Tampilkan postingan dengan label ARTIKEL KESEHATAN. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ARTIKEL KESEHATAN. Tampilkan semua postingan
Kamis, 28 Mei 2009
Asuhan Keperawatan Pada Diare
Diare adalah penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak di negara berkembang, dimana diare adalah penyebab penting kekurangan gizi. Ini disebabkan karena adanya anoreksia pada penderita diare sehingga dia makan lebih sedikit daripada biasanya dan kemampuan menyerap sari makanan berkurang padahal kebutuhan sari makanan meningkat selama adanya infeksi. Penyebab kematian utama karena diare adalah dehidrasi sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui tinjanya.
Definisi Diare BAB lebih dari tiga dengan konsistensi cair (WHO, 1992)
Jenis-jenis diare
Diare sebagai epidemiologi didefinisikan sebagai keluarnya tinja yang lunak dan cair tiga kali atau lebih dalam sehari. Secara klinik dibedakan 3 macam sindroma diare, yang masing-masing mencerminkan patogenesis yang berbeda dan memerlukan pendekatan yang berlainan dalam pengobatannya,
Diare cair akut
Diare yang terjadi secara akut dan berlangsung kurang dari 14 hari (bahkan kebanyakan kurang dari 7 hari), dengan pengeluaran tinja yang lunak / cair yang sering dan tanpa darah. Mungkin disertai muntah dan panas. Diare cair akut menyebabkan dehidrasi, dan bila masukan makanan kurang dapat mengakibatkan kurang gizi. Kematian yang terjadi disebabkan karena dehidrasi. Penyebab terpenting pada anak-anak : Shigella, Campylobacter jejuni dan Cryptosporidium, Vibrio cholera, Salmonella, E. coli, rotavirus.
Disentri
Adalah diare yang disertai darah dalam tinja, akibatnya antara lain : anoreksia, penurunan berat badan secara cepat, perusakan mukosa usus karena bakteri invasive. Penyebab utama adalah Shigella, penyebab lainnya Salmonella, C. jejuni.
Diare Persisten
Adalah diare yang mula-mula bersifat akut tapi berlangsung selama 14 hari. Episode ini dimulai sebagai diare cair atau disentri. Kehilangan berat badan yang nyata sering terjadi. Volume tinja dalam jumlah banyak sehingga ada resiko dehidrasi. Penyebab : E. coli, Shigella dan Cryptosporidium. Diare persisten berbeda dengan diare kronik, yakni diare intermitten (hilang-timbul), atau yang berlangsung lama dengan penyebab non infeksi, seperti penyakit sensitive terhadap gluten atau gangguan metabolisme yang menurun.
Epidemiologi
Kuman penyebab diare menyebar masuk melalui mulut antara lain makanan, minuman yang tercemar tinja atau yang kontak langsung dengan tinja penderita.
- Perilaku khusus meningkatkan resiko terjadinya diare; Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pertama kehidupan, Menggunakan botol susu yang tercemar, Menyimpan makanan masak pada suhu kamar dalam waktu cukup lama, Menggunakan air minuman yang tercemar oleh bakteri yang berasal dari tinja, Tidak mencuci tangan setelah buang air besar, sesudah membuang tinja atau sebelum memasak makanan, Tidak membuang tinja secara benar.
- Faktor yang meningkatkan kerentanan terhadap diare; Tidak memberikan ASI sampai umur 2 tahun, Kurang gizi, Campak, Imunodefisiensi / imunosupressif.
- Umur Kebanyakan diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan, insiden paling banyak 6 – 10 bulan (pada masa pemberian makanan pendamping).
- Variasi musiman Variasi pola musim diare dapat terjadi melalui letak geografi. Pada daerah sub tropik, diare karena bakteri lebih sering terjadi pada musim panas sedangkan diare karena virus (rotavirus) puncaknya pada musim dingin. Pada daerah tropik diare rotavirus terjadi sepanjang tahun, frekuensi meningkat pada musim kemarau sedangkan puncak diare karena bakteri adalah pada musim hujan.
- Infeksi asimtomatik kebanyakan infeksi usus bersifat asimtomatik / tanpa gejala dan proporsi ini meningkat di atas umur 2 tahun karena pembentukkan imunitas aktif.
Prinsip utama pengobatan diare
- Diare cair membutuhkan penggantian cairan dan elektrolit tanpa melihat etiologinya/penyebabnya.
- Makanan harus diteruskan bahkan ditingkatkan selama diare untuk menghindarkan efek buruk pada gizi.
- Antibiotik/anti parasit tidak boleh digunakann secara rutin, tidak ada manfaatnya untuk kebanyakan kasus termasuk diare berat, diare dengan panas kecuali : pada disentri yang harus diobati dengan antimikroba yang efektif untuk shigella, Suspek kolera dengan dehidrasi berat, Diare persisten, bila diketemukan tropozoit atau kista G lamblia atau tropozoit E. histolitika di tinja atau cairan usus, atau bila bakteri patogen ditemukan dalam kultur tinja.
Terapi rehidrasi, Bertujuan untuk mengoreksi kekurangan cairan dan elektrolit secara cepat.
Terapi rehidrasi oral:
- Cairan oralit (cairan rehidrasi oral) Oralit adalah campuran gula dan garam. Rasio glukosa vs natrium paling tidak 1 : 1. Untuk terapi diare di rumah ibu diberi oralit untuk pemakaian 2 hari. Bila memberikan oralit satu kantong harus diberikan sekaligus dan larutan oralit yang tidak digunakan dalam 24 jam harus dibuang. Bila diare terus berlangsung sedangkan oralit sudah habis harus memberikan cairan rumah tangga atau membawa kembali anaknya ke sarana kesehatan untuk pengobatan.
