Selasa, 04 Mei 2010

Belajar Profesional dari Perawat 3 B

Oleh: Wastu Adi Mulyono, S.Kp.,CWCC

Pelatihan Certified Wound Care Clinician Program di Wocare Bogor memberi oksigen lagi pada sel Perawat Profesional saya yang sudah mulai iskemi. Saya jadi memahami mengapa kita harus berbuat hal kecil tapi bermanfaat sambil menunggu perubahan paling fundamental UNDANG UNDANG KEPERAWATAN. Sungguh saya salut dengan teman teman di bagian Research and Development Wocare yang menjadi penggagas sekaligus penyelenggara CWCC Program.

Pelatihan ini memang "mahal" untuk ukuran kita perawat yang mengaku profesional tapi belum mampu menggantungkan hidup dari keperawatan sepenuhnya. Saya pun memang nekat untuk mengikuti pelatihan ini, apalagi banyak informasi simpang siur berkaitan dengan program ini. Penasaran saya semakin kuat dan tidak ada jalan lain untuk mengetahui dari asal muasal sumbernya, --ya seperti kata penelitian etnografi itulah--, saya harus mengikuti program ini dan terlibat di dalamnya, apapun yang terjadi.

Dugaan saya benar, informasi yang yang banyak beredar banyak biasnya dan tidak memperhatikan filosofi mendalam yang dicita-citakan para founder. Tujuan teman-teman yang terlibat dalam program ini sungguh mulia. Membangun profesionalisme perawat, praktik keperawatan, hubungan profesional, dan pengembangan riset dan pendidikan berkelanjutan. Langkah yang dilakukan memang menentang arus utama kebijakan keperawatan di Indonesia yang lebih membantuk struktur sistem yang kokoh, langkah yang dilakukan mereka lebih sederhana, bagaiman perawat dapat menghargai pekerjaannya dan masyarakat dapat menerima pekerjaan tersebut serta membayarnya sesuai dengan nilai jasa yang diterimanya.

CWWCC sendiri merupakan program split/pecahan dari WOCN (Wound Ostomy and Continence Nursing Program) yang hanya membutuhkan waktu 2 minggu. WOCN Program sendiri butuh waktu 3 bulan. Teman teman menyebutnya sebagai perawat 3 B (Borok, Berak dan Beser), sebuah wilayah pekerjaan yang sudah lama dihindari perawat seperti saya. Program split ini dapat dilanjutkan pada program split lainnya yaitu stoma dan continence untuk dapat sertifikasi WOCN komplit.

Belajar dari para pendiri, saya memperoleh kesadaran bahwa kita harus banyak berbuat agar perawat dirasakan "eksistensinya" (ontologi), disadari hubunganannya dalam sistem kesehatan (epistemiologi), dan diraskan manfaatnya (aksiologi), memiliki metode metode yang ketat untuk profesinya dan memiliki kode etik. Jika semua sudah nyata maka kebenaran keperawatan pasti diketahui (tujuan filsafat). Maka keperawatan profesional jadi lebih mudah untuk didefinisikan dalam undang-undang.

Saya dapat merasakan bagaimana para peserta sangat merindukan praktik mandiri keperawatan, terutama teman-teman yang tidak bernasib baik mampu meneruskan pendidikan ke Ners maupun spesialis. Sungguh hal ini mimpi yang sulit terjangkau bagi mereka. Saya jadi menyadari betapa egoisnya saya memaksa teman-teman ini sekolah sedangkan untuk membalikkan modalnya gak tahu berapa tahun sertifikat rumah akan dapat di tebus dari Bank atau rentenir lainnya.

Saya yang telah mengikuti training-training entrepreneurship dengan investasi ber jut jut itu, sempat menyesal juga mengapa tidak dari dulu saya ambil course ini, mengapa setelah mahal saya baru dapat akses untuk mengikuti pelatihan ini. Terakhir saya menyadari bahwa itu memang sebuah proses. Jika saya tidak dapat membalikkan MIND SET, dapat dipastikan pasti saya akan berpikir seperti kebanyakan orang meskipun saya mengikuti pelatihan ini.

Kata kuncinya adalah kesadaran bahwa kita adalah perawat profesional. Perawat profesional tahu kompetensinya, tanggung gugatnya, dan tahu harga dari jasa pelayanan yang diberikannya. Menghargai profesionalismenya sendiri sangat penting. Barangkali ini yang sulit untuk saya. Nilai altruisme yang tertanam dalam diri saya sangat kokoh mencengkeram nilai saya ketika sudah mulai menuntut bayaran. Apalagi klien kita adalah orang sakit yang sudah berinvestasi teramat banyak untuk membayar kesehatannya. Sungguh luar biasa membuat lambung hipersekresi.

Program ini telah menolong saya membuka kesadaran ini. Meskipun topiknya sederhana hanya Moist Dressing untuk luka, tapi membangun sistem profesionalya itu lho yang membuat saya paham. Kita harus banyak belajar dan bersatu. Membangun asosiasi yang kuat. Berbeda itu boleh saja, dan tidak perlu takut terpecah-pecah. Selama kita masih memiliki tujuan yang sama, artinya kita tidak terpecah-pecah.

Saya belajar banyak dari perawat 3 B ini. Saya akan segera bangun klinik sendiri, praktik sendiri. Semua jadi lebih mudah kalau kita mau bersama-sama belajar. Profesional itu ternyata bukan berasal dari kita, tapi bagaimana konsumen menilai kita. Jadi belajar terus, bersatu terus dalam continuing education. Mari berjuang lagi, selagi dapat oksigen baru dan tidak jadi Nekrosis, tapi langsung Granulasi dan maturasi.