• home

ASUHAN KEPERAWATAN

  • HOME
  • DOWNLOAD ASUHAN KEPERAWATAN
  • Cara Mendapatkan Password
Tampilkan postingan dengan label AIDS. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label AIDS. Tampilkan semua postingan

Selasa, 10 Agustus 2010

Profilaksis Pascapajanan (PPP)

di 11.59 Label: AIDS , Materi
Apa Profilaksis Pascapajanan Itu?
Profilaksis berarti pencegahan infeksi dengan obat. Pajanan adalah peristiwa yang menimbulkan risiko penularan. Jadi profilaksis pascapajanan (atau PPP) berarti penggunaan obat untuk mencegah infeksi setelah terjadi peristiwa yang berisiko. Terkait dengan PPP, ada tiga macam pajanan itu: 
  1. Pajanan di tempat kerja. Pajanan ini biasa terjadi dalam sarana medis, dan berasal jika darah, air mani, cairan vagina atau ASI dari seorang yang terinfeksi HIV masuk ke aliran darah orang lain, dalam hal ini biasanya petugas perawatan kesehatan. Peristiwa yang termaksud biasanya kecelakaan akibat tertusuk jarum suntik bekas pakai secara tidak sengaja pada petugas. Pajanan juga dapat terjadi dengan pisau bedah, atau jika darah atau cairan lain pasien kena luka terbuka, atau mulut, hidung atau mata petugas atau orang lain.
  2. Pajanan akibat hubungan seks berisiko, misalnya bila kondom pecah atau lepas saat seorang Odha berhubungan seks dengan pasangan HIV-negatif.
  3. Pajanan akibat perkosaan. Pemerkosa hampir pasti tidak memakai kondom. Tambahannya, jika hubungan seks terjadi secara paksa, yang sering disertai kekerasan, risikonya lebih tinggi.
Risiko Penularan Akibat Pajanan di Tempat Kerja 
Kemungkinan terjadinya penularan akibat tertusuk jarum suntik adalah rendah:
rata-rata 0,3%. Kurang lebih satu dari 300 kasus akan menghasilkan infeksi HIV pada petugas kesehatan. Risiko lebih tinggi jika: 
  • tusukan dalam; 
  • darah dapat terlihat pada alat yang menyebabkan luka; 
  • jarum atau alat sebelumnya ditempatkan pada pembuluh darah pasien; atau 
  • pasien sumber mempunyai viral load HIV yang tinggi.
Apa yang Harus Dilakukan Setelah Pajanan? 
Jangan panik! Namun segera lakukan tindakan. 
  • Luka tusuk: bilas dengan air mengalir dan sabun atau antiseptik. Jangan dihisap dengan mulut, dan jangan ditekan karena ini tidak berguna. Disinfeksi luka dan daerah sekitar kulit dengan betadine selama lima menit atau alkohol selama tiga menit. 
  • Pajanan mulut: ludahkan dan berkumur. 
  • Pajanan hidung: hembuskan keluar dan bersihkan dengan air. 
  • Pajanan mata: bilas selama beberapa menit dengan air bersih. 
  • Hubungan seks: jangan bilas vagina. Setelah dibersihkan, laporkan pajanan agar dapat segera diselidiki.

Kapan PPP Diusulkan? 
Keputusan harus diambil apakah PPP akan dimulai, berdasarkan hasil penyelidikan. Keadaan yang dianggap cukup berat untuk mulai PPP termasuk: 
  • pajanan pada banyak darah; 
  • darah bersentuh pada luka yang terbuka; 
  • darah dapat terlihat pada jarum yang menusuk; atau pajanan pada darah, air mani atau cairan vagina seseorang dengan viral load yang tinggi.
Bagaimana PPP Dipakai?
PPP dilakukan dengan penggunaan obat antiretroviral (ARV). Dahulu, hanya satu jenis obat, AZT, dipakai. Penelitian menunjukkan penurunan 79% pada risiko tertular dengan penggunaan obat tunggal ini. Namun sekarang, dua jenis obat (AZT + 3TC) biasanya dipakai, dan jika risiko dianggap sangat tinggi, diusulkan ditambah satu jenis obat lagi, biasanya protease inhibitor, misalnya lopinavir/r (Kaletra/Aluvia). Nevirapine dan efavirenz tidak diusulkan untuk PPP.
Terakhir ini, beberapa pakar mengusulkan dipakai tenofovir + 3TC, ditambah Aluvia untuk yang berisiko tinggi. Namun rejimen ini belum disetujui dalam pedoman nasional.
PPP harus dimulai secepatnya setelah pajanan, sebaiknya dalam 1-2 jam dan tidak lebih dari 72 jam. PPP harus dilangsungkan selama empat minggu, tetapi boleh dihentikan jika ada efek samping yang berat. Jika pasien sumber pajanan ternyata HIV negatif, dan tidak ada kemungkinan dia masih dalam masa jendela, PPP dapat dihentikan. Namun tes HIV pada pasien sumber harus dilaksanakan sesuai dengan peraturan, kerahasiaannya harus dijamin.
Diusulkan orang yang terpajan melakukan tes HIV pada awal (tidak lebih dari 24 jam), dan setelah 4, 12, dan 24 minggu. Orang yang terpajan harus segera diberi konseling, dan konseling harus tersedia lagi selama masa memakai PPP. Saat ini di Indonesia, PPP hanya disediakan untuk petugas layanan kesehatan yang mengalami kecelakaan kerja. 
Efek Samping PPP
Efek samping yang paling umum termasuk mual dan rasa tidak nyaman. Efek samping lain dapat dilihat pada lembaran informasi masing-masing obat.
Pajanan pada Infeksi Lain
Harus diingat bahwa ada beberapa infeksi lain yang diangkut darah, dengan daya menular yang jauh lebih tinggi dibandingkan HIV. Infeksi ini termasuk virus hepatitis B dan C, yang sering menyertai HIV pada orang yang terinfeksi melalui penggunaan jarum suntik bergantian. Semua infeksi ini dapat dicegah dengan penggunaan kewaspadaan universal. Kewaspadaan ini termasuk penggunaan sarung tangan lateks dan pelindung lain waktu melaksanakan tindakan yang berisiko pada semua pasien, bukan hanya mereka yang diketahui terinfeksi penyakit tersebut.
Remember This
Profilaksis pascapajanan (PPP) adalah penggunaan ARV secepatnya setelah terjadi peristiwa yang berisiko penularan HIV, untuk mencegah infeksi HIV. PPP dapat mengurangi risiko terinfeksi hingga 79%.
PPP hanya dipakai setelah penyelidikan menunjukkan ada risiko pada orang yang terpajan. Hanya 0,3% pajanan menghasilkan infeksi HIV. Karena ARV dapat menyebabkan efek samping yang cukup berat, sebaiknya PPP hanya dipakai jika benar-benar dibutuhkan.
PPP terdiri dari dua atau tiga obat yang dipakai dua kali sehari selama empat minggu. PPP tidak 100% efektif; berarti PPP tidak menjamin pajanan pada HIV tidak akan menghasilkan infeksi. Cara terbaik untuk mencegah terjadinya penularan pada sarana medis adalah melaksanakan kewaspadaan universal pada semua pasien.
Source:
  • LI HIV/AIDS, Yayasan Spiritia
  • Komunitas AIDS Indonesia
  • Kewaspadaan Universal, Keperawatan
Read More

