Sejak semester ini saya lumayan silent daripada semester kemarin.
Saya coba untuk menjadi diam, agar dapat mengembalikan lagi energi insihgt yang mulai pudar. Expressive words dan jokes yang sering saya lontarkan waktu lalu ternyata telah menumpulkan kesadaran lingkungan (darling) ku.
Active memang perlu. Tujuanku sebenarnya untuk menghidupkan diskusi-diskusi. Diskusi hanya dengan satu tema seragam bukanlah hal yang sehat menurutku. Pemahaman ini yang sering mendorong terlontarnya pendapat di luar arus, yang mungkin sangat "menyebalkan".
Diam menghasilkan kesunyian, tapi lagi-lagi kesunnyian memberikan dampak pada ku, semua produktivitasku jadi ikuta silent, diam tak bergerak. Heran, seolah-olah tidak ada pendorong untuk menulis, belajar, diskusi, bahkan jadi sangat pikun dan missed everything. Kacau deh.
Tapi saya bertekad tetap mempelajari silent ini, sampai tidak mempengaruhi hal yang lain. Kadang terlalu banyak bicara tidaklah baik. Mudah menyakiti orang lain, meskipun sebetulnya bukan salah kita juga, salah sendiri mereka pikirin, lha kita aja yang ngomong tidak pernah mikir. Tapi sesuatu yang berlebihan tetap bukanlah hal baik. Too much words will kill you (plesetan dari too much love will kill you).
Facebook, ternyata cukup memberikan variasi silent ini. Penelusuran kembali jejak-jejak masa lalu untuk meghambat de-myelinisasi serabut saraf otak. Teman-teman sma ketemu lagi, dengan segala kelucuan yang masih mereka bawa. Melihat foto lama yang mengingatkan kembali bahwa ternyata aku dulu orangnya usil juga. Bercermin dari mereka seperti melihat perkembangan sendiri.
Jadi jangan kaget jika tahun ini blog saya jadi kurang up to date, saya masih dalam suasana retreat, introspeksi, solitude, semadi, menjelajah diri, atau apa saja lah. I am silent but I am watching you. Waspadalah.... waspadalah....