Sabtu, 10 April 2010
Tips Simple Merencanakan Diet Sehat dan Selalu Berpegang Pada Acuan Diet Sehat.
Artikel ini bersambung pada artikel berikutnya yang akan membahas beberapa tips sederhana pola dan diet sehat. Bagi anda yang mempunyai informasi seputar hal diatas silahkan bagi informasi anda disini dengan memberikan komentar pada form komentar di bawah ini.
Gambaran Pengetahuan ibu multipara tentang kontrasepsi AKDR di wilayah kerja puskesmas
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang jumlah penduduknya cukup padat. Kepadatan ini dapat dilihat dari jumlah kelahiran sekitar 5.000.000 pertahun (Manuaba, 1998). Pada tahun 2005 jumlah penduduk dunia sebesar 6.500.000.000 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 1,7%, sedangkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun yang sama sebesar 241.973.879 jiwa dengan laju pertumbuhan 1,66%. Oleh karena itu pemerintah terus berupaya untuk menekan laju pertumbuhan penduduk (www.laju pertumbuhan pendudduk.go.id,2005)
Pemerintah merencanakan program Keluarga Berencana Nasional untuk mengatasi masalah tersebut yang merupakan bagian dari pembangunan nasional Bangsa Indonesia mempunyai tujuan ganda yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera, melalui pengendalian kelahiran dan untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk Indonesia serta meningkatkan potensi sumber daya manusia dalam rangka meningkatkan kualitas penduduk Indonesia (Winknjosastro, 2002).
Program Keluarga Berencana (KB) mempunyai tujuan yang salah satunya adalah menjarangkan kehamilan dengan menggunakan metode kontrasepsi. Banyak metode kontrasepsi yang digunakan salah satu diantaranya menggunakan metode efektif yang meliputi menggunakan Pil, suntikan, Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) dan implant yang mengakibatkan pencegahan efektif terhadap kemungkinan timbulnya kehamilan, selain itu juga ada yang menggunakan metode kontrasepsi mantap seperti tubekhtomi dan vasektomi (www.bkkbn.go.id, 2005)
Metode kontrasepsi yang benar-benar 100% ideal atau sempurna sampai saat ini belum tersedia (Hartanto, 2003), karena harus memenuhi beberapa faktor, antara lain dapat dipercaya, tidak ada efek samping, mudah menggunakan dan mendapatkannya. Faktor lain seperti usia ibu, jumlah dan jarak kelahiran anak juga harus dipertimbangkan dalam pemilihan kontrasepsi (Winknjosastro, 2002).
Salah satu metode kontrasepsi efektif adalah AKDR yang merupakan pilihan utama untuk menjarangkan kehamilan dengan periode usia akseptor antara 20 – 35 tahun, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran adalah 2 – 4 tahun. Metode kontrasepsi AKDR, dikatakan efektif karena memiliki kelebihan yaitu efektifitas dan reversibilitas yang tinggi, dapat dipercaya, murah harganya, dan mudah dalam pelaksanaannya serta kegagalan yang disebabkan karena kealahan akseptor tidak banyak (Hartanto, 2003).
Umumnya penduduk di negara-negara sedang berkembang paling banyak menggunakan metode kontrasepsi yang pemakainya adalah perempuan. Distribusinya adalah pemakai pil 17,1%, suntik 15,2%, AKDR 10,3%, (Juliantoro, 2000).
Menurut data yang diperoleh dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Propinsi Lampung pada tahun 2000 akseptor KB suntik 58,6%, akseptor KB pil 29,8% dan AKDR adalah 16,9%, karena pada umumnya masyarakat lebih memilih alat kontrasepsi yang bersifat praktis dan efektifitasnya tinggi seperti metode KB non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) misalnya suntik dan pil sehingga untuk metode KB seperti implant, AKDR, Medis Operatif Wanita (MOW) dan Medis Operatif Pria (MOP) kurang diminati (BKKBN, 2000).
Berdasarkan data prasurvei yang diperoleh dari BKKBN Kota Metro mengenai cakupan pencapaian KB aktif tahun 2006 bulan Maret adalah sebagai berikut
Tabel 1. Pencapaian Peserta KB Aktif bulan Maret tahun 2006
No Kecamatan Mix Kontrasepsi Total PA % PA/PUS % AKDR/PA
PUS AKDR Suntik PIL
1.
2.
3.
4.
5. Metro Pusat
Metro Utara
Metro Barat
Metro Timur
Metro Selatan 7013
4037
3242
4864
1997 866
389
324
794
236 2425
1129
1158
1449
746 1520
1319
633
1118
344 4811
2837
2115
3361
1326 68,60
70,27
65,23
69,09
66,39 18,00
13,71
15,31
23,62
17,79
Jumlah 21153 2609 6907 4934 14450 68,31 17,79
Sumber : Data BKKBN Kota Metro, 2006.
Berdasarkan tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa untuk metode suntik mencapai angka yang paling tinggi sebesar 47,79% (6907) sedangkan metode kontrasepsi AKDR mencapai angka yang paling kecil sebesar 18,05% (2609). Bila dilihat lebih jauh untuk Kecamatan Metro Utara tercapai angka paling kecil untuk akseptor KB AKDR sebesar 13,71%(389).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan akseptor KB AKDR presentasinya rendah. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan akseptor KB tentang AKDR. Seharusnya mengingat AKDR merupakan kontrasepsi efektif yang dianjurkan untuk ibu multipara yaitu wanita yang telah melahirkan anak hidup minimal 2 orang menjadi pilihan prioritas. Hal inilah yang melatar belakangi penulis untuk melakukan penelitian mengenai “Bagaimana pengetahuan ibu multipara tentang kontrasepsi AKDR di Wilayah Kerja Puskesmas Banjar Sari Kecamatan Metro Utara”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut “Bagaimana Gambaran Pengetahuan Ibu Multipara Tentang Kontrasepsi AKDR di Wilayah Kerja Puskesmas Banjar Sari Kecamatan Metro Utara”.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu multipara tentang kontrasepsi AKDR di Wilayah Kerja Puskesmas Banjar Sari Kecamatan Metro Utara.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian sebagai berikut :
1. Jenis penelitian : Deskriptif
2. Objek penelitian : Pengetahuan ibu multipara tentang kontrasepsi AKDR
3. Subjek Penelitian : Seluruh ibu multipara peserta akseptor KB AKDR
4. Lokasi Penelitian : Wilayah Kerja Puskesmas Banjar Sari
5. Waktu Penelitian : 8 – 13 Mei 2006
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Manfaat bagi Puskesmas Banjar Sari
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada pelaksana pelayanan guna meningkatkan minat masyarakat dalam menggunakan AKDR dan meningkatkan mutu pelayanan kontrasepsi
2. Manfaat bagi Intitusi Pendidikan
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat, khususnya dalam memberikan informasi tentang KB dan kesehatan serta asuhan bagi penelitian selanjutnya.
DOWNLOAD KLIK DISINI:
Gambaran Pengetahuan ibu multipara tentang kontrasepsi AKDR di wilayah kerja puskesmas
Gambaran pengetahuan ibu menyusui anak pertama tentang ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas
PENDAHULUAN
Garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1999-2004 dan Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) mengamanatkan bahwa pembangunan diarahkan pada meningkatnya mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Modal dasar pembentukan manusia berkualitas dimulai sejak bayi dalam kandungan disertai dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sejak usia dini, terutama pemberian ASI Eksklusif yaitu pemberian hanya ASI saja (termasuk kolostrum) sesegera mungkin setelah lahir sampai bayi berumur 6 bulan tanpa pemberian makanan lain seperti air, air gula, madu, pisang dan sebagainya (DepKes, 2003).
ASI merupakan makanan yang paling sempurna bagi bayi, dimana kandungan gizi sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan. ASI juga mengandung zat untuk perkembangan kecerdasan, zat kekebalan (mencegah dari berbagai penyakit). Konvensi hak-hak anak tahun 1990 antara lain menegaskan bahwa tumbuh kembang secara optimal merupakan salah satu hak anak, berarti ASI selain merupakan kebutuhan, juga merupakan hak azasi bayi yang harus dipenuhi oleh orang tuanya. Hal ini telah dipopulerkan pada pekan ASI sedunia tahun 2000 dengan tema : “Memberi ASI adalah hak azasi ibu, Mendapat ASI adalah hak azasi bayi” (Depkes RI, 2001).
Pernyataan dan rekomendasi tentang makanan bayi dan anak oleh World Health Organization (WHO)/United Nations International Children Emergency Fund (UNICEF) tahun 1994 antara lain berisi :
1. Menyusui merupakan bagian terpadu dari proses reproduksi yang memberikan makanan bayi secara ideal dan alamiah merupakan dasar fisiologis dan psikologis yang dibutuhkan untuk pertumbuhan.
2. Memberikan susu botol sebagai tambahan dengan dalih apapun juga pada bayi baru lahir harus dihindarkan (Suharyono, 1992).
Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI )1997 dan 2002 lebih dari 95% ibu pernah menyusui bayinya. Namun yang menyusui dalam 1 jam pertama setelah melahirkan cenderung menurun dari 8% pada tahun 1997 menjadi 3,7% pada tahun 2002. Cakupan ASI Eksklusif 6 bulan menurun dari 42,4% pada tahun 1997 menjadi 39,5% pada tahun 2002. Penggunaan susu formula meningkat lebih dari 3 x lipat selama 5 tahun dari 10,8% pada tahun 1997 menjadi 32,5% pada tahun 2002. (www. depkes.ga.id/ditingkat ASEAN 2006, 15 April 2006).
Pada saat ini tampak ada kecenderungan menurunnya penggunaan ASI pada sebagian masyarakat dikota-kota besar. Dikota besar sering kita melihat bayi diberi susu botol dari pada disusui ibunya, sementara di pedesaan kita melihat bayi yang berusia 1 bulan sudah diberi pisang atau nasi lembut sebagai tambahan ASI. Pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan pada propinsi Lampung adalah 57.201 bayi atau sekitar 34,53,% dari jumlah bayi 165.656 bayi, sedangkan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan untuk Kota Metro adalah 900 bayi antau 58,82% dari jumlah bayi seluruhnya 1530 bayi (Profil Kesehatan Propinsi Lampung, 2004).
Data prasurvei yang didapat oleh penulis di Dinas Kesehatan Kota Metro mengenai cakupan pemberian ASI Eksklusif tahun 2005 adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Data Cakupan ASI Eksklusif Kota Metro 2005
No Puskesmas Sasaran Cakupan %
1
2
3
4
5
6 Yosomulyo
Metro
Iringmulyo
Banjarsari
Sumbersari
Ganjar Agung 282
241
334
241
139
227 238
27
158
183
27
177 84,39
11,2
47,3
75,93
19,93
77,97
JUMLAH 1464 810 55,32
Sumber : Laporan Cakupan ASI Eksklusif Dinas Kesehatan Kota Metro 2005
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa cakupan pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Metro mendapatkan angka yang paling kecil hanya tercapai 11,2% (27 ibu) dari 60% target yang telah ditetapkan oleh Dinas Kesehatan kota Metro (Indikator Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Kota Metro Tahun 2003-2010 ) dan cakupan pemberian ASI Eksklusif yang paling besar dicapai oleh Puskesmas Yosomulyo yaitu sebesar 84,39 % (238 ibu) dari 282 sasaran yaitu di Desa Yosomulyo.
Hasil prasurvey di Wilayah Kerja Puskesmas Metro tentang pemberian ASI Eksklusif pada bulan Februari – Maret 2006 terdapat 237 ibu menyusui anak pertama, sedangkan ibu menyusui anak pertama yang sedang menyusui dan telah memberikan ASI Eksklusif sejumlah 20 orang (47,4%). Rendahnya cakupan ini disebabkan faktor ekonomi yang mengharuskan ibu-ibu menyusui anak pertama tetap bekerja, sehingga ibu tidak memiliki waktu untuk menyusui bayinya secara eksklusif. Hasil prasurvey juga menunjukan ternyata bayi yang dilahirkan dengan normal tidak semua langsung diberi ASI tetapi diberi susu formula. Untuk lebih jelas lagi dapat dilihat pada pada tabel 2 mengenai data prasurvey di Puskesmas Metro, jumlah Ibu menyusui anak pertama yang memiliki anak berusia 6 -24 bulan dan Ibu menyusui bukan anak pertama dalam pemberian ASI Eksklusif sebagai berikut :
Tabel 2. Ibu Post Partum Yang Langsung Memberikan Dan Tidak Memberikan ASI Pada Bayinya Di Wilayah Kerja Puskesmas Metro Bulan Februari– Maret 2006
Ibu Memberikan ASI Jumlah %
Eksklusif Non Eksklusif
Jumlah % Jumlah %
Ibu menyusui anak pertama 20 0,08 72 0,30 92 0,39
Ibu menyusui bukan anak pertama 7 0,03 138 0,58 145 0,61
Jumlah 27 0,11 210 0,89 237 100
Sumber : Laporan Cakupan ASI Eksklusif Dinas Kesehatan Kota Metro 2005
Berdasarkan tabel di atas didapatkan jumlah ibu menyusui anak pertama dengan ASI Eksklusif berjumlah 20 orang (0,8%) dari jumlah seluruh ibu menyusui anak pertama 237 orang (100%). Berdasarkan data latar belakang inilah sebagai dasar penulis untuk melakukan penelitian tentang gambaran pengetahuan ibu menyusui anak pertama tentang ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Metro.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan rendahnya cakupan ASI Eksklusif yang dicapai Puskesmas Metro maka dapat dirumuskan permasalahannya “Bagaimanakah gambaran pengetahuan ibu menyusui anak pertama tentang ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Metro tahun 2006 ?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu menyusui anak pertama tentang ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Metro tahun 2006.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu menyusui anak pertama tentang pengertian ASI Eksklusif.
b. Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu menyusui anak pertama tentang manfaat ASI Eksklusif.
c. Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu menyusui anak pertama tentang kerugian pemberian ASI Eksklusif.
d. Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu menyusui anak pertama tentang kontra indikasi untuk memberikan ASI Eksklusif.
D. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup yang di teliti adalah sebagai berikut :
1. Sifat Penelitian : Study Deskriptif
2. Subyek penelitian : Ibu menyusui anak pertama yang memiliki anak dengan usia 6 sampai 24 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Metro pada bulan Februari – Maret 2006.
3. Obyek Penelitian : Gambaran pengetahuan ibu menyusui anak pertama tentang ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Metro tahun 2006.
4. Lokasi penelitian : Di Wilayah Kerja Puskesmas Metro.
5. Waktu Penelitian : 8 Mei sampai dengan 15 Mei 2006.
E. Manfaat Penelitian
1. Puskesmas Metro
Menambah wawasan serta menjadi tolak ukur para tenaga kesehatan di Puskesmas Kota Metro dalam melaksanakan program selanjutnya, terutama lebih aktif dalam memberikan penyuluhan dan motivasi kepada masyarakat khususnya ibu-ibu menyusui anak pertama tentang pentingnya pemberian ASI Eksklusif
2. Bagi Penelitian Selanjutnya
Untuk memberikan masukan bagi kegiatan penelitian berikutnya yang berkaitan dengan ASI Eksklusif terutama hal-hal yang belum dimunculkan penulis.
DOWNLOAD KLIK DISINI:
Gambaran pengetahuan ibu menyusui anak pertama tentang ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas
Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang nutrisi ibu hamil di desa
BAB I
PENDAHULUAN
Visi Indonesia Sehat 2010, adalah ditetapkannya misi pembangunan kesehatan yang salah satunya adalah mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat, dengan sasaran meningkatkan jumlah penduduk mengkonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang, sehingga untuk meningkatkan percepatan perbaikan derajat kesehatan masyarakat, salah satu program unggulan yaitu program perbaikan gizi (Dep. Kes. RI, 1993: 10).
Gizi merupakan unsur yang sangat penting dalam membentuk kualitas manusia. Perbaikan gizi adalah berbagai upaya yang dilakukan untuk meningkatkan gizi. Manfaat dari perbaikan gizi adalah meningkatkan status gizi, peningkatan mutu konsumsi makanan, serta penanggulangan terhadap masalah gizi, sehingga diharapkan ibu hamil dan bayi yang dikandungnya dalam keadaan sehat. Sasaran dalam perbaikan gizi ini adalah seluruh individu baik bayi, balita, remaja, manusia dewasa, maupun usia lanjut (Dep. Kes. RI, 1989: 5).
Di Indonesia sendiri masih ditemui ibu hamil yang mengalami kurang gizi kronis diatas 30% atau sekitar 1,5 juta. Untuk wilayah Lampung sekitar 5,79% sedangkan daerah Tanggamus ditemui ibu hamil yang mengalami kurang gizi adalah 1,79% (Profil Kesehatan Lampung, 2003).
Masalah gizi banyak ditemui pada golongan ibu hamil, misalnya Kurang Kalori Protein(KKP), anemia gizi, defisiensi vitamin A dan yodium. Gizi diperlukan oleh tubuh manusia untuk kecerdasan otak dan kemampuan fisik. Masalah gizi lebih sering terjadi pada kelompok masyarakat di daerah pedesaan yang mengkonsumsi bahan pangan yang kurang baik jumlah maupun mutunya.. Akibatnya penyakit kekurangan gizi pada ibu masih cukup tinggi. Sebagian besar masalah disebabkan oleh faktor ekonomi dan pendidikan keluarga, namun tidak dipungkiri bahwa faktor sosial budaya mempengaruhi secara nyata gambaran menyeluruh masalah gizi di daerah pedesaan. Sikap dan kepercayaan ibu hamil pada budaya leluhur yang mengatakan bahwa selama hamil dilarang makanan tertentu karena akan mengakibatkan kelainan pada anak yang dikandungnya masih sangat dipercaya dan ditakuti. Rendahnya pengetahuan ibu hamil mengenai manfaat zat–zat gizi pada makanaan akan sangat berpengaruh dengan cara pengolahan dan penyusunan menu makanan sehingga gizi yang diharapkan tidak didapatkan. Ibu hamil harus menerapkan menu empat sehat lima sempurna ( Dep. Kes. RI, 1989: 12 ).
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa perkembangan otak berlangsung pesat pada saat janin berada dalam kandungan ibu. Kekurangan gizi pada masa kehamilan akan menyebabkan bayi lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yang mempunyai resiko tinggi terhadap kematian bayi atau lebih lanjut mengalami pertumbuhan dan perkembangan dibawah normal. Angka bayi lahir hidup dengan BBLR adalah sekitar 8,2% (www. Republika Online, 2003: 2)
Kekurangan berbagai macam zat gizi selama kehamilan akan mempengaruhi status gizi ibu hamil. Kenaikan berat badan yang rendah selama kehamilan dan Lingkar Lengan Atas (LILA) kurang dari 23,5 cm merupakan indikator kurang gizi pada ibu hamil yang merupakan penyebab langsung retardasi pertumbuhan intra uteri. Status gizi yang buruk memberikan kontribusi pada tiga penyebab kematian ibu yang utama yaitu perdarahan 40-60%, toksemia gravidarum 20-30% dan infeksi 20-30% (Nadesul, 1997: 17).
Dari data pra survei yang penulis peroleh pada tanggal 5 April 2004 di Desa Wates Kecamatan Gading Rejo Kabupaten Tanggamus didapatkan data ibu hamil dengan status gizi kurang seperti tabel 1 berikut:
Tabel 1. Distribusi Jumlah Ibu Hamil di Desa Wates Pada Bulan Januari sampai Maret 2004
Bulan | Jumlah kunjungan ibu hamil baru | Ibu hamil dengan status gizi baik | Ibu hamil dengan status gizi kurang | |||
Jml | % | Jml | % | Jml | % | |
JanuariFebruari Maret | 11 8 15 | 32,35 23,53 44,12 | 7 5 9 | 33,33 23,81 42,86 | 4 3 6 | 30,76 23,09 46,15 |
Jumlah | 34 | 100 | 21 | 100 | 13 | 100 |
Sumber Medical Record (Dokumen) Puskesmas Wates, 2004
Berdasarkan tabel diatas maka di dapat data pada bulan Januari sampai Maret 2004 di puskesmas Wates terdapat ibu hamil sebanyak 34 orang dengan status gizi baik sebanyak 21 orang (61,76%) dan status gizi kurang sebanyak 13 orang (28,83 %).
Dari keadaan di atas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian sederhana tentang “ Gambaran Pengetahuan Tentang Nutrisi Ibu Hamil di Desa Wates Kecamatan Gading Rejo Kabupaten Tanggamus “.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah pengetahuan ibu hamil tentang nutrisi ibu hamil di Desa Wates Kecamatan Gading Rejo Kabupaten Tanggamus ?”
Ruang Lingkup Penelitian
Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini adalah:
1. Sifat penelitian : Deskriptif.
2. Subyek penelitian : Ibu hamil di Desa Wates Kecamatan Gading Rejo Kabupaten Tanggamus
3. Obyek penelitian : Pengetahuan ibu hamil tentang nutrisi pada ibu hamil.
4. Lokasi penelitian : Di Desa Wates Kecamatan Gading Rejo Kabupaten Tanggamus.
5. Waktu penelitian : 19 Mei sampai 1 Juni 2004
Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu hamil tentang nutrisi ibu hamil di Desa Wates Kecamatan Gading Rejo Kabupaten Tanggamus tahun 2004.
DOWNLOAD KLIK DISINI:
Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang nutrisi ibu hamil di desa
Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang gizi seimbang pada masa kehamilan di puskesmas
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam rencana strategi Nasional Making Pregnancy Safer (MPS) di Indonesia tahun 2001-2010 disebutkan bahwa dalam konteks Rencana Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia sehat 2010. (Prawirohardjo, 2002). Visi Indonesia sehat 2010 adalah ditetapkannya misi pembangunan kesehatan yang salah satunya adalah mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat, dengan sasaran meningkatkan jumlah penduduk mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang, sehingga untuk meningkatkan percepatan perbaikan derajat kesehatan masyarakat, salah satu program unggulan yaitu program perbaikan gizi. (Dep.Kes.RI, 1993).
Gizi merupakan unsur yang sangat penting dalam membentuk kualitas manusia. Perbaikan gizi adalah berbagai upaya yang dilakukan untuk meningkatkan gizi. Manfaat dari perbaikan gizi adalah meningkatkan status gizi, peningkatan mutu konsumsi makanan, serta penanggulangan terhadap masalah gizi, sehingga diharapakan ibu hamil dan bayi yang dikandungnya dalam keadaan sehat. (Dep. Kes.RI, 1989).
Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan perdarahan, persalinan yang sulit dan lama dan melahirkan bayi dengan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR). (Zulhaida online, 2007). Data perdarahan di Lampung tercatat 50,69% dan persalinan lama 2,78% (Profil Kesehatan Lampung, 2005). Indikator gizi kurang pada ibu hamil dapat diketahui dengan pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA). Pengukuran LILA adalah suatu cara untuk mengetahui resiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil, batas ambang LILA dengan resiko KEK di Indenesia adalah 23,5 cm (Dep. Kes RI, 1997). Status gizi yang buruk memberikan kontribusi pada tiga penyebab kematian ibu yang utama yaitu perdarahan 40-60%, toksemia gravidarum 20-30% dan infeksi 20-30%. (Nadesul) dalam Agus Setianingsih, 2004).
Berdasarkan Hasil Survey Cepat Anemia di Lampung tercatat sebesar 73,74% lebih tinggi dari angka nasional sebesar 50,9%. Wilayah Lampung Timur prevalensi anemia tercatat sebesar 72,3% (tinggi) dan bila dengan Kabupaten lain di Propinsi Lampung maka Kabupaten Lampung Timur masuk urutan ke tiga. (Profil Kesehatan Lampung, 2005).
Di Indonesia sendiri masih ditemui ibu hamil yang mengalami kurang gizi kronis diatas 30% atau sekitar 1,5 juta, untuk wilayah Lampung 1,17%. (Data Gizi Propinsi Lampung, 2005). Data sasaran ibu hamil di Kabupaten Lampung Timur tahun 2006 sebanyak 23.658 ibu hamil dengan prevalensi gizi kurang sebanyak 2,28 %. (Hasil evaluasi bumil dengan resiko KEK dan anemia Kabupaten Lampung Timur, 2006).
Berdasarkan hasil survey cepat di Propinsi Lampung pada tahun 1997 jumlah Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) selama tiga tahun cenderung meningkat yaitu pada tahun 2003 tercatat 848 tahun 2004 tercatat 912 sedangkan pada tahun 2005 tercatat 2210. (Profil Kesehatan Provinsi Lampung 2005). Dan data kelahiran di Kabupaten Lampung Timur sebanyak 19.522 dengan kasus BBLR 118 (0,71%), (Profil kesehatan Lampung Timur, 2005).
Masalah gizi disebabkan oleh banyak faktor yang saling terkait baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung dipengaruhi oleh penyakit infeksi dan tidak cukupnya asupan gizi secara kualitas maupun kuantitas, sedangkan secara tidak langsung dipengaruhi oleh rendahnya pendidikan, pengetahuan dan tingkat pendapatan yang rendah. (Gizi online, 2007)
Berdasarkan data pra survei yang dilakukan penulis pada bulan maret 2007 di Puskesmas Tanjung Harapan Kecamatan Marga Tiga Kabupaten Lampung Timur didapatkan ibu hamil dengan status gizi kurang seperti pada tabel 1 sebagai berikut :
Tabel 1. Jumlah ibu hamil di puskesmas Tanjung Harapan Kecamatan Marga Tiga Kabupaten lampung Timur pada bulan Januari Sampai dengan Maret 2007
Bulan Jumlah Kunjungan Ibu Hamil Baru Ibu Hamil dengan Status Gizi Baik Ibu Hamil dengan Status Gizi Kurang
Januari 8 4 50% 4 50%
Februari 7 5 71,4% 2 28,6%
Maret 9 6 66,7% 3 33,3%
Jumlah 24 15 62,5% 9 37,5%
Sumber : Medical Record (Dokumen) Bidan di Puskesmas Tanjung Harapan Kecamatan Marga Tiga Kabupaten Lampung Timur.
Berdasarkan data di Puskesmas Tanjung Harapan sampai bulan April 2007 terjadi peningkatan jumlah ibu hamil kunjungan baru (K1) dengan gizi kurang yaitu dari 23,4% (2006) menjadi 37,5% dan kelahiran dengan prematur sebanyak 3,30%, BBLR 6,60 %, kasus perdarahan 9,09%, dari 9 ibu hamil yang berkunjung ke puskesmas terdapat 66,7% ibu hamil yang tidak mengerti tentang gizi seimbang. Data pendidikan ibu hamil didapat sebanyak 45,8% memiliki tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD), 29,2% Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan 25% Sekolah Menengah Umum (SMU), sedangkan pendapatan rata-rata perbulan sekitar Rp. 500.000,- s.d Rp. 800.000,-.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang gambaran pengetahun ibu hamil tentang gizi seimbang pada masa kehamilan di Puskesmas Tanjung Harapan kecamatan Marga Tiga Kabupaten Lampung Timur Tahun 2007.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Bagaimana gambaran pengetahuan ibu hamil tentang gizi seimbang pada masa kehamilan di Puskesmas Tanjung Harapan Kecamatan Marga Tiga Kabupaten Lampung Timur tahun 2007?
C. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah
1. Jenis penelitian : Bersifat deskriptif
2. Subjek penelitian : Ibu hamil di Puskesmas Tanjung Harapan
3. Objek penelitian : Pengetahuan ibu hamil tentang gizi seimbang pada masa kehamilan.
4. Tempat penelitian : Puskesmas Tanjung Harapan Kecamatan Marga Tiga Kabupaten Lampung Timur
5. Waktu penelitian : 25 Mei - 22 Juni 2007
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahunya bagaimanakah gambaran pengetahuan ibu hamil tentang gizi seimbang pada masa kehamilan di puskesmas Tanjung Harapan Kecamatan Marga Tiga Kabupaten Lampung Timur tahun 2007.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu hamil tentang gizi seimbang pada masa kehamilan dalam tingkat tahu.
b. Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu hamil tentang gizi seimbang pada masa kehamilan dalam tingkat memahami.
c. Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu hamil tentang gizi seimbang pada masa kehamilan dalam tingkat aplikasi.
E. Manfaat Penelitian
1. Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan khususnya mengenai gizi seimbang pada masa kehamilan dan penerapan ilmu yang didapat selama studi.
2. Lokasi Penelitian di Puskesmas Tanjung Harapan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan khususnya mengenai pengetahuan tentang gizi seimbang dan dapat meningkatkan program penyuluhan dan penyebaran informasi lebih lanjut terutama pada ibu hamil.
3. Pengembangan Program
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan masukan untuk perencanaan program gizi ibu hamil dan bahan evaluasi penyuluhan tentang gizi seimbang pada masa kehamilan.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Menambah referensi gambaran pengetahuan ibu hamil yang berhubungan dengan gizi ibu selama masa kehamilan.
DOWNLOAD KLIK DISINI:
Gambaran pengetahuan ibu hamil tentnag gizi seimbang pada masa kehamilan di puskesmas
Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang pemberian ASI dini di BPS
A. Latar Belakang Masalah
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan bayi yang paling penting terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan (Soetjiningsih,1997). ASI mengandung protein, lemak, vitamin, mineral, air dan enzim yang dibutuhkan oleh bayi. ASI juga mengandung semua asam lemak penting yang dibutuhkan bagi pertumbuhan otak, mata, dan pembuluh darah yang sehat (Ramaiah,2006).
Penghisapan ASI 30 menit pertama setelah lahir dengan adanya refleks menghisap akan mempercepat keluarnya ASI, juga merupakan stimulan dini terhadap tumbuh kembang anak (Lubis,2008).Rendahnya pemberian ASI di keluarga menjadi salah satu pemicu rendahnya status gizi bayi dan balita (Anwar,2007). Pada tahun 2003 terdapat sekitar 6,7 juta balita (27,3%) menderita gizi kurang dan 1,5 juta diantaranya menderita gizi buruk. Anemia gizi besi dijumpai pada sekitar 8,1 juta anak (/www.depkes.go.id, 2008).
Pada seorang primipara, ASI sering keluar pada hari ke 3 dan jumlah ASI selama 3 hari pertama hanya 50 ml kira-kira 3 sendok makan). Bila hal ini tidak diketahui baik oleh ibu maupun oleh petugas kesehatan, maka akan banyak ibu yang merasa ASI nya kurang, hal ini akan mendorong ibu tersebut untuk memberikan susu formula yang mengakibatkan produk ASI berkurang (Lubis,2008). Kurangnya pengertian dan keterampilan petugas kesehatan tentang keunggulan ASI dan manfaat menyusui menyebabkan mereka mudah terpengaruh oleh promosi susu formula yang sering dinyatakan sebagai Pengganti Air Susu Ibu (PASI), sehingga dewasa ini semakin banyak ibu bersalin memberikan susu botol yang sebenarnya merugikan mereka (Dep.Kes RI,2005). Selain itu, biasanya alasan yang dipakai oleh seorang ibu enggan menyusui anaknya adalah si ibu merasa dirinya kurang gizi, padahal untuk status kesehatan yang terganggu itu tidak mempengaruhi produksi ASI (Roesli,2007).
Sekitar 85% penduduk Indonesia termasuk ibu dan anak tinggal di pedesaan. Kondisi kesehatan mereka masih belum memadai. Angka kesakitan dan kehamilan ibu, bayi, masih tinggi. Keadaan gizi dan sanitasi lingkungan hidup mereka masih jelek. Di samping itu pengertian dan perilaku hidup sehat masih sangat kurang. Salah satu perilaku yang cukup menyedihkan adalah pemberian makanan pralaktal yaitu pemberian makanan / minuman untuk menggantikan ASI apabila ASI belum keluar pada hari-hari pertama setelah lahir. Jenis makanan tersebut antara lain air tajin, air kelapa, madu yang dapat membahayakan kesehatan bayi dan menyebabkan berkurangnya kesempatan untuk merangsang produksi ASI sedini mungkin melalui hisapan bayi pada payudara ibu. (Anwar,2007 ).
Apabila dikaitkan dengan pemberian ASI eksklusif, saat ini praktik menyusui di Indonesia cukup memprihatinkan. Menurut SDKI tahun 1997 dan 2002, lebih dari 95% ibu pernah menyusui bayinya, namun yang menyusui dalam 1 jam pertama cenderung menurun dari 8% pada tahun 1997 menjadi 3,7% pada tahun 2002. Sementara itu penggunaan susu formula justru meningkat lebih dari 3 kali lipat selama 5 tahun, dari 10,8% tahun 1997 menjadi 32,5% pada tahun 2002 (/www.depkes.go.id, 2008).
Dari data pra survei yang penulis lakukan pada tanggal 23 Mei 2008–25 Mei 2008 di BPS Sulistio Rahayu, A.Md.Keb. Lampung Tengah terdapat 8 orang ibu hamil. Dari 8 orang tersebut, terdapat 6 orang yang kurang mengetahui tentang pemberian ASI dini. Dilihat dari latar belakang masalah tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “ Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pemberian ASI Dini di BPS Sulistio Rahayu, A.Md.Keb. Lampung Tengah Tahun 2008 “.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, penulis membuat rumusan masalah yaitu: “ Bagaimanakah gambaran pengetahuan ibu hamil tentang pemberian ASI dini di BPS Sulistio Rahayu, A.Md.Keb. Lampung Tengah tahun 2008 “.
C. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam melakukan penelitian, agar sesuai dengan rumusan masalah yang dibuat, penulis membatasi ruang lingkup penelitian sebagai berikut:
1. Rancangan Penelitian : Deskriptif
2. Subjek Penelitian : Ibu hamil
3. Objek Penelitian : Pengetahuan ibu hamil tentang pemberian ASI dini
4. Tempat Penelitian : BPS Sulistio Rahayu, A.Md.Keb. Lampung Tengah
5. Waktu Penelitian : 10 Juni 2008 - 24 Juni 2008
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu hamil tentang pemberian ASI dini di BPS Sulistio Rahayu, A.Md.Keb. Lampung Tengah.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu hamil pada tingkat tahu tentang pemberian ASI dini di BPS Sulistio Rahayu, A.Md.Keb. Lampung Tengah.
b. Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu hamil pada tingkat memahami tentang pemberian ASI dini di BPS Sulistio Rahayu, A.Md.Keb. Lampung Tengah.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi BPS Sulistio Rahayu, A.Md.Keb. Lampung Tengah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran dalam upaya evaluasi dan pemantauan tentang pemberian ASI dini serta sebagai bahan masukan dalam peningkatan pelayanan kesehatan.
2. Bagi Institusi Pendidikan Program Studi Kebidanan Metro
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dokumen dan bahan bacaan untuk menambah wawasan mahasiswa Politeknik Kesehatan Tanjung Karang Program Studi Kebidanan Metro.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi untuk melakukan penelitian-penelitian yang lain atau serupa dengan variabel yang lebih lengkap.
DOWNLOAD KLIK DISINI:
Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang pemberian ASI dini di BPS
Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang melahirkan di bidan di desa
A. Latar Belakang
Angka kematian Ibu (AKI) sebagai salah satu indikator kesehatan ibu dewasa ini masih tinggi di Indonesia bila dibandingkan dengan AKI di negara ASEAN lainnya, menurut data dari survei demografi kesehatan Indonesia (SOKI) 2002-2003, AKI di Indonesia adalah 307 per 100.000 kelahiran hidup. Hal ini berarti bahwa lebih dari 18.000 ibu meninggal per tahun atau 2 ibu meninggal tiap jam oleh sebab yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan nifas. Sampai dengan tahun 2002, AKI tersebut mengalami penurunan yang lambat dengan adanya krisis ekonomi tahun 1997 lalu.
Sebagian besar penyebab kematian ibu secara langsung menurut survei kesehatan rumah tangga (2001) sebesar 90% adalah komplikasi yang terjadi pada saat persalinan dan segera setelah bersalin, penyebab tersebut dikenal dengan trias klasik yaitu perdarahan (28%), eklamsia (24%) dan infeksi (11%). (Depkes RI, 2004).
Angka kematian ibu maternal berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran prilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, waktu melahirkan dan masa nifas. Hasil survey demografi kesehatan indonesia tahun 1994 menunjukkan angka kematian ibu sebesar 373 per 100.000 kelahiran hidup dan hasil SOKI 2002-2003 sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup. Untuk rata-rata angka kematian ibu maternal tahun 2003:73 AKI yang dihasilkan dari SOKI dan SKRT hanya menggambarkan angka nasional, tidak dirancang untuk mengukur angka kematian ibu. Menurut propinsi hasil soki 2002-2003 angka kematian ibu melahirkan (nasional) : 307 per 100.000 kelahiran hidup,(Dinkes Lampung Tahun 2005)
Upaya safe matherhood merupakan upaya untuk menyelamatkan wanita agar kehamilannya dan persalinannya dapat dilaluinya dengan sehat dan aman serta menghasilkan bayi yang sehat dan aman serta menghasilkan bayi yang sehat, upaya safe Matherhood terdiri dari empat pilar safe motherhood. Pilar yang kedua dari pilar safe motherhood adalah “Asuhan antenatal” dimana petugas kesehatan harus memberikan pendidikan pada ibu hamil tentang cara menjaga diri agar tetap sehat dalam masa kehamilannya, meningkatkan kesadaran mereka tentang kemungkinan adanya atau terjadinya komplikasi dalam kehamilan dalam bentuk komunikasi, informasi dan edukasi (Saifuddin, 2002).
Memperhatikan angka kematian ibu dan perinatal dapat diperkirakan bahwa sekitar 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas di saat sekitar persalinan. Untuk itu sangat diharapkan bidan, sebagai tenaga kesehatan harus ikut mendukung upaya cepat penurunan AKI, peranan bidan dalam masyarakat sebagai tenaga terlatih pada sistem kesehatan nasional salah satunya adalah meningkatkan pengetahuan kesehatan masyarakat, terutama pada ibu hamil, dimana pendidikan kesehatan ibu hamil dapat dilakukan pada waktu pengawasan hamil di puskesmas atau pondok bersalin desa dan bidan praktek swasta, saat penyelenggaraan posyandu, pada saat diadakan pertemuan atau kegiatan-kegiatan dilingkungannya, dan saat melakukan kunjungan rumah (Manuaba, 1998).
Berdasarkan Pra Survey pada tanggal 28 Maret 2007 diwilayah kerja Puskesmas Wonosobo Kab. Tanggamus terdapat data dari 100% ibu hamil 75% nya masih melahirkan didukun atau dirumah dan 25% nya melahirkan di Bidan atau tenaga kesehatan. Disamping lokasinya susah dijangkau karena daerah pegunungan yang berjalan terjal sehingga transportasi didesa itu sebagaian besar sepeda motor (ojek) dan hanya beberapa keluarga yang memiliki media visual seperti TV, radio dan lain-lain. Berdsarkan wawancara dengan bidan di Desa Way Panas terdapat 18 ibu hamil 36 ibu yang mempunyai bayi 0-12 bulan dan 228 balita. Dari wawancara tersebut pula didapatkan informasi bahwa masih banyak para ibu yang belum memahami arti pentingnya kesehatan terutama kehamilan, persalinan dan nifas setelah diberikan penyuluhan dan informasi dari tenaga kesehatan para ibu mengetahui tentang kesehatan khususnya kehamilan, persalinan dan nifas. Sehingga gangguan dalam kesehatan dan persalinan akan segera ketenaga kesehatan apabila ada gangguan atau komplikasi akan cepat terdeteksi dan tertangani. Dari uraian tersebut maka Penulis untuk mengadakan penelitian tentang gambaran pengetahuan ibu hamil tentang melahirkan di bidan di Desa Way Panas Kabupaten Tanggamus.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah tersebut Penulis merumuskan masalah sebagai berikut “Bagaimana pengetahuan ibu hamil tentang melahirkan di bidan di desa Way Panas Kab. Tanggamus”.
C. Ruang Lingkup
Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup yang diteliti sebagai berikut :
1. Sifat penelitian : Deskriptif
2. Subjek penelitian : Ibu hamil di desa way panas tentang melahirkan di bidan.
3. Objek penelitian : Pengetahuan ibu hamil tentang melahirkan di bidan di Desa Way Panas Kab. Tanggamus.
4. Lokasi penelitian : Desa Way Panas Kabupaten Tanggamus.
5. Waktu penelitian : Setelah proposal disetujui.
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang melahirkan di bidan.
2. Tujuan Khusus
Diketahuinya pengetahuan ibu tentang melahirkan di bidan meliputi :
a. Pengetahuan ibu tentang kehamilan.
b. Pengetahuan ibu tentang persalinan.
c. Pengetahuan ibu tentang masa nifas.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Ibu Hamil/Responden
Sebagai masukan bahan pengetahuan untuk ibu hamil, sehingga mereka dapat mengetahui proses kehamilan, melahirkan, nifas dan asuhan post partum, dengan demikian diharapkan gangguan/komplikasi dalam kehamilan dan persalinan dapat di deteksi secara dini melalui penyuluhan oleh tenaga kesehatan.