Kewaspadaan Universal (Universal Precaution)

di 08.04 Label: AIDS , Materi
Apa Kewaspadaan Universal Itu?
Kewaspadaan Universal (Universal Precaution) adalah kewaspadaan terhadap darah dan cairan tubuh yang tidak membedakan perlakuan terhadap setiap pasien, dan tidak tergantung pada diagnosis penyakitnya (kamus-medis) 
Cara agar petugas perawatan kesehatan dapat menghindari infeksi dari infeksi yang diangkut aliran darah, seperti HIV atau hepatitis B dan C. Kewaspadaan umum pertama dikembangkan pada 1987 di AS. Pedoman termasuk penggunaan sarung tangan lateks, masker, dan kacamata pelindung jika pekerjaan ada kaitannya dengan darah atau cairan tubuh (Komunitas AIDS Indonesia) 
Ada berbagai macam infeksi menular yang terdapat dalam darah dan cairan tubuh lain seseorang, di antaranya hepatitis B dan C dan HIV. Mungkin juga ada infeksi lain yang belum diketahui, harus diingat bahwa hepatitis C baru ditemukan pada 1988. Sebagian besar pasien dengan infeksi tersebut belum tahu dirinya terinfeksi.
Dalam semua sarana kesehatan, termasuk rumah sakit, puskesmas dan praktek dokter gigi, tindakan yang dapat mengakibatkan luka atau tumpahan cairan tubuh, atau penggunaan alat medis yang tidak steril, dapat menjadi sumber infeksi penyakit tersebut pada petugas layanan kesehatan dan pasien lain. Jadi seharusnya ada pedoman untuk mencegah kemungkinan penularan terjadi.
Pedoman ini disebut sebagai kewaspadaan universal. Harus ditekankan bahwa pedoman tersebut dibutuhkan tidak hanya untuk melindungi terhadap penularan HIV, tetapi yang tidak kalah penting terhadap infeksi lain yang dapat berat dan sebetulnya lebih mudah menular.

Bagaimana Kewaspadaan Universal Diterapkan?
Karena akan sulit untuk mengetahui apakah pasien terinfeksi atau tidak, petugas layanan kesehatan harus menerapkan kewaspadaan universal secara penuh dalam hubungan dengan SEMUA pasien, dengan melakukan tindakan berikut:


  • Cuci tangan setelah berhubungan dengan pasien atau setelah membuka sarung tangan
  • Segera cuci tangan setelah ada hubungan dengan cairan tubuh
  • Pakai sarung tangan bila mungkin akan ada hubungan dengan cairan tubuh
  • Pakai masker dan kacamata pelindung bila mungkin ada percikan cairan tubuh
  • Tangani dan buang jarum suntik dan alat tajam lain secara aman; yang sekali pakai tidak boleh dipakai ulang
  • Bersihkan dan disinfeksikan tumpahan cairan tubuh dengan bahan yang cocok
  • Patuhi standar untuk disinfeksi dan sterilisasi alat medis
  • Tangani semua bahan yang tercemar dengan cairan tubuh sesuai dengan prosedur
  • Buang limbah sesuai prosedur
Metode Mencuci Tangan 
  • Gunakan sabun cair lebih bagus dan dilakukan di air hangat mengalir.
  • Gosok tangan bersama-sama dengan selama minimal 30 detik.
  • Ingat untuk mencuci semua permukaan termasuk ibu jari, pergelangan tangan, punggung tangan, antara jari dan sekitar dan di bawah kuku.
  • Bilas tangan dengan baik pada air mengalir dari pergelangan ke jari pada air mengalir.
  • Keringkan tangan dengan handuk kertas, lalu menggunakan handuk yang sama untuk mematikan kran.
  • Buang handuk
Ingat, cuci tangan SELALU SAAT:
  • Ketika anda tiba di penitipan anak
  • Sebelum dan Sesudah pemberian obat
  • Sebelum memulai perawatan
  • Sebelum dan Setelah menggunakan kamar mandi
  • Sebelum penanganan peralatan bersih
  • Setelah penanganan peralatan bersih
  • Sebelum dan Sesudah makan
  • Sebelum menangani makanan
  • Sebelum meninggalkan ruang perawatan
Apakah Ada Pilihan Lain? 
Sebelum kewaspadaan universal pertama dikenalkan di AS pada 1987, semua pasien harus dites untuk semua infeksi tersebut. Bila diketahui terinfeksi, pasien diisolasikan dan kewaspadaan khusus lain dilakukan, misalnya waktu bedah. Banyak petugas layanan kesehatan dan pemimpin rumah sakit masih menuntut tes HIV wajib untuk semua pasien yang dianggap anggota ‘kelompok berisiko tinggi’ infeksi HIV, misalnya pengguna narkoba suntikan. Namun tes wajib ini tidak layak, kurang efektif dan bahkan berbahaya untuk beberapa alasan:
  • Hasil tes sering baru diterima setelah pasien selesai dirawat
  • Bila semua pasien dites, biaya sangat tinggi
  • Jika hanya pasien yang dianggap berisiko tinggi dites, infeksi HIV pada pasien yang dianggap tidak berisiko tidak diketahui
  • Hasil negatif palsu menyebabkan kurang kewaspadaan saat dibutuhkan
  • Hasil positif palsu menyebabkan kegelisahan yang tidak perlu untuk pasien dan petugas layanan kesehatan
  • Tes hanya untuk HIV tidak melindungi terhadap infeksi virus hepatitis dan kuman lain dalam darah termasuk yang belum diketahui, banyak di antaranya lebih menular, prevalensinya lebih tinggi dan hampir seganas HIV
  • Tes tidak menemukan infeksi pada orang yang dalam masa jendela, sebelum antibodi terbentuk
  • Tes HIV tanpa konseling dan informed consent melanggar peraturan nasional dan hak asasi manusia
Bila kewaspadaan universal hanya dipakai untuk pasien yang diketahui terinfeksi HIV, status HIV-nya pasti diketahui orang lain, asas kerahasiaan tidak terjaga, dengan akibat hak asasinya terlanggar.


Mengapa Kewaspadaan Universal Sering Diabaikan?
Ada banyak alasan mengapa kewaspadaan universal tidak diterapkan, termasuk:

  • Petugas layanan kesehatan kurang pengetahuan
  • Kurang dana untuk menyediakan pasokan yang dibutuhkan, misalnya sarung tangan dan masker
  • Penyediaan pasokan tersebut kurang
  • Petugas layanan kesehatan ‘terlalu sibuk’
  • Dianggap Odha harus ‘mengaku’ bahwa dirinya HIV-positif agar kewaspadaan dapat dilakukan
Tambahannya, rumah sakit swasta enggan membebani semua pasien dengan ongkos kewaspadaan yang pasien anggap tidak dibutuhkan.

Apakah Risiko Jika Kewaspadaan Universal Kurang Diterapkan? 
Kewaspadaan universal diciptakan untuk melindungi terhadap kecelakaan yang dapat terjadi. Kecelakaan yang paling umum adalah tertusuk jarum suntik, yaitu jarum suntik yang dipakai pada pasien menusuk kulit seorang petugas layanan kesehatan. Penelitian menunjukkan bahwa risiko penularan rata-rata dalam kasus pasien yang bersangkutan terinfeksi HIV adalah kurang lebih 0,3%, dibandingkan dengan 3% untuk hepatitis C dan lebih dari 30% untuk hepatitis B. Jika darah dari pasien yang terinfeksi mengenai selaput mukosa (misalnya masuk mata) petugas layanan kesehatan, risiko penularan HIV adalah kurang lebih 0,1%. Walaupun belum ada data tentang kejadian serupa dengan darah yang dicemar hepatitis B, risiko jelas jauh lebih tinggi.

