Sabtu, 29 Januari 2011
Gambaran tingkat pengetahuan ibu-ibu usia 45 – 55 tahun tentang menopause di desa
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Akhir abad ini di Indonesia akan dijumpai sekitar 8 – 10% perempuan lanjut usia, proses penuaan pada perempuan berlangsung lebih cepat, dari pada proses penuaan yang dialami oleh pria, karena adanya beban proses reproduksi dalam kehidupannya.Salah satu proses penuaan yang dialami perempuan adalah menoupause (DepKes, 1993). Menopause pada perempuan mengakibatkan osteoporosis dan gangguan kadar lemak dapat berlanjut ke kegangguan fungsi jantung dan pembuluh darah. Pada periode ini, para individu akan berusaha mengobati atau meringankan gejala dan keluhan menopause dan juga keinginan tetap awet muda dengan berusaha untuk mendapat obat dan tambahan beberapa vitamin yang dianggap dapat mencegah penuaan dini (Majalah Kesehatan Masyarakat,Th.XXIV,No. 6, 1996).
Gangguan fisik dan psikis biasanya timbul dalam pascamenopause tetapi kadang-kadang juga dalam pramenopause. Gangguan fisik dan psikis rupanya bersangkutan dengan berkurangnya produksi estrogen dan meningkatnya kadar gonadotropin. Sebagian besar perempuan mengalami gejala iritabilitas, kecemasan, depresi, insomnia, rasa panas terutama pada bagian-bagian atas berkeringat secara ringan saja (Sarwono, 1999). Menurut Sheldon H.C (dalam Rosetta Reitz, 1979) mengatakan kira-kira 60% perempuan mengalami arus panas, 25% perempuan kehilangan tulang lebih cepat dari pada proses menua. Di Amerika Serikat dan Eropa diperkirakan 9% s/d 26% perempuan pernah menderita penyakit depresi dalam kehidupan mereka. (Kunjtoro, 2002)
Menopause sering diartikan sebagai titik awal menurunnya fungsi reproduksi seorang perempuan. Kehidupan menjelang dan setelah menopause itulah yang sering disebut sebagai senja dalam kehidupan perempuan. Dalam usia ini seorang perempuan mencapai kematangan hidup, untuk karena itu masa tersebut dapat disebut pula sebagai usia maturitas. (Dep.Kes, 1993).
Pada masa ini pula seorang perempuan sering merasakan keluhan dalam kesehatannya. Keluhan pada masa menopause diakibatkan oleh penuaan pada organ-organ tubuh perempuan tersebut. Sebagai contoh penuaan pada indung telur dapat menurunkan produksi hormon estrogen yang mengatur metabolisme kalsium. Perubahan pengeluaran hormon menyebabkan berbagai perubahan baik fisik maupun psikis (Manuaba, 1998).
Pembangunan kesehatan pada dasarnya mempunyai tujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Derajat kesehatan yang menjadi sasaran pencapaian program pembangunan kesehatan dapat dilihat dari indikator : umur harapan kehidupan, mortalitas, morbiditas dan status gizi masyarakat. Berdasarkan tabel 1 ternyata umur harapan hidup di Kabupaten Lampung Tengah dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Pada tahun 2000 rata-rata umur harapan hidup mencapai 68 tahun. Dan tahun 2001 menjadi 73,5 tahun. Bila dilihat lebih rinci ternyata angka harapan hidup perempuan lebih tinggi, yaitu tahun 2001 dapat mencapai rata-rata 76,4 tahun. (Propil Lampung Tengah, 2001).
Tabel 1 : Umur Harapan Hidup di Kabupaten Lampung Tengah
Tahun Jenis kelamin Laki-laki + Perempuan
Laki-laki Perempuan
2000 66,0 th 70,0 th 68,0 th
2001 70,6 th 76,4 th 73,5 th
Sumber : Data Profil Lampung Tengah
Di Kabupaten Lampung Tengah pertumbuhan kelompok usia lanjut, jumlahnya semakin besar. Pada tahun 1999 kelompok lanjut usia baru mencapai 5,24% dari jumlah penduduk. Kemudian pada tahun 2000 mencapai 8,6% dan di tahun 2001 meningkat menjadi 10,84% kelompok penduduk lanjut memerlukan pelayanan kesehatan sekunder/tersier dan memerlukan biaya sangat mahal serta merupakan beban sosial yang harus ditanggung kelompok penduduk produktif.
Tabel 2 : Perkembangan Kelompok Usia Lanjut Kabupaten Lampung Tengah Tahun 1999 – 2001
Tahun Lansia Baru Peningkatan
1999
2000
2001 5,24%
8,6%
10,84%
3,36%
2,24%
Sumber : Data Profil Lampung Tengah
Usia lanjut di Kabupaten Lampung Tengah terdapat sejumlah 113.976 orang, dengan perempuan usia 45-55 tahun adalah 5.355 orang dan usia > 55 tahun 1.589 orang. Pada pra surve penulis di wilayah puskesmas Wates usia 45-55 tahun sebanyak 425 orang terbagi atas 6 desa.
Berdasarkan pra survey di Desa Wates yang dilaksanakan pada bulan April 2004 dengan melakukan pra survey dan uji kuesioner yang terdapat 16 pertanyaan mengenai pengetahuan ibu tentang menopause pada 10 orang responden diperoleh sebagai berikut :
Tabel 3. Katagori Pengetahuan Ibu Usia 45-55 Tahun Tentang Menopause di Desa Wates Pada Uji Kuesioner
No Katagori Jumlah Persentase
1
2
3
4 Baik
Cukup
Kurang
Kurang sekali 0
2
3
5 0
20%
30%
50%
Jumlah 10 100%
Dari tabel 3 dapat diketahui bahwa pengetahuan responden tentang menopause di Desa Wates pada uji kuesioner termasuk katagori kurang sekali yaitu sebesar 50%. Berdasarkan pra survey maka penulis tertarik untuk meneliti gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang menopause.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dibuat rumusan masalah yaitu Bagaimanakah gambaran tingkat pengetahuan ibu-ibu usia 45-55 tahun tentang menopause di Desa Wates Kecamatan Bumi Ratu Nuban Kabupaten Lampung Tengah?
C. Ruang Lingkup Penelitian
1. Obyek Penelitian
Pengetahuan ibu-ibu usia 45-55 tahun di Dusun I Desa Wates
2. Subyek Penelitian
Ibu-ibu usia 45-55 tahun yang ada di Desa Wates Kecamatan Bumi Ratu Nuban Kabupaten Lampung Tengah.
3. Lokasi Penelitian
Wilayah Puskesmas Wates yaitu Desa Wates Kecamatan Bumi Ratu Nuban Kabupaten Lampung Tengah.
4. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada tanggal 10 Mei sampai 6 Juni 2004.
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu-ibu usia 45-55 tahun tentang menopause di Desa Wates Kecamatan Bumi Ratu Nuban Kabupaten Lampung Tengah.
2. Tujuan Khusus
a. Diperolehnya gambaran tingkat pengetahuan ibu-ibu usia 45-55 tahun tentang menopause pada tingkat tahu.
b. Diperolehnya gambaran tingkat pengetahuan ibu-ibu usia 45-55 tahun tentang menopause pada tingkat paham.
c. Diperolehnya gambaran tingkat pengetahuan ibu-ibu usia 45-55 tahun tentang menopause pada tingkat aplikasi.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat kepada :
1. Bagi Penulis
Dapat menerapkan mata kuliah yang telah diajarkan, terutama metodelogi penelitian, menambah pengalaman dan wawasan mengenai pengetahuan ibu tentang menopause.
2. Bagi Subyek Peneliti
Untuk menambah pengetahuan ibu tentang menopause.
3. Bagi Institusi Pendidikan Program Studi Kebidanan Metro
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk memperluas wawasan mahasiswinya tentang menopause.
4. Bagi Puskesmas Wates
Untuk menambah wawasan bagi tenaga kesehatan mengenai pengetahuan ibu tentang menopause.
Gambaran tingkat pengetahuan wanita pramenopause tentang osteoporosis di desa
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu tolak ukur kemajuan suatu bangsa adalah tingginya angka harapan hidup penduduknya. Demikian juga Indonesia sebagai suatu negara berkembang, dengan perkembangannya yang cukup baik, makin tinggi usia harapan hidup pada waktu lahir orang Indonesia akan mencapai 70 tahun atau lebih pada tahun 2015-2020 (FKUI, 1999 : iv). Usia harapan hidup untuk pria 76 tahun dan wanita 82 tahun (WHO, 1995:15). Di Lampung usia harapan hidup penduduknya pada tahun 2004 mencapai 67,6 tahun, sedangkan Lampung Timur adalah 69,3 tahun (Dinkes Propinsi, 2004).
Meningkatnya usia harapan hidup bagi masyarakat mempunyai beberapa konsekuensi yaitu antara lain akan timbulnya berbagai masalah kesehatan. Khususnya bagi wanita didalam daur hidupnya akan mengalami berbagai masalah kesehatan terutama pada masa menopause dan pasca menopause (Baziad, 2000:35). Salah satu masalah kesehatan yang bisa terjadi pada masa menopause adalah osteoporosis.
Osteoporosis merupakan penyakit tulang yang paling banyak menyerang wanita yang telah menopause (Irawati, 2002:47).Akibat yang biasa terjadi dari osteoporosis adalah ketika tulang punggung menjadi lemah, maka akan mudah jatuh dan retak, apalagi jika disertai dengan patah tulang (fraktur).
Waktu menopause produksi estrogen dalam tubuh wanita mengalami penurunan yang drastis. Diantara banyak fungsinya estrogen memainkan peranan utama dalam melestarikan kekuatan tulang melalui kalsifikasi atau pemberian kalsium yang terus menerus. Dengan turunnya kadar estrogen, hormon yang berperan dalam proses ini yaitu vitamin D dan PTH (Parathyroid Hormone) menurun sehingga proses pematangan sel tulang (osteoblast) terhambat. Apabila ini berlanjut terus, maka penyerapan tulang dalam tubuh akan lebih cepat daripada pembentukan dalam tulang sehingga tulang menjadi lebih lunak, lebih lemah dan lebih mudah patah (Rachman, 2000:13).
Osteoporosis dapat terjadi akibat gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok, mengkonsumsi alkohol dan kurangnya aktifitas yang dilakukan sehari-hari mulai anak-anak sampai dewasa, serta minimnya pengetahuan masyarakat mengenai cara pencegahan osteoporosis terbukti dengan rendahnya konsumsi kalsium rata-rata di Indonesia yang hanya 254 mg perhari dari 1000-1200 mg perhari menurut standar internasional. Hal ini ditambah kenyataan bahwa gejala osteoporosis sering kali tidak menimbulkan gejala (silent desease), namun seringkali menunjukkan gejala klasik berupa nyeri punggung akibat fraktur kompresi dari satu atau lebih vertebrata (www.@promokes.go.id, 2006).
Berdasarkan data terbaru dari IOF (International Osteoporosis Foundation) menyebutkan sampai tahun 2000 ini diperkirakan 200 juta wanita mengalami osteoporosis (Hartono, 2000:2). Wanita 2-3 kali lebih banyak menderita osteoporosis dibandingkan laki-laki dengan prevalensi lebih kurang 35% wanita pasca menopause menderita osteoporosis dan 50% ostopenia (Baziad, 2003:75). Berdasarkan analisa data Pusat Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada 14 propinsi menunjukkan masalah osteoporosis di Indonesia telah mencapai tingkat yang perlu diwaspadai yaitu 19,7 %. (www.Depkes.go.id, 2005).
