Sabtu, 21 Maret 2009

Laki-laki Lebih Suka Pilih Perempuan Cerdas

KAJIAN ilmiah mengenai cinta memperlihatkan bahwa pria makin tertarik kepada perempuan cerdas dan berpendidikan, berkepribadian, dan stabil emosinya dibanding keperawanan. Kegadisan bukan masalah buat mereka.

Temuan para ahli dari University of Iowa tersebut merupakan bagian dari satu studi yang dikutip laporan media Senin.
Studi itu, yang dilancarkan setiap dasawarsa sejak 1939, meminta peserta untuk menyusun daftar 18 sifat yang mereka inginkan dari seorang pasangan dalam skala mulai dari "tak relevan, sampai "mendasar".

Yang termasuk dalam daftar tersebut adalah "kemampuan berbaur" dan "pengurus yang pandai masak" serta "saling mencintai dan tertarik", yang berada pada tempat pertama bagi pria dan wanita pada 2008. Pada 1939, sifat itu tak masuk tiga besar bagi kedua jenis kelamin tersebut.

Peserta pria dan wanita pada 2008 memasukkan daftar utama mereka dengan "sifat dapat diandalkan" dan "matang, kestabilan emosi. Pria memasukkan kecerdasan pada posisi keempat, lompatan besar dari posisi ke-11 pada 1939, dan "prospek keuangan yang bagus" bergeser ke posisi 12 pada 2008, pergeseran dari posisi rendah ke-17 pada 1939 dan posisi terakhir pada 1967.

"Ini adalah generasi pria yang telah dewasa dengan perempuan berpendidikan sebagai mereka, guru, dokter dan panutan mereka," kata Christine Whelan, pemimpin studi itu dan penulis "Marry Smart: The Intelligent Woman,s Guide to True Love" (Simon & schuster, 2008), sebagaimana dilaporkan kantor berita China, Xinhua.

"Dan pada masa ekonomi sulit, berbagai beban keuangan dengan pasangan mengangkat beban dari orang-orang ini sebagai pencari nafkah tunggal," katanya.

Peserta studi tersebut adalah mahasiswa dari University of Iowa, University of Washington, University of Virginua dan Penn State University.

"Saling tertarik, jadi tentus saja kenyataan bahwa kami melakukan angket pada mahasiswa akan menunjukkan bahwa kecerdasan dan pendidikan menjadi ciri khas penting," kata Whelan.

Pergeseran mencolok lain melibatkan pentingnya kegadisan: pada 1939, itu dinilai lebih tinggi dari kecerdasan pada perempuan, tapi pada 2008, itu dimasukkan ke dalam posisi yang tak terlalu penting.

Terlebih lagi, itu juga dikategorikan tidak terlalu penting buat pria. Itu, ditambah dengan tiga posisi utama bagi pria dan wanita, menunjukkan kesamaan yang kelihatan sebagai hari modern yang positif.

LAGU MARS PPNI

Lagu MARS PPNI sudah saya cari-cari tetapi tetep tidak ketemu juga siapa Pencipta Lagu MARS PPNI, mungkin dari pembaca ada yang tahu siapa pencipta Lagu MARS PPNI...?

MARS PPNI

Persatuan perawat nasional Indonesia
Ujud ikatan profesi perawatan
Tempat membina dan mengembangkan kemampuan diri
Dalam membuktikan keberadaannya

Menapaklah dengan keyakinan lebih pasti
Sejajar dalam abdikan diri
Bangkit berdiri dan langkahkan kakimu itu
Menatap hari esok penuh asa

Wahai perawat Indonesia bangkitlah dan majulah
Untuk menolong sekalian yang menderita
Kuatkanlah pribadimu tingkatkan pengetahuan
Untuk membrikan asuhan keprawatan


Kita melangkah untuk mengisi pembangunan
Bangsa Negara Indonesia
Untuk menghantar bangsa nuju sehat semua
Dengan semangat jiwa Pancasila

Maju perawat majulah dalam kancah pembangunan
Tunjukkanlah pada sekalian orang
Jadilah perawat model kesehatan bangsa kita
Jadilah teladan dalam hidup sehat

Bangkitlah perawat seluruh Indonesia
Dalam mengemban citra profesi
Menjunjung tinggi kode etik perawatan
Laksanakan panggilan tugas mulia

Tercapai derajat kesehatan seoptimal mungkin
Bagi warga Negara Indonesia
Sebagai bukti kiprahnya mahkota putih suci
Dalam mendukung pembangunan kesehatan

Dengan organisasi PPNI yang kokoh
Padu bersatu serta selaras
Perawat Indonesia kan mampu angkat
Citranya di mata insan dunia

Jumat, 20 Maret 2009

Olahragakan Otak Anda!?

Meskipun cuma sedikit, kita semua mengalami kehilangan ingatan seperti meninggalkan kunci pintu pada pintunya, lupa nama seseorang yang kita kenal atau lupa telah membuat janji dengan seseorang. Jarang kita berpikir apakah kita beranjak tua atau sudah pikun. Kebanyakan itu disebabkan karena adanya banyak hal yang anda pikirkan dalam otak anda. Terlalu banyak hal yang ada di dalam otak anda atau anda sedang mengalami stress atau dalam tekanan. Mungkin juga karena anda tidak cukup berkonsentrasi menganai apa yang seharusnya anda ingat.

Penelitian menunjukkan bahwa kekuatan otak dapat ditingkatkan dengan aktifitas-aktifitas mental atau pikiran. Penuaan bukan berarti secara otomatis kehilangan kemampuan berpikir dalam mengingat. Sebuah institusi nasional tentang penuaan menyelenggarakan sebuah rangkaian test yang membuktikan penurunan daya ingat yang paling dramatis terjadi pada usia sekitar 70 tahun. Meskipun demikian daya ingat mungkin pudar atau menghilang seiring waktu, kemampuan berfikir yang masih kuat. Kemampuan kosa kata atau bahasa dan kemampuan dalam memberi alasan seringkali membaik atau meningkat dengan bertambahnya usia.

Tidak masalah berapapun usia anda, olahraga otak dapat membuat perbedaan antara berolahraga dan tanpa olaharaga. Atau bila anda adalah orang dewasa muda dan memiliki anggota keluarga yang usianya lebih tua dari anda atau mempunyai teman-teman yang tampaknya mengalami penurunan atau kehilangan daya ingat, sarankan kepada mereka untuk melakukan aktifitas-aktifitas olahraga untuk otak, karena hal ini dapat membantu mereka yang mengalami masalah tersebut.

Aktifitas-aktifitas seperti bermain teka-teki silang, bermain permainan kata atau kartu dapat membantu memperkuat synapses (menyimpan banyak memori dan berperan penting dalam proses belajar) antara sel-sel otak dalam daerah-daerah penyebaran daya ingat. Berdasarkan penelitian terbaru menunjukkan bahwa, aktifitas fisik dapat meningkatkan kemampuan mental 20-30 %. Menulis majalah, jurnal dan bekerja dengan tangan untuk menciptakan atau membangun sesuatu dapat membantu dengan baik.

Bagi orang dewasa tua dimana terjadi penurunan atau kehilangan sense daya ingat, gunakan bantuan peralatan seperti kalender, kalkulator, pembuat daftar dam kelompok diskusi. Dan tenangkan diri anda, buat diri anda rileks dan santai, karena mencemaskan tentang apa yang anda lupakan dapat menyebabkan ganjalan atau bloking pada pikiran anda.

ASKEP BPH

BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA (BPH)PENDAHULUANPenggunaan istilah hipertropi sebenarnya tidaklah tepat pada kasus ini, karena sebenarnya kelenjar prostat tidaklah membesar/hipertropi prostat, tetapi kelenjar periuratralah yang mengalami hiperplasia (tidak hipertropi). Dalam hal sel-sel granduler dan sel-sel interstisial mengalami hiperplasia (jumlah sel bertambah banyak) maka dalam literatur Benigna

Kamis, 19 Maret 2009

Kesehatan Otak: Olahraga dan Meningkatkan Daya Ingat, Bagaimana Membuat Otak Lebih Pintar?

Kita semua mengetahui bahwa olahraga itu baik untuk tubuh. Baru - baru ini, para ilmuwan menemukan bahwa olahraga juga baik untuk otak. Dalam beberapa tahun ini para peneliti menemukan bahwa olahraga dapat meningkatkan memory atau daya ingat, konsentrasi, berpikir abstrak diantara orang yang lebih tua, dan bahkan juga berperan dalam memperlambat serangan Alzheimer’s. Cara kerjanya adalah sebagai berikut: Olahraga aerobik akan meningkatkan aliran darah ke otak, yang menjaga dan memelihara sel-sel otak dan menjadikannya berfungsi dengan lebih efektif, memastikan kinerja organ tubuh anda selalu dalam keadaan prima dan baru.

