Minggu, 06 Februari 2011

Askep Diabetes Mellitus (DM)

A. Pengertian

DiabetesMellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yangdisebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darahakibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).
Diabetesmellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai olehkenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner danSuddarth, 2002).



B. Klasifikasi


Klasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut :
  1. Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM)
  2. Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)
  3. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya
  4. Diabetes mellitus gestasional (GDM)



C. Etiologi

  1. Diabetes tipe I :
    • Faktor genetik
      Penderitadiabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisisuatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DMtipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memilikitipe antigen HLA.
    • Faktor-faktor imunologi
      Adanya responsotoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah padajaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebutyang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantiboditerhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
    • Faktor lingkungan
      Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi selbeta.
  2. Diabetes Tipe II
    Mekanismeyang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresiinsulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetikmemegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
    Faktor-faktor resiko :
    • Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
    • Obesitas
    • Riwayat keluarga



D. Tanda dan Gejala

Keluhanumum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada DM umumnyatidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhanakibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf.Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua,sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampaikasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul adalahadanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkaiserta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yangsukar sembuh dengan pengobatan lazim.
Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan adalah :
1. Katarak
2. Glaukoma
3. Retinopati
4. Gatal seluruh badan
5. Pruritus Vulvae
6. Infeksi bakteri kulit
7. Infeksi jamur di kulit
8. Dermatopati
9. Neuropati perifer
10.Neuropati viseral
11.Amiotropi
12.Ulkus Neurotropik
13.Penyakit ginjal
14.Penyakit pembuluh darah perifer
15.Penyakit koroner
16.Penyakit pembuluh darah otak
17.Hipertensi

Osmotikdiuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yangtinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, ataubahkan inkontinensia urin. Perasaan haus pada pasien DM lansia kurangdirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi.Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadiumlanjut.
Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasaterdapat pada pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba, apabilapasien mengalami infeksi akut. Defisiensi insulin yang tadinya bersifatrelatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis dengangejala khas hiperventilasi dan dehidrasi, kesadaran menurun denganhiperglikemia, dehidrasi dan ketonemia. Gejala yang biasa terjadi padahipoglikemia seperti rasa lapar, menguap dan berkeringat banyak umumnyatidak ada pada DM usia lanjut. Biasanya tampak bermanifestasi sebagaisakit kepala dan kebingungan mendadak.
Pada usia lanjut reaksivegetatif dapat menghilang. Sedangkan gejala kebingungan dan koma yangmerupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas.



E. Pemeriksaan Penunjang

  1. Glukosa darah sewaktu
  2. Kadar glukosa darah puasa
  3. Tes toleransi glukosa
    Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl).
Kadar glukosa darah sewaktu
  • Plasma vena :
    • <100>
    • 100 - 200 = belum pasti DM
    • >200 = DM
  • Darah kapiler :
    • <80>
    • 80 - 100 = belum pasti DM
    • > 200 = DM
Kadar glukosa darah puasa
  • Plasma vena :
    • <110>
    • 110 - 120 = belum pasti DM
    • > 120 = DM
  • Darah kapiler :
    • <90>
    • 90 - 110 = belum pasti DM
    • > 110 = DM

Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
  1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
  2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
  3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudahmengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200mg/dl).



F. Penatalaksanaan

Tujuanutama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitasinsulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasivaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetesadalah mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
  1. Diet
  2. Latihan
  3. Pemantauan
  4. Terapi (jika diperlukan)
  5. Pendidikan



Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Diabetes Mellitus


A. Pengkajian
  1. Riwayat Kesehatan Keluarga
    Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
  2. Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
    Berapalama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapiinsulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atautidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
  3. Aktivitas/ Istirahat :
    Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
  4. Sirkulasi
    Adakahriwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas,ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanandarah
  5. Integritas Ego
    Stress, ansietas
  6. Eliminasi
    Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
  7. Makanan / Cairan
    Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus, penggunaan diuretik.
  8. Neurosensori
    Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,gangguan penglihatan.
  9. Nyeri / Kenyamanan
    Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
  10. Pernapasan
    Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
  11. Keamanan
    Kulit kering, gatal, ulkus kulit.

B Masalah Keperawatan
  1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan
  2. Kekurangan volume cairan
  3. Gangguan integritas kulit
  4. Resiko terjadi injury

C. Intervensi
  1. Resikotinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan denganpenurunan masukan oral, anoreksia, mual, peningkatan metabolismeprotein, lemak.
    Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
    Kriteria Hasil :
    Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat
    Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya
    Intervensi :

    • Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi.
    • Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien.
    • Auskultasibising usus, catat adanya nyeri abdomen / perut kembung, mual, muntahanmakanan yang belum sempat dicerna, pertahankan keadaan puasa sesuaidengan indikasi.
    • Berikan makanan cair yang mengandung zatmakanan (nutrien) dan elektrolit dengan segera jika pasien sudah dapatmentoleransinya melalui oral.
    • Libatkan keluarga pasien pada pencernaan makan ini sesuai dengan indikasi.
    • Observasitanda-tanda hipoglikemia seperti perubahan tingkat kesadaran, kulitlembab/dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakitkepala.
    • Kolaborasi melakukan pemeriksaan gula darah.
    • Kolaborasi pemberian pengobatan insulin.
    • Kolaborasi dengan ahli diet.
  2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.
    Tujuan : kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuhi
    Kriteria Hasil :
    Pasienmenunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil,nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik,haluaran urin tepat secara individu dan kadar elektrolit dalam batasnormal.
    Intervensi :

    • Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TD ortostatik
    • Pantau pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul
    • Kaji frekuensi dan kualitas pernafasan, penggunaan otot bantu nafas
    • Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa
    • Pantau masukan dan pengeluaran
    • Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas yang dapat ditoleransi jantung
    • Catat hal-hal seperti mual, muntah dan distensi lambung.
    • Observasi adanya kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan BB, nadi tidak teratur
    • Kolaborasi : berikan terapi cairan normal salin dengan atau tanpa dextrosa, pantau pemeriksaan laboratorium (Ht, BUN, Na, K).
  3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik (neuropati perifer).
    Tujuan : gangguan integritas kulit dapat berkurang atau menunjukkan penyembuhan.
    Kriteria Hasil :
    Kondisi luka menunjukkan adanya perbaikan jaringan dan tidak terinfeksi
    Intervensi :

    • Kaji luka, adanya epitelisasi, perubahan warna, edema, dan discharge, frekuensi ganti balut.
    • Kaji tanda vital
    • Kaji adanya nyeri
    • Lakukan perawatan luka
    • Kolaborasi pemberian insulin dan medikasi.
    • Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.
  4. Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan
    Tujuan : pasien tidak mengalami injury
    Kriteria Hasil : pasien dapat memenuhi kebutuhannya tanpa mengalami injury
    Intervensi :

    • Hindarkan lantai yang licin.
    • Gunakan bed yang rendah.
    • Orientasikan klien dengan ruangan.
    • Bantu klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
    • Bantu pasien dalam ambulasi atau perubahan posisi.


DAFTAR PUSTAKA
Luecknote, Annette Geisler, Pengkajian Gerontologi alih bahasa Aniek Maryunani, Jakarta:EGC, 1997.

Doenges,Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan danPendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa,Ni Made Sumarwati, Jakarta : EGC, 1999.

Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa YasminAsih, Jakarta : EGC, 1997.

Smeltzer,Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner& Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono,Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2002.

Ikram, Ainal, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia Lanjut jilid I Edisi ketiga, Jakarta : FKUI, 1996.

Arjatmo Tjokronegoro. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.Cet 2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2002