Menurut laporan SP2TP tahun 2004 di Propinsi Lampung osteoporosis yang merupakan salah satu penyakit tulang dan jaringan pengikat menempati urutan ke-5 dari 10 (sepuluh) besar penyakit pada tahun 2004 dengan jumlah kasus 126.304 (9,32%) (Dinkes Propinsi, 2004). Dari beberapa Kabupaten/Kota di Propinsi Lampung, kasus penyakit osteoporosis lama dan baru yang ada di daerah Lampung Timur pada triwulan IV tahun 2005 menempati urutan ke-3 dari jumlah penyakit terbanyak yang ada di Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Timur sebanyak 4059 kasus (8,25%) (LB1 Dinkes Lampung Timur). Untuk wilayah Puskesmas Purbolinggo, penyakit tulang menempati urutan ke-2 sebanyak 143 kasus (8,1%) dari penyakit terbanyak pada bulan Januari 2006. Sedangkan pada bulan Februari 2006 menempati urutan ke-3 sebanyak 109 kasus (7,1%) (Seksi Puskesmas Lampung Timur).
Berdasarkan studi pendahuluan di Desa Taman Bogo Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur terdapat jumlah wanita berdasarkan golongan umur 46-50 tahun yaitu 151 orang (7,6%) (data desa Taman Bogo tahun 2005). Dari hasil wawancara yang penulis lakukan terhadap 10 orang wanita pramenopause, ternyata ada 6 orang (60%) tidak tahu tentang osteoporosis yang mungkin akan terjadi pada masa menopause. Hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitian mengenai pengetahuan wanita pramenopause tentang osteoporosis yang terjadi pada masa menopause di Desa Taman Bogo Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut : “Bagaimanakah gambaran tingkat pengetahuan wanita pramenopause tentang osteoporosis di Desa Taman Bogo Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur tahun 2006?”.
C. Tujuan Penelitian
D. 1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan wanita pramenopause tentang osteoporosis.
E. 2. Tujuan Khusus
F. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan wanita pramenopause tentang osteoporosis pada domain kognitif tingkat tahu.
G. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan wanita pramenopause tentang osteoporosis pada domain kognitif tingkat paham.
H. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan wanita pramenopause tentang osteoporosis pada domain kognitif tingkat aplikasi.
J. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup yang diteliti adalah sebagai berikut :
Jenis Penelitian : Studi Deskriptif
Obyek Penelitian : Tingkat pengetahuan wanita pramenopause tentang osteoporosis.
Subyek penelitian : Wanita yang berusia 46-50 tahun di Desa Taman Bogo Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur.
Lokasi penelitian : Desa Taman Bogo Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur.
Waktu Penelitian : Bulan April – Mei 2006.
K. Manfaat Penelitian
Bagi Petugas Pelaksana Pelayanan Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan penyuluhan kepada wanita pramenopause tentang osteoporosis pada masa menopause.
Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan bacaan dan informasi untuk penelitian berikutnya.
Gambaran tingkat pengetahuan dan sikap remaja putri tentang anemia di SMA
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anemia merupakan suatu gejala yang ditandai dengan rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dalam darah dibandingkan dengan nilai normal pada usia tertentu (Rouli, 2005 : 176). Dampak anemia pada remaja putri yaitu pada masa pertumbuhan mudah terinfeksi, mengakibatkan kebugaran/kesegaran tubuh berkurang, semangat belajar atau prestasi menurun, sehingga pada saat akan menjadi calon ibu dengan keadaan beresiko tinggi (www.gizi.net, 2004), Anemia juga berakibat gangguan konsentrasi, daya ingat rendah , kecerdasan intelektual yang rendah yang tentunya berdampak pada prestasi mereka disekolah, jika mayoritas anak perempuan menderita anemia, dampaknya akan berlanjut. Mengingat, mereka adalah para calon ibu yang akan melahirkan generasi penerus, jika tidak ditanggulangi, dikhawatirkan akan meningkatkan resiko perdarahan pada saat persalinan yang dapat menimbulkan kematian ibu. Calon ibu yang menderita anemia bisa melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah. (www.cyberwoman.cbn.net.id, 2007).
Sebagian besar anemia disebabkan kurangnya zat besi atau fe dalam tubuh, hal ini karena masyarakat Indonesia khususnya wanita kurang menkonsumsi sumber makanan hewani yang merupakan sumber zat besi yang mudah diserap. Sebagian bahan makanan nabati merupakan sumber zat besi tinggi tetapi sulit diserap, sehingga dibutuhkan porsi yang besar untuk mencukupi kebutuhan zat besi dalam sehari, jumlah tersebut tidak mungkin terkonsumsi. Kebutuhan zat besi pada wanita tiga kali lebih besar dari pada kebutuhan pria. Hal ini antara lain karena wanita mengalami haid setiap bulan yang berarti kehilangan darah secara rutin dalam jumlah yang cukup banyak. Hal lain yang memperberat terjadinya anemia pada wanita adalah sering melakukan diet pengurangan berat badan karena faktor ingin langsing. Sehingga sering kali wanita memasuki masa kehamilannya dengan kondisi dimana cadangan besi dalam tubuhnya kurang atau terbatas (Depkes, 2002). Menurut Lubis (www.infosehat.com,diakses pada april 2008) faktor ketidaktahuan dan faktor kebiasaan atau budaya juga mempengaruhi terjadinya anemia.
Menurut Conrad (2003) prevalensi anemia sekitar 10 – 30% dimana sebagian besar berada dinegara sedang berkembang, termasuk Indonesia (www.bluefame.com). Prevalensi anemia di Indonesia masih tinggi. Survei kesehatan rumah tangga tahun 2001 menunjukkan angka kejadian anemia pada anak usia sekolah dan remaja sekitar 26,5% dan wanita usia subur berkisar 40% kemudian jenis dan besaran masalah gizi di Indonesia 2001 hingga 2003 menunjukkan 8,1 juta anak dan 3,5 juta remaja dan wanita subur menderita anemia gizi besi, 11 juta anak pendek, dan 30 juta kelompok usia produktif kurang energi kronis (www.kesrepro.info, 2005). Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2004 menunjukkan tingginya kejadian anemia pada kelompok umur tertentu yaitu usia sekolah dan lebih sering terjadi pada wanita (www.mediscatore.com, 2007). Menurut supari Jumlah penderita anemia di Indonesia yang berasal dari kelompok anak usia sekolah (6-18 tahun) mencapai 65 juta jiwa (www.seputar-indonesia.com, 2007). Hasil Penelitian yang dilakukan PT. Merck Tbk. di Jawa Timur, Jawa Barat dan Sumatra Utara angka kejadian anemia cukup tinggi. Di Jawa Timur melibatkan 5959 perserta tes darah ternyata 33% diantaranya anemia di Jawa Barat yang melibatkan 7439 peserta ternyata 41% anemia, sedangkan di Sumatra Utara dari 9377 peserta ternyata 33% diantaranya anemia (www. dkk-bpp.com, 2008). Propinsi lampung tercatat sebagai peringkat pertama wilayah Sumatra untuk jumlah penderita anemia dan peringkat kedua untuk cacingan. Menurut survei yang dilakukan Mercy Corps Amerika dari sampel 641 siswa ternyata 56,25% anak menderita anemia dan 46,64% menderita cacingan (www.lampung¬post.com, 2006).
Pemerintah sejak tahun 1997 telah merintis langkah-langkah baru dalam upaya mencegah dan menanggulangi anemia gizi WUS dengan mengintervensi WUS lebih dini lagi sejak usianya masih remaja. Strategi baru program penanggulangan anemia gizi WUS tersebut dikembangkan dalam upaya mempersiapkan kondisi fisik perempuan sebagai calon ibu sebaik mungkin sejak usianya remaja, agar pada saat mereka hamil sudah tidak lagi menderita anemia. (Depkes, 2002)
Dari uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa anemia mempunyai dampak yang buruk, oleh karena itu perlu dilakukan permasyarakatan tentang anemia sejak awal yaitu pada masa pertumbuhan terutama pada remaja putri mengingat remaja putri merupakan calon ibu yang akan melahirkan generasi penerus dan untuk meminimalkan resiko perdarahan akibat anemia pada saat persalinan disebabkan kurangnya pengetahuan tentang anemia. Berdasarkan data pra survey yang dilakukan penulis di SMA Kartikatama Metro terdapat 197 remaja putri kelas I dan 183 remaja putri kelas II. Saat dibagikan kuesioner prasurvey kepada 10 orang remaja putri ternyata 4 orang (40%) pengetahuannya tentang anemia tidak baik, 5 orang (50%) kurang, dan 1 orang (10%) pengetahuannya cukup. Berdasarkan latar belakang di atas penulis berminat untuk mengukur sejauh mana pengetahuan dan sikap remaja putri kelas I dan kelas II tentang anemia di SMA Kartikatama Metro.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang, maka peneliti membuat rumusan masalah sebagai berikut ”Bagaimanakah gambaran Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri tentang Anemia di SMA Kartikatama Metro tahun 2008?”.
C. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup yang diteliti sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian : Deskriptif.
2. Subjek Penelitian : Remaja putri Kelas I dan II SMA Kartikatama Metro.
3. Objek Penelitian : Tingkat Pengetahuan dan Sikap remaja putri kelas I dan II SMA Kartikatama Metro tentang Anemia.
4. Lokasi Penelitian : di SMA Kartikatama Metro.
5. Waktu Penelitian : Tanggal 3-4 juni 2008
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tingkat pengetahuan dan sikap remaja putri kelas I dan II tentang anemia di SMA Kartikatama Metro.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk memperoleh gambaran tingkat pengetahuan remaja putri kelas I dan II tentang pengertian anemia
b. Untuk memperoleh gambaran tingkat pengetahuan remaja putri kelas I dan II tentang gejala anemia.
c. Untuk memperoleh gambaran tingkat pengetahuan remaja putri kelas I dan II tentang penyebab anemia
d. Untuk memperoleh gambaran tingkat pengetahuan dan sikap remaja putri kelas I dan II tentang dampak anemia.
e. Untuk memperoleh gambaran tingkat pengetahuan dan sikap remaja putri kelas I dan II tentang pencegahan dan penanggulangan anemia
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Pendidikan SMA Kartikatama Metro
Sebagai bahan bacaan untuk menambah pengetahuan dan sebagai masukan informasi bagi pihak sekolah tentang anemia terhadap remaja (Peserta didik) saat ini sehingga pihak sekolah dapat membantu kualitas dan kuantitas pendidikan dalam bidang kesehatan.
2. Bagi Institusi Kesehatan Prodi Kebidanan Metro
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk menambah pengetahuan mahasiswi prodi Kebidanan Metro, khususnya tentang anemia.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini sangat berguna untuk menambah pengalaman serta mendapat gambaran pengetahuan dan sikap remaja putri tentang anemia.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.
Gambaran teknik menyusui minggu pertama pada ibu primipara di BPS
PENDAHULUAN
Kehadiran bayi yang baru saja lahir merupakan saat paling membahagiakan buat pasangan suami istri, tentu banyak hal harus disiapkan, dan salah satu terpenting adalah memberinya Air Susu Ibu (ASI)/menyusui. Menurut pernyataan bersama World Heald Organization (WHO)/United Nations International Children Emergency Fund (UNICEF) menyusui adalah suatu cara yang tidak ada duanya dalam memberikan makanan ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat serta mempunyai pengaruh biologis dan kejiwaan unik terhadap kesehatan ibu dan bayi (Perinasea, 1994). Memberikan ASI pada bayi harus didukung pula dengan teknik menyusui yang benar agar manfaat dari ASI tersebut juga lebih maksimal.