Sebuah penelitian terbaru menunjukkan bahwa olahraga itu sebetulnya meningkatkan pertumbuhan neuron-neuron baru (sel-sel otak) dalam hippocampus ( Hippocampus merupakan bagian dari otak besar yang posisinya terletak pada lobus temporalis dimana otak bagian ini berfungsi mengontrol dan mengendalikan memory atau daya ingat dan belajar. Para ilmuan sebelumnya percaya bahwa satu sel otak mati, maka sel yang mati tersebut tidak dapat digantikan.

Seorang editor majalah AARP, Gabrielle deGroot Redford mengatakan, kognitif anda akan bertambah dengan hanya aktifitas yang cukup sederhana.

Sementara yoga sudah lama terbukti memperlihatkan adanya pengaruh perasaan pada pemakainya, satu gerakan yoga khsusus memfokuskan pada peningkatan kekuatan otak. Latihan ini disebut dengan Yoga superbrain

Contoh gerakan sederhananya terlihat pada gambar di atas, yang berperan dalam menaikkan fungsi otak dengan merangsang titik-titik acupressure pada cuping telinga.

Langkah pertama.

Letakkan tangan kiri anda pada cuping telinga kanan, ibu jari di depan cuping dengan kuku jari tangan menghadap keluar dan jari kedua dibelakang cuping telinga. Kemudian, dengan tangan kanan anda, pegang cuping telinga bagian kiri, ibu jari tangan kiri anda di depan cuping, menghadap ke luar. Tekan kedua cuping telinga secara bersamaan, pastikan lengan tangan sebelah kiri anda dekat dengan dada dan didalam atau diapit lengan tangan kanan ( membantu perjalanan energi ke atas ke bagian otak.

Langkah ke dua

Sewaktu anda menekan cuping telinga, jongkoklah ke bawah, pertahankan agar punggung anda tetap tegak lurus. Lakukan 10 - 12 tekukan (tekuk yang dalam), tarik nafas melalui hidung pada saat posisi turun dan hembuskan nafas melalui mulut pada saat posisi naik ke atas. Anda mungkin perlu memasang kursi di bawah anda sebagai usaha pengamanan dan keselamatan berolahraga.

STROKE/CVD (CEREBRO VASCULAIR DISEASE)

Pengertian.Defisit neurologis yang berhubungan dengan penurunan aliran darah yang disebabkan oleh Oklusi atau stenosis pembuluh darah karena embolisme, trimbosit atau hemarogi yang mengakibatkan iskemia otak.Catatan : Gejala-gejala tergantung pada lokasi & dan ukuranStorke dibagi menjadi 2 ( dua ) yaitu :Strok Non HaemoragiStrok tanpa perdarahan yang disebabkan oleh iskemik cerebri,timbosit dan

Selasa, 17 Maret 2009

PENYAKIT JANTUNG KORONER

A. Pengertian.Penyakit jantung koroner/ penyakit arteri koroner (penyakit jantung artherostrofik) merupakan suatu manifestasi khusus dan arterosclerosis pada arteri koroner. Plaque terbentuk pada percabangan arteri yang ke arah aterion kiri, arteri koronaria kanan dan agak jarang pada arteri sirromflex. Aliran darah ke distal dapat mengalami obstruksi secara permanen maupun sementara yang di

Activity of the combined pyrimethamine and sulphadoxine as antifilarial in Brugia pahangi-Aedes togai model infection

The mortality rates od Aedes togai mosquito either uninfected or infected with Brugia pahangi maintained in insectary for 12 days with various concentrations of the combined pyrimethamine (P) and sulphadoxine (S) in 10% sugar-water solution: 5 mg% P+100mg%, 10mg%P+200mg%S, and 20%P+400mg%S significantly increased compared cto that of the control groups. The present evidence showed a deginite insecticidal action of the combined drugs. Infection and infective rates of Ae. togoi mosquitos, average number of B. pahangi larve and infective larvae per infected mosquitores, average size and movement of the larvae in the groups of mosquitoes treated with various concentrations of the combined drugs for 12 days decreased significantly compared to that of the control groups of mosquitoes. The present evidence demonstrated a deginite action of the combined pyrimethamine and sulphadoxine as an antifilarial in B. pahangi-Ae togai model infection.Keywords:pyrimethamin-sulphadoxine-Brugiapahang-Aedes togai-antifilarial-insecticide. Sugeng J. Mardihusodo

The histopathological diagnosis of non-Hodgkin lymphoma as to be confirmed with the management of the patient

Rappaport non-Hodgkin lymphoma classification is well known, by pathologists and clinicians. This classification is based on the morphology of tumor cells. Lukes and Collins classification, and also Lennert classification are new non-Hodgkin lymphoma classifications. These clasification are based on morphology , basic function of tumor cells and the clinical application. However, there are some differences between Rappaport classification, Lukes and Collins classification and Lennert classification. To compromise the differences of the classifications, there is working classification of non-Hodgkin lymphoma which is used for clinical diagnosis. It is important to disecuss then non-Hodgkin lymphoma classifications becaused each classification has its own basis. The basic classification of non-Hodgkin lymphoma is useful for specialists based on their specialtries; Lennert classification and Lukes and Collins classification are the applicable classification of non-Hidgkin lymphoma for pathologists and clinicians, while Rappaport classification is more useful for pathologists. Keywords: non-Hodgkin lymphoma-histopathological diagnosis of lymphoma- basic function of tumor cells- leucaemia- Sezary's syndrome. Soeripto

The electroencephalography of chronically headache patients in Sardjito General Hospital Yogyakarta

One hundred seventy four cases of 9-63 year old patients with chronical headache were reported. One hundred and twelve cases (64.37%) were examined by electroencephalography from April 1, 1986 to March 31, 1987. The EEG of 51 (29.31%) patients were normal, 44 (25.29%) with irratation pattern and 17 (9.77%) with hypofunction. It is suggested that the irratation pattern in chronical headache needed more attention in order to know the etimology and the location in intracranial lesion. Key words: chronical headache-electroencephalography- irritation pattern-intracranial lesion- show wave focus. Sri Sutarni, Pernodjo Dahlan & Sri Witono

KUMPULAN ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP)

Kumpulan Asuhan Keperawatan
Asuhan Keperawatan
Kumpulan Askep
Askep



ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP) HIPERTENSI


HIPERTENSI
  1. Pengertian

  2. Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan diastolic 120 mmHg (Sharon, L.Rogen, 1996).

    Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHG dan tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHG (Luckman Sorensen,1996).

    Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolic 90 mmHg ataulebih. (Barbara Hearrison 1997)


  3. Etiologi
  4. Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer.
    Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
    • Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atautransport Na.
    • Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkantekanan darah meningkat.
    • Stress Lingkungan.
    • Hilangnya Elastisitas jaringan and arterisklerosis pada orang tua sertapelabaran pembuluh darah.

    Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
    1. Hipertensi Esensial (Primer)
      Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi seperti genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, systemrennin angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan stress.
    2. Hipertensi SekunderDapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vakuler renal.
      Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.

  5. Patofisiologi
    Menurunnya tonus vaskuler meransang saraf simpatis yang diterukan ke seljugularis. Dari sel jugalaris ini bias meningkatkan tekanan darah. Danapabila diteruskan pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat meningkatkan hormone aldosteron yang menyebabkanretensi natrium. Hal tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanandarah. Dengan Peningkatan tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan pada organ organ seperti jantung.


  6. Manifestasi Klinis
    Manifestasi Klinis pada klien dengan hipertensi adalah :
    • Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg
    • Sakit kepala
    • Epistaksis
    • Pusing / migrain
    • Rasa berat ditengkuk
    • Sukar tidur
    • Mata berkunang kunang
    • Lemah dan lelah
    • Muka pucat
    • Suhu tubuh rendah

  7. Pemeriksaan Penunjang
    • Pemeriksaan Laborat
      • Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan(viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti : hipokoagulabilitas, anemia.
      • BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
      • Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapatdiakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
      • Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal danada DM.
    • CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
    • EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
    • IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal,perbaikan ginjal.
    • Photo dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup,pembesaran jantung.

