Sensasi Rempah Bikin Makanan Indonesia Mendunia             
KOMPAS.com  - Sebagian besar orang masih menganggap makanan sekadar sebagai sarana  menghindari rasa lapar. Hanya lima persen saja yang memanfaatkan makanan  untuk tujuan kesehatan, gaya hidup, dan ekspresi budaya. Padahal, di  balik sebuah makanan yang tersaji di meja, ada sejarah panjang dan  proses yang tak mudah hingga makanan bisa tersaji dan dinikmati dengan  lezat.
Masakan Indonesia memiliki citarasa yang begitu kuat karena  didukung oleh rempah-rempah yang melimpah. Sebenarnya rempah asli  Indonesia tak banyak jumlahnya. Banyak dari rempah yang ada di negara  kita dibawa oleh oleh penjajah, yang kemudian ditanam di Indonesia,  demikian menurut sejarawan dan budayawan JJ Rizal. Suburnya tanah di  Indonesia menyebabkan bangsa pendatang ini membangun pertanian di negara  kita.
Chef Ragil Imam Wibowo mengatakan, rempah-rempah khas  Indonesia antara lain pala, cengkeh, dan lada. Ada pula cabai madura dan  andaliman (sejenis cabai) dari Sumatera yang hanya tumbuh di Indonesia.  Semua rempah ini mampu memberi rasa yang berbeda untuk masakan  Indonesia.
"Pala sangat berguna memberi rasa yang kuat pada semur  dan sop buntut, namun kadarnya sedikit saja, jangan banyak-banyak.  Rempah-rempah Indonesia harus dimasak dengan komposisi yang tepat agar  rasanya menjadi lengkap. Misalnya rendang. Rendang yang baik justru yang  tidak terlalu pedas, tapi yang semua bumbunya pas, sehingga semua  terasa di lidah. Hal seperti ini yang sangat diperhatikan masyarakat  Indonesia dalam memasak," ungkap Ragil, saat acara "Obrolan Langsat" di  jalan Langsat no 3A, Jakarta Selatan, Kamis (29/9/2011) lalu.
Ragil  juga meyakini bahwa citarasa masakan Indonesia lebih menonjol karena  rempah-rempah lebih tumbuh subur di Indonesia, ditambah lagi dengan cara  memasak di Indonesia yang lebih teliti dan seimbang. Contohnya rendang.  Di India, rendang hanya dimasak basah, sedangkan di Indonesia ada  rendang kering yang bisa tahan hingga satu-dua bulan tanpa dimasukkan ke  dalam lemari es.
"Dulu orang Indonesia memasak pakai api unggun  selama lebih kurang 18 jam. Untuk masa modern saat ini, kita juga bisa  memasak selama itu. Asal komposisi bumbunya tepat dan cara mengolah  dagingnya tepat, rendang bisa bertahan dua bulan," jelasnya lagi.
Ragil  menambahkan bahwa budaya makan di Indonesia merupakan esensi dari  kebersamaan, kekeluargaan, dan gotong royong. Hampir semua wilayah di  Indonesia memiliki tradisi makan bersama, dimana makanan dikelilingi  oleh banyak orang. Atau, makanan disajikan memanjang seperti kereta api  dimana orang-orang berada di sisi kanan dan kiri makanan.
Pada masa penjajahan sekitar tahun 1880-an, mulai diperkenalkan sistem rijsttafel  untuk melayani para penguasa. Sistem makan bersama ini menyajikan  kemewahan makanan nusantara dengan sekitar 40-60 jenis hidangan, dan  dilayani oleh putri-putri lokal sesuai jumlah makanan yang disiapkan.
Lima  tahun terakhir, menurut Ragil, Indonesia juga sudah mulai mengadaptasi  cara penyajian dengan standar internasional untuk berbagai hidangan  khasnya. "Hal ini jika dilanjutkan akan bisa membawa masakan Indonesia  untuk go international," ungkapnya.
Menurutnya, masakan  Indonesia masa kini yang bisa bersaing di luar negeri adalah yang  berasal dari Padang, Manado, dan Bali. "Ketiga masakan itu memiliki rasa  yang sangat kuat, sehingga bisa bersaing di luar. Hanya saja, ketika  akan diperkenalkan di luar negeri, kita harus tahu dulu standar bumbu di  negara tersebut, sehingga bumbu yang harus dikurangi ya harus  dikurangi, namun tetap mempertahankan komposisi asli yang kita miliki,"  tutupnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan Lupa Tulis Komentarnya Gan: