Jumat, 26 November 2010

Asuhan Keperawatan Anak Dengan Kejang Demam (Febrile Convulsion)

TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Batasan/Pengertian

Batasan/pengetahuan dari karya tulis dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Anak “ A” dengan Kejang Demam meliputi :
      2.1.1 Asuhan adalah bantuan yang dilakukan bidan kepada individu, pasien atau kliennya (Santoso. NI,
               1989 : 3)
      2.1.2 Keperawatan adalah suatu pelayanan kesehatan profesional berdasarkan ilmu dan kiat
               keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial spiritual yang komprehensip yang ditujukkan
               kepada individu, keluarga dan masyarakat baik yang sakit maupun yang sehat (Santosa. NI, 1989 :
               1)
      2.1.3 Asuhan keperawatan adalah metode pemberian pelayanan keperawatan kepada pasien / klien
              (individu, keluarga, kelompok dan masyarakat) yang logis, sistematis, dinamis dan teratur (Santosa.
              NI, 1989 : 151)
      2.1.4 Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada saat suhu meningkat disebabkan oleh
              suatu proses ekstrakranium. (Darto suharso, 1994: 148).



2.2 Konsep Kejang Demam
      2.2.1 Pengertian

               Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
               tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium (Ngastiyah,
              1997:229).

      2.2.2 Etiologi

               Bangkitan kejang pada bayi dan anak disebabkan oleh kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat,
               yang disebabkan oleh infeksi diluar susunan syaraf pusat misalnya : tonsilitis ostitis media akut,
               bronchitis, dll

      2.2.3 Patofisiologi

               Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel
               dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu
               ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+)
              dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl-).
              Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang di luar
              sel neuron terdapat keadaan sebalikya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di
              luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut potensial membran dari neuron.
              Untuk menjaga keseimbangan potensial membran diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K
              ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel.
              Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh :

              2.2.3.1 Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular

              2.2.3.2 Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran listrik dari
                          sekitarnya

              2.2.3.3 Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan
                          Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal
                          10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada anak 3 tahun sirkulasi otak
                          mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15 %.
                          Oleh karena itu kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel
                          neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium
                          akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga
                          dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan bantuan
                          “neurotransmitter” dan terjadi kejang. Kejang demam yang berlangsung lama (lebih dari 15
                          menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi
                          otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh
                          metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu
                          tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya aktifitas otot dan mengakibatkan
                          metabolisme otak meningkat.



2.2.4 Prognosa
Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat prognosisnya baik dan tidak perlu menyebabkan kematian, resiko seorang anak sesudah menderita kejang demam tergantung faktor :

         2.2.4.1 Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga

         2.2.4.2 Kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum anak menderita kejang

         2.2.4.3 Kejang yang berlangsung lama atau kejang fokal

                     Bila terdapat paling sedikit 2 dari 3 faktor tersebut di atas, di kemudian hari akan mengalami
                     serangan kejang tanpa demam sekitar 13 %, dibanding bila hanya terdapat satu atau tidak sama
                     sekali faktor tersebut, serangan kejang tanpa demam 2%-3% saja (“Consensus Statement on
                     Febrile Seizures 1981”).



2.2.5 Manifestasi Klinik

Serangan kejang biasanya terjadi 24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung singkat dengan sifat bangkitan kejang dapat berbentuk tonik-klonik, tonik, klonik, fokal atau akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti anak tidak memberi reaksi apapun sejenak tapi setelah beberapa detik atau menit anak akan sadar tanpa ada kelainan saraf.