  8. Penatalaksanaan
    • Penatalaksanaan Non Farmakologis
      1. DietPembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
      2. Aktivitas
        Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan denganbatasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging,bersepeda atau berenang.
    • Penatalaksanaan Farmakologis
      Secara garis besar terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
      1. Mempunyai efektivitas yang tinggi.
      2. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
      3. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
      4. Tidak menimbulakn intoleransi.
      5. Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
      6. Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
      Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi sepertigolongan diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium,golongan penghambat konversi rennin angitensin.
Download Askep Hipertensi di sini

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hipertensi


  1. Pengkajian
    • Aktivitas/ Istirahat
      • Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
      • Tanda :Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
    • Sirkulasi
      • Gejala :Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi.
      • Tanda :Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis,radialis, tikikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis,kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer) pengisiankapiler mungkin lambat/ bertunda.
    • Integritas Ego
      • Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress multiple(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan.
      • Tanda :Letupan suasana hat, gelisah, penyempitan continue perhatian,tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.
    • Eliminasi
      • Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayatpenyakit ginjal pada masa yang lalu).
    • Makanan/cairan
      • Gejala: Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir akhir ini(meningkat/turun) Riowayat penggunaan diuretic
      • Tanda: Berat badan normal atau obesitas,, adanya edema, glikosuria.
    • Neurosensori
      • Genjala: Keluhan pening pening/pusing, berdenyu, sakit kepala,subojksipital (terjadi saat bangun dan menghilangkan secara spontansetelah beberapa jam) Gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan kabur,epistakis).
      • Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara,efek, proses piker, penurunan keuatan genggaman tangan.
    • Nyeri/ ketidaknyaman
      • Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung),sakitkepala.
    • Pernafasan
      • Gejala: Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja takipnea,ortopnea,dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.
      • Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan bunyinafas tambahan (krakties/mengi), sianosis.
    • Keamanan
      • Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.

  2. Diagnosa Keperawatan yang Muncul
    • Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular.
    • Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
    • Gangguan rasa nyaman : nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
    • Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan gangguan sirkulasi.

  3. Intervensi
    Diagnosa Keperawatan 1. :
    Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular.
    Tujuan : Afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokonstriksi, tidak terjadi iskemia miokard.
    Kriteria Hasil : Klien berpartisifasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah / bebankerja jantung , mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapatditerima, memperlihatkan norma dan frekwensi jantung stabil dalam rentangnormal pasien.
    Intervensi :
    • Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat.
    • Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.
    • Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas.
    • Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler.
    • Catat edema umum.
    • Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas.
    • Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditemapt tidur/kursi
    • Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
    • Lakukan tindakan yang nyaman spt pijatan punggung dan leher
    • Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan
    • Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah
    • Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi
    • Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi.

    Diagnosa Keperawatan 2. :
    Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
    Tujuan : Aktivitas pasien terpenuhi.
    Kriteria Hasil :Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan / diperlukan,melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.
    Intervensi :
    • Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunkan parameter :frekwensi nadi 20 per menit diatas frekwensi istirahat, catat peningkatanTD, dipsnea, atau nyeridada, kelelahan berat dan kelemahan, berkeringat,pusig atau pingsan. (Parameter menunjukan respon fisiologis pasienterhadap stress, aktivitas dan indicator derajat pengaruh kelebihan kerja/ jantung).
    • Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh : penurunan kelemahan / kelelahan, TD stabil, frekwensi nadi, peningkatan perhatian padaaktivitas dan perawatan diri. (Stabilitas fisiologis pada istirahatpenting untuk memajukan tingkat aktivitas individual).
    • Dorong memajukan aktivitas / toleransi perawatan diri. (Konsumsioksigen miokardia selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah oksigen yang ada. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatantiba-tiba pada kerja jantung).
    • Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi, menyikat gigi / rambut dengan duduk dan sebagainya. (teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi dan sehingga membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen).
    • Dorong pasien untuk partisifasi dalam memilih periode aktivitas.(Seperti jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas danmencegah kelemahan).

    Diagnosa Keperawatan 3. :
    Gangguan rasa nyaman : nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
    Tujuan :
    Tekanan vaskuler serebral tidak meningkat.
    Kriteria Hasil :Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala dan tampak nyaman.
    Intervensi :
    • Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan
    • Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan.
    • Batasi aktivitas.
    • Hindari merokok atau menggunkan penggunaan nikotin.
    • Beri obat analgesia dan sedasi sesuai pesanan.
    • Beri tindakan yang menyenangkan sesuai indikasi seperti kompres es, posisi nyaman, tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi, hindari konstipasi.

    Diagnosa keperawatan 4. :
    Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan gangguan sirkulasi.
    Tujuan : Sirkulasi tubuh tidak terganggu.
    Kriteria Hasil :Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti ditunjukkan dengan : TD dalam batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala, pusing, nilai-nilai laboratorium dalam batas normal.
    Intervensi :
    • Pertahankan tirah baring; tinggikan kepala tempat tidur.
    • Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan pemantau tekanan arteri jika tersedia.
    • Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai pesanan.
    • Amati adanya hipotensi mendadak.
    • Ukur masukan dan pengeluaran.
    • Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai pesanan.
    • Ambulasi sesuai kemampuan; hindari kelelahan.

DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, 2000
Gunawan, Lany. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi , Yogyakarta, Penerbit Kanisius, 2001
Sobel, Barry J, et all. Hipertensi : Pedoman Klinis Diagnosis dan Terapi, Jakarta, Penerbit Hipokrates, 1999
Kodim Nasrin. Hipertensi : Yang Besar Yang Diabaikan, @ tempointeraktif.com, 2003
Smith Tom. Tekanan darah Tinggi : Mengapa terjadi, Bagaimana mengatasinya ?, Jakarta, Penerbit Arcan, 1995
Semple Peter. Tekanan Darah Tinggi, Alih Bahasa : Meitasari Tjandrasa Jakarta, Penerbit Arcan, 1996
Brunner & Suddarth. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC, 2002
Chung, Edward.K. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler, Edisi III, diterjemahkan oleh Petrus Andryanto, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1995
Marvyn, Leonard. Hipertensi : Pengendalian lewat vitamin, gizi dan diet, Jakarta, Penerbit Arcan, 1995
Tucker, S.M, et all . Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, diagnosis dan evaluasi , Edisi V, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1998

      KUMPULAN ASUHAN KEPERAWATAN

      ASUHAN KEPERWATAN

      KUMPULAN ASKEP

      ASKEP




    Senin, 16 Maret 2009

    Cegah Hipertensi, Disfungsi Ereksi Menyingkir

    Pria usia di atas 40 tahun dianjurkan mewaspadai beberapa gangguan kesehatan yang bisa mengakibatkan disfungsi ereksi (DE), terutama penyakit kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah) seperti hipertensi (darah tinggi), dislipidemia, hiperkolesterolemia.

    "Disfungsi ereksi erat hubungannya dengan penyakit kardiovaskular," kata ahli jantung dan pembuluh darah dari Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Santoso Karokaro, dalam seminar bertema Waspadai Penyakit Kardiovaskular yang Mengakibatkan Disfungsi Ereksi, Kamis (19/2), di Jakarta.

    Sejauh ini, terdapat prevalensi yang tinggi pada kondisi gangguan kardiovaskular yang dialami pria dengan disfungsi ereksi. Sebanyak 64 persen dari pria yang dilaporkan DE setidaknya memiliki satu atau lebih dari kondisi-kondisi berikut hipertensi, sakit jantung kronis/angina, tingginya tingkat kolesterol, diabetes, dan depresi.

    Menurut Santoso, meningkatnya tekanan darah dan kolesterol (dislipidemia) dalam tubuh akan mengakibatkan menyempitnya pembuluh darah dan sebagaimana ukuran pembuluh darah yang mengalirkan darah ke penis menyempit. Gangguan DE juga dapat merupakan manifestasi awal dari aterosklerosis (pengerasan dan pengecilan pembuluh darah).

    Karena itu, mencegah munculnya penyakit kardiovaskular menyelamatkan seseorang dari DE. Faktor-faktor risiko antara lain merokok, tekanan darah tinggi, dan kolesterol tinggi yang dapat menyebabkan terjadinya aterosklerosis (penimbunan deposit lemak pada arteri) harus dihindari.

    Pengobatan untuk mendapatkan kehidupan seksual yang normal kembali tentu saja sangat penting bagi kebanyakan penderita DE, baik itu dengan penyakit-penyakit penyebabnya, maupun tidak. Hasil survei yang ada memperlihatkan, pria mementingkan mencari pengobatan bagi DE yang menjamin ereksi lebih cepat dan lama. Padahal, keseluruhan kondisi fungsi tubuh memerankan fungsi yang cukup signifikan bagi penderita DE.