- Cairan rumah tangga, Meskipun komposisinya tidak seberat oralit untuk mengobati dehidrasi, cairan larutan seperti sup, air biasa, minuman yoghurt mungkin lebih praktis untuk rehidrasi oral mencegah dehidrasi. Cairan rumah tangga ini harus segera diberikan pada anak pada saat mulai diare dengan tujuan memberi lebih banyak cairan dari biasanya. Ada beberapa cairan yang tidak boleh diberikan pada anak yang menderita diare termasuk sari buah manis yang diperdagangkan, pencahar, stimulansia seperti kopi.
Kriteria cairan rumah tangga yang diberikan pada penderita diare :
- Aman bila diberikan dalam jumlah banyak. Teh yang sangat manis, soft drink dan minuman buah komersial yang manis harus dihindarkan karena menyebabkan diare osmotik, memperberat dehidrasi.
- Mudah menyiapkan.
- Dapat diterima oleh penderita.
- Efektif.
Upaya rehidrasi oral tidak tepat untuk :
- Pengobatan awal dehidrasi berat, karena cairan harus diganti dengan cepat.
- Penderita ileus paratikus dan perut kembung.
- Penderita yang tidak dapat minum.
Upaya rehidrasi oral tidak efektif untuk :
- Penderita dengan pengeluaran tinja yang sangat banyak dan cepat (lebih dari 15 ml/kgBB/jam) serta penderita tidak dapat minum cairan dengan jumlah yang cukup untuk mengganti kehilangannya.
- Penderita dengan muntah berat dan berulang-ulang.
- Penderita malabsorbsi glukosa; penderita seperti itu larutan oralit menyebabkan volume tinja meningkat nyata dan tinja mengandung glukosa jumlah besar.
Makanan pada terapi diare
ASI, susu formula atau susu sapi harus diberikan seperti biasanya. Anak umur 6 bulan atau lebih harus diberikan makanan lunak/setengah padat. Tawarkan makanan setiap 3-4 jam atau berikan anak makanan sebanyak dia mau. Pemberian makanan sedikit – sedikit namun sering lebih dapat diterima daripada diberikan dalam jumlah besar tapi jarang. Setelah diare berhenti, teruskan pemberian makanan satu kali lebih banyak daripada biasanya selama 2 minggu menggunakan makanan yang mengandung banyak gizi.
Obat anti diare
Banyak obat dijual untuk mengobati diare akut dan muntah. Obat-obatan anti diare meliputi anti motilitas usus (misal loperamid, difenoksilat, kodein), adsorben (misal norit, kaolin, attapulgit, smectite) dan biakan bakteri hidup (misal lactobacillus, streptokokus faecalis). Antimuntah termasuk klorpromasin, prometasin. Semua obat di atas tidak boleh diberikan pada anak di bawah 5 tahun.
Antibiotika juga tidak boleh diberikan secara rutin kecuali untuk penderita disentri / kolera. Penggunaan yang berlebihan anti diare, anti muntah, antibiotika, anti protozoa menghambat pemberian oralit atau menghambat pertolongan ke sarana kesehatan. Hal ini juga menghamburkan uang.
Tanda-tanda memburuknya diare, Ibu harus membawa anaknya ke sarana kesehatan jika :
- tinja cair keluar amat sering.
- muntah berulang.
- rasa haus yang meningkat.
- tidak dapat makan dan minum seperti biasanya.
Diare yang terkait dengan penyakit lain
- Diare yang terkait dengan campak. Insiden meningkat pada waktu terkena campak, selama 4 minggu setelah timbulnya penyakit dan kemungkinan sampai 6 bulan sesudah episode campak. Diare yang berhubungan dengan campak seringkali berat dan lama. Karenanya imunisasi campak merupakan cara yang penting untuk mencegah diare dan kematian yang berhubungan dengan diare.
- Diare dengan panas Sering terjadi pada diare yang disebabkan karena rotavirus atau bakteri invasif, seperti shigella, campylobacter atau salmonella. Panas mungkin menyertai dehidrasi dan menghilang selama rehidrasi. Panas pada penderita diare mungkin pula tanda infeksi lain seperti pneumonia, malaria. Namun begitu, tidaklah tepat memberi antibiotik pada anak penderita diare hanya karena panas. Bila suhu badan anak 39oC atau lebih anak harus diobati dengan paracetamol untuk menurunkan suhu badannya atau bila panas sangat tinggi dengan mengompres kepala dan perutnya dengan air hangat.
Penyebab penurunan gizi selama diare
1. Berkurangnya masukan makanan, Merupakan akibat dari :
a. Anoreksia yang terutama terlihat pada anak disentri.
b. Muntah.
c. Menghentikan makanan karena kepercayaan tradisional untuk mengistirahatkan usus.
d. Memberikan makanan dengan nilai gizi kurang, seperti sup yang diencerkan.
2. Berkurangnya penyerapan zat makanan, Disebabkan karena :
a. Kerusakan epitel absorbsi yang mengurangi luas permukaan usus.
b. Defisiensi disakarida karena kegagalan produksi enzim oleh mikrovili yang rusak.
c. Berkurangnya konsentrasi asam empedu yang diperlukan untuk absorbsi lemak.
d. Transit makanan melalui usus yang sangat cepat menyebabkan tidak cukup waktu untuk pencernaan dan absorbsi.
3. Meningkatnya kebutuhan zat makanan, Kebutuhan zat makanan meningkat karena :
a. Kebutuhan metabolik karena panas.
b. Kebutuhan untuk memperbaiki epitel usus.
c. Kebutuhan mengganti kehilangan protein serum melalui mukosa usus yang rusak seperti pada disentri.
Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul pada Asuhan Keperawatan Diare
- Kurangnya volume cairan
- Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
- Risiko kerusakan integritas kulit
Kamis, 16 April 2009
Luka Bakar
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi para medis. Jenis yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibanding dengan cedera oleh sebab lain.
Penyebab luka bakar selain terbakar api langsung atau tidak langsung, juga pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia. Luka bakar karena api atau akibat tidak langsung dari api, misalnya tersiram air panas banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga.
Patofisiologi Luka bakar
Luka bakar disebabkan karena pengalihan energi dari suatu sumber panas kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi elektromagnetik. Luka bakar dapat dikelompokkan menjadi luka bakar termal, radiasi dan kimia. Destruksi jaringan terjadi akibat koagulasi, denaturasi protein dan ionisasi isi sel. Kulit dan mukosa saluran napas atas merupakan lokasi destruksi jaringan. Jaringan yang dalam, termasuk organ visera, dapat mengalami kerusakan karena karena luka bakar elektrik atau kontak yang lama dengan agen penyebab (burning agen). Nekrosis atau kegagalan organ dapat terjadi.
Dalamnya luka bakar tergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan lamanya kontak dengan agen penyebab luka bakar tersebut. Suhu yang kurang dari 400C dapat ditoleransi dalam periode waktu yang lama tanpa menyebabkan luka bakar.
Perawatan luka bakar harus direncanakan menurut luas dan dalamnya, kemudian perawatannya dilakukan dengan tiga fase luka bakar, yaitu: fase darurat/resusitasi, fase akut atau intermediate dan fase rehabilitasi.
Fase | Durasi | Prioritas |
Fase resusitasi yang darurat/segera | Dari awitan cedera hingga selesainya resusitasi cairan | Pertolongan pertama Pencegahan syok Pencegahan gangguan pernapasan Deteksi dan penanganan cedera yang menyertai Penilaian luka dan perawatan pendahuluan |
Fase akut | Dari dimulainya diuresis hingga hamper selesainya proses penutupan luka | Perawatan dan penutupan luka Pencegahan/penanganan komplikasi termasuk infeksi Dukungan nutrisi |
Fase rehabilitasi | Dari penutupan luka yang besar hingga kembalinya kepada tingkat penyesuaian fisik dan psikososial yang optimal | Pencegahan parut&kontraktur Rehabilitasi fisik, oksupasional&vokasional Rekonstruksi fungsional&kosmetik Konseling psikologi |
Derajad Luka bakar
Kedalaman luka bakar tergantung oleh tingginya suhu dan lamanya pajanan suhu tinggi. Selain api yang langsung menjilat tubuh, bajuyang ikut terbakar juga memperdalam luka bakar. Bahan baju yang paling aman adalah yang terbuat dari bulu domba (wol). Bahan sintesis seperti nilon dan dakron selain mudah terbakar juga mudah lumer oleh suhu tinggi, lalu menjadi lengket sehingga memperberat derajat kedalaman.
Luka bakar dapat diklasifikasikan menurut jaringan yang rusak:
Kedalaman & derajat luka bakar | Bagian kulit yang terkena | Gejala | Penampilan luka | Perjalanan kesembuhan |
Derajat satu (superficial) Tersengat matahari Terkena api dengan intensitas rendah | Epidermis | Kesemutan Hiperestesia (supersensitive) Rasa nyeri mereda bila didinginkan | Memerah, menjadi putih bila ditekan Minimal atau tanpa edema | Kesembuhan lengkap dalam 1 minggu Pengelupasan kulit |
Derajat dua (Partial Thickness) Tersiram air mendidih Terbakar oleh nyala api | Epidermis dan bagian dermis | Nyeri Hiperestesia Sensitif terhadap udara yang dingin | Melepuh dasar luka berbintik-bintik merah, epidermis retak, permukaan luika basah Edema | Kesembuhan dalam 2-3 minggu Pembentukan parut&depigmentasi Infeksi dpt mengubahnya mjd derajat tiga |
Derajat tiga (Full Thickness) Terbakar nyala api Terkena cairan mendidih dalam waktu yang lama Tersengat arus listrik | Epidermis, keseluruhan dermis dan kadang-kadang jaringan subkutan | Tidak terasa nyeri Syok Hematuria&kemungkinan hemolisis Kemungkinan terdapat luka masuk dan keluar (pada luka baker listrik) | Kering, luka baker berwarna putih seperti bahan kulit atau gosong Kulit retak dengan bagian lemak yang nampak Edema | Pembentukan esker Diperlukan pencangkokan Pembentukan parut&hilangnya kontur serta fungsi kulit Hilangnya jari tangan atau ekstremitas dapat terjadi |
Umumnya luka bakar memiliki kedalaman yang tidak seragam. Ketika dinilai, luka bakar biasabya mencakup daerah-daerah cedera superfisial pada bagian perifer luka dengan peningkatankedalaman di sebelah proksimal. Setiap daerah memiliki 3 zona cedera. Daerah yang sebelah dalam mengalami kerusakan yang paling parah, sedangkan zona yang sebelah luar kerusakannya paling ringan. Daerah sebelah dalam dikenal sebagai zona koagulasi dimana terjadi kerusakan seluler. Daerah yang tengah disebut zona statis tempat terjadinya gangguan suplai darah, inflamasi dan cedera jaringan. Daerah ini masih dapat diselamatkan sampai derajat tertentu dengan resusitasi cairan yang berhasil baik. Daerah sebelah luar merupakan zona hyperemia. Zona ini merupakan luka baker derajat satu yang harus sembuh dalam waktu 1 minggu dan lebih khas untuk cedera terbakar atau tersengat arus listrik ketimbang cedera akibat cairan yang panas.