2. Bagi Puskesmas
Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Wonosobo untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang melahirkan di bidan di desa Way Panas.
3. Bagi Bidan
Sebagai salah satu bahan masukan bagi bidan sebagai tenaga kesehatan yang berada di masyarakat, untuk melakukan tindakan promotif seperti penyuluhan dan memberikan pengetahuan ibu tentang melahirkan di bidan.
4. Bagi Institusi Pendidikan Program Studi Kebidanan Metro
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk memperluas wawasan mahasiswa tentang melahirkan di bidan.
DOWNLOAD KLIK DISINI:
Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang melahirkan di bidan di desa
Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang kunjungan neonatal di BPS
A. Latar Belakang
Sebagaimana ditetapkan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara 1993, pembangunan dibidang kesehatan diarahkan untuk mempertinggi derajat kesehatan masyarakat dalam rangka memberikan peningkatan kualitas dan taraf hidup serta kecerdasan dan kesejahteraan rakyat dengan memberikan prioritas antara lain pada perbaikan tingkat kesehatan ibu dan anak (Depkes. RI, 1994). Upaya untuk dapat meningkatkan derajat kesehatan, banyak hal yang perlu diperhatikan salah satunya yang dipandang mempunyai peranan yang cukup penting ialah menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara umum. Pelayanan kesehatan masyarakat (Public Health Services) adalah merupakan sub sistem pelayanan kesehatan (promotif), pengobatan (Kuratif), dan pemulihan (Rehabilitatif) dengan sasaran masyarakat.
Menurut laporan kelompok kerja World Health Organization (WHO) pada bulan april 1994, dari 8,1 juta kematian bayi didunia, 48% adalah kematian neonatal. Dari seluruh kematian neonatal, sekitar 60% merupakan kematian bayi umur kurang dari 7 hari dan kematian bayi umur lebih dari 7 hari akibat gangguan perinatal. Sekitar 42% kematian neonatal disebabkan oleh infeksi seperti tetanus neonatorum, sepsis, meningitis, pneumonia, dan diare (Depkes RI, 2000). Dari hasil penelitian dan perhitungan yang dilakukan, ditemukan bahwa kematian neonatal di Indonesia pada tahun 1998-2002 sebesar 20/1000 kelahiran hidup. Angka ini jika diterjemahkan ke jumlah absolut berarti dari 4.608.000 bayi yang lahir di Indonesia setiap tahunnya 100-454 bayi meninggal sebelum berusia 1 bulan (www.keluargasehat.com).
Bayi hingga usia kurang 1 bulan merupakan golongan umur yang merupakan golongan umur yang memiliki resiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi resiko tersebut antara lain dengan melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan pada neonatus (0-28 hari) minimal dua kali yaitu satu kali pada umur 0-7 hari dan satu kali pada umur 8-28 hari. Dalam melaksanakan pelayanan neonatus, petugas kesehatan disamping melakukan pemeriksaan kesehatan bayi juga melakukan konseling perawatan bayi kepada ibu. Perawatan tersebut meliputi pelayanan kesehatan neonatal dasar (tindakan resusitasi, pencegahan hipotermia, pemberian ASI dini dan eksklusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, kulit, dan pemberian imunisasi). Pemberian Vitamin K, manajemen terpadu balita muda (MTBM) dan penyuluhan perawatan neonatus dirumah menggunakan buku KIA dan ini digunakan untuk melihat jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan neonatus (Profil Kesehatan Lampung, 2005).
Cakupan kunjungan neonatus (KN) selama periode tahun 2000–2003 di Propinsi Lampung sebesar 44,07%, sedangkan KN yang tertinggi adalah di Propinsi Bali sebesar 99,09% (Profil kesehatan Indonesia, 2003). Menurut (Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Tengah,2005), kecamatan dengan KN I terendah adalah Terusan Nunyai (8,18%), Rumbia (28,61%), dan Anak Tuha (34,86%), sedangkan Kecamatan dengan KN II rendah adalah Terusan Nunyai (32,2%), Kota Gajah (38,2%), Kalirejo (44,83%), Gunung Sugih (49,9%), dan Simpang Mataram (55,5%).
Tingkat keberhasilan suatu program dapat diukur dengan target yang telah dicapai. Target kunjungan neonatal pada tahun 2010 adalah 90%, sedangkan berdasarkan hasil studi pendahuluan di Kecamatan Rumbia didapatkan pencapaian target tersebut pada tahun 2005 baru mencapai 28,61%. Belum tercapainya target tersebut salah satunya dikarenakan masih kurangnya pengetahuan ibu-ibu tentang pentingnya memeriksakan bayi baru lahir meskipun bayi tersebut terlihat sehat dan juga mereka beranggapan bila anaknya sehat tidak perlu diperiksakan kesehatannya serta tidak boleh membawa bayi keluar rumah sebelum berumur 40 hari.
Hasil pra survei yang dilakukan peneliti terhadap 20 orang ibu yang melahirkan di BPS Nanik Yuliwati Rumbia pada bulan April 2006, ternyata hanya 1 orang ibu nifas yang melakukan kunjungan neonatal I dan II, 18 orang ibu nifas hanya melakukan kunjungan neonatal I dan 1 orang ibu nifas tidak melakukan kunjungan neonatal.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gambaran pengetahuan ibu hamil tentang kunjungan neonatal di BPS Nanik Yuliwati Rumbia Lampung Tengah Tahun 2007.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka penulis membuat rumusan masalah penelitian ini adalah 'Bagaimanakah pengetahuan ibu hamil tentang kunjungan neonatal Di BPS Nanik Yuliwati Rumbia Lampung Tengah tahun 2007?'
C. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup yang diteliti sebagai berikut :
1. Sifat penelitian : Deskriptif
2. Subyek penelitian : Seluruh ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya di BPS Nanik Yuliwati Rumbia Lampung Tengah.
3. Obyek penelitian : Pengetahuan ibu hamil tentang kunjungan neonatus di BPS Nanik Yuliwati Rumbia Lampung Tengah.
4. lokasi penelitian : BPS Nanik Yuliwati Rumbia Lampung Tengah
5. Waktu penelitian : tanggal 7-19 Juni 2007
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu hamil tentang kunjungan neonatal di BPS Nanik Yuliwati Rumbia Lampung Tengah pada tahun 2007.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Ibu
Sebagai masukan bagi ibu agar lebih meningkatkan kesadaran tentang pentingnya kunjungan neonatal. Dengan demikian diharapkan bayi yang berumur 0-28 hari mendapatkan pelayanan kesehatan secara dini dan optimal dari tenaga kesehatan setempat.
DOWNLOAD KLIK DISINI:
Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang kunjungan neonatal di BPS
Jumat, 09 April 2010
KONSEP PERSALINAN
lah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus ke dunia luar.
Persalinan adalah suatu proses fisiologis yang memungkinkan serangkaian perubahan yang besar pada ibu untuk dapat melahirkan janinnya melaui jalan lahir.
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 – 42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.
Pengertian persalinan
Persalinan atau partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina kedunia luar
Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 mg), lahir spontan dengan persentasi belakang kepala yang berlangsung 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin
B. Sebab-sebab mulainya persalinan
Ada beberapa teori yang berkaitan dengan mulai terjadinya kontraksi atau his
Perlu diketahui bahwa ada 2 hormon yang dominan saat hamil yaitu:
1. Estrogen
meningkatkan sensitifitas otat rahim
memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan dari oksitosin, prostaglandin, rangsangan mekanis
2. Prostaglandin
menurunkan sensitifitas otot rahim
menyulitkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan dari oksitosin, prostaglandin, rangsangan mekanis
menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi
Sebab-sebab terjadinya persalinan adalah:
a. Teori keregangan
— Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu
— Setelah melewati batas tersebut kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai
— Contohya pada ibu hamil ganda sering terjadi kontraksi setelah keregangan tertentu, sehingga menimbulkan proses persalinan
b. Teori penurunan progesteron
— Proses penuaan placenta terjadi mulai umur hamil 28 minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu
— Progesteron mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih sensitif terhadap oksitosin
— Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesterone tertentu
c. Teori oksitosin internal
— Oksitosin dikeluarkan oleh hipofisis parst posterior
— Perubahan keseimbangan estrogen dan progesterone dapat mengubah sensitifitas otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi braxton hicks
— Menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan aktifitas, sehingga persalinan dapat dimulai
d. Teori prostaglandin
— Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu , yang dikeluarkan dari desidua
— Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dikeluarkan
— Prostaglandin dianggap dapat merupakan pemicu terjadinya persalinan
e. Teori hipotalamus-pituitari dan glandula suprarenalis
— Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anensesefalus sering terjadi keterlambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus (linggin 1973)
— Malpar pada tahun 1933 mengangkat otak kelinci percobaan,hasilnya kehamilan kelinci berlangsung lebih lama
— Pemberian kortikosteroid yang dapat menyebabkan maturitas janin, induksi (mulainya) persalinan
— Dari percobaan tersebut diatas ada hubungan antara hipotalamus-pituitari dengan mulainya persalinan
f. Teori iritasi mekanik
Adanya tekanan dan pergeseran pada ganglion servikale dari fleksus frankenhauser yang terletak dibelakang servik oleh bagian terbawah janin, sehingga dapat memicu persalinan
g. Induksi partus (induction of labour) partus dapat pula ditimbulkan dengan jalan:
— Ganggang laminaria: beberapa laminaria dimasukan kedalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang fleksus frankenhauser
— Amniotomi: pemecahan ketuban
— Oksitosin drip: pemberian oksitosin menurut tetesan infus
TUJUAN ASUHAN PERSALINAN
Memberikan asuhan yang memadai selama persalinan dalam upaya mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman, dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi.
C. Tujuan asuhan persalinan
Memberikan asuhan yang memadai selama persalinan dalam upaya mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman, dengan memberikan aspek sayang ibu dan bayi.
Kebijakan pelayanan asuhan persalinan :
a. Semua persalinan harus dihadiri dan dipantau oleh petugas kesehatan terlatih
b. Rumah bersalin dan tempat rujukan dengan fasilitas memadai untuk menangani kegawatdaruratan obstetrik dan neonatal harus tersedia 24 jam
c. Obat-obatan essensial, bahan dan perlengkapan harus tersedia bagi seluruh petugas terlatih
Rekomendasi kebijakan tehnik asuhan persalinan dan kelahiran:
• Asuhan sayang ibu dan sayang bayi harus memasukkan sebagai bagian dari persalinan bersih dan aman, termasuk hadirnya keluarga atau orang-orang yang memberikan dukunga hanya
• Partograf harus digunaka untuk memantau persalinan dan berfungsi sebagai suatu catatan / rekam medik untuk persalinan
• Selama persalinan normal, intervensi hanya dilaksanakan jika benar-benar. Prosedur ini bukan dibutuhkan jika ada infeksi / penyulit
• Penolong persalinan harus tetap tinggal bersama ibu dan bayi setidak-tidaknya
• Manajemen aktif kala III, termasuk melakukan penjepitan dan pemotongan tali pusat secara dini. Memberikan suntikan oksitosingin IM, melakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT) dan segera melakukan massage fundus, harus dilakukan pada semua persalinan normal
• Penolong persalinan harus tetap tinggal bersama ibu setidak-tidaknya 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu sudah dalam keadaan stabil. Fundus harus diperiksa setiap 15 menit selama 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua. Masage fundus harus dilakukan sesuai kebutuhan untuk memastikan tonus uteris tetap baik, perdarahan minimal dan pencegahan
• Selama 24 jam pertama setelah persalinan, fundus harus serng diperiksa dan dimassage sampai tonus baik. Ibu / anggota keluarga dapat diajarkan melakukan hal ini
• Segera setelah lahir, seluruh tubuh terutama kepada bayi harus segera diselimuti dan bayi dikeringkan serta dijaga kehangatannya untuk mencegah terjadinya hipotermi
• Obat-obat essensial, bahan dan perlengkapan harus disediakan oleh petugas dan keluarga
TAHAPAN PERSALINAN
Persalinan dimulai (inpartu) pada saat uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan pada serviks.
Persalinan dibagi 4 Kala
Kala I Persalinan
Kala satu persalinan dimulainya sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm).
Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan untuk multigravida sekitar 8 jam. Berdasarkan kurve Friedman, diperhitungkan pembukaan primigravida 1 cm/jam dan pembukaan multigravida 2 cm/jam.
Persalinan kala satu dibagi menjadi dua fase, yaitu :
a. Fase Laten Persalinan
• Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap.
• Pembukaan serviks kurang dari 4 cm
• Biasanya berlangsung di bawah hingga 8 jam
b. Fase Aktif Persalinan
• Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih)
• Serviks membuka dari 4 ke 10 cm, biasanya dengan kecepatan 1 cm atau lebih per jam hingga pembukaan lengkap (10 cm)
• Terjadi penurunan bagian terbawah janin
• Berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase:
Periode akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.
Periode dilatasi maksimal (steady) : selama 2 jam pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.
Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan jadi 10 cm atau lengkap.
Mekanisme membukanya serviks berbeda antara pada primigravida dan multigravida. Pada yang pertama ostium uteri internum akan membuka lebih dahulu, sehingga serviks akan mendatar dan menipis. Baru kemudian ostium uteri eksternum membuka. Pada multigravida ostium uteri internum sudah sedikit membuka, ostium uteri internum dan ostium uteri eksternum serta penipisan dan pendataran serviks terjada pada saat yang sama.
