Sabtu, 05 September 2009
MAKANAN TERKUTUK (TRUE STORY ?)
Beberapa waktu lalu saya mendapat email forward dari beberapa orang yang berisi tentang suatu hal yang sangat mencengangkan, awalnya saya kira ini hanyalah spam pekerjaan orang iseng yang membubuhi virus dalam emailnya, tetapi setelah melihat foto yang disertakan dalam email tersebut, saya jadi ragu...apakah cerita ini benar adanya????
akhirnya saya kembalikan pada pembaca sekalian, mengenai benar tidaknya berita ini, karena sumber beritanya tidak tercantum dengan jelas...
Cerita ini ditulis oleh seorang wartawan di Taiwan sehubungan dengan adanya gosip mengenai makanan penambah kekuatan dan stamina yang dibuat dari sari/kaldu janin manusia. 'Healthy Soup' yang dipercaya dapat mendapat stamina dan keperkasaan pria terbuat dari janin bayi manusia berumur 6 - 8 bulan dapat dibeli perporsi seharga 3000-4000 RMB(mata uang setempat). Salah seorang pengusaha pemilik pabrik di daerah Tong Wan, Taiwan mengaku sebagai pengkonsumsi tetap 'Healthy Soup'. Sebagai hasilnya, pria berusia 62 tahun menjelaskan khasiat 'Healthy Soup' ini mempertahankan kemampuannya untuk dapat berhubungan seks beberapa kali dalam semalam. Penulis diajak oleh pengusaha tersebut di atas ke salah satu restoran yang menyediakan 'Healthy Soup' di kota Fu San - Canton dan diperkenalkan kepada juru masak restoran tersebut. Kata sandi untuk 'Healthy Soup' adalah BAIKUT.
Juru masak restoran menyatakan jenis makanan tersebut tidak mudah di dapat karena mereka tidak tersedia 'ready stock'. Ditambahkan pula bahwa makanan tersebut harus disajikan secara fresh, bukan frozen. Tetapi kalau berminat, mereka menyediakan ari-ari bayi (plasenta) yang dipercaya dapat meningkatkan gairah seksual dan juga obat awet muda. Juru masak restoran tersebut mengatakan jika memang menginginkan Healthy Soup', dia menganjurkan untuk datang ke sebuah desa di luar kota di mana ada sepasang suami istri yang istrinya sedang mengandung 8 bulan. Diceritakan pula bahwa si istri sebelumnya sudah pernah mengandung 2 kali, tetapi kedua anaknya lahir dengan jenis kelamin perempuan. Jika kali ini lahir perempuan lagi, maka 'Healthy Soup' dapat didapat dengan waktu dekat. Cara pembuatan 'Healthy Soup', seperti yang diceritakan oleh jurnalis yang meliput.
kisah ini adalah sebagai berikut:
janin yang berumur beberapa bulan, ditambah Pachan, Tongseng, Tongkui, Keichi, Jahe, daging ayam dan Baikut, di tim selama 8 jam, setelah itu dimasak selayaknya memasak sup. Beberapa hari kemudian seorang sumber menghubungi penulis untuk meberitahukan bahwa di Thaisan ada restoran yang sudah mempunyai stok untuk 'Healthy Soup'. Bersama sang pengusaha, penulis dan fotografer pergi ke restoran di Thaisan untuk bertemu dengan juru masak restoran tersebut yang tanpa membuang waktu langsung mengajak rombongan untuk tour ke dapur. Di atas papan potong tampak janin tak bernyawa itu tidak lebih besar dari seekor kucing. Sang juru masak menjelaskan bahwa janin tersebut baru berusia5 bulan. Tidak dijelaskan berapa harga belinya, yang pasti itu tergantung besar-kecil, hidup-mati janin tersebut dan sebagainya.
Kali ini, harga per porsi 'Healthy Soup' 3,500 RMB karena stok sedang sulit untuk didapat. Sambil mempersiapkan pesanan kami,dengan terbuka juru masak tersebut menerangkan bahwa janin yang keguguran atau di gugurkan, biasanya mati, dapat dibeli hanya dengan beberapa ratus RMB saja, sedang kalau dekat tanggal kelahiran dan masih hidup, bisa semahal 2.000 RMB. Urusan bayi itu diserahkan ke restoran dalam keadaan hidupatau mati, tidak ada yg mengetahu Setelah selesai, 'Healthy Soup' disajikan panas di atas meja, penulis dan fotografer tidak bernyali untuk ikut mencicipi, setelah kunjungan di dapur, sudah kehilangan semua selera makan, maka cepat-cepat meninggalkan mereka dengan alasan tidak enak badan. Menurut beberapa sumber, janin yang dikonsumsi semua adalah janin bayi perempuan.
Apakah ini merupakan akibat kebijaksanaan pemerintah China untuk mewajibkan satu anak dalam satu keluarga yg berlaku sampai sekarang, atau hanya karena kegemaran orang akan makanan sehat sudah mencapai suatu kondisi yang sangat terkutuk.
WALLOHUALAM...
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN APPENDICTOMY
APPENDICSITIS
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Appendiks adalah ujung seperti jari-jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm (4 inchi), melekat pada sekum tepat di bawah katup ileosekal (Smeltzer, Suzanne, C., 2001).
Appendisitis adalah peradangan dari appendiks vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia antara 10 sampai 30 tahun (Mansjoer, 2000).
Apendektomi adalah pembedahan untuk mengangkat apendiks dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi. (Smeltzer Suzanne, C., 2001).
2. Patofisiologi
Appendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat tersumbat, kemungkinan oleh fekalit (massa keras dari feses), tumor atau benda asing. Proses inflamasi meningkatkan tekanan intraluminal yang akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri dan ulserasi mukosa menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat secara progresif, dalam beberapa jam, terlokalisasi dikuadran kanan bawah dari abdomen. Akhirnya appendiks yang terinflamasi berisi pus. (Smeltzer, Suzanne, C., 2001).
Bila sekresi mukus berlanjut, tekanan akan terus meningkat menyebabkan peradanganyang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri kanan bawah disebut apendisitis supuratif akut. Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti dengan gangren yang disebut apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh pecah akan terjadi apendisitis perforasi. Bila semua proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus berdekatan akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang dsebut infiltrat apendikularis. Peradangan appendiks dapat menjadi abses atau menghilang.
Pada anak-anak, omentum lebih pendek dan apendiks lebih panjang, dinding apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang menjadi kurang memudahkan terjadinya perforasi. Pada orang tua perforasi mudah terjadi karena ada gangguan pembuluh darah (Mansjoer, 2000).
3. Manifestasi klinis
a. Nyeri kuadran bawah
b. Demam ringan
c. Mual-muntah
d. Hilangnya nafsu makan
e. Nyeri tekan lokal pada titik mc Burney
f. Nyeri tekan lepas (hasil atau intesifikasi dari nyeri bila tekanan dilepaskan)
g. Tanda rovsing dapat timbul dengan melakukan palpoasi kuadran bawah kiri yang secara paradoksimal menyebabkan nyeri yang terasa di kuadran kanan bawah
h. Distensi abdomen akibat ileus paralitik
i. Kondisi pasien memburuk
(Smeltzer, Suzanne, C, 2001)
4. Komplikasi
a. Komplikasi utama apendisitis adalah perforasi appendiks, yang dapat berkembang menjadi peritonitis atau abses.
b. Abses sub frenikus
c. Fokal sepsis intra abdominal lain
(Mansjoer, 2000)
5. Pathway
Appendiks terinflamasi
Peningkatan tekanan intraluminal
Menghambat aliran limfe
Ulserasi pada dinding mukosa
Gangren dan perforasi
Appendiktomy
Luka post OP
6. Pemeriksaan diagnostik
a. Jumlah leukosit lebih tinggi dari 10.000 /mm3, normalnya 5.000-10.000/mm3
b. Jumlah netrofil lebih tinggi dari 75%
c. Pemeriksaan urin rutin, urinalisis normal, tetapi eritrosit atau lekosit mungkin ada.
d. Pemeriksaan photo sinar x tidak tampak kelainan yang spesifik
(Doengoes, 1999)
7. Penatalaksanaan
a. Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan.
b. Antibiotik dan cairan IV diberikan sampai pembedahan dilakukan.
c. Analgesik dapat diberikan setelah diagnosa ditegakkan.
(Smetzer, Suzanne, C., 20010
B. Konsep Dasar Keperawatan
Menurut Doengoes, 1999
1. Pengkajian
Dasar data pengkajian pasien (pra operasi)
a. Aktivitas atau istirahat
Gejala : Malaise
b. Sirkulasi
Tanda : Takikardia
c. Eliminasi
Gejala : Konstipasi pada awitan awal
Diare (kadang-kadang)
Tanda : Distensi abdomen, nyeri tekan / nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau tidak ada bising usus
d. Makanan / cairan
Gejala : anoreksia
Mual / muntah
e. Nyeri kenyamanan
Gejala : Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilikus, yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney.
Mc. Burney (setengah jarak antara umbilikus dan tulang ileum kanan), meningkat karena berjalan, bersin, batuk, atau nafas dalam (nyeri berhenti tiba-tiba di duga perforasi atau infark pada appendiks) keluhan berbagai rasa nyeri atau gejala tidak jelas (sehubungan dengan lokasi appendiks, contoh retrosekal atau sebelah ureter).
Tanda : Perilaku berhati-hati, berbaring ke samping atau telentang dengan lutut ditekuk, meningkatnya nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi kaki kanan atau posisi duduk tegak
Nyeri lepas pada sisi kiri di duga inflamasi peritoneal.
f. Keamanan
Tanda : Demam (biasanya rendah)
g. Pernafasan
Tanda : Takipnea, pernafasan dangkal
2. Diagnosa keperawatan
a. Infeksi, resiko tinggi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan utama, perforasi atau ruptur pada apendiks, peritonitis, pembentukan abses.
b. Kekurangan volume cairan, berhubungan dengan muntah pra operasi, pembatasan pasca operasi.
c. Nyeri (akut) berhubungan dengan adanya insisi bedah.
d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan perjalanan penyakit.
3. Intervensi dan rasionalisasi
Diagnosa I
Intervensi Rasional
- Awasi tanda vital, perhatikan demam, menggigil, berkeringat, perubahan mental, meningkatkan nyeri abdomen - Dugaan adanya infeksi atau terjadinya sepsis, abses, peritonitis
- Lakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan luka aseptik - Menurunkan resiko penyebaran penyakit atau bakteri
- Lihat insisi dan balutan - Memberikan deteksi dini terjadi nya proses infeksi dan pengawasan penyembuhan peritonitis yang telah ada sebelumnya.
Diagnosa II
Intervensi Rasional
- Awasi tekanan darah dan nadi - Tanda yang membantu mengidentifikasi fluktuasi volume intra vaskuler
- Lihat membran mukosa, kaji turgor kulit dan pengisian kapiler - Indikator keadekuatan sirkulasi perifer dan hidrasi seluler
- Awasi masukan dan haluaran; catat warna urin atau konsentrasi, berat jenis - Penurunan haluaran urin pekat dengan peningkatan berat jenis di duga dehidrasi atau kebutuhan peningkatan cairan.
Diagnosa III
Intervensi Rasional
- Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik beratnya (skala 0-10) - Berguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan penyembuhan
- Pertahankan istirahat dengan posisi semi-fowler - Gravitasi melokalisasi eksudat inflamasi dalam abdomen bawah atau pelvis, menghilang-kan tegangan abdomen
- Dorong ambulasi dini - Meningkatkan normalisasi fungsi organ, contoh merangsang peristaltik dan kelancaran flatus, menurunkan ketidaknyamanan abdomen.