Pengalaman Roesli sebagai dokter spesialis anak menunjukkan, dari 100 orang ibu yang tidak bisa menyusui, hanya dua memiliki kesalahan hormonal atau fisik, sedangkan yang lain karena kesalahan manajemen laktasi. Perlu diingat jika bayi kekurangan ASI umumnya bukan karena ibu tidak dapat memproduksi ASI cukup untuk si bayi, namun karena bayi tidak dapat mengambil ASI sebanyak yang ia perlukan. Hal ini pada umumnya disebabkan posisi menyusui kurang tepat. Posisi menyusui disini adalah posisi mulut bayi dengan puting susu ibu (Gunawan, 1999).
Ibu - ibu terlihat dapat menyusukan/menetekkan, tetapi cara bagaimana menyusukan dengan teknik sebaik-baiknya sehingga banyak susu keluar dari buah dada dan tidak meyebabkan puting susu lecet, atau menyebabkan bayi menelan hawa terlalu banyak sehingga muntah, belum banyak diketahui oleh ibu muda atau calon ibu. Tidak jarang bayi di beri susu buatan karena disangka ibunya kurang mengeluarkan susu, namun sebenarnya kurangnya pengeluaran air susu ibu disebabkan kesalahan teknik menyusui (Oswari, 1999).
Keluhan dan kesulitan saat menyusui sering muncul, apalagi jika ibu adalah pengalaman pertama. Mulai dari ASI tidak keluar dengan lancar, puting payudara luka, hingga si kecil rewel karena belum bisa menyusu dengan benar. Kesulitan menyusui biasanya terjadi ketika ibu baru melahirkan anak pertama. Selain ini merupakan pengalaman baru, biasanya ibu juga masih canggung dalam menggendong si kecil, atau bahkan mudah panik jika dia menangis keras karena sesuatu hal. Sebaliknya bayi baru lahir harus belajar cara menyusui yang benar (Supriyadi, 2002).
Minggu pertama setelah persalinan seorang ibu lebih peka dalam emosi, maka seorang ibu butuh seseorang yang dapat membimbingnya dalam merawat bayi termasuk dalam menyusui (Soetjiningsih, 1997). Minggu pertama juga merupakan masa adaptasi ibu, dimana dalam teory rubbin dibagi menjadi beberapa tahap yaitu taking in, taking on/hold, letting go. Terutama pada periode taking on/hold ibu berusaha keras untuk menguasai tentang keterampilan merawat bayi misal: menggendong, menyusui, memandikan dan memasang popok (Depkes RI, 1999).
Kurangnya asupan ASI pada minggu pertama akan berdampak ikterik pada bayi. Kebanyakan ikterik adalah keadaan fisiologis yang merupakan tindakan penyesuaian protektif terhadap lingkungan di luar uterus. Ikterik fisiologis biasanya terjadi pada 2 – 3 hari setelah kelahiran, biasanya hilang dalam 7 – 10 hari, meskipun kadar bilirubin tetap meningkat untuk beberapa minggu. Biasanya mencapai puncak 3 – 5 hari setelah kelahiran yaitu <>
Gambaran peran serta kader dalam kegiatan posyandu di kampung ….. wilayah kerja puskesmas
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberhasilan suatu bangsa tergantung pada keberhasilan pembangunan manusianya. Tentang pembangunan yang akan datang memerlukan peningkatan mutu manusia masa depan yang semakin tangguh (DepKes RI, 1987). Keberhasilan pembangunan dibidang kesehatan tergantung pada keberhasilan dalam membina masyarakat agar mampu untuk memecahkan masalah yang dihadapinya dalam bentuk peran serta luas. Maka yang perlu dilakukan adalah mengembangkan pengertian kesadaran, kemampuan dan prakarsa masyarakat. Dalam arti masyarakat berperan serta aktif dan bertanggung jawab dalam pelaksanaan kesehatan (Departemen Kesehatan RI, 2000).
Pembangunan dibidang kesehatan ini lebih diarahkan pada upaya dalam menurunkan angka kematian bayi, anak balita dan angka kelahiran. Sesuai dengan tujuan pembangunan kesehatan yaitu “Meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal”. (Undang-undang no.23 tahun 1992 tentang kesehatan). Secara operasional, ditingkat desa/kelurahan, upaya untuk menurunkan angka kematian bayi, balita dan angka kelahiran terutama dilakukan melalui Posyandu.
Posyandu merupakan kegiatan oleh dan untuk masyarakat, akan menimbulkan komitmen masyarakat, terutama para ibu, dalam menjaga kelestarian hidup serta tumbuh kembang anak. Posyandu juga merupakan suatu forum komunikasi, ahli teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai strategis untuk mengembangkan sumber daya manusia sejak dini (DepKes RI, 1994). Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat, sehingga masyarakat sendiri yang aktif membentuk, menyelenggarakan dan memanfaatkan posyandu sebaik-baiknya atau dengan kata lain peran serta masyarakat sangat diperlukan dalam pemanfaatan posyandu. Dalam upaya pelayanan posyandu tidak dapat dicapai hanya lewat usaha kesehatan saja. Tetapi harus disertai upaya bidang lain : ekonomi, pendidikan, sosial dan sebagainya. Untuk mencapainya diperlukan usaha bersama dengan seluruh lapisan masyarakat dan tanggung jawab bidang kesehatan juga memerlukan keikutsertaan masyarakat (DepKes RI, 1984).
Upaya meningkatkan peran serta masyarakat antara lain melalui sistem pengkaderan dengan pelatihan, penyuluhan, dan bimbingan untuk menumbuhkan sikap mandiri sehingga mampu menggali dan memanfaatkan sumber daya yang tersedia serta menumbuhkan dan memecahkan masalah yang dihadapi guna mencapai pelayanan yang optimal. Untuk itu diperlukan kader kesehatan yang baik, yang dapat menyumbangkan tenaga dan pikirannya untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Petugas kesehatan hanya mengawasi dan membantu upaya yang bukan wewenang kader posyandu. Pada kenyataannya dalam setiap pelaksanaan kegiatan posyandu peran petugas kesehatan dan bidan lebih menonjol.
Posyandu diwilayah kerja Puskesmas Seputih Raman sebanyak 66 posyandu dengan jumlah kader 330 orang kader (Puskesmas Seputih Raman, 2005). Berdasarkan studi pendahuluan diperoleh data, di Kampung Rama Oetama terdiri dari 6 posyandu dengan jumlah kader 30 orang. Masing-masing posyandu memiliki 5 orang kader. Dari ke-30 orang kader posyandu tersebut, hanya 20 orang (66,67%) saja yang aktif dan 10 orang kader (33,33%) yang tidak aktif. Penyuluhan yang seharusnya dilakukan oleh kader, ternyata dilaksanakan oleh bidan. Berdasarkan latar belakang maka penulis memilih judul penelitian tentang peran serta kader dalam kegiatan program posyandu di wilayah kerja Puskesmas Seputih Raman.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis merumuskan masalah penelitiannya sebagai berikut : “Bagaimanakah gambaran peran serta kader dalam kegiatan posyandu di Kampung Rama Oetama ?”
C. Ruang Lingkup Penelitian
Adapun yang menjadi ruang lingkup dari penelitian tentang gambaran peran serta kader dalam kegiatan posyandu adalah :
1. Sifat Penelitian : Deskriptif
2. Subjek Penelitian : Kader posyandu di Kampung Rama Oetama
3. Objek Penelitian : Peran serta kader dalam kegiatan posyandu di Kampung Rama Oetama
4. Lokasi Penelitian : Posyandu di Kampung Rama Oetama yang terdiri dari 6 posyandu
5. Waktu Penelitian : Mei – Juni 2007
D. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran peran serta kader dalam kegiatan posyandu di Kampung Rama Oetama.
b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
1) Untuk mengetahui gambaran peran serta kader dalam kegiatan posyandu karena kesadaran
2) Untuk mengetahui gambaran peran serta kader dalam kegiatan posyandu karena imbalan
3) Untuk mengetahui gambaran peran serta kader dalam kegiatan posyandu karena paksaan
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Untuk menerapkan ilmu pengetahuan tentang metodologi penelitian dalam penelitian tentang gambaran peran serta kader dalam kegiatan posyandu
2. Bagi Posyandu di Kampung Rama Oetama
Sebagai bahan evaluasi tentang peran serta kader dalam kegiatan posyandu di Kampung Rama Oetama.
3. Bagi Pengembangan Ilmu
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan bacaan di perpustakaan dan sebagai referensi dalam penelitian selanjutnya yang sejenis.
Gambaran pengetahuan tenaga kesehatan tentang papsmear di puskesmas
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia diarahkan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat seoptimal mungkin. Hal ini mengingat derajat kesehatan merupakan salah satu unsur penting dalam meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas guna menghadapi tantangan dimasa yang akan datang.
Pelayanan kebidanan yang semula berfokus pada pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara berangsur – angsur dialihkan ke pelayanan promotif dan preventif. Pandangan ini sejalan dengan perubahan paradigma bidang kesehatan yaitu dari paradigma sakit menjadi paradigma sehat. Pergeseran fokus pelayanan dan perubahan paradigma kesehatan tersebut mengisyaratkan pentingnya melaksanakan upaya promotif dan preventif di berbagai tingkatan, termasuk di tingkat lapisan masyarakat. Dewasa ini ada beberapa penyakit seperti kanker servik, kanker ovarium, kanker uterus dan kanker payudara yang dapat dihindari atau dikurangi dengan meningkatkan upaya preventif.
Kanker servik merupakan penyakit peganasan yang menimbulkan masalah dalam kesehatan kaum wanita terutama di negara berkembang, termasuk di Indonesia. Menurut laporan sentra patologi di Indonesia kanker serviks menempati urutan pertama dari penyakit keganasan yang ada pada wanita (Tambunan, 1993).
Menurut Harahap (1997) dilaporkan bahwa 2% dari penduduk yang berusia 40 tahun atau lebih ternyata menderita karsinoma ini. Sebab langsung dari kanker servik belum diketahui, namun ada banyak faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya kanker serviks diantaranya hubungan sex pada usia muda, berganti – ganti pasangan sexual defisiensi zat gizi, rokok dan lain – lain, walaupun kanker servik merupakan tumor ganas yang sering ditemukan terapi mortalitas kanker ini turun 70% selama 40 tahun terakhir, karena kematian terjadi pada sebagian besar penderita yang datang berobat sudah dalam stadium lanjut. Dengan ditemukannya kanker ini pada stadium dini yang segera disertai pengobatan secara tepat kemungkinan penyakit ini dapat disembuhkan dengan sempurna hampir 100%. Salah satu cara untuk menemukan kanker servik dalam stadium dini adalah dengan papsmear.
Di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek pasien papsmear ada sebanyak 256 pasien, yang menderita kanker servik uteri pada tahun 2003 sebanyak 44 penderita. Diantara 44 penderita tersebut 6 orang meninggal pada bulan Januari – Desember 2003. (Dok RSAM, 2003).
Berdasarkan hasil prasurvey di Puskesmas Tanjung Bintang Kecamatan Tanjung Bintang Lampung Selatan didapat data belum ada tenaga kesehatan di Puskesmas tersebut yang memeriksakan papsmear, sementara tenaga kesehatan tersebut adalah sebagai contoh masyarakat.
Untuk itulah penulis tertarik ingin meneliti tentang pengetahuan papsmear yang dimiliki oleh tenaga kesehatan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka penulis merumuskan “Bagaimana gambaran pengetahuan tenaga kesehatan tentang papsmear di Puskesmas Tanjung Bintang Kecamatan Tanjung Bintang Lampung Selatan ?”.
C. Ruang Lingkup
Adapun yang menjadi ruang lingkup dari penelitian tentang pemeriksaan papsmear di Puskesmas Tanjung Bintang Kecamatan Tanjung Bintang Lampung Selatan adalah :
1. Sifat Penelitian : deskriptif
2. Subjek Penelitian :
Tenaga kesehatan di Puskesmas Tanjung Bintang Kecamatan Tanjung Bintang Lampung Selatan.