Pemantauan
Frekuensi Minimal Penilaian dan intervensi Dalam Persalinan Normal
Prasemester Frekuensi pada fase laten Frekuensi pada fase aktif
Tekanan darah
Suhu badan
Nadi
Denyut jantung
Kontraksi
Pembukaan serviks
Penurunan Setiap 4 jam
Setiap 4 jam
Setip 30-60 menit
Setiap 1 jam
Setiap 1 jam
Setiap 4 jam
Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Setiap 2 jam
Setip 30-60 menit
Setiap 30 menit
Setiap 30 menit
Setiap 4 jam
Setiap 4 jam
Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan dalam sebaiknya dilakukan setiap 4 jam selama kala 1 pada persalinan, dan setelah selaput ketuban pecah,Gambarkan temuan-tamuan yang ada pada partogram
• Pada setiap pemeriksaan dalam,catatlah hal-hal sebagai berikut
Warna cairan amnion
Dilatasi serviks
• Jika serviks belum membuka pada pemeriksaan dalam pertama, mungkin diagnosis in belum dapat di tegakkan
Jika terdapat kontraksi yang menetap, pemeriksaan wanita tersebut setelah 4 jam untuk melihat perubahan pada serviks. Pada tahap ini, jika serviks terasa tipis dan terbuka maka wanita tersebut dalam keadaan in partu, jika tidak terdapat perubahan, maka diagnosisnya adalah persalinan palsu
Penanganan
1. Beri dukungan, informasi proses persalinan dan dengarkan keluhan ibu
2. Jika ibu tampak kesakitan :
- Lakukan perubahan posisi
- Posisi sesuai dengan keinginan ibu, jika ditempat tidur sebaiknya dianjurkan tidur miring ke kiri
- Sarankan untuk berjalan
- Ajaklah keluarga untuk menemaninya serta memijat atau menggosok punggung ibu
- Ibu diperbolehkan melakukan aktivitas sesuai dengan kesanggupannya
- Ajarkan kepadanya tehnik bernafas : ibu diminta untuk menarik nafas panjang, menahan nafasnya sebentar kemudian dilepaskan dengan cara meniup udara keluar sewaktu terasa kontraksi
3. Penolong tetap menjaga hak privasi dalam persalinan, antara lain menggunakan penutup tirai, tidak menghadirkan orang lain tanpa sepengetahuan dan seizin pasien/ibu
4. Menjelaskan kemajuan persalinan dan perubahan yang terjadi serta prosedur yang akan dilaksanakan dan hasil-hasil pemeriksaan
5. Membolehkan ibu untuk mandi dan membasuh sekitar kemaluannya serta BAB dan BAK
6. Ibu bersalin biasanya merasa panas dan banyak keringat, atasi dengan cara:
- Gunakan kipas angin atau AC dalam kamar
- Menggunakan kipas biasa
- Menganjurkan ibu untuk mandi sebelumnya
7. Untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah dehoderasi, berikan cukup minum
8. Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin
1. Tahapan Persalinan Kala II
Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua juga dikenal sebagai kala pengeluaran.
Tanda dan Gejala Kala Dua Persalinan:
- Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
- Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum dan/atau vagina
- Perineum terlihat menonjol
- Vulva vagina dan sfingter ani terlihat membuka
- Peningkatan pengeluaran lendir dan darah
Lamanya kala II untuk primigravida 50 menit, dan multigravida 30 menit.
Diagnosis kala dua persalinan dapat ditegakkan atas dasar hasil pemeriksaan dalam yang menunjukkan
- Pemeriksaan serviks telah lengkap, atau
- Terlihatnya bagian kepala bayi pada introitus vagina
2. Tahapan Persalinan Kala III
Kala III persalinan adalah dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban.
Lamanya kala III pada primigravida 10 menit, multigravida 10 menit.
Tanda-tanda klinis dari pelepasan plasenta yaitu :
- Perubahan bentuk dan tinggi fundus. Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh (diskoid) dan tinggi fundus biasanya turun hingga di bawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah, uterus menjadi bulat dan fundus berada diatas pusat (seringkali mengarah ke sisi kanan).
- Tali Pusat Memanjang. Tali pusat terlihat keluar memanjang atau terjulur melalui vulva dan vagina (tanda Ahfeld)
- Semburan darah. Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar dan dibantu oleh gaya gravitasi. Semburan darah yang tiba-tiba menandakan bahwa darah yang terkumpul di antara tempat melekatnya plasenta dan permukaan maternal , keluar melalui tepi plasenta yang terlepas.
Penatalaksanaan Kala Tiga :
Manajemen Aktif Kala Tiga (MAK III)
Manajemen aktif kala tiga terdiri dari tiga langkah:
1. Pemberian Oksitosin
2. Melakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT)
3. Rangsangan Taktil (pemijatan) fundus uteri (massase)
Tujuan : Untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat memperpendek waktu kala tiga persalinan dan mengurangi kehilangan darah.
Keuntungan-keuntungan manajemen aktif kala tiga:
1. Kala tiga persalinan yang lebih singkat
2. Mengurangi jumlah kehilangan darah
3. Mengurangi kejadian retensio plasenta
3. Tahapan Persalinan Kala IV
Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap perdarahan postpartum.
Lamanya kala IV pada primigravida 2 jam, multigravida 2 jam.
Asuhan dan pemantauan pada kala empat
Setelah lahirnya plasenta:
1. Lakukan rangsangan taktil (pemijatan) uterus, utuk merangsang uterus berkontraksi
2. Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan anda secara melintang antara pusat dan fundus uteri.
3. Perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan
4. Periksa perineum dari perdarahan aktif (laserasi,episiotomi)
5. Evaluasi kondisi ibu secara umm
6. Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama kala empat persalinan di halaman belakang partograf segera setelah asuhan diberikan atau setelah penilaian dilakukan.
Tanda dan Gejala Persalinan
Tanda dan Gejala Menjelang Persalinan
1. Lightening (2 minggu sebelum persalinan)
2. Perbahan serviks menghasilkan “kesiapan”
3. Persalinan palsu ( berlangsung berhari-hari atau berminggu-minggu)
4. Ketuban pecah dini (80% wanita memulai persalinan spontan dalam 24 jam)
5. Bercak darah (persalinan biasanya terjadi dalam 24 sampai 48 jam)
6. Semburan energi (menjelang 24 sampai 48 jam sebelum awitan persalinan)
7. Gangguan gastrointestinal tanpa penyebab yang jelas mengindikasikan tanda menjelang persalinan
Tanda-tanda dan gejala datangnya persalinan
Ada sejumlah tanda-tanda dan gejala premonitor yang dapat memberitahukan anda terhadap wanita yang mendekati persalinan. Seorang wanita dapat menunjukkan beberapa,semua atau tidak sama sekali dari gejala-gejala tersebut, tetapi hal ini sangat berguna untuk diketahui ketika menemui wanita pada akhir kehamilan sehinga anda dapat memberikan petunjuk dan konseling antisipasi yang tepat. Tanda-tanda dan gejala-gejala datangnya persalinan: lightening, perubahan servikal,persalinan palsu, pemecahan membran prematur, bloody show, energy sport, dan gastrointestinal upsets.
Lightening
Lightening,yang terjadi sekitar 2 minggu setelah persalinan, merupakan menurunnya bagian presenting dari bayi ke pelvis. Wanita biasanya merujuk lightening sebagai “bayi telah turun” Ia akan merasakan penurunan ketidaknyamanan dari nafas pendek yang di rasakannya selama trimester ketiga karena lightening akan memberikan ruang yang lebih pada abdomen atas untuk ekspansi paru-paru. Walaupun demikian, lightening akan memberikan ketidaknyamanan karena tekanan oleh bagian presenting pada struktur di daerah pelvis. secara spesifik,dia akan mengalami berkut ini:
1. Frekuensi urinasi,karena kantung kemih tertekan dan sedikit ruang untuk ekspansi
2. Perasaan tidak nyaman karena tekanan pada pelvis,dimana akan terasa aneh dan terjadi sensasi konstan dimana sesuatu akan keluar atau pergerakan bowel diperlukan.
3. Kram kaki,yang disebabkan karena tekanan oleh bagian presentig ada syaraf yang melewati voramen obturator yang menuju kaki.
4. Meningkatkan stacis vena, menghasilkan edema karena tekanan bagian presenting menghambat darah yang kembali dari bagian bawah tubuh.
Lightening menurunkan ketinggian fundus ke posisi yang sama pada kehamilan bulan ke-8 dan anda tidak lagi mampu melakukan ballot terhadap kepala bayi yang sebelumnya dapat berpindah di atas simpisis pubis selama palpasi abdominal. Jari-jari anda akan menutup selama langkah keempat manuver Loopold.
Karena lightening biasa tidak terjadi sebelum persalinan kecuali pada primigravida, yang kemungkinan di sebabkan peningkatan intensitas kontraksi Braxton-Hicks yang di kombinasikan dengan tonus otot abdominal yang baik lebih umum daripada primigravida.
Mengetahui bahwa lightening telah terjadi maka sangat berharga untuk meyakinkan wanita tersebut terhadap normalitas perubahan tubuh yang di alami dan menjelaskan mengapa hal tersebut terjadi. Lightening juga memberikan kesempatan yang baik untuk mengkaji rencana persalinan dengan wanita tersebut. Lebih jauh lagi hal ini juga memberikan indikasi cukupnya pelvis inlet, karena durasi waktu antara lightening dengan persalinan bervariasi pada tiap individu, maka kecil manfaatnya untuk memprediksikan onset persalinan kecuali dalam rentang yang besar beberapa hari sampai beberapa minggu. Meskipun begitu lightening cendrung memberi semangat kepada wanita bahwa kehamilan akan segera berakhir.
Perubahan Servikal
Dengan mendekatnya persalinan,serviks menjadi”matang”. Berlawanan dengan keadaannya selama kehamilan yang tertutup, panjang dan lembut,serviks menjadi lebih lembut dengan konsistensi sepeti pudding serta terjadi obliterasi serviks dan kemungkinan sedikit dilatasi. Evalusi terhadap kematangan relatif per individu wanita-sebagai contoh serviks multipara yang besar secara normal berdilatasi 2 cm berlawanan dengan primigravida yang serviksnya tertutup.
Beban servikal terjadi karena peningkatan intensitas kontraksi Braxton Hicks Serviks matang dalam jangka waktu yang bervariasi sebelum persalinan. Kematangan mengindikasikan kesiapan serviks untuk persalinan. Penentuan kematangan membuat seseorang bidan dapat meyakinkan pasien bahwa dia akan menuju persalinan dengan adanya kontraksi persalinan dan waktu persalinan sudah dekat dan untuk menilai kemungkinan suksesnya induksi persalinan yang diindikasikan.
Persalinan Palsu
Persalinan palsu merupakan nyeri ketika kontraksi uterin yang tidak mempunyai efek progresif pada serviks dan sebenarnya merupakan kontraksi Braxton Hiks yang tidak nyeri tetapi sibesar-besarkan, dan telah terjadi 6 minggu kehamikan.
Persalinan palsu terjadi selama berhari-hari atau secara terpisah bahkan 3 atau 4 minggu sebelum onset persalinan sebenarnya. Persalinan palsu sangat menyakitkan, seseorang wanita dapat tidak tidur 4 hari dan kehilangan energi untuk menahannya. Wanita tersebut tidak mengetahui dengan pasti apakah dia sudah mengalami persalinan karena hal ini hanya bisa di tentukan melalui pemeriksaan vagina. Terjadinya intermiten persalinan palsu dan bolak-balik ke tempat praktek anda atau rumah sakit sangat melelahkan dan membuat frustasi wanita tersebut beserta keluarganya situasi ini memerlukan perhatian, kesabaran dukungan yang besar dan banyak penjelasan tentang hal ini kepada semua orang yang mengantarkan wanita tersebut ketempat praktek anda atau rumah sakit. Walaupun demikian persalinan palsu mengindikasikan datangnya persalinan.
Pemecahan Membran Prematur
Pemecahan membran yang normal terjadi pada akhir tahap pertama persalinan. Pemecahan sebelum onset persalinan disebut pemecahan membran prmatur dan terjadi pada sekitar 12% wanita. Kira-kira 80% dari wanita dengan pemecahan membran prematur melalui persalinan secara spontan dalam 24 jam
Bloody Show
Sumbatan mucus, yang di buat oleh sekresi servikal dan proliferasi kelenjar mukosa servikal pada awal kehamilan,berperan sebagai bariier protektif dan menutup kenal servikal selama kehamilan. Bloody show adalah pengeluaran dari mucus plug ini.
Bloody show sering dilihat sebagai pecahnya mucus cicin darah yang alot yang harus di beda-bedakan dengan hati-hati dari pendarahan yang sebenarnya. Wanita sering kali menunjuk pemecahan ini sebagai melihat “tanda”. Sering kali seluruh mucus plug keluar bersamaan;j ika mucus plug keluar selama persalinan dan dapat di lihat mendesak vagina wanita, personel obstertik yang tidak berpengalaman dapat berpikir bahwa umbilical cordata telah prolapse
Bloody show merupakan tanda dari persalinan yang udah dekat, yang biasanya terjadi dalam jangka waktu 24 - 48 jam terakhir, karena pemecahan mucus darah selama waktu tersebut mungkin hanya efek trauma minor atau pecahnya mucus plak selama pemeriksaan.
Energy Spurt
Banyak wanita mengalami energy spurt kira-kira 24 - 48 jam sebelum onset persalinan. Setelah berhari-hari atau berminggu-minggu merasakan kelelahan fisik dan kelelahan karena hamil, mereka bangun suatu hari dan merasakan diri mereka penuh dengan energi dan tenaga.
Wanita ini merasakan energetic selama jangka waktu beberapa jam, dan selama ini mereka melakukan hal-hal seperti: membersihkan rumah, mencuci,menyetrika gorden, menyikat lantai, mamasak makanan dan melakukan tugas-tugas rumah tangga lainnya yang sebelumnya mereka tidak mempunyai energi untuk melakukannya atau sekarang merasakan perlunya untuk dilakukan sebelum bayi lahir. Konsekuensinya,mereka memasuki persalinan kelelahan dan sering kali persalinannya lama dan sulit.