    Gangguan Jiwa atau Mental Disorder

    Merupakan sindrom atau pola perilaku, atau psikologik seseorang yang secara klinik cukup bermakna, dan secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan atau gangguan didalam satu atau lebih fungsi yang penting dari manusia. Sebagai tambahan, disimpulkan bahwa disfungsi itu adalah disfungsi dalam segi perilaku, psikologik atau biologik, dan gangguan itu tidak semata-mata terletak didalam hubungan antara orang dengan masyarakat (Rusdi Maslim, 1998).

    Klasifikasi Gangguan Jiwa
    Klasifikasi psikiatri melibatkan pembedaan dari perilaku normal dari abnormal. Dalam hal ini normal dan abnormal dapat berarti sehat dan sakit, tetapi bisa juga digunakan dalam arti lain. Sejumlah gejala psikiatri berbeda tajam dari normal dan hampir selalu menunjukkan penyakit ( Ingram et al., 1993): Gangguan Jiwa dibagi menjadi dua kelainan mental utama, yaitu penyakit mental dan cacat mental. Cacat mental suatu keadaan yang mencakup difisit intelektual dan telah ada sejak lahir atau pada usia dini. Penyakit mental secara tidak langsung menyatakan yang kesehatan sebelumnya, kelainan yang berkembang atau kelainan yang bermanifestasi kemudian dalam kehidupan

    1. Penyakit mental secara prinsip dibagi dalam psikoneurosis dan psikosis. Kategori ini sesuai dengan awam tentang kecemasan dan kegilaan. Psikoneurosis merupakan keadaan lazim yang gejalanya dapat dipahami dan dapat diempati. Psikosis merupakan penyakit yang gejalanya kurang dapat dipahami dan tidak dapat diempati serta klien sering kehilangan kontak realita.
    2. Istilah fungsional dan organik menunjukkan etiologi penyakit dan digunakan untuk membagi psikosis. Psikosis fungsional berarti ada gangguan fungsi, tanpa kelainan patologi yang dapat dibuktikan

    Penyebab Gangguan Jiwa
    Gejala utama atau gejala yang menonjol pada gangguan jiwa terdapat pada unsur kejiwaan, tetapi penyebab utamanya mungkin di badan (somatogenik), di lingkungan sosial (sosiogenik) ataupun psikis (psikogenik), (Maramis, 1994). Biasanya tidak terdapat penyebab tunggal, akan tetapi beberapa penyebab sekaligus dari berbagai unsur itu yang saling mempengaruhi atau kebetulan terjadi bersamaan, lalu timbulah gangguan badan ataupun jiwa.

    Macam-Macam Gangguan Jiwa
    Gangguan jiwa artinya bahwa yang menonjol ialah gejala-gejala yang psikologik dari unsur psikis (Maramis, 1994). Macam-macam gangguan jiwa (Rusdi Maslim, 1998): Gangguan mental organik dan simtomatik, skizofrenia, gangguan skizotipal dan gangguan waham, gangguan suasana perasaan, gangguan neurotik, gangguan somatoform, sindrom perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik, Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa, retardasi mental, gangguan perkembangan psikologis, gangguan perilaku dan emosional dengan onset masa kanak dan remaja.
    1). Skizofrenia.
    Skizofrenia merupakan bentuk psikosa fungsional paling berat, dan menimbulkan disorganisasi personalitas yang terbesar. Skizofrenia juga merupakan suatu bentuk psikosa yang sering dijumpai dimana-mana sejak dahulu kala. Meskipun demikian pengetahuan kita tentang sebab-musabab dan patogenisanya sangat kurang (Maramis, 1994). Dalam kasus berat, klien tidak mempunyai kontak dengan realitas, sehingga pemikiran dan perilakunya abnormal. Perjalanan penyakit ini secara bertahap akan menuju kearah kronisitas, tetapi sekali-kali bisa timbul serangan. Jarang bisa terjadi pemulihan sempurna dengan spontan dan jika tidak diobati biasanya berakhir dengan personalitas yang rusak ” cacat ” (Ingram et al.,1995).
    2). Depresi
    Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri (Kaplan, 1998). Depresi juga dapat diartikan sebagai salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan yang ditandai dengan kemurungan, keleluasaan, ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak berguna, putus asa dan lain sebagainya (Hawari, 1997). Depresi adalah suatu perasaan sedih dan yang berhubungan dengan penderitaan. Dapat berupa serangan yang ditujukan pada diri sendiri atau perasaan marah yang mendalam (Nugroho, 2000). Depresi adalah gangguan patologis terhadap mood mempunyai karakteristik berupa bermacam-macam perasaan, sikap dan kepercayaan bahwa seseorang hidup menyendiri, pesimis, putus asa, ketidak berdayaan, harga diri rendah, bersalah, harapan yang negatif dan takut pada bahaya yang akan datang. Depresi menyerupai kesedihan yang merupakan perasaan normal yang muncul sebagai akibat dari situasi tertentu misalnya kematian orang yang dicintai. Sebagai ganti rasa ketidaktahuan akan kehilangan seseorang akan menolak kehilangan dan menunjukkan kesedihan dengan tanda depresi (Rawlins et al., 1993). Individu yang menderita suasana perasaan (mood) yang depresi biasanya akan kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya energi yang menuju keadaan mudah lelah dan berkurangnya aktiftas (Depkes, 1993). Depresi dianggap normal terhadap banyak stress kehidupan dan abnormal hanya jika ia tidak sebanding dengan peristiwa penyebabnya dan terus berlangsung sampai titik dimana sebagian besar orang mulai pulih (Atkinson, 2000).
    3). Kecemasan
    Kecemasan sebagai pengalaman psikis yang biasa dan wajar, yang pernah dialami oleh setiap orang dalam rangka memacu individu untuk mengatasi masalah yang dihadapi sebaik-baiknya, Maslim (1991). Suatu keadaan seseorang merasa khawatir dan takut sebagai bentuk reaksi dari ancaman yang tidak spesifik (Rawlins 1993). Penyebabnya maupun sumber biasanya tidak diketahui atau tidak dikenali. Intensitas kecemasan dibedakan dari kecemasan tingkat ringan sampai tingkat berat. Menurut Sundeen (1995) mengidentifikasi rentang respon kecemasan kedalam empat tingkatan yang meliputi, kecemasn ringan, sedang, berat dan kecemasan panik.
    4). Gangguan Kepribadian
    Klinik menunjukkan bahwa gejala-gejala gangguan kepribadian (psikopatia) dan gejala-gejala nerosa berbentuk hampir sama pada orang-orang dengan intelegensi tinggi ataupun rendah. Jadi boleh dikatakan bahwa gangguan kepribadian, nerosa dan gangguan intelegensi sebagaian besar tidak tergantung pada satu dan lain atau tidak berkorelasi. Klasifikasi gangguan kepribadian: kepribadian paranoid, kepribadian afektif atau siklotemik, kepribadian skizoid, kepribadian axplosif, kepribadian anankastik atau obsesif-konpulsif, kepridian histerik, kepribadian astenik, kepribadian antisosial, Kepribadian pasif agresif, kepribadian inadequat, Maslim (1998).
    5). Gangguan Mental Organik
    Merupakan gangguan jiwa yang psikotik atau non-psikotik yang disebabkan oleh gangguan fungsi jaringan otak (Maramis,1994). Gangguan fungsi jaringan otak ini dapat disebabkan oleh penyakit badaniah yang terutama mengenai otak atau yang terutama diluar otak. Bila bagian otak yang terganggu itu luas , maka gangguan dasar mengenai fungsi mental sama saja, tidak tergantung pada penyakit yang menyebabkannya bila hanya bagian otak dengan fungsi tertentu saja yang terganggu, maka lokasi inilah yang menentukan gejala dan sindroma, bukan penyakit yang menyebabkannya. Pembagian menjadi psikotik dan tidak psikotik lebih menunjukkan kepada berat gangguan otak pada suatu penyakit tertentu daripada pembagian akut dan menahun.
    6). Gangguan Psikosomatik
    Merupakan komponen psikologik yang diikuti gangguan fungsi badaniah (Maramis, 1994). Sering terjadi perkembangan neurotik yang memperlihatkan sebagian besar atau semata-mata karena gangguan fungsi alat-alat tubuh yang dikuasai oleh susunan saraf vegetatif. Gangguan psikosomatik dapat disamakan dengan apa yang dinamakan dahulu neurosa organ. Karena biasanya hanya fungsi faaliah yang terganggu, maka sering disebut juga gangguan psikofisiologik.
    7). Retardasi Mental
    Retardasi mental merupakan keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya hendaya keterampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara menyeluruh, misalnya kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial (Maslim,1998).
    8). Gangguan Perilaku Masa Anak dan Remaja.
    Anak dengan gangguan perilaku menunjukkan perilaku yang tidak sesuai dengan permintaan, kebiasaan atau norma-norma masyarakat (Maramis, 1994). Anak dengan gangguan perilaku dapat menimbulkan kesukaran dalam asuhan dan pendidikan. Gangguan perilaku mungkin berasal dari anak atau mungkin dari lingkungannya, akan tetapi akhirnya kedua faktor ini saling mempengaruhi. Diketahui bahwa ciri dan bentuk anggota tubuh serta sifat kepribadian yang umum dapat diturunkan dari orang tua kepada anaknya. Pada gangguan otak seperti trauma kepala, ensepalitis, neoplasma dapat mengakibatkan perubahan kepribadian. Faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi perilaku anak, dan sering lebih menentukan oleh karena lingkungan itu dapat diubah, maka dengan demikian gangguan perilaku itu dapat dipengaruhi atau dicegah.

