Minggu, 28 Februari 2010
Diabetik Mellitus & Gangren Diabetik
Diabetik Mellitus & Gangren DiabetikDiabetik Mellitus
2.3.1 Pengertian
Diabetes Mellitus adalah penyakit metabolik ( kebanyakan herediter ) sebagai akibat dari kurangnya efektif insulin ( pada DM-Tipe 2 ) atau insulin absolut ( pada DM-Tipe 1 ) di dalam tubuh, dengan tanda tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan gejala klinik acut ( poliuria, polidipsia, penurunan berat badan ), dan atupun gejala kronik atau kadang-kadang tanpa gejala ; gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat, dan sekunder pada metabolisme lemak dan protein ( Tjokroprawiro A, 1998 : hal 5 )
Klasifikasi Diabetes mellitus
Menurut Tjokroprawiro A,  1998, hal : 8  bahwa, klasifikasi Diabete Mellitus sebagai berikut :
DM  Tipe 1
Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin  absolut
DM Tipe 2
Bervariasi mulai yang terutama dominan  resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang  terutama defek sekresi insulin disertai resistensi insulin.
DM Tipe  Lain
1). Defek genetik sel beta
2). Defek genetik kerja insulin
3).  Penyakit eksokrin pankreas
4). Endokrinopati
5). Karena obat /  zat kimia
6). Infeksi
7). Imunologi
8). Syndrom genetik lain  yang berkaitan dengan DM
Diabetes mellitus Gestasional ( DMG )
Faktor-faktor  resiko tinggi untuk DM
Menurut Tjokroprawiro A, 1998, hal : 11.  Faktor resiko tinggi untuk DM adalah :
Kelompok usia dewasa tua (  > 45 tahun )
Kegemukan
Tekanan darah tinggi ( > 140 / 90  mmHg )
Riwayat keluarga DM
Riwayat kehamilan dengan berat badan  lahir bayi > 4000 gram
Riwayat DM pada kehamilan
Dislipidemia (  HDL <> 250 mg/dl )
Pernah TGT  atau Glukosa Darah Puasa Terganggu ( GDPT )
Gejala klinik  Diabetes Mellitus
Gejala klinik Dm adalah : " Trias  Sindrom Diabetik  Acut " yaitu : polidisi, poliuri dan berat badan menurun, dan gejala  kronis yang sering terjadi adalah lemah badan, kesemutan, penurunan  kemampuan seksual, gangguan penglihatan yang sering berubah, kaku otot,  kaku sendi dan lain-lain ( Tjokroprawiro A, 1998 hal : 16 )
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan  dasar terapi DM " Pentalogi Terapi DM " menurut Tjokroprawiri A, 1998  hal : 22 sebagai berikut :
Diet
Latihan fisik
Penyuluhan  Kesehatan Masyarakat ( PKM )
Obat hipoglikemia ( OHO dan Insulin )
Cangkok   Pankreas
2.4 Gangren Diabetik
2.4.1 Pengertian
Gangren  atau pemakan luka didefinisikan sebagaii jaringan nekrosis atau jaringan  mati yang disebabkan oleh adanya emboli pembuluh darah besar arteri  pada bagian tubuh sehingga suplai darah terhenti. Dapat terjadi sebagai  akibat proses inflamasi yang memanjang; perlukaan (digigit serangga,  kecelakaan kerja atau terbakar); proses degeneratif (arteriosklerosis)  atau gangguan metabolik diabetes mellitus (Tabber, dikutip Gitarja,  1999, hal. 13).
Ganggren diabetik adalah nekrosis jaringan pada  bagian tubuh perifer akibat penyakit diabetes mellitus. Biasanya gangren  tersebut terjadi pada daerah tungkai. Keadaan ini ditandai dengan  pertukaran sekulitis dan timbulnya vesikula atau bula yang hemoragik  kuman yang biasa menginfeksi pada gangren diabetik adalah streptococcus  (Soeatmaji, 1999, hal. 687).
2.4.2 Faktor resiko terjadinya  gangren diabetik