Tidak ada penjelasan terjadinya energi apurt selain cara alamiah dalam memberikan energi yang di perlukan wanita tersebut untuk persalinan. Wanta hamil harus di informasikan tentang kemungkinan terjadi energi spurt ini dan di beri nasehat agar tidak dengan sengaja membuang energi tetapi di simpan untuk di gunakan selama persalinan.
GI Upsets
Ketidakadaan Faktor-faktor kausatif yang memicu terjadinya diare,indigesti, mual dan muntah, maka kemungkinan hal tersebut merupakan indikasi datangnya perslinan meskipun tidak ada penjalasan yang diketahui . Beberapa wanita mengalami satu atau lebih tanda-tanda tersubut.
Rencana Asuhan
Rencana Manajemen Persalinan Normal Tahap Pertama
Menajemen persalinan normal tahap pertama mencakup diagnosis persalinan, menajemen persalinan palsu, manajemen persalinan dini,dan evaluasi awal terhadap ibu dan janin. Kemudian manajemen perawatan kebidanan selama persalinan tahap pertama mencakup tanggung jawab beberapa hal berikut. Yang semuanya dapat berlangsung secara bersamaan:
1. Evaluasi berlanjut tentang kesejahteraan maternal
2. Evaluasi berlanjut tentang kesejahteraan janin
3. Evaluasi berlanjut tentang perkembangan persalinan
4. Perawatan tubuh ibu
5. Perawatan pendukung bagi ibu dan keluarga terdekatnya
6. Skrining berlanjut bagi komplikasi pada ibu atau janin
7. Sebelas (11) keputusan dasar manajemen
Sebelas keputusan manajemen merupakan keputusan yang secara rutin dibuat tentang semua wanita selama persalinan atau secara individu tentang wanita itu sendiri. Beberapa keputusan ini relevan bagi lingkungan rumah sakit dan tidak tepat bagi wanita yang melahirkan di rumah atau rumah peristirahatan diluar-pusat-kebidanan rumah sakit.
1. Apakah wanita harus mendapatkan cairan intravena
2. Apakah wanita memiliki batas posisi atau ambulasi
3. Apakah wanita dapat makan dan minum melalui mulut
4. Apakah wanita harus mendapatkan obat-obatan
5. Frekuensi pengukuran tanda-tanda vital wanita (tekanan darah,nadi,dan suhu)
6. Dengan apa denyut jantung janin harus diperiksa ,Frekuensinya dan bagaimana melakukannya
7. Frekuensi pemeriksaan vagina yang harus dilakukan
8. Identifikasi orang terdekat dan peran mereka
9. Apakah ketuban telah dapat di pecahkan,jika ya,kapan waktunya
10. penentuan kapan dipelukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter
11. Kapan persiapan kelahiran dilakukan
Rencana Manajeman Tahap Kedua
1. Evaluasi berlanjut kesejahteraan meternal
2. Evaluasi berlanjut kesejahteraan lain
3. Evaluasi berlanjut kesejahteraan persalinan
4. Perawatan tubuh ibu
5. Perawatan pendukung bagi ibu dan keluarga terdekat
6. Skrining berlanjut tanda dan gejala terjadinya komplikasi pada maternal dan janin
Selain itu,manajemen persalinan tahap kedua mencakup tanggung jawab yang berkut:
1. Persiapan kelahiran
2. Manajemen kelahiran
Keputusan manajemen persalinan tahap ke-dua mencakup yang berikut:
1. Frekuensi pengukuran tanda-tanda vital wanita (tekanan darah,nadi dan suhu)
2. Frekuensi pemeriksaan denyut jantung dan janin
3. Kapan menganjurkan wanita untuk mengejan
4. Lokasi kelahiran
5. Kapan persiapan kelahiran di lakukan
6. Posisi wanita untuk persalinan
7. Kapan harus melakukan kateterisasi pada wanita segera sebelum kelahiran
8. Apakah prenium dapat di sangka, jika ya,bagai mana caranya
9. Apakah harus di lakukan episiotomi
10. Jika di putuskan membuat episiotomi,episiotomi jenis apa
11. Jenis analgesia/anestesia
12. Apakah kelahiran kepala bayi dengan atau diantara wantu kontraksi
13. Apakah harus dilakukan manuver Ritgen
14. Metode pengisapan/resusitasi bayi
15. Kapan tali pusat harus diklim dan dipotong
16. Apakah konsultasi dan kolaborasi dengan dokter di perlukan
Eveluasi Tahap Kedua Kesejahteraan Maternal
Evaluasi berlanjut dari kesejahteraan maternal selama persalinan terhadap kedua mencakup pokok-pokok yang di gunakan untuk mengevaluasi persalinan tahap pertama.
1. Tanda-tanda vital:tekanan darah,suhu,nadi,dan pernapasan
2. Kandung kemih
3. Urine: protein dan keton
4. Hidrasi: cairan,mual atau muntah, dan perspirasi
5. Kondisi umum: kelemahan dan keletihan fisik,tingkah laku dan respon terhadap persalinan, serta nyeri dan koping
6. Usaha mengejan maternal
7. Kebutuhan akan analgesia dan anestesia
8. Integritas perineum
Manajemen Kelahiran
Manajemen kelahiran mencakup pemakaian manuver tangan yang tepat untuk membantu kelahiran bayi dan memberikan perawatan segera pada bayi baru lahir. Dalam menangani kelahiran, bidan harus mengambil keputusa sebagai berikut:
1. Apakah kepala bayi di lahirkan sewaktu kantraksi atau diantara waktu kantrksi
2. Apakah manuver Ritgen akan di gunakan
3. Metode pengisapan/resusitasi bayi
4. Kapan harus dilakukan klem dan pemotongan tali pusat
Indikasi Infus Intravena
1. Gravida 5 atau lebih
2. Overdistensi uterus karena berbagai penyebab, mencakup gestasi multipel, polihidramnion, dan ukuran bayi yang sangat besar (diperkirakan 4,5 kg atau lebih)
3. Induksi dan augmentasi dengan pisiton
4. Riwayat perdarahan pascapartum terdahulu
5. Riwayat atau adanya berbagai kondisi lain yang memicu perdarahan pascapartal segera pada wanita
6. Dehidrasi maternal atau keletihan
7. Pemakaian anestesi regional
8. berbagai kondisi medis atau obstetrik yang mengancap kehidupan,sepeti obrupsio plasent,plasenta previa, ruptur utarus,preeklamsi, atau eklamsi
Tindakan Pendukung dan Penenang Selama Persalinan
Perawatan pendukung selama persalinan adalah penting dalam kebidanan. Perawatan pendukung dapat secara ajaib mengubah seluruh skensrio persalinan. Tindakan ini mempunyai efek positif baik secara emosional maupun fosiologis terhadap ibu dan janin memerlukan sedikit medikasi dan intervensi bahkan persalinan dapat berlangsung dengan singkat.
Lama Kebutuhan wanita Bersalin (Lesser & Keane)
• Perawatan tubuh dan fisik
• Pengakuan keberadaanya sebagai manusia
• Pengurangan rasa nyeri
• Penerimaan terhadap perilaku dan tingkah lakunya
• Imformasi dan jaminan hasil yang aman
Pedoman tentang Bagaimana Memberi Dukungan
• Setiap waita berespon secara berbeda-beda dan mempunyai kebutuhan yng berbeda pula-tanyakan padanya apabila ada tindakan yang dapat membantu atau di harapkan
• Tentukan tujuan anda, apa yang anda coba untuk selesaikan dengan tindakan pendukung dan penenang
• Bicara pada wanita bersalin dengan nada dan cara yang dapat didengar dan dimengerti olehnya selama persalinan yang penuh stres
• Terlibat dan/atau fasilitas keterlibatan anggota keluarga yang lai-kehadiran yang tepat penting utuk member dukungan yang nyata
• Realastis dalam pengharapan dari apa yang dapat di selesaikan dengan tindakan pendukung dan penenang yang anda berikan;setiap wanita beralin datang sengan harapan,ketakutan,ambang nyeri,persiapan,kepribadian,dan prilaku masing-masing
Tindakan Pendukung dan Penenang
posisi
• Gunakan bantal,selimut gulung,atau handuk untuk memaksimalkan relaksasi
• Kurangi tekanan pada tempat-tempat tertentu
Latihan relaksasi
• Relaksasi progresif
• Relaksasi terkontrol
• Napas dalam dan buang napas
Latihan Bernapas
• Idealnya di mulai sebelum persalinan dimulai, tetapi dengan pola yang sederhana dapat juga diajarkan selama persalinan
• Dukungan dan fasilitas metode apapun yang dipelajari, dipraktekan,atau diyakini
• Wanita mungkin memerlukan dorongan semangat dan klarifikasi tindakan
• Bidan perlu untuk mengajarkan hal ini secara terus menerus pada wanita yang bersalin
Pencegahan Keletihan dan Pemberian Istirahat
• Gunakan teknik bernapas yang sesuai uuntuk setiap tahap persalinan
• Atur prosedur yang di perluan sehingga gangguan terhadap wanita sedikit
• Kontrol liingkungan untuk meningkatkan istirahat,mis,cahaya musik,suara ekternal,suhu,dan orang-orang yang di dalam ruang
• Kontrol orang-orang dalam ruang;pertimbangkan akibat dari pembicaraan,percakapan disekitar klien,akibat yang di timbulkan keluarga,dan staf di rumah sakit
• Tindakan harus di utamakan untuk wania dan segala upaya untuk memfasilitaskan koping dan peran dalam persalinan
Jaminan privasi dan pencegahan pejanan
• Terutama di rumah sakit
• Terutama kepribadian terhadap staf dan siswa
• Hargai kebutuhan wanita atau minimnya kebutuhan akan pakaian dan tirai selama persalinan dan keluar
Penjelasan Tentang Proses dan Perkembangan Persalinan
• Penjelasan yang mengirangi ketakutan akibat ketidak tahuan
• Pengurangan rasa takut akan menurunkan nyeri akibat ketegangan dari rasa takut tersebut
Penjelasan Tentang Prosedur dan Adanya Pembatasan
• Memungkinkan wanita merasaaman dan dapat mengatasinya secara efektif
Menjaga Agar Tetap Bersih dan Kering
• Memberikan rasa nyaman dan relaksasi
• Menurunkan resiko infeksi
• Mandi di bak atau pancuran dapat menjadi sangat menyegarkan dan santai
Mandi di Bak/Jacuzzi
• Diperlukan agar cukup untuk merendam abdomen
• Merupakan tindakan yang paling nyaman dan rileks untuk persalinan
Perawatan Mulut
• Pastikan wanita untuk menggosok gigi
• Berkumur
• Apusan Glisering
• Pelembab bibir
• Cairan oral
Manfaat Lap Badan
• Membersihkan
• Kompres dingin untuk wajah dan bagian tubuh yang lain
• Kompres hangat untuk punggung
• Pelembab bibir atau mulut
• Mengeringkan
Pengeringan
• Keringkan dengan kain lab badan
• Keringkan dengan paket sarung tangan
• Keringkan dengan baju klien
Back Rub
• Tindakan masase yang umum pada punggumg
• Back rub OB-tekanan kuat pada punggung bawah untuk mengurangi nyeri berhubungan dengan presentasi posterior
Kompres Panas Atau Dingin pada Pungung Bawah
• Memberikan relaksasi dan mengurangi nyeri
Rub Obdominal
• Biasanya dilakukan oleh asisten persalinan
• Tekanan ringan pada abdomen
• Tindakan yang menimbulkan rasa nyaman
Effleurage (“sentuhan kulit”)
• Dilakukan oleh wania yang bersalin
• Pengaruh pisikologi-distraksi perhatian
• Pengaru pisikologis-mendorong relaksasi, meningkatkan sirkulasi
Pemanasan Hingga Abdomen Bawah
• Menurunkan nyeri
• Meningkatkan sirkulasi
Pengosongan Kandung Kemih
• Menurunkan nyeri abdomen
• Kandung kemih penuh memperlambat persalinan, meningkatkan statis urein,meningkatkan resiko infeksi kandung kemih,menyebabkan nyeri
Pengobatan
• Pengobatan yang tepat merupakan tindakan pendukung dan pemberi rasa nyaman
Kompres dingin
• Kompres dingin pada daaerah aksila dan pangkal paha mengurangi rasa nyeri dan meberikan ketenangan
Tindakan yang Mendukung Selama Pemeriksaan Vagina
• Pengosongan kandung kemih
• Penjelasan mengenai alasan di lakukannya pemeriksaan
• Meletakan wanita pada posisi yang nyaman
• Membantu rileksasi dan teknik bernapas selama pemeriksaan
• Melakukan pendekatan fisik dan verbal secara perlahan
• Segera beritahukan apabila tindakan akan menimbulkan rasa sakit
• Menjelaskan temuan-temuan pemeriksaan
Mengurangi kram kaki
• Luruskan kaki dan letakan tungkai pada posisi dorsifleksi
• Kombinasikan posisi dorsifleksi dengan relaksasi (jangan menempatkan ibu jari pada tumpuan)
• Jangan memijak kaki yang kram (untuk menghindari kemungkinan terprangka[nya trombus)
Penggunaan Sentuhan Fisik
• Ditangani secara berbeda oleh masing-masing wanita observasi reaksi dan respons
• Dapat menjadi suatu alat komunikasi atas perawatan dan perhatian
• Suatu alat yang baik bersifat sebagai penenang, penyejuk,sarana untuk menghilangkan kesepian
Orang Tedekat
• Kemungkinan mencakup rekan kerja,pasangan orang tua,anak-anak,keluarga terdekat atau teman
• Dapat sebagai tindakan terapeutikterbaik bagi banyak wanita
• Asuhan harue di lakukan untuk membantu wanita memilih individu yang secara nyata akan dapat menolongnya
• Hindari keluarga atau teman yang kehadiranya mungkin dapat menyebabkan ketegangan pada wanita
• Bidan harus memfasilitasi hubungan dengan individu terdekat
Walaupun proses persalinan berbeda pada setiap wanita tapi tanda-tanda dari persalinan adalah sama. Dengan mengetahui tanda-tanda persalinan anda akan mengerti kapan saat yang tepat untuk pergi kerumah sakit dan apa saja yang dapat dilakukan bila tanda-tanda persalinan ini ada pada anda.