Diagnosa IV
Intervensi Rasional
- Kaji ulang pembatasan aktivitas pasca operasi - Memberikan inflamasi pada pasien untuk merencanakan rutinitas biasa tanpa menimbulkan masalah
- Dorong aktivitas sesuai tolerasi dengan periode istirahat periodik - Mencegah kelemahan, meningkatkan penyembuhan dan perasaan sehat
- Anjurkan menggunakan laksatif atau pelembek feses ringan bila perlu dan hindari enema - Membantu kembali ke fungsi usus semula
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. L DENGAN POST APENDICTOMY DI RUANG KEPET RS.kopet BULAK GATEL
A. Pengkajian
Tanggal pengkajian : 14 April 2008
Jam pengkajian : 08.00 WIB
Tanggal masuk : 11 April 2008
1. Identitas
a. Identitas pasien
Nama : Nn. L
Umur : 17 th
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Sriwedari, Laweyan, BULAK GATEL
Suku : Jawa
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pelajar
b. Identitas penanggung jawab
Nama : Tn. s
Umur : 52 th
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Sriwedari, Laweyan, BULAK GATEL
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Hub. dgn pasien : Ayah kandung
2. Keluhan utama
Pasien mengatakan nyeri pada luka bekas post operasi.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Sehari kiriman dr. D, keluhan ± 1 minggu nyeri perut kanan bawah, mual kadang-kadang muntah, pasien dirawat dibangsal KEPET dengan terapi infus RL 20 tetes per menit, injeksi biotiax 1 gr/hari.
b. Riwayat keperawatan dahulu
Pasien belum pernah mondok, tidak pernah mengalami kecelakaan maupuan trauma, mempunyai riwayat alergi kacang goreng.
c. Riwayat keperawatan keluarga
Keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakti yang sama dengan pasien.
4. Pola fungsional (menurut Gordong)
a. Pola persepsi dan manajemen kesehatan
Nn. L mengatakan bila ada anggota keluarga yang sakit dibawa ke puskesmas bila belum sembuh diperiksakan ke dokter.
b. Pola nutrisi
Sebelum sakit : Pasien mengatakan makan 3 x/hari, mau makan sayur dan buah-buahan, minum ± 1.000 cc.
Selama sakit : Pasien makan 3 x/hari, makan habis ¼ porsi, minum ± 600 cc
c. Pola eliminasi
Sebelum sakit : Nn. L mengatakan BAK 4-5 x/hari warna kuning jernih, dan BAB 1 x/hari dengan konsistensi lembek
Selama sakit : Pasien BAB 1 x/hari dan BAK 3-4 x/hari
d. Pola keamanan dan kenyamanan
Pasien mengatakan nyeri pada perut bagian kanan bawah.
P : nyeri saat bergerak
Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk
R : nyeri dirasakan di bagian perut kanan bawah
S : skala nyeri 4
T : nyeri dirasakan kadang-kadang
e. Sistem pernafasan
Pasien tidak mengalami gangguan pernafasan, tidak ada sumbatan pada saluran nafasnya.
f. Pola aktivitas dan latihan
Sebelum sakit : Pasien dapat memenuhi kebutuhan dan aktivitas sehari-hari dengan mandiri.
Selama sakit : Pasien setiap hari berbaring di atas tempat tidur
Pemenuhan kebutuhan sehari-hari dibantu keluarga dan perawat.
g. Pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit : Pasien tidur ± 7 jam/hari dan bisa tidur dengan nyenyak.
Selama sakit : Pasien tidur ± 6 jam shari.
h. Pola persepsi kognitif
Nn. L mengatakan sudah mengetahui tentang penyakitnya yaitu usus buntu.
i. Pola peran dan hubungan
Nn. L mau diajak berkomunikasi, kooperatif, Nn. L mengatakan berhubungan baik dengan keluarganya dan teman-temanya.
j. Pola reproduksi dan seksual
Pasien belum menikah, belum mempunyai anak.
k. Pola koping terhadap stres
Pasien sabar dalam menerima keadaannya sekarang dan tampak tenang.
l. Pola nilai dan keyakinan
Pasien beragama Islam, selalu menjalankan sholat 5 waktu, selama sakit di atas tempat tidur, dan selalu berdoa agar penyakitnya cepat sembuh.
5. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : Sedang
b. Kesadaran : Compos mentis, GCS : 15
c. Tanda-tanda vital : TD : 110/60 mmHg, Rr : 20 x/menit
N : 80 x/mnt, S : 36°C
d. Kepala :
1) Mata : Conjungtiva anemis, simetris kanan = kiri
2) Hidung : Tidak ada sekret, tidak ada polip
3) Telinga : Simetris kanan dan kiri, tidak ada serumen, masih berfungsi dengan baik
4) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
e. Dada :
1) Paru I : Pengembangan paru kanan = kiri
P : Fremitus raba kanan sama dengan kiri
P : Sonor
A : Tidak ada wheezing
2) Jantung I : Ictus cordis tidak tampak
P : Ictus cordis kuat angkat
P : Pekak
A : BJ I, II reguler
3) Abdomen :I : Terdapat jahitan luka post operasi tertutup kassa
A : Peristaltik usus 12 x/menit
P : Tidak ada massa
P : Ada nyeri tekan
f. Ekstremitas
Atas : Terpasang infus RL 20 tpm
Bawah : Dapat bergerak bebas
g.. Geneta urinaria : Genetalia bersih, terpasang DC
h. Kulit : Berwarna sawo matang, turgor kulit baik
6. Program terapi
a. Biotriax 1 gr/ hari
b. Remopain 1 ml/12 jam
c. Flagil sup 3 x 1
7. Pemeriksaan penunjang
Hasil laboratorium pada tanggal 11 April 2008
Hemoglobin 13,9 g/dl N : Pr : 11,5-16,5 g/dl ; Lk : 13-18 g/dl
Lekosit 6.800 /mm3 N : 4.000-11.000 /mm3
Erytrosit 4,99 N : Lk : 4,5-5,5 /mm3 ; Pr : 4-5 /mm3
Hematokrit 43 N : Lk : 40-50 % ; Pr : 37-43 %
Trombosit 299.000 N : 150.000-400.000
8. Data fokus
a. Data subyektif :
1) Pasien mengatakan nyeri pada perut luka post operasi
2) Pengkajian kenyamana
P : nyeri dirasakan saat bergerak
Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk
R : nyeri dirasakan di bagian perut kanan bawah
S : skala nyeri 4
T : nyeri dirasakan kadang-kadang
3) Pasien mengatakan badannya masih lemas
4) Pasien mengatakan aktivitasnya dibantu oleh keluarga dan perawat.
b. Data obyektif :
1) Terdapat luka post operasi pada perut kanan bawah
2) Paien tampak lemas
3) TD : 120/60 mmHg, N : 80 x/menit, RR : 20 x/menit, S : 36°C
4) Aktivitas dibantu oleh keluarga dan perawat
5) Wajah meringis menahan nyeri di perutnya
6) Keadaan umum : sedang
B. Analisa Masalah
No Data Problem Etiologi
1. DS : - Pasien mengatakan nyeri pada perut luka post operasi
P : nyeri dirasakan saat bergerak
Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk
R : nyeri dirasakan di bagian perut kanan bawah
S : skala nyeri 4
T : nyeri dirasakan kadang-kadang
DO : - Terdapat luka post operasi pada perut kanan bawah
- Wajah meringis menahan nyeri di perutnya Nyeri akut Luka post operasi apendiktomy
2. DS : -
DO : - Terdapat luka post operasi pada perut kanan bawah
- Leukosit : 6.800 /mm3
- TD : 120/60 mmHg,
N : 80 x/menit
S : 36°C
RR : 20 x/menit Resiko tinggi infeksi Port de entry
3. DS : - Pasien mengatakan aktivitas dibantu keluarga
- Pasien mengatakan badannya masih lemas
DO : - Pasien tampak lemas
- TD : 120/60 mmHg,
N : 80 x/menit, S : 36°C
RR : 20 x/menit
- Aktivitas dibantu oleh keluarga dan perawat
- Terpasang infus RL 20 tpm Gangguan pemenuhan ADL Kelemahan fisik
C. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman : sakit kepala berhubungan dengan pelebaran pembuluh darah akibat dari peningkatan TD
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual muntah.
3. Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan kelemahan fisik.
D. Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa I
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam nyeri akut dapat berkurang.
KH : - Wajah pasien rileks
- Nyeri pasien berkurang
Intervensi :
a. Kaji keadaan umum pasien
b. Kaji skala nyeri PQRST
c. Monitor vital sign
d. Berikan posisi yang nyaman
e. Ajarkan teknik relaksasi distraksi nafas dalam
f. Injeksi analgetik sesuai program
2. Dx. II
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam tidak terjadi infeksi.
KH : - Tidak ada tanda infeksi (dolor, rubor, kalor, fungsiolesa, tumor)
Intervensi :
a. Observasi vital sign
b. Kaji keadaan luka
c. Kaji adanya tanda infeksi
d. Lakukan perawatan luka
e. Kolaborasi dalam pemberian obat antibiotik
3. Diagnosa III
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam ADL terpenuhi.
KH : - ADL dapat dipenuhi secara mandiri
- Keadaan umum baik
Intervensi :
a. Kaji tingkat ketergantungan pasien
b. Dekatkan alat atau barang yang dibutuhkan pasien
c. Motivasi pasien untuk miring ke samping kanan dan kiri
d. Libatkan keluarga dalam pemenuhan ADL pasien
E. Implementasi
No.Dx Hari/Tgl/ jam Implementasi Respon Paraf
I Senin
14-04-08
08.00 - Mengkaji keadaan umum pasien Keadaan umum pasien lemah
I 11.00 - Monitor vital sign TD : 120/80 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 22 x/menit
S : 36,2°C
II 08.30 - Mengkaji keadaan luka Daerah sekitar luka tidak terdapat tanda-tanda infeksi
II 08.10 - Mengkaji adanya tanda infeksi Tidak ada tanda-tanda infeksi
I 08.00 - Melakukan injeksi Remopain 1 ml/12 jam Obat masuk lewat selang IV
III 08.20 - Mengkaji tingkat ketergantungan pasien Pasien belum bisa bangun tidur
III 11.30 - Memberi fooding Pasien makan habis ¼ porsi
III 09.00 - Motivasi pasien untuk miring ke samping kanan dan kiri Pasien belum berani miring ke kiri dan kanan
III 07.30 - Melibatkan keluarga dalam pemenuhan ADL pasien Keluarga selalu membantu pasien dalam pemenuhan ADL
I 11.10 - Mengajarkan pasien tehnik relaksasi, nafas dalam Pasien mau mengikuti dengan nafas dalam
I Selasa
15-04-08
15.00 - Mengkaji keadaan umum pasien Keadana umum pasien baik
I 16.00 - Monitor vital sign TD : 120/60 mmHg
S : 36°C
Rr : 20 x/menit
N : 80 x/menit
II 21.00 - Melakukan injeksi Biotrax 1 gr/hari Obat masuk melalui selang infus
16.30 - Memberi fooding Fooding diterima keluarga pasien
14.30 - Mengajarkan pasien tehnik relakasi (nafas dalam) Pasien mau mengikuti nafas dalam
15.00 Menyiapkan air untuk sibin Pasien mau mengikuti nafas dalam
I, II Rabu
16-04-08
08.00 - Mengkaji keadaan umum pasien
- Melakukan vital sign Keadaan umum sedang
TD : 120/80 mmHg
N : 88 x/menit
R : 20 x/menit
S : 36,5°C
I, II 08.30 - Melakukan injeksi lewat selang infus remopain 1 ml, Biotrax 1 gram/ 24 jam Obat masuk lewat selang infus
II 09.00 - Melakukan medikasi Luka tampak bersih
II - Memotivasi pasien untuk miring kanan dan kiri Pasien kooperatif
III - Mendekatkan alat-alat yang dibutuhkan pasien Pasien kooperatif
II, III 11.00 - Melakukan vital sign dan mengkaji tingkat ketergantungan pasien TD : 120/90 mmHg
S : 36°C
N : 80 x/menit
Rr : 20 x/menit
III 12.00 - Mengantarkan makanan Pasien kooperatif
F. Evaluasi
Tgl/jam Evaluasi TTD
Kamis
17 April 2008
08.00 S : Pasien mengatakan nyeri berkurang
O : P : nyeri dirasakan saat bergerak
Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk
R : nyeri dirasakan di bagian perut kanan bawah
S : skala nyeri 4
T : nyeri dirasakan kadang-kadang
A : Masalah nyeri teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
- Lakukan medikasi sesuai program
- Kolaborasi dalam pemberian analgetik
08.00 S : -
O : Luka masih tertutup kassa, post op hari ke-5, leukosit 6.800 /mm3
A : Infeksi tidak terjadi
P : Intervensi dilanjutkan
- Lakukan medikasi sesuai program
- Berikan injeksi sesuai program
08.00 S : Pasien mengatakan aktivitas masih dibantu
O : Pasien masih tampak lemas
Terpasang infus RL 20 tpm
Aktivitas dibantu keluarga dan perawat
A : Masalah ADL belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
- Libatkan keluarga dalam pemenuhan ADL
- Dekatkan barang-barang yang dibutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilynn, E., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.