Apa yang Dapat Dilakukan Jika Ada Kecelakaan?
Fasilitas layanan kesehatan harus mempunyai prosedur tetap yang dipakai bila ada kecelakaan. Satu pilihan untuk mencegah infeksi HIV setelah diselidiki adalah untuk menawarkan profilaksis pascapajanan (PPP).

Bagaimana Kita Dapat Mendorong Penerapan Kewaspadaan Universal? 
Jelas penerapan kewaspadaan universal yang tidak sesuai dapat menghasilkan bukan hanya risiko pada petugas layanan kesehatan dan pasien lain, tetapi juga peningkatan pada stigma dan diskriminasi yang dihadapi oleh Odha. Jadi kita harus mengerti dasar pemikiran kewaspadaan universal dan terus menerus mengadvokasikan untuk penerapannya. Kita harus mengajukan keluhan jika kewaspadaan universal diterapkan secara pilih-pilih (‘kewaspadaan Odha’) dalam sarana medis. Kita harus protes dan menolak bila ada tes HIV wajib sebelum kita diterima di rumah sakit. Kita mungkin juga harus beradvokasi pada pemerintah daerah melalui KPAD dan pada DPRD agar disediakan dana yang cukup untuk menerapkan kewaspadaan universal dalam sarana medis pemerintah.

Remember This:
Kewaspadaan universal dimaksudkan untuk melindungi petugas layanan kesehatan dan pasien lain terhadap penularan berbagai infeksi dalam darah dan cairan tubuh lain, termasuk HIV. Kewaspadaan tersebut mewajibkan petugas/perawat agar melakukan tindakan tertentu seperti memakai sarung tangan jika mereka mungkin akan terkena cairan tubuh pasien. 
Karena tidak praktis untuk melakukan tes pada semua pasien untuk semua infeksi yang mungkin dapat menular, dan bila hanya pasien dari ‘kelompok berisiko tinggi’ dites bersikap diskriminatif (dan tidak efektif, antara lain akibat masa jendela), maka kewaspadaan universal mewajibkan agar SEMUA pasien dianggap terinfeksi. Penerapan kewaspadaan universal sering kurang baik. Sebagai Odha dan orang yang peduli, kita harus beradvokasi agar kewaspadaan universal diterapkan secara penuh
 source:
  • LI tentang HIV/AIDS, Yayasan Spiritia
  • Komunitas AIDS Indonesia
  • CDPHE State

Read More

Selasa, 03 Agustus 2010

Asuhan Keperawatan Klien HIV/AIDS

di 12.20 Label: AIDS , Askep

Sindrom immunnodefisiensi didapat (Acquired Immunodeficiency Syndrome, AIDS) pertama-tama menarik perhatian bidang kesehatan masyarakat pada tahun 1981. AIDS adalah penyakit defisiensi imunitas seluler, yang pada penderitanya tidak dapat ditemukan penyebab defisiensi tersebut. AIDS menyebabkan infeksi oportunistik dan/atau neoplasma yang berkaitan dengan defisiensi kekebalan yang sebelumnya dalam keadaan sehat. Menurut Smeltzer AIDS adalah gejala dari penyakit yang mungkin terjadi saat sistem imun dilemahkan oleh virus HIV.

Human Immunedeficiency Virus (HIV) tergolong ke dalam kelompok retrovirus dengan materi genetik dalam asam ribonukleat (RNA), menyebabkan AIDS dapat membinasakan sel T-penolong (T4), yang memegang peranan utama dalam sistem imun. Sebagai akibatnya, hidup penderita AIDS terancam infeksi yang tak terkira banyaknya yang sebenarnya tidak berbahaya, jika tidak terinfeksi HIV.



A. Pengertian
AIDS adalah kependekan dari ‘Acquired Immune Deficiency Syndrome’.



  • Acquired : berarti didapat, bukan keturunan.

  • Immune : terkait dengan system kekebalan tubuh kita.

  • Deficiency : berarti kekurangan.

  • Syndrome : berarti penyakit dengan kumpulan gejala, bukan gejala tertentu.




Jadi AIDS berarti kumpulan gejala akibat kekurangan atau kelemahan sistem kekebalan tubuh yang dibentuk setelah kita lahir.




B. Etiologi

AIDS disebabkan oleh sebuah virus yang disebut HIV atau Human Immunodeficiency Virus. Bila kita terinfeksi HIV, tubuh kita akan mencoba menyerang infeksi. Sistem kekebalan kita akan membuat ‘antibodi’, molekul khusus yang menyerang HIV itu




C. Penularan

Sebetulnya, kita tidak ‘kena’ AIDS. Kita mungkin terinfeksi HIV, dan kemudian mengembangkan AIDS. Kita dapat tertular HIV dari siapa pun yang sudah terinfeksi, walaupun orang itu tidak kelihatan sakit, bahkan dengan hasil tes HIV yang tidak positif.

Darah, cairan vagina, air mani dan air susu ibu seseorang yang terinfeksi HIV mengandung cukup virus untuk menularkan orang lain. Sebagian besar orang tertular HIV melalui:


  • Berhubungan seks dengan seorang yang terinfeksi

  • Memakai jarum suntik bergantian dengan seorang yang terinfeksi

  • Terlahir dari ibu yang terinfeksi, atau disusui oleh perempuan yang terinfeksi. 




Belum ada laporan kasus HIV ditularkan melalui air mata atau air ludah. Namun HIV bisa menular melalui seks oral (hubungan seks dengan mulut), bahkan dengan ciuman dalam. Walaupun jarang, ini terutama terjadi jika ada luka terbuka pada mulut atau gusi berdarah.

Pada 2008, Depkes memperkirakan ada 293.200 orang terinfeksi HIV di Indonesia. Namun pada akhir Maret 2009, hanya ada 23.652 kasus dilaporkan oleh Depkes, dengan 16.964 sudah sampai ke stadium AIDS dan 3.492 sudah meninggal dunia.




D. Patofisiologi

HIV tergolong ke dalam kelompok virus yang dikenal sebagai retrovirus yang menunjukkan bahwa virus terse­but membawa materi genetiknya dalam asam ribonukleat (RNA) dan bukan dalam asam deoksiribonukleat (DNA). Virion HIV (partikel virus yang lengkap dan dibungkus oleh selubung pelindung) mengandung RNA dalam inti berbentuk peluru terpancung dimana p24 merupakan komponen struktural yang utama. Tombol yang menonjol lewat dinding virus terdiri atas protein gp120 yang terkait pada protein gp41. Bagian yang secara selektif berikatan dengan sel-sel CD4-posisitf (CD4+) adalah gp120 dari HIV.