Di Subbagian Anak FKUI RSCM Jakarta, kriteria Livingstone dipakai sebagai pedoman membuat diagnosis kejang demam sederhana, yaitu :

         2.2.5.1 Umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4 tahun

         2.2.5.2 Kejang berlangsung tidak lebih dari 15 menit

         2.2.5.3 Kejang bersifat umum

         2.2.5.4 Kejang timbul dalam 16 jam pertamam setelah timbulnya demam

         2.2.5.5 Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal

        2.2.5.6 Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya satu minggu sesudah suhu normal tidak menunjukkan
                    kelainan

        2.2.5.7 Frekuensi kejang bangkitan dalam satu tahun tidak melebihi empat kali


2.2.6 Penatalaksanaan Medik

Dalam penaggulangan kejang demam ada 4 faktor yang perlu dikerjakan, yaitu :

         2.2.6.1 Pemberantasan kejang secepat mungkin

                     Pemberantasan kejang di Sub bagian Saraf Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI sebagai
                     berikut :

                     Apabila seorang anak datang dalam keadaan kejang, maka :

                         1. Segera diberikan diazepam intravenaatau rectal
                         2. Bila diazepam tidak tersedia, langsung memakai fenobarbital dengan dosis awal dan
                             selanjutnya diteruskan dengan dosis rumat.

        2.2.6.2 Pengobatan penunjang
                    Pengobatan penunjang saat serangan kejang adalah :
                       1. Semua pakaian ketat dibuka
                       2. Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung
                       3. Usahakan agar jalan napas bebasuntuk menjamin kebutuhan oksigen
                       4. Pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan oksigen

       2.2.6.3 Pengobatan rumat
                   Fenobarbital dosis maintenance : 8-10 mg/kg BB dibagi 2 dosis pada hari pertama, kedua
                  diteruskan 4-5 mg/kg BB dibagi 2 dosis pada hari berikutnya.

       2.2.6.4 Mencari dan mengobati penyebab
                   Penyebab kejang demam adalah infeksi respiratorius bagian atas dan astitis media akut.
                   Pemberian antibiotik yang adekuat untuk mengobati penyakit tersebut. Pada pasien yang
                  diketahui kejang lama pemeriksaan lebih intensif seperti fungsi lumbal, kalium, magnesium,
                  kalsium, natrium dan faal hati. Bila perlu rontgen foto tengkorak, EEG, ensefalografi, dll.




2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kejang Demam

Langkah-langkah dalam proses keperawatan ini meliputi :
      2.3.1 Pengkajian
               Pengkajian adalah pendekatan sistemik untuk mengumpulkan data dan menganalisa, sehingga dapat
               diketahui kebutuhan perawatan pasien tersebut. (Santosa. NI, 1989, 154)
               Langkah-langkah dalam pengkajian meliputi pengumpulan data, analisa dan sintesa data serta
               perumusan diagnosa keperawatan. Pengumpulan data akan menentukan kebutuhan dan masalah
               kesehatan atau keperawatan yang meliputi kebutuhan fisik, psikososial dan lingkungan pasien.
               Sumber data didapatkan dari pasien, keluarga, teman, team kesehatan lain, catatan pasien dan hasil
               pemeriksaan laboratorium. Metode pengumpulan data melalui observasi (yaitu dengan cara
               inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi), wawancara (yaitu berupa percakapan untuk memperoleh
               data yang diperlukan), catatan (berupa catatan klinik, dokumen yang baru maupun yang lama),
               literatur (mencakup semua materi, buku-buku, masalah dan surat kabar).

               Pengumpulan data pada kasus kejang demam ini meliputi :

               2.3.1.1 Data subyektif
                           1. Biodata/Identitas
                               Biodata anak mencakup nama, umur, jenis kelamin.
                               Biodata orang tua perlu dipertanyakan untuk mengetahui status sosial anak meliputi
                               nama, umur, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, alamat.

                          2. Riwayat Penyakit (Darto Suharso, 2000)
                              Riwayat penyakit yang diderita sekarang tanpa kejang ditanyakan :
                              Apakah betul ada kejang ?
                              Diharapkan ibu atau keluarga yang mengantar dianjurkan menirukan gerakan kejang si
                              anak
                              Apakah disertai demam ?
                              Dengan mengetahui ada tidaknya demam yang menyertai kejang, maka diketahui apakah
                              infeksi infeksi memegang peranan dalam terjadinya bangkitan kejang. Jarak antara
                              timbulnya kejang dengan demam..
                              Lama serangan
                              Seorang ibu yang anaknya mengalami kejang merasakan waktu berlangsung lama. Lama
                              bangkitan kejang kita dapat mengetahui kemungkinan respon terhadap prognosa dan
                              pengobatan.