Mansjoer, Arif, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, FKUI, Jakarta.
Smeltzer, C. Suzanne, C. Brenda, G. Bare, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Brunner & Suddarth, EGC, Jakarta.
Mengapa kita Gosok Gigi? Apa Jenis Sikat Gigi yang Terbaik?
Jumat, 04 September 2009
ASUHAN KEPERAWATAN ABORTUS
A. PENGERTIAN
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin mampu hidup di luar kandungan dengan berat badan kurang dari 1000 gram atau umur kehamilan kurang dari 28 minggu (IKPK dan KB, 1992).
Abortus atau keguguran dibagi menjadi
1. Berdasarkan kejadiannya
a. Abortus spontan terjadi tanpa ada unsur tindakan dari luar dan dengan kekuatan sendiri
b. Abortus buatan sengaja dilakukan sehingga kehamilan diakhiri. Upaya menghilangkan konsepsi dapat dilakukan berdasarkan :
- Indikasi medis
Yaitu menghilangkan kehamilan atas indikasi untuk menyelamatkan jiwa ibu. Indikasi tersebut diantaranya adalah penyakit jantung, ginjal, atau penyakit hati berat dengan pemeriksaan ultrasonografi, gangguan pertumbuhan dan perkembangan dalam rahim.
- Indikasi social
Pengguguran kandungan dilakukan atas dasar aspek social, menginginkan jenis kelamin tertentu, tidak ingin punya anak, jarak kehamilan terlalu pendek, belum siap untuk hamil dan kehamilan yang tidak diinginkan.
2. Berdasarkan pelaksanaanya
- Abortus buatan teraupetik. Dilakukan oleh tenaga medis secara legalitas berdasarkan indikasi medis
- Abortus buatan illegal yang dilakukan tanpa dasar hokum atau melawan hokum (Abortus Kriminalis).
- Keguguran lengkap (abortus kompletus), semua hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya.
- Keguguran tidak lengkap (abortus inkompletus), sebagian hasil konsepsi masih tersisa dalam rahim yang dapat menimbulkan penyulit.
- Keguguran mengancam (abortus imminen), abortus ini baru dan masih ada harapan untuk dipertahankan.
- Keguguran tak terhalangi (abortus insipien), abortus ini suadah berlangsung dan tidak dapat dicegah atau dihalangi lagi.
- Keguguran habitualis, abortus yang telah berulang dan berturut-turut terjadi sekurang-kurangnya 3 kali.
- Keguguran dengan infeksi (abortus infeksiousus), keguguran yang disertai infeksi sebagian besar dalam bentuk tidak lengkap dan dilakukan dengan cara kurang legeartis.
- Missed abortion, keadaan dimana janin telah mati sebelum minggu ke 22, tetapi tertahan dalam rahim selama 2 bulan atau lebih setelah janin mati.
B. ETIOLOGI
Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti, tetapi beberapa faktor yang berpengaruh adalah :
a. Faktor pertumbuhan hasil konsepsi, kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menimbulkan kematian janin dan cacat bawaan yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan, gangguan pertumbuhan hasil konsepsi dapat terjadi karena :
- Faktor kromosom terjadi sejak semula pertemuan kromosom, termasuk kromosom seks
- Faktor lingkungan endometrium terjadi karena endometrium belum siap untuk menerima implantasi hasil konsepsi.selain itu juga karena gizi ibu yang kurang karena anemia atau terlalu pendeknya jarak kehamilan.
- Pengaruh luar
- Infeksi endometrium
- Hasil konsepsi yang dipengaruhi oleh obat dan radiasi
- Faktor psikologis
- Kebiasaan ibu (merokok, alcohol, kecanduan obat)
b. Kelainan plasenta
- Infeksi pada plasenta
- Gangguan pembuluh darah
- Hipertensi
- Penyakit infeksi seperti tifus abdominalis, malaria, pneumonia dan sifilis
- Anemia
- Penyakit menahun seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati, DM
- Kelainan rahim
Patofisiologi terjadinya keguguran mulai dari terlepasnya sebagian atau seluruh jaringan plasenta, yang menyebabkan perdarahan sehingga janin kekurangan nutrisi dan O2.
Pengeluaran tersebut dapat terjadi spontan seluruhnya atau sebagian masih tertinggal, yang menyebabkan berbagai penyulit. Oleh karena itu keguguran memberikan gejala umum sakit perut karena kontraksi rahim, terjadi perdarahan, dan disertai pengeluaran seluruh atau sebagian hasil konsepsi.
Bentuk perdarahan bervariasi diantaranya :
- Sedikit-sedikit dan berlangsung lama
- Sekaligus dalam jumlah besar dapat disertai gumpalan
- Akibat perdarahan, dapat menimbulkan syok, nadi meningkat, tekanan darah turun, tampak anemis dan daerah ujung (akral) dingin.
DOWNLOAD Pathway Abortus
Klik DISINI
D. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala pada abortus Imminen :
- Terdapat keterlambatan dating bulan
- Terdapat perdarahan, disertai sakit perut atau mules
- Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan dan terjadi kontraksi otot rahim
- Hasil periksa dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, dan kanalis servikalis masih tertutup, dapat dirasakan kontraksi otot rahim
- Hasil pemeriksaan tes kehamilan masih positif
Tanda dan gejala pada abortus Insipien :
- Perdarahan lebih banyak
- Perut mules atau sakit lebih hebat
- Pada pemariksaan dijumpai perdarahan lebih banyak, kanalis servikalis terbuka dan jaringan atau hasil konsepsi dapat diraba
Tanda dan gejala abortus Inkomplit :
- a. Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis
- b. Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat
- c. Terjadi infeksi ditandai dengan suhu tinggi
- d. Dapat terjadi degenerasi ganas (kario karsinoma)
Tanda dan gejala abortus Kompletus :
- Uterus telah mengecil
- Perdarahan sedikit
- Canalis servikalis telah tertutup
Tanda dan gejala Missed Abortion :
- Rahim tidak membesar, malahan mengecil karena absorbsi air ketuban dan maserasi janin
- Buah dada mengecil kembali
E. DIAGNOSA DAN INTERVENSI
Diagnosa keperawatan yang sering muncul adalah :
1. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang abortus
Tujuan : kecemasan ibu berkurang
Tindakan :
- Lakukan komunikasi terapetik dengan pasien
- Berikan informasi tentang abortus
- Yakinkan pasien tentang diagnosa
Tujuan : infeksi dapat dicegah
Tindakan :
- Observasi perdarahan
- Observasi TTV
- Lakukan tindakan sesuai prosedur aseptic
- Kolaborasi pemberian obat antibiotik
Tujuan : nyeri berkurang
Tindakan :
- Kaji skala nyeri
- Anjurkan pasien untuk bedrest total
- Berikan pasien posisi yang nyaman
- Kolaborasi pemberian obat analgetik
Tujuan : syok dapat dicegah
Tindakan :
Observasi perdarahanObservasi TTV
Anjurkan pasien untuk bedrest total
Kolaborasi pemberian obat anti koagulan
5. Berduka berhubungan dengan kehilangan
Tujuan : pasien dan keluarga tabah menghadapi kenyataan kehilangan
Tindakan :
Beri dorongan klien dan keluarga untuk dapat menerima keadaan
Memotivasi pasien dan keluarga untuk tabah dan sabar
Bila berlebihan kolaborasi untuk konsultasi dengan psikolog
tag : askep abortus, asuhan keperawatan abortus, pathway abortus, abortus kompletus, abortus inkompletus, abortus imminen, abortus insipien, abortus infeksiousus, Missed abortion
Download askep abortus dalam format Ms Word klik DI SINI
Apa Cara Terbaik Menggosok/Sikat Gigi?
Perawat ditangkap warga demo polsekta
SIJORI MANDIRI ONLINE
LUBUK BAJA - Ratusan warga Kampung Dalam, Baloi Danau mendatangi Mapolsek Lubuk Baja, Senin (27/10). Warga mendesak Kapolsekta Lubuk Baja AKP Yos Guntur membebaskan Salmia, perawat yang ditangkap karena tuduhan tidak memiliki izin praktek.
Para warga yang terdiri dari kaum ibu, anak-anak bahkan bapak-bapak merasa kehilangan ‘dewi penolong’ jika Salmia ditahan. Yani, warga yang ikut demo, menyampaikan rasa keberatannya jika Salmia ditahan polisi. Alasannya, selama ini Salmia telah begitu banyak menolong warga. Disebutkan, Salmia tidak materialistis dan murni ingin menolong masyarakat kurang mampu.
Dikatakan, meskipun warga tidak memiliki uang, tetap dilayani secara baik. “Pokoknya, banyak sekali jasa yang telah diberikan oleh Ibu Salmia terhadap warga Kampung Dalam,” ujar Yani saat melakukan demo, Senin (27/10).
Menurut Yani, selama perawat tersebut praktek di kampung itu, belum pernah terjadi masalah dengan warga. Malah sebaliknya, perawat tersebut sangat membantu warga saat berobat atau melahirkan.
Andi, warga lainnya, juga menginginkan Salmia dibebaskan supaya masyarakat bisa terbantu. Andi mengisahkan ketika isterinya melahirkan, cukup membayar biaya bersalin sebesar Rp600 ribu. “Itupun dibayar dengan cara mencicil. Padahal, rumah sakit mana mau membantu warga miskin seperti kami,” katanya.
Andi menegaskan, jika Salmia ditangkap, tidak ada lagi petugas kesehatan yang mau membantu warga ketika sakit. Ia meminta Yos Guntur untuk bertindak lebih bijaksana. “Jangan hanya karena tidak mempunyai izin praktek, lantas ditangkap. Padahal warga sangat membutuhkan perawat seperti Ibu Salmia untuk membantu kesehatan warga kami,” ujar Andi.
Kapolsek Lubuk Baja AKP Yos Guntur mengatakan walaupun Salmia masih dibutukan oleh warga, secara aturan atau hukum, tetap tidak memiliki legalitas. Ia mengaku tidak melakukan penahanan terhadap Salmia, tetapi hanya diamankan karena takut terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan.
“Masyarakat memprotes karena belum terjadi apa-apa. Tetapi polisi mengamankan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Karena kalau sudah terjadi, warga pun pasti akan mendukung tindakan ini,” katanya.
