar penukar bahan makanan untuk mempermudah penyusun hidangan.
    3. Makanlah banyak sayur dan cukup buah
      • Sayur kelompok A boleh dimakan bebas dan sayuran B boleh dimakan dengan ketentuan.
      • Semua macam buah boleh dimakan sesuai dengan jumlah yang ditentukan kecuali; durian, alpokat, nangka, mangga, pisang raja, sawo, sirsak, kelengkeng, pisang mas.

    CARA MEMASAK YANG DIANJURKAN
    1. Sebelum dimakan, makanan harus ditimbang dalam bentuk matang. Seperti : beras, kentang, ikan, daging dan sayuran golongan B.
    2. Bila penyakit sudah terkontrol, anda dapat makan dari menu keluarga asal jumlah makanan ditakal sesuai ketentuan.
    3. Cara memasak dapat dilakukan seperti anggota keluarga lain.
    4. Jika ingin makan manis dapat menggunakan SAKARIN sebagai pengganti gula, dengan ketentuan : 1 gelas minuman dapat digunakan 2 tablet sakarin atau 1/4 s/d sakarin kristal.

    CONTOH MENU
    • Pagi

      • roti
      • telur rebus
      • lalap tomat dan slada
    • Jam 10.00

      • pepaya
    • Siang

      • nasi
      • daging bumbu mrica
      • tempe bacem
      • acar bening wortel
      • pisang
    • Jam 16.00

      • nanas
    • Malam

      • nasi
      • ikan goreng saos tomat
      • tahu bakso
      • sla ketimun & sup bayam
      • pepaya

    Materi Kesehatan: Diet Rendah Trigliserida

    Diet Rendah Trigliserida

    Apakah Trigliserida ?

    Trigliserida bukan kolesterol
    Trigliserida adalah salah satu jenis lemak yang terdapat dalam darah dan berbagai organ tubuh.
    Beberapa hal yang dapat meningkatkan kadar trigliserida dalam darah antara lain :
    - Kelebihan berat badan lebih dari 20 % atau kegemukan.
    - Kurang aktivitas fisik
    - Merokok
    - Mengkonsumsi alkohol yang berlebihan
    - Asupan karbohidrat sederhana berlebihan
    - Beberapa penyakit seperti diabetes mellitus, penyakit ginjal dll.
    - Beberapa jenis obat-obatan
    - Faktor krturunan / genetik.


    Tujuan Diet
    • Menurunkan berat badan bila penderita terlalu gemuk dan mempertahankannya pada batas normal.
    • Menurunkan kadar trigliserida dalam darah dan mempertahankannya pada batas normal.
    Syarat Diet
    1. Energi sesuai kebutuhan
    2. Protein cukup
    3. Lemak sedang <>
    4. Karbohidrat sedang
    5. Serat tinggi, terutama serat larut air yang terdapat dalam apel, beras tumbuk atau beras merah havermut dan kacang-kacangan
    6. Vitamin dan mineral cukup.
    BAGAIMAN CARA MEMILIH BAHAN MAKANAN
    1. Bahan Makanan yang Dihindari :
      • Sumber Hidrat Arang : kue dan roti-rotian seperti biscuit, krekers, pie, cake, dll.
      • Sumber Protein Hewani : daging kambing, daging babi, jeroan, otak, sosis, sardine, kuning telur (3 butir / minggu), susu whole, susu kental manis, krim, susu penuh, keju dan es krim.
      • Buah : yang di awetkan dengan gula seperti buah kering dan buah kaleng, alpukat, durian.
      • Sumber Lemak : minyak kelapa dan minyak kelapa sawit, mentega, margarine, kelapa, santan, krim, lemak babi.
    2. Bahan Makanan yang Dianjurkan :
      • Sumber Hidrat Arang : beras, macaroni, kentang, ubi singkong dalam batas normal.
      • Sumber Protein Hewani : ikan, unggas tanpa kulit, putih telur, susu skim.
      • Sumber Protein Nabati : tempe, tahu, dan kacang-kacangan.
      • Sayuran : semua sayuran segar, direbus, dikukus, disetup, ditumis minyak kedelai / minyak jagung.
      • Buah : semua buah segar dan dijus.
      • Sumber Lemak : minyak jagung, kedelai, kacang tanah, bunga matahari dan wijen. Margarine tanpa garam yang dibuat dari minyak jagung.
    CONTOH MENU SEHARI
    • Pagi :
      • nasi
      • ayam panggang
      • setup wortel, buncis

    • Pukul 10.00 :
      • Bubur kacang hijau

    • Siang :
      • nasi
      • ikan bumbu bali
      • pepes tahu
      • sayur asem
      • semangka

    • Pukul 16.00 :
      • Jus pepaya

    • Sore :
      • nasi
      • tim putih telur
      • tempe bumbu tomat
      • ca kangkung

    Materi Kesehatan: Diet Rendah Trigliserida

    Diet Rendah Trigliserida

    Apakah Trigliserida ?

    Trigliserida bukan kolesterol
    Trigliserida adalah salah satu jenis lemak yang terdapat dalam darah dan berbagai organ tubuh.
    Beberapa hal yang dapat meningkatkan kadar trigliserida dalam darah antara lain :
    - Kelebihan berat badan lebih dari 20 % atau kegemukan.
    - Kurang aktivitas fisik
    - Merokok
    - Mengkonsumsi alkohol yang berlebihan
    - Asupan karbohidrat sederhana berlebihan
    - Beberapa penyakit seperti diabetes mellitus, penyakit ginjal dll.
    - Beberapa jenis obat-obatan
    - Faktor krturunan / genetik.


    Tujuan Diet
    • Menurunkan berat badan bila penderita terlalu gemuk dan mempertahankannya pada batas normal.
    • Menurunkan kadar trigliserida dalam darah dan mempertahankannya pada batas normal.
    Syarat Diet
    1. Energi sesuai kebutuhan
    2. Protein cukup
    3. Lemak sedang <>
    4. Karbohidrat sedang
    5. Serat tinggi, terutama serat larut air yang terdapat dalam apel, beras tumbuk atau beras merah havermut dan kacang-kacangan
    6. Vitamin dan mineral cukup.
    BAGAIMAN CARA MEMILIH BAHAN MAKANAN
    1. Bahan Makanan yang Dihindari :
      • Sumber Hidrat Arang : kue dan roti-rotian seperti biscuit, krekers, pie, cake, dll.
      • Sumber Protein Hewani : daging kambing, daging babi, jeroan, otak, sosis, sardine, kuning telur (3 butir / minggu), susu whole, susu kental manis, krim, susu penuh, keju dan es krim.
      • Buah : yang di awetkan dengan gula seperti buah kering dan buah kaleng, alpukat, durian.
      • Sumber Lemak : minyak kelapa dan minyak kelapa sawit, mentega, margarine, kelapa, santan, krim, lemak babi.
    2. Bahan Makanan yang Dianjurkan :
      • Sumber Hidrat Arang : beras, macaroni, kentang, ubi singkong dalam batas normal.
      • Sumber Protein Hewani : ikan, unggas tanpa kulit, putih telur, susu skim.
      • Sumber Protein Nabati : tempe, tahu, dan kacang-kacangan.
      • Sayuran : semua sayuran segar, direbus, dikukus, disetup, ditumis minyak kedelai / minyak jagung.
      • Buah : semua buah segar dan dijus.
      • Sumber Lemak : minyak jagung, kedelai, kacang tanah, bunga matahari dan wijen. Margarine tanpa garam yang dibuat dari minyak jagung.
    CONTOH MENU SEHARI
    • Pagi :
      • nasi
      • ayam panggang
      • setup wortel, buncis

    • Pukul 10.00 :
      • Bubur kacang hijau

    • Siang :
      • nasi
      • ikan bumbu bali
      • pepes tahu
      • sayur asem
      • semangka

    • Pukul 16.00 :
      • Jus pepaya

    • Sore :
      • nasi
      • tim putih telur
      • tempe bumbu tomat
      • ca kangkung

    Materi Kesehatan: Proses Asuhan Keperawatan

    PROSES ASUHAN KEPERAWATAN
    Proses asuhan keperawatan adalah proses yang terdiri dari 5 tahap :
    a. Pengkajian
    Pengkajian adalah pengumpulan data yang berhubungan dengan pasien secara lengkap dan sistematis yang dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi pasien, baik fisik, mental, sosial, maupun spiritual dapat ditentukan. Pengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui wawancara, pengumpulan riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, laboratorium dan diagnostik.
    b. Diagnosa keperawatan
    Diagnosa keperawatan adalah analisa data yang telah dikumpulkan untuk mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah aktual dan risiko tinggi.
    Tipe Diagnosa Keperawatan NANDA ada 3 yaitu:
    1. Diagnosa keperawatan aktual adalah respon manusia saat ini terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupan yang didukung oleh sekelompok batasan karakteristik (tanda dan gejala) dan termasuk faktor yang berhubungan (etiologi) yang mempunyai konstribusi terhadap perkembangan atau pemeliharaan kesehatan.
    2. Diagnosa Keperawatan Resiko adalah menunjukkan respon manusia yang dapat timbul pada seseorang atau kelompok yang rentan dan ditunjang dengan faktor resiko yang memberi konstribusi pada peningkatan kerentanan.
    3. Diagnosa Keperawatan Kesejahteraan adalah menguraikan respon manusia terhadap tingkat kesehatan individu atau kelompok yang mempunyai potensi peningkatan derajat kesehatan yang tinggi.
    Komponen Pernyataan Diagnosa Keperawatan adalah:
    1. Problem (masalah atau kebutuhan) adalah nama atau label diagnosa yang diidentifikasi dari daftar NANDA.
    2. Faktor risiko / faktor yang berhubungan adalah penyebab atau alasan yang dicurigai dari respon yang telah diidentifikasi dari pengkajian.
    3. Definisi karakteristik (tanda dan gejala):
    4. manifestasiyang diidentifikasi dalam pengkajian yang menyokong diagnosa keperawatan.
    c. Perencanaan
    Ada dua proses perencanaan :
    Tujuan dan hasil yang diinginkan dari pasien untuk memperbaiki masalah kesehatan atau kebutuhan yang telah dikaji, hasil yang diharapkan harus spesifik, realistik, dapat diukur, menunjukkan kerangka waktu yang pasti.
    Tujuan keperawatan dibuat sesuai dengan masalah yang timbul.
    Tujuan dibagi nenjadi dua yaitu :
    Tujuan jangka panjang merupakan tujuan yang tidak dicapai sebelum pemulangan tetapi memerlukan perhatian yang terus menerus dari pasien dan/atau orang lain.
    Tujuan jangka pendek adalah tujuan yang biasanya harus dicapai sebelum pemulangan atau perpindahan ke tingkat perawatan yang kurang akut.
    Tujuan yang ditetapkan harus mengarah pada masalah, apakah mencegah, mengurangi atau menghilangkannya
    Intervensi keperawatan yang tepat untuk membantu pasien dalam mencapai hasil yang diharapkan.
    d. Implementasi
    Implementasi adalah adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Effendy, 1995).
    Pada saat akan dilaksanakan tindakan keperawatan, perawat melakukan kontrak dengan klien dengan menjelaskan apa yang akan dikerjakan serta peran serta klien yang diharapkan.
    e. Evaluasi
    Evaluasi adalah menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang diharapkan dan respon pasien terhadap keefektifan intervensi keperawatan. Kemudian mengganti rencana perawatan jika diperlukan.
    Kelima tahapan tersebut adalah saling berhubungan dan tidak bisa dipisah-pisahkan. Tahap-tahap ini secara bersama-sama membentuk lingkaran pemikiran dan tindakan yang kontinyu.

    Materi Kesehatan: Proses Asuhan Keperawatan

    PROSES ASUHAN KEPERAWATAN
    Proses asuhan keperawatan adalah proses yang terdiri dari 5 tahap :
    a. Pengkajian
    Pengkajian adalah pengumpulan data yang berhubungan dengan pasien secara lengkap dan sistematis yang dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi pasien, baik fisik, mental, sosial, maupun spiritual dapat ditentukan. Pengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui wawancara, pengumpulan riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, laboratorium dan diagnostik.
    b. Diagnosa keperawatan
    Diagnosa keperawatan adalah analisa data yang telah dikumpulkan untuk mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah aktual dan risiko tinggi.
    Tipe Diagnosa Keperawatan NANDA ada 3 yaitu:
    1. Diagnosa keperawatan aktual adalah respon manusia saat ini terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupan yang didukung oleh sekelompok batasan karakteristik (tanda dan gejala) dan termasuk faktor yang berhubungan (etiologi) yang mempunyai konstribusi terhadap perkembangan atau pemeliharaan kesehatan.
    2. Diagnosa Keperawatan Resiko adalah menunjukkan respon manusia yang dapat timbul pada seseorang atau kelompok yang rentan dan ditunjang dengan faktor resiko yang memberi konstribusi pada peningkatan kerentanan.
    3. Diagnosa Keperawatan Kesejahteraan adalah menguraikan respon manusia terhadap tingkat kesehatan individu atau kelompok yang mempunyai potensi peningkatan derajat kesehatan yang tinggi.
    Komponen Pernyataan Diagnosa Keperawatan adalah:
    1. Problem (masalah atau kebutuhan) adalah nama atau label diagnosa yang diidentifikasi dari daftar NANDA.
    2. Faktor risiko / faktor yang berhubungan adalah penyebab atau alasan yang dicurigai dari respon yang telah diidentifikasi dari pengkajian.
    3. Definisi karakteristik (tanda dan gejala):
    4. manifestasiyang diidentifikasi dalam pengkajian yang menyokong diagnosa keperawatan.
    c. Perencanaan
    Ada dua proses perencanaan :
    Tujuan dan hasil yang diinginkan dari pasien untuk memperbaiki masalah kesehatan atau kebutuhan yang telah dikaji, hasil yang diharapkan harus spesifik, realistik, dapat diukur, menunjukkan kerangka waktu yang pasti.
    Tujuan keperawatan dibuat sesuai dengan masalah yang timbul.
    Tujuan dibagi nenjadi dua yaitu :
    Tujuan jangka panjang merupakan tujuan yang tidak dicapai sebelum pemulangan tetapi memerlukan perhatian yang terus menerus dari pasien dan/atau orang lain.
    Tujuan jangka pendek adalah tujuan yang biasanya harus dicapai sebelum pemulangan atau perpindahan ke tingkat perawatan yang kurang akut.
    Tujuan yang ditetapkan harus mengarah pada masalah, apakah mencegah, mengurangi atau menghilangkannya
    Intervensi keperawatan yang tepat untuk membantu pasien dalam mencapai hasil yang diharapkan.
    d. Implementasi
    Implementasi adalah adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Effendy, 1995).
    Pada saat akan dilaksanakan tindakan keperawatan, perawat melakukan kontrak dengan klien dengan menjelaskan apa yang akan dikerjakan serta peran serta klien yang diharapkan.
    e. Evaluasi
    Evaluasi adalah menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang diharapkan dan respon pasien terhadap keefektifan intervensi keperawatan. Kemudian mengganti rencana perawatan jika diperlukan.
    Kelima tahapan tersebut adalah saling berhubungan dan tidak bisa dipisah-pisahkan. Tahap-tahap ini secara bersama-sama membentuk lingkaran pemikiran dan tindakan yang kontinyu.

    Iphone 5 Specs

    Apple is Getting Ready for
    the iPhone 5 Launch
    One of the biggest Chinese
    newspapers, China Times, reported
    this week that Apple has received a
    shipment of 400 , 000 iPhone 5
    smartphones, that are to be tested
    before the release of 4 ,000 , 000 units
    this September . This article suggests
    that the big launch will take place in
    the second week of September .
    Rumors from other iPhone
    publications and websites , like iPhone
    Italia, who heard this from an
    undisclosed executive at Swisscom,
    point towards a more exact release
    date, it being September 5 , which is
    also Labor Day in the U .S . this year. A
    major product launch on a holiday is
    very unlikely and Apple hasn ’t
    confirmed, denied or announced
    anything official.
    More info from this report indicate
    that Apple will also launch the new
    iPad 3 around Thanksgiving this year
    and that it will be a big improvement
    over the current iPad. The device is
    being released later than it was initially
    thought due to component problems.
    Most analysts are skeptical that Apple
    will launch an upgrade to one of their
    best sellers , the iPad 2 , only 9 months
    after it was introduced , while other
    analysts say we will see a new iPad
    this year in the form of an “ iPad 2
    Plus”, which will be a slightly improved
    iPad 2 .
    Apple has previously launched new
    iPhones at the Worldwide Developers
    Conference(WWDC ), which is held in
    June, and most people were
    expecting the iPhone 5 back then .
    Attention now turns to September ,
    when Apple normally holds its iPod
    focused event . Also, because the new
    operating system is scheduled to be
    released this Fall , it is expected that
    the iPhone 5 will be introduced at the
    same time as the iOS 5 .
    Apple and AT&T Preparing
    Staff for the iPhone 5 Release
    According to Boy Genius Report (BGR ),
    AT& T is expecting a large influx of
    customer in September . They have
    asked managers in locations all over
    the country to finish employee
    training so that they can be ready and
    available for the big number of
    people that will want to purchase an
    iPhone 5 immediately after its
    introduction.
    Other reports show that Apple is
    increasing its staff in store locations
    around the United States and United
    Kingdom . Job listings have been
    posted on UK websites , looking for
    iPhone sales persons and specialists,
    and US Apple stores are asking former
    employees to return as part time
    employees for “new product
    launches ”.
    Whether these rumors are true or not ,
    we will find out shortly . Apple is
    expected to announce something
    officially about the iPhone 5 any day
    now and they will most likely do that
    by the end of August .

    Materi Kesehatan: Rumus Perhitungan Dosis

    Rumus Perhitungan Dosis

    RUMUS PERHITUNGAN DOPAMIN
    Dopamin ;1 ampul = 10 cc, 1 ampul = 200 mg , 1 mg = 1000 mikrogram
    Rumus factor pengencer = 200.000 = 4000
    50cc
    Rumus : Dosis x BB x jam (menit ) = hasil
    4000
    Atau rumus langsung : Dosis x BB 60 x 50 = hasil
    200.000
    RUMUS PERHITUNGAN DOBUTAMIN
    Dobutamin ; 1 ampul = 5 cc , 1 ampul = 250 mg , 1 mg = 1000 mikrogram
    250 mg = 250.000 mikrogram
    rumus factor pengencer = 250.000 = 5000
    50cc
    Rumus : Dosis x BB x jam (menit ) = hasil
    5000
    Atau rumus langsung : Dosis x BB x 60 x 50 = hasil
    250.000
    Rumus diatas digunakan untuk pemberian dopamine dan dobutamin dengan menggunakan syringe pump.
    Rumus pemberian Dopamin dan Dobutamin dalam kolf / drip
    Rumus = 200.000 = 400
    500
    = Dosis x BB x jam ( menit )
    400
    = hasil sesuai makro drip / mikrodrip
    RUMUS PERHITUNGAN NITROCYNE
    1 ampul = 10 cc , 1 cc = 1 mg, 1 ampul = 10 mg
    Dosis yang digunakan dalam cc ( microgram ) jadi 1 ampul = 10.000 mikrogram
    Rumus : Dosis x 60 x pengencer = hasil
    10.000
    RUMUS PERHITUNGAN ISOKET
    1 ampul = 10 cc , 1 ampul = 10 mg , 1mg = 1cc
    Isoket atau Cedocard diberikan sesuai dosis yang diberikan oleh dokter.