Berbagai faktor resiko yang dapat mempengaruhi  timbulnya gangren diabetik adalah neuropati, iskemia, dan infeksi.  (Sutjahyo A, 1998; hal. 3)
Iskemia disebabkan karena adanya penurunan  aliran darah ke tungkai akibat makroangiopati ( aterosklerosis ) dari  pembuluh darah besar di tungkai terutama pembuluh darah  di daerah  betis. Angka kejadian gangguan pembuluh darah perifer lebih besar pada  diabetes millitus dibandingkan dengan yang bukan diabetes millitus.  Menurut Ari Sutjahjo  (1998; hal. 3) hal ini disebabkan karena beberapa  faktor. Resiko lebih banyak dijumpai pada diabetes mellitus sehingga  memperburuk fungsi endotel yang berperan terhadap terjadinya proses  atherosklerosis. Kerusakan endotel ini merangsang agregasi platelet dan  timbul trombosis, selanjutnya akan terjadi penyempitan pembuluh darah  dan timbul hipoksia. Ischemia atau gangren pada kaki diabetik dapat  terjadi akibat dari atherosklerosis yang disertai trombosis, pembentukan  mikro trombin akibat infeksi, kolesterol emboli yang bersal dari plak  atheromatous dan obat-obat vasopressor. Gambaran klinik yang tampak  adalah penderita mengeluh nyeri tungkai bawah waktu istirahat,  kesemutan, cepat lelah, pada perabaan terasa dingin, pulsasi pembuluh  darah kurang kuat dan didapatkan ulkus atau gangren.
Adanya  neurophaty perifer akan menyebabkan gangguan sensorik maupun motorik.  Gangguan sensorik akan menyebabkan hilangnya atau menurunnya sensasi  nyeri pada kaki, sehingga penderita akan mengalami trauma tanpa terasa,  yang mengakibatkan terjadinya atropi pada otot kaki sehingga merubah  titik tumpu yang mengakibatkan pula terjadinya ulkus pada kaki. Ulkus  yang terjadi pada kaki diabetik umumnya diakibatkan karena trauma  ringan, ulkus ini timbul didaerah-daerah yang sering mendapat tekanan  atau trauma pada telapak kaki, hal ini paling sering terjadi, didaerah  sendi metatarsofalangeal satu dan lima didaerah ibu jari kaki dan  didaerah tumit. Mula-mula inti penebalan hiper keratotik dikulit telapak  kaki, kemudian penebalan tersebut mengalami trauma disertai dengan  infeksi sekunder. Ulkus terjadi makin lama makin dalam mencapai daerah  subkutis dan tampak sebagaii sinus atau kerucut bahkan sampai ketulang.
Infeksi  sendiri jarang merupakan faktor tunggal untuk terjadinya gangren.  Infeksi lebih sering merupakan komplikasi yang menyertai gangren akibat  ischemia dan neuropathy. Ulkus berbentuk bullae, biasanya berdiameter  lebih dari satu sentimeter dan terisi masa, sisa-sisa jaringan tanduk,  lemak pus dan krusta diatas dasar granulomatous. Ulkus berjalan  progresif secara kronik, tidak terasa nyeri tetapi kadang-kadang ada  rasa sakit yang berasal dari struktur jaringan yang lebih dalam atau  lebih luar dari luka. Bila krusta dan produk-produk ulkus dibersihkan  maka tampak ulkus yang dalam seperti kerucut, ulkus ini dapat lebih  progresif bila tidak diobati dan dapat terjadi periostitis atau  osteomyelitis oleh infeksi sekunder akibatnya timbul osteoporosis,  osteolisis dan destruktif tulang.
2.4.3 Gejala Umum