Sel-sel CD4-positif (CD4+) mencakup monosit, makrofag dan limfosit T4 helper (yang dinamakan sel-sel CD4+ kalau dikaitkan dengan infeksi HIV); limfosit T4 helper ini merupakan sel yang paling banyak di antara ketiga sel di atas. Sesudah terikat dengan membran sel T4 helper, HIV akan menginjeksikan dua utas benang RNA yang identik ke dalam sel T4 helper. Dengan menggunakan enzim yang dikenal sebagai reverse transcriptase, HIV akan melakukan pemrograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat double-stranded DNA (DNA utas-ganda). DNA ini akan disatukan ke dalam nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang permanen.

Menurut Smeltzer siklus replikasi HIV dibatasi dalam stadium ini sam­pai sel yang terinfeksi diaktifkan. Aktivasi sel yang terinfeksi dapat dilaksanakan oleh antigen, mitogen, sitokin (TNF alfa atau interleukin l) atau produk gen virus seperti sitomegalovirus (CMV; cytomegalovirus), virus Epstein-Barr, herpes simpleks dan hepatitis. Seba­gai akibatnya, pada saat sel T4 yang terinfeksi diaktifkan, replikasi serta pembentukan tunas HIV akan terjadi dan sel T4 akan dihancurkan. HIV yang baru dibentuk ini kemudian dilepas ke dalam plasma darah dan menginfeksi sel-sel CD4+ lainnya.


Infeksi HIV pada monosit dan makrofag tampaknya berlangsung secara persisten dan tidak mengakibatkan kematian sel yang bermakna, tetapi sel-sel itu menjadi reservoir bagi HIV sehingga virus tersebut dapat tersembunyi dari sistem imun dan terangkut ke seluruh tubuh lewat sistem itu untuk menginfeksi berbagai jaringan tubuh. Sebagian besar jaringan itu dapat mengandung molekul CD4+ atau memiliki kemampuan untuk memproduksinya.


Sejumlah penelitian memperlihatkan bahwa sesudah infeksi inisial, kurang-lebih 25% dari sel-sel kelenjar limfe akan terin­feksi oleh HIV pula. Replikasi virus akan berlangsung ­terus sepanjang perjalanan infeksi HIV; tempat primernya adalah jaringan limfoid. Ketika sistem imun terstimulasi. replikasi virus akan terjadi dan virus tersebut menyebar ke dalam plasma darah yang mengakibatkan infeksi ber­ikutnya pada sel-sel CD4+ yang lain. Penelitian yang lebih mutakhir menunjukkan bahwa sistem imun pada infeksi HIV lebih aktif daripada yang diperkirakan sebe­lumnya sebagaimana dibuktikan oleh produksi sebanyak dua milyar limfosit CD4+ per hari. Keseluruhan populasi sel-sel CD4+ perifer akan mengalami "pergantian (turn over)" setiap 15 hari sekali.


Kecepatan produksi HIV diperkirakan berkaitan de­ngan status kesehatan orang yang terjangkit infeksi terse­but. Jika orang tersebut tidak sedang berperang melawan infeksi yang lain; reproduksi HIV berjalan dengan lam­bat. Namun, reproduksi HIV tampaknya akan dipercepat kalau penderitanya sedang menghadapi infeksi lain atau kalau sistem imunnya terstimulasi. Keadaan ini dapat menjelaskan periode laten yang diperlihatkan oleh seba­gian penderita sesudah terinfeksi HIV. Sebagai contoh, seorang pasien mungkin bebas dari gejala selama berpu­luh tahun; kendati demikian, sebagian besar orang yang terinfeksi HIV (sampai 65%) tetap menderita penyakit HIV atau AIDS yang simtomatik dalam waktu 10 tahun sesudah orang tersebut terinfeksi. Dalam respons imun, limfosit T4 memainkan bebe­rapa peranan yang penting, yaitu: mengenali antigen yang asing, mengaktifkan Limfosit B yang memproduksi antibodi, menstimulasi limfosit T sitotoksik, memproduk­si limfokin dan mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasit. Kalau fungsi limfosit T4 terganggu, mikroorganisme yang biasanya tidak menimbulkan penyakit akan memiliki kesempatan untuk menginvasi dan menyebabkan sakit yang serius. Infeksi dan malignansi yang timbul sebagai akibat dari gangguan sistem imun dinamakan infeksi oportunistik.




E. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan Diagnostik di bagi menjadi tiga, yaitu:


  1. Pemeriksaan Laboratorium

  2. Tes Antibody

  3. Pelacakan HIV



Tes Laboratorium yang terdiri dari:


  • Serologis : Tes Antibody Serum, Tes Western Blot, Sel T Limfosit, Sel T4 Helper, T8 (sel supresor sitopatik), P24, Kadar Ig, Reaksi Rantai Polimerasi dan Tes PHS 

  • Neurologis : EEG, MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan saraf)

  • Tes Lainnya : Sinar X Dada, Tes Fungsi Pulmonal, Scan Gallium, Biopsi.





Tes Antibody Serum; Jika seseorang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka system imun akan bereaksi dengan memproduksi antibody terhadap virus tersebut. Antibody terbentuk dalam 3-12 minggu setelah infeksi, atau bisa sampai 6-12 bulan. Hal ini menjelaskan mengapa orang yang terinfeksi awalnya tidak memperlihatkan hasil tes positif. Tapi antibody ternyata tidak efektif, kemampuan mendeteksi antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam darah memungkinkan skrining produk darah dan memudahkan evaluasi diagnostic.
Pada tahun 1985, Food And Drug Administration (FDA) memberi lisensi tentang uji kadar HIV bagi semua pendonor darah atau plasma, tes tersebut adalah:


  • ELISA

  • Western Blot Assay

  • Indirect Immunoflourensence

  • RIPA


Pelacakan HIV; Penentuan langsung ada dan aktivitasnya Human Immunodeficiency Virus (HIV) untuk melacak perjalanan penyakit dan responnya. Protein tersebut disebut protein virus p24, pemerikasaan p24 antigen capture assay sangat spesifik untuk HIV=1. tapi kadar p24 pada penderita infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) sangat rendah, pasien dengan titer p24 punya kemungkinan lebih lanjut lebih besar dari menjadi AIDS.



Pemeriksaan ini digunakan dengan tes lainnya untuk mengevaluasi efek anti virus. Pemeriksaan kultur Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau kultur plasma kuantitatif dan viremia plasma merupakan tes tambahan yang mengukur beban virus (viral burden) AIDS muncul setelah benteng pertahanan tubuh yaitu sistem kekebalan alamiah melawan bibit penyakit runtuh oleh virus HIV, dengan runtuhnya/hancurnya sel-sel limfosit T karena kekurangan sel T, maka penderita mudah sekali terserang infeksi dan kanker yang sederhana sekalipun, yang untuk orang normal tidak berarti. Jadi bukan AIDS nya sendiri yang menyebabkan kematian penderita, melainkan infeksi dan kanker yang dideritanya.



HIV biasanya ditularkan melalui hubungan seks dengan orang yang mengidap virus tersebut dan terdapat kontak langsung dengan darah atau produk darah dan cairan tubuh lainnya. Pada wanita virus mungkin masuk melalui luka atau lecet pada mulut rahim/vagina. Begitu pula virus memasuki aliran darah pria jika pada genitalnya ada luka/lecet. Hubungan seks melalui anus berisiko tinggi untuk terinfeksi, namun juga vaginal dan oral. HIV juga dapat ditularkan melalui kontak langsung darah dengan darah, seperti jarum suntik (pecandu obat narkotik suntikan), transfusi darah/produk darah dan ibu hamil ke bayinya saat melahirkan. Tidak ada bukti penularan melalui kontak sehari-hari seperti berjabat tangan, mencium, gelas bekas dipakai penderita, handuk atau melalui closet umum, karena virus ini sangat rapuh.