3. Objek Penelitian :
Pengetahuan tenaga kesehatan tentang papsmear di Puskesmas Tanjung Bintang Kecamatan Tanjung Bintang Lampung Selatan.
4. Lokasi Penelitian :
Puskesmas Tanjung Bintang Kecamatan Tanjung Bintang Lampung Selatan
5. Waktu Penelitian :
17 April sampai dengan 17 Juni 2004.
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diperolehnya gambaran tentang pengetahuan tenaga kesehatan terhadap papsmear di Puskesmas Tanjung Bintang Kecamatan Tanjung Bintang Lampung Selatan.
2. Tujuan Khusus
a. Diperolehnya gambaran pengetahuan tenaga kesehatan tentang pengertian papsmear.
b. Diperolehnya gambaran pengetahuan tenaga kesehatan tentang tujuan papsmear
c. Diperolehnya gambaran pengetahuan tenaga kesehatan tentang manfaat papsmear
d. Diperolehnya gambaran pengetahuan tenaga kesehatan tentang indikasi papsmear
e. Diperolehnya gambaran pengetahuan tenaga kesehatan tentang tempat pelayanan pemeriksaan papsmear
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :
1. Untuk Puskesmas
a. Sebagai masukan tentang pemeriksaan papsmear di Puskesmas Tanjung Bintang Lampung Selatan.
b. Untuk mengevaluasi kinerja petugas dalam memberikan konseling tentang papsmear di Puskesmas Tanjung Bintang Lampung Selatan.
2. Untuk Institusi Pendidikan
Untuk dapat dijadikan acuan (referensi) bagi penelitian lebih lanjut. Sekaligus sebagai bahan atau sumber bacaan diperpustakaan institusi pendidikan
3. Untuk Penulis
Menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang papsmear dan merupakan persyaratan untuk menyelesaikan Program Pendidikan pada Diploma III Kebidanan di Politeknik Kesehatan Tanjung Karang Program Studi Kebidanan Metro.
Gambaran pengetahuan remaja wanita kelas II tentang diet seimbang
A. Latar Belakang
Kehidupan seseorang mengalami masa kanak-kanak, remaja dan dewasa. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi dewasa, pada masa ini seseorang terus berkembang baik fisik, sosial dan psikologis (Khomsan, 2002). Selama pertumbuhan pesat masa remaja terjadi perubahan fisik penting diantaranya adalah perubahan ukuran tubuh baik tinggi maupun berat badan, perubahan proporsi tubuh ditandai dengan daerah-daerah tubuh tertentu yang tadinya kecil menjadi besar karena kematangan tercapai lebih cepat dari daerah-daerah tubuh yang lain, organ seks mencapai ukuran yang matang dan ciri-ciri seks sekunder berada pada tingkat perkembangan yang matang pada akhir masa remaja (Hurlock,1997).
Salah satu tugas perkembangan remaja yang tersulit adalah yang berhubungan dengan penyesuaian sosial, untuk mencapai tujuan dari pola sosialisasi dewasa, remaja harus membuat banyak penyesuaian baru, yang terpenting dan tersulit adalah penyesuaian diri dengan meningkatnya pengaruh kelompok sebaya, karena remaja lebih banyak berada diluar rumah maka dapat dimengerti bahwa pengaruh teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku lebih besar dari pada pengaruh keluarga (Hurlock, 1997). Salah satu contoh keterpengaruhan ini adalah dalam hal pemilihan makanan. Kegemaran yang tidak lazim, seperti pilihan untuk menjadi vegetarian atau food fadism (Arisman, 2004).
Supaya Pertumbuhan dan perkembangan berjalan optimal tubuh memerlukan nutrisi yang memadai, kecukupan energi, protein, lemak dan suplai semua nutrien esensial yang menjadi basis pertumbuhan. Asupan energi mempengaruhi pertumbuhan tubuh dan bila asupan tidak adekuat, menyebabkan seluruh unit fungsional remaja ikut menderita, antara lain adalah derajat metabolisme, tingkat aktifitas, tampilan fisik dan maturasi seksual (Soetjiningsih, 2004).
Kecemasan akan bentuk tubuh yang tidak ideal membuat remaja sengaja tidak makan, kesibukan menyebabkan mereka memilih makan di luar, atau hanya menyantap kudapan. Kebiasaan ini di pengaruhi oleh teman, media terutama iklan di televisi, atau bahkan dari keluarga. Teman sebaya berpengaruh besar pada remaja, dalam hal memilih jenis makanan. Makanan siap saji (junk food) kini semakin di gemari oleh remaja, baik hanya sebagai kudapan maupun makanan besar. Makanan ini mudah di peroleh, di samping lebih dikenal karena terpengaruh iklan. Bahan makanan jenis ini sangat sedikit bahkan tidak ada sama sekali kandungan kalsium, besi, riboflavin, asam folat, vitamin A dan C, sementara kandungan lemak jenuh, kolesterol dan natrium tinggi. Mengkonsumsi makanan jenis ini secara berlebihan dapat berakibat kegemukan dan kekurangan zat gizi lain (Arisman,2004).
Kebiasaan makan yang di peroleh semasa remaja akan berdampak pada kesehatan dalam fase kehidupan selanjutnya, setelah dewasa dan berusia lanjut. Kekurangan zat besi misalnya, dapat menimbulkan anemia dan keletihan, terutama remaja wanita yang membutuhkan zat besi lebih tinggi untuk mengganti besi yang hilang bersama darah haid. Ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran energi mengakibatkan pertambahan berat badan. Obesitas yang muncul pada usia remaja cenderung berlanjut hingga kedewasa dan lansia. Sementara obesitas itu sendiri merupakan salah satu faktor resiko penyakit degeneratif seperti kardiovaskuler, diabetes melitus, atritis, penyakit kantung empedu, beberapa jenis kanker, gangguan fungsi pernafasan, dan berbagai gangguan kulit (Arisman, 2004).
Berdasarkan data berat badan dan tinggi badan sebagai hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 28 April 2006, diperoleh hasil penghitungan sebagai berikut : dari seluruh remaja wanita kelas II MAN 2 Metro yang berjumlah 193 orang, 30 orang diantaranya (15,54%) memiliki berat badan ideal, 137 orang (70,98%) memiliki berat badan kurang dari berat badan ideal dan 26 orang (13,47%) memiliki berat badan lebih dari berat badan ideal. Berdasarkan hasil studi pendahuluan tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gambaran pengetahuan remaja wanita kelas II tentang diet seimbang di MAN 2 Metro.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang, maka penulis membuat rumusan masalah dalam penelitian yaitu “Bagaimanakah Gambaran Pengetahuan Remaja wanita kelas II tentang diet seimbang di MAN 2 Metro?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Mengetahui gambaran pengetahuan remaja wanita kelas II tentang diet seimbang di MAN 2 Metro.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus pada penelitian ini adalah untuk :
Mengetahui gambaran pengetahuan remaja wanita kelas II tentang pengertian diet seimbang di MAN 2 Metro.
Mengetahui gambaran pengetahuan remaja wanita kelas II tentang konsumsi makanan sesuai dengan pedoman umum gizi seimbang (PUGS) di MAN 2 Metro.
Mengetahui gambaran pengetahuan remaja wanita kelas II tentang pengaruh gizi pada proses tubuh di MAN 2 Metro.
D. Ruang Lingkup Penelitian
Adapun yang menjadi ruang lingkup dari penelitian mengenai gambaran pengetahuan remaja wanita kelas II tentang diet seimbang di MAN 2 Metro adalah :
Sifat Penelitian : Deskriptif
Subyek Penelitian : Remaja Wanita Kelas II MAN 2 Metro
Objek penelitian : Pengetahuan remaja wanita kelas II tentang diet seimbang di MAN 2 Metro.
Lokasi penelitian : Sesuai dengan latar belakang penelitian ini maka penulis menetapkan lokasi untuk melakukan penelitian di Madrasah Aliyah Negeri 2 Metro.
Waktu Penelitian : April – Mei 2006
E. Manfaat Penelitian
Bagi Remaja Wanita
Sebagai informasi sehingga dapat meningkatkan pengetahuan remaja wanita tentang diet seimbang
Bagi Insitusi yang diteliti
Sebagai sumber informasi yang dapat digunakan untuk menambah pengetahuan seluruh siswa tentang diet seimbang
Bagi Peneliti Lain
Sebagai referensi atau bahan perbandingan bagi penelitian selanjutnya khususnya yang berhubungan dengan diet seimbang
Gambaran pengetahuan remaja putri tentang kanker payudara di SMA
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kanker saat ini menjadi salah satu penyebab kematian utama didunia dan di Indonesia. Kanker payudara merupakan salah satu jenis penyakit yang ditakuti oleh wanita karena penyakit tersebut dapat menyebabkan hilangnya organ vital wanita. Kanker payudara juga dapat menimbulkan komplikasi yang serius dan bahkan dapat berujung kematian (www.republika.co.id). Di dunia sekitar 7,6 juta (13 %) kematian disebabkan karena kanker,dan faktanya 160 ribu (2,1%) penderita kanker diseluruh dunia adalah anak-anak (www.mediandonesia.com).
Menurut UU Kesehatan No.23 tahun 1992, sehat adalah suatu keadaan sejahtera badan jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (Mansjoer dkk, 2000). Masalah kematian ibu adalah masalah yang kompleks, meliputi hal-hal non teknis seperti status wanita dan pendidikan (Saifuddin, 2002).
Menurut World Healt Organization (WHO), kanker payudara akan dialami wanita sebanyak 8-9 % dalam hidupnya. Setiap tahun lebih dari 580.000 kasus baru ditemukan diberbagai negara berkembang dan kurang lebih 372.000 pasien meninggal karena penyakit tersebut. Di Eropa terdiagnosis lebih dari 250.000 kasus baru kanker dankurang lebih 175.000 di Amerika. Pada tahun 2000 diperkirakan 1,2 juta wanita terdiagnosis kanker payudara dan lebih dari 700.000 meninggal karena penyakit itu (www.relawannet.com).
Di Indonesia, kanker payudara saat ini termasuk dalam posisi terbanyak kedua sebagai penyebab kanker (www.relawannet.com). Menurut Yayasan Kanker Payudara Jakarta, 10 dari 10.000 penduduk indonesia terkena kanker payudara, 70 % penderita datang kedokter atau rumah sakit pada keadaan stadium lanjut (www.tabloidnova.com).
Seorang wanita mempunyai peluang 7 % mengembangkan kanker payudara, 2,7 % mengembangkan kanker usus, 2,3 % mengembangkan kanker leher rahim. Cara yang paling meyakinkan untuk mengendalikan kanker dan membunuh indung semangnya adalah, mendeteksinya sebelum tumbuh lebih lanjut. Asosiasi kanker Amerika menekankan pentingnya deteksi awal kanker dan menasehati wanita untuk berkonsultasi ke dokter dengan segera jika salah satu gejalanya muncul (Llewellyn,2005).
Tabel 1. Sepuluh bentuk kanker yang paling umum pada kaum wanita dan perkiraan presentase timbulnya (Hardjana, 2000)
No Jenis Kanker Prosentase
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 Payudara
Usus besar
Dubur
Kulit
Paru-paru
Ovarium
Lambung
Serviks
Pankreas
Rahim 24 %
12 %
12%
10 %
9 %
5 %
4 %
4 %
3 %
3 %
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa kanker payudara menduduki posisi tertinggi dari 10 jenis kanker yang ada.
Penyakit kanker sebenarnya bisa disembuhkan, tetapi masih banyak orang yang tidak menyadari bahwa penyebab tidak terselamatkannya pasien karena keterlambatan mereka memeriksakan diri kedokter (www.tabloidnova.com).