    RUMUS PERHITUNGAN DARAH UNTUK TRANSFUSI
    Rumus : Hb normal – Hb pasien = hasil
    > hasil x BB x jenis darah
    Keterangan :
    Hb normal = Hb yang diharapkan atau Hb normal
    Hb pasien = Hb pasien saat ini
    Hasil = hasil pengurangan Hb normal dan Hb pasien
    Jenis darah = darah yang dibutuhkan
    = PRC dikalikan 3
    = WB dikalikan 6
    RUMUS PERHITUNGAN KOREKSI HIPOKALEMI PADA ANAK
    Koreksi cepat
    Yang dibutuhkan = ( jml K x BB x 0,4 ) + ( 2/6 x BB )
    Diberikan dalam waktu 4 jam
    Maintenance : 5 x BB x 2
    6
    Diberikan dalam 24 jam
    Keterangan :
    Jml K = nilai yang diharapkan ( 3,5 ) – nilai hasil kalian (x)

    Materi Kesehatan: Rumus Perhitungan Dosis

    Rumus Perhitungan Dosis

    RUMUS PERHITUNGAN DOPAMIN
    Dopamin ;1 ampul = 10 cc, 1 ampul = 200 mg , 1 mg = 1000 mikrogram
    Rumus factor pengencer = 200.000 = 4000
    50cc
    Rumus : Dosis x BB x jam (menit ) = hasil
    4000
    Atau rumus langsung : Dosis x BB 60 x 50 = hasil
    200.000
    RUMUS PERHITUNGAN DOBUTAMIN
    Dobutamin ; 1 ampul = 5 cc , 1 ampul = 250 mg , 1 mg = 1000 mikrogram
    250 mg = 250.000 mikrogram
    rumus factor pengencer = 250.000 = 5000
    50cc
    Rumus : Dosis x BB x jam (menit ) = hasil
    5000
    Atau rumus langsung : Dosis x BB x 60 x 50 = hasil
    250.000
    Rumus diatas digunakan untuk pemberian dopamine dan dobutamin dengan menggunakan syringe pump.
    Rumus pemberian Dopamin dan Dobutamin dalam kolf / drip
    Rumus = 200.000 = 400
    500
    = Dosis x BB x jam ( menit )
    400
    = hasil sesuai makro drip / mikrodrip
    RUMUS PERHITUNGAN NITROCYNE
    1 ampul = 10 cc , 1 cc = 1 mg, 1 ampul = 10 mg
    Dosis yang digunakan dalam cc ( microgram ) jadi 1 ampul = 10.000 mikrogram
    Rumus : Dosis x 60 x pengencer = hasil
    10.000
    RUMUS PERHITUNGAN ISOKET
    1 ampul = 10 cc , 1 ampul = 10 mg , 1mg = 1cc
    Isoket atau Cedocard diberikan sesuai dosis yang diberikan oleh dokter.

    RUMUS PERHITUNGAN DARAH UNTUK TRANSFUSI
    Rumus : Hb normal – Hb pasien = hasil
    > hasil x BB x jenis darah
    Keterangan :
    Hb normal = Hb yang diharapkan atau Hb normal
    Hb pasien = Hb pasien saat ini
    Hasil = hasil pengurangan Hb normal dan Hb pasien
    Jenis darah = darah yang dibutuhkan
    = PRC dikalikan 3
    = WB dikalikan 6
    RUMUS PERHITUNGAN KOREKSI HIPOKALEMI PADA ANAK
    Koreksi cepat
    Yang dibutuhkan = ( jml K x BB x 0,4 ) + ( 2/6 x BB )
    Diberikan dalam waktu 4 jam
    Maintenance : 5 x BB x 2
    6
    Diberikan dalam 24 jam
    Keterangan :
    Jml K = nilai yang diharapkan ( 3,5 ) – nilai hasil kalian (x)

    Materi Kesehatan: Refleksiologi

    Refleksiologi

    1. Reflek kornea
      Dengan cara menyentuhkan kapas pada limbus, hasil positif bila mengedip (N IV & VII )
    2. Reflek faring
      Faring digores dengan spatel, reaksi positif bila ada reaksi muntahan ( N IX & X )
    3. Reflek Abdominal
      Menggoreskan dinidng perut dari lateral ke umbilicus, hasil negative pada orang
      tua, wanita multi para, obesitas, hasil positif bila terdapat reaksi otot.
    4. Reflek Kremaster
      Menggoreskan paha bagian dalam bawah, positif bila skrotum sisi yang sama
      naik / kontriksi ( L 1-2 )
    5. Reflek Anal
      Menggores kulit anal, positif bila ada kontraksi spincter ani ( S 3-4-5 )
    6. Reflek Bulbo Cavernosus
      Tekan gland penis tiba-tiba jari yang lain masukkan kedalam anus, positif bila
      kontraksi spincter ani (S3-4 / saraf spinal )
    7. Reflek Bisep ( C 5-6 )
    8. Reflek Trisep ( C 6,7,8 )
    9. Reflek Brachioradialis ( C 5-6 )
    10. Reflek Patela ( L 2-3-4 )
    11. Reflek Tendon Achiles ( L5-S2)
    12. Reflek Moro
      Reflek memeluk pada bayi saat dikejutkan dengan tangan
    13. Reflek Babinski
      Goreskan ujung reflak hammer pada lateral telapak kaki mengarah ke jari, hasil
      positif pada bayi normal sedangkan pada orang dewasa abnormal ( jari kaki
      meregang / aduksi ektensi )
    14. Sucking reflek
      Reflek menghisap pada bayi
    15. Grasping reflek
      Reflek memegang pada bayi
    16. Rooting reflek
      Bayi menoleh saat tangan ditempelkan ke sisi pipi

    Materi Kesehatan: Refleksiologi

    Refleksiologi

    1. Reflek kornea
      Dengan cara menyentuhkan kapas pada limbus, hasil positif bila mengedip (N IV & VII )
    2. Reflek faring
      Faring digores dengan spatel, reaksi positif bila ada reaksi muntahan ( N IX & X )
    3. Reflek Abdominal
      Menggoreskan dinidng perut dari lateral ke umbilicus, hasil negative pada orang
      tua, wanita multi para, obesitas, hasil positif bila terdapat reaksi otot.
    4. Reflek Kremaster
      Menggoreskan paha bagian dalam bawah, positif bila skrotum sisi yang sama
      naik / kontriksi ( L 1-2 )
    5. Reflek Anal
      Menggores kulit anal, positif bila ada kontraksi spincter ani ( S 3-4-5 )
    6. Reflek Bulbo Cavernosus
      Tekan gland penis tiba-tiba jari yang lain masukkan kedalam anus, positif bila
      kontraksi spincter ani (S3-4 / saraf spinal )
    7. Reflek Bisep ( C 5-6 )
    8. Reflek Trisep ( C 6,7,8 )
    9. Reflek Brachioradialis ( C 5-6 )
    10. Reflek Patela ( L 2-3-4 )
    11. Reflek Tendon Achiles ( L5-S2)
    12. Reflek Moro
      Reflek memeluk pada bayi saat dikejutkan dengan tangan
    13. Reflek Babinski
      Goreskan ujung reflak hammer pada lateral telapak kaki mengarah ke jari, hasil
      positif pada bayi normal sedangkan pada orang dewasa abnormal ( jari kaki
      meregang / aduksi ektensi )
    14. Sucking reflek
      Reflek menghisap pada bayi
    15. Grasping reflek
      Reflek memegang pada bayi
    16. Rooting reflek
      Bayi menoleh saat tangan ditempelkan ke sisi pipi

    Tips Mengosumsi Obat Warung Dengan Aman

    Hampir sebagian besar masyarakat Indonesia akrab dengan obat-obatan pereda sakit yang banyak dijual di warung-warung saat sedang sakit kepala, flu atau badan pegal-pegal. Cari tahu cara yang aman minum obat-obatan yang dijual bebas. “Obat yang boleh dijual di warung tergolong obat bebas dan obat ini hanya boleh dikonsumsi oleh orang yang memiliki fungsi organ-organ baik atau tidak memiliki penyakit tertentu. Karena itu satu obat belum tentu cocok untuk semua orang,” ujar Prof. dr. Amir Syarif, SKM, Sp.FK(K). Obat-obatan yang dijual secara bebas atau ada di warung-warung biasanya merupakan obat simpomatik, dalam arti obat tersebut hanya mengatasi gejala-gejala yang timbul tapi tidak menyembuhkan akar dari penyakitnya.
    Untuk mengetahui apakah obat yang dijual bebas itu aman atau tidak, sebaiknya warna lingkarannya. Obat yang boleh dijual di warung adalah yang memiliki lambang lingkaran hijau yang artinya dosisnya aman. Obat yang memiliki lambang lingkaran biru artinya obat bebas terbatas yang cuma boleh dijual di toko obat resmi atau apotik, tapi bisa dibeli tanpa resep. Sedangkan obat dengan lingkaran merah tergolong obat keras yang memerlukan resep dokter.
    Cara yang bisa dilakukan masyarakat agar bisa mengonsumsi obat-obatan warung dengan aman menurut Prof Amir adalah:
    1. Perhatikan warna lingkaran dari obat-obatan yang dikonsumsi.
    2. Perhatikan kandungan atau dosis dari obat yang dikonsumsi. Umumnya obat yang dijual bebas mengandung dosis yang tidak terlalu besar sehingga memiliki batas aman yang lebar.
    3. Mengetahui kondisi tubuh diri sendiri terutama fungsi dari ginjal dan hati. Karena dosis yang tercantum dalam obat bebas biasanya untuk orang yang memiliki fungsi organ normal.
    4. Sebaiknya batas waktu mengonsumsi obat bebas hanya selama 3 hari saja, jika tidak ada perbaikan sebaiknya hentikan penggunaan obat dan konsultasikan ke dokter. Karena ada kemungkinan gejala yang timbul akibat penyebab atau penyakit yang lain.
    5. Membaca brosur obat yang meliputi dosis penggunaan, indikasi, efek samping dan kontra indikasi dengan seksama. Jika setelah minum obat timbul salah satu efek samping yang tercantum, maka segera berhenti minum obat tersebut.

    source:dokterumum.net


    Jumat, 29 Juli 2011

    ASKEP FISTEL UMBILIKALIS

    ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN FISTEL UMBILIKALIS

    PENGERTIAN

    Umbilikalis fistel atau fistel umbilikalis atau fistula vitellina adalah suatu keadaan kongenital dimana duktus vitellinus tetap dipertahankan seluruhnya sehingga membentuk hubungan langsung antara pusat dengan seluruh pencernaan. Dalam hal ini dapat dikeluarkan tinja melalui pusat.