Penderita  dengan gangren diabetik, sebelum terjadi luka keluhan yang timbul adalah  berupa kesemutan atau kram, rasa lemah dan baal pada tungkai dan nyeri  pada waktu istirahat. Akibat dari keluhan ini, maka apabila penderita  mengalami trauma atau luka kecil hal tersebut tidak dirasakan. Luka  tersebut biasanya disebabkan karena penderita tertusuk atau terinjak  paku kemudian timbul gelembung-gelembung pada telapak kaki. Kadang  menjalar sampai punggung kaki dimana tidak menimbulkan rasa nyeri,  sehingga bahayanya mudah terjadi infeksi pada gelembung tersebut dan  akan menjalar dengan cepat (Sutjahyo A, 1998, hal : 7 ). Apabila luka  tersebut tidak sembuh-sembuh, bahkan bertambah luas baru penderita  menyadari dan mencari pengobatan. Biasanya gejala yang menyertai adalah  kemerahan yang makin meluas, rasa nyeri makin meningkat, panas badan dan  adanya nanah yang makin banyak serta adanya bau yang makin tajam.
2.4.4  Pengobatan dan perawatan
   Pengobatan dari gangren diabetik  sangat dipengaruhi oleh derajat dan dalamnya ulkus, apabila dijumpai  ulkus yang dalam harus dilakukan pemeriksaan yang seksama untuk  menentukan kondisi ulkus dan besar kecilnya debridement yang akan  dilakukan. Dari penatalaksanaan perawatan luka diabetik ada beberapa  tujuan yang ingin dicapai, antara lain :
Mengurangi atau  menghilangkan faktor penyebab
Optimalisasi suanana lingkungan luka  dalam kondisi lembab
Dukungan kondisi klien atau host (nutrisi,  kontrol DM, kontrol faktor penyerta)
Meningkatkan edukasi klien dan  keluarga
Perawatan luka diabetik
Mencuci luka
   Mencuci luka  merupakan hal pokok untuk meningkatkan, memperbaiki dan mempercepat  proses penyembuhan luka serta menghindari kemungkinan terjaadinya  infeksi. Proses pencucian luka bertujuan untuk membuang jaringan  nekrosis, cairan luka yang berlebihan, sisa balutan yang digunakan dan  sisa metabolik tubuh pada permukaan luka. Cairan yang terbaik dan  teraman untuk mencuci luka adalah yang non toksik pada proses  penyembuhan luka (misalnya NaCl 0,9%). Penggunaan hidrogenperoxida,  hypoclorite solution dan beberapa cairan debridement lainnya, sebaliknya  hanya digunakan pada jaringan nekrosis / slough dan tidak digunakan  pada jaringan granulasi. Cairan antiseptik seperti provine iodine  sebaiknya hanya digunakan saat luka terinfeksi atau tubuh pada keadaan  penurunan imunitas, yang kemudian dilakukan pembilasan kembali dengan  saline. (Gitarja, 1999; hal. 15).
Debridement
   Debridement  adalah pembuangan jaringan nekrosis atau slough pada luka. Debridement  dilakukan untuk menghindari terjadinya infeksi atau selulitis, karena  jaringan nekrosis selalu berhubungan dengan adanya peningkatan jumlah  bakteri. Setelah debridement, jumlah bakteri akan menurun dengan  sendirinya yang diikuti dengan kemampuan tubuh secara efektif melawan  infeksi. Secara alami dalam keadaan lembab tubuh akan membuang sendiri  jaringan nekrosis atau slough yang menempel pada luka (peristiwa  autolysis).  Autolysis adalah peristiwa pecahnya atau rusaknya jaringan  nekrotik oleh leukosit dan enzim lyzomatik. Debridement dengan sistem  autolysis dengan menggunakan occlusive dressing merupakan cara teraman  dilakukan pada klien dengan luka diabetik. Terutama untuk menghindari  resiko infeksi. (Gitarja W, 1999; hal. 16).
Terapi Antibiotika