Kanker tidak selalu identik dengan usia lanjut, kewaspadaan kanker terhadap kanker mesti dimulai sejak usia dini. Pakar kanker Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) mengungkapkan bahwa dari penderita kanker di Indonesia sebanyak 35 % berusia dibawah 40 tahun. “ Jumlah penderita kaker usia muda di Indonesia tersebut jauh lebih besar di banding di Amerika Serikat yang hanya 3 % “ ujarnya. Sedangkan Manajer Terapi Onkologi Roche Indonesia mengungkapkan bahwa dari semua kasus kanker di dunia yaitu sebanyak 40 % dapat dihindari karena dilakukan deteksi sejak dini. Masih banyaknya pasien yang datang terlambat kedokter dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap kanker (www.mediaindonesia.com).
Berdasarkan fenomena diatas, maka sangatlah penting bagi remaja putri untuk mengetahui informasi tentang kanker agar dapat dilakukan deteksi sejak dini dan tidak terjadi keterlambatan pasien datang kedokter.
Sejumlah studi memperlihatkan bahwa deteksi kanker payudara dan terapi dini dapat meningkatkan harapan hidup dan memberikan pilihan terapi lebih banyak pada pasien (www.relawannet.com).
Hasil pra survei pada tanggal 18 April 2007, terdapat 238 siswa kelas 2 di SMA Negeri I Gedong Tataan, 143 diantaranya adalah remaja putri. Setelah disebarkan kuesioner kepada 10 (7 %) orang siswi didapatkan hasil pengetahuan siswi kelas 2 tentang kanker payudara, 4 (3 %) orang siswi tergolong dalam kriteria cukup dan 6 (4 %) orang siswi tergolong dalam kriteria kurang, disamping itu sekolah tersebut blm pernah ada penyuluhan tentang kanker payudara. Maka dari itu penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana gambaran pengetahuan remaja putri kelas 2 tentang kanker payudara di SMA Negeri I Gedong Tataan Lampung Selatan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu “ Bagaimana gambaran pengetahuan remaja putri tentang kanker payudara di SMA Negeri I Gedong Tataan Lampung Selatan?”
C. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup yang diteliti sebagai berikut :
1. Jenis penelitian : Deskriptif
2. Subyek penelitian : Remaja putri kelas 2 SMA Negeri I Gedong Tataan
Lampung Selatan
3. Obyek penelitian : Pengetahuan remaja putri tentang kanker
payudara
4. Tempat penelitian : SMA Negeri I Gedong Tataan Lampung Selatan
5. Waktu penelitian : 11 – 12 Juni 2007
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja putri kelas 2 tentang kanker payudara di SMA Negeri I Gedong Tataan Lampung Selatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan remaja putri kelas 2 tentang pengertian kanker payudara.
b. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan remaja putri kelas 2 tentang faktor resiko kanker payudara.
c. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan remaja putri kelas 2 tentang gejala kanker payudara.
d. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan remaja putri kelas 2 tentang diagnosa kanker payudara.
e. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan remaja putri kelas 2 tentang pengobatan kanker payudara.
f. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan remaja putri kelas 2 tentang pencegahan kanker payudara.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi SMA Negeri I Gedong Tataan Lampung Selatan
Diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai bahan masukan dalam merencanakan kegiatan pendidikan di SMA Negeri I Gedong Tataan Lampung Selatan dengan memasukkan materi tentang kanker payudara dalam konteks intrakulikuler atau ekstrakulikuler yang akan memberikan bekal pengetahuan.
2. Bagi Institusi Program Studi Kebidanan Metro
Sebagai dokumen dan bahan bacaan serta menambah pengetahuan tentang kanker payudara.
3. Bagi Puskesmas Gedong Tataan Lampung Selatan
Diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai perencanaan program puskesmas untuk mengadakan penyuluhan disekolah tersebut.
4. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan wawasan tentang kanker payudara serta sebagai penerapan ilmu yang telah didapat selama
Gambaran pengetahuan pasangan infertil tentang infertilitas di desa
PENDAHULUAN
Memiliki anak penting bagi semua masyarakat di dunia dan perkawinan merupakan salah satu sarana untuk mendapat keturunan, dengan adanya keturunan diharapkan dapat membangun keluarga yang aman, damai, sejahtera dan bahagia sehingga pertumbuhan dan perkembangan anak sebagai generasi penerus dengan kualitas sumber daya manusia dapat diandalkan. (Manuaba,1999). Infertilitas (ketidakmampuan konsepsi atau memiliki anak) merupakan sumber keluhan dan kecemasan pada pasangan. Walaupun Infertilitas tidak berpengaruh pada aktivitas fisik dan tidak mengancam jiwa, bagi banyak pasangan hal ini berdampak besar pada kehidupan keluarga (POGI,1996).
Selain itu faktor psikokultural mempengaruhi sikap pasangan terhadap masalah ini, sehingga ada upaya-upaya irasional (alternatif, shinse, herbalisme, dll) untuk mempunyai anak. Memang apa yang dilakukan pasangan tidak dapat disalahkan sepenuhnya, karena ilmu kedokteran yang mutakhir sekalipun belum dapat menjawab seluruh masalah Infertilitas secara memuaskan (www.kompas.com 2007).
Berdasarkan catatan WHO, di dunia ada sekitar 50-80 juta Pasutri mempunyai problem Infertilitas dan setiap tahunnya muncul sekitar 2 juta pasangan infertil (ketidakmampuan mengandung atau menginduksi konsepsi) baru. Tidak tertutup kemungkinan jumlah itu akan terus meningkat. Berdasarkan penelitian dari setiap 100 pasangan, pada pasangan suami istri yang sudah mempunyai anak dan mereka menginginkan anak kembali seperempatnya atau 15% berada di bawah kesuburan normal (Alia,Maret 2005).
Program Keluarga Berencana (KB) menurut World Health Organization (WHO) juga mencakup pelayanan pasangan infertilitas. Hal ini sesuai dengan tujuan program Nasional Kependudukan dan Keluarga Berencana di Indonesia yaitu “Mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS)”. Oleh karena itu kepada pasangan suami istri yang belum dikaruniai anak seyogyanya juga diberikan pelayanan infertilitas agar mereka juga dapat mewujudkan tujuan NKKBS bagi diri dan keluarga (Hartanto,2002).
Penyebab utama Infertilitas dibeberapa Negara berkembang adalah infeksi yang disebabkan karena kuman gonorrea dan clamydia. Infeksi tersebut dapat menyebabkan penyakit radang panggul (PRP), penyumbatan tuba, Infeksi postpartum dan post abortus pada wanita serta epididimitis pada laki-laki (POGI.1996). Seperti halnya penanggulangan penyakit pada umumnya, usaha pertama yang selalu harus diusahakan adalah mencari penyebab Infertilitas (www.kompas.com 2007).
Hasil survey sebuah website wanita menunjukan bahwa gagalnya kehamilan pada pasangan menikah selama 12 bulan, 40 % nya disebabkan Infertilitas pada pria, 40 % pada wanita dan 20 % lagi adalah kombinasi keduanya. Jadi tidak benar anggapan bahwa kaum wanita lebih bertanggungjawab terhadap kesulitan mendapatkan anak, bahkan penelitian beberapa tahun terakhir ini, 50 % gangguan kesuburan disebabkan oleh pria (Alia,Maret 2005).
Evaluasi terhadap pria penderita infertilitas yang datang ke klinik infertilitas bagian urologi RSUPN Cipto Mangunkusumo menunjukkan, 20-25% penderita tidak diketahui penyebabnya. Penyebab terbanyak infertilitas pria adalah pelebaran pembuluh darah balik atau vena disekitar buah zakar yang disebut varikokel. Varikokel ditemukan pada 40% penderita. Temuan ini tidak jauh berbeda dengan temuan salah satu pusat penanggulangan infertilitas terkenal di Baylor College of Medicine, Amerika Serikat yaitu 42%. Penyebab lain dari infertilitas pada pria adalah sumbatan/obstruksi pada saluran sperma. Hal ini terjadi pada 15% penderita. Pada 20% sisanya, infertilitas diakibatkan oleh berbagai faktor, misalnya gangguan hormon, kelainan bawaan, pengaruh obat, gangguan ereksi/ejakulasi, radiasi, keracunan pestisida, gangguan imunologi, operasi di daerah panggul dan lain-lain (www.kompas.com 2007).
Pada wanita penyebab infertilitas terbanyak adalah karena tertutupnya saluran tuba sebanyak 30%, 25% disebabkan karena gangguan ovulasi, masalah serviks sebanyak 15%, masalah-masalah endokrin seperti tumor hipofisis dan kelainan kongenital juga dapat menyebabkan infertilitas pada wanita, hal ini terjadi sebanyak 10% penderita (POGI,1996).
Di Indonesia banyaknya pasangan Infertil dapat diperhitungkan dari banyaknya wanita yang pernah kawin dan tidak mempunyai anak yang masih hidup, maka menurut Sensus Penduduk terdapat 12% baik didesa maupun dikota, atau kira-kira 3 juta pasangan infertil di seluruh Indonesia. Makin lama pasangan itu kawin tanpa kehamilan, makin menurun kejadian kehamilannya.
Di Propinsi Lampung dengan jumlah penduduk 6.983.700 jiwa dengan jumlah pasangan usia subur (PUS) 1.380.636 pasangan dan diperkirakan yang mengalami infertilitas adalah 138.064 (10%) pasangan (Profil Kesehatan Provinsi Lampung, 2005). Di kabupaten Lampung Timur dengan jumlah penduduk 919.017 jiwa dan jumlah pasangan usia subur (PUS) 184.379 pasangan dan yang mengalami Infertilitas lebih kurang 18.438 (10%) pasangan. Selanjutnya untuk kecamatan Batanghari dengan jumlah penduduk 50.741 jiwa dengan jumlah pasangan usia subur (PUS) 10.400 pasangan dan diperkirakan yang mengalami infertilitas 1040 (10%) pasangan (BPS, Kantor Catatan Sipil dan BKKBN Lampung Timur, 2006).
Berdasarkan data pra survey pada bulan Juli sampai dengan Desember 2006 di desa Sri Basuki Batanghari dengan jumlah penduduk 1994 jiwa dan jumlah pasangan usia subur 414 pasangan terdapat 21 pasangan infertil yang sedang berupaya untuk mendapatkan keturunan dimana sebagian besar dilakukan dengan cara-cara non medis, padahal apabila semua pasangan infertil mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan infertilitas dan cara yang harus ditempuh serta bagaimana penanggulangannya maka problem infertilitas bagi pasangan infertil dapat segera tertanggulangi.
Timbulnya Infertilitas sebenarnya dapat dicegah, beberapa hal dapat dilakukan untuk mencegah maupun menanggulangi Infertilitas (www.kompas.com 2007). Ilmu Kedokteran masa kini baru berhasil menolong 50% pasangan Infertil memperoleh anak. Bahkan berkat kemajuan tekhnologi kedokteran beberapa pasangan dimungkinkan memperoleh anak dengan jalan Inseminasi Buatan Donor, bayi tabung atau membesarkan dirahim wanita lain (Sarwono,1999).
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik ingin mengetahui Gambaran Pengetahuan Pasangan Infertil tentang Infertilitas di desa Sri Basuki Batanghari Lampung Timur.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka dapat dibuat rumusan masalah penelitian yaitu : Bagaimana Gambaran Pengetahuan Pasangan Infertil tentang Infertilitas di desa Sri Basuki Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur ?
C. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam melakukan penelitian agar sesuai dengan rumusan masalah yang dibuat, penulis membatasi ruang lingkup penelitian sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian : Deskriptif
2. Obyek Penelitian : Pengetahuan Pasangan Infertil tentang Infertilitas
3. Subyek Penelitian : Pasangan Infertil yang bertempat tinggal di desa Sri Basuki Batanghari Lampung Timur
4. Lokasi Penelitian : Desa Sri Basuki Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur
5. Waktu Penelitian : Tanggal 15 Mei 2007 – 19 Mei 2007
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan pasangan infertil tentang infertilitas di Desa Sri Basuki Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur.
E. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi :
1. Bagi Peneliti
a. Menambah pengalaman dalam penelitian serta menerapkan ilmu yang didapat selama mengikuti kuliah
b. Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai gambaran pengetahuan pasangan Infertil tentang Infertilitas
2. Bagi Tenaga Kesehatan di Desa Sri Basuki
Sebagai sumbangan pemikiran tentang pasangan yang mengalami Infertil ditinjau dari aspek pengetahuan tentang Infertilitas sehingga bidan dapat memberikan bantuan berupa konseling atau bimbingan dengan demikian meningkatkan mutu layanan reproduksi wanita.
3. Bagi Institusi Prodi Kebidanan Metro
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Politehnik Kesehatan Tanjung Karang umumnya dan khususnya Program Studi Kebidanan Metro sebagai bahan referensi bagi perpustakaan dan peneliti lainnya
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat dijadikan sebagai acuan bagi penelitian yang akan datang sebagai bahan literatur
Gambaran pengetahuan klimakterium tentang menopause di dusun
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sehat secara menyeluruh, meliputi aspek fisik, mental, sosial, dan bukan hanya bebas dari penyakit yang berkaitan dengan sistem reproduksi dan fungsinya. Kesehatan reproduksi bukan hanya membahas masalah kehamilan atau persalinan, tetapi mencakup seluruh siklus kehidupan wanita yang salah satunya adalah masa menopause, yaitu suatu masa yang dimulai pada akhir masa reproduksi dan berakhir pada masa senium (lanjut usia), yaitu pada usia 40-65 tahun (Pakasi, 2000). Pada usia ini akan banyak muncul masalah kesehatan karena masalah kesehatan sangat erat kaitannya dengan peningkatan usia (Curtis, Glade B, 2000).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan Umur Harapan Hidup (UHH) orang Indonesia adalah 75 tahun. Umur harapan hidup wanita adalah 67 tahun dan pria 63 tahun (yminti online, 2007). UHH dari 10 Kabupaten di Propinsi Lampung dari tahun 2002-2004 mengalami peningkatan bila dilihat per kabupaten atau per kota, UHH berkisar 66,4 tahun. UHH Kota Metro adalah 71,8 tahun dan Kabupaten Lampung Timur memiliki UHH 69,3 tahun (Profil Kesehatan Lampung, 2005). Hal ini berarti wanita memiliki UHH lebih tinggi dari pada pria dan akan menghadapi masalah kesehatan yang lebih rumit. (yminti online, 2007).
Menopause adalah haid terakhir atau saat terjadinya haid terakhir yang disebabkan menurunnya fungsi ovarium dan diagnosa dibuat setelah terdapat Amenorea (tidak haid) sekurang-kurangnya satu tahun (medicastore online, 2007). Sebenarnya menopause bukan merupakan masalah patologis tetapi merupakan masalah fisiologis yang dialami setiap wanita di dunia tetapi sangat mengganggu kebahagiaan sebuah keluarga dan wanita itu sendiri. Di dalam pengalaman hidupnya, seorang wanita akan mengalami perubahan-perubahan alamiah ini. Namun proses alamiah ini berbeda pada setiap wanita menopause. Ada yang melewatinya tanpa merasa terganggu, namun sebagian besar wanita menopause melalui perubahan alamiah ini dengan cobaan yang berat, gangguan fisik dan tekanan psikis yang menekan (Pakasi, 2000). Hal ini disebabkan karena berhentinya produksi estrogen dan menurunnya daya tahan tubuh seiring dengan bertambahnya usia (yminti online, 2007).
Perubahan fisik pada wanita biasanya terlihat pada perubahan kulit yang terlihat semakin mengendor, mudah terbakar sinar matahari, dan tumbuh bintik hitam (Manuaba, 1999). Perubahan fisik yang lain seperti incontinentia urin, berkurangnya penglihatan, pendengaran, patah tulang, dan sakit kepala (yminti online, 2007).
Berdasarkan penelitian Choirah pada tahun 2004 di Jakarta, ditemukan hubungan antara penurunan kadar estrogen dengan perubahan psikis yang terjadi pada masa menopause. Ditemukan adanya depresi sebanyak 37,9 % pada wanita menopause yang mengalami penurunan estrogen (Kusumawardhani, 2006), karena adanya ketidakseimbangan pisikologis dan emosional (Nirmala, 2003). Sedangkan penelitian Gail Saltz yang disitasi oleh Kusumawadhani tahun 2006 menemukan bahwa sepertiga wanita yang berusia diatas 50 tahun mengalami disfungsi seksual, tidak tertarik lagi dalam aktifitas seksual terjadi penurunan minat, gairah, dan berkurangnya sensitifitas fisik.
Berdasarkan hasil pra survey yang dilakukan pada tanggal 21 Maret 2007 di Dusun III Desa Cempaka Nuban Kecamatan Batanghari Nuban Lampung Timur menunjukkan bahwa jumlah wanita klimakterium yaitu wanita yang berusia 45-60 tahun berjumlah 52 orang. Dari hasil wawancara yang penulis lakukan pada wanita klimakterium, ternyata 61,5% wanita klimakterium belum mengerti tentang menopause.
Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang gambaran pengetahuan wanita klimakterium tentang menopause, di Dusun III Desa Cempaka Nuban Kecamatan Batanghari Nuban Lampung Timur.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian masalah di atas maka penulis membuat rumusan masalah “Bagaimana pengetahuan wanita klimakterium tentang menopause di Dusun III Desa Cempaka Nuban Kecamatan Batanghari Nuban Lampung Timur?”
C. Ruang Lingkup
Sifat Penelitian : Studi Deskriptif
Subjek Penelitian : Wanita klimakterium, yaitu pre-menopause, menopause, dan post menopause.
Objek Penelitian : Tingkat pengetahuan Wanita pre-menopause, menopause, dan post menopause tentang menopause.
Lokasi Penelitian : Dusun III Desa Cempaka Nuban Kecamatan Batanghari Nuban Lampung Timur.
Waktu penelitian : 5 Mei -7 Juni 2007
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya gambaran pengetahuan wanita tentang menopause di Dusun III Desa Cempaka Nuban Kecamatan Batanghari Nuban Lampung Timur.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran pengetahuan wanita tentang menopause berdasarkan perubahan fisik.
b. Diketahuinya gambaran pengetahuan wanita tentang menopause berdasarkan perubahan psikis.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :
1. Peneliti
Menambah pengetahuan dan pengalaman untuk penerapan ilmu yang telah di dapat selama kuliah, dalam rangka pemahaman pengetahuan wanita tentang menopause.
2. Wanita klimakterium di dusun III Desa Cempaka Nuban Kec. Batanghari Nuban Lampung Timur.
Hasil penelitian ini diharapkan meningkatkan pengetahuan pada wanita tentang menopause, sehingga membantu mempersiapkan diri dalam memasuki masa menopause.
3. Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi proses penelitian selanjutnya terutama yang berhubungan dengan menopause.
Tekanan Onkotik Plasma adalah
larutan koloid menimbulkan tekanan onkotik dan bilamana permeabilitas membran kapiler normal, kemampuan koloid seperti albumin, dekstran atau hydroxyethil starch (HES) dalam menahan air adalah berkisar antara (14 sampai 20ml untuk setiap gram koloid seperti albumin dan 16 - 17ml air/gram HES) <><>
10 Makanan Alami Penguat Sistem Imun Tubuh
1.Teh Hijau
Teh hijau itu mengandung antioksidan EGCG, yang dapat mengurangi risiko terkena berbagai jenis kanker. Susan Bowerman, asisten direktur di Center for Human Nutrition, University of California, Los Angeles mengungkapkan “Fitonutrien pada teh juga mendukung pertumbuhan bakteri baik di saluran pencernaan”. Menurut beliau, fitonutrien bekerja dengan cara menghambat pertumbuhan bakteri jahat di saluran cerna seperti E.coli, Clostridium, dan Salmonella, sehingga kerja bakteri baik tidak terganggu. Ini penting dilakukan karena, 70% sistem imunitas tubuh berada di saluran cerna. Cukup konsumsi 4 cangkir teh hijau sehari untuk mendapatkan manfaatnya.
2.Cabai
“Cabai merangsang metabolisme, bertindak sebagai pengencer darah alami dan membantu mengeluarkan endorphin”, ujar Gunnar Petersen, celebrity trainer bersertifikasi. Cabai juga kaya dengan beta karoten, yang mengubah vitamin A di dalam darah dan melawan infeksi. Demikian juga capsaicin yang bertugas menghambat neuropeptida (kimia yang menyebabkan peradangan). Cabai pedas bahkan memiliki kandungan antikanker. Konsumsilah satu sendok makan cabai per hari untuk membantu badan tetap bugar.
3.Jahe
Berlawanan dengan apa yang diyakini selama ini, jahe bukanlah akar, namun batang, yang berarti mengandung senyawa hidup yang dapat meningkatkan kesehatan seseorang. Senyawa yang terkenal bermanfaat adalah gingerol, senyawa yang dapat menekan kanker seperti yang ditunjukkan berbagai studi, efektif melawan kanker kolon. Gepraklah jahe segar, tambahkan ke dalam minuman atau makanan yang hendak disantap. Semakin banyak konsumsinya akan semakin baik, Bisa menghangatkan badan juga lho dikala dingin.
4.Bluberi
“Buah kecil-kecil yang sangat ampuh ini dapat membantu mencegah berbagai penyakit, mulai kanker hingga penyakit jantung”, ujar Ryan Andrews, direktur penelitian di Precision Nutrition, Toronto, Kanada. Satu piring saji atau setara dengan 3,5 ons bluberi mengandung kandungan antioksidan lebih banyak dibandingkan buah apa pun. Campurkan dengan lemon dan stroberi kemudian blender, maka akan menjadi makanan super yang ampuh memerangi berbagai penyakit.
5.Kayu Manis atau Cinnamon Sticks
Dikenal sebagai pemanis dan bumbu pelengkap untuk makanan India, kayu manis kaya antioksidan yang menghambat penggumpalan darah dan pertumbuhan bakteri (termasuk bau mulut yang bikin minder). “Berbagai studi juga menunjukkan bahwa kayu manis membantu menstabilkan gula darah, mengurangi diabetes tipe 2”, ujar pakar diet Nancy Clark, penulis buku Nancy Clark’s Sports Nutrition Guidebook (Human Kinetics, 1996). Bonusnya, kayu manis dapat mengurangi kolesterol jahat. Cobalah setengah sendok teh per hari, campurkan dalam minuman.
6.Ubi Jalar
Percaya atau tidak, ubi jalar (sweet potato) merupakan makanan paling sehat sejagad? Ubi jalar mengandung zat glutation, sebuah antioksidan yang dapat menambah metabolisme nutrient dan meningkatkan system kekebalan tubuh, juga berfungsi memerangi penyakit Alzheimer, Parkinson, penyakit hati, cystic fibrosis, HIV, kanker, serangan jantung dan stroke. Sepotong ubi jalar per hari cukup sebagai makanan pengganti nasi lengkap dengan manfaat hebatnya
7.Tomat
Suka ada yang nanya, tomat itu buah ato sayuran sih??? nih jawabannya, tomat merupakan sayuran yang ampuh melawan herpes. Kandungan likopen pada tomat juga membantu memerangi penyakit degeneratif. Tomat yang dimasak dan dibuat pasta bekerja paling baik. Konsumsilah sebutir tomat atau 12-20 ons jus tomat untuk menu harian.