    Penyakit kardiovaskuler, Kesehatan dan Olahraga, Kenapa Olahraga itu Penting?

    Sebagai tambahan dari diet sehat dan pelengkap nutrisi sehat jantung, anda juga harus berolahraga untuk menjaga kesehatan jantung. Olahraga dapat membantu anda mencegah serta mengobati atau untuk pemulihan penyakit jantung.

    Berdasarkan asosiasi jantung amerika (american heart association), anda sebaiknya berolahraga sedikitnya 30-60 menit dengan intensitas olahraga ringan/sedang, selama 3-4 hari tiap minggunya.

    Kenapa olahraga itu penting?

    Berbagai penelitian dengan yakin membuktikan bahwa menjaga dan meningkatkan kebugaran fisik secara signifikan dapat menurunkan resiko seseorang dari berkembangnya penyakit jantung dan dari gangguan kesehatan atau penyakti lainnya. Olahraga teratur akan menjaga tubuh anda dalam keadaan sehat, dan dengan tubuh yang sehat dapat megnhindari berbagai penyakit dengan lebih baik daripada kondisi tubuh yang tidak sehat.


    Berikut ini berbagai variasi jenis olahraga dan mengapa olahraga bisa meningkatkan kesehatan anda?

    Olahraga Aerobik

    Kata aerobik berarti "menghasilkan/produksi oksigen" dan seperti arti kata aerobik, olahraga aerobik akan merangsang produksi oksigen. Yang termasuk olahraga aerobik yaitu olahraga dimana anda dalam keadaan bergerak, termasuk diantaranya berjalan, berlari, bersepeda, berenang dan lain-lain. Olahraga aerobik seperti yang disebutkan diatas akan membuat denyut jantung anda meningkat dalam periode waktu yang lebar.

    Pada saat denyut jantung anda meningkat, hal ini berarti suplai atau aliran darah ke seluruh bagian tubuh bertambah banyak, tersedianya oksigen yang cukup untuk kebutuhan jaringan dan sel tubuh. Olahraga aerobik teratur sangat penting bagi tubuh dalam menjaga kesehatan jantung.

    Olahraga Anaerobik

    Anaerobic Exercise meliputi waktu yang singkat, intensitas berat, seperti lari cepat dan angkat besi. Olahraga aerobik adalah olahraga terbaik untuk kardio vaskuler (jantung dan pembuluh darah) dan daya tahan tubuh, sedangkan olahraga anaerobik adalah olahraga terbaik untuk kekuatan otot dan fleksibilitas. Keuda jenis olahraga tersebut akan membantu anda dalam menjaga kesehatan dan menghindari terjadinya cedera karena kekuatan otot terlatih.

    Apakah sebaiknya melakukan kedua olahraga tersebut?

    Meskipun itu tergantung pada waktu dimana anda dapat membagi untuk melakukan olahraga tiap hari, disarankan untuk melakukan kombinasi antara olahraga aerobik dan anaerobik, bila memungkinkan. Dengan cara ini anda dapat meningkatkan kesehatan jantung dan pembuluh darah (cardiovaskular), serta menguatkan kekuatan otot. Melakukan peregangan pada tiap kali olahraga akan dapat melemaskan dan sebagai pemanasan terhadap otot-otot sehinga hal ini dapat menghindarkan anda dari terjadinya cedera fisik.

    Berikut ini adalah beberapa keuntungan berolahraga teratur dan rutin. Keuntungan-keuntungan ini adalah indikator untuk melihat mengapa olahraga itu sangat penting:
    1. Meningkatkan dan memperbaiki kesehatan jantung dan pembuluh darah dengan efisien - fungsi jantung dan paru.
    2. Meningkatkan dan memperbaiki kekuatan otot dan daya tahan tubuh.
    3. Meningkatkan metabolisme dan tenaga.
    4. Meringankan, menghilangkan ketegangan dan stress.
    5. Meningkatkan lingkup pergerakan dan fleksibilitas.

    Teori Kecemasan

    Kecemasan adalah ketegangan, rasa tidak aman dan kekawatiran yang timbul karena dirasakan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tetapi sumbernya sebagian besar tidak diketahui dan berasal dari dalam (DepKes RI, 1990).
    Kecemasan dapat didefininisikan suatu keadaan perasaan keprihatinan, rasa gelisah, ketidak tentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber aktual yang tidak diketahui atau dikenal (Stuart and Sundeens, 1998).
    Kecemasan adalah suatu keadaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan yang disertai dengan tanda somatik yang menyatakan terjadinya hiperaktifitas sistem syaraf otonom. Kecemasan adalah gejala yang tidak spesifik yang sering ditemukan dan sering kali merupakan suatu emosi yang normal (Kusuma W, 1997).
    Kecemasan adalah respon terhadap suatu ancaman yang sumbernya tidak diketahui, internal, samar-samar atau konfliktual (Kaplan, Sadock, 1997).
    Teori Kecemasan
    Kecemasan merupakan suatu respon terhadap situasi yang penuh dengan tekanan. Stres dapat didefinisikan sebagai suatu persepsi ancaman terhadap suatu harapan yang mencetuskan cemas. Hasilnya adalah bekerja untuk melegakan tingkah laku (Rawlins, at al, 1993). Stress dapat berbentuk psikologis, sosial atau fisik. Beberapa teori memberikan kontribusi terhadap kemungkinan faktor etiologi dalam pengembangan kecemasan. Teori-teori tersebut adalah sebagai berikut :
    a. Teori Psikodinamik
    Freud (1993) mengungkapkan bahwa kecemasan merupakan hasil dari konflik psikis yang tidak disadari. Kecemasan menjadi tanda terhadap ego untuk mengambil aksi penurunan cemas. Ketika mekanisme diri berhasil, kecemasan menurun dan rasa aman datang lagi. Namun bila konflik terus berkepanjangan, maka kecemasan ada pada tingkat tinggi. Mekanisme pertahanan diri dialami sebagai simptom, seperti phobia, regresi dan tingkah laku ritualistik. Konsep psikodinamik menurut Freud ini juga menerangkan bahwa kecemasan timbul pertama dalam hidup manusia saat lahir dan merasakan lapar yang pertama kali. Saat itu dalam kondisi masih lemah, sehingga belum mampu memberikan respon terhadap kedinginan dan kelaparan, maka lahirlah kecemasan pertama. Kecemasan berikutnya muncul apabila ada suatu keinginan dari Id untuk menuntut pelepasan dari ego, tetapi tidak mendapat restu dari super ego, maka terjadilah konflik dalam ego, antara keinginan Id yang ingin pelepasan dan sangsi dari super ego lahirlah kecemasan yang kedua. Konflik-konflik tersebut ditekan dalam alam bawah sadar, dengan potensi yang tetap tak terpengaruh oleh waktu, sering tidak realistik dan dibesar-besarkan. Tekanan ini akan muncul ke permukaan melalui tiga peristiwa, yaitu : sensor super ego menurun, desakan Id meningkat dan adanya stress psikososial, maka lahirlah kecemasan-kecemasan berikutnya (Prawirohusodo, 1988).
    b. Teori Perilaku
    Menurut teori perilaku, Kecemasan berasal dari suatu respon terhadap stimulus khusus (fakta), waktu cukup lama, seseorang mengembangkan respon kondisi untuk stimulus yang penting. Kecemasan tersebut merupakan hasil frustasi, sehingga akan mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang di inginkan.
    c. Teori Interpersonal
    Menjelaskan bahwa kecemasan terjadi dari ketakutan akan penolakan antar individu, sehingga menyebabkan individu bersangkutan merasa tidak berharga.
    d Teori Keluarga
    Menjelaskan bahwa kecemasan dapat terjadi dan timbul secara nyata akibat adanya konflik dalam keluarga.
    e. Teori Biologik
    Beberapa kasus kecemasan (5 - 42%), merupakan suatu perhatian terhadap proses fisiologis (Hall, 1980). Kecemasan ini dapat disebabkan oleh penyakit fisik atau keabnormalan, tidak oleh konflik emosional. Kecemasan ini termasuk kecemasan sekunder (Rockwell cit stuart & sundeens, 1998).

