Intervensi  |    Rasional  |   
1.        Kaji infant yang beresiko mengalami RDS yaitu : -           Riwayat   ibu dengan daibetes mellitus atau perdarahan placenta -           Prematuritas bayi -           Hipoksia janin -           Kelahiran melalui operasi caesar  |    Pengkajian diperlukan untuk menentukan intervensi secepatnya bila bayi menunjukkan adanya tanda disstres nafas dan terutama untuk memperbaiki prognosa  |   
2.        Kaji perubahan status pernafasan termasuk : -           Takipnea (pernafasan diatas 60 x per menit, mungkin 80   – 100 x) -           Nafas grunting -           Nasal flaring -           Retraksi intercostal, suprasternal atau substernal   dengan penggunaan otot bantu nafas -           Cyanosis  -           Episode apnea, penurunan suara nafas dan adanya crakles  |    Perubahan tersebut mengindikasikan RDS telah terjadi, panggil dokter   untuk tindakan secepatnya -           Pernafasan bayi meningkat karena peningkatan kebutuhan   oksigen -           Suara ini merupakan suara keran penutupan glotis untuk   menghentikan ekhalasi udara dengan menekan pita suara -           Merupakan keadaan untuk menurunkan resistensi dari   respirasi dengan membuka lebar jalan nafas -           Retraksi mengindikasikan ekspansi paru yang tidak   adekuat selama inspirasi -           Cyanosis terjadi sebagai tanda lanjut dengan PO2   dibawah 40 mmHg -           Episode apneu dan penurunan suara nafas menandakan   distress nafas semakin berat  |   
3.        Kaji tanda yang terkait dengan RDS -           Pallor dan pitting edema pada tangan dan kaki selama 24   jam -           Kelemahan otot -           Denyut jantung dibawah 100 x per menit pada stadium   lanjut -           Nilai AGD dengan PO2 dibawah 40 mmHg, pco2 diatas 65   mmHg, dan pH dibawah 7,15  |    Tanda-tanda tersebut terjadi pada RDS -           Tanda ini terjadi karena vasokontriksi perifer dan   penurunan permeabilitas vaskuler -           Tanda ini terjadi karena ekshaution yang disebabkan   kehilangan energi selama kesulitan nafas -           Bradikardia terjadi karena hipoksemia berat -           Tanda ini mengindikasikan acidosis respiratory dan   acidosis metabolik jika bayi hipoksik  |   
4.        Monitor PO2 trancutan atau nilai pulse oksimetri secara   kontinyu setiap jam  |    Nilai PO2 traskutan dan pulse oksimetri non invasif menunjukkan   prosentase oksigen saat inspirasi udara.   |   
Tujuan 2. Mempertahankan dan memaksimalkan fungsi pulmonal
Intervensi  |    Rasional  |   
1.        Berikan kehangatan dan oksigen sesuai dengan sbb -           Oksigen yang dihangatkan 31,7C – 33,9C -           Humidifikasi 40% - 60% -           Beri CPAP positif -           Beri PEEP positif  |    Untuk mencegah terjadinya hipotermia dan memenuhi kebutuhan oksigen tubuh  |   
2.        Berikan pancuronium bromide (Pavulon)  |    Obat ini berguna sebagai relaksan otot untuk mencegah injury karena   pergerakan bayi saat ventilasi  |   
3.        Tempatkan bayi    pada lingkungan dengan suhu normal serta monitor temperatur aksila   setiap jam  |    Lingkungan dengan suhu netral akan menurunkan kebutuhan oksigen dan   menurunkan produksi CO2.  |   
4.        Monitor vital signs secara kontinyu yaitu denyut jantung,   pernafasan, tekanan darah, serta auskultasi suara nafas  |    Perubahan vital signs menandakan tingkat keparahan atau penyembuhan  |   
5.        Observasi perubahan warna kulit, pergerakan dan   aktivitas  |    Karena perubahan warna kulit, pergerakan dan aktivitas mengindikasikan peningkatan metabolisme oksigen dan glukosa. Informasi yang penting lainnya adalah perubahan kebutuhan cairan, kalori dan kebutuhan oksigen.  |   
6.        Pertahankan energi pasien dengan melakukan prosedur   seefektif mungkin.  |    Mencegah penurunan tingkat energi infant  |   
7.        Monitor serial AGD seperti PaO2, PaCo2, HCO3 dan pH   setiap hari atau bila dibutuhkan  |    Perubahan mengindikasikan terjadinya acidosis respiratorik atau metabolik  |   
Diagnosa keperawatan : Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan menghisap, penurunan motilitas usus.