    PENATALAKSANAAN

    1. Tindakan Medis : Pembedahan

    2. Tindakan Keperawatan :

    Preoperasi;

    Diagnosa keperawatan

    a) Cemas sehubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang proses berpikir, pembedahan, ancaman gangguan fungsi tubuh, nyeri dan rasa tidak nyaman; dan kemungkinan tumor ganas.

    b) Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan intake yang tidak adekuat dan gangguan pencernaan dan absorsi makanan dan cairan yang harus diberikan untuk proses penyakit.

    c) Potensial infeksi sehubungan dengan pembedahan di dalam usus dan berkurangnya resistensi karena malnutrisi dan atau proses penyakit.

    Intervensi keperawatan

    · Eksplorasi pasien untuk mengungkapkan rasa takut (kuatir).

    · Libatkan keluarga pasien dengan memperhatikan keadaan sosial ekonomi atau masalah di dalam keluarga.

    · Jelaskan kepada keluarga dan pasien prosedur-prosedur yang akan digunakan saat postoperasi; napas dalam, batuk teratur, ambulasi awal.

    · Kaji tanda-tanda kemungkinan dehidrasi pada pasien.

    · Beri cairan ekstra untuk hidrasi yang optimal, makanan tinggi kalori, rendah sisa termasuk tinggi protein dan vitamin.

    · Transfusi darah diberikan untuk mencegah anemia dan menunjang kondisi umum pasien.

    · Persiapan operasi dengan puasakan pasien 26 - 36 jam sebelum operasi.

    Selama masa preoperasi, pasien diberikan obat oral antimikroba untuk merusak organisme diusus ( sterilisasi eliminasi / b.a.b.)

    Bila dengan pemberian antibiotika oral, pasien mengalmi diare, pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.

    Postoperasi;

    Diagnosa keperawatan

    1. Potensial infeksi sehubungan dengan tindakan pembedahan dan proses penyembuhan.

    2. Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan sehubungan dengan bedah intestinal, berkurangnya kerja usus, dan kehilangan cairan dan elektrolit karena pengeringan intestinal.

    3. Pola napas yang tidak efektif sehubungan dengan nyeri insisi, distensi abdomen dan kurangnya mobilisasi.

    4. Gangguan pola eliminasi (sistem perkemihan ) sehubungan dengan bedah perineal (mengikuti abdominoperineal)

    5. Gangguan pola eliminasi (sistem pencernaan /b.a.b.) sehubungan dengan peristaltik berkurang, mobilisasi yang kurang, dan ileostomi.

    6. Kurangnya pengetahuan tentang nutrisi, membagi / mengatur aktifitas dan pola eliminasi sendiri.

    Intervensi Keperawatan

    1. Kontrol balutan dan area luka apakah terjadi tanda-tanda awal perdarahan. Inspeksi insisi dan ganti balutan bila terlihat kemerahan, edema dan pengeringan

    2. Monitor suhu pasien secara teratur untuk bebrapa hari. Evaluasi suhu yang tiba-tiba dapat diindikasikan terjadinya infeksi.

    3. Hindari kontaminasi area peritoneum dari sekret intestinal.

    4. Makanan peoral selama beberapa hari pertama tidak diberikan; cairan intravena digunakan untuk membantu pasien. Bila cairan dapat ditolerir pasien (NGT dapat dilepas) dan nutrisi dapat diberikan berupa makanan lunak. Hindari makanan yang mengandung gas dan cairan yang mengandung karbonat.

    5. Catat intake dan output termasuk drainage intestinal. Ispeksi kerja peristaltik usus dengan stetoskop.

    6. Lakukan 5 -10 kali napas setiap jam sebagai ventilasi penuh alveoli pasien dan batuk teratur beberapa kali untuk memancing mukus keluar.

    7. Ganti posisi pasien setiap jam untuk mencegah tekanan pada diafragma.

    8. Lakukan ambulasi malam dan pagi hari. Kolaborasi dengan fisioterapi.

    9. Hindari kontaminasi pada daerah perineal, terutama bila ada pemasangan kateter.

    10. Catat bila terjadi flatus, sebagai indikasi peristaltik.

    11. Lakukan ambulasi awal untuk mengaktifkan peristaltik.

    12. Ajarkan klien dan keluarga pentingnya nutrisi; menghindari makanan mengandung gas dan makanan kasar; cairan yang adekuat.

    13. Ajarkan pasien berdiri dan berjalan. Hindari aktifitas fisik yang berat.

    14. Ajarkan perawatan mandiri ileostmi pasien.

    DAFTAR KEPUSTAKAAN

    Salder, TW.1988. Embriologi Kedokteran, Edisi ke V. Alih bahasa : Dr. Irwan Susanto. EGC Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.

    Watson, JE. dan Joan R. Royle, 1987. Medical Surgical Nursing and Related Physiology. Clays Ltd. St. Ives plc, England

    ASKEP ALL ACUTE LIMPHOSYT LEUKEMIA

    ASUHAN KEPERAWATAN PADA ALL ACUTE LIMPHOSYT LEUKEMIA

    ACUT LIMPHOSITYC LEUCEMIA


    A. PENGERTIAN ACUT LIMPHOSITYC LEUCEMIA
    Acut limphosityc leukemia adalah proliferasi maligna / ganas limphoblast dalam sumsum tulang yang disebabkan oleh sel inti tunggal yang dapat bersifat sistemik. (Ngastiyah, 1997; Smeltzer & Bare, 2002; Tucker, 1997; Reeves & Lockart, 2002).

    B. PENYEBAB ACUT LIMPHOSITYC LEUCEMIA
    Penyebab acut limphosityc leukemia sampai saat ini belum jelas, diduga kemungkinan karena virus (virus onkogenik) dan faktor lain yang mungkin berperan, yaitu:
    1. Faktor eksogen
    a. Sinar x, sinar radioaktif.
    b. Hormon.
    c. Bahan kimia seperti: bensol, arsen, preparat sulfat, chloramphinecol, anti neoplastic agent).
    2. Faktor endogen
    a. Ras (orang Yahudi lebih mudah terkena dibanding orang kulit hitam)
    b. Kongenital (kelainan kromosom, terutama pada anak dengan Sindrom Down).
    c. Herediter (kakak beradik atau kembar satu telur).
    (Ngastiyah, 1997)

    C. PATOFISIOLOGI ACUT LIMPHOSITYC LEUCEMIA
    Sel kanker menghasilkan leukosit yang imatur / abnormal dalam jumlah yang berlebihan. Leukosit imatur ini menyusup ke berbagai organ, termasuk sumsum tulang dan menggantikan unsur-unsur sel yang normal. Limfosit imatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer sehingga mengganggu perkembangan sel normal. Hal ini menyebabkan haemopoesis normal terhambat, akibatnya terjadi penurunan jumlah leucosit, sel darah merah dan trombosit. Infiltrasi sel kanker ke berbagai organ menyebabkan pembersaran hati, limpa, limfodenopati, sakit kepala, muntah, dan nyeri tulang serta persendian. Penurunan jumlah eritrosit menimbulkan anemia, penurunan jumlah trombosit mempermudah terjadinya perdarahan (echimosis, perdarahan gusi, epistaksis dll.). Adanya sel kanker juga mempengaruhi sistem retikuloendotelial yang dapat menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh, sehingga mudah mengalami infeksi. Adanya sel kaker juga mengganggu metabolisme sehingga sel kekurangan makanan. (Ngastiyah, 1997; Smeltzer & Bare, 2002; Suriadi dan Rita Yuliani, 2001, Betz & Sowden, 2002).