Tanda-tandapersalinan:
Lendir Bercampur Darah
Pengeluaran lendir bercampur darah. Terjadi karena sumbatan yang tebal pada mulut rahim terlepas sehingga menyebabkan keluarnya lendir yang berwarna kemerahan karena bercampur darah.Apa yang harus dilakukan: Pengeluaran darah dan lendir dapat terjadi beberapa hari sebelum persalinan, jadi tunggulah sampai anda mendapat kontraksi yang teratur atau air ketuban pecah, sebelum anda pergi kerumah sakit.
Anda harus menghubungi dokter anda bila terjadi pendarahan hebat.
Air Ketuban Pecah
Kantung ketuban yang mengelilingi bayi pecah sehingga air ketuban keluar ( Normal air ketuban adalah cairan yang bersih, jernih dan tidak berbau). Apa yang harus dilakukan:
Hubungi dokter anda dan segera ke rumah sakit, walaupun anda belum merasakan kontraksi, karena ini menjadi resiko infeksi. Sementara diperjalanan gunakan pembalut wanita untuk dapat menyerap cairan ketuban anda.
Kontraksi Yang Teratur
Tidak seperti kontraksi Braxton hick, kontraksi timbul secara teratur, mula-mula kontraksi hanya sebentar kemudian bertambah lama dan bertambah kuat, dan kontraksi terjadi simetris di kedua sisi perut mulai dari bagian atas dekat saluran telur ke seluruh rahim, dan nyeri tidak hilang/kurang dengan istirahat atau elusan. Apa yang harus dilakukan:
Ketika kontraksi nampak teratur, mulailah untuk menghitung waktunya.
Catatlah lamanya waktu antara satu kontraksi dengan kontraksi berikut, dan lamanya kontraksi berlangsung. Persalinan hanya terjadi bila kontraksi menjadi semakin dekat 40 detik antara kontraksi lainnya. Persalinan pertama kali akan berlangsung 12-14 jam sehingga lebih baik anda menunggu dirumah sambil beristirahat mengumpulkan energi untuk persalinan. Jadi jika kontraksi anda sudah setiap 5 menit sekali atau sangat sakit anda dapat pergi ke rumah sakit. Jangan lupa membawa tas yang sudah anda siapkan
Asuhan Segera Bayi Baru Lahir
1. Letakan BBL diatas perut ibu atau tempat lain yang hangat
2. Segera keringkan bayi dengan kain atau handuk bersih dan hangat
3. Selimuti bayi dengan kain atau handuk bersih dan hangat
4. Selimuti bayi terutama bagian kepala dengan kain yang kering
5. Ganti handuk yang sudah basah dan selimuti kembali dengan kain
6. Jangan menimbang bayi dalam keadaan tidak berpakaian
7. Jangan memandikan bayi hinggga 6 jam setelah persalinan
8. Pertahankan bayi pada lingkungan yang hangat
ASUHAN BBL
A. Pencegahan Infeksi
Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh paparan atau kontaminasi mikroorganisme selama proses persalinan berlangsung maupun beberapa saat setelah lahir. Sebelum menangani bayi baru lahir, pastikan penolong persalinan telah melakukan upaya pencegahan infeksi berikut :
• Cuci tangan sebelum dan setelah bersentuhan dengan bayi
• Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan
• Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama klem, gunting, pengisap lendir, De Lee dan benang tali pusat telah di DTT atau Steril
• Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan untuk bayi, sudah dalam keadaan bersih. Demikian pula halnya timbangan, pita pengukur, termometer, stetescop dan benda-benda lain yang akan bersentyhan dengan bayi juga bersih.
B. Penilaian
Segera setelah letakkan bayi diatas kain bersih dan kering yang disiapkan pada perut bawah ibu. Bila hal tersebut tidak memungkinkan maka letakkan bayi dekat ibu (diantara kedua kaki atau disebelah ibu) tetapi pastikan bahwa area tersebut bersih dan kering.
Segera lakukan penilaian :
1. Apakah bayi menagis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan?
2. Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas ?
Jika bayi tidak segera menangis, sulit bernafas, menagis lemah atau merintih dan anggota gerak terlihat lemas maka segera lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir.
C. Pencegahan Kehilangan Panas
Mekanisme pengaturan temperatur tubuh pada bayi baru lahir, belum berfungsi sempurna. Oleh karena itu, jika segera tidak dilakukan upaya pencegahan kehilangan panas tubuh maka bayi baru lahir dapat mengalami hipotermi. Bayi dengan hipotermi, sangat berisiko tinggi untuk mengalami kesakitan berat atau bahkan kematian. Hipotermi mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan diselimuti walaupun berada di dalam ruangan relatif hangat. Bayi prematur atau berat badan lahir rendah juga sangat rentan untuk mengalami hipotermi.
Mekanisme kehilangan panas :
Bayi baru lahir dapat kehilangan panas tubuhnya melalui cara-cara berikut :
1. Evaporasi
Adalah jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas dapat terjadi karena penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan. Kehilangan panas juga terjadi pada bayi yang terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan dan diselimuti.
2. Konduksi
Adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur dan timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi apabila diletakkan diatas benda-benda tersebut.
3. Konveksi
Adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi pada saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan di dalam ruangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan didalam ruangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi bila terjadi konveksi aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi atau pendingin ruangan.
4. Radiasi
Adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan didekat benda-benda yang mempunyai suhu yang lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Bayi bisa kehilangan panas dengan cara ini karena benda-benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung)
D. Mata Rantai Kehangatan
Mata rantai kehangatan adalah serangkaian prosedur yang saling berkaitan pada saat kelahiran yang berfungsi untuk mengurangi angka kehilangan panas pada bayi baru lahir.
Sepuluh langkah dalam mata rantai kehangatan meliputi :
1. Ruangan persalinan yang hangat
Persiapan tempat melahirkan serta penyediaan bahan-bahan yang diperlukan pada saat persalinan adalah ruangan yang bersih dan hangat serta bebas dari aliran udara jendela dan pintu terbuka ataupun dari kipas angin. Jika suhu ruangan masih kurang optimal maka harus sediakan sebuah alat pemanas.
2. Segera keringkan
Segera setelah lahir, bayi harus dikeringkan dengan handuk kering, termasuk kepala. Pada saat mengeringkan bayi harus diletakkan diatas permukaan yang hangat misalnya dada atau perut ibu atau diatas kain hangat dan bersih .
3. Kontak kulit ke kulit
Sentuhan antara kulit dengan kulit merupakan suatu cara efektif untuk mencegah kehilangan panas pada bayi baru lahir, pada ruangan dan cuaca yang dingin, metode skin to skin cukup efektif untuk mencegah hipotermi
4. Penyusuan
Penyusuan harus dimulai sesegera mugkin setelah bayi baru lahir. ASI sangat penting untuk memberikan kalori pada bayi agar dapat menghasilkan panas tubuh, kolostrum mengandung gizi antibodyyang tidak terdapat pada susu formula.
5. Pemandian dan penimbangan ditunda
Memandikan bayi segera setelah lahir dapat menurunkan suhu tubuh bayi sehingga lebih memungkinkan untuk terjadinya hipotermi.
6. Kain pembungkus atau tempat tidur yang cocok
Kain pembungkus yang hangat dan nyaman dapat menjaga suhu tubuh bayi agar tetapstabil
7. Ibu dan anak bersatu
Bonding attachment mampu menimbulkan ikatan psikologi yang kuat sejak dini, serta mampu menstabilkan suhu tubuh bayi yang sedang beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.
8. Alat transport yang hangat
Ketika memindahkan bayi dari ruangan, misalnya dari ruangan bersalin menuju bangsal nifas perlu alat transport yang hangat karena untuk selalu menjaga suhu tubuh bayi tetap hangat selama dalam perjalanan.
9. Bantuan pernafasan yang hangat
BBL akan mulai bernafas spontan dalam beberapa menit pertamanya dari kelahiran, tetapi ada kalanya bayi tidak segera bernafas spontan, dan harus segera diberikan bantuan pernafasan.
10. Pelatihan dan peningkatan kesadaran
Pada lembaga-lembaga kesehatan harus ada petugas yang sudah terlatih, baik dalam pemantauan kondisi bayi serta peralatan. Lembaga-lembaga kehatan dapat memastikan perlindungan termal bagi BBL dengan mengikuti kesepuluh langkah diatas.
E. Mencegah kehilangan panas
Cegah kehilangan panas melalui upaya sebagai berikut :
1. Keringkan bayi dengan seksama
2. Selimuti bayi dengan kain bersih dan hangat
3. Selimuti bagian kepala bayi
4. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
5. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
6. Tempatkan bayi i lingkungan yang hangat
F. Mengikat tali pusat
1. Celupkan tangan (masih menggunakan sarung tangan ) ke dalam larutan klorin 0,5% untuk membersihkan darah dan sekresi lainnya
2. Bilas tangan dengan air DTT
3. Keringkan tangan tersebut menggunakan handuk atau kain bersih dan kering
4. Ikat puntung tali pusat dengan jarak sekitar 1 cm dinding perut bayi (pusat). Gunakan benang atau klem plastik penjepit tali pusat DTT atau steril. Kunci ikatan tali pusat dengan simpul mati atau kuncikan penjepit plastik tali pusat.
5. Jika pengikatan dilakukan dengan benang tali pusat, lingkarkan benang disekeliling puntung tali pusat dan ikat untuk kedua kalinya dengan simpul mati di bagian yang berlawanan
6. Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan letakkan di dalam larutan klorin 0,5 %
7. Selimuti kembali tubuh dan kepala bayi dengan kain bersih dan kering
G. Memotong tali pusat
Dengan menggunakan klem DTT, lakukan penjepitan tali pusat dengan klem ada sekitar 3 cm dari dinding perut (pangkal) bayi. Dari titik jepitan, tekan tali pusat dengan dua jari kemudian dorong isi tali pusat kearah ibu (agar darah tidak terpancar pada saat dilakkan pemotongan tali pusat). Lakukan penjepitan kedua dengan jarak 2 cm dari tempat jepitan pertama pada sisi atau mengarah ke ibu. Pegang tali pusat diantara kedua klem tersebut, satu tangan menjadi landasan tali pusat sambil melindungi bayi tangan yang lain memotong tali pusat di antara kedua klem tersebut dengan menggunakan gunting DTT atau steril. Setelah memotong tali pusat, ganti handuk basah dan selimuti bayi dengan selimut atau kain yang bersih dan kering. Pastikan bahwa kepala bayi terselimuti dengan baik
H. Pengaturan suhu tubuh dan penaganannya
pengertian
Perlindungan panas bayi baru lahir adalah serangkaian tindakan yang diambil pada saat kelahiran dan beberapa hari pertama dari masa hidup bayi untuk menjamin agar BBL tidak kedinginan atau kepanasan dan dapat mempertahankan suhu tubuhnya yang normal 36,5-37,5°C (WHO, 1997)
Sistem Termogenik
Termogenesis berarti produksi panas (termo = panas, genesis = asal-usul). Perawatan neonatus yang efektif didasarkan pada upaya mempertahankan suhu optimum udara di ruanagan. Suhu tubuh dipertahankan supaya tetap berada pada batas normal dengan memproduksi panas sebagai respons terhadap pengeluaran panas. Hipotermia akibat pengeluaran panas secara berlebihan adalah masalah yang membahayakan hidup bayi baru lahir. Kemampuan bayi baru lahir untuk memproduksi panas seringkali mendekati kapasitas orang dewasa. Akan tetapi, kecenderungan pelepasan panas yang cepat pada lingkungan yang dingin lebih besar dan sering menjadi suatu keadaan yang membahayakan bayi baru lahir.
Produksi panas
Mekanisme produksi panas dengan cara menggigil jarang terjadi pada bayi baru lahir. Termogenesis tanpa menggigil dapat dicapai, terutama akibat adanya Lemak Coklat yang unik pada pada bayi baru lahir dan kemudian dibentuk akibat peningkatan aktivitas metabolisme di otak, di jantung, dan dihati. Lemak coklat terdapat dalam cadangan permukaan, yaitu di daerah interskapula dan aksila, serta di bagianyang lebih dalam, yaitu dipintu masuk toraks, disepanjang kolumna vertebralis dan disekitar ginjal. Lemak coklat memiliki vascularisasi dan persarafan yang lebih kaya daripada lemak biasa. Panas yang dihasilkan aktivitas metabolisme lipid di dalam lemak coklat dapat menghangatkan bayi baru lahir dengan meningkatkan produksi panas sebesar 100%. Cadangan lemak coklat ini biasanya bertahan selama beberapa minggu setelah lahir dan menurun dengan cepat jika terjadi stress dingin (cold stress). Bayi yang tidak matur memiliki cadangan lemak coklat yang lebih sedikit saat lahir.
Pengaturan Suhu
Perbedaan anatomi dan fisiologi antar bayi baru lahir dan orang dewasa ialah :
1. Insulasi suhu pada bayi baru lahir kurang, jika dibandingkan insulasi pada orang dewasa. Pembuluh darah lebih dekat dengan permukaan kulit. Perubahan temperatur lingkungan akan mengubah temperatur darah, sehingga mempengaruhi pusat pengaturan suhu di hipotalamus.
2. Rasio permukaan tubuh bayi baru lahir lebih besar terhadap badan. Posisi pleksi bayi baru lahir diduga berfungsi sebagai sistem pengaman untuk mencegah pelepasan panas karena sikap ini megurangi pemajangan permukaan tubuh pada suhu lingkungan.