Masa inkubasi/masa laten sangat tergantung pada daya tahan tubuh masing-masing orang, rata-rata 5-10 tahun. Selama masa ini orang tidak memperlihatkan gejala-gejala, walaupun jumlah HIV semakin bertambah dan sel T4 semakin menururn. Semakin rendah jumlah sel T4, semakin rusak sistem kekebalan tubuh. Pada waktu sistem kekebalan tubuh sudah dalam keadaan parah, seseorang yang mengidap HIV/AIDS akan mulai menampakkan gejala-gejala AIDS.



F. Gejala Terinfeksi HIV Menjadi AIDS












Bisa dilihat dari 2 gejala yaitu gejala Mayor (umum terjadi) dan gejala Minor (tidak umum terjadi):












1. Gejala Mayor:


  • Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan

  • Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan

  • Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan

  • Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis

  • Demensia/HIV ensefalopati



2. Gejala MInor: 



  • Batuk menetap lebih dari 1 bulan 

  • Dermatitis generalisata

  • Adanya herpes zostermultisegmental dan herpes zoster berulang

  • Kandidias orofaringeal

  • Herpes simpleks kronis progresif

  • Limfadenopati generalisata

  • Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita

  • Retinitis virus sitomegalo



Kasus Dewasa: Bila seorang dewasa (>12 tahun) dianggap AIDS apabila menunjukkan tes HIV positif dengan strategi pemeriksaan yang sesuai dengan sekurang-kurangnya 2 gejala mayor dan 1 gejala minor, dan gejala ini bukan disebabkan oleh keadaan lain yang tidak berkaitan dengan infeksi HIV.






G. Bagaimana HIV Menjadi AIDS 


Ada beberapa Tahapan ketika mulai terinfeksi virus HIV sampai timbul gejala AIDS:


Tahap 1: Periode Jendela


  • HIV masuk ke dalam tubuh, sampai terbentuknya antibody terhadap HIV dalam darah

  • Tidak ada tanda2 khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat

  • Test HIV belum bisa mendeteksi keberadaan virus ini Tahap ini disebut periode jendela, umumnya berkisar 2 minggu - 6 bulan




Tahap 2: HIV Positif (tanpa gejala) rata-rata selama 5-10 tahun:


  • HIV berkembang biak dalam tubuh

  • Tidak ada tanda-tanda khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat

  • Test HIV sudah dapat mendeteksi status HIV seseorang, karena telah terbentuk antibody terhadap HIV Umumnya tetap tampak sehat selama 5-10 tahun, tergantung daya tahan tubuhnya (rata-rata 8 tahun (di negara berkembang lebih pendek)




Tahap 3: HIV Positif (muncul gejala) 



  • Sistem kekebalan tubuh semakin turun

  • Mulai muncul gejala infeksi oportunistik, misalnya: pembengkakan kelenjar limfa di seluruh tubuh, diare terus menerus, flu,

  • Umumnya berlangsung selama lebih dari 1 bulan, tergantung daya tahan tubuhnya




Tahap 4: AIDS


  • Kondisi sistem kekebalan tubuh sangat lemah

  • Berbagai penyakit lain (infeksi oportunistik) semakin parah







H. Pengkajian Keperawatan



Fokus dasar pengkajian klien dengan HIV/AIDS meliputi:





























NoFokus PengkajianGejalaTanda
1Aktivitas /Istirahatmudah lelah, toleransi terhadap aktivitas berkurang, progresi kelelahan/malaise, perubahan pola tidurkelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologis terhadap aktivitas seperti perubahan tensi, frekuensi jantung, dan pernapasan
2Sirkulasipenyembuhan luka lambat (bila anemia), perdarahan lama pada cedera (jarang terjadi)Takikardia, perubahan tensi postural, menurunnya volume nadi perifer, pucat/ sianosis, perpanjangan pengisian kapiler
3Integritas Egofaktor stres berhubungan dengan kehilangan, mis. dukungan keluarga/orang lain, penghasilan, gaya hidup, distres spiritual, mengkhawatirkan penampilan; alopesia, lesi cacat, menurunnya berat bedan (BB). Mengingkari diagnosa, merasa tidak berdaya, putus asa, tidak berguna, rasa bersalah, kehilangan kontrol diri, dan depresiMengingkari, cemas, depesi, takut, menarik diri, perilaku marah, postur tubuh mengelak, menangis, dan kontak mata yang kurang. Gagal menepati janji atau banyak janji untuk periksa dengan gejala yang sama
4Eliminasidiare yang intermiten, terus menerus, disertai/tanpa kram abdominal. Nyeri panggul, rasa terbakar saat miksifeses encer disertai/tanpa mukus atau darah, diare pekat yang sering, nyeri tekan abdominal, lesi atau abses rektal, perianal, dan perubahan dalam jumlah, warna, dan karakteristik urin
5Makanan/CairanTidak napsu makan, mual/muntah, perubahan kemampuan mengenali makanan, disfagia, nyeri retrosternal saat menelan dan penurunan BB yang progresifbising usus dapat hiperaktif, kurus, menurunnya lemak subkutan/masa otot, turgor kulit buruk, lesi pada rongga mulut, adanya selaput putih dan perubahan warna pada mulut. Kesehatan gigi/gusi yang buruk, adanya gigi yang tanggal, dan edema (umum, dependen)
6Higienetidak dapat menyelesaikan aktivitas sehari-harimemperlihatkan penampilan yang tidak rapi, kekurangan dalam perawatan diri, dan aktivitas perawatan diri
7Neurosensoripusing, sakit kepala, perubahan status mental, berkurangnya kemampuan diri untuk mengatasi masalah, tidak mampu mengingat dan konsentrasi menurun. Kerusakan sensasi atau indera posisi dan getaran, kelemahan otot, tremor, perubahan ketajaman penglihatan, kebas, kesemutan pada ekstrimitas (paling awal pada kaki)perubahan status mental kacau mental sampai dimensia, lupa konsentrasi buruk, kesadaran menurun, apatis, respon melambat, ide paranoid, ansietas, harapan yang tidak realistis, timbul reflak tidak normal, menurunnya kekuatan otot, gaya berjalan ataksia, tremor, hemoragi retina dan eksudat, hemiparesis, dan kejang
8Nyeri/Kenyamanannyeri umum atau lokal, sakit, rasa terbakar pada kaki, sakit kepala (keterlibatan SSP), nyeri dada pleuritispembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri tekan, penurunan rentang gerak (ROM), perubahan gaya berjalan/pincang, gerak otot melindungi bagian yang sakit
9Pernapasannapas pendek yang progresif, batuk (sedang-parah), batuk produktif/ nonproduktif, bendungan atau sesak pada dadatakipnea, distres pernapasan, perubahan bunyi napas/bunyi napas adventisius, sputum kuning (pada pneumonia yang menghasilkan sputum)
10Keamananriwayat jatuh, terbakar, pingsan, luka lambat sembuh, riwayat transfusi berulang, riwayat penyakit defisiensi imun (kanker tahap lanjut), riwayat infeksi berulang, demam berulang ; suhu rendah, peningkatan suhu intermiten, berkeringat malamperubahan integritas kulit; terpotong, ruam, mis. ruam, eksim, psoriasis, perubahan warna, mudah terjadi memar, luka-luka perianal atau abses, timbul nodul-nodul, pelebaran kelenjar limfe pada dua area atau lebih (mis. leher, ketiak, paha). Kekuatan umum menurun, perubahan pada gaya berjalan
11Seksualitasriwayat perilaku berisiko tinggi yaitu hubungan seksual dengan pasangan positif HIV, pasangan seksual multipel, aktivitas seksual yang tidak terlindung, dan seks anal. Menurunnya libido, terlalu sakit untuk melakukan hubungan seksual, dan penggunaan kondom yang tidak konsisten. Menggunakan pil KB yang meningkatkan kerentanan terhadap virus pada wanita yang diperkirakan dapat terpajan karena peningkatan kekeringan vaginakehamilan atau resiko terhadap hamil, pada genetalia manifestasi kulit (mis. herpes, kutil), dan rabas
12Interaksi Sosialkehilangan kerabat/orang terdekat, rasa takut untuk mengungkapkan pada orang lain, takut akan penolakan/kehilangan pendapatan, isolasi, kesepian, mempertanyakan kemampuan untuk tetap mandiri, tidak mampu membuat rencanaperubahan pada interaksi keluarga/orang terdekat, aktivitas yang tidak terorganisasi, perubahan penyusunan tujuan








I. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi



Menurut Smeltzer, Diagnosa Keperawatan Utama pada penderita HIV/AIDS, diantaranya adalah:





















NoDiagnosa KeperawatanIntervensi
1Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan manifestasi HIV, ekskoriasi dan diare pada kulitKulit dan mukosa oral harus dinilai secara rutin dari adanya infeksi dan kerusakan kulit. Pasien dianjurkan mempertahankan keseimbangan antara istirahat dan mobilitas. Bantu mengubah posisi pasien setiap 2 jam bagi yang imobilisasi. Pasien diminta untuk tidak menggaruk dan menggunakan sabun nonabrasif, memakai pelembab tanpa parfum untuk mencegah kekeringan kulit. Gunakan losion, salep, dan kasa steril pada kulit yang sakit sesuai ketentuan dokter. Obat antipruritus, antibiotik dan analgesik diberikan menurut ketentuan dokter. Penggunaan plester harus dihindari. Menjaga agar kain sprei tidak berkerut dan hindari memakai pakaian ketat. Daerah perianal pasien harus sering diperika, bersihkan setiap kali selesai defekasi dengan sabun nonabrasif. Rendam duduk atau irigasi secara perlahan-lahan untuk pembersihan dan meningkatkan kenyamanan. Pasien dengan keadaan umum yang buruk memerlukan bantuan untuk memelihara kebersihan diri.
2Diare yang berhubungan dengan kuman patogen usus dan/atau infeksi HIVNilai pola defekasi, frekuensi defekasi, dan konsistensi feses serta pasien yang melaporkan rasa sakit pada perut terkait dengan defekasi. Kuantitas dan volume feses cair diukur untuk mencatat kehilangan volume cairan. Kultur feses untuk menentukan penyebab diare. Konseling untuk pengobatan dan asupan makanan yang adekuat.
3Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan immunodefisiensiKepada pasien dan orang yang merawatnya diminta untuk memantau tanda dan gejala infeksi, yaitu demam, mengigil, keringat malam, batuk dengan atau tanpa produksi sputum, napas pendek, kesulitan bernapas, sakit/sulit menelan, bercak putih di rongga mulut, penurunan BB yang tidak jelas penyebabnya, kelenjar limfe membengkak, mual, muntah, diare persisten, sering berkemih, sulit dan nyeri saat berkemih, sakit kepala, perubahan visual dan penurunan daya ingat, kemerahan, keluar sekret pada luka, lesi vaskuler pada wajah, bibir atau daerah perianal. Perawat harus memantau hasil laboratorium, seperti hitung leukosit dan hitung jenis. Penyuluhan mencakup higiene perorangan, rumah (seperti kamar, dapur) harus bersih untuk mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur. Jika harus membersihkan kotoran, pasien harus memakai sarung tangan. Pengidap AIDS dan pasangannya harus menghindari kontak dengan cairan tubuh selama melakukan hubungan seksual dan selalu menggunakan kondom pada segala bentuk hubungan seks. Pentingnya menghindari rokok dan mempertahankan keseimbangan antara diet, istirahat, dan latihan. Semua petugas kesehatan harus selalu mempertahankan tindakan penjagaan universal dalam semua perawatan pasien.
4Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keadaan mudah letih, kelemahan, malnutrisi, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, dan hipoksia yang menyertai infeksi paruToleransi terhadap aktivitas dinilai dengan memantau kemampuan pasien untuk bergerak (ambulasi) dan melaksanakan kegiatan sehari-hari. Bantuan dalam menyusun rencana rutinitas harian untuk menjaga keseimbangan antara aktivitas dan istirahat mungkin diperlukan. Barang-barang pribadi yang sering digunakan harus ditaruh pada tempat yang mudah dijangkau. Terapi relaksasi dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan yang turut menimbulkan kelemahan dan keadaan mudah letih. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain mungkin diperlukan, seperti kelemahan akibat adanya anemia, yang memerlukan terapi obat-obatan.
5Perubahan proses pikir berhubungan dengan penyempitan rentang perhatian, gangguan daya ingat, kebingungan dan disorientasi yang menyertai ensefalopati HIVStatus mental harus dinilai sedini mungkin untuk memberikan data dasar bagi keperluan pemantauan perubahan perilaku. Pasien dan keluarga harus dibantu untuk memahami dan mengatasi semua perubahan yang terjadi dalam proses pikir. Pasien mungkin memerlukan reorientasi, semua instruksi harus dengan bahasa yang jelas dan sederhana.
6Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan pneumonia pneumocystis carinii, peningkatan sekresi bronkus, dan penurunan kemampuan untuk batuk yang menyertai kelemahan serta keadaan mudah letihFrekuensi, irama, penggunaan otot aksesoris dan suara pernapasan; status mental; dan warna kulit diperiksa minimal sekali sehari. Adanya sputum harus dicatat, batuk, bernapas dalam, drainase postural, perkusi dan vibrasi dilakukan sedikitnya setiap dua jam untuk mencegah stasis sekresi dan meningkatkan bersihan saluran napas. Berikan posisi fowler tinggi atau semi fowler yang akan meudahkan pernapasan dan bersihan saluran napas. Evaluasi status volume cairan untuk mempertahankan terapi hidrasi yang adekuat. Suctioning nasofaring atau trakea, intubasi dan ventalasi mekanis.
7Nyeri berhubungan dengan gangguan integritas kulit perianal akibat diare, sarkoma kaposi dan neuropati periferNyeri akut adalah keadaan dimana individu mengalami dan melaporkan adanya ketidaknyamanan, berakhir dari satu detik sampai kurang dari 6 bulan. Sedangkan nyeri kronik adalah keadaan dimana individu mengalami nyeri menetap atau berulang, dalam waktu lebih dari 6 bulan.12 Nilai kualitas dan kuantitas nyeri yang berkaitan dengan terganggunya integritas kulit perineal, lesi sarkoma, dan neuropati perifer. Tindakan membersihkan daerah perianal, gunakan anestesi lokal/salep dapat diresepkan, bantal yang lunak dapat digunakan untuk meningkatkan rasa nyaman. Kepada klien diminta menghindari makanan yang mengiritasi usus, gunakan antispasmodik dan antidiare untuk mengurangi gangguan rasa nyaman serta frekuensi defekasi. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat-obatan.
8Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan asupan oralStatus nutrisi dinilai melalui memantau BB, asupan makanan, antropometri, kadar albumin, BUN, protein serta transferin dalam serum. Pengendalian mual dan muntah dengan obat antiemetik dapat meningkatkan asupan diet pasien. Menganjurkan pasien memakan makanan yang mudah ditelan dan menghindari makanan kasar, pedas atau lengket, serta terlalu panas atau dingin. Menganjurkan menjaga higiene oral sebelum dan sesudah makan. Jadwal makan harus diatur sehingga tidak jatuh pada saat pasien baru saja menjalani tindakan yang menyebabkan nyeri dan dalam keadaan kelelahan. Konsultasi dengan ahli diet untuk menentukan kebutuhan nutrisi. Penggunaan suplemen yang khusus dirancang untuk pengidap AIDS dapat dianjurkan pada pasien. Bila asupan oral tidak dapat dipertahankan, memerlukan terapi nutrisi enteral atau parenteral. Perawat komunitas atau perawatan di rumah (home care) dapat memberikan pelajaran tambahan serta dukungan setelah pasien pulang dari rumah sakit.
9Isolasi sosial berhubungan dengan stigma penyakit, penarikan diri dari sistem pendukung, prosedur isolasi dan ketakutan bila dirinya menulari orang lainIsolasi sosial adalah pengalaman sendiri individu akibat perlakuan orang lain dan dianggap sebagai hal yang negatif dan mengancam status. Isolasi sosial dapat terjadi akibat adanya penyakit yang menyeramkan, dan mengakibatkan kegelisahan di suatu masyarakat, sehingga menyebabkan seseorang diasingkan, misalnya penyakit tuberkulosis dan AIDS. Pengidap AIDS menarik diri baik secara fisik maupun emosional dari kontak sosial, akibat stigmatisasi ganda. Perawat berada dalam posisi kunci untuk menciptakan suasana penerimaan dan pemahaman terhadap pengidap AIDS dan keluarga serta pasangannya. Pasien dianjurkan untuk mengekspresikan perasaan terisolasi, kesepiannya, dan perawat harus menetramkannya dengan menjelaskan bahwa semua perasaan ini merupakan hal yang lazim serta normal. Berikan informasi tentang cara melindungi diri sendiri dan orang lain dapat membantu pasien agar tidak menghindari kontak sosial. Menjelaskan kepada pasien, keluarga dan sahabatnya bahwa penyakit AIDS tidak ditularkan melalui kontak biasa. Pendidikan bagi petugas kesehatan untuk mengurangi faktor-faktor yang membuat pasien merasa terisolasi.
10Berduka diantisipasi berhubungan dengan perubahan gaya hidup serta pernannya, dan dengan prognosis yang tidak menyenangkanMembantu pasien untuk mengutarakan perasaannya dan menggali serta mengenali sumber yang bisa memberikan dukungan dan mekanisme untuk mengatasi persoalan tersebut. Mendorong pasien untuk mempertahankan kontak dengan keluarga, sahabatnya dan memanfaatkan kelompok pendukung. Pasien juga dianjurkan untuk meneruskan kegiatan yang biasa mereka lakukan.
11Kurang pengetahuan berhubungan dengan cara-cara mencegah penularan HIV dan perawatan mandiriPasien, keluarga, dan sahabatnya diberitahu mengenai cara-cara penularan penyakit AIDS. Semua ketakutan dan kesalahpahaman harus dibicarakan dengan seksama.