    D. TANDA DAN GEJALA ACUT LIMPHOSITYC LEUCEMIA
    Manifestasi klinik dari acut limphosityc leukemia antara lain:
    1. Pilek tak sembuh-sembuh
    2. Pucat, lesu, mudah terstimulasi
    3. Demam, anoreksia, mual, muntah
    4. Berat badan menurun
    5. Ptechiae, epistaksis, perdarahan gusi, memar tanpa sebab
    6. Nyeri tulang dan persendian
    7. Nyeri abdomen
    8. Hepatosplenomegali, limfadenopati
    9. Abnormalitas WBC
    10. Nyeri kepala




    E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PADA ACUT LIMPHOSITYC LEUCEMIA
    Pemeriksaan diagnostik yang lazim dilakukan pada anak dengan acut limphosityc leukemia adalah:
    1. Pemeriksaan sumsum tulang (BMP / Bone Marrow Punction):
    a. Ditemukan sel blast yang berlebihan
    b. Peningkatan protein
    2. Pemeriksaan darah tepi
    a. Pansitopenia (anemia, lekopenia, trombositopneia)
    b. Peningkatan asam urat serum
    c. Peningkatan tembaga (Cu) serum
    d. Penurunan kadar Zink (Zn)
    e. Peningkatan leukosit dapat terjadi (20.000 – 200.000 / µl) tetapi dalam bentuk sel blast / sel primitif
    3. Biopsi hati, limpa, ginjal, tulang untuk mengkaji keterlibatan / infiltrasi sel kanker ke organ tersebut
    4. Fotothorax untuk mengkaji keterlibatan mediastinum
    5. Sitogenik:
    50-60% dari pasien ALL dan AML mempunyai kelainan berupa:
    a. Kelainan jumlah kromosom, seperti diploid (2n), haploid (2n-a), hiperploid (2n+a)
    b. Bertambah atau hilangnya bagian kromosom (partial delection)
    c. Terdapat marker kromosom, yaitu elemen yang secara morfologis bukan komponen kromosom normal dari bentuk yang sangat besar sampai yang sangat kecil






    F. PENGOBATAN PADA ALL
    1. Transfusi darah, biasanya diberikan bila kadar Hb kurang dari 6 g%. Pada trombositopenia yang berat dan perdarahan masif, dapat diberikan transfusi trombosit dan bila terdapat tanda tanda DIC dapat diberikan heparin.
    2. Kortikosteroid (prednison, kortison, deksametason dan sebagainya). Setelah dicapai remisi dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya dihentikan.
    3. Sitostatika. Selain sitostatika yang lama (6 merkaptopurin atau 6 mp, metotreksat atau MTX) pada waktu ini dipakai pula yang baru dan lebih poten seperti vinkristin (oncovin), rubidomisin (daunorubycine), sitosin, arabinosid, L asparaginase, siklofosfamid atau CPA, adriamisin dan sebagainya. Umumnya sitostatika diberikan dalam kombinasi bersama sama dengan prednison. Pada pemberian obat obatan ini sering terdapat akibat samping berupa alopesia, stomatitis, leukopenia, infeksi sekunder atau kandidiagis. Hendaknya lebih berhziti hati bila jumiah leukosit kurang dari 2.000/mm3.
    4. Infeksi sekunder dihindarkan (bila mungkin penderita diisolasi dalam kamar yang suci hama).
    5. Imunoterapi, merupakan cara pengobatan yang terbaru. Setelah tercapai remisi dan jumlah sel leukemia cukup rendah (105 106), imunoterapi mulai diberikan. Pengobatan yang aspesifik dilakukan dengan pemberian imunisasi BCG atau dengan Corynae bacterium dan dimaksudkan agar terbentuk antibodi yang dapat memperkuat daya tahan tubuh. Pengobatan spesifik dikerjakan dengan penyuntikan sel leukemia yang telah diradiasi. Dengan cara ini diharapkan akan terbentuk antibodi yang spesifik terhadap sel leukemia, sehingga semua sel patologis akan dihancurkan sehingga diharapkan penderita leukemia dapat sembuh sempurna.
    6. Cara pengobatan.
    Setiap klinik mempunyai cara tersendiri bergantung pada pengalamannya. Umumnya pengobatan ditujukan terhadap pencegahan kambuh dan mendapatkan masa remisi yang lebih lama. Untuk mencapai keadaan tersebut, pada prinsipnya dipakai pola dasar pengobatan sebagai berikut:
    a. Induksi
    Dimaksudkan untuk mencapai remisi, yaitu dengan pemberian berbagai obat tersebut di atas, baik secara sistemik maupun intratekal sampai sel blast dalam sumsum tulang kurang dari 5%.
    b. Konsolidasi
    Yaitu agar sel yang tersisa tidak cepat memperbanyak diri lagi.
    c. Rumat (maintenance)
    Untuk mempertahankan masa remisi, sedapat dapatnya suatu masa remisi yang lama. Biasanya dilakukan dengan pemberian sitostatika separuh dosis biasa.
    d. Reinduksi
    Dimaksudkan untuk mencegah relaps. Reinduksi biasanya dilakukan setiap 3 6 bulan dengan pemberian obat obat seperti pada induksi selama 10 14 hari.
    e. Mencegah terjadinya leukemia susunan saraf pusat.
    Untuk hal ini diberikan MTX intratekal pada waktu induksi untuk mencegah leukemia meningeal dan radiasi kranial sebanyak 2.4002.500 rad. untuk mencegah leukemia meningeal dan leukemia serebral. Radiasi ini tidak diulang pada reinduksi.
    f. Pengobatan imunologik
    Diharapkan semua sel leukemia dalam tubuh akan hilang sama sekali dan dengan demikian diharapkan penderita dapat sembuh sempurna.
    (FKUI, 1985)






    G. PATHWAYS

    Proliferasi sel kanker

    Sel kanker bersaing dengan sel normal
    Untuk mendapatkan nutrisi

    Infiltrasi

    Sel normal digantikan dengan
    Sel kanker

    Depresi sumsum metabolisme infiltrasi infiltrasi
    Tulang S S P ekstra medular

    Sel kekurangan meningitis pembesaran limpa,
    makanan leukemia liver,nodus limfe, tulang
    Eritrosit leukosit faktor tekanan
    Pembekuan jaringan nyeri tulang tulang
    & persendian mengecil&
    Anemia infeksi perdarahan lemah


    Demam trombositopeni fraktur
    fisiologis












    H. MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL PADA ANAK DENGAN ACUT LIMPHOSITYC LEUCEMIA
    Adanya keganasan menimbulkan masalah keperawatan, antara lain:
    1. Intoleransi aktivitas
    2. Resiko tinggi infeksi
    3. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuahn
    4. Resiko cedera (perdarahan)
    5. Resiko kerusakan integritas kulit
    6. Nyeri
    7. Resiko kekurangan volume cairan
    8. Berduka
    9. Kurang pengetahuan
    10. Perubahan proses keluarga
    11. Gangguan citra diri / gambaran diri

    I. PERAWATAN PADA ANAK DENGAN ACUT LIMPHOSITYC LEUCEMIA
    1. Mengatasi keletihan / intoleransi aktivitas:
    a. Kaji adanya tanda-tanda anemia: pucat, peka rangsang, cepat lelah, kadar Hb rendah.
    b. Pantau hitung darah lengkap dan hitung jenis
    c. Berikan cukup istirahat dan tidur tanpa gangguan
    d. Minimalkan kegelisahan dan anjurkan bermain yang tenang
    e. Bantu pasien dalam aktivitas sehari-hari
    f. Pantau frekuensi nadi, prnafasan, sebelum dan selama aktivitas
    g. Ketika kondisi membaik, dorong aktivitas sesuai toleransi
    h. Jika diprogramkan, berikan packed RBC
    2. Mencegah terjadinya infeksi
    a. Observasi adanya tanda-tanda infeksi, pantau suhu badan laporkan jika suhu > 38oC yang berlangsung > 24 jam, menggigil dan nadi > 100 x / menit.
    b. Sadari bahwa ketika hitung neutrofil menurun (neutropenia), resiko infeksi meningkat, maka:
    1). Tampatkan pasien dalam ruangan khusus
    2). Sebelum merawat pasien: cuci tangan dan memakai pakaian pelindung, masker dan sarung tangan.
    3). Cegah komtak dengan individu yang terinfeksi
    c. Jaga lingkungan tetap bersih, batasi tindakan invasif
    d. Bantu ambulasi jika mungkin (membalik, batuk, nafas dalam)
    e. Lakukan higiene oral dan perawatan perineal secara sering.
    f. Pantau masukan dan haluaran serta pertahankan hidarasi yang adekuat dengan minum 3 liter / hari
    g. Berika terapi antibiotik dan tranfusi granulosit jika diprogramkan
    h. Yakinkan pemberian makanan yang bergizi.
    3. Mencegah cidera (perdarahan)
    a. Observasi adanya tanda-tanda perdarahan dengan inspeksi kulit, mulut, hidung, urine, feses, muntahan, dan lokasi infus.
    b. Pantau tanda vital dan nilai trombosit
    c. Hindari injesi intravena dan intramuskuler seminimal mungkin dan tekan 5-10 menit setiap kali menyuntik
    d. Gunakan sikat gigi yang lebut dan lunak
    e. Hindari pengambilan temperatur rektal, pengobatan rekatl dan enema
    f. Hindari aktivitas yang dapat menyebabkan cidera fisik atau mainan yang dapat melukai kulit.
    4. Memberikan nutrisi yang adekuat
    a. Kaji jumlah makanan dan cairan yang ditoleransi pasien
    b. Berikan kebersihan oral sebelum dan sesudah makan
    c. Hindari bau, parfum, tindakan yang tidak menyenangkan, gangguan pandangan dan bunyi
    d. Ubah pola makan, berikan makanan ringan dan sering, libatkan pasien dalam memilih makanan yang bergizi tinggi, timbang BB tiap hari
    e. Sajikan makanan dalam suhu dingin / hangat
    f. Pantau masukan makanan, bila jumlah kurang berikan ciran parenteral dan NPT yang diprogramkan.