    Pemberian antibiotika biasanya diberikan peroral yang bersifat  menghambat kuman gram positip dan gram negatip. Apabila tidak dijumpai  perbaikan pada luka tersebut, maka terapi antibiotika dapat diberikan  perparenteral yang sesuai dengan kepekaan kuman. (Sutjahyo A, 1998; hal.  8).
Nutrisi
   Faktor nutrisi merupakan salah satu faktor  penting yang berperan dalam penyembuhan luka. Penderita dengan ganren  diabetik biasanya diberikan diet B1 dengan nilai gizi : yaitu 60% kalori  karbohidrat, 20% kalori lemak, 20% kalori protein. (Tjokroprawiro, A,  1998; hal. 26).
Pemilihan jenis balutan
   Tujuan pemilihan  jenis balutan adalah memilih jenis balutan yang dapat mempertahankan  suasana lingkungan luka dalam keadaan lembab,  mempercepat proses  penyembuhan hingga 50%, absorbsi eksudat / cairan luka yanag keluar  berlebihan, membuang jaringan nekrosis / slough (support autolysis ),  kontrol terhadap infeksi / terhindar dari kontaminasi, nyaman digunakan  dan menurunkan rasa sakit saat  mengganti balutan dan menurunkan jumlah  biaya dan waktu perawatan (cost effektive). Jenis balutan: absorbent  dressing, hydroactive gel, hydrocoloid. (Gitarja, 1999; hal. 16).
Selain  pengobatan dan perawatan diatas, perlu juga pemeriksaan Hb dan albumin  minimal satu minggu sekali, karena adanya anemia dan hipoalbumin akan  sangat berpengaruh dalam penyembuhan luka. Diusahakan agar Hb lebih 12  g/dl dan albumin darah dipertahankan lebih 3,5 g/dl. Dan perlu juga  dilakukan monitor glukosa darah secara ketat, Karena bila didapatkan  peningkatan glukosa darah yang sulit dikendalikan, ini merupakan salah  satu tanda memburuknya infeksi yang ada sehingga luka sukar sembuh.
Untuk  mencegah timbulnya gangren diabetik dibutuhkan kerja sama antara  dokter, perawat dan penderita sehingga tindakan pencegahan, deteksi dini  beserta terapi yang rasional bisa dilaksanakan dengan harapan biaya  yang besar, morbiditas penderita gangren dapat ditekan  serendah-rendahnya. Upaya untuk pencegahan dapat dilakukan dengan cara  penyuluhan dimana masing-masing profesi mempunyai peranan yang saling  menunjang.
Dalam memberikan penyuluhan pada penderita ada beberapa  petunjuk perawatan kaki diabetik (Sutjahyo A, 1998; hal. 8):
Gunakan  sepatu yang pas dan kaos kaki yang bersih setiap saat berjalan dan  jangan bertelanjang kaki bila berjalan
Cucilah kaki setiap hari dan  keringkan dengan baik serta memberikan perhatian khusus pada daerah  sela-sela jari kaki
Janganlah mengobati sendiri apabila terdapat  kalus, tonjolan kaki atau jamur pada kuku kaki
Suhu air yang  digunakan untuk mecuci kaki antara 29,5 – 30 derajat celsius dan diukur  dulu dengan termometer
Janganlah menggunakan alat pemanas atau botol  diisi air panas
Langkah-langkah yang membantu meningkatkan sirkulasi  pada ekstremitas bawah yang harus dilakukan, yaitu :
Hindari  kebiasaan merokok
Hindari bertumpang kaki duduk
Lindungi kaki dari  kedinginan
Hindari merendam kaki dalam air dingin
Gunakan kaos  kaki atau stoking yang tidak menyebabkan tekanan pada tungkai atau  daerah tertentu
Periksalah kaki setiap hari dan laporkan bila  terdapat luka, bullae kemerahan atau tanda-tanda radang, sehingga segera  dilakukan tindakan awal
Jika kulit kaki kering gunakan pelembab atau  cream
Blog Archive
- 
2016
(1)
- 09/18 - 09/25 (1)
 