8.Kurma/korma
Kurma diperkaya dengan potasium, mangan, dan antioksidan, buah ini membantu mendukung level pH yang sesuai bagi tubuh, membuat patogen sulit masuk ke jantung pertahanan tubuh. Kandungan serat pada kurma dapat menurunkan kadar insulin dan gula darah, mengurangi risiko diabetes dan sindrom metabolik. Pilih kurma yang berkulit gelap karena mengandung lebih banyak gizi, makanlah empat kurma sehari untuk mendukung sistem kekebalan Anda.
9.Jamur (reiki, shiitake, maitake)
Jamur lezat jika ditambahkan ke nasi merah. Namun jamur tersebut juga kaya dengan antioksidan yang disebut ergothioneine, yang dapat melindungi sel-sel tumbuh dari pertumbuhan abnormal dan bereplikasi menjadi sel mutan. “Intinya, jamur dapat mengurangi risiko kanker,” ujar Susan Bowerman, yang merekomendasikan konsumsi jamur setengah cangkir untuk dua kali seminggu. Masaklah dengan anggur merah, yang mengandung antioksidan resveratrol, akan meningkatkan daya tahan tubuh.
10.Delima
Jus buah delima dapat mengurangi risiko kanker, berkat kandungan polifenol yang disebut ellagitannin yang memberi warna pada buah. Studi terbaru di UCLA menemukan bahwa jus buah delima memperlambat sel kanker prostat dengan sebuah faktor enam. Minum secangkir jus delima setiap hari.
Gimana tuh??? pasti ada dong beberapa makan diatas yang udah rutin kamu makan setiap hari, klo belum makan semua ato bahkan belom pernah makan sama sekali buruan deh masukin di menu makan kamu sehari-hari biar gk gampang sakit. Karna kesehatan itu mahal harganya.
Sedikit Info Tambahan
Beberapa khasiat ketimun ialah:
1.Ketimun yang kaya serat berguna untuk melancarkan buang air besar, menurunkan kolesterol, dan menetralkan racun.
2.Ketimun dengan kandungan kaliumnya yang tinggi, memiliki khasiat meringankan penyakit hipertensi, terutama akibat hipersensitivitas terhadap natrium seperti garam dapur, petsin atau soda kue.
3.Ketimun dapat memberikan rasa sejuk dalam mulut untuk mengurangi rasa sakit pada tenggorokan atau luka sariawan.
4.Irisan ketimun dapat membuat mata terlihat cerah dan berbinar. Caranya, tempelkan saja irisan timun selama 20 menit pada tiap kelopak mata dan lihat hasilnya.
5.Ketimun dapat memperlancar buang air kecil sehingga dapat mengurangi beban kerja jantung dan menurunkan tekanan darah.
6.Ketimun adalah bahan penyegar yang dingin, obat pembersih dan pelembab sekaligus bagi semua jenis kulit wajah. Irisan ketimun maupun sari ketimun dapat ditempelkan pada wajah secara rutin untuk menghambat hadirnya keriput dan membuat kulit makin lembut.
7.Ketimun terkenal efektif menghilangkan jerawat ringan. Tempelkan irisan ketimun di bagian wajah yang berjerawat dan jerawat biasanya cepat sekali hilang.
8.Ketimun yang sifatnya dingin, dapat juga dipakai untuk mengobati gigitan serangga, gatal-gatal karena tumbuhan dan ‘memadamkan' kulit yang terbakar matahari. Bagian tubuh yang tersiram air panas-pun jika dibalut dengan parutan daging ketimun, akan dengan cepat terobati.
Jadi, jangan lupa hadirkan ketimun yang kaya khasiat dalam menu makan siang Anda hari ini
Apel dijuluki buah terlarang yang sensual dan memiliki daya tarik tersendiri. Lebih dari itu, buah ini punya banyak manfaat untuk kesehatan, yaitu :
1. Menurunkan kadar kolestrol.
2. Mencegah kanker dan menyehatkan paru - paru.
3. Mencegah penyakit jantung dan stroke.
4. Menurunkan berat badan.
5. Menjaga kesehatan gigi.
6. Membuat perempuan tetap cantik
7. Melindungi tubuh dari virus flu.
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN KENYAMANAN DAN NYERI
I. KONSEP KEBUTUHAN
A. PENGERTIAN
Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Nyeri terjadi bersama banyak proses penyakit atau bersamaan dengan beberapa pemeriksaan diagnostik atau pengobatan. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan lebih banyak orang dibanding suatu penyakit manapun. Sehingga seseorang yang mengalami nyeri akan merasa terganggu kenyamanan.
Nyeri dibagi menjadi dua bagian berdasarkan waktu, yakni:
1. Nyeri akut: terjadi secara tiba-tiba dan umumnya berkaitan dengan cedera spesifik. Nyeri akut mengindikasikan bahwa kerusakan atau cedera telah terjadi.
2. Nyeri Kronik: nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang suatu periode waktu. Nyeri ini berlangsung di luar waktu penyembuhan yang diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitkan dengan penyebab atau cedera spesifik.
B. NILAI-NILAI NORMAL
1. Temperatur:36,6-37,4 derajat Celcius
2. Tekanan darah: 120/80mmHg
3. Pernafasan: 16-24x/menit
4. Refleks pupil
5. Pola tidur
6. Berat badan
C. HAL-HAL YANG PERLU DIKAJI PADA KLIEN YANG MENGALAMI GANGGUAN KEBUTUHAN KENYAMANAN DAN NYERI
Pengkajian keperawatan pada individu dengan nyeri termasuk deskripsi nyeri juga faktor-faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi nyeri dan respon individu terhadap pereda nyeri.
1. Persepsi nyeri
a. Intensitas nyeri
Individu diminta untuk membuat tingkatan nyeri pada skala verbal
b. Karakteristik nyeri
Termasuk letak, durasi (menit, jam, hari atau bulan), irama (terus-menerus, hilang timbul, periode berkurang atau bertambahnya nyeri) dan kualitas (seperti ditusuk, terbakar, atau digencet)
c. Faktor-faktor yang meredakan nyeri
Apa hal yang dipercaya klien dapat meredakan nyerinya?
d. Efek nyeri terhadap aktifitas kehidupan sehari-hari
Meliputi aktifitas dasar sehari-hari (mis. Tidur, nafsu makan, konsentrasi, interaksi dengan orang lain, gerakan fisik, bekerja dan aktifitas-aktifitas santai)
e. Kehkawatiran individu tentang nyeri
Meliputi berbagai masalah yang luas (mis. Beban ekonomi, pengaruh terhadap peran dan perubahan citra diri)
2. Respon fisiologik dan perilaku terhadap nyeri
a. Respon fisiologik dapat berupa meningkatnya frekuensi nadi dan pernafasan, pucat dan berkeringat.
b. Perilaku terhadap nyeri dapat berupa pernyataan verbal, perilaku vokal, ekspresi wajah, gerakan tubh, kontak fisik dengan orang lain dan lingkungan.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi respon nyeri
- Pengalaman masa lalu dengan nyeri
Jika nyerinya teratasi dengan cepat dan adekuat, individu mungkin lebih sedikit ketakutan terhadap nyeri di masa mendatang dan mampu mentoleransi lebih baik
- Ansietas dan nyeri
- Budaya dan nyeri
- Usia dan nyeri
- Efek plasebo
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Nyeri akut
2. Nyeri kronik
3. Koping tidak efektif b.d. antisipasi dan stres dari nyeri
III. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
A. Nyeri Akut
NOC: nyeri klien reda atau terjadi penurunan dalam intensitas nyerinya
NIC:
1. Yakinkan klien bahwa anda mengetahui nyeri yang dialami klien adalah nyata dan akan membantunya dalam menghadapi nyeri tersebut
2. Gunakan skala pengkajian nyeri untuk mengidentifikasi intensitas nyeri dan ketidaknyamanan
3. Kaji dan catat nyeri dan karakteristiknya: lokasi, kualitas, frekuensi dan durasi.
4. berikan analgesik sesuai yang diresepkan untuk meningkatkan peredaan nyeri yang optimal
5. berikan kembali skala pengkajian nyeri
6. catat keparahan nyeri klien pada bagan
7. identifikasi dan dorong klien untuk menggunakan strategi yang menunjukkan keberhasilan pada nyeri sebelumnya
8. ajarkan klien strategi tambahan untuk meredakan nyeri dan ketidaknyamanan, distraksi, guided-imagery, relaksasi dan stimulasi kutaneus
9. intruksikan klien dan keluarga tentang potensial efek samping analgesik dan pencegahan serta penetalaksanaannya
B. Nyeri Kronik
NOC:
1. Klien dapat Mengurangi atau mengeliminasi faktor-faktor yang dapat memicu pengalaman nyeri
2. Klien melaporkan bahwa nyerinya berkurang
3. Klien melaporkan efek samping minimal dari agen farmakologik yang digunakan
4. Klien melaporkan bahwa ketakutan dan kecemasanya berkurang tentang pengalaman nyeri dan analgesik yang diperlukan
NIC:
1. eksplorasi bersama klien mengenai faktor-faktor yang dapat memicu pengalaman nyeri
2. lakukan pengkajian nyeri dan rencanakan jadwal untuK mengkaji kembali dan mengevaluasi kefektifan kontrol nyeri yang digunakan
3. kaji kemauan klien untuk menggunakan intervensi tertentu
4. ajarkan klien tehnik manajemen nyeri baik yang farmakologis maupun non farmakologis
5. identifikasi efek samping obat dan diskusikan dengan klien bagaimana cara mengatasinya
6. bangun hubungan yang dapat membantu klien untuk mengeksplorasi ketakutan karena ketidakadekuatan kontrol nyeri
7. eksplorasi keyakinan atau konsep yang salah mengenai kontrol nyeri yang optimal
8. bantu keluarga klien untuk berespon terhadap nyeri yang dialami klien
9. dukung aktifitas yang tidak dapat memicu nyeri
10. bantu klien untuk merencanakan aktifitas sehari-hari ketika nyeri dalam derajat yang rendah
C. Koping tidak efektif b.d. antisipasi dan stres dari nyeri
NOC: klien dapat meningkatkan kefektifan kopingnya dalam menghadapi nyeri
NIC:
1. kaji strategi koping klien dan faktor-faktor yang menghasilkan koping tidak efektif
2. ajarkan klien cara yang sesuai dan aman untuk menggunakan analgesik
3. bantu klien untuk mengidentifikasi dan menggunakan strategi koping yang efektif
4. bantu klien merencanakan dan ikut serta dalam aktifitas
IV. DAFTAR PUSTAKA
Kozier, Erb, Wilkinson. 1995. Fundamental of Nursing: Concepts, Process and Practice. Addison-Wesley: California.