    5. Mencegah kekurangan cairan
    a. Kaji adanya tanda-tanda dehidrasi
    b. Berikan antiemetik awal sebelum pemberian kemoterapi
    c. Hindari pemberian makanan dan minuman yang baunya merangngsang mual / muntah
    d. Anjurkan minum dalam porsi kecil dan sering
    e. Kolaborasi pemberian cairan parenteral untuk mempertahankan hidrasi sesuai indikasi
    6. Antisipasi berduka
    a. Kaji tahapan berduka oada anak dan keluarga
    b. Berikan dukungan pada respon adaptif dan rubah respon maladaptif
    c. Luangkan waktu bersama anak untuk memberi kesempatan express feeling
    d. Fasilitasi express feeling melalui permainan
    7. Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga tentang:
    a. Proses penyakit leukemia: gejala, pentingnya pengobatan / perawatan.
    b. Komplikasi penyakit leukemia: perdarahan, infeksi dll.
    c. Aktivitas dan latihan sesuai toleransi
    d. Mengatasi kecemasan
    e. Pemberian nutrisi
    f. Pengobatan dan efek samping pengobatan
    8. Meningkatkan peran keluarga
    a. Jelaskan alasan dilakukannya setiap prosedur pengobatan / dianostik
    b. Jadwalkan waktu bagi keluarga bersama anak tanpa diganggu oleh staf SR
    c. Dorong keluarga untuk express feelings
    d. Libatkan keluarga dalam perencanaan dan pelaksanaan perawatan si anak
    9. Mencegah gangguan citra diri / gambaran diri
    a. Dorong pasien untuk express feelings tentang dirinya
    b. Berikan informasi yang mendukung pasien ( misal; rambut akan tumbuh kembali, berat badan akan kembali naik jika terapi selesai dll.)
    c. Dukung interaksi sosial / peer group
    d. Sarankan pemakaian wig, topi / penutup kepala.

























    DAFTAR PUSTAKA

    1. Betz, Sowden. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisi 2. Jakarta, EGC.
    2. Suriadi, Yuliani R. (2001). Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi I. Jakarta, CV Sagung Seto.
    3. Reeeves, Lockart. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Cetakan I. Jakarta, Salemba Raya.
    4. FKUI. (1985). Ilmu Kesehatan Anak. Volume 1. Jakarta, FKUI.
    5. Sacharin Rosa M. (1993). Prinsip Perawatan Pediatri. Edisi 2. Jakarta : EGC.
    6. Gale Danielle, Charette Jane. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi, Jakarta : EGC.
    7. Price Sylvia A, Wilson Lorraine Mc Cart .(1995). Patofisiologi. Jakarta : EGC
    8. Sutarni Nani.(2003). Prosedur Dan Cara Pemberian Obat Kemoterapi. Disampaikan Pada Pelatihan Kemoterapi Di RS Kariadi Semarang, Tanggal 13-15 November 2003.

    Pendahuluan Pembahasan mengenai terapi cairan ini akan dibahas secara garis besar saja, mengingat pembahasan tentang terapi cairan ini sangat luas. Tubuh sebagian besar terdiri dari air. Air dan zat-zat yang terlarut di dalamnya (cairan tubuh), menjadi pengangkut zat makanan ke semua sel tubuh dan mengeluarkan bahan sisa dari dalamnya untuk menunjang berlangsungnya kehidupan. Jumlah air tubuh berbeda-beda tergantung pada umur, jenis kelamin, dan banyak atau sedikitnya lemak tubuh. Cairan tubuh dibagi : 1. Di dalam sel (intra-sel) 2. Di luar sel (ekstra-sel) : 1. Plasma (intra-vaskular) 2. Intersisial 3. Rongga ke tiga (Third Space) Distribusi cairan tubuh : Dalam air tubuh terlarut zat-zat : 1. Elektrolit 2. Non-elektrolit : 1. Dengan berat molekul kecil : Glukosa 2. Dengan berat molekul besar : Protein Elektrolit terpenting dalam air ekstra sel adalah Na+ dan Cl- sedangkan dalam air intra sel adalah K+ dan fosfat ion. Satuan untuk elektrolit dalam cairan tubuh adalah miliekivalen/liter (mek/l) mgr % x 10 x valensi Mek/l = ----------------------------- Berat atom / molekul Komposisi Elektrolit mEq/L Intraselular Ekstraselular Plasma Darah Interstisial Kation Na+ 15 142 144 K+ 150 4 4 Ca++ 2 5 2.5 Mg++ 27 3 1.5 Anion Cl- 1 103 114 HCO3- 10 27 30 HPO4= 100 2 2 SO4= 20 1 1 Asam organik - 5 5 Protein 63 16 6 Kebutuhan air dan elektrolit setiap hari Pada orang dewasa : Air : 30 – 35 ml/kgBB. Kenaikan suhu 1°C ditambah 10–15 % Na+ : 1,5 mek/kgBB (100 mek/hari atau 5,9 gr) K+ : 1 mek/kgBB ( 60 mek/hari atau 4,5 gr) Pada anak dan bayi : Air : Sesuai dengan berat badan 0-10 kg : 100 ml/kgBB 11-20 kg : 1000 ml/kgBB + 50 ml/kgBB diatas 10 kg Lebih 20 kg : 1500 ml/kgBB + 20 ml/kgBB diatas 20 kg Na+ : 2 mek/kgBB K+ : 2 mek/kgBB Keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran air Air masuk : Air keluar : Minuman : 800-1700 ml Urine : 600-1600 ml Makanan : 500-1000 ml Tinja : 20- 200 ml Hasil oksidasi : 200- 300 ml “Insensible loss” : 850-1200 ml Tujuan terapi cairan 1. Untuk mengganti kekurangan air dan elektrolit 2. Untuk memenuhi kebutuhan 3. Untuk mengatasi syok 4. Untuk mengatasi kelainan yang ditimbulkan karena terapi yang diberikan. Terapi cairan perioperatif meliputi tindakan terapi yang dilakukan pada masa pra bedah, selama pembedahan dan pasca bedah. Pemberian Cairan Infus Intravena (Intravenous Fluids) Infus cairan intravena (intravenous fluids infusion) adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh. Secara umum, keadaan-keadaan yang dapat memerlukan pemberian cairan infus adalah : 1. Perdarahan dalam jumlah banyak (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah) 2. Trauma abdomen (perut) berat (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah) 3. Fraktur (patah tulang), khususnya di pelvis (panggul) dan femur (paha) (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah) 4. “Serangan panas” (heat stroke) (kehilangan cairan tubuh pada dehidrasi) 5. Diare dan demam (mengakibatkan dehidrasi) 6. Luka bakar luas (kehilangan banyak cairan tubuh) 7. Semua trauma kepala, dada, dan tulang punggung (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah) Indikasi pemberian obat melalui jalur intravena antara lain : 1. Pada seseorang dengan penyakit berat, pemberian obat melalui intravena langsung masuk ke dalam jalur peredaran darah. Misalnya pada kasus infeksi bakteri dalam peredaran darah (sepsis). Sehingga memberikan keuntungan lebih dibandingkan memberikan obat oral. Namun sering terjadi, meskipun pemberian antibiotika intravena hanya diindikasikan pada infeksi serius, rumah sakit memberikan antibiotika jenis ini tanpa melihat derajat infeksi. Antibiotika oral (dimakan biasa melalui mulut) pada kebanyakan pasien dirawat di RS dengan infeksi bakteri, sama efektifnya dengan antibiotika intravena, dan lebih menguntungkan dari segi kemudahan administrasi RS, biaya perawatan, dan lamanya perawatan. 2. Obat tersebut memiliki bioavailabilitas oral (efektivitas dalam darah jika dimasukkan melalui mulut) yang terbatas. Atau hanya tersedia dalam sediaan intravena (sebagai obat suntik). Misalnya antibiotika golongan aminoglikosida yang susunan kimiawinya “polications” dan sangat polar, sehingga tidak dapat diserap melalui jalur gastrointestinal (di usus hingga sampai masuk ke dalam darah). Maka harus dimasukkan ke dalam pembuluh darah langsung. 3. Pasien tidak dapat minum obat karena muntah, atau memang tidak dapat menelan obat (ada sumbatan di saluran cerna atas). Pada keadaan seperti ini, perlu dipertimbangkan pemberian melalui jalur lain seperti rektal (anus), sublingual (di bawah lidah), subkutan (di bawah kulit), dan intramuskular (disuntikkan di otot). 4. Kesadaran menurun dan berisiko terjadi aspirasi (tersedak—obat masuk ke pernapasan), sehingga pemberian melalui jalur lain dipertimbangkan. 5. Kadar puncak obat dalam darah perlu segera dicapai, sehingga diberikan melalui injeksi bolus (suntikan langsung ke pembuluh balik/vena). Peningkatan cepat konsentrasi obat dalam darah tercapai. Misalnya pada orang yang mengalami hipoglikemia berat dan mengancam nyawa, pada penderita diabetes mellitus. Alasan ini juga sering digunakan untuk pemberian antibiotika melalui infus/suntikan, namun perlu diingat bahwa banyak antibiotika memiliki bioavalaibilitas oral yang baik, dan mampu mencapai kadar adekuat dalam darah untuk membunuh bakteri. Indikasi Pemasangan Infus melalui Jalur Pembuluh Darah Vena (Peripheral Venous Cannulation) 1. Pemberian cairan intravena (intravenous fluids). 2. Pemberian nutrisi parenteral (langsung masuk ke dalam darah) dalam jumlah terbatas. 3. Pemberian kantong darah dan produk darah. 4. Pemberian obat yang terus-menerus (kontinyu). 5. Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya pada operasi besar dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena untuk persiapan jika terjadi syok, juga untuk memudahkan pemberian obat) 6. Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya risiko dehidrasi (kekurangan cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum pembuluh darah kolaps (tidak teraba), sehingga tidak dapat dipasang jalur infus. Kontraindikasi dan Peringatan pada Pemasangan Infus Melalui Jalur Pembuluh Darah Vena 1. Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi di lokasi pemasangan infus. 2. Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan digunakan untuk pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada tindakan hemodialisis (cuci darah). 3. Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil yang aliran darahnya lambat (misalnya pembuluh vena di tungkai dan kaki). Beberapa komplikasi yang dapat terjadi dalam pemasangan infuse : 1. Hematoma, yakni darah mengumpul dalam jaringan tubuh akibat pecahnya pembuluh darah arteri vena, atau kapiler, terjadi akibat penekanan yang kurang tepat saat memasukkan jarum, atau “tusukan” berulang pada pembuluh darah. 2. Infiltrasi, yakni masuknya cairan infus ke dalam jaringan sekitar (bukan pembuluh darah), terjadi akibat ujung jarum infus melewati pembuluh darah. 3. Tromboflebitis, atau bengkak (inflamasi) pada pembuluh vena, terjadi akibat infus yang dipasang tidak dipantau secara ketat dan benar. 4. Emboli udara, yakni masuknya udara ke dalam sirkulasi darah, terjadi akibat masuknya udara yang ada dalam cairan infus ke dalam pembuluh darah. Komplikasi yang dapat terjadi dalam pemberian cairan melalui infus : 1. Rasa perih / sakit 2. Reaksi alergi Jenis Cairan Infus 1. Cairan hipotonik: osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentrasi ion Na+ lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan “ditarik” dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada keadaan sel “mengalami” dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan intrakranial (dalam otak) pada beberapa orang. Contohnya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%. 2. Cairan Isotonik: osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian cair dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus menurun). Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif dan hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan normal saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%). 3. Cairan hipertonik: osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga “menarik” cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan mengurangi edema (bengkak). Penggunaannya kontradiktif dengan cairan hipotonik. Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-Lactate, Dextrose 5%+NaCl 0,9%, produk darah (darah), dan albumin. Pembagian cairan lain adalah berdasarkan kelompoknya : 1. Kristaloid: bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah volume cairan (volume expanders) ke dalam pembuluh darah dalam waktu yang singkat, dan berguna pada pasien yang memerlukan cairan segera. Misalnya Ringer-Laktat dan garam fisiologis. 2. Koloid: ukuran molekulnya (biasanya protein) cukup besar sehingga tidak akan keluar dari membran kapiler, dan tetap berada dalam pembuluh darah, maka sifatnya hipertonik, dan dapat menarik cairan dari luar pembuluh darah. Contohnya adalah albumin dan steroid. Cairan yang digunakan dalam terapi Cairan yang sering digunakan ialah cairan elektrolit (kristaloid) cairan non-elektrolit, dan cairan koloid. Cairan elektrolit (kristaloid) : Sesuai dengan penggunaannya dapat dibagi menjadi beberapa golongan, yaitu untuk pemeliharaan, pengganti dan tujuan khusus. Cairan pemeliharaan (rumatan) : Tujuannya adalah untuk mengganti kehilangan air tubuh lewat urin, feses, paru dan keringat. Jumlah kehilangan air tubuh ini berbeda sesuai dengan umur, yaitu: Dewasa : 1,5 - 2 ml/kg/jam Anak-anak : 2 - 4 ml/kg/jam Bayi : 4 - 6 ml/kg/jam Orok (neonatus) : 3 ml/kg/jam Mengingat cairan yang hilang dengan cara ini sedikit sekali mengandung elektrolit, maka sebagai cairan pengganti adalah hipotonik, dengan perhatian khusus untuk natrium. Cairan kristaloid untuk pemeliharaan misalnya dekstrosa 5% dalam NaCl 0,45% (D5NaCl 0,45). Cairan pengganti : Tujuannya adalah untuk mengganti kehilangan air tubuh yang disebabkan oleh sekuestrasi atau proses patologi yang lain (misalnya fistula, efusi pleura, asites drainase lambung dsb). Sebagai cairan pengganti untuk tujuan ini digunakan cairan isotonis, dengan perhatian khusus untuk konsentrasi natrium, misalnya dekstrose 5 % dalam ringer laktat (D5RL), NaCl 0,9 %, D5 NaCl. Cairan untuk tujuan khusus (koreksi): Yang dimaksud adalah cairan kristaloid yang digunakan khusus, misalnya natrium bikarbonat 7,5 %, NaCl 3 %, dll. Cairan non elektrolit : Contoh dekstrose 5 %, 10 %, digunakan untuk memenuhi kebutuhan air dan kalori, dapat juga digunakan sebagai cairan pemeliharaan. Cairan koloid : Disebut juga sebagai plasma ekspander, karena memiliki kemampuan besar dalam mempertahankan volume intra-vaskuler. Contoh cairan ini antara lain : Dekstran, Haemacel, Albumin, Plasma, Darah. Cairan koloid ini digunakan untuk menggantikan kehilangan cairan intra-vaskuler. Perbandingan Kristaloid dan Koloid Kristaloid Koloid Keunggulan 1. Lebih mudah tersedia dan murah 2. Komposisi serupa dengan plasma (Ringer asetat/ringer laktat) 3. Bisa disimpan di suhu kamar 4. Bebas dari reaksi anafilaktik 5. Komplikasi minimal 1. Ekspansi volume plasma tanpa ekspansi interstisial 2. Ekspansi volume lebih besar 3. Durasi lebih lama 4. Oksigenasi jaringan lebih baik 5. Gradien O2 alveolar-arterial lebih sedikit 6. Insiden edema paru dan/atau edema sistemik lebih rendah Kekurangan 1. Edema bisa mengurangi ekspansibilitas dinding dada 2. Oksigenasi jaringan terganggu karena bertambahnya jarak kapiler dan sel 3. Memerlukan volume 4 kali lebih banyak 1. Anafilaksis 2. Koagulopati 3. Albumin bisa memperberat depresi miokard pada pasien syok (mungkin dengan mengikat kalsium, mengurangi kadar ion Ca++ Cara Menghitung Cairan (tetesan) : Dewasa (makro) Jumlah cairan x 20 = tetesan Jam x 60 menit Anak (mikro) Jumlah cairan x 60 = tetesan Jam x 60 menit