 
- 
2015
(10)
- 10/11 - 10/18 (1)
 
- 09/13 - 09/20 (1)
 
- 09/06 - 09/13 (1)
 
- 07/05 - 07/12 (1)
 
- 05/17 - 05/24 (6)
 
 
- 
2014
(1)
- 04/13 - 04/20 (1)
 
 
- 
2012
(770)
- 02/19 - 02/26 (5)
 
- 02/12 - 02/19 (10)
 
- 02/05 - 02/12 (4)
 
- 01/29 - 02/05 (27)
 
- 01/22 - 01/29 (88)
 
- 01/15 - 01/22 (101)
 
- 01/08 - 01/15 (169)
 
- 01/01 - 01/08 (366)
 
 
- 
2011
(4477)
- 12/25 - 01/01 (336)
 
- 12/18 - 12/25 (62)
 
- 12/11 - 12/18 (70)
 
- 12/04 - 12/11 (77)
 
- 11/27 - 12/04 (40)
 
- 11/20 - 11/27 (67)
 
- 11/13 - 11/20 (198)
 
- 11/06 - 11/13 (187)
 
- 10/30 - 11/06 (340)
 
- 10/23 - 10/30 (32)
 
- 10/16 - 10/23 (109)
 
- 10/09 - 10/16 (80)
 
- 08/14 - 08/21 (75)
 
- 08/07 - 08/14 (81)
 
- 07/31 - 08/07 (82)
 
- 07/24 - 07/31 (65)
 
- 07/17 - 07/24 (91)
 
- 07/10 - 07/17 (47)
 
- 07/03 - 07/10 (44)
 
- 06/26 - 07/03 (53)
 
- 06/19 - 06/26 (59)
 
- 06/12 - 06/19 (47)
 
- 06/05 - 06/12 (65)
 
- 05/29 - 06/05 (63)
 
- 05/22 - 05/29 (77)
 
- 05/15 - 05/22 (115)
 
- 05/08 - 05/15 (65)
 
- 05/01 - 05/08 (104)
 
- 04/24 - 05/01 (45)
 
- 04/17 - 04/24 (70)
 
- 04/10 - 04/17 (134)
 
- 04/03 - 04/10 (72)
 
- 03/27 - 04/03 (18)
 
- 03/20 - 03/27 (47)
 
- 03/13 - 03/20 (68)
 
- 03/06 - 03/13 (40)
 
- 02/27 - 03/06 (56)
 
- 02/20 - 02/27 (77)
 
- 02/13 - 02/20 (76)
 
- 02/06 - 02/13 (198)
 
- 01/30 - 02/06 (194)
 
- 01/23 - 01/30 (132)
 
- 01/16 - 01/23 (196)
 
- 01/09 - 01/16 (202)
 
- 01/02 - 01/09 (121)
 
 
- 
2010
(2535)
- 12/26 - 01/02 (156)
 
- 12/19 - 12/26 (65)
 
- 12/12 - 12/19 (73)
 
- 12/05 - 12/12 (84)
 
- 11/28 - 12/05 (80)
 
- 11/21 - 11/28 (68)
 
- 11/14 - 11/21 (63)
 
- 11/07 - 11/14 (50)
 
- 10/31 - 11/07 (50)
 
- 10/24 - 10/31 (36)
 
- 10/17 - 10/24 (58)
 
- 10/10 - 10/17 (35)
 
- 10/03 - 10/10 (31)
 
- 09/26 - 10/03 (21)
 
- 09/19 - 09/26 (26)
 
- 09/12 - 09/19 (55)
 
- 09/05 - 09/12 (65)
 
- 08/29 - 09/05 (33)
 
- 08/22 - 08/29 (70)
 
- 08/15 - 08/22 (45)
 
- 08/08 - 08/15 (35)
 
- 08/01 - 08/08 (37)
 
- 07/25 - 08/01 (27)
 
- 07/18 - 07/25 (19)
 