    Faktor Predisposisi Kecemasan
    Setiap perubahan dalam kehidupan atau peristiwa kehidupan yang dapat menimbulkan keadaan stres disebut stresor. Stres yang dialami seseorang dapat menimbulkan kecemasan, atau kecemasan merupakan manifestasi langsung dari stres kehidupan dan sangat erat kaitannya dengan pola hidup (Wibisono, 1990).
    Berbagai faktor predisposisi yang dapat menimbulkan kecemasan (Roan, 1989) yaitu faktor genetik, faktor organik dan faktor psikologi. Pada pasien yang akan menjalani operasi, faktor predisposisi kecemasan yang sangat berpengaruh adalah faktor psikologis, terutama ketidak pastian tentang prosedur dan operasi yang akan dijalani.

    Gejala Kecemasan
    Penderita yang mengalami kecemasan biasanya memiliki gejala-gejala yang khas dan terbagi dalam beberapa fase, yaitu :
    a. Fase 1 
    Keadan fisik sebagaimana pada fase reaksi peringatan, maka tubuh mempersiapkan diri untuk fight (berjuang), atau flight (lari secepat-cepatnya). Pada fase ini tubuh merasakan tidak enak sebagai akibat dari peningkatan sekresi hormon adrenalin dan nor adrenalin.
    Oleh karena itu, maka gejala adanya kecemasan dapat berupa rasa tegang di otot dan kelelahan, terutama di otot-otot dada, leher dan punggung. Dalam persiapannya untuk berjuang, menyebabkan otot akan menjadi lebih kaku dan akibatnya akan menimbulkan nyeri dan spasme di otot dada, leher dan punggung. Ketegangan dari kelompok agonis dan antagonis akan menimbulkan tremor dan gemetar yang dengan mudah dapat dilihat pada jari-jari tangan (Wilkie, 1985).  Pada fase ini kecemasan merupakan mekanisme peningkatan dari sistem syaraf yang mengingatkan kita bahwa system syaraf fungsinya mulai gagal mengolah informasi yang ada secara benar (Asdie, 1988).
    b. Fase 2 (dua)
    Disamping gejala klinis seperti pada fase satu, seperti gelisah, ketegangan otot, gangguan tidur dan keluhan perut, penderita juga mulai tidak bisa mengontrol emosinya dan tidak ada motifasi diri (Wilkie, 1985).
    Labilitas emosi dapat bermanifestasi mudah menangis tanpa sebab, yang beberapa saat kemudian menjadi tertawa. Mudah menangis yang berkaitan dengan stres mudah diketahui. Akan tetapi kadang-kadang dari cara tertawa yang agak keras dapat menunjukkan tanda adanya gangguan kecemasan fase dua (Asdie, 1988). Kehilangan motivasi diri bisa terlihat pada keadaan seperti seseorang yang menjatuhkan barang ke tanah, kemudian ia berdiam diri saja beberapa lama dengan hanya melihat barang yang jatuh tanpa berbuat sesuatu (Asdie, 1988).
    c. Fase 3
    Keadaan kecemasan fase satu dan dua yang tidak teratasi sedangkan stresor tetap saja berlanjut, penderita akan jatuh kedalam kecemasan fase tiga. Berbeda dengan gejala-gejala yang terlihat pada fase satu dan dua yang mudah di identifikasi kaitannya dengan stres, gejala kecemasan pada fase tiga umumnya berupa perubahan dalam tingkah laku dan umumnya tidak mudah terlihat kaitannya dengan stres.  Pada fase tiga ini dapat terlihat gejala seperti : intoleransi dengan rangsang sensoris, kehilangan kemampuan toleransi terhadap sesuatu yang sebelumnya telah mampu ia tolerir, gangguan reaksi terhadap sesuatu yang sepintas terlihat sebagai gangguan kepribadian (Asdie, 1988).
    Klasifikasi Tingkat Kecemasan
    Ada empat tingkat kecemasan, yaitu ringan, sedang, berat dan panik (Townsend, 1996).

    1. Kecemasan ringan; Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan ringan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah kelelahan, iritabel, lapang persepsi meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk belajar, motivasi meningkat dan tingkah laku sesuai situasi.
    2. Kecemasan sedang;  Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada masalah yang penting dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang terarah. Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini yaitu kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung dan pernapasan meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan volume tinggi, lahan persepsi menyempit, mampu untuk belajar namun tidak optimal, kemampuan konsentrasi menurun, perhatian selektif dan terfokus pada rangsangan yang tidak menambah ansietas, mudah tersinggung, tidak sabar,mudah lupa, marah dan menangis.
    3. Kecemasan berat;  Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang dengan kecemasan berat cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik, serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area yang lain. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala, nausea, tidak dapat tidur (insomnia), sering kencing, diare, palpitasi, lahan persepsi menyempit, tidak mau belajar secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri dan keinginan untuk menghilangkan kecemasan tinggi, perasaan tidak berdaya, bingung, disorientasi.
    4. Panik;  Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror karena mengalami kehilangan kendali. Orang yang sedang panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Tanda dan gejala yang terjadi pada keadaan ini adalah susah bernapas, dilatasi pupil, palpitasi, pucat, diaphoresis, pembicaraan inkoheren, tidak dapat berespon terhadap perintah yang sederhana, berteriak, menjerit, mengalami halusinasi dan delusi.

    Respon Fisiologis terhadap Kecemasan

    • Kardio vaskuler;  Peningkatan tekanan darah, palpitasi, jantung berdebar, denyut nadi meningkat, tekanan nadi menurun, syock dan lain-lain.
    • Respirasi;  napas cepat dan dangkal, rasa tertekan pada dada, rasa tercekik.
    • Kulit:  perasaan panas atau dingin pada kulit, muka pucat, berkeringat seluruh tubuh, rasa terbakar pada muka, telapak tangan berkeringat, gatal-gatal.
    • Gastro intestinal;  Anoreksia, rasa tidak nyaman pada perut, rasa terbakar di epigastrium, nausea, diare.
    • Neuromuskuler;  Reflek meningkat, reaksi kejutan, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, kejang, , wajah tegang, gerakan lambat.
    Respon Psikologis terhadap Kecemasan

    • Perilaku;  Gelisah, tremor, gugup, bicara cepat dan tidak ada koordinasi, menarik diri, menghindar.
    • Kognitif;  Gangguan perhatian, konsentrasi hilang, mudah lupa, salah tafsir, bloking, bingung, lapangan persepsi menurun, kesadaran diri yang berlebihan, kawatir yang berlebihan, obyektifitas menurun, takut kecelakaan, takut mati dan lain-lain.
    • Afektif;  Tidak sabar, tegang, neurosis, tremor, gugup yang luar biasa, sangat gelisah dan lain-lain.

    Minggu, 15 Maret 2009

    Kanker Payudara

    Kanker payudara adalah neoplasma ganas dengan pertumbuhan jaringan mammae abnormal yang tidak memandang jaringan sekitarnya, tumbuh ilfiltratif dan destruktif dan dapat bermetastase (Reksoprodjo, 1995).