    Terapi Cairan

    Pendahuluan

    Pembahasan mengenai terapi cairan ini akan dibahas secara garis besar saja, mengingat pembahasan tentang terapi cairan ini sangat luas.

    Tubuh sebagian besar terdiri dari air. Air dan zat-zat yang terlarut di dalamnya (cairan tubuh), menjadi pengangkut zat makanan ke semua sel tubuh dan mengeluarkan bahan sisa dari dalamnya untuk menunjang berlangsungnya kehidupan. Jumlah air tubuh berbeda-beda tergantung pada umur, jenis kelamin, dan banyak atau sedikitnya lemak tubuh.

    Cairan tubuh dibagi :

    1.      Di dalam sel (intra-sel)

    2.      Di luar sel (ekstra-sel) :

    1.      Plasma (intra-vaskular)

    2.      Intersisial

    3.      Rongga ke tiga (Third Space)

     

    Distribusi cairan tubuh :

    Dalam air tubuh terlarut zat-zat :

    1.      Elektrolit

    2.      Non-elektrolit :

    1.      Dengan berat molekul kecil : Glukosa

    2.      Dengan berat molekul besar : Protein

     

    Elektrolit terpenting dalam air ekstra sel adalah Na+ dan Cl- sedangkan dalam air intra sel adalah K+ dan fosfat ion.

    Satuan untuk elektrolit dalam cairan tubuh adalah miliekivalen/liter (mek/l)

     

    mgr % x 10 x valensi

    Mek/l = -----------------------------

    Berat atom / molekul

     

     

    Komposisi Elektrolit

    mEq/L

    Intraselular

    Ekstraselular

    Plasma Darah

    Interstisial

    Kation

     

     

     

    Na+

    15

    142

    144

    K+

    150

    4

    4

    Ca++

    2

    5

    2.5

    Mg++

    27

    3

    1.5

    Anion

     

     

     

    Cl-

    1

    103

    114

    HCO3-

    10

    27

    30

    HPO4=

    100

    2

    2

    SO4=

    20

    1

    1

    Asam organik

    -

    5

    5

    Protein

    63

    16

    6

     

     

     

     

     

    Kebutuhan air dan elektrolit setiap hari

    Pada orang dewasa :

    Air : 30 – 35 ml/kgBB. Kenaikan suhu 1°C ditambah 10–15 %

    Na+ : 1,5 mek/kgBB (100 mek/hari atau 5,9 gr)

    K+ : 1 mek/kgBB ( 60 mek/hari atau 4,5 gr)

     

    Pada anak dan bayi :

    Air : Sesuai dengan berat badan

    0-10 kg : 100 ml/kgBB

    11-20 kg : 1000 ml/kgBB + 50 ml/kgBB diatas 10 kg

    Lebih 20 kg : 1500 ml/kgBB + 20 ml/kgBB diatas 20 kg

    Na+ : 2 mek/kgBB

    K+ : 2 mek/kgBB

     

    Keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran air

    Air masuk : Air keluar :

    Minuman : 800-1700 ml Urine : 600-1600 ml

    Makanan : 500-1000 ml Tinja : 20- 200 ml

    Hasil oksidasi : 200- 300 ml "Insensible loss" : 850-1200 ml

     

    Tujuan terapi cairan

    1.      Untuk mengganti kekurangan air dan elektrolit

    2.      Untuk memenuhi kebutuhan

    3.      Untuk mengatasi syok

    4.      Untuk mengatasi kelainan yang ditimbulkan karena terapi yang diberikan.

    Terapi cairan perioperatif meliputi tindakan terapi yang dilakukan pada masa pra bedah, selama pembedahan dan pasca bedah.

     

    Pemberian Cairan Infus Intravena (Intravenous Fluids)

    Infus cairan intravena (intravenous fluids infusion) adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh.

