I. KONSEP TEORI
A. DEFINISI
Katarak adalah setiap kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein lensa atau akibat kedua – duanya.
B. ETIOLOGI
Penyebabnya bermacam – macam, umumnya adalah usia lanjut (senil), tapi dapat terjadi secara konginetal akibat infeksi virus dimasa pertumbuhan janin, genetik dan gangguan perkembangan. Kelainan sistemik atau metabolik seperti Diabetes Mellitus, galaktosemi dan distrofimiotonik.
Rokok dan konsumsi alkohol meningkatkan resiko katarak.
C. PATOFISIOLOGI
- Lensa mata yang terdiri dari 65% air, 40% protein dan 1% trace mineral (lipide, ion anorganik, karbohidrat) dan lain – lain.
- Kekuatan menyebabkan lensa kehilangan air, ukuran dan destitasnya meningkat.
- Meningkatnya densitas disebabkan oleh kompresi sentral pada syaraf yang menua.
- Katarak terbentuk jika :
1. Masukan O2 menurun
2. Penurunan jumlah air
3. Peningkatan kalsium
D. MANIFESTASI KLINIK
a. Fase awal
1. Penglihatan kabur
2. Penurunan persepsi warna seperti abu – abu
3. Mengeluh bercak hitam dilapang pandang yang ikut bergerak jika mata digerakkan
4. Membeca lebih enak tidak memakai kaca mata.
b. Fase lanjut
1. Diplopia
2. Penurunan ketajaman mata.
3. Penurunan red reflek (opthalmoskop)
4. Pupil seperti susu (putih)
5. Kadang – kadang ada halo
6. Penglihatan memburuk pada siang hari atau cahaya terang atau silau (terutama jika lensa keruh bagian sentral).
II. ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Riwayat keperawatan
Usia : lebih sering terjadi pada usia lanjut.
2. Keluhan utama
Penglihatan kabur, membaca lebih enak tidak menggunakan kaca mata.
3. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya mempunyai / ada riwayat trauma.
4. Riwayat psikososial
Kabur dapat mengganggu aktivitas membaca, berjalan, berkendaraan, cemas dan takut sehubungan dengan keadaannya.
5. Pemeriksaan diagnostik
a. Visus
Mengalami penurunan ketajaman visus.
b. Tonometri
Mengalami penurunan belum diperiksa dengan tonometri.
c. Opthalmoskopi
Mengalami penurunan red reflek.
d. Pupil
Putih seperti susu dan kadang – kadang terdapat halo.
e. Lensa mata
Mengalami kekeruhan.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan sensori / persepsi penglihatan b/d kekeruhan lensa.
2. Potensial injury b/d penurunan penglihatan.
3. Kurangnya pengetahuan tentang perawatan katarak b/d kurangnya informasi mengenai penyakit.
Diagnosa perawatan pasca bedah.
4. Takut / cemas b/d penurunan penglihatan.
5. potensial terjadi perlukaan (injury) b/d peningkatan TIO.
6. Potensial infeksi b/d prosedur invasive.
C. INTERVENSI
1. DX 1
Perubahan sensori / persepsi b/d kekeruhan lensa
Tujuan :
Klien kemampuan yang lebih baik untuk proses rangsangan penglihatan.
Kriteria hasil :
1. Mengidentifikasi faktor à yang mempengaruhi fungsi okuler.
2. Mengidentifikasi faktor à alternatif sumber rangsangan penglihatan.
Intervensi :
1. Kaji dan catat ketajaman penglihatan pasien.
R/ : Menetukan kemampuan visual klien.
2. Kaji desskripsi fungsional apa yang dapat dilihat atau tidak.
R/ : Memberikan keakuratan terhadap pengluhatan dan perawatannya.
3. Sesuaikan lingkungan dengan kemampuan visual klien.
a. Orientasikan klien terhadap lingkungan.
R/ : Menyediakan aktivitas yang mandiri dan aman.
b. Letakkan alat – alat yang sering digunakan dalam jangkauan penglihatan klien.