                              Pola serangan
                              Perlu diusahakan agar diperoleh gambaran lengkap mengenai pola serangan apakah
                              bersifat umum, fokal, tonik, klonik ?
                              Apakah serangan berupa kontraksi sejenak tanpa hilang kesadaran seperti epilepsi
                              mioklonik ?
                              Apakah serangan berupa tonus otot hilang sejenak disertai gangguan kesadaran seperti
                              epilepsi akinetik ?
                              Apakah serangan dengan kepala dan tubuh mengadakan flexi sementara tangan naik
                              sepanjang kepala, seperti pada spasme infantile ?
                              Pada kejang demam sederhana kejang ini bersifat umum.
                              Frekuensi serangan
                              Apakah penderita mengalami kejang sebelumnya, umur berapa kejang terjadi untuk
                              pertama kali, dan berapa frekuensi kejang per tahun. Prognosa makin kurang baik apabila
                              kejang timbul pertama kali pada umur muda dan bangkitan kejang sering timbul.
                              Keadaan sebelum, selama dan sesudah serangan
                              Sebelum kejang perlu ditanyakan adakah aura atau rangsangan tertentu yang dapat
                              menimbulkan kejang, misalnya lapar, lelah, muntah, sakit kepala dan lain-lain. Dimana
                              kejang dimulai dan bagaimana menjalarnya. Sesudah kejang perlu ditanyakan apakah
                              penderita segera sadar, tertidur, kesadaran menurun, ada paralise, menangis dan
                              sebagainya ?


                              Riwayat penyakit sekarang yang menyertai
                              Apakah muntah, diare, truma kepala, gagap bicara (khususnya pada penderita epilepsi), \
                              gagal ginjal, kelainan jantung, DHF, ISPA, OMA, Morbili dan lain-lain.

                          3. Riwayat Penyakit Dahulu
                              Sebelum penderita mengalami serangan kejang ini ditanyakan apakah penderita pernah
                              mengalami kejang sebelumnya, umur berapa saat kejang terjadi untuk pertama kali ?
                              Apakah ada riwayat trauma kepala, radang selaput otak, KP, OMA dan lain-lain.

                         4. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
                             Kedaan ibu sewaktu hamil per trimester, apakah ibu pernah mengalami infeksi atau sakit
                             panas sewaktu hamil. Riwayat trauma, perdarahan per vaginam sewaktu hamil,
                             penggunaan obat-obatan maupun jamu selama hamil. Riwayat persalinan ditanyakan
                             apakah sukar, spontan atau dengan tindakan ( forcep/vakum ), perdarahan ante partum,
                             asfiksi dan lain-lain. Keadaan selama neonatal apakah bayi panas, diare, muntah, tidak
                             mau menetek, dan kejang-kejang.

                        5. Riwayat Imunisasi
                            Jenis imunisasi yang sudah didapatkan dan yang belum ditanyakan serta umur mendapatkan
                            imunisasi dan reaksi dari imunisasi. Pada umumnya setelah mendapat imunisasi DPT efek
                            sampingnya adalah panas yang dapat menimbulkan kejang.

                       6. Riwayat Perkembangan
                           Ditanyakan kemampuan perkembangan meliputi :
                           Personal sosial (kepribadian/tingkah laku sosial) : berhubungan dengan kemampuan mandiri,
                           bersosialisasi, dan berinteraksi dengan lingkungannya.
                           Gerakan motorik halus : berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu,
                           melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan
                           otot-otot kecil dan memerlukan koordinasi yang cermat, misalnya menggambar, memegang
                           suatu benda, dan lain-lain.

                          Gerakan motorik kasar : berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
                           Bahasa : kemampuan memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara
                           spontan.