Menurut Yos, perawat tersebut dilaporkan Ketua RW 04 Seto Prasetyo karena dicurigai tidak memiliki izin. Dengan demikian, Salmia dinilai telah melanggar UU NO 2 tahun 1992 tentang kesehatan. Ia berjanji tidak melakukan penahanan, tetapi Salmia tidak boleh lagi membuka praktek di tempat tersebut.
Dr Danti Lestari, Kepala Puskesmas Lubuk Baja, mengatakan pihaknya sudah sering kali mengingatkan suster tersebut untuk tidak berpraktek. Alasannya, seorang perawat tidak diperbolehkan membuka praktek. “Kalaupun mau praktek harus sekolah lagi di bidang kebidanan. Itu pun harus atas izin dari Dinas Kesehatan,” katanya.
By CATATANPERAWAT.TK on
February 21st, 2009
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
- Riwayat penyakit
- Faktor resiko keluarga contoh penyakit jantung, stroke, hipertensi.
- Riwayat IM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati, GJK, penyakit katup jantung, hipertensi.
- Penggunaan obat digitalis, quinidin dan obat anti aritmia lainnya kemungkinan untuk terjadinya intoksikasi.
- Kondisi psikososial
Pemeriksaan Fisik
- Aktivitas : kelelahan umum
- Sirkulasi : perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur; defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit warna dan kelembaban berubah misal pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin menruun bila curah jantung menurun berat.
- Integritas ego : perasaan gugup, perasaan terancam, cemas, takut, menolak,marah, gelisah, menangis.
- Makanan/cairan : hilang nafsu makan, anoreksia, tidak toleran terhadap makanan, mual muntah, peryubahan berat badan, perubahan kelembaban kulit.
- Neurosensori : pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan pupil.
- Nyeri/ketidaknyamanan : nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina, gelisah.
- Pernafasan : penyakit paru kronis, nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
- Keamanan : demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema (trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan.
baca selanjutnya
Pengkajian
- Pemeriksaan fisik
- Keadaan umum
- Kesadaran, status gizi, TB, BB, suhu, TD, nadi, respirasi
- Pemeriksaan sistemik
Kepala (mata, hidung, telinga, gigi & mulut), leher (terdapat perbesaran tyroid atau tidak), tengkuk, dada (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi), genitalia, ekstremitas atas dan bawah.
- Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium (kimia darah, ureum, kreatinin, GDS, analisa urin, darah rutin)
Diagnosa Keperawatan yang Muncul
- Nyeri kronis b.d adanya lesi pada jaringan
- Hipertermi b.d proses infeksi
- Cemas b.d proses penyakit
Diagnosa Keperawatan 1. :
Nyeri kronis b.d adanya lesi pada jaringan
Tujuan :
Nyeri klien hilang dan kenyamanan terpenuhi
Kriteria Hasil :
- Nyeri klien berkurang
- Ekspresi wajah klien tidak kesakitan
- Keluhan klien berkurang
Intervensi :
- Kaji riwayat nyeri dan respon terhadap nyeri
- Kaji kebutuhan yang dapat mengurangi nyeri dan jelaskan tentang teknik mengurangi nyeri dan penyebab nyeri
- Ciptakan lingkungan yang nyaman (mengganti alat tenun)
- Kurangi stimulus yang tidak menyenangkan
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgeti
baca selanjutnya
A. Pengkajian
- Riwayat keperawatan
- Identifikasi awitan gejala akut : nyeri akut, pembangkakan, eritma, demam atau keluarnya pus dari sinus disertai nyeri, pembengkakan dan demam.
- Kaji faktor resiko : Lansia, DM, terapi kortikosteroid jangka panjang, cedera, infeksi dan riwayat bedah ortopedi sebelumnya.
- Hal-hal yang dikaji meliputi umur, pernah tidaknya trauma, luka terbuka, tindakan operasi khususnya operasi tulang, dan terapi radiasi. Faktor-faktor tersebut adalah sumber potensial terjadinya infeksi.
- Pemeriksaan fisik
Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila dipalpasi. Bisa juga terdapat eritema atau kemerahan dan panas. Efek sistemik menunjukkan adanya demam biasanya diatas 380, takhikardi, irritable, lemah bengkak, nyeri, maupun eritema.
- Riwayat psikososial
Pasien seringkali merasa ketakutan, khawatir infeksinya tidak dapat sembuh, takut diamputasi. Biasanya pasien dirawat lama di rumah sakit sehingga perawat perlu mengfkaji perubahan-perubahan kehidupan khususnya hubungannya dengan keluarga, pekerjaan atau sekolah.
- Pemeriksaan diagnostik
Hasil laboratorium menunjukan adanya leukositosis dan laju endap darah meningkat. 50% pasien yang mengalami infeksi hematogen secara dini adanya osteomielitis maka dilakukan scanning tulang. Selain itu dapat pula dengan biopsi tulang atau MRI.
B. Diagnosa Keperawatan yang Muncul
- Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan.
- Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan menahan beban berat badan.
- Resiko terhadap perluasan infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang.
- Kurang pengetahuan tentang program pengobatan.
Askep Post Operasi Tutup Kolostomi
Post operasi tutup kolostomi merupakan suatu rangkaian tindakan pembedahan pada post kolostomi sementara.
Perjalanan dan riwayat tindakan.
Klien yang mengalami kelainan pada usus seperti: obstruksi usus, kanker kolon, kolitis ulceratif, penyakit Divertikuler akan dilakukan pembedahan yang disebut dengan kolostomi yaitu lubang dibuat dari segmen kolon (asecenden, transversum dan sigmoid). Lubang tersebut ada yang bersifat sementara dan permanen. Kolostomi asenden dan transversum bersifat sementara , sedangkan kolostomi sigmoid bersifat permanen.
Kolostomi yang bersifat sementara akan dilakukan penutupan .
Berdasarkan lubang kolostomi dapat dibedakan menjadi 3, yaitu:
1. Single barreled stoma, yaitu dibuat dari bagian proksimal usus. Segmen distal dapat dibuang atau ditutup.
2. Double barreled, biasanya meliputi kolon transversum. Kedua ujung dari kolon yang direksesi dikeluarkan melalui dinding abdominal mengakibatkan dua stoma. Stoma distal hanya mengalirkan mukus dan stoma proksimal mengalirkan feses.
3. Kolostomi lop-lop, yaitu kolon transversum dikeluarkan melalui dinding abdomen dan diikat ditempat dengan glass rod. Kemudian 5-10 hari usus membentuk adesi pada dinding abdomen, lubang dibuat di permukaan terpajan dari usus dengan menggunakan pemotong.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada klien dengan post kolostomi:
- Irigasi diperlukan untuk mengatur defekasi
- Pembersihan usus diperlukan sebelum pemeriksaan kontras barium saluran GI.
-
Rencana Keperawatan terintegrasi:
1. Perawatan pascaoperasi
2. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
3. Terapi intra vena
4. Imobilitas
5. Nyeri.
Pengkajian Data Dasar
1. Pemeriksaan fisik terhadap daerah penutupan kolostomi:
- Keadaan luka: tanda kemerahan, pengeluaran cairan
- Adanya pembengkakan dan menutup sempurna
2. Pemeriksaan daerah rektum:
- Pengeluaran feses
4. Kecemasan
5. Nyeri
Diangosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan perlukaan skunder operasi penutupan kolostomi
2. Cemas berhubungan dengan ancaman terhadap disfungsi rektum
3. Resiko tinggi terhadap komplikasi : infeksi berhubungan dengan prosedur tindakan pembedahan .
Intervensi
Diagonsa: Nyeri berhubungan dengan perlukaan skunder operasi penutupan kolostomi
Tanda-tanda
Subyektif:
- Mengungkapkan ketidaknyamanan, dan nyeri daerah perut.
Obyektif:
- Merintih, menangis
- Melindungi sisi nyeri.
- Nadi meningkat
Kriteria evaluasi:
- Mengungkapkan tidak ada nyeri
- Tidak merintih, menangis
- Ekspresi wajah rileks
INTERVENSI | RASIONAL |
1. Kaji keluhan dan derajat nyeri 2. Motivasi untuk melakukan teknik pengaturan nafas dan mengalihkan perhatian 3. Hindari sentuhan seminimsl mungkin untuk mengurangi rangsangan nyeri 4. Pertahankan puasa 4. Berikan analgetik sesuai dengan program medis. | Untuk mengetahui sifat dan tingkat nyeri sehingga memudahkan dalan memberi tindakan. Relaksasi dan retraksi dapat mengurangi rangsangan nyeri Sentuhan dapat meningkatkan rangsangan nyeri Untuk mengistirahatkan usus. Analgesik membantu memblok jaras nyeri. |
Diagnosa : Cemas berhubungan dengan ancaman disfungsi rektum
Tanda-tanda:
Subyektif:
- Mengeluh takut kalau anusnya tidak bisa berfungsi normal
- Melaporkan perasaan gugup
Obyektif:
- Ekspresi wajah tegang
- Nadi meningkat.
Kritria evaluasi:
- Ekspresi wajah rileks
- Cemas dan gugup berkurang
- Mengungkapkan pemahaman tentang proses pemulihan fungsi rektum.
INTERVENSI | RASIONAL |
1. Jelaskan proses pemulihan fungsi anus secara bertahap dan butuh waktu agak lama. 2. Lakukan pendekatan dengan tenang dan berikann dorongan urtuk bertanya. 3. Libatkan keluargan dalam setiap tindakan. | Pemahaman dapat mengurangi kecemasan Dengan kondisi tenang akan lebih memudahakan pemahaman. Dengan keterlibatan keluarga akan memberi perhatian yang lebih bagi klien. |
Diagnosa : Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur tindakan pembedahan daerah abdomen
Tanda-tanda
Subyektif:
- Mengeluh deman
- Mengekuh nyeri
- Mengeluh kaku
Obyektif:
- SDP > 10.000/mm3
- Suhu > 37,2
Kriteria evaluasi:
- Suhu < 37,2
- SDP < 10.000/mm3
- Tidak terdapat tanda-tanda radang: panas, kemerahan, bengkak, kekakuan daerah perut.
INTERVENSI | RASIONAL |
1. Pantau hasil: - Hasil SDP - Suhu tiap 4 jam 2. Implementasikan tindakan untuk mencegah infeksi: - Rawat luka dengan teknik steril - Tingkatkan intake cairan 2-3 liter/hari - Tingkatan nutrisi dengan diet TKTP - Gunakan pelunak feses bila terdapat konstipasi. 3. Berikan antibiotika sesuai program medis. 4. Pantau tanda-tanda radang: panas, merah, bengkak, nyeri, kekakuan. | Untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan dan penyimpangan dari hasil yang diharapkan Teknik steril untuk pencegahan pemindahan kuman. Dan cairan untuk memperlancar pengeluaran . Sedangkan nutrisi untuk meningkatkan ketahanan tubuh dan mempercepat pertumbuhan jaringan. Antibiotika untuk menghambat dan membunuh kuman patogen. Untuk mengetahui secara dini terjadinya infeksi. |
Kamis, 03 September 2009
Stress dan Kesehatan Pencernaan Bagian 2: Mengontrol Stress untuk Membantu Sistem penceraan
Dengue haemorrhagic Fever ( DHF) / Demam Berdarah
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (betina). (Christanti Effendy, (1995:1).
virus akan masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan kemudian akan bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus antibody, dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C34 dan C54,dua peptide yang berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat sebagai faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu.
Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunya faktor koagulasi (protrombin, faktor V, VII, IX, X dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya pendarahan hebat, terutama pendarahan saluran gastroentistinsal pada DHF.
Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diastasis haemoragik renjatan terjadi secara akut.
Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami hipotermik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoksia jaringan, asidosis. Dari penjelasan diatas dapat digambarkan seperti bagan dibawah ini:
Manifestasi Klinis
Adapun tanda gejala DHF adalah sebagai berikut: demam mendadak tanpa sebab yang jelas disertai gejala lain seperti lemah, nafsu makan berkurang, muntah, nyeri pada anggota badan, punggung, sendi, kepala dan perut. Gejala tersebut menyerupai influenza biasa. Pada hari ke-2 atau ke-3 demam muncul bentuk perdarahan yang beraneka ragam dimulai dari yang paling ringan berupa pendarahan dibawah kulit (petekie/ekimosis), perdarahan gusi, epistaksis, sampai perdarahan yang hebat berupa muntah darah akibat perdarahan lambung, melena, dan juga hematuria massif. Selain perdarahan jugja terjadinya syok yang banyak dijumpai pada saat demam telah menurun antara ke-3 dan ke-7 dengan tanda-tanda anak menjadi makin lemah, ujung-ujung jari, telinga dan hidung terasa dingin dan lembab. Denyut nadi terasa cepat, kecil dan tekanan darah menurun dengan tekanan sistolik 80 mmHg atau kurang.
Klasifikasi DBD
1. Derajat I = Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turnikel positif, trombositopeni dan hemokonsentrasi.
2. Derajat II = Derajad I disertai perdarahan spontan dikulit dan atau perdarahan lain.
3. derajat III = kegagalan sirkkulasi; nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin, lembab dan gelisah.
4. Derajat IV = renjatan berat, denyut nadi dan tekanan darah tidak dapat diukur. (Suriadi dan Rita Yuliani, (2001) ).
Pemeriksaan Diagnostik
1. Darah lengkap: hemokonsentrasi (hemotokrit meningkat 20% atau lebih), trombositopeni (100.000 /mm3 atau kurang)
2. Serologi: Uji HI (Hemaaglutination Inhibition test)
3. Rontgen Thorax: efusi pleura
Penatalaksanaan Terapetik
Keperawatan:
1. Minum banyak 1,5 – 2 liter/24 jam dengan air the, gula, atau susu
2. Kompres/seka dengan air dingin
3. Gunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat
Medis:
1. Antipiretik jika terdapat demam
2. Antikonvulsan jika terdapat kejang
3. Pemberian cairan melalui infuse, dilakukan jika pasien mengalami kesulitan minum dan nilai hematokrit cenderung meningkat.
Submitted by ramadoni on Saturday, 22 August 2009
ASKEP PSIKIATRIK
silahkan download dengan mengklik link-link di bawah ini :
Defisit Perawatan Diri
ASKEP MEDIKAL BEDAH
silahkan download dengan mengklik link-link di bawah ini :
Amputasi
ASKEP THT DAN MATA
silahkan download dengan mengklik link-link di bawah ini :
Glaukoma
ASKEP GAWAT DARURAT
silahkan download dengan mengklik link-link di bawah ini :
Acut Miocard Infark
ASKEP PERSYARAFAN
silahkan download dengan mengklik link-link di bawah ini :
Low Back Pain
CEDERA KEPALA
A. PENGERTIAN
Cedera Kepala adalah gangguan traumatik dari fungsi otak, tanpa atau diikuti terputusnya kontinuitas otak dan dapat mengakibatkan kematian dan kecacatan pada manusia.
B. ETIOLOGI
Etiologi utama dari cedera kepala adalah kecelakaan lalu lintas, trauma benda tajam dan benda tumpul, kejatuhan benda berat, kecelakaan industri.
C. PATOFISIOLOGI
Trauma pada kepala bisa disebabkan oleh benda tumpul maupun benda tajam. Cedera yang disebabkan benda tajam biasanya merusak daerah setempat atau lokal dan cedera yang disebabkan oleh benda tumpul memberikan kekuatan dan menyebar ke area sekitar cedera sehingga kerusakan yang disebabkan benda tumpul lebih luas. Berat ringannya cedera tergantung pada lokasi benturan, penyerta cedera, kekuatan benturan dan rotasi saat cedera.
D. TANDA DAN GEJALA
Manifestasi klinis yang muncul pada klien dengan cedera kepala yaitu : gangguan kesadaran, konfusi, abnormalitas pupil, defisit neurologik, perubahan tanda-tanda vital, mual dan muntah, vertigo, gangguan pergerakan, mungkin ada gangguan penglihatan dan pendengaran.
E. KLASIFIKASI CEDERA KEPALA
1) Komosio cerebri/cedera kepala ringan/mild head injury gangguan fungsi neurologi ringan yang terjadi sesaat, dengan gejala hilangnya kesadaran kurang dari 10 menit, tidak mengalami gangguan orientasi, mual, muntah, nyeri kepala, GCS 13-15, dan tanpa adanya kerusakan struktur otak.
2) Cedera kepala sedang/moderate head injury, gangguan fungsi neurologik ditandai dengan hilangnya kesadaran lebih dari 10 menit sampai dengan 2-5 jam, pasien mengalami disorientasi ringan, mual, muntah, GCS 9-12 disertai kerusakan jaringan otak tetapi kontinuitas oatk masih utuh.
3) Kontusio cerebri/cedera kepala berat/severe head injury, ditandai dengan hilangnya kesadaran lebih dari 24 jam, pasien mengalami disorientasi berat, GCS kurang dari 9, otak mengalami memar, laserasi dan haemoragik.
F. KOMPLIKASI
Komplikasi dari cedera kepala meliputi edema pulmonal, kejang, infeksi, bocor cairan otak, hipertermia, masalah mobilisasi.
G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan medis pada trauma kepala, bila ada peningkatan tekanan intraktranial (TIK) diatasi dengan mempertahankan oksigensasi adekuat, pemberian obat anti edema manitol, hiperventilasi, penggunaan steroid, kemungkinan intervensi bedah neuro, pemberian analgetik dan antibiotika untuk infeksi anaerob.
H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengumpulan data pasien baik subyektif atau obyektif pada gangguan system persyarafan berhubungan dengan trauma kepala adalah sebagai berikut:
a. Identitas pasien
b. Riwayat kesehatan
Pada umumnya pasien cedera kepala datang ke rumah sakit dengan penurunan kesadaran, bingung, muntah, sakit kepala, luka di kepala, akumulasi sputum, liguor dari hidung dan telinga.
c. Pemeriksaan fisik
- Aspek neurologis : tingkat kesadaran, disorientasi orang / tempat, perubahan TTV, kejang, gangguan nervus.
- Aspek kardiovaskuler, tekanan darah menurun, apabila terjadi peningkatan TIK, maka tekanan darh meningkat, nadi bradikardi, kemudian takikardi, irama tidak teratur.
- Aspek sistem pernafasan, perubahan pola nafas, irama dan kedalaman, adanya sekret pada trakheobronkhiolus.
- Aspek sistem eliminasi : retensi/inkontinensia, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
- Aspek sistem gastrointestinal : kaji tanda-tanda penurunan fungsi pencernaan, mual dan muntah.
d. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan dalam menegakkan diagnosa cedera kepala antara lain dengan X-Ray, CT Scan, Angiografi.
e. Penatalaksanaan medis
Dexamethosone/kalmethasone sebagai pengobatan anti edema serebral, pemberian analgetika, pengobatan anti edema dengan larutan hipertonis yaitu manitol, antibiotik untuk infeksi anerob, makanan cair/bubur bila klien mual.
Download askep Cedera Kepala :
HERNIA
DEFINISI
Hernia adalah ketidak normalan tubuh berupa tonjolan yang disebabkan karena kelemahan pada dinding otot abdomen.
ETIOLOGI
Penyebab penyakit hernia dapat diakibatkan beberapa hal seperti :
1. Kongenital
Kelemahan pada otot merupakan salah satu factor resiko yang berhubungan dengan factor peningkatan tekanan intra abdomen. Kelemahan otot tidak dapat dicegah dengan cara olah raga atau latihan-latihan
2. Obesitas
Obesitas salah satu penyebab peningkatan tekanan intra abdomen karena banyaknya lemak yang tersumbat dan perlahan-lahan mendorong peritoneum. Hal ini dapat dicegah dengan pengontrolanberat badan.
3. Ibu Hamil
Pada ibu hamil tekanan intra abdomen meningkat terutama pada daerah rahim dan sekitarnya.
4. Mengedan
Mengedan dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra abdomen.
5. Pengangkatan beban berat
TANDA DAN GEJALA
Umumnya penderita mengatakan turun berok dan mengatakan adanya benjolan yang bersifat temporer yang dapat mengecil dan menghilang yang disebabkan oleh keluarnya suatu organ sehingga dapat menimbulkan rasa nyeri, kadang-kadang disertai mual dan muntah. Bila terjadi stangulasi maka rasa nyeri akan bertambah hebat karena suplay darah kedaerah hernia terhenti, sehingga kulit menjadi merah dan panas.
KOMPLIKASI
Akibat dari hernia dapat menimbulkan komplikasi sebagai berikut :
1. Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantung hernia sehingga isi kantung hernia tidak dapat dikembalikan lagi, keadaan ini disebut hernia ingunalis lateralis ireponibins pada keadaan ini belum gangguan penyaluran isi usus, isi hernia yang menyebabkan ireponibilis adalah omentum, karena mudah melekat pada dinding hernia.
2. Terjadi tekanan terhadap cincin hernia, akibat makn benyaknya usus yang masuk cincin hernia relatif semakin sempit dan menimbulkan gangguan isi perut, ini dsebut hernia inguinalis lateralis inkarserata.
3. Bila hernia inkarserata dibiarkan maka akan timbul edem dan terjadi penekanan pembuluh darah sehingga terjadi nekrosis keadaan ini disebut hernia ingunalis lateralis stranggulasi, terjadi karena usus berputar (melintar) pada keadaan inkarserasi dan stranggulasi maka timbul gejala illeusmuntah, kembung dan obstipasi pada stranggulasi nyeri hebat daerah tonjolan menjadi lebih merah dan penderita sangat gelisah.
PENATALAKSANAAN MEDIS
Tindakan invasive pada penderita hernia disebut heniatomy dan herniarapy : Pada pembedahan elektif maka kanalis dibukaisi hernia dimasukan, kantong diikat dan dilakukan bassiniplasty untuk memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Pada daerah cito maka prinsipnya seperti elektif cincin hernia langsung dicari dan diseleksi usus dilihat apakah vital atau tidak bila vital dikembalikan ke rongga perut dan bila tidak dilakukan reaksi usus dan ana tomisis “END TO END”.
ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
a. Data Umum
- Aktivitas atau istirahat
Riwayat Pekerjaan
Mengangkat beban berat, duduk, mengemudi dalam waktu lama, membutuhkan papan matras untuk tidur, penurunanrentang gerak, tidak mampu melakukan aktivitas yang biasa, atrofi otot gangguan dalam berjalan.
- Eliminasi
Kontipasi, obstipasi, adanya inkontinesia atau retensi urin.