R/ : Meningkatkan kemandirian.
c. Berikan pencahayaan yang cukup.
R/ : Meningkatkan kemandirian dan keamanan.
d. Letakkan alat – alat ditempat yang menetap.
R/ : Membantu ingatan klien dalam melihat obyek.
e. Hindari pemakaian cahaya yang menyilaukan.
R/ : Membantu membaca.
4. Kaji jumlah dan tipe rangsangan yang dapat diterima klien.
R/ : Meningkatkan rangsangan pada waktu kemampuan penglihatan menurun.
2. DX 3
Kurangnya pengetahuan tentang perawatan katarak b/d kurangnya informasi mengenai penyakit.
Tujuan :
Klien dapat mengetahui tentang penyakit katarak, prognosis dan pengobatannya.
Kriteria hasil :
1. Menyatakan pemahaman kondisi / proses penyakit dan pengobatannya.
2. Mengetahui perawatan yang harus dilakukan.
Intervensi :
1. Tekankan pentingnya evaluasi perawatan rutin.
R/ : Pengawasan periodik menurunkan resiko komplikasi serius.
2. Informasikan pasien untuk menghindari tetes mata yang dijual bebas.
R/ : Dapat bereaksi silang dengan obat yang diberikan.
3. Anjurkan pasien untuk menghindari membaca pada cahaya redup.
R/ : Aktivitas yang menyebabkan mata lelah dapat mencetuskan kemungkinan perdarahan.
4. Beri tahu pasien bahwa katarak harus dioperasi sebagai jalan pengobatan.
R/ : Berguna untuk mengatasi rasa cemas pasien serta menjawab pertanyaan pasien tentang pengobatan.
3. DX 5
Potensial terjadi perlukaan (injury) b/d peningkatan TIO.
Tujuan :
Tidak terjadi tanda – tanda yang menyebabkan perlukaan.
Kriteria hasil :
1. Klien dapat memahami tentang faktor yang menyebabkan perlukaan.
2. Klien tidak menekan mata.
3. Klien dapat melindungi matanya atau tidak terjatuh.
Intervensi :
1. Diskusikan pasca operasi tentang rasa sakit, pembatasan aktivitas dan pembalut mata.
R/ : Berguna untuk mengatasi rasa takut, meningkatkan kerja sama dengan pembatasan yang diperlukan.
2. Menghindari batuk yang keras.
R/ : Batuk dapat meningkatkan IOP.
3. Amati luka yang menonjol, bilik mata depan dan bentuk pupil.
R/ : Mengetahui komplikasi secara dini.
4. Amati adanya hipema dengan senter.
R/ : Mendeteksi secara dini peningkatan TIO.
4. DX 6
Potensial infeksi b/d prosedur invasive.
Tujuan :
Tidak ada tanda – tanda infeksi.
Kriteria hasil :
1. Mencapai kesembuhan luka tepat pada waktunya, bebas dari PUS, kemerahan dan panas.
2. Klien mengenali cara mencegah, mengurangi resiko infeksi.
Intervensi :
1. Diskusikan dengan pasien / staff pentingnya cuci tangan sebelum merawat luka operasi.
R/ : Menghilangkan sejumlah bakteri ditangan, mencegah kontaminasi.
2. Peragakan teknik yang benar dalam membersihkan mata.
R/ : Teknik aseptic mengurangi resiko penyebaran bakteri dan kontaminasi silang.
3. Tekankan pentingnya untuk tidak mengucek mata yang telah dioperasi.
R/ : Mencegah kontaminasi dan perusakan luka operasi.
4. Amati tanda – tanda infeksi seperti : mata merah, bengkak, keluar sekret.
R/ : Infeksi mata berkembang setelah 2 – 3 hari setelah prosedur operasi dan butuh penaganan yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia, 1997
Mansjoer Arif. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I. Jakarta : Media Aeusculapius, 1999
Dongoes E. Marlyn. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC, 1999