                      7. Riwayat kesehatan keluarga.
                          Adakah anggota keluarga yang menderita kejang (+ 25 % penderita kejang demam
                          mempunyai faktor turunan). Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit syaraf atau
                          lainnya ? Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ISPA, diare atau
                          penyakit infeksi menular yang dapat mencetuskan terjadinya kejang demam.

                     8. Riwayat sosial
                         Untuk mengetahui perilaku anak dan keadaan emosionalnya perlu dikaji siapakah yanh
                         mengasuh anak ?

                         Bagaimana hubungan dengan anggota keluarga dan teman sebayanya ?

                    9. Pola kebiasaan dan fungsi kesehatan
                        Ditanyakan keadaan sebelum dan selama sakit bagaimana ?
                        Pola kebiasaan dan fungsi ini meliputi :
                        Pola persepsi dan tatalaksanaan hidup sehat
                        Gaya hidup yang berkaitan dengan kesehatan, pengetahuan tentang kesehatan, pencegahan
                        dan kepatuhan pada setiap perawatan dan tindakan medis ?

                        Bagaimana pandangan terhadap penyakit yang diderita, pelayanan kesehatan yang diberikan,
                        tindakan apabila ada anggota keluarga yang sakit, penggunaan obat-obatan pertolongan
                        pertama.

                        Pola nutrisi
                        Untuk mengetahui asupan kebutuhan gizi anak. Ditanyakan bagaimana kualitas dan kuantitas
                        dari makanan yang dikonsumsi oleh anak ?

                        Makanan apa saja yang disukai dan yang tidak ? Bagaimana selera makan anak ? Berapa kali
                        minum, jenis dan jumlahnya per hari ?
                        Pola Eliminasi :
                        BAK : ditanyakan frekuensinya, jumlahnya, secara makroskopis ditanyakan bagaimana
                        warna, bau, dan apakah terdapat darah ? Serta ditanyakan apakah disertai nyeri saat anak
                        kencing.

                        BAB : ditanyakan kapan waktu BAB, teratur atau tidak ? Bagaimana konsistensinya
                        lunak,keras,cair atau berlendir ?
                        Pola aktivitas dan latihan
                        Apakah anak senang bermain sendiri atau dengan teman sebayanya ? Berkumpul dengan
                        keluarga sehari berapa jam ? Aktivitas apa yang disukai ?
                        Pola tidur/istirahat
                        Berapa jam sehari tidur ? Berangkat tidur jam berapa ? Bangun tidur jam berapa ? Kebiasaan
                        sebelum tidur, bagaimana dengan tidur siang ?



              2.3.1.2 Data Obyektif
                          1. Pemeriksaan Umum (Corry S, 2000 hal : 36)
                              Pertama kali perhatikan keadaan umum vital : tingkat kesadaran, tekanan darah, nadi,
                              respirasi dan suhu. Pada kejang demam sederhana akan didapatkan suhu tinggi
                              sedangkan kesadaran setelah kejang akan kembali normal seperti sebelum kejang tanpa
                              kelainan neurologi.