- 07/11 - 07/18 (30)
 
- 07/04 - 07/11 (56)
 
- 06/27 - 07/04 (28)
 
- 06/20 - 06/27 (22)
 
- 06/13 - 06/20 (30)
 
- 06/06 - 06/13 (21)
 
- 05/30 - 06/06 (5)
 
- 05/16 - 05/23 (6)
 
- 05/09 - 05/16 (29)
 
- 05/02 - 05/09 (59)
 
- 04/25 - 05/02 (28)
 
- 04/18 - 04/25 (38)
 
- 04/11 - 04/18 (70)
 
- 04/04 - 04/11 (59)
 
- 03/28 - 04/04 (65)
 
- 03/21 - 03/28 (89)
 
- 03/14 - 03/21 (218)
 
- 03/07 - 03/14 (95)
 
- 
02/28 - 03/07
(135)
- Menyusui Dapat Mencegah Kanker Payudara
 - PERUBAHAN DALAM MASA NIFAS
 - Penyapihan
 - Menyusui
 - Menyusui pasca Persalinan Cesarea
 - Kunci Sukses ASI Eksklusif
 - Keunggulan ASI dan Manfaat Menyusui
 - Let Down Refleks
 - Manajemen Laktasi
 - Asuhan Keperawatan Asma Bronchiale
 - TINJAUAN PELAKSANAAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKI...
 - GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI USIA 10-...
 - GAMBARAN PENGETAHUAN PRIMIPARA TERHADAP PERKEMBANG...
 - GAMBARAN PENGETAHUAN IBU PRIMIGRAVIDA TENTANG PERU...
 - GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DAMPAK ANAK YANG ...
 - PENGETAHUAN PRIMIPARA TERHADAP PERKEMBANGAN BAYI 0...
 - GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG PERAWATAN B...
 - Inisiasi Menyusui Dini
 - ASI Dapat Mencegah Infeksi pada Neonatus
 - Ingin Anak Pintar Beri ASI Eksklusif
 - Apakah Bayi Sudah Cukup Mendapatkan ASI
 - Agar ASI Lancar di Awal Masa Menyusui
 - Permasalahan Seputar Nifas
 - NIFAS
 - Infeksi Nifas
 - Masa Nifas
 - penkes cikungunya
 - Tanda-tanda Mulainya Toilet Training
 - Askep Anemia
 - Solusio Plasenta
 - Tips Supaya Tidak Digunting
 - Tanda-tanda si Kecil Lahir ke Dunia
 - Tetesan Oksitosin pada Persalinan
 - Seputar Persalinan
 - Proses Persalinan Sectio Caesar
 - Persalinan Normal
 - Persalinan dengan Teknik ILA
 - Pedoman Asuhan Persalinan Normal
 - Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
 - Sepenggal cerita tentang Perawat pejuang, Mary jan...
 - Askep Benigne Prostat Hyperplasia
 - KARSINOMA OVARIUM
 - DEMAM TIFOID
 - Partus Prematurus
 - Menyiapkan Kelahiran
 - Ketuban Pecah Dini
 - Kardiotokografi dalam Persalinan
 - Kamar Ibu Bersalin dan Rawat Gabung
 - Kala Satu Persalinan
 - Distosia bahu
 - Jika Buah Hati Lahir Lebih Dini
 - Distosia bahu
 - Jika Buah Hati Lahir Lebih Dini
 - Hamil Kembar antara Senang dan Cemas
 - Induksi Persalinan
 - Askep Osteoarthritis
 - GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG HIV-...
 - GAMBARAN PELAKSANAAN 7T PADA IBU HAMIL DI WILAYAH...
 - GAMBARAN IBU MELAKUKAN PENYAPIHAN ANAK KURANG DARI...
 - GAMBARAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KER...
 - FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEENGANAN AKSEPTOR...
 - FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA DALAM KEHAM...
 - Tips Tidur yang Sehat untuk Jantung
 - Lowongan Kerja Perawat ke Luar Negeri
 - Askep Apendisitis
 - Bekas Luka Sectio Caesarea
 - Asuhan Persalinan Normal
 - APN 58 Langkah
 - Apakah Kualitas Sperma dapat Penyebab Kemandulan
 - Kanker Alat Reproduksi Wanita
 - ASKEP DENGAN TRAUMA KEPALA
 - Macam Jenis Phobia Fobia
 - Anemia Penyebab Angka Kematian Ibu Masih Tinggi
 - ASKEP KELUARGA DENGAN GASTROENTERITIS
 - ASKEB IBU NIFAS NORMAL
 - KONSEP DASAR ATRESIA ANI
 - ASKEP KOMUNITAS KELUARGA DENGAN ARTRITIS REMATOID ...
 - ASKEP DENGAN APPENDISITIS
 - ASKEP ANAK DENGAN THYPOID
 - PENGERTIAN ETIKA
 - Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Sistem Hemato...
 - Award "FRIENDLY VISITORS" Backlink dari Blog Tips ...
 - Demam Tifoid
 - ANALISIS PERBEDAAN BERAT BADAN SEBELUM DAN SESUDAH...
 - Penyusunan Tinjauan Pustaka
 - Endarterektomi karotis
 - Arteri Karotis
 - Askep Tifoid
 - ASKEP DIABETES MELLITUS TIPE II (NIDDM) - KTI FULL
 - ASKEB PLASENTA LETAK RENDAH
 - ASKEP POST OP APENDISITIS - KTI FULL
 - ASKEB BBL KEJANG
 - ASKEB BUMIL DENGAN PRE EKLAMSI SEDANG
 - ASKEB DENGAN PERSALINAN PALSU
 - ASKEB DENGAN POSTPARTUM BLUES
 - ASKEB PATOLOGIS INSERSIA UTERI
 - DIET DAN OLAHRAGA BAGI PENDERITA DIABETES
 - Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Tanda-Tanda V...
 - ASKEB DENGAN PRESENTASI MAJEMUK
 - Endometriosis
 