Dalam menentukan dalamnya luka bakar, yang harus diperhatikan yaitu faktor-faktor:
- Riwayat terjadinya luka bakar
- Penyebab luka bakar
- Suhu agen yang menyebabkan luka bakar
- Lamanya kontak dengan agen
- Tebalnya kulit
Luas Permukaan Tubuh yang Terbakar
Luas luka bakar dinyatakan dalam persen terhadap luas seluruh tubuh. Pada orang dewasa digunakan “rumus 9”, yaitu luas kepala dan leher, dada, punggung, perut, pinggang dan bokong, ekstremitas atas kiri, paha kanan paha kiri, tungkai dan kaki kanan, serta tungkai dan kaki kiri masing-masing 9%, sisanya 1% adalah daerah genetalia. Rumus ini membantu menaksir luasnya permukaan tubuh yang terbakar pada orang dewasa.
Pada anak dan dewasa digunakan rumus lain karena luas relative permukaan kepala anak jauh lebih besar dan luas relative permukaan kaki lebih kecil. Karena perbandingan luas permukaan bagian tubuh anak kecil berbeda dikenal rumus 10 untuk bayi dan rumus 10-15-20 untuk anak.
Untuk anak, kepala dan leher 15%, bagian depan dan belakang masing-masing 20%, ekstremitas atas kanan dan kiri masing-masing 10%, ekstremitas bawah kanan dan kiri masing-masing 15%.
Selain dalamnya dan luas permukaan, prognosis dan penanganan ditentukan oleh letak daerah yang terbakar, usia dan keadaan kesehatan penderita. Daerah perineum, ketiak, leher dan tangan sulit perawatannya antara lain karena mudah mengalami kontraktur.
Karena bayi dan orang usia lanjut daya kompensasinya lebih rendah, maka bila terbakar, digolongkan dalam golongan berat.
Perawatan Luka Bakar
Perawatan di Tempat Kejadian
Prioritas pertama dalam perawatan di tempat kejadian bagi seorang korban luka bakar adalah mencegah agar orang yang menyelamatkan tidak turut mengalami luka bakar.
1. Mematikan api
Upaya pertama saat terbakar adalah mematikan api misalnya dengan menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan pasokan oksigen bagi api yang menyala. Korban dapat mengusahakan dengan cepat menjatuhkan diri dan berguling dan mencegah meluasnya bagian pakaian yang terbakar. Kontak dengan bahan yang panas juga harus cepat diakhiri missal dengan mencelupkan bagian yang terbakar atau menceburkan diri ke air dingin atau melepaskan baju yang tersiram air panas. Jika sumber luka bakarnya adalah arus listrik, sumber listrik harus dipadamkan.
2. Mendinginkan luka baker
Proses koagulasi protein sel di jaringan yang terpajan suhu tinggi berlangsung terus setelah api dipadamkan sehingga destruksi tetap meluas. Proses ini dapat dihentikan dengan mendinginkan daerah yang terbakar dan mempertahankan suhu dingin ini pada jam pertama. Oleh karena itu merendam bagian yang terbakar selama lima belas menit pertama dalam air sangat bermanfaat untuk menurunkan suhu jaringan sehingga kerusakan lebih dangkal dan diperkecil. Dengan demikian luka yang sebenarnya menuju derajat II dapat dihentikan pada derajat I atau luka yang menjadi derajat III dihentikan pada tingkat I atau II. Pencelupan atau penyiraman dapat dilakukan dengan air apa saja yang dingin sekurang-kurangnya 15 menit.
3. Melepaskan benda penghalang
Meskipun pakaian yang menempel pada luka bakar dapat dibiarkan, pakaian lain dan semua barang perhiasan harus segera dilepaskan untuk melakukan penilaian serta mencegah terjadinya kontriksi sekunder akibat edema yang timbul dengan cepat.
4. Menutup luka bakar
Luka bakar harus ditutup secepat mungkin untuk memperkevil kemungkinan kontaminasi bakteri dan mengurangi nyeri dengan mencegah aliran udara agar tidak mengenai permukaan kulit yang terbakar.
5. Mengirigasi Luka bakar kimia
Luka bakar kimia akibat bahan korosif harus segera dibilas dengan air mengalir. Jika mengenai mata harus segera dicuci dengan air bersih yang sejuk.
Penatalaksanaan Kehilangan Cairan dan Syok
Setelah menangani kesulitan pernapasan, kebutuhan yang paling mendesak adalah mencegah terjadinya syok irreversible dengan menggantikan cairan dan elektrolit yang hilang.
Perubahan cairan dan Elektrolit Pada Fase Emergensi/Resusitasi dalam Perawatan Luka Bakar
Fase Akumulasi Cairan (Fase Syok) Plasma menuju cairan interstisial (Edema pada tempat yang terbakar) | |
Observasi | Penjelasan |
Dehidrasi yang menyeluruh Berkurangnya volume darah Berkurangnya haluran urin Kadar K+ yang berlebihan Kadar Na+ yang kurang/deficit Asidosi metabolic (deficit basa bikarbonat) Hemokonsentrasi (Kenaikan hematokrit) | Plasma mengalir keluar (bocor) lewat pembuluh darah kapiler yang rusak Terjadi sekunder akibat hilangnya plasma penurunan tekanan darah dan berkurangnya curah jantung Terjadi sekunder akibat: - kehilangna aliran darah renal - kehilangan cairan - Retensi Na&air karena peningkatan kortek adrenal (hemolisis sel darah merah yang menyebabkan hemoglobinuria&mionekrosis/mioglobinuria) Trauma seluler yang massif menyebabkan pelepasan ion K+ ke dalam cairan ekstraseluler Sejumlah besar ion Na+ hilang dalam cairan edema yang terperangkap dan mengalami eksudasi serta berpindah ke dalam sel ketika ion K+ dilepas dari dalam sel Kehilangan ion-ion bikarbonat menyertai kehilangan natrium Komponen darah yang cair mengalir ke dalam ruang ekstravaskuler |
Selang infus dan kateter urin harus sudah terpasang sebelum resusitasi cairan dimulai. Hasil pengukuran BB dan tes laboratorium juga dicatat dan dipantau secara ketat.