                          2. Pemeriksaan Fisik
                              Kepala
                              Adakah tanda-tanda mikro atau makrosepali? Adakah dispersi bentuk kepala? Apakah
                              tanda-tanda kenaikan tekanan intrakarnial, yaitu ubun-ubun besar cembung, bagaimana
                              keadaan ubun-ubun besar menutup atau belum ?.
                              Rambut
                              Dimulai warna, kelebatan, distribusi serta karakteristik lain rambut. Pasien dengan
                              malnutrisi energi protein mempunyai rambut yang jarang, kemerahan seperti rambut
                              jagung dan mudah dicabut tanpa menyebabkan rasa sakit pada pasien.
                              Muka/ Wajah.
                              Paralisis fasialis menyebabkan asimetri wajah; sisi yang paresis tertinggal bila anak
                              menangis atau tertawa, sehingga wajah tertarik ke sisi sehat. Adakah tanda rhisus
                              sardonicus, opistotonus, trimus ? Apakah ada gangguan nervus cranial ?
                              Mata
                              Saat serangan kejang terjadi dilatasi pupil, untuk itu periksa pupil dan ketajaman
                              penglihatan. Apakah keadaan sklera, konjungtiva ?
                              Telinga
                              Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-tanda adanya infeksi seperti
                              pembengkakan dan nyeri di daerah belakang telinga, keluar cairan dari telinga,
                              berkurangnya pendengaran.
                              Hidung
                              Apakah ada pernapasan cuping hidung? Polip yang menyumbat jalan napas ? Apakah
                              keluar sekret, bagaimana konsistensinya, jumlahnya ?
                              Mulut
                              Adakah tanda-tanda sardonicus? Adakah cynosis? Bagaimana keadaan lidah? Adakah
                              stomatitis? Berapa jumlah gigi yang tumbuh? Apakah ada caries gigi ?
                              Tenggorokan
                              Adakah tanda-tanda peradangan tonsil ? Adakah tanda-tanda infeksi faring, cairan
                              eksudat ?
                              Leher
                              Adakah tanda-tanda kaku kuduk, pembesaran kelenjar tiroid ? Adakah pembesaran
                              vena jugulans ?
                              Thorax
                              Pada infeksi, amati bentuk dada klien, bagaimana gerak pernapasan, frekwensinya, irama,
                              kedalaman, adakah retraksi Intercostale ?
                              Pada auskultasi, adakah suara napas tambahan ?
                              Jantung
                              Bagaimana keadaan dan frekwensi jantung serta iramanya ? Adakah bunyi tambahan ?
                             Adakah bradicardi atau tachycardia ?
                             Abdomen
                             Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada abdomen ? Bagaimana turgor kulit
                             dan peristaltik usus ? Adakah tanda meteorismus? Adakah pembesaran lien dan hepar ?
                             Kulit
                             Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya? Apakah terdapat oedema,
                             hemangioma ? Bagaimana keadaan turgor kulit ?
                             Ekstremitas
                             Apakah terdapat oedema, atau paralise terutama setelah terjadi kejang? Bagaimana
                             suhunya pada daerah akral ?
                             Genetalia
                             Adakah kelainan bentuk oedema, sekret yang keluar dari vagina, tanda-tanda infeksi ?



               2.3.1.3 Pemeriksaan Penunjang
                            Tergantung sarana yang tersedia dimana pasien dirawat, pemeriksaannya meliputi :
                                1. Darah
                                    Glukosa Darah : Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang (N < 200 mq/dl)
                                    BUN : Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan indikasi nepro
                                    toksik akibat dari pemberian obat.
                                    Elektrolit : K, Na
                                    Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang
                                    Kalium ( N 3,80 – 5,00 meq/dl )
                                    Natrium ( N 135 – 144 meq/dl )
                               2. Cairan Cerebo Spinal : Mendeteksi tekanan abnormal dari CCS tanda infeksi,
                                   pendarahan penyebab kejang.
                               3. Skull Ray : Untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang dan adanya lesi
                               4. Tansiluminasi : Suatu cara yang dikerjakan pada bayi dengan UUB masih terbuka (di
                                    bawah 2 tahun) di kamar gelap dengan lampu khusus untuk transiluminasi kepala.
                               5. EEG : Teknik untuk menekan aktivitas listrik otak melalui tengkorak yang utuh untuk
                                   mengetahui fokus aktivitas kejang, hasil biasanya normal.
                                   6. CT Scan : Untuk mengidentifikasi lesi cerebral infaik hematoma, cerebral oedem,
                                   trauma, abses, tumor dengan atau tanpa kontras.


      2.3.2 Analisa dan Sintesa Data
               Analisa data merupakan proses intelektual yang meliputi kegiatan mentabulasi, menyeleksi,
               mengelompokkan, mengaitkan data, menentukan kesenjangan informasi, melihat pola data,
               membandingakan dengan standar, menginterpretasi dan akhirnya membuat kesimpulan. Hasil analisa
              data adalah pernyataan masalah keperawatan atau yang disebut diagnosa keperawatan.