    Gejala Klinik Kanker Payudara
    Gejala klinik yang lazim dijumpai pada pasien kanker payudara adalah sebagai berikut

    • Teraba adanya massa atau benjolan pada payudara
    • Payudara tidak simetris
    • Ada perubahan kulit : penebalan, cekungan, kulit pucat disekitar puting susu, mengkerut seperti kulit jeruk purut dan adanya ulkus pada payudara
    • Ada perubahan suhu pada kulit : hangat, kemerahan , panas
    • Ada cairan yang keluar dari puting susu
    • Ada perubahan pada puting susu : gatal, ada rasa seperti terbakar, erosi dan terjadi retraksi
    • Ada rasa sakit
    • Penyebaran ke tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan kadar kalsium darah meningkat
    • Ada pembengkakan didaerah lengan

    Etiologi Dan Faktor Predisposisi
    Penyebab pasti dari kanker payudara belum diketahui. Kanker payudara hanya terjadi pada wanita setelah menarche, diduga bahwa perubahan siklus hormonal yang mungkin sebagai faktor penyebab tumbuhnya sel abnormal pada payudara. Faktor genetik juga berperan dalam menyebabkan kanker payudara, tetapi efek genetik ini tidak terlalu kuat.
    Apabila seorang ibu menderita kanker payudara, kemungkinan anak wanitanya juga menderita kanker payudara adalah 2 sampai 3 kali lebih besar daripada kondisi populasi pada umumnya, tetapi tidak ada bukti pola yang spesifik inheritan (diturunkan) . Beberapa hipotesis menyatakan bahwa ada genotif yang menjadi predisposisi terbentuknya sel kanker tetapi harus ada interaksi dengan beberapa faktor non genetik sebelum terjadinya kanker.
    Pasien yang riwayat kanker pada keluarganya positif, memiliki kecenderungan untuk mengalami kanker pada usia lebih muda dan frekuensi kejadiannya lebih tinggi dibandingkan dengan pasien yang tidak memiliki riwayat kanker pada keluarganya.
    Pada umumnya kanker payudara terjadi secara multi faktor. Selain kontribusi faktor genetik, jenis kelamin, usia, penyakit penyerta lain, juga dapat disebabkan oleh pola diit.

    Mastektomi
    Berdasarkan tujuan terapi pembedahan, mastektomi dibedakan menjadi dua macam yaitu tujuan kuratif dan tujuan paliatif.
    Prinsip terapi bedah kuratif adalah pengangkatan seluruh sel kanker tanpa meninggalkan sel kanker secara mikroskopik. Terapi bedah kuratif ini dilakukan pada kanker payudara stadium dini(stadium 0, I dan II).
    Sedangkan tujuan terapi bedah palliatif adalah untuk mengangat kanker payudara secara makroskopik dan masih meninggalkan sel kanker secara mikroskopik. Pengobatan bedah palliatif ini pada umumnya dilakukan untuk mengurangi keluhan-keluhan penderita seperti perdarahan, patah tulang dan pengobatan ulkus, dilakukan pada kanker payudara stadium lanjut,yaitu stadium III dan IV.
    Prosedur pengangkatan sel kanker dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

    1. Mastektomi radikal, yaitu Mengangkat seluruh payudara, kulit, otot mayor dan minor, nodus limfe aksila dan jaringan lemak disekitarnya.
    2. Mastektomi radikal modifikasi, seperti mastektomi radikal tetapi otot pektoralis mayor dipertahankan.
    3. Mastektomi sederhana, Mengangkat payudara dengan mempertahankan otot-otot yang menyokong.
    4. Mastektomi parsial, Mengangkat lesi dan jaringan disekitarnya termasuk nodus limfe.
    5. Lumpektomi, Mengangkat lesi dan 3 sampai 5 cm jaringan ditepinya, jaringan payudara dan kulitnya dipertahankan.

    Fraktur: Patah Tulang

    Fraktur adalah terputusnya keutuhan tulang, umumnya akibat trauma. Patah tulang tertutup adalah patah tulang dimana tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Pendapat lain menyatakan bahwa patah tulang tertutup adalah suatu fraktur yang bersih (karena kulit masih utuh atau tidak robek) tanpa komplikasi (Handerson, M. A, 1992).
    Fraktur tibia dan fibula yang terjadi akibat pukulan langsung, jatuh dengan kaki dalam posisi fleksi, dan gerakan memuntir yang keras. Fraktur kedua tulang ini sering terjadi dalam kaitan satu sama lain :
    Klasifikasi fraktur :
    Menurut Hardiyani (1998), fraktur dapat diklasifikasikan sebagai berikut
    • Berdasarkan tempat (Fraktur humerus, tibia, clavicula, dan cruris dst).
    • Berdasarkan luas dan garis fraktur terdiri dari :
    1. Fraktur komplit (garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang).
    2.  Fraktur tidak komplit (bila garis patah tidak melalui seluruh garis penampang tulang).
      • Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah :
      1. Fraktur kominit (garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan).
      2. Fraktur segmental (garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan).
      3. Fraktur Multipel ( garis patah lebih dari satu tapi pada tulang yang berlainan tempatnya, misalnya fraktur humerus, fraktur femur dan sebagainya).
        • Berdasarkan posisi fragmen :
        1. Undisplaced (tidak bergeser)/garis patah komplit tetapi kedua fragmen tidak bergeser.
        2. Displaced (bergeser) / terjadi pergeseran fragmen fraktur
        • Berdasarkan hubungan fraktur dengan dunia luar :
        1. Tertutup
        2. Terbuka (adanya perlukaan dikulit).
        • Berdasar bentuk garis fraktur dan hubungan dengan mekanisme trauma
        1. Garis patah melintang.
        2. Oblik / miring.
        3. Spiral / melingkari tulang.
        4. Kompresi
        5. Avulsi / trauma tarikan atau insersi otot pada insersinya. Missal pada patela.
        • Berdasarkan kedudukan tulangnya :
        1. Tidak adanya dislokasi.
        2. Adanya dislokasi
        • Berdasarkan mekanisme terjadinya fraktur :
        1. Tipe Ekstensi: Trauma terjadi ketika siku dalam posisi hiperekstensi, lengan bawah dalam posisi supinasi.
        2. Tipe Fleksi:  Trauma terjadi ketika siku dalam posisi fleksi, sedang lengan dalam posisi pronasi. (Mansjoer, Arif, et al, 2000)
        Etiologi
        1. Cedera dan benturan seperti pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir mendadak, kontraksi otot ekstrim.
        2. Letih karena otot tidak dapat mengabsorbsi energi seperti berjalan kaki terlalu jauh.
        3. Kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis pada fraktur patologis.
        Menurut Oswari E, (1993) ; Penyebab Fraktur adalah :
        1. Kekerasan langsung; Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau miring.
        2. Kekerasan tidak langsung:  Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.
        3. Kekerasan akibat tarikan otot:  Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.
        Patofisiologis
        Fraktur paling sering disebabkan oleh trauma. Hantaman yang keras akibat kecelakaan yang mengenai tulang akan mengakibatkan tulang menjadi patah dan fragmen tulang tidak beraturan atau terjadi discontinuitas di tulang tersebut.
        Pada fraktur tibia dan fibula lebih sering terjadi dibanding fraktur batang tulang panjang lainnya karena periost yang melapisi tibia agak tipis, terutama pada daerah depan yang hanya dilapisi kulit sehingga tulang ini mudah patah dan karena berada langsung di bawah kulit maka sering ditemukan adanya fraktur terbuka

        Manifestasi klinis:
        1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
        2. Deformitas dapat disebabkan pergeseran fragmen pada eksremitas. Deformitas dapat di ketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melengketnya obat.
        3. Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5,5 cm
        4. Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan lainnya.
        5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam atau beberapa hari setelah cedera.
        Komplikasi fraktur
        1. Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak pada seharusnya, membentuk sudut atau miring
        2. Delayed union adalah proses penyembuhan yang berjalan terus tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.
        3. Nonunion, patah tulang yang tidak menyambung kembali.
        4. Compartment syndroma adalah suatu keadaan peningkatan takanan yang berlebihan di dalam satu ruangan yang disebabkan perdarahan masif pada suatu tempat.
        5. Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.
        6. Fat embalism syndroma, tetesan lemak masuk ke dalam pembuluh darah. Faktor resiko terjadinya emboli lemak ada fraktur meningkat pada laki-laki usia 20-40 tahun, usia 70 sam pai 80 fraktur tahun.
        7. Tromboembolic complicastion, trombo vena dalam sering terjadi pada individu yang imobiil dalam waktu yang lama karena trauma atau ketidak mampuan lazimnya komplikasi pada perbedaan ekstremitas bawah atau trauma komplikasi paling fatal bila terjadi pada bedah ortopedil
        8. Infeksi, Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.
        9. Avascular necrosis, pada umumnya berkaitan dengan aseptika atau necrosis iskemia.
        10. Refleks symphathethic dysthropy, hal ini disebabkan oleh hiperaktif sistem saraf simpatik abnormal syndroma ini belum banyak dimengerti. Mungkin karena nyeri, perubahan tropik dan vasomotor instability.
        Pemeriksaan penunjang
        Radiologi :
        X-Ray dapat dilihat gambaran fraktur, deformitas dan metalikment. Venogram/anterogram menggambarkan arus vascularisasi. CT scan untuk mendeteksi struktur fraktur yang kompleks.
        Laboratorium :
        Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui : Hb, hematokrit sering rendah akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan lunak sangat luas. Pada masa penyembuhan Ca dan P mengikat di dalam darah