Penggantian Cairan
Kebutuhan cairan yang diproyeksikan dalam 24 jam pertama dihitung oleh dokter berdasarkan luas luka baker. Beberapa kombinasi kategori cairan dapat digunakan (1) koloid-whole blood, plasma serta plasma ekpander, dan (2) kristaloid/elektrolit-larutan natrium klorida fisiologik atau larutan ringer laktat. Resusitasi cairan yang adequate menghasilkan sedikit penurunan volume darah selama 24 jam pertama pasca luka bakar dan mengembalikan kadar plasma dalam nilai yang normal pada akhir periode 48 jam.
Pedoman Rumus untuk Penggantian Cairan Pada Pasien Luka Bakar
Rumus Konsensus
Larutan Ringer Laktat (atau larutan saline seimbang lainnya): 2-4 ml X kg BB X % luas luka baker.
Separuh diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam selanjutnya.
Rumus Evans
1. Koloid: 1ml X kg BB X % luas luka baker
2. Elektrolit (saline): 1ml X kg BB X % luas luka baker
3. Glukosa (5% dalam air): 2000ml untuk kehilangan insensible
Hari 1: Separuh diberikan dalam 8 jam pertama, separuh sisanya dalam 16 jam selanjutnya.
Hari 2: Separuh dari cairan elektrolit dan koloid yang diberikan pada hari sebelumnya, seluruh penggantian cairan insensible.
Maksimum 10.000 selama 24 jam. Luka baker derajat II dan III yang melebihi 50% luas permukaan tubuh dihitung berdasarkan 50% luas permukaan tubuh.
Rumus Brooke Army
1. Koloid: 0,5ml X kg BB X % luas luka baker
2. Elektrolit (larutan ringer laktat): 1,5ml X kg BB X % luas luka baker
3. Glukosa (5% dalam air): 2000ml untuk kehilangan insensible
Hari 1: Separuh diberikan dalam 8 jam pertama, separuh sisanya dalam 16 jam selanjutnya.
Hari 2: Separuh dari cairan koloid, separuh elektrolit, seluruh penggantian cairan insensible.
Luka baker derajat II dan III yang melebihi 50% luas permukaan tubuh dihitung berdasarkan 50% luas permukaan tubuh.
Rumus Parkland/Baxter
Larutan ringer laktat: 4ml X kg BB X luas luka baker
Hari 1: Separuh diberikan dalam 8 jam pertama, separuh sisanya dalam 16 jam selanjutnya.
Hari 2: Bervariasi. Ditambahkan koloid
Larutan Salin Hipertonik
Larutan pekat natrium klorida dan laktat dengan konsentrasi 250-300 mEq natrium perLiter yang diberikan pada kecepatan yang cukup untuk mempertahankan volume keluaran urin yang diinginkan. Jangan meningkatkan kecepatan infuse selama 8 jam pertama pasca luka baker. Kadar natrium serum harus dipantau dengan ketat. Tujuan: meningkatkan kadar natrium serum dan osmolalitas untuk mengurangi edema dan mencegah komplikasi paru.
Obat-obatan
Antibiotik sistemik spectrum luas diberikan untuk mencegah infeksi. Yang banyak dipakai adalah golongan aminoglikosida yang efektif terhadap pseudomonas. Bila ada infeksi, antibiotic diberikan berdasarkan hasil biakan dan uji kepekaan kuman. Antasida diberikan untuk pencegahan tukak stress dan antipiretik diberikan bila suhu tinggi.
Nutrisi harus diberikan cukup untuk menutup kebutuhan kalori dan keseimbangan nitrogen yang negative pada fase katabolisme, yaitu sebanyak 2500-3000 kalori sehari dengan kadar protein tinggi. Kalau perlu makanan diberikan melalui pipa lambung atau ditambah parenteral.
Penderita yang mulai stabil keadaannya perlu fisioterapai untuk memperlancar peredaran darah dan mencegah kekakuan sendi.
Penderita luka baker harus dipantau terus-menerus, keberhasilan pemberian cairan dapat dilihat dari diuresis normal yaitu sekurang-kurangnya 1ml/kgBB/jam. Yang penting juga apakah sirkulasi normal/tidak
CHIRROSIS HEPATIS
A. Pengertian
Chirrosis hepatis adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses peradangan, nekrosis sel hati yang luas, pembentukn jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak teratur akibat penambahan jaringan ikat dan nodul tersebut.
Tipe Chirrosis Hepatis
1. Chirrosis portal Laennec (alkoholik, nutrisional ) dimana jaringan parut secara khas mengelilingi daerah portal. Sirosis ini paling sering disebaban oleh alcoholisme kronis.