      2.3.3 Diagnosa Keperawatan
               Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas, singkat, dan pasti tentang masalah pasien/klien
               serta penyebabnya yang dapat dipecahkan atau diubah melalui tindakan keperawatan.
               Diagnosa keperawatan yang muncul adalah :
               2.3.3.1 Potensial terjadinya kejang ulang berhubungan dengan hiperthermi.
               2.3.3.2 Potensial terjadinya trauma fisik berhubungan dengan kurangnya koordinasi otot
               2.3.3.3 Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hiperthermi yang ditandai :
                            1. Suhu meningkat
                            2. Anak tampak rewel
               2.3.3.4 Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan keterbatasan informasi yang
                           ditandai: keluarga sering bertanya tentang penyakit anaknya.
    
      2.3.4 Perencanaan
               Perencanaan merupakan keputusan awal tentang apa yang akan dilakukan, bagaimana, kapan itu
               dilakukan, dan siapa yang akan melakukan kegiatan tersebut. Rencana keperawatan yang
               memberikan arah pada kegiatan keperawatan. (Santosa. NI, 1989;160)

               2.3.4.1 Diagnosa Keperawatan : potensial terjadi kejang ulang berhubungan dengan hipertermi
                           Tujuan : Klien tidak mengalami kejang selama berhubungan dengan hiperthermi
                           Kriteria hasil :
                           1. Tidak terjadi serangan kejang ulang.
                           2. Suhu 36,5 – 37,5 º C (bayi), 36 – 37,5 º C (anak)
                           3. Nadi 110 – 120 x/menit (bayi)
                               100-110 x/menit (anak)
                           4. Respirasi 30 – 40 x/menit (bayi)
                                24 – 28 x/menit (anak)
                           5. Kesadaran composmentis
                           Rencana Tindakan :
                           1. Longgarkan pakaian, berikan pakaian tipis yang mudah menyerap keringat.
                               Rasional : proses konveksi akan terhalang oleh pakaian yang ketat dan tidak menyerap
                                keringat.
                           2. Berikan kompres dingin
                               Rasional : perpindahan panas secara konduksi
                           3. Berikan ekstra cairan (susu, sari buah, dll)
                               Rasional : saat demam kebutuhan akan cairan tubuh meningkat.
                           4. Observasi kejang dan tanda vital tiap 4 jam
                                Rasional : Pemantauan yang teratur menentukan tindakan yang akan dilakukan.
                           5. Batasi aktivitas selama anak panas
                               Rasional : aktivitas dapat meningkatkan metabolisme dan meningkatkan panas.
                           6. Berikan anti piretika dan pengobatan sesuai advis.
                               Rasional : Menurunkan panas pada pusat hipotalamus dan sebagai propilaksis


                2.3.4.2 Diagnosa Keperawatan : potensial terjadi trauma fisik berhubungan dengan kurangnya
                            koordinasi otot
                            Tujuan : Tidak terjadi trauma fisik selama perawatan.
                            Kriteria Hasil :
                            1. Tidak terjadi trauma fisik selama perawatan.
                            2. Mempertahankan tindakan yang mengontrol aktivitas kejang.
                            3. Mengidentifikasi tindakan yang harus diberikan ketika terjadi kejang.
                            Rencana Tindakan :
                            1. Beri pengaman pada sisi tempat tidur dan penggunaan tempat tidur yang rendah.
                                Rasional : meminimalkan injuri saat kejang
                            2. Tinggalah bersama klien selama fase kejang..
                                 Rasional : meningkatkan keamanan klien.
                            3. Berikan tongue spatel diantara gigi atas dan bawah.
                                Rasional : menurunkan resiko trauma pada mulut.
                            4. Letakkan klien di tempat yang lembut.
                                 Rasional : membantu menurunkan resiko injuri fisik pada ekstimitas ketika kontrol otot
                                 volunter berkurang.
                            5. Catat tipe kejang (lokasi,lama) dan frekuensi kejang.
                                 Rasional : membantu menurunkan lokasi area cerebral yang terganggu.
                            6. Catat tanda-tanda vital sesudah fase kejang
                                 Rasional : mendeteksi secara dini keadaan yang abnormal