Penyimpangan KDM pada pasien HIV/AIDS dapat dilihat pada postingan terdahulu, disini







Read More
Postingan Lama Beranda
Lihat versi seluler
Langganan: Postingan ( Atom )
 photo banner300x250-biru.gif

Blog Archive

  • 2016 (1)
    • 09/18 - 09/25 (1)
      • PENGETAHUAN IBU TENTANG BIANG KERINGAT PADA BAYI 0...
  • 2015 (10)
    • 10/11 - 10/18 (1)
    • 09/13 - 09/20 (1)
    • 09/06 - 09/13 (1)
    • 07/05 - 07/12 (1)
    • 05/17 - 05/24 (6)
  • 2014 (1)
    • 04/13 - 04/20 (1)
  • 2012 (770)
    • 02/19 - 02/26 (5)
    • 02/12 - 02/19 (10)
    • 02/05 - 02/12 (4)
    • 01/29 - 02/05 (27)
    • 01/22 - 01/29 (88)
    • 01/15 - 01/22 (101)
    • 01/08 - 01/15 (169)
    • 01/01 - 01/08 (366)
  • 2011 (4477)
    • 12/25 - 01/01 (336)
    • 12/18 - 12/25 (62)
    • 12/11 - 12/18 (70)
    • 12/04 - 12/11 (77)
    • 11/27 - 12/04 (40)
    • 11/20 - 11/27 (67)
    • 11/13 - 11/20 (198)
    • 11/06 - 11/13 (187)
    • 10/30 - 11/06 (340)
    • 10/23 - 10/30 (32)
    • 10/16 - 10/23 (109)
    • 10/09 - 10/16 (80)
    • 08/14 - 08/21 (75)
    • 08/07 - 08/14 (81)
    • 07/31 - 08/07 (82)
    • 07/24 - 07/31 (65)
    • 07/17 - 07/24 (91)
    • 07/10 - 07/17 (47)
    • 07/03 - 07/10 (44)
    • 06/26 - 07/03 (53)
    • 06/19 - 06/26 (59)
    • 06/12 - 06/19 (47)
    • 06/05 - 06/12 (65)
    • 05/29 - 06/05 (63)
    • 05/22 - 05/29 (77)
    • 05/15 - 05/22 (115)
    • 05/08 - 05/15 (65)
    • 05/01 - 05/08 (104)
    • 04/24 - 05/01 (45)
    • 04/17 - 04/24 (70)
    • 04/10 - 04/17 (134)
    • 04/03 - 04/10 (72)
    • 03/27 - 04/03 (18)
    • 03/20 - 03/27 (47)
    • 03/13 - 03/20 (68)
    • 03/06 - 03/13 (40)
    • 02/27 - 03/06 (56)
    • 02/20 - 02/27 (77)
    • 02/13 - 02/20 (76)
    • 02/06 - 02/13 (198)
    • 01/30 - 02/06 (194)
    • 01/23 - 01/30 (132)
    • 01/16 - 01/23 (196)
    • 01/09 - 01/16 (202)
    • 01/02 - 01/09 (121)
  • 2010 (2535)
    • 12/26 - 01/02 (156)
    • 12/19 - 12/26 (65)
    • 12/12 - 12/19 (73)
    • 12/05 - 12/12 (84)
    • 11/28 - 12/05 (80)
    • 11/21 - 11/28 (68)
    • 11/14 - 11/21 (63)
    • 11/07 - 11/14 (50)
    • 10/31 - 11/07 (50)
    • 10/24 - 10/31 (36)
    • 10/17 - 10/24 (58)
    • 10/10 - 10/17 (35)
    • 10/03 - 10/10 (31)
    • 09/26 - 10/03 (21)
    • 09/19 - 09/26 (26)
    • 09/12 - 09/19 (55)
    • 09/05 - 09/12 (65)
    • 08/29 - 09/05 (33)
    • 08/22 - 08/29 (70)
    • 08/15 - 08/22 (45)
    • 08/08 - 08/15 (35)
    • 08/01 - 08/08 (37)
    • 07/25 - 08/01 (27)
    • 07/18 - 07/25 (19)
    • 07/11 - 07/18 (30)
    • 07/04 - 07/11 (56)
    • 06/27 - 07/04 (28)
    • 06/20 - 06/27 (22)
    • 06/13 - 06/20 (30)
    • 06/06 - 06/13 (21)
    • 05/30 - 06/06 (5)
    • 05/16 - 05/23 (6)
    • 05/09 - 05/16 (29)
    • 05/02 - 05/09 (59)
    • 04/25 - 05/02 (28)
    • 04/18 - 04/25 (38)
    • 04/11 - 04/18 (70)
    • 04/04 - 04/11 (59)
    • 03/28 - 04/04 (65)
    • 03/21 - 03/28 (89)
    • 03/14 - 03/21 (218)
    • 03/07 - 03/14 (95)
    • 02/28 - 03/07 (135)
    • 02/21 - 02/28 (102)
    • 01/03 - 01/10 (68)
  • 2009 (1652)
    • 12/27 - 01/03 (36)
    • 12/20 - 12/27 (22)
    • 12/13 - 12/20 (100)
    • 12/06 - 12/13 (45)
    • 11/29 - 12/06 (24)
    • 11/22 - 11/29 (22)
    • 11/15 - 11/22 (19)
    • 11/08 - 11/15 (28)
    • 11/01 - 11/08 (11)
    • 10/25 - 11/01 (17)
    • 10/18 - 10/25 (38)
    • 10/11 - 10/18 (33)
    • 10/04 - 10/11 (15)
    • 09/27 - 10/04 (21)
    • 09/20 - 09/27 (7)
    • 09/13 - 09/20 (84)
    • 09/06 - 09/13 (35)
    • 08/30 - 09/06 (48)
    • 08/23 - 08/30 (118)
    • 08/16 - 08/23 (26)
    • 08/09 - 08/16 (34)