2. Chirrosis pasca nekrotik, terdapat pita jaringan parut yang lebar sebagai tindak lanjut dari hepatitis virus akut sebelumnya
3. Chirrosis bilier, dimana pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati sekitar saluran empedu. Tipe ini biasanya terjadi akibat obstruksi bilier yang kronis dan infeksi (kolangitis) ; insidensinya paling rendah
B. Patofisiologi
Infeksi hepatitis viral tipe B/C menyebabkan peradangan hati. Peradangan ini menyebabkan nekrosis meliputi daerah yang luas (hepatoseluler), terjadi kolaps lobulus hati dan ini memacu timbulnya jaringan parut disertai terbentuknya septa fibrosa difus dan nodul sel hati. Walaupun etiologi beda, gambaran histologis sama atau hampir sama. Serta bisa dibentuk dari sel retikulum penyangga yang kolaps dan berubah jadi parut. Beberapa sel tumbuh kembali dan membentuk nodul dengan berbagai ukuran dan ini menyebabkan distorsi percabangan pembuluh hepatic dan gangguan aliran darah porta dan menimbulkan hipertnsi portal. Tahap berikutnya terjadi peradangan dan nekrosis pada sel duktules, sinusoid, retikulo endotel, terjadi fibrogenesis dan septa aktif. Jaringan kolagen berubah fari reversible menjadi irreversible bila telah terbentuk septa permanen yang aselular pada daerah porta dan parenkim hati.
C. Etiologi
1. Hepatitis virus tipe B dan C
2. Alkohol
3. Metabolik ( hemokromatosis idiopatik, penyakit Wilson , defisiensi alpha 1 anti tripsin, galaktosemia, tirosinemia congenital, DM , penyakit penimbunan kolagen)
4. Kolestasisi kronik/sirosis bilier sekunder intra dan ekstra hepatic
5. Obstruksi aliran vena hepatic (Peny.vena oklusif, Sindrom Budd Chiari, Perikarditis konstriktiva, Payah jantung kanan)
6. Gangguan imunologis
7. Toksik dan obat ( MTX, INH, Metildopa)
8. Operasi pintasusus halus pada obesitas
9. Malnutrisi
10. Idiopatik
D. Tanda dan Gejala
Kriteria Soebandiri , bila terdapat 5 dari 7 :
1. Spider nevi
2. Venectasi/ vena kolateral
3. Ascites (dengan atau tanpa edema kaki)
4. Spelomegali
5. Varices esophagus (hemel)
6. Ratio albumin : globulin terbalik
7. Palmar eritema
Manifestasi klinis berdasarkan :
1. Kompensata (belum mempengauhi fungsi hepar)
§ Demam intermitten
§ Spider nevi
§ Palmar eritema
§ Epistaksis
§ Edema kaki
§ Dispepsia
§ Nyeri abdomen
§ Hepatosplenomegali
2. Dekompensata
§ Ascites
§ Jaundice
§ Kelemahan fisik
§ Kehilangan BB
§ Epistaksis
§ Hipotensi
§ Atropi gonadal
Klasifikasi CHILD
Derajat kerusakan | Minimal | Sedang | Berat |
Bil serum (mg%) | <2,0 | 2,0-3,0 | >3 |
Alb.serum (mg%) | >3,5 | 3,0-3,5 | <3,0 |
Ascites | - | Mudah dikontrol | Sulit dikontrol |
Enselopati | - | Minimal | Berat/koma |
Nutrisi | Sempurna | Baik | Kurang/kurus |
Protrombin | >70% | 40-70% | <40% |
Grade (CHILD) | Nilai | Prognosis |
A | 5 - 6 | 10 – 15% |
B | 7 – 9 | 30% |
C | 10 - 15 | >60% |
Tingkatan Enselopati Hati
Tingkat | Derajat | Astereksi/Flapping | EEG | Status mental |
I | Prodormal | Ringan | | Bingung, perub.jiwa&kelakuan,eforia,depresi,bicara lambat,terputus,tidak rapi |
II | Impending/koma | Mudah dirangsang | Abn | >berat dr tk.I,mengantuk,TL tdk wajar |
III | Stupor | Dijumpai jika kooperatif | Abn (flat) | Mengantuk terus/msh bisa dibangunkan |
IV | Koma dangkal/dalam | Absen | Abn (flat) | Bisa/tidak bisa respon stimuli,hipereksi,hiperventilasi |
E. Pemeriksaan Penunjang
§ Biopsi Hati
§ Darah rutin : Hb rendah, anemia normokromik normositer, hipokrom mikrositer ,hipokrom makrositer.
§ Kolesterol darah yang selalu rendah prognosis kurang baik
§ Kenaikan kadar enzim transaminase (SGOT/SGPT). Kenaikan diakibatkan kebocoran dari sel yang mengalami kerusakan. Pada sirosis inaktif tidak meningkat
§ Albumin menurun
§ Pemeriksaan CHE (kolinesterase) turun. Bila terjadi kenaikan berati terjadi perbaikan
§ Pemeriksaan kadar elektrolit penting untuk penggunaan diuretic dan pembatasan garam. Dalam enselopati kadar NA < 4 mEq/l menunjukkan terjadi sindrom hepatorenal
§ Masa Protrombin memanjang
§ Kadar gula darah meningkat karena kurangnya kemampuan hati membentuk glikogen
§ Marker serologi pertanda virus ; HbsAg/HbsAb, HbeAg/HbeAb, HBV DNA, HCV RNA.
§ Pemeriksaan AFP (alfa feto protein) menentukan apakah ada keganasan. AFP > 500 – 1000 menunjukkan suatu kanker hati primer.
§ Radiologi : barium swallow untuk melihat adanya varises esofagus.