                 2.3.4.3 Diagnosa Keperawatan / Masalah : Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan
                             hiperthermi.
                             Tujuan : Rasa nyaman terpenuhi
                             Kriteria hasil : Suhu tubuh 36 – 37,5º C, N ; 100 – 110 x/menit,
                             RR : 24 – 28 x/menit, Kesadaran composmentis, anak tidak rewel.
                             Rencana Tindakan :
                              1. Kaji faktor – faktor terjadinya hiperthermi.
                                  Rasional : mengetahui penyebab terjadinya hiperthermi karena penambahan
                                  pakaian/selimut dapat menghambat penurunan suhu tubuh.
                              2. Observasi tanda – tanda vital tiap 4 jam sekali
                                   Rasional : Pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan perkembangan
                                   keperawatan yang selanjutnya.
                              3. Pertahankan suhu tubuh normal
                                   Rasional : suhu tubuh dapat dipengaruhi oleh tingkat aktivitas, suhu lingkungan,
                                   kelembaban tinggiakan mempengaruhi panas atau dinginnya tubuh.
                              4. Ajarkan pada keluarga memberikan kompres dingin pada kepala / ketiak .
                                  Rasional : proses konduksi/perpindahan panas dengan suatu bahan perantara.
                              5. Anjurkan untuk menggunakan baju tipis dan terbuat dari kain katun
                                  Rasional : proses hilangnya panas akan terhalangi oleh pakaian tebal dan tidak dapat
                                  menyerap keringat.
                              6. Atur sirkulasi udara ruangan.
                                  Rasional : Penyediaan udara bersih.
                              7. Beri ekstra cairan dengan menganjurkan pasien banyak minum
                                  Rasional : Kebutuhan cairan meningkat karena penguapan tubuh meningkat.
                              8. Batasi aktivitas fisik
                                  Rasional : aktivitas meningkatkan metabolismedan meningkatkan panas.

                2.3.4.4 Diagnosa Keperawatan / Masalah : Kurangnya pengetahuan keluarga sehubungan
                           keterbataaan informasi
                           Tujuan : Pengetahuan keluarga bertambah tentang penyakit anaknya.
                           Kriteria hasil :

                          1. Keluarga tidak sering bertanya tentang penyakit anaknya.
                          2. Keluarga mampu diikutsertakan dalam proses keperawatan.
                          3. keluarga mentaati setiap proses keperawatan.
                          Rencana Tindakan :
                          1. Kaji tingkat pengetahuan keluarga
                              Rasional : Mengetahui sejauh mana pengetahuan yang dimiliki keluarga dan kebenaran
                              informasi yang didapat.
                          2. Beri penjelasan kepada keluarga sebab dan akibat kejang demam
                              Rasional : penjelasan tentang kondisi yang dialami dapat membantu menambah wawasan
                              keluarga
                          3. Jelaskan setiap tindakan perawatan yang akan dilakukan.
                              Rasional : agar keluarga mengetahui tujuan setiap tindakan perawatan
                          4. Berikan Health Education tentang cara menolong anak kejang dan mencegah kejang
                              demam, antara lain :
                               1. Jangan panik saat kejang
                               2. Baringkan anak ditempat rata dan lembut.
                               3. Kepala dimiringkan.
                               4. Pasang gagang sendok yang telah dibungkus kain yang basah, lalu dimasukkan ke
                                   mulut.
                              5. Setelah kejang berhenti dan pasien sadar segera minumkan obat tunggu sampai
                                  keadaan tenang.
                              6. Jika suhu tinggi saat kejang lakukan kompres dingin dan beri banyak minum                               7. Segera bawa ke rumah sakit bila kejang lama.
                                  Rasional : sebagai upaya alih informasi dan mendidik keluarga agar mandiri dalam
                                  mengatasi masalah kesehatan.
                          5. Berikan Health Education agar selalu sedia obat penurun panas, bila anak panas.
                              Rasional : mencegah peningkatan suhu lebih tinggi dan serangan kejang ulang.
                          6. Jika anak sembuh, jaga agar anak tidak terkena penyakit infeksi dengan menghindari
                              orang atau teman yang menderita penyakit menular sehingga tidak mencetuskan kenaikan
                              suhu.
                              Rasional : sebagai upaya preventif serangan ulang
                          7. Beritahukan keluarga jika anak akan mendapatkan imunisasi agar memberitahukan
                              kepada petugas imunisasi bahwa anaknya pernah menderita kejang demam.
                              Rasional : imunisasi pertusis memberikan reaksi panas yang dapat menyebabkan kejang
                              demam