Smeltzer S.C., Bare B.G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Edisi delapan. EGC: Jakarta
Blog Archive
-
2016
(1)
- 09/18 - 09/25 (1)
-
2015
(10)
- 10/11 - 10/18 (1)
- 09/13 - 09/20 (1)
- 09/06 - 09/13 (1)
- 07/05 - 07/12 (1)
- 05/17 - 05/24 (6)
-
2014
(1)
- 04/13 - 04/20 (1)
-
2012
(770)
- 02/19 - 02/26 (5)
- 02/12 - 02/19 (10)
- 02/05 - 02/12 (4)
- 01/29 - 02/05 (27)
- 01/22 - 01/29 (88)
- 01/15 - 01/22 (101)
- 01/08 - 01/15 (169)
- 01/01 - 01/08 (366)
-
2011
(4478)
- 12/25 - 01/01 (336)
- 12/18 - 12/25 (62)
- 12/11 - 12/18 (70)
- 12/04 - 12/11 (77)
- 11/27 - 12/04 (40)
- 11/20 - 11/27 (67)
- 11/13 - 11/20 (198)
- 11/06 - 11/13 (187)
- 10/30 - 11/06 (340)
- 10/23 - 10/30 (32)
- 10/16 - 10/23 (109)
- 10/09 - 10/16 (80)
- 08/14 - 08/21 (75)
- 08/07 - 08/14 (81)
- 07/31 - 08/07 (82)
- 07/24 - 07/31 (66)
- 07/17 - 07/24 (91)
- 07/10 - 07/17 (47)
- 07/03 - 07/10 (44)
- 06/26 - 07/03 (53)
- 06/19 - 06/26 (59)
- 06/12 - 06/19 (47)
- 06/05 - 06/12 (65)
- 05/29 - 06/05 (63)
- 05/22 - 05/29 (77)
- 05/15 - 05/22 (115)
- 05/08 - 05/15 (65)
- 05/01 - 05/08 (104)
- 04/24 - 05/01 (45)
- 04/17 - 04/24 (70)
- 04/10 - 04/17 (134)
- 04/03 - 04/10 (72)
- 03/27 - 04/03 (18)
- 03/20 - 03/27 (47)
- 03/13 - 03/20 (68)
- 03/06 - 03/13 (40)
- 02/27 - 03/06 (56)
- 02/20 - 02/27 (77)
- 02/13 - 02/20 (76)
- 02/06 - 02/13 (198)
- 01/30 - 02/06 (194)
-
01/23 - 01/30
(132)
- Gambaran tingkat pengetahuan ibu-ibu usia 45 – 55 ...
- Gambaran tingkat pengetahuan wanita pramenopause t...
- Gambaran tingkat pengetahuan dan sikap remaja putr...
- Gambaran teknik menyusui minggu pertama pada ibu p...
- Gambaran peran serta kader dalam kegiatan posyandu...
- Gambaran pengetahuan tenaga kesehatan tentang paps...
- Gambaran pengetahuan remaja wanita kelas II tentan...
- Gambaran pengetahuan remaja putri tentang kanker p...
- Gambaran pengetahuan pasangan infertil tentang inf...
- Gambaran pengetahuan klimakterium tentang menopaus...
- Tekanan Onkotik Plasma adalah
- 10 Makanan Alami Penguat Sistem Imun Tubuh
- LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGA...
- Gambaran pertumbuhan balita di posyandu desa
- Gambaran persyaratan minimal fasilitas pelayanan A...
- Gambaran perilaku ibu menyusui tentang pemberian A...
- Gambaran perilaku hidup bersih dan sehat dalam rum...
- Gambaran pengetahuan siswa SMPN ….. tentang perila...
- Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang nutrisi ibu...
- Gambaran penatalaksanaan pre-operasi seksio sesare...
- Gambaran penatalaksanaan perawatan bayi prematur o...
- Gambaran penatalaksanaan pemberian ASI pada ibu se...
- Gambaran penatalaksanaan kala IV persalinan normal...
- DAMPAK DAN PENGARUH TIDUR TERHADAP KESEHATAN
- Mengatasi Kencing Manis (Diabetes Mellitus) Secara...
- Pengetahuan dan sikap ibu tentang imunisasi campak...
- Gambaran pengetahuan ibu tentang pemberian imunisa...
- Gambaran Pengetahuan ibu multipara tentang kontras...
- Gambaran pengetahuan ibu menyusui anak pertama ten...
- Tekanan Osmotik
- Gambaran karakteristik ibu bersalin dengan di ruma...
- Gambaran kadar hemoglobin (Hb) pada akseptor intra...
- NILAI FINAL SEMESTER GANJIL STIKES BARAMULI
- LIMA IMUNISASI DASAR LENGKAP (LIL)
- Kebutuhan Oksigen
- Panduan Pemeriksaan Fisik Anak
- Pemeriksaan Psikologi ; Psikotest
- Penyakit KEP; Kekurangan Energi dan Protein Usia 4...
- Berat Badan Lahir Rendah
- Post Operasi Tutup Kolostomi
- Askep Cedera Kepala Berat dan Sub Dural Hematoma
- Askep Pada Efusi Pleura
- Askep Cerebro Vascular Disease dan Gangguan Kesadaran
- Gambaran pengetahuan ibu tentang perawatan bayi de...
- Askep Batu Ginjal
- Askep Gastroenteritis; Diare
- Bayi Hiperbilirubinemia
- Askep Ikterus
- Askep Atresia Esophagus
- Askep Asma Bronchial
- Askep Ulkus Kornea
- Askep Bayi Neuroma Pada Fronto Orbita Sinistra
- Askep Katarak
- Askep Glaukoma
- Ablasio Retina
- Asuhan Keperawatan Glaukoma
- Gambaran pengetahuan ibu tentang keluarga sadar gi...
- Gambaran penatalaksanaan anemia pada ibu hamil di ...
- Gambaran pasangan usia subur yang tidak mengikuti ...
- Gambaran mobilisasi dini pada ibu post partum deng...
- Gambaran karakteristik ibu hamil dengan pre eklamp...
- Gambaran karakteristik ibu bersalin dengan ekstrak...
- Payakumbuh membeku
- KEMBALIKAN RUU KEPERAWATAN DALAM PROGLESNAS 2011
- Teh Air Galon
- Askep Pneumonia dan Gagal Nafas
- Askep Tetanus
- Askep Diabetik Ketoacidosis
- Askep Payah Jantung, Odem Paru dan Gagal Nafas
- Askep Gagal Napas Pada Torakotomi Akibat Hematotorak
- Askep Anak Tonsilofaringitis Akut
- Askep Anak Thypus Abdominalis
- Askep Anak Thipoid
- Askep Anak Thalasemia
- Askep Anak Nefrotik Sindrome
- Askep Anak Morbili
- Askep Anak Limfadenitis Tuberkulosis
- Askep Anak Leukemia Akut
- Askep Anak Fraktur
- Down Sindrome
- Gambaran pengetahuan ibu tentang pemberian imunisa...
- Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang pemberian A...
- Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang melahirkan ...
- Penilaian Osmolalitas
- Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang nutrisi ibu...
- Gambaran pengetahuan bidan tentang manajemen aktif...
- Pemeriksaan Psikologi; Psikotest
- Anak Malas Beresiko Alami Patah Tulang
- Infeksi Cacing Kremi
- Penyakit Jantung Pada Anak
- Nyeri
- Pemasangan Bidai
- ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS TETANUS
- ASUHAN KEPERAWATAN SIROSIS HEPATIS
- Asuhan Keperawatan Anak dengan Asma Bronchial
- Kekebalan Cegah Demam Berdarah!
- Osmolaritas Cairan
- Gambaran pengetahuan ibu menyusui tentang manajeme...
- Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang gizi seimba...
- Apakah Jenis Latihan yang Terbaik untuk Membakar K...
- 01/16 - 01/23 (196)
- 01/09 - 01/16 (202)
- 01/02 - 01/09 (121)
-
2010
(2535)
- 12/26 - 01/02 (156)
- 12/19 - 12/26 (65)
- 12/12 - 12/19 (73)
- 12/05 - 12/12 (84)
- 11/28 - 12/05 (80)
- 11/21 - 11/28 (68)
- 11/14 - 11/21 (63)
- 11/07 - 11/14 (50)
- 10/31 - 11/07 (50)
- 10/24 - 10/31 (36)
- 10/17 - 10/24 (58)
- 10/10 - 10/17 (35)
- 10/03 - 10/10 (31)
- 09/26 - 10/03 (21)
- 09/19 - 09/26 (26)
- 09/12 - 09/19 (55)
- 09/05 - 09/12 (65)
- 08/29 - 09/05 (33)
- 08/22 - 08/29 (70)
- 08/15 - 08/22 (45)
- 08/08 - 08/15 (35)
- 08/01 - 08/08 (37)
- 07/25 - 08/01 (27)
- 07/18 - 07/25 (19)
- 07/11 - 07/18 (30)
- 07/04 - 07/11 (56)
- 06/27 - 07/04 (28)
- 06/20 - 06/27 (22)
- 06/13 - 06/20 (30)
- 06/06 - 06/13 (21)
- 05/30 - 06/06 (5)
- 05/16 - 05/23 (6)
- 05/09 - 05/16 (29)
- 05/02 - 05/09 (59)
- 04/25 - 05/02 (28)
- 04/18 - 04/25 (38)
- 04/11 - 04/18 (70)
- 04/04 - 04/11 (59)
- 03/28 - 04/04 (65)
- 03/21 - 03/28 (89)
- 03/14 - 03/21 (218)
- 03/07 - 03/14 (95)
- 02/28 - 03/07 (135)
- 02/21 - 02/28 (102)
- 01/03 - 01/10 (68)
-
2009
(1652)
- 12/27 - 01/03 (36)
- 12/20 - 12/27 (22)
- 12/13 - 12/20 (100)
- 12/06 - 12/13 (45)
- 11/29 - 12/06 (24)
- 11/22 - 11/29 (22)
- 11/15 - 11/22 (19)
- 11/08 - 11/15 (28)
- 11/01 - 11/08 (11)
- 10/25 - 11/01 (17)
- 10/18 - 10/25 (38)
- 10/11 - 10/18 (33)
- 10/04 - 10/11 (15)
- 09/27 - 10/04 (21)
- 09/20 - 09/27 (7)
- 09/13 - 09/20 (84)
- 09/06 - 09/13 (35)
- 08/30 - 09/06 (48)
- 08/23 - 08/30 (118)
- 08/16 - 08/23 (26)
- 08/09 - 08/16 (34)
- 08/02 - 08/09 (35)
- 07/26 - 08/02 (31)
- 07/19 - 07/26 (14)
- 07/12 - 07/19 (16)
- 07/05 - 07/12 (28)
- 06/28 - 07/05 (26)
- 06/21 - 06/28 (76)
- 06/14 - 06/21 (26)
- 06/07 - 06/14 (21)
- 05/31 - 06/07 (43)
- 05/24 - 05/31 (38)
- 05/17 - 05/24 (26)
- 05/10 - 05/17 (52)
- 05/03 - 05/10 (15)
- 04/26 - 05/03 (38)
- 04/19 - 04/26 (32)
- 04/12 - 04/19 (22)
- 04/05 - 04/12 (20)
- 03/29 - 04/05 (40)
- 03/22 - 03/29 (43)
- 03/15 - 03/22 (18)
- 03/08 - 03/15 (14)
- 03/01 - 03/08 (22)
- 02/22 - 03/01 (12)
- 02/15 - 02/22 (9)
- 02/08 - 02/15 (11)
- 02/01 - 02/08 (19)
- 01/25 - 02/01 (37)
- 01/18 - 01/25 (21)
- 01/11 - 01/18 (33)
- 01/04 - 01/11 (31)
-
2008
(700)
- 12/28 - 01/04 (13)
- 12/21 - 12/28 (9)
- 12/14 - 12/21 (57)
- 12/07 - 12/14 (5)
- 11/30 - 12/07 (18)
- 11/23 - 11/30 (33)
- 11/16 - 11/23 (31)
- 11/09 - 11/16 (23)
- 11/02 - 11/09 (18)
- 10/26 - 11/02 (11)
- 10/19 - 10/26 (15)
- 10/12 - 10/19 (13)
- 10/05 - 10/12 (25)
- 09/28 - 10/05 (2)
- 09/21 - 09/28 (14)
- 09/14 - 09/21 (19)
- 09/07 - 09/14 (43)
- 08/31 - 09/07 (3)
- 08/24 - 08/31 (33)
- 08/17 - 08/24 (65)
- 08/10 - 08/17 (4)
- 08/03 - 08/