    • 08/02 - 08/09 (35)
    • 07/26 - 08/02 (31)
    • 07/19 - 07/26 (14)
    • 07/12 - 07/19 (16)
    • 07/05 - 07/12 (28)
    • 06/28 - 07/05 (26)
    • 06/21 - 06/28 (76)
    • 06/14 - 06/21 (26)
    • 06/07 - 06/14 (21)
    • 05/31 - 06/07 (43)
    • 05/24 - 05/31 (38)
    • 05/17 - 05/24 (26)
    • 05/10 - 05/17 (52)
    • 05/03 - 05/10 (15)
    • 04/26 - 05/03 (38)
    • 04/19 - 04/26 (32)
    • 04/12 - 04/19 (22)
    • 04/05 - 04/12 (20)
    • 03/29 - 04/05 (40)
    • 03/22 - 03/29 (43)
    • 03/15 - 03/22 (18)
    • 03/08 - 03/15 (14)
    • 03/01 - 03/08 (22)
    • 02/22 - 03/01 (12)
    • 02/15 - 02/22 (9)
    • 02/08 - 02/15 (11)
    • 02/01 - 02/08 (19)
    • 01/25 - 02/01 (37)
    • 01/18 - 01/25 (21)
    • 01/11 - 01/18 (33)
    • 01/04 - 01/11 (31)
  • 2008 (700)
    • 12/28 - 01/04 (13)
    • 12/21 - 12/28 (9)
    • 12/14 - 12/21 (57)
    • 12/07 - 12/14 (5)
    • 11/30 - 12/07 (18)
    • 11/23 - 11/30 (33)
    • 11/16 - 11/23 (31)
    • 11/09 - 11/16 (23)
    • 11/02 - 11/09 (18)
    • 10/26 - 11/02 (11)
    • 10/19 - 10/26 (15)
    • 10/12 - 10/19 (13)
    • 10/05 - 10/12 (25)
    • 09/28 - 10/05 (2)
    • 09/21 - 09/28 (14)
    • 09/14 - 09/21 (19)
    • 09/07 - 09/14 (43)
    • 08/31 - 09/07 (3)
    • 08/24 - 08/31 (33)
    • 08/17 - 08/24 (65)
    • 08/10 - 08/17 (4)
    • 08/03 - 08/10 (26)
    • 07/27 - 08/03 (6)
    • 07/20 - 07/27 (19)
    • 07/13 - 07/20 (18)
    • 07/06 - 07/13 (60)
    • 06/29 - 07/06 (53)
    • 06/22 - 06/29 (49)
    • 06/15 - 06/22 (11)
    • 06/08 - 06/15 (4)

Popular Posts

  • ASKEP NIFAS DENGAN PERDARAHAN POST PARTUM
    ASUHAN KEPERAWATAN IBU NIFAS DENGAN PERDARAHAN POST PARTUM A. PengertianPost partum / puerperium adalah masa dimana tubuh menyesuaikan, baik...
  • Hubungan Usia Terhadap Perdarahan Post Partum Di RSUD
    KTI KEBIDANAN HUBUNGAN USIA TERHADAP PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSUD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan wanita merupakan hal yang s...
  • PATHWAY ASFIKSIA NEONATORUM
    PATHWAY ASFIKSIA NEONATORUM Klik pada gambar untuk melihat pathway Download Pathway Asfiksia Neonatorum Via Ziddu Download Askep Asfiksia N...
  • PATHWAY HEMATEMESIS MELENA
    Pathway Hematemesis Melena Klik pada gambar untuk melihat pathway Download Pathway Hematemesis Melena Via Ziddu
  • PROSES KEPERAWATAN KOMUNITAS
    PROSES KEPERAWATAN KOMUNITAS Pengertian - Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan, merencana...
  • Ikterus
    DEFINISI Ikterus ialah suatu gejala yang perlu mendapat perhatian sungguh-sungguh pada neonatus. Ikterus ialah suatu diskolorasi kuning pa...
  • Metode Kalender atau Pantang Berkala (Calendar Method Or Periodic Abstinence)
    Metode Kalender atau Pantang Berkala (Calendar Method Or Periodic Abstinence) Pendahuluan Metode kalender atau pantang berkala merupakan met...
  • Materi Kesehatan: Taksiran Berat Badan Janin (TBBJ)
     Taksiran Berat Badan Janin (TBBJ) PERBANDINGAN AKURASI TAKSIRAN BERAT BADAN JANIN MENGGUNAKAN RUMUS JOHNSON TOHSACH DENGAN MODIFIKASI RUMUS...
  • Diagnosa Keperawatan Aktual
    Konsep Dasar Diagnosa Keperawatan Aktual BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai suatu aspek yang terpenting dalam proses kepera...
  • PATHWAY COMBUSTIO
    Pathway Combustio Klik Pada Gambar Untuk melihat pathway Download Pathway Combustio Via Ziddu Tag: Pathways combustio , pathways luka baka...

Statistik

© ASUHAN KEPERAWATAN 2013 . Powered by Bootstrap , Blogger templates and RWD Testing Tool Published..Gooyaabi Templates