      2.3.5 Pelaksanaan
               Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah
               ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama
               melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien ( Santosa. NI,
               1989;162 )

     2.3.6 Evaluasi
              Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subyektif dan obyektif
              yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan keperawatan sudah dicapai atau belum. Bila perlu
              langkah evaluasi ini merupakan langkah awal dari identifikasi dan analisa masalah selanjutnya (
              Santosa.NI, 1989;162).


              Tabel 2.2 Evaluasi Pada Kasus Kejang Demam
              NO.
              Diagnosa/Masalah
              Evaluasi

              1. Potensial kejang berulang berhu-bungan dengan hiperthermi.
              2. Potensial terjadi trauma fisik berhubungan kurangnya koordina-si otot.
              3. Gangguan rasa nyaman berhu-bungan dengan hiperthermi.
              4. Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan keterbatasan informasi.

                  1a. Klien tidak mengalami kejang selama 2x24 jam.
                    b. Kriteria :
                        - Tidak terjadi serangan ulang
                        - Suhu : 36 – 37,5 º C
                        - N : 100 – 110 kali/menit
                        - Kesadaran : composmentis

                  2a. Tidak terjadi trauma fisik selama perawatan.
                    b. Kriteria :
                        - Tidak terjadi traumas fisik selama kejang.
                        - Mempertahankan tindakan yang mengontrol aktivitas kejang.
                        - Mengidentifikasi tindakan yang harus diberikan ketika terjadi kejang.
                
                 3a. Rasa nyaman terpenuhi
                   b. Kriteria :
                       - Tanda vital :
                          Suhu : 36 – 37,5ºC
                          N : 100 – 110 kali/ menit
                          RR : 24 – 28 kali/menit
                       - Kesadaran : composmentis
                       - Anak tidak rewel
                   
                  4a. Pengetahuan keluarga bertambah tentang penyakit anaknya.
                    b. Kriteria :
                        - Keluarga tidak sering bertanya tentang penyakit anaknya.                         - Keluarga mampu diikutserta-kan dalam proses perawatan.
                        - Keluarga mentaati setiap proses perawatan.




DAFTAR PUSTAKA


Lumbantobing SM, 1989, Penatalaksanaan Mutakhir Kejang Pada Anak, Gaya Baru, Jakarta.


Lynda Juall C, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, Penerjemah Monica Ester, EGC, Jakarta.


Marilyn E. Doenges, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, Penerjemah Kariasa I Made, EGC, Jakarta.


Matondang, Corry S, 2000, Diagnosis Fisis Pada Anak, Edisi ke 2, PT. Sagung Seto: Jakarta.


Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.


Rendle John, 1994, Ikhtisar Penyakit Anak, Edisi ke 6, Binapura Aksara, Jakarta.


Santosa NI, 1989, Perawatan I (Dasar-Dasar Keperawatan), Depkes RI, Jakarta.


Santosa NI, 1993, Asuhan Kesehatan Dalam Konteks Keluarga, Depkes RI, Jakarta.


Soetjiningsih, 1995, Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta.



Suharso Darto, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi, F.K. Universitas Airlangga, Surabaya.


Sumijati M.E, dkk, 2000, Asuhan Keperawatan Pada Kasus Penyakit Yang Lazim Terjadi Pada Anak, PERKANI : Surabaya.



Wahidiyat Iskandar, 1985, Ilmu Kesehatan Anak, Edisi 2, Info Medika, Jakarta.