§ Esofagoskopi : melihat varises esofagus berupa adanya cherry red spot, red whale marking, diffus redness. Kemungkinan perdarahan
§ USG
§ Sidikan hati : radionukleid IV
§ Tomografi komputer
§ E R C P : untuk menyingkirkan adanya obstruksi ekstrahepatik
§ Angiografi
§ Punksi ascites : pemeriksaan mikroskopis, kultur cairan, kadar protein, amilase dan lipase.
F. Penatalaksanaan
Berdasarkan gejala yang ada.
§ Kompensata baik : kontrol, istirahat, diet TKTP, lemak secukupnya,
§ Penyebab diketahui : atasi atau hentikan penyebab
§ Atasi komplikasi ; ascites diberikan diet rendah garam 0,5 g/hari, total cairan 1,5 l/hr, diuretic
§ Dengan perdarahan : resusitasi, lavase air es, hemostatik, antasid/antagonisB2, sterilisasai usus, klisma tinggi, skleroterapi, ligasi endokospik varises
§ Pencegahan pecahnya varises esofagus : farmakoterapi, ligasi varises.
G. Garis besar penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan hematemesis melena
§ Hentikan/cegah perdarahan berulang
§ Mengeliminasi produk darah
§ Stabilkan hemodinamik
§ Menurunkan kecemasan
§ Fasilitasi bedrest selama fase pemulihan
§ Tingkatkan asupan nutrisi
§ Perawatan kulit
§ Hentikan/cegah perdarahan berulang
§ Mengeliminasi produk darah
§ Stabilkan hemodinamik
§ Menurunkan kecemasan
§ Fasilitasi bedrest selama fase pemulihan
§ Tingkatkan asupan nutrisi
§ Perawatan kulit
§ Cegah infeksi
Langganan:
Postingan
(
Atom
)
Blog Archive
-
2015
(10)
- 10/11 - 10/18 (1)
- 09/13 - 09/20 (1)
- 09/06 - 09/13 (1)
- 07/05 - 07/12 (1)
- 05/17 - 05/24 (6)
-
2014
(1)
- 04/13 - 04/20 (1)
-
2012
(770)
- 02/19 - 02/26 (5)
- 02/12 - 02/19 (10)
- 02/05 - 02/12 (4)
- 01/29 - 02/05 (27)
- 01/22 - 01/29 (88)
- 01/15 - 01/22 (101)
- 01/08 - 01/15 (169)
- 01/01 - 01/08 (366)
-
2011
(4477)
- 12/25 - 01/01 (336)
- 12/18 - 12/25 (62)
- 12/11 - 12/18 (70)
- 12/04 - 12/11 (77)
- 11/27 - 12/04 (40)
- 11/20 - 11/27 (67)
- 11/13 - 11/20 (198)
- 11/06 - 11/13 (187)
- 10/30 - 11/06 (340)
- 10/23 - 10/30 (32)
- 10/16 - 10/23 (109)
- 10/09 - 10/16 (80)
- 08/14 - 08/21 (75)
- 08/07 - 08/14 (81)
- 07/31 - 08/07 (82)
- 07/24 - 07/31 (65)
- 07/17 - 07/24 (91)
- 07/10 - 07/17 (47)
- 07/03 - 07/10 (44)
- 06/26 - 07/03 (53)
- 06/19 - 06/26 (59)
- 06/12 - 06/19 (47)
- 06/05 - 06/12 (65)
- 05/29 - 06/05 (63)
- 05/22 - 05/29 (77)
- 05/15 - 05/22 (115)
- 05/08 - 05/15 (65)
- 05/01 - 05/08 (104)
- 04/24 - 05/01 (45)
- 04/17 - 04/24 (70)
- 04/10 - 04/17 (134)
- 04/03 - 04/10 (72)
- 03/27 - 04/03 (18)
- 03/20 - 03/27 (47)
- 03/13 - 03/20 (68)
- 03/06 - 03/13 (40)
- 02/27 - 03/06 (56)
- 02/20 - 02/27 (77)
- 02/13 - 02/20 (76)
- 02/06 - 02/13 (198)
- 01/30 - 02/06 (194)
- 01/23 - 01/30 (132)
- 01/16 - 01/23 (196)
- 01/09 - 01/16 (202)
- 01/02 - 01/09 (121)
-
2010
(2535)
- 12/26 - 01/02 (156)
- 12/19 - 12/26 (65)
- 12/12 - 12/19 (73)
- 12/05 - 12/12 (84)
- 11/28 - 12/05 (80)
- 11/21 - 11/28 (68)
- 11/14 - 11/21 (63)
- 11/07 - 11/14 (50)
- 10/31 - 11/07 (50)
- 10/24 - 10/31 (36)
- 10/17 - 10/24 (58)
- 10/10 - 10/17 (35)
- 10/03 - 10/10 (31)
- 09/26 - 10/03 (21)
- 09/19 - 09/26 (26)
- 09/12 - 09/19 (55)
- 09/05 - 09/12 (65)
- 08/29 - 09/05 (33)
- 08/22 - 08/29 (70)
- 08/15 - 08/22 (45)
- 08/08 - 08/15 (35)
- 08/01 - 08/08 (37)
- 07/25 - 08/01 (27)
- 07/18 - 07/25 (19)
- 07/11 - 07/18 (30)
- 07/04 - 07/11 (56)
- 06/27 - 07/04 (28)
- 06/20 - 06/27 (22)
- 06/13 - 06/20 (30)
- 06/06 - 06/13 (21)
- 05/30 - 06/06 (5)
- 05/16 - 05/23 (6)
- 05/09 - 05/16 (29)
- 05/02 - 05/09 (59)
- 04/25 - 05/02 (28)
- 04/18 - 04/25 (38)