- Neurosensori
Kesemutan, Kekakuan, kelemahan tangan atau kaki, penurunan refleks tendon dalam, nyeri tekan atau abdomen
- Pencernaan
Bising usus, muntah, nyeri abdomen
- Kenyamana
Nyeri seperti ditusuk- tusuk, fleksi pada kaki, keterbatasan mobilisasi,
- Kaji gaya hidup monoton atau hiperaktif
b. Pemeriksaan fisik
- Inspeksi
Mengkaji tingkat kesadaran, perhatikan adanya bengkak; ada atau tidak adanya benjolan
- Palpasi
Tugor kulit, palpasi terhadap nyeri dan massa
- Auskultasi
Bising usus, bunyi nafas, bunyijantung
- Perkusi
kembung
c. Pemeriksaanpenunjang
1) Pemeriksaan darah koagulasi
2) Pemeriksaan urine
3) EKG
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan yang muncul pada klien dengan gangguan system pencernaan ; Hernia yaitu :
a. Pre Operasi
1) Cemas berhubungan dengan tindakan operasi
b. Post Operasi
1) Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan pembedahan herniatomy
2) Keterbatasan aktifitas barhubungan dengan kelemahan fisik
3) Defisit volume cairan berhubungan dengan pembedahan
4) Resti infeksi berhubungan dengan insisi pembedahan
5) Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
6) Gangguan eliminasi fekal : Konsipasi berhubungan dengan penurunan aktifitas fisik
7) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
III. PERENCANAAN
Intervensi pada pre operasi yaitu jelaskan apa yang terjadi selama priode pasca operasi termasuk alasan puasa dan obat-obatan, ajarkan klien untuk nafas dalam dan membebat bagian yang dibedah ketika batuk, biarkan klien dan keluarga mengungkapkan perasaan tentang pengalaman pembedahaan. Sedangkan tahap pasca operasi pantau tanda-tanda vital kaji intensitas nyeri, lokasi dan skala nyeri, berikan analgenik sesuai indikasi, ganti balutan sesuai aturan dengan penggunaan tehnik aseptic dan anti septic, Bantu klien untuk melakukan gerak aktif dan pasif, kaji tanda-tanda infeksi seperti merah, panas, bengkak, nyeri dan penurunan fungsi, jelaskan proses penyakit serta pembatasan aktifitas yang berat-berat.
IV. EVALUASI
Hasil yang diharapkan pada pasien hernia, yaitu:
1) Cemas teratasi
2) Nyeri berkurang sampai hilang
3) Resti infeksi tidak terjadi
4) Gangguan nutrisi teratasi
5) Defisit cairan teratasi
6) Keterbatasan aktifitas teratasi
7) Kurang pengetahuan teratasi.
Download askep hernia :
AsuhanKeperawatan.com | Ziddu.com
May 29, 2009 in Asuhan Keperawatan by Hendi, S.Kep
KANKER KANDUNG KEMIH
A. DEFINISI
Kanken kandung kemih adalah papiloma yang tumbuh didalam lumen kandung kemih,meskipun pada pertumbuhannya mungkin menginfiltrasi sampai dinding kandung kemih (Luckman and Sorensen. 1993).
B. ETIOLOGI
Factor yang mempengaruhi terjadinya karsinoma kandung kemih adalah zat karsinogen,baik eksoghen dari rokok atau bahan kimia atau endogen dari hasil metabolisme.
Penyebab lain diduga akibat dari pemakaian analgetik,sitostatik,dan iritasi kronik oleh batu,sistosomiasis (infeksi parasit karena iritasi kandung kemih),atau radiasi.
C. PATOFISIOLOGI
Perokok baik aktif maupun pasif dapat menghasilkan metabolisme karsinogen yang dihasilkan oleh metabolisme tryptophan yang abnormal. Kebanyakan CA buli berasal dari papiloma yang berubah menjadi ganas. Tumor noduler jarang terjadi tetapi dapat juga menginvasi dinding buli. Proliperasi sel terdiri atas sel epitelium transisional (90 %) , squmuosa (6 %),dan adenocarsinoma ( 2%).
Derajat tumor berdasarkan kedalaman penetrasi kedalam dinding buli dan derajat metastase,penentuan derajat kanker harus ditegakan terlebih dahulu sebelum dilakukan penatalaksanaan. Skema derajat CA buli adalah sebagai berikut :
Derajat O. ( To,No,Mo ) Tumor terbatas pada mukosa.
A. ( T1,No,Mo ) Tumor menembus mukosa.
B1. ( T2,No,Mo ) Tumor sudah melebihi ½ dari lapisan mukosa.
B2. ( T3a,No,Mo ) Sel tumor menembus muscular tetapi tidak mencapai lemak.
C. (T3,No.Mo ) Sel menembus seluruh lapisan muscular tetapi tidak metastases jaga tidak menembus pada jaringan sekitarnya.
D1. ( T4a,N1-3,Mo ) bermetastase pada nodus limpe pelvic.
D2. ( T4a,Na,M1 ) Bermetastase pada pelvic.
Kanker biasa bermetastase ke liver,tulang dan paru-paru,lebih lanjut tumor menyebar ke rectum ,vagina, jaringan lunak dan struktur retroperitoneal. Tumor derajat C atau D memiliki prognosis yang buruk. Tumor superficial memiliki peluang untuk disetabilkan atau dibuang,tetapi angka kekambuhannya cukup tinggi. Kurang dari 25 % klien dengan invasi tumor yang dalam memiliki rata-rata bertahan hidup sekitar 5 tahun, sedangkan Adenokarsinoma sekitar 21 bulan.
D. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Kandung kemih adalah merupakan salah satu organ dalam system perkemihan yang berpungsi sebagai penampung urine,yang berbentuk buah pir (kendi),yang dikelilingi oleh otot yang kuat,berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikalis medialis.
Kandung kemih terletak dibelakang simpisis pubis didalam rongga panggul. Kandung kemih terdiri dari :
1. Fundus yaitu bagian yang menghadap kearah belakang dan bawah,bagian ini terpisah dari rectum oleh spatium rectovesikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus deferent,vesika seminalis dan prostat.
2. Korpus yaitu bagian antara verteks dan fundus.
3. Verteks yaitu bagian yang meruncing kearah muka dan berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikalis.
Dinding kandung kemih terdiri dari lapisan :
1. Lapisan sebelah luar (peritoneum ).
2. Tunika muskularis (lapisan otot).
3. Tumika submukosa.
4. lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).
E. MANIFESTASI KLINIK
Haemarturi tanpa nyeri adalah tanda yang paling sering pada CA kandung kemih dan terjadi pada 75 % semua kasus, sayangnya perdarahan bersifat intermittent. Yang paling sering menyebabkan keterlambatan dalam mencari bantuan kesehatan ketika penyakit berlanjut.
Klien dapat mendapat gangguan frekwensi berkemih (bak) dengan Dysuria. Akhirnya terjadi Gross haematuria, obstruksi atau terjadi pistula yang memaksa klien untuk mencari pertolongan medis.
F. PEMERIKASAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan bimanual sangat berguna untuk menentukan infiltrasi. Pada sistografi dan pielografi intravena nampak lesi defek isian dalam kandung kemih. Endoskopy dilakukan untuk melihat bentuk dan besar tumor. Perubahan dalam kandung kemih,dan melakukan biopsy. Pemeriksaan sitologi membantu diagnosis.
Karsinoma kandung kemih perlu dibedakan dari tumor ureter yang menonjol da;am kandung kemih,karsinoma prostat,dan hipertrofi prostat lobus median prostat. Untuk membedakan kelainan ini dibutuhkan Endoscopy dan Biopsy,urografi atau IVP,Ct Scen,USG dan sitoscopy.
Tingkat keganasan dibedakan menjadi tiga golongan yaitu : Deferensiasi baik (G I),sedang (G II),dan kurang berdiferensiasi (G III)
Karsinoma sel transisional dan karsinoma in-situ akan melepaskan sel-sel kanker yang dapat dikenali,pemeriksaan sitologi urine yang baru dan larutan salin yang digunakan sebagai pembilas kandung kemih akan memberikan informasi tentang prognosis paien,khususnya pasien yang beresiko tinggi untuk terjadinya tumor primer kandung kemih.
G. PENATALAKSANAAN
Terapi endoscopik merupakan terapi baku karsinoma suerfisialis melalui reseksi trasuretral tumor secara total. Rencana pasca bedah selanjutnya sangat menentukan hasil terapi.
Sitoscopi untuk mengontrol kekambuhan biasanya diadakan setiap tiga bulan selama satu tahun dan kemudian setiap enam bulan,kecuali untuk reseksi tumor sampai disubmukosa. Endoscopi juga dipakai untuk fulgerasi dan terapi laser.
Radiasi diberikan setelah reseksi transuretral karsinoma kandung kemih superfisialis atau setelah sistektomi. Radiasi juga dipakai untuk penyembuhan pada stadium T3 yang tidak tahan pembedahan besar atau sebagai terapi paliatif tumor T4. kadang radiasi diperlukan sebagai terapi paliatif untuk menghentikan perdarahan atau gejala metastase pada karsinoma lanjut.
Kemoterapi diberikan setelah reseksi trasuretral karsinoma superfisialis. Kemoterapi secara intravesikal bertujuan mengurangi kemungkinan berkambuh. Kemoterapi yang digunakan adalah tiotepa,adriamisin,doksorubbisin,mitomisin C,dan bCG. Instilasi bcg sebenarnya merupakan terapi imunologik intravesikal dengan vaksin basil Calmette-Guerin. Vasin ini meupakan vaksin hidup. Penderita,dokter dan perawat harus menyadari hal tersebut dan memperhatikan keberhasilan sewaktu dan setelah buang air kecil.
Pembedahan dilakukan kalau penyebaran karsinoma sudah sampai otot kandung kemih. Ada tiga macam pembedahan yang bias dipilih yaitu : sistektomi parsial,sistektomi total,dan sistektomi radikal. Indikasi sistektomi parsial adalah tumor soliter yang berbatas tegas pada mukosa. Sistektomi total merupakan terapi definitive untuk karsinoma superfisialis yang kambuh. Sistektomi radikal merupakan pilihan kalau terapi lain tidak berhasil atau timbul kekambuhan. Cara diversi kemih yang paling baik adalah uretro-enterokutancostomi dengan menggunakan sebagian usus halus menurut Bricker atau urostoma kontinen dengan sejenis katup menurut kock.
Prognosis tergantung tingkat pengluasan dan derajat keganasan. Secara klinik dapat ditemukan dua jenis gambaran,yaitu pertumbuhan superfisia dan yang bertumbuh invasive dari permulaan.
Biasanya pada karsinoma kandung kemih superfisialis penderita berulang-ulang ditangani dengan sitoscipi untuk mengontrol reseksi local dan instilasi kemoterapi. Kebanyakan tidak akan mengalamin metastase sehinga prognosis ketahanan hidup agak baik. Walaupun morbiditasnya cukup berat.
Penderita dengan karsinoma kandung kemih invasive mengalami riwayat penyakit yang lain sekali. Ternyata sekitar 90 % tidak pernah mempunyai gambaran klinik karsinoma superfisialis,dan kurang lebih setengahnya sudah bermetastase jauh samar (okul) yang kebanyakan menjadi jelas dalam waktu satu tahun. Prognosisnya buruk dalam waktu satu-dua tahun.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
a. Identitas pasien
b. Riwayat keperawatan
1. Riwayat penyakit sekarang
2. Riwayat penyakit masa lalu
3. Riwayat kesehatan keluarga, penyakit yang pernah diderita anggota keluarga yang menjadi faktor resiko.
4. riwayat psikososial dan sepriritual
5. kondisi lingkungan rumah
6. Kebiasaan sehari-hari (pola eliminasi bak,pola aktivitas dan latihan,pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan (rokok,ketergantungan obat,minuman keras),
c. Pemeriksaan fisik
Nyeri /ktidak nyamanan : nyeri tekan abdomen,nyeri tekan pada area ginjal pada saat palpasi,nyeri dapat digambarkan sebagai acut,hebat,tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain
B. RENCANA KEPERAWATAN
Perubahan kenyamanan nyeri b/d trauma jaringan
Kriteria hasil :
Individu akan
1. Memperlihatkan bahwa orang lain membenarkan nyeri itu ada.
2. Memperlihatkan pengurangan nyeri setelah melakukan tindakan penurunan rasa nyeri yang memuaskan.
Anak-anak akan, berdasarkan usia dan kemampuannya :
1. Mengidentifikasi sumber-sumber nyeri.
2. Mengidentifikasi aktivitas yang akan meningkatkan dan menurunkan nyeri.
3. Menggambarkan rasa nyaman dari orang-orang lain selama mengalami nyeri.
Intervensi :
1. Tingkatkan pengetahuan
a. Jelaskan sebab-sebab nyeri kepada individu, jika diketahui.
b. Menghubungkan berapa lama nyeri akan berlangsung, jika diketahui.
c. Jelaskan pemeriksaan diagnostik dan prosedur secara detail dengan menghubungkan ketidaknyamanan dan sensasi yang akan dirasakan, dan perkiraan lamanya terjadi nyeri.