3. Konrol Vasomotor bayi baru lahir belum berkembang dengan baik, kemampuan untuk mengonsriksi pembuluh darah subkutan dan kulit sama baik pada bayi prematur dan pada orang dewasa.
4. Bayi baru lahir memproduksi panas terutama melalui upaya termogenesis tanpa menggigil.
5. Kelenjar keringat bayi baru lahir hampir tidak berfungsi sampai minggu keempat setelah bayi lahir.
Bayi normal mungkin mencoba untuk meningkatkan suhu tubuh dengan menagis atau meningkatkan aktivitas motorik dalam berespon terhadap ketidaknyamanan karena suhu lingkungan lebih rendah.
Menangis meningkatkan beban kerja dan penyerapan energi (kalori) mungkin berlebihan, terutama pada bayi yang mengalami gangguan.
Stress Dingin
Stress dingin (cold stress) menimbulkan masalh fisiologis dan metabolisme pada semua bayi baru lahir, tanpa memandang usia kehamilan dan kondisi lain. Kecepatan pernafasan meningkat sebagai respons terhadap kebutuhan oksigen ketika konsumsi oksigen meningkat secara bermakna pada stress dingin. Konsumsi oksigen dan energi pada bayi baru lahir yang mengalami stress dingin dialihkan dari fungsi untuk mempertahankan pertumbuhan, fungsi sel otak, dan fungsi jantung normal menjadi fungsi termogenesis agar bayi dapat tetap hidup
Blog Archive
-
2016
(1)
- 09/18 - 09/25 (1)
-
2015
(10)
- 10/11 - 10/18 (1)
- 09/13 - 09/20 (1)
- 09/06 - 09/13 (1)
- 07/05 - 07/12 (1)
- 05/17 - 05/24 (6)
-
2014
(1)
- 04/13 - 04/20 (1)
-
2012
(770)
- 02/19 - 02/26 (5)
- 02/12 - 02/19 (10)
- 02/05 - 02/12 (4)
- 01/29 - 02/05 (27)
- 01/22 - 01/29 (88)
- 01/15 - 01/22 (101)
- 01/08 - 01/15 (169)
- 01/01 - 01/08 (366)
-
2011
(4478)
- 12/25 - 01/01 (336)
- 12/18 - 12/25 (62)
- 12/11 - 12/18 (70)
- 12/04 - 12/11 (77)
- 11/27 - 12/04 (40)
- 11/20 - 11/27 (67)
- 11/13 - 11/20 (198)
- 11/06 - 11/13 (187)
- 10/30 - 11/06 (340)
- 10/23 - 10/30 (32)
- 10/16 - 10/23 (109)
- 10/09 - 10/16 (80)
- 08/14 - 08/21 (75)
- 08/07 - 08/14 (81)
- 07/31 - 08/07 (82)
- 07/24 - 07/31 (66)
- 07/17 - 07/24 (91)
- 07/10 - 07/17 (47)
- 07/03 - 07/10 (44)
- 06/26 - 07/03 (53)
- 06/19 - 06/26 (59)
- 06/12 - 06/19 (47)
- 06/05 - 06/12 (65)
- 05/29 - 06/05 (63)
- 05/22 - 05/29 (77)
- 05/15 - 05/22 (115)
- 05/08 - 05/15 (65)
- 05/01 - 05/08 (104)
- 04/24 - 05/01 (45)
- 04/17 - 04/24 (70)
- 04/10 - 04/17 (134)
- 04/03 - 04/10 (72)
- 03/27 - 04/03 (18)
- 03/20 - 03/27 (47)
- 03/13 - 03/20 (68)
- 03/06 - 03/13 (40)
- 02/27 - 03/06 (56)
- 02/20 - 02/27 (77)
- 02/13 - 02/20 (76)
- 02/06 - 02/13 (198)
- 01/30 - 02/06 (194)
- 01/23 - 01/30 (132)
- 01/16 - 01/23 (196)
- 01/09 - 01/16 (202)
- 01/02 - 01/09 (121)
-
2010
(2535)
- 12/26 - 01/02 (156)
- 12/19 - 12/26 (65)
- 12/12 - 12/19 (73)
- 12/05 - 12/12 (84)
- 11/28 - 12/05 (80)
- 11/21 - 11/28 (68)
- 11/14 - 11/21 (63)
- 11/07 - 11/14 (50)
- 10/31 - 11/07 (50)
- 10/24 - 10/31 (36)
- 10/17 - 10/24 (58)
- 10/10 - 10/17 (35)
- 10/03 - 10/10 (31)
- 09/26 - 10/03 (21)
- 09/19 - 09/26 (26)
- 09/12 - 09/19 (55)
- 09/05 - 09/12 (65)
- 08/29 - 09/05 (33)
- 08/22 - 08/29 (70)
- 08/15 - 08/22 (45)
- 08/08 - 08/15 (35)
- 08/01 - 08/08 (37)
- 07/25 - 08/01 (27)
- 07/18 - 07/25 (19)
- 07/11 - 07/18 (30)
- 07/04 - 07/11 (56)
- 06/27 - 07/04 (28)
- 06/20 - 06/27 (22)
- 06/13 - 06/20 (30)
- 06/06 - 06/13 (21)
- 05/30 - 06/06 (5)
- 05/16 - 05/23 (6)
- 05/09 - 05/16 (29)
- 05/02 - 05/09 (59)
- 04/25 - 05/02 (28)
- 04/18 - 04/25 (38)
- 04/11 - 04/18 (70)
-
04/04 - 04/11
(59)
- Tips Simple Merencanakan Diet Sehat dan Selalu Ber...
- Gambaran Pengetahuan ibu multipara tentang kontras...
- Gambaran pengetahuan ibu menyusui anak pertama ten...
- Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang nutrisi ibu...
- Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang gizi seimba...
- Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang pemberian A...
- Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang melahirkan ...
- Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang kunjungan n...
- KONSEP PERSALINAN
- ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM RISIKO TINGGI
- Gambaran pengetahuan bidan tentang manajemen aktif...
- Gambaran penatalaksanaan pre-operasi seksio sesare...
- Gambaran penatalaksanaan perdarahan post partum di...
- Gambaran penatalaksanaan perawatan bayi prematur o...
- Gambaran penatalaksanaan pemberian ASI pada ibu se...
- Gambaran penatalaksanaan kala IV persalinan normal...
- Gambaran penatalaksanaan manajemen aktif kala III ...
- Gambaran pelaksanaan teknik menyusui pada ibu meny...
- Gambaran penatalaksanaan anemia pada ibu hamil di ...
- Gambaran penatalaksanaan 6 jam pertama bayi baru l...
- Gambaran kemampuan motorik kasar pada anak di bawa...
- Gambaran pasangan usia subur yang tidak mengikuti ...
- Gambaran mobilisasi dini pada ibu post partum deng...
- Gambaran karakteristik ibu hamil dengan pre eklamp...
- Decomp cordis
- ASKEP infeksi saluran kemih
- Teknik Amputasi
- ASKEP ANAK DENGAN HIRSPRUNG
- ASKEP HIPERBILIRUBIN
- ASKEP HIPERTENSI
- ASKEP KANKER KANDUNG KEMIH
- DEMAM THYPOID
- Gambaran kadar hemoglobin ibu hamil di puskesmas
- Gambaran karakteristik ibu bersalin dengan di ruma...
- Gambaran karakteristik ibu bersalin dengan ekstrak...
- Gambaran kadar hemoglobin (Hb) pada akseptor intra...
- Gambaran ibu hamil dengan kekurangan energi kronis...
- ASKEP KOMUNITAS
- Askep Cedera Kepala
- Cara Memerahkan Bibir
- Gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi terjadiny...
- Gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi terjadiny...
- Gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian ...
- Gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi ibu tidak...
- Faktor-faktor yang mempengaruhi tidak teraturnya s...
- ASKEP ANLL/ AML
- askep hiv - aids
- MOSES, Solusi Malaria Daerah Terpencil
- Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya pre men...
- Faktor-faktor yang menyebabkan kurangnya akseptor ...
- Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya mastitis...
- Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya keikutse...
- Gambaran aktivitas seksual wanita menopause di desa
- Internet Dapat Mencegah Pikun.
- Gambaran efek samping KB suntik depo progestin di ...
- Gambaran faktor penyebab rendahnya peran serta ibu...
- Gambaran faktor penyebab akseptor tidak melanjutka...
- Gambaran faktor-faktor penyebab terjadinya ketuban...
- Gambaran faktor-faktor penyebab wanita PUS tidak m...
- 03/28 - 04/04 (65)
- 03/21 - 03/28 (89)
- 03/14 - 03/21 (218)
- 03/07 - 03/14 (95)
- 02/28 - 03/07 (135)
- 02/21 - 02/28 (102)
- 01/03 - 01/10 (68)
-
2009
(1652)
- 12/27 - 01/03 (36)
- 12/20 - 12/27 (22)
- 12/13 - 12/20 (100)
- 12/06 - 12/13 (45)
- 11/29 - 12/06 (24)
- 11/22 - 11/29 (22)
- 11/15 - 11/22 (19)
- 11/08 - 11/15 (28)
- 11/01 - 11/08 (11)
- 10/25 - 11/01 (17)
- 10/18 - 10/25 (38)
- 10/11 - 10/18 (33)
- 10/04 - 10/11 (15)
- 09/27 - 10/04 (21)
- 09/20 - 09/27 (7)
- 09/13 - 09/20 (84)
- 09/06 - 09/13 (35)
- 08/30 - 09/06 (48)
- 08/23 - 08/30 (118)
- 08/16 - 08/23 (26)
- 08/09 - 08/16 (34)
- 08/02 - 08/09 (35)
- 07/26 - 08/02 (31)
- 07/19 - 07/26 (14)
- 07/12 - 07/19 (16)
- 07/05 - 07/12 (28)
- 06/28 - 07/05 (26)
- 06/21 - 06/28 (76)
- 06/14 - 06/21 (26)
- 06/07 - 06/14 (21)
- 05/31 - 06/07 (43)
- 05/24 - 05/31 (38)
- 05/17 - 05/24 (26)
- 05/10 - 05/17 (52)
- 05/03 - 05/10 (15)
- 04/26 - 05/03 (38)
- 04/19 - 04/26 (32)
- 04/12 - 04/19 (22)
- 04/05 - 04/12 (20)
- 03/29 - 04/05 (40)
- 03/22 - 03/29 (43)
- 03/15 - 03/22 (18)
- 03/08 - 03/15 (14)
- 03/01 - 03/08 (22)
- 02/22 - 03/01 (12)
- 02/15 - 02/22 (9)
- 02/08 - 02/15 (11)
- 02/01 - 02/08 (19)
- 01/25 - 02/01 (37)
- 01/18 - 01/25 (21)
- 01/11 - 01/18 (33)
- 01/04 - 01/11 (31)
-
2008
(700)
- 12/28 - 01/04 (13)
- 12/21 - 12/28 (9)
- 12/14 - 12/21 (57)
- 12/07 - 12/14 (5)
- 11/30 - 12/07 (18)
- 11/23 - 11/30 (33)
- 11/16 - 11/23 (31)
- 11/09 - 11/16 (23)
- 11/02 - 11/09 (18)
- 10/26 - 11/02 (11)
- 10/19 - 10/26 (15)
- 10/12 - 10/19 (13)
- 10/05 - 10/12 (25)
- 09/28 - 10/05 (2)
- 09/21 - 09/28 (14)
- 09/14 - 09/21 (19)
- 09/07 - 09/14 (43)
- 08/31 - 09/07 (3)
- 08/24 - 08/31 (33)
- 08/17 - 08/24 (65)
- 08/10 - 08/17 (4)
- 08/03 - 08/10 (26)
- 07/27 - 08/03 (6)
- 07/20 - 07/27 (19)
- 07/13 - 07/20 (18)
- 07/06 - 07/13 (60)
- 06/29 - 07/06 (53)
- 06/22 - 06/29 (49)
- 06/15 - 06/22 (11)
- 06/08 - 06/15 (4)
Popular Posts
-
ASUHAN KEPERAWATAN IBU NIFAS DENGAN PERDARAHAN POST PARTUM A. PengertianPost partum / puerperium adalah masa dimana tubuh menyesuaikan, baik...
-
KTI KEBIDANAN HUBUNGAN USIA TERHADAP PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSUD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan wanita merupakan hal yang s...
-
Setelah beberapa minggu ini cari materi buat postingan baru, mendadak dapat inspirasi setelah rekan Anton Wijaya menulis di buku tamu Keper...
-
PATHWAY ASFIKSIA NEONATORUM Klik pada gambar untuk melihat pathway Download Pathway Asfiksia Neonatorum Via Ziddu Download Askep Asfiksia N...
-
DEFINISI Ikterus ialah suatu gejala yang perlu mendapat perhatian sungguh-sungguh pada neonatus. Ikterus ialah suatu diskolorasi kuning pa...
-
Metode Kalender atau Pantang Berkala (Calendar Method Or Periodic Abstinence) Pendahuluan Metode kalender atau pantang berkala merupakan met...
-
Pathway Combustio Klik Pada Gambar Untuk melihat pathway Download Pathway Combustio Via Ziddu Tag: Pathways combustio , pathways luka baka...
-
Pathway Hematemesis Melena Klik pada gambar untuk melihat pathway Download Pathway Hematemesis Melena Via Ziddu
-
PROSES KEPERAWATAN KOMUNITAS Pengertian - Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan, merencana...
-
Metode Suhu Basal Tubuh (Basal Body Temperature Method) Suhu tubuh basal adalah suhu terendah yang dicapai oleh tubuh selama istirahat atau ...
© ASUHAN KEPERAWATAN 2013 . Powered by Bootstrap , Blogger templates and RWD Testing Tool Published..Gooyaabi Templates