 
- 02/21 - 02/28 (102)
 
- 01/03 - 01/10 (68)
 
 
- 
2009
(1652)
- 12/27 - 01/03 (36)
 
- 12/20 - 12/27 (22)
 
- 12/13 - 12/20 (100)
 
- 12/06 - 12/13 (45)
 
- 11/29 - 12/06 (24)
 
- 11/22 - 11/29 (22)
 
- 11/15 - 11/22 (19)
 
- 11/08 - 11/15 (28)
 
- 11/01 - 11/08 (11)
 
- 10/25 - 11/01 (17)
 
- 10/18 - 10/25 (38)
 
- 10/11 - 10/18 (33)
 
- 10/04 - 10/11 (15)
 
- 09/27 - 10/04 (21)
 
- 09/20 - 09/27 (7)
 
- 09/13 - 09/20 (84)
 
- 09/06 - 09/13 (35)
 
- 08/30 - 09/06 (48)
 
- 08/23 - 08/30 (118)
 
- 08/16 - 08/23 (26)
 
- 08/09 - 08/16 (34)
 
- 08/02 - 08/09 (35)
 
- 07/26 - 08/02 (31)
 
- 07/19 - 07/26 (14)
 
- 07/12 - 07/19 (16)
 
- 07/05 - 07/12 (28)
 
- 06/28 - 07/05 (26)
 
- 06/21 - 06/28 (76)
 
- 06/14 - 06/21 (26)
 
- 06/07 - 06/14 (21)
 
- 05/31 - 06/07 (43)
 
- 05/24 - 05/31 (38)
 
- 05/17 - 05/24 (26)
 
- 05/10 - 05/17 (52)
 
- 05/03 - 05/10 (15)
 
- 04/26 - 05/03 (38)
 
- 04/19 - 04/26 (32)
 
- 04/12 - 04/19 (22)
 
- 04/05 - 04/12 (20)
 