2. Berikan informasi yang akurat untuk mengurangi rasa takut.
3. Hubungkan penerimaan anda tentang respons individu terhadap nyeri.
a. Mengenali adanya rasa nyeri.
b. Mendengarkan dengan penuh perhatian mengenai nyeri.
c. Memperlihatkan bahwa anda sedang mengkaji nyeri karena anda ingin mengerti lebih baik (bukan untuk menentukan apakah nyeri tersebut benar-benar ada).
4. Kaji keluarga untuk mengetahui adanya kesalahan konsep tentang nyeri atau penanganannya.
5. Bicarakan alasan-alasan mengapa individu dapat mengalami peningkatan atau penurunan nyeri (mis; keletihan meningkatkan nyeri, distraksi menurunkan nyeri).
a. Berikan dorongan anggota keluarga untuk saling menceritakan rasa prihatinnya secara pribadi.
b. Kaji apakah keluarga menyangsikan nyeri dan bicarakan pengaruhnya pada individu yang mengalami nyeri.
c. Anjurkan keluarga untuk tetap memberikan perhatian walaupun nyeri tidak diperlihatkan.
6. Berikan kesempatan kepada individu untuk istirahat selama siang dan waktu tidur yang tidak terganggu pada malam hari.
7. Bicarakan dengan individu dan keluarga penggunaan terapi distraksi, bersamaan dengan metode lain untuk menurunkan nyeri.
8. Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut, bernapas dengan teratur.
9. Ajarkan penurunan nyeri noninvasif
a. Relaksasi
- Intruksikan teknik-teknik untuk menurunkan ketegangan otot rangka, yang dapat menurunkan intensitas nyeri.
- Tingkatkan relaksasi pijat punggung, masase, atau mandi air hangat.
- Ajarkan teknik relaksasi khusus (mis; bernapas perlahan, teratur, dan napas dalam-kepalkan tinju-menguap)
b. Stimulasi kutan
- Bicarakan dengan individu berbagai metoda stimulasi kulit dan efek-efeknya pada nyeri.
- Bicarakan setiap metoda berikut ini dan tindakan kewaspadaannya:
Botol air panas
Bantalan pemanas listrik
Mandi rendam air hangat
Kantung panas lembab
Hangatnya sinar matahari
Selimut dari plastik diatas area yang sakit untuk menahan panas tubuh (mis;lutut, siku)
- Bicarakan setiap metoda berikut dan tindakan kewaspadaannya:
Handuk dingin (diperas)
Rendaman air dingin
Kantung es
Kantung jeli dingin
Masase es
- Jelaskan manfaat terapeutik dari preparat mentol dan masase/pijat punggung.
10. Berikan individu pengurang rasa sakit yang optimal dengan analgesik.
11. Setelah pemberian pengurang rasa sakit, kembali 30 menit kemudian untuk mengkaji efektifitasnya.
12. Berikan informasi yang akurat untuk meluruskan kesalahan konsep pada keluarga (mis; ketagihan, ragu-ragu tentang nyeri).
13. Berikan individu kesempatan untuk membicarakan ketakutan, marah, dan rasa frustrasinya di tempat tersendiri, pahami kesukaran situasi.
14. Berikan dorongan individu untuk membicarakan pengalaman nyerinya.
Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan melemahnya daya tahan penjamu sekunder terhadap terapi radiasi
Kriteria hasil
Individu akan :
1. Memperlihat teknik cuci tangan yang sangat cermat.
2. Bebas dari proses infeksi nosokomial selama perawatan di rumah sakit
3. Memperlihatkan kemampuan tentang faktor-faktor risiko yang berkaitan dengan infeksi dan melakukan tindakan pencegahan yang tepat untuk mencegah infeksi
Intervensi
1. Identifikasi individu yang berisiko terhadap infeksi nosokomial
a. Kaji terhadap prediktor
- Infeksi (prabedah)
- Operasi abdomen atau thoraks
- Operasi lebih dari 2 jam
- Prosedur genitouranius
- Instrumentasi (ventilator, pengisap, kateter, nebulizer, trakeostomi, alat pemantau invasif)
- Aestesia
b. Kaji terhadap faktor-faktor yang mengacaukan
- Usia lebih muda dari 1 tahun, atau lebih tua dari 65 tahun
- Obesitas
- Kondisi-kondisi penyakit yang mendasari (PPOK, DM, penyakit kardiovaskuler)
- Penyalahgunaan obat terlarang
- Status nutrisi
- Perokok
2. Kurangi organisme-organisme yang masuk ke dalam tubuh
a. Cuci tangan dengan cermat
b. Teknik antiseptik
c. Tindakan isolasi
d. Diagnostik yang perlu atau prosedur terapeutik
e. Pengurangan mikroorganisme yang dapat ditularkan melalui udara
3. Lindungi individu yang defisit imun dari infeksi
a. Instruksikan individu untuk meminta kepada seluruh pengunjung dan personil untuk mencuci tangan sebelum mendekati individu.
b. Batasi pengunjung bila memungkinkan
c. Batasi alat-alat invasif (IV, spesimen laboratorium) untuk yang benar-benar perlu saja.
d. Ajarkan individu dan anggota keluarga tanda dan gejala infeksi
4. Kurangi kerentanan individu terhadap infeksi
a. Dorong dan pertahankan masukan kalori dan protein dalam diet (lihat Perubahan nutrisi).
b. Pantau penggunaan atau penggunaan berlebihan terapi antimikroba.
c. Berikan terapi antimikroba yang telah diresepkan dalam 15 menit dari waktu yang dijadwalkan
d. Minimalkan lamanya tinggal di rumah sakit
5. Amati terhadap manifestasi klinik infeksi (mis; demam, urine keruh, drainase purulen)
6. Instruksikan individu dan keluarga mengenal penyebab, risiko-risiko dan kekuatan penularan infeksi.
7. Laporkan penyakit-penyakit menular.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme:Kanker
Kriteria hasil
Individu akan :
1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menurunkan toleransi aktifitas
2. Memperlihatkan kamajuan (ketingkat yang lebih tinggi dari mobilitas yang mungkin)
3. Memperlihatkan penurunan tanda-tanda hipoksia terhadap aktifitas (nadi, tekanan darah, pernapasan)
4. Melaporkan reduksi gejala-gejala intoleransi aktivitas
Intervensi
1. Kaji respon individu terhadap aktivitas
a. Ukur nadi, tekanan darah, pernapasan saat istirahat
b. Ukur tanda vital segera dan 3 menit setelah istirahat.
c. Hentikan aktivitas klien bila :
- Keluhan nyeri dada, dispnoe, vertigo, kekacauan mental
- Frekwensi nadi menurun
- Tekanan sistolik menurun
- Tekanan diastolik meningkat 15 mmHg
- Frekwensi pernapasan menurun
d. Kurangi intensitas, frekwensi, lamanya aktivitas bila
- Frekwensi nadi lebih dari 3 menit untuk kembali frekwensi awal (atau 6 denyut lebih cepat dari frekwensi awal).
- Frekwensi pernapasan meningkat berlebihan setelah aktivitas.
- Terdapat tanda-tanda hipoksia.
2. Meningkatkan aktivitas secara bertahap
a. Untuk klien yang pernah tirah baring lama, mulai melakukan rentang gerak sedikitnya 2 kali sehari.
b. Rencanakan waktu istirahat sesuai dengan jadwal sehari-hari klien.
c. Berikan kepercayaan kepada klien bahwa mereka dapat meningkatkan status mobilitasnya.
d. Beri penghargaan pada kemajuan yang dicapai.
e. Beri kesempatan klien membuat jadwal aktivitas dan sasaran pencapaian.
f. Tingkatkan toleransi dengan membiarkan klien melakukan aktivitas yang lebih lambat, lebih banyak istirahat, atau dengan banyak bantuan.
g. Secara bertahap tingkatkan aktivitas diluar tempat tidur 15 menit setiap hari, tiga kali sehari.
h. Izinkan klien untuk mengatur frekwensi ambulasi.
i. Anjurkan klien untuk memakai alas kaki yang nyaman.
3. Ajarkan klien metoda penghematan energi untuk aktivitas.
a. Luangkan waktu untuk istirahat.
b. Lebih baik duduk daripada berdiri saat melakukan aktivitas, kecuali hal ini memungkinkan.
c. Saat melakukan suatu aktivitas, istirahat setiap 3 menit selama 5 menit untuk membiarkan jantung pulih.
d. Hentikan aktivitas jika keletihan atau terlihat tanda-tanda hipoksia.
4. Instruksikan klien untuk konsulasi kepada dokter atau ahli terapi fisik untuk program latihan jangka panjang.
5. Rujuk kepada perawat komunitas untuk tindak lanjut jika diperlukan.
Perubahan pola elimunasi urinarius berhubungan dengan penurunan kapasitas kandung kemih sekunder terhadap kanker
Kriteria hasil
Individu akan
1. Menjadi kontinen (terutama selama siang hari, malam, 24 jam)
2. Mampu mengidentifikasi penyebab inkontinens dan rasional untuk pengobatan
Intervensi
1. Pertahankan hidrasi optimal
a. Tingkatkan hidrasi 2000-3000 ml/hari, kecuali ada kontraindikasi.
b. Bagi jarak cairan setiap 2 jam
c. Kurangi masukan cairan setelah jam 19.00
2. Pertahankan nutrisi yang adekuat
3. Tingkatkan berkemih
a. Pastikan privasi dan rasa nyaman.
b. Gunakan fasilitas toilet, jika mungkin, daripada bedpan
c. Berikan klien pria kesempatan berdiri.
d. Bantu individu dengan bedpan untuk memfleksikan lututnya.
4. Tingkatkan integritas personal dan berikan motivasi untuk meningkatkan kontrol kandung kemih.
5. Tunjukkan pada individu bahwa inkontinens dapat disembuhkan atau sedikitnya dikontrol untuk mempertahankan martabat.
6. Harapkan pada individu untuk menjadi kontinen (mis; sarankan menggunakan pakaian ketat, jangan sarankan menggunakan bedpan)
7. Tingkatkan integritas kulit
a. Identifikasi individu yang berisiko mengalami ulkus akibat tekanan.
b. Cuci area, bilas, dan keringkan dengan baik setelah episiode inkontinens.
c. Gunakan salep pelindung, jika diperlukan.
8. Jadwalkan masukan cairan dan waktu berkemih.
9. Jadwalkan program keteterisasi intermitten
10. Ajarkan pencegahan ISK
a. Beri dorongan pengosongan kandung kemih secara teratur.
b. Pastikan masukan cairan yang adekuat.
c. Jaga keasaman urine, hindari jus jeruk nipis, cola pekat, kopi.