        Penatalaksanaan Fraktur
        Tujuan pengobatan fraktur
        1. Reposisi dengan maksud mengembalikan fragmen–fragmen ke posisi anatomi.
        2. Imobilisasi atau fiksasi dengan tujuan mempertahankan posisi fragmen–fragmen tulang tersebut setelah direposisi sampai terjadi union.
        3. Penyambungan fraktur (union)
        4. Mengembalikan fungsi (rehabilitasi)
        Prinsip Dasar Penanganan Fraktur
        1. Revive;  Yaitu penilaian cepat untuk mencegah kematian, apabila pernafasan ada hambatan perlu dilakukan therapi ABC (Airway, Breathing, Circulation) agar pernafasan lancar.
        2. Review;  Yaitu berupa pemeriksaan fisik yang meliputi : look feel, novemert dan pemeriksaan fisik ini dilengkapi dengan foto rontgent untuk memastikan adanya fraktur.
        3. Repair;  Yaitu tindakan pembedahan berupa tindakan operatif dan konservatif. Tindakan operatif meliputi : Orif, Oref, menjahit luka dan menjahit pembuluh darah yang robek, sedangkan tindakan konservatif berupa pemasangan gips dan traksi.
        4. Refer;  Yaitu berupa pemindahan pasien ke tempat lain, yang dilakukan dengan hati-hati, sehingga tidak memperparah luka yang diderita.
        5. Rehabilitation; Yaitu memperbaiki fungsi secara optimal untuk bisa produktif.
        Proses penyembuhan tulang
        1. Stadium Satu-Pembentukan Hematoma;  Pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma disekitar daerah fraktur.
        2. Stadium Dua-Proliferasi Seluler;  Sel-sel yang mengalami proliferasi ini terus masuk ke dalam lapisan yang lebih dalam dan disanalah osteoblast beregenerasi dan terjadi proses osteogenesis.
        3. Stadium Tiga-Pembentukan Kallus;  Sel–sel yang berkembang memiliki potensi yang kondrogenik dan osteogenik (bersifat menghasilkan/membentuk tulang), bila diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan mulai membentuk tulang dan juga kartilago.
        4. Stadium Empat-Konsolidasi;  Sistem ini sekarang cukup kaku dan memungkinkan osteoclast menerobos melalui reruntuhan pada garis fraktur, dan tepat dibelakangnya osteoclast mengisi celah-celah yang tersisa diantara fragmen dengan tulang yang baru.
        5. Stadium Lima-Remodelling;  Fraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat. Selama beberapa bulan atau tahun, pengelasan kasar ini dibentuk ulang oleh proses resorbsi dan pembentukan tulang yang terus-menerus.

        Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Tetanus

        Tetanus adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh toksin kuman clostiridium tetani yang dimanefestasikan dengan kejang otot secara proksimal dan diikuti kekakuan seluruh badan. Kekakuan tonus otot ini selalu nampak pada otot masester dan otot rangka.

        Etiologi
        Clostiridium tetani adalah kuman yang berbentuk batang seperti penabuh genderang berspora, golongan gram positif, hidup anaerob. Kuman ini mengeluarkan toksin yang bersifat neurotoksik (tetanus spasmin), yang mula-mula akan menyebabkan kejang otot dan saraf perifer setempat. Timbulnya teteanus ini terutama oleh clostiridium tetani yang didukung oleh adanya luka yang dalam dengan perawatan yang salah.

        Patofisiologi
        Suasana yang memungkinkan organisme anaerob berploriferasi dapat disebabkan berbagai keadaan antara lain :
        a. luka tusuk dalam, misalnya luka tusuk karena paku, kuku, pecahan kaleng, pisau, cangkul dan lain-lain.
        b. Luka karena kecelakaan kerja (kena parang, kecelakaan lalu lintas).
        c. Luka ringan seperti luka gores, lesi pada mata, telinga dan tonsil.

        Cara kerja toksin
        Toksin diabsorbsi pada ujung saraf motorik dan melalui sumbu limbik masuk ke sirkulasi darah dan masuk ke Susunan Saraf Pusat (SSP). Toksin bersifak antigen , sangat mudah diikat jaringan syaraf dan bila dalam keadaan terikat tidak dapat lagi dinetralkan oleh toksin spesifik. Toksin yang bebas dalam darah sangat mudah dinetrakan oleh antitoksin spesifik.

        Faktor predisposisi
        a. Umur tua atau anak-anak
        b. Luka yang dalam dan kotor
        c. Belum terimunisasi

        Tanda dan gejala
        a. Masa inkubasi tetanus berkisar antara 2-21 hari
        b. Ketegangan otot rahang dan leher (mendadak)
        c. Kesukaran membuka mulut (trismus)
        d. Kaku kuduk (epistotonus), kaku dinding perut dan tulang belakang
        e. Saat kejang tonik tampak risus sardonikus

        Gambaran umum yang khas pada tetanus
        a. Badan kaku dengan epistotonus
        b. Tungkai dalam ekstensi
        c. Lengan kaku dan tangan mengepal
        d. Biasanya keasadaran tetap baik
        e. Serangan timbul proksimal dan dapat dicetuskan oleh karena :
        1. Rangsang suara, rangsang cahaya, rangsang sentuhan, spontan
        2. Karena kontriksi sangat kuat dapat terjadi aspiksia, sianosis, retensi urine, fraktur vertebralis (pada anak-anak), demam ringan dengan stadium akhir. Pada saat kejang suhu dapat naik 2-4 derakat celsius dari normal, diaphoresis, takikardia dan sulit menelan
        Prognosa
        Sangat buruk bila ada OMP (Otitis Media Purulenta), luka pada kulit kepala.

        Pemeriksaan diagnostik
        a. Diagnosa didasarkan pada riwayat perlukaan disertai keadaan klinis kekakuan otot rahang.
        b. Laboratorium ; leukositosis ringan, peninggian tekanan otak, deteksi kuman sulit
        c. Pemeriksaan Ecg dapat terlihat gambaran aritmia ventrikuler

        Penatalaksanaan
        a. Umum
        Tetanus merupakan keadaan darurat, sehingga pengobatan dan perawatan harus segera diberikan
        1. Netralisasi toksin dengan injeksi 3000-6000 iu immunoglobulin tetanus disekitar luka 9tidak boleh diberikan IV)
        2. Sedativa-terapi relaksan ; Thiopental sodium (Penthotal sodium) 0,4% IV drip; Phenobarbital (luminal) 3-5 mg/kg BB diberikan secara IM, iV atau PO tiap 3-6 jam, paraldehyde 9panal) 0,15 mg/kg BB Per-im tiap 4-6 jam.
        3. Agen anti cemas ; Diazepam (valium) 0,2 mg/kg BB IM atau IV tiap 3-4 jam, dosis ditingkatkan dengan beratnya kejang sampai 9,5 mg/kg BB/24 jam untuk dewasa.
        4. Beta-adrenergik bolcker; propanolol 9inderal) 0,2 mg aliquots, untuk total dari 2 mg IV untuk dewasa atau 10 mg tiap 8 jam intragastrik, digunakan untuk pengobatan sindroma overaktivitas sempatis jantung.
        5. Penanggulangan kejang; isolasi penderita pada tempat yang tenang, kurangi rangsangan yang membuat kejang, kolaborasi pemeberian obat penenang.
        6. Pemberian Penisilin G cair 10-20 juta iu (dosis terbagi0 dapat diganti dengan tetraciklin atau klinamisin untuk membunuh klostirida vegetatif.
        7. Pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit.
        8. Diit TKTP melalui oral/ sounde/parenteral
        9. Intermittent positive pressure breathing (IPPB) sesuai dengan kondisi klien.
        10. Indwelling cateter untuk mengontrol retensi urine.
        11. Terapi fisik untuk mencegah kontraktur dan untuk fasilitas kembali fungsi optot dan ambulasi selama penyembuhan.
        b. Pembedahan
        1. Problema pernafasan; Trakeostomi (k/p) dipertahankan beberapa minggu; intubasi trakeostomi atau laringostomi untuk bantuan nafas.
        2. Debridemen atau amputasi pada lokasi infeksi yang tidak terdeteksi.

        Contoh Kasus Asuhan Keperawatan Selanjutnya Dibawah ini
        Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Tetanus