- 03/29 - 04/05 (40)
 
- 03/22 - 03/29 (43)
 
- 03/15 - 03/22 (18)
 
- 03/08 - 03/15 (14)
 
- 03/01 - 03/08 (22)
 
- 02/22 - 03/01 (12)
 
- 02/15 - 02/22 (9)
 
- 02/08 - 02/15 (11)
 
- 02/01 - 02/08 (19)
 
- 01/25 - 02/01 (37)
 
- 01/18 - 01/25 (21)
 
- 01/11 - 01/18 (33)
 
- 01/04 - 01/11 (31)
 
 
- 
2008
(700)
- 12/28 - 01/04 (13)
 
- 12/21 - 12/28 (9)
 
- 12/14 - 12/21 (57)
 
- 12/07 - 12/14 (5)
 
- 11/30 - 12/07 (18)
 
- 11/23 - 11/30 (33)
 
- 11/16 - 11/23 (31)
 
- 11/09 - 11/16 (23)
 
- 11/02 - 11/09 (18)
 
- 10/26 - 11/02 (11)
 
- 10/19 - 10/26 (15)
 
- 10/12 - 10/19 (13)
 
- 10/05 - 10/12 (25)
 
- 09/28 - 10/05 (2)
 
- 09/21 - 09/28 (14)
 
- 09/14 - 09/21 (19)
 
- 09/07 - 09/14 (43)
 
- 08/31 - 09/07 (3)
 
- 08/24 - 08/31 (33)
 
- 08/17 - 08/24 (65)
 
- 08/10 - 08/17 (4)
 
- 08/03 - 08/10 (26)
 
- 07/27 - 08/03 (6)
 
- 07/20 - 07/27 (19)
 
- 07/13 - 07/20 (18)
 
- 07/06 - 07/13 (60)
 
- 06/29 - 07/06 (53)
 
- 06/22 - 06/29 (49)
 
- 06/15 - 06/22 (11)
 
- 06/08 - 06/15 (4)
 
 
Popular Posts
- 
ASUHAN KEPERAWATAN IBU NIFAS DENGAN PERDARAHAN POST PARTUM A. PengertianPost partum / puerperium adalah masa dimana tubuh menyesuaikan, baik...
 - 
KTI KEBIDANAN HUBUNGAN USIA TERHADAP PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSUD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan wanita merupakan hal yang s...
 - 
PATHWAY ASFIKSIA NEONATORUM Klik pada gambar untuk melihat pathway Download Pathway Asfiksia Neonatorum Via Ziddu Download Askep Asfiksia N...
 - 
PROSES KEPERAWATAN KOMUNITAS Pengertian - Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan, merencana...
 - 
Pathway Hematemesis Melena Klik pada gambar untuk melihat pathway Download Pathway Hematemesis Melena Via Ziddu
 - 
Setelah beberapa minggu ini cari materi buat postingan baru, mendadak dapat inspirasi setelah rekan Anton Wijaya menulis di buku tamu Keper...
 - 
Taksiran Berat Badan Janin (TBBJ) PERBANDINGAN AKURASI TAKSIRAN BERAT BADAN JANIN MENGGUNAKAN RUMUS JOHNSON TOHSACH DENGAN MODIFIKASI RUMUS...
 - 
Konsep Dasar Diagnosa Keperawatan Aktual BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai suatu aspek yang terpenting dalam proses kepera...
 - 
Metode Kalender atau Pantang Berkala (Calendar Method Or Periodic Abstinence) Pendahuluan Metode kalender atau pantang berkala merupakan met...
 - 
Konsep Teori Transkultural dalam Keperawatan APLIKASI TEORI TRANSCULTURAL NURSING DALAM PROSES KEPERAWATAN Rahayu Iskandar, Ners, M.Kep PEND...
 
© ASUHAN KEPERAWATAN 2013 . Powered by Bootstrap , Blogger templates and RWD Testing Tool Published..Gooyaabi Templates