Tujuan : Mempertahankan dan mendukung intake nutrisi
Intervensi  |    Rasional  |   
1.        Berikan infus D 10% W sekitar 65 – 80 ml/kg bb/ hari  |    Untuk menggantikan kalori yang tidak didapat secara oral  |   
2.        Pasang selang nasogastrik atau orogastrik untuk dapat memasukkan makanan jika diindikasikan atau untuk mengevaluasi isi lambung  |    Pilihan ini dilakukan jika masukan sudah tidak mungkin dilakukan.  |   
3.        Cek lokasi selang NGT dengan cara : -           Aspirasi isi lambung -           Injeksikan sejumlah udara dan auskultasi masuknya udara   pada lambung -           Letakkan ujung selang di air, bila masuk lambung,   selang tidak akan memproduksi gelembung  |    Untuk mencegah masuknya makanan ke saluran pernafasan  |   
4.        Berikan makanan sesuai dengan prosedur berikut : -           Elevasikan kepala bayi  -           Berikan ASI atau susu formula dengan prinsip   gravitasi  dengan ketinggian 6 – 8   inchi dari kepala bayi -           Berikan makanan dengan suhu ruangan -           Tengkurapkan bayi setelah makan sekitar 1 jam  |    Memberikan makanan tanpa menurunkan tingkat energi bayi  |   
5.        Berikan TPN jika diindikasikan  |    TPN merupakan metode alternatif untuk mempertahankan nutrisi jika bowel   sounds tidak ada dan infants berada pada stadium akut.  |   
Diagnosa keperawatan : Resiko tinggi deficit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan sensible dan insesible
Tujuan : Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
Intervensi  |    Rasional  |   
1.        Pertahankan pemberian infus Dex 10% W 60 – 100 ml/kg   bb/hari  |    Penggantian cairan secara adekuat untuk mencegah ketidakseimbangan  |   
2.        Tingkatkan cairan infus 10 ml/kg/hari, tergantung dari   urine output, penggunaan pemanas dan jumlah feedings  |    Mempertahankan asupan cairan sesuai kebutuhan pasien. Takipnea dan   penggunaan pemanas tubuh akan meningkatkan kebutuhan cairan  |   
3.        Pertahankan tetesan infus secara stabil, gunakan   infusion pump  |    Untuk mencegah kelebihan atau kekurangan cairan. Kelebihan cairan dapat   menjadi keadaan fatal.  |   
4.        Monitor intake cairan dan output dengan cara : -           Timbang berat badan bayi setiap 8 jam -           Timbang popok bayi untuk menentukan urine output -           Tentukan jumlah BAB -           Monitor jumlah asupan cairan infus setiap hari  |    Catatan intake dan output cairan penting untuk menentukan ketidak   seimbangan cairan  sebagai dasar untuk   penggantian cairan  |   
5.        Lakukan pemeriksaan sodium dan potassium setiap 12 atau   24 jam  |    Peningkatan tingkat sodium dan potassium mengindikasikan terjadinya   dehidrasi dan potensial ketidakseimbangan elektrolit  |   
Diagnosa keperawatan : Koping keluarga inefektif berhubungan dengan ansietas, perasaan bersalah, dan perpisahan dengan bayi sebagai akibat situasi krisis
Tujuan : Meminimalkan kecemasan dan rasa bersalah, dan mendukung bounding antara orangtua dan infant
Intervensi  |    Rasional  |   
1.        Kaji respon verbal dan non verbal orangtua terhadap   kecemasan dan penggunaan koping mekanisme  |    Hal ini akan membantu mengidentifikasi dan membangun strategi koping yang   efektif  |   
2.        Bantu orangtua mengungkapkan perasaannya secara verbal tentang kondisi sakit anaknya, perawatan yang lama pada unit intensive, prosedur dan pengobatan infant  |    Membuat orangtua bebas mengekpresikan perasaannya sehingga membantu menjalin rasa saling percaya, serta mengurangi tingkat kecemasan  |   
3.        Berikan informasi yang akurat dan konsisten tentang   kondisi perkembangan infant  |    Informasi dapat mengurangi kecemasan   |   
4.        Bila mungkin, anjurkan orangtua untuk mengunjungi dan   ikut terlibat dalam perawatan anaknya  |    Memfasilitasi proses bounding  |   
5.        Rujuk pasien pada perawat keluarga atau komunitas  |    Rujukan untuk mempertahankan informasi yang adekuat, serta membantu   orangtua menghadapi keadaan sakit kronis pada anaknya.  |   
DAFTAR PUSTAKA
Melson, A. Kathryn & Marie S. Jaffe, Maternal Infant Health Care Planning, Second Edition, Springhouse Corporation, Pennsylvania, 1994
http://askep-askeb-kita.blogspot.com/