- 04/11 - 04/18 (70)
- 04/04 - 04/11 (59)
- 03/28 - 04/04 (65)
- 03/21 - 03/28 (89)
- 03/14 - 03/21 (218)
- 03/07 - 03/14 (95)
- 02/28 - 03/07 (135)
- 02/21 - 02/28 (102)
- 01/03 - 01/10 (68)
-
2009
(1652)
- 12/27 - 01/03 (36)
- 12/20 - 12/27 (22)
- 12/13 - 12/20 (100)
- 12/06 - 12/13 (45)
- 11/29 - 12/06 (24)
- 11/22 - 11/29 (22)
- 11/15 - 11/22 (19)
- 11/08 - 11/15 (28)
- 11/01 - 11/08 (11)
- 10/25 - 11/01 (17)
- 10/18 - 10/25 (38)
- 10/11 - 10/18 (33)
- 10/04 - 10/11 (15)
- 09/27 - 10/04 (21)
- 09/20 - 09/27 (7)
- 09/13 - 09/20 (84)
- 09/06 - 09/13 (35)
- 08/30 - 09/06 (48)
- 08/23 - 08/30 (118)
- 08/16 - 08/23 (26)
- 08/09 - 08/16 (34)
- 08/02 - 08/09 (35)
- 07/26 - 08/02 (31)
- 07/19 - 07/26 (14)
- 07/12 - 07/19 (16)
- 07/05 - 07/12 (28)
- 06/28 - 07/05 (26)
- 06/21 - 06/28 (76)
- 06/14 - 06/21 (26)
- 06/07 - 06/14 (21)
- 05/31 - 06/07 (43)
- 05/24 - 05/31 (38)
- 05/17 - 05/24 (26)
- 05/10 - 05/17 (52)
- 05/03 - 05/10 (15)
- 04/26 - 05/03 (38)
- 04/19 - 04/26 (32)
- 04/12 - 04/19 (22)
- 04/05 - 04/12 (20)
- 03/29 - 04/05 (40)
- 03/22 - 03/29 (43)
- 03/15 - 03/22 (18)
- 03/08 - 03/15 (14)
- 03/01 - 03/08 (22)
- 02/22 - 03/01 (12)
- 02/15 - 02/22 (9)
- 02/08 - 02/15 (11)
- 02/01 - 02/08 (19)
- 01/25 - 02/01 (37)
- 01/18 - 01/25 (21)
- 01/11 - 01/18 (33)
- 01/04 - 01/11 (31)
-
2008
(700)
- 12/28 - 01/04 (13)
- 12/21 - 12/28 (9)
- 12/14 - 12/21 (57)
- 12/07 - 12/14 (5)
- 11/30 - 12/07 (18)
- 11/23 - 11/30 (33)
- 11/16 - 11/23 (31)
- 11/09 - 11/16 (23)
- 11/02 - 11/09 (18)
- 10/26 - 11/02 (11)
- 10/19 - 10/26 (15)
- 10/12 - 10/19 (13)
- 10/05 - 10/12 (25)
- 09/28 - 10/05 (2)
- 09/21 - 09/28 (14)
- 09/14 - 09/21 (19)
- 09/07 - 09/14 (43)
- 08/31 - 09/07 (3)
- 08/24 - 08/31 (33)
- 08/17 - 08/24 (65)
- 08/10 - 08/17 (4)
- 08/03 - 08/10 (26)
- 07/27 - 08/03 (6)
- 07/20 - 07/27 (19)
- 07/13 - 07/20 (18)
- 07/06 - 07/13 (60)
- 06/29 - 07/06 (53)
- 06/22 - 06/29 (49)
- 06/15 - 06/22 (11)
- 06/08 - 06/15 (4)
Popular Posts
-
ASUHAN KEPERAWATAN IBU NIFAS DENGAN PERDARAHAN POST PARTUM A. PengertianPost partum / puerperium adalah masa dimana tubuh menyesuaikan, baik...
-
KTI KEBIDANAN HUBUNGAN USIA TERHADAP PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSUD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan wanita merupakan hal yang s...
-
PATHWAY ASFIKSIA NEONATORUM Klik pada gambar untuk melihat pathway Download Pathway Asfiksia Neonatorum Via Ziddu Download Askep Asfiksia N...
-
Pathway Hematemesis Melena Klik pada gambar untuk melihat pathway Download Pathway Hematemesis Melena Via Ziddu
-
PROSES KEPERAWATAN KOMUNITAS Pengertian - Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan, merencana...
-
DEFINISI Ikterus ialah suatu gejala yang perlu mendapat perhatian sungguh-sungguh pada neonatus. Ikterus ialah suatu diskolorasi kuning pa...
-
Metode Kalender atau Pantang Berkala (Calendar Method Or Periodic Abstinence) Pendahuluan Metode kalender atau pantang berkala merupakan met...
-
Taksiran Berat Badan Janin (TBBJ) PERBANDINGAN AKURASI TAKSIRAN BERAT BADAN JANIN MENGGUNAKAN RUMUS JOHNSON TOHSACH DENGAN MODIFIKASI RUMUS...
-
Konsep Dasar Diagnosa Keperawatan Aktual BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai suatu aspek yang terpenting dalam proses kepera...
-
Pathway Combustio Klik Pada Gambar Untuk melihat pathway Download Pathway Combustio Via Ziddu Tag: Pathways combustio , pathways luka baka...
© ASUHAN KEPERAWATAN 2013 . Powered by Bootstrap , Blogger templates and RWD Testing Tool Published..Gooyaabi Templates