Download askep Kanker Kandung Kemih :
AsuhanKeperawatan.com | Ziddu.com
May 29, 2009 in Asuhan Keperawatan by Hendi, S.Kep
Blog Archive
-
2016
(1)
- 09/18 - 09/25 (1)
-
2015
(10)
- 10/11 - 10/18 (1)
- 09/13 - 09/20 (1)
- 09/06 - 09/13 (1)
- 07/05 - 07/12 (1)
- 05/17 - 05/24 (6)
-
2014
(1)
- 04/13 - 04/20 (1)
-
2012
(770)
- 02/19 - 02/26 (5)
- 02/12 - 02/19 (10)
- 02/05 - 02/12 (4)
- 01/29 - 02/05 (27)
- 01/22 - 01/29 (88)
- 01/15 - 01/22 (101)
- 01/08 - 01/15 (169)
- 01/01 - 01/08 (366)
-
2011
(4478)
- 12/25 - 01/01 (336)
- 12/18 - 12/25 (62)
- 12/11 - 12/18 (70)
- 12/04 - 12/11 (77)
- 11/27 - 12/04 (40)
- 11/20 - 11/27 (67)
- 11/13 - 11/20 (198)
- 11/06 - 11/13 (187)
- 10/30 - 11/06 (340)
- 10/23 - 10/30 (32)
- 10/16 - 10/23 (109)
- 10/09 - 10/16 (80)
- 08/14 - 08/21 (75)
- 08/07 - 08/14 (81)
- 07/31 - 08/07 (82)
- 07/24 - 07/31 (66)
- 07/17 - 07/24 (91)
- 07/10 - 07/17 (47)
- 07/03 - 07/10 (44)
- 06/26 - 07/03 (53)
- 06/19 - 06/26 (59)
- 06/12 - 06/19 (47)
- 06/05 - 06/12 (65)
- 05/29 - 06/05 (63)
- 05/22 - 05/29 (77)
- 05/15 - 05/22 (115)
- 05/08 - 05/15 (65)
- 05/01 - 05/08 (104)
- 04/24 - 05/01 (45)
- 04/17 - 04/24 (70)
- 04/10 - 04/17 (134)
- 04/03 - 04/10 (72)
- 03/27 - 04/03 (18)
- 03/20 - 03/27 (47)
- 03/13 - 03/20 (68)
- 03/06 - 03/13 (40)
- 02/27 - 03/06 (56)
- 02/20 - 02/27 (77)
- 02/13 - 02/20 (76)
- 02/06 - 02/13 (198)
- 01/30 - 02/06 (194)
- 01/23 - 01/30 (132)
- 01/16 - 01/23 (196)
- 01/09 - 01/16 (202)
- 01/02 - 01/09 (121)
-
2010
(2535)
- 12/26 - 01/02 (156)
- 12/19 - 12/26 (65)
- 12/12 - 12/19 (73)
- 12/05 - 12/12 (84)
- 11/28 - 12/05 (80)
- 11/21 - 11/28 (68)
- 11/14 - 11/21 (63)
- 11/07 - 11/14 (50)
- 10/31 - 11/07 (50)
- 10/24 - 10/31 (36)
- 10/17 - 10/24 (58)
- 10/10 - 10/17 (35)
- 10/03 - 10/10 (31)
- 09/26 - 10/03 (21)
- 09/19 - 09/26 (26)
- 09/12 - 09/19 (55)
- 09/05 - 09/12 (65)
- 08/29 - 09/05 (33)
- 08/22 - 08/29 (70)
- 08/15 - 08/22 (45)
- 08/08 - 08/15 (35)
- 08/01 - 08/08 (37)
- 07/25 - 08/01 (27)
- 07/18 - 07/25 (19)
- 07/11 - 07/18 (30)
- 07/04 - 07/11 (56)
- 06/27 - 07/04 (28)
- 06/20 - 06/27 (22)
- 06/13 - 06/20 (30)
- 06/06 - 06/13 (21)
- 05/30 - 06/06 (5)
- 05/16 - 05/23 (6)
- 05/09 - 05/16 (29)
- 05/02 - 05/09 (59)
- 04/25 - 05/02 (28)
- 04/18 - 04/25 (38)
- 04/11 - 04/18 (70)
- 04/04 - 04/11 (59)
- 03/28 - 04/04 (65)
- 03/21 - 03/28 (89)
- 03/14 - 03/21 (218)
- 03/07 - 03/14 (95)
- 02/28 - 03/07 (135)
- 02/21 - 02/28 (102)
- 01/03 - 01/10 (68)
-
2009
(1652)
- 12/27 - 01/03 (36)
- 12/20 - 12/27 (22)
- 12/13 - 12/20 (100)
- 12/06 - 12/13 (45)
- 11/29 - 12/06 (24)
- 11/22 - 11/29 (22)
- 11/15 - 11/22 (19)
- 11/08 - 11/15 (28)
- 11/01 - 11/08 (11)
- 10/25 - 11/01 (17)
- 10/18 - 10/25 (38)
- 10/11 - 10/18 (33)
- 10/04 - 10/11 (15)
- 09/27 - 10/04 (21)
- 09/20 - 09/27 (7)
- 09/13 - 09/20 (84)
- 09/06 - 09/13 (35)
-
08/30 - 09/06
(48)
- MAKANAN TERKUTUK (TRUE STORY ?)
- ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN APPENDICTOMY
- Mengapa kita Gosok Gigi? Apa Jenis Sikat Gigi yang...
- PATHWAY ABORTUS
- ASUHAN KEPERAWATAN ABORTUS
- Apa Cara Terbaik Menggosok/Sikat Gigi?
- Perawat ditangkap warga demo polsekta
- ASUHAN KEPERAWATAN
- Askep Post Operasi Tutup Kolostomi
- Stress dan Kesehatan Pencernaan Bagian 2: Mengontr...
- Dengue haemorrhagic Fever ( DHF) / Demam Berdarah
- ASKEP PSIKIATRIK
- ASKEP MEDIKAL BEDAH
- ASKEP THT DAN MATA
- ASKEP GAWAT DARURAT
- ASKEP PERSYARAFAN
- CEDERA KEPALA
- HERNIA
- KANKER KANDUNG KEMIH
- LOW BACK PAIN
- ILLEUS OBSTRUKSI
- KANKER PAYUDARA ( Ca MAMMAE )
- ASKEP - ASUHAN KEPERAWATAN
- PERAN PERAWAT
- Susah Buang Air Besar.
- 11 Cara Menempatkan Key Word dalam Postingan
- Suntikan Testoteron, Alternatif Kontrasepsi Pria
- Asuhan Keperawatan Febris Pada Anak
- ETIOLOGI DAN PATOGENESIS DBD
- FAKTOR LINGKUNGAN PADA PENYAKIT DBD
- FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NYERI
- FAKTOR PERILAKU MASYARAKAT PADA PENYAKIT DBD
- KEJADIAN LUAR BIASA ( KLB )
- KEPEMIMPINAN DALAM KEPERAWATAN
- MOBILISASI DINI
- KONSEP IMAJINASI TERBIMBING
- KONSEP SEKSIO SESAREA
- PROGRAM PENANGGULANGAN DBD DI INDONESIA
- MANAJEMEN NYERI
- VEKTOR DBD
- KESEIMBANGAN POSTURAL PADA LANJUT USIA
- HIV / AIDS
- DIAGNOSIS DAN PENGOBATAN HIV
- Kekuatan Otot Lansia
- LATIHAN KESEIMBANGAN POSTURAL PADA LANSIA
- 30 Tips Meningkatkan Traffic Blog
- Meretas Praktik Profesional
- International Bloggers Community
- 08/23 - 08/30 (118)
- 08/16 - 08/23 (26)
- 08/09 - 08/16 (34)
- 08/02 - 08/09 (35)
- 07/26 - 08/02 (31)
- 07/19 - 07/26 (14)
- 07/12 - 07/19 (16)
- 07/05 - 07/12 (28)
- 06/28 - 07/05 (26)
- 06/21 - 06/28 (76)
- 06/14 - 06/21 (26)
- 06/07 - 06/14 (21)
- 05/31 - 06/07 (43)
- 05/24 - 05/31 (38)
- 05/17 - 05/24 (26)
- 05/10 - 05/17 (52)
- 05/03 - 05/10 (15)
- 04/26 - 05/03 (38)
- 04/19 - 04/26 (32)
- 04/12 - 04/19 (22)
- 04/05 - 04/12 (20)
- 03/29 - 04/05 (40)
- 03/22 - 03/29 (43)
- 03/15 - 03/22 (18)
- 03/08 - 03/15 (14)
- 03/01 - 03/08 (22)
- 02/22 - 03/01 (12)
- 02/15 - 02/22 (9)
- 02/08 - 02/15 (11)
- 02/01 - 02/08 (19)
- 01/25 - 02/01 (37)
- 01/18 - 01/25 (21)
- 01/11 - 01/18 (33)
- 01/04 - 01/11 (31)
-
2008
(700)
- 12/28 - 01/04 (13)
- 12/21 - 12/28 (9)
- 12/14 - 12/21 (57)
- 12/07 - 12/14 (5)
- 11/30 - 12/07 (18)
- 11/23 - 11/30 (33)
- 11/16 - 11/23 (31)
- 11/09 - 11/16 (23)
- 11/02 - 11/09 (18)
- 10/26 - 11/02 (11)
- 10/19 - 10/26 (15)
- 10/12 - 10/19 (13)
- 10/05 - 10/12 (25)
- 09/28 - 10/05 (2)
- 09/21 - 09/28 (14)
- 09/14 - 09/21 (19)
- 09/07 - 09/14 (43)
- 08/31 - 09/07 (3)
- 08/24 - 08/31 (33)
- 08/17 - 08/24 (65)
- 08/10 - 08/17 (4)
- 08/03 - 08/10 (26)
- 07/27 - 08/03 (6)
- 07/20 - 07/27 (19)
- 07/13 - 07/20 (18)
- 07/06 - 07/13 (60)
- 06/29 - 07/06 (53)
- 06/22 - 06/29 (49)
- 06/15 - 06/22 (11)
- 06/08 - 06/15 (4)
Popular Posts
-
ASUHAN KEPERAWATAN IBU NIFAS DENGAN PERDARAHAN POST PARTUM A. PengertianPost partum / puerperium adalah masa dimana tubuh menyesuaikan, baik...
-
KTI KEBIDANAN HUBUNGAN USIA TERHADAP PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSUD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan wanita merupakan hal yang s...
-
Setelah beberapa minggu ini cari materi buat postingan baru, mendadak dapat inspirasi setelah rekan Anton Wijaya menulis di buku tamu Keper...
-
PATHWAY ASFIKSIA NEONATORUM Klik pada gambar untuk melihat pathway Download Pathway Asfiksia Neonatorum Via Ziddu Download Askep Asfiksia N...
-
DEFINISI Ikterus ialah suatu gejala yang perlu mendapat perhatian sungguh-sungguh pada neonatus. Ikterus ialah suatu diskolorasi kuning pa...
-
Metode Kalender atau Pantang Berkala (Calendar Method Or Periodic Abstinence) Pendahuluan Metode kalender atau pantang berkala merupakan met...
-
Pathway Combustio Klik Pada Gambar Untuk melihat pathway Download Pathway Combustio Via Ziddu Tag: Pathways combustio , pathways luka baka...
-
Pathway Hematemesis Melena Klik pada gambar untuk melihat pathway Download Pathway Hematemesis Melena Via Ziddu
-
PROSES KEPERAWATAN KOMUNITAS Pengertian - Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan, merencana...
-
Metode Suhu Basal Tubuh (Basal Body Temperature Method) Suhu tubuh basal adalah suhu terendah yang dicapai oleh tubuh selama istirahat atau ...
© ASUHAN KEPERAWATAN 2013 . Powered by Bootstrap , Blogger templates and RWD Testing Tool Published..Gooyaabi Templates