     

    Secara umum, keadaan-keadaan yang dapat memerlukan pemberian cairan infus adalah :

    1.      Perdarahan dalam jumlah banyak (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)

    2.      Trauma abdomen (perut) berat (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)

    3.      Fraktur (patah tulang), khususnya di pelvis (panggul) dan femur (paha) (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)

    4.      "Serangan panas" (heat stroke) (kehilangan cairan tubuh pada dehidrasi)

    5.      Diare dan demam (mengakibatkan dehidrasi)

    6.      Luka bakar luas (kehilangan banyak cairan tubuh)

    7.      Semua trauma kepala, dada, dan tulang punggung (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)

     

    Indikasi pemberian obat melalui jalur intravena antara lain :

    1.      Pada seseorang dengan penyakit berat, pemberian obat melalui intravena langsung masuk ke dalam jalur peredaran darah. Misalnya pada kasus infeksi bakteri dalam peredaran darah (sepsis). Sehingga memberikan keuntungan lebih dibandingkan memberikan obat oral. Namun sering terjadi, meskipun pemberian antibiotika intravena hanya diindikasikan pada infeksi serius, rumah sakit memberikan antibiotika jenis ini tanpa melihat derajat infeksi. Antibiotika oral (dimakan biasa melalui mulut) pada kebanyakan pasien dirawat di RS dengan infeksi bakteri, sama efektifnya dengan antibiotika intravena, dan lebih menguntungkan dari segi kemudahan administrasi RS, biaya perawatan, dan lamanya perawatan.

    2.      Obat tersebut memiliki bioavailabilitas oral (efektivitas dalam darah jika dimasukkan melalui mulut) yang terbatas. Atau hanya tersedia dalam sediaan intravena (sebagai obat suntik). Misalnya antibiotika golongan aminoglikosida yang susunan kimiawinya "polications" dan sangat polar, sehingga tidak dapat diserap melalui jalur gastrointestinal (di usus hingga sampai masuk ke dalam darah). Maka harus dimasukkan ke dalam pembuluh darah langsung.

    3.      Pasien tidak dapat minum obat karena muntah, atau memang tidak dapat menelan obat (ada sumbatan di saluran cerna atas). Pada keadaan seperti ini, perlu dipertimbangkan pemberian melalui jalur lain seperti rektal (anus), sublingual (di bawah lidah), subkutan (di bawah kulit), dan intramuskular (disuntikkan di otot).

    4.      Kesadaran menurun dan berisiko terjadi aspirasi (tersedak—obat masuk ke pernapasan), sehingga pemberian melalui jalur lain dipertimbangkan.

    5.      Kadar puncak obat dalam darah perlu segera dicapai, sehingga diberikan melalui injeksi bolus (suntikan langsung ke pembuluh balik/vena). Peningkatan cepat konsentrasi obat dalam darah tercapai. Misalnya pada orang yang mengalami hipoglikemia berat dan mengancam nyawa, pada penderita diabetes mellitus. Alasan ini juga sering digunakan untuk pemberian antibiotika melalui infus/suntikan, namun perlu diingat bahwa banyak antibiotika memiliki bioavalaibilitas oral yang baik, dan mampu mencapai kadar adekuat dalam darah untuk membunuh bakteri.

     

    Indikasi Pemasangan Infus melalui Jalur Pembuluh Darah Vena (Peripheral Venous Cannulation)

    1.      Pemberian cairan intravena (intravenous fluids).

    2.      Pemberian nutrisi parenteral (langsung masuk ke dalam darah) dalam jumlah terbatas.

    3.      Pemberian kantong darah dan produk darah.

    4.      Pemberian obat yang terus-menerus (kontinyu).

    5.      Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya pada operasi besar dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena untuk persiapan jika terjadi syok, juga untuk memudahkan pemberian obat)

    6.      Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya risiko dehidrasi (kekurangan cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum pembuluh darah kolaps (tidak teraba), sehingga tidak dapat dipasang jalur infus.

     

    Kontraindikasi dan Peringatan pada Pemasangan Infus Melalui Jalur Pembuluh Darah Vena

    1.      Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi di lokasi pemasangan infus.

    2.      Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan digunakan untuk pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada tindakan hemodialisis (cuci darah).

    3.      Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil yang aliran darahnya lambat (misalnya pembuluh vena di tungkai dan kaki).

     

    Beberapa komplikasi yang dapat terjadi dalam pemasangan infuse :

    1.      Hematoma, yakni darah mengumpul dalam jaringan tubuh akibat pecahnya pembuluh darah arteri vena, atau kapiler, terjadi akibat penekanan yang kurang tepat saat memasukkan jarum, atau "tusukan" berulang pada pembuluh darah.

    2.      Infiltrasi, yakni masuknya cairan infus ke dalam jaringan sekitar (bukan pembuluh darah), terjadi akibat ujung jarum infus melewati pembuluh darah.

    3.      Tromboflebitis, atau bengkak (inflamasi) pada pembuluh vena, terjadi akibat infus yang dipasang tidak dipantau secara ketat dan benar.

    4.      Emboli udara, yakni masuknya udara ke dalam sirkulasi darah, terjadi akibat masuknya udara yang ada dalam cairan infus ke dalam pembuluh darah.

     

    Komplikasi yang dapat terjadi dalam pemberian cairan melalui infus :

    1.      Rasa perih / sakit

    2.      Reaksi alergi

     

    Jenis Cairan Infus

    1.      Cairan hipotonik: osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentrasi ion Na+ lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan "ditarik" dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada keadaan sel "mengalami" dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan intrakranial (dalam otak) pada beberapa orang. Contohnya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.

     

    2.      Cairan Isotonik: osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian cair dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus menurun). Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif dan hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan normal saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).

     

    3.      Cairan hipertonik: osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga "menarik" cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan mengurangi edema (bengkak). Penggunaannya kontradiktif dengan cairan hipotonik. Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-Lactate, Dextrose 5%+NaCl 0,9%, produk darah (darah), dan albumin.

     

    Pembagian cairan lain adalah berdasarkan kelompoknya :

    1.      Kristaloid: bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah volume cairan (volume expanders) ke dalam pembuluh darah dalam waktu yang singkat, dan berguna pada pasien yang memerlukan cairan segera. Misalnya Ringer-Laktat dan garam fisiologis.

    2.      Koloid: ukuran molekulnya (biasanya protein) cukup besar sehingga tidak akan keluar dari membran kapiler, dan tetap berada dalam pembuluh darah, maka sifatnya hipertonik, dan dapat menarik cairan dari luar pembuluh darah. Contohnya adalah albumin dan steroid.

     

    Cairan yang digunakan dalam terapi

    Cairan yang sering digunakan ialah cairan elektrolit (kristaloid) cairan non-elektrolit, dan cairan koloid.

     

    Cairan elektrolit (kristaloid) :

    Sesuai dengan penggunaannya dapat dibagi menjadi beberapa golongan, yaitu untuk pemeliharaan, pengganti dan tujuan khusus.

    Cairan pemeliharaan (rumatan) :

    Tujuannya adalah untuk mengganti kehilangan air tubuh lewat urin, feses, paru dan keringat. Jumlah kehilangan air tubuh ini berbeda sesuai dengan umur, yaitu:

    Dewasa : 1,5 - 2 ml/kg/jam

    Anak-anak : 2 - 4 ml/kg/jam

    Bayi : 4 - 6 ml/kg/jam

    Orok (neonatus) : 3 ml/kg/jam

    Mengingat cairan yang hilang dengan cara ini sedikit sekali mengandung elektrolit, maka sebagai cairan pengganti adalah hipotonik, dengan perhatian khusus untuk natrium.

    Cairan kristaloid untuk pemeliharaan misalnya dekstrosa 5% dalam NaCl 0,45% (D5NaCl 0,45).

     

    Cairan pengganti :

    Tujuannya adalah untuk mengganti kehilangan air tubuh yang disebabkan oleh sekuestrasi atau proses patologi yang lain (misalnya fistula, efusi pleura, asites drainase lambung dsb).

    Sebagai cairan pengganti untuk tujuan ini digunakan cairan isotonis, dengan perhatian khusus untuk konsentrasi natrium, misalnya dekstrose 5 % dalam ringer laktat (D5RL), NaCl 0,9 %, D5 NaCl.

     

    Cairan untuk tujuan khusus (koreksi):

    Yang dimaksud adalah cairan kristaloid yang digunakan khusus, misalnya natrium bikarbonat 7,5 %, NaCl 3 %, dll.

    Cairan non elektrolit :

    Contoh dekstrose 5 %, 10 %, digunakan untuk memenuhi kebutuhan air dan kalori, dapat juga digunakan sebagai cairan pemeliharaan.

     

    Cairan koloid :

    Disebut juga sebagai plasma ekspander, karena memiliki kemampuan besar dalam mempertahankan volume intra-vaskuler.

    Contoh cairan ini antara lain : Dekstran, Haemacel, Albumin, Plasma, Darah.

    Cairan koloid ini digunakan untuk menggantikan kehilangan cairan intra-vaskuler.

     

    Perbandingan Kristaloid dan Koloid

     

    Kristaloid

    Koloid

    Keunggulan

    1. Lebih mudah tersedia dan murah
    2.
    Komposisi serupa dengan plasma (Ringer asetat/ringer laktat)
    3.
    Bisa disimpan di suhu kamar
    4. Bebas dari reaksi anafilaktik
    5. Komplikasi minimal

     

     

    1. Ekspansi volume plasma tanpa ekspansi interstisial
    2. Ekspansi volume lebih besar
    3. Durasi lebih lama
    4. Oksigenasi jaringan lebih baik
    5. Gradien O2 alveolar-arterial lebih sedikit
    6.
    Insiden edema paru dan/atau edema sistemik lebih rendah

     

    Kekurangan

    1. Edema bisa mengurangi ekspansibilitas dinding dada
    2. Oksigenasi jaringan terganggu karena bertambahnya jarak kapiler dan sel
    3. Memerlukan volume 4 kali lebih banyak

    1. Anafilaksis
    2. Koagulopati
    3. Albumin bisa memperberat depresi miokard pada pasien syok (mungkin dengan mengikat kalsium, mengurangi kadar ion Ca++

    Cara Menghitung Cairan (tetesan) :

    Dewasa (makro)

    Jumlah cairan x 20 = tetesan

    Jam x 60 menit

    Anak (mikro)

    Jumlah cairan x 60 = tetesan

    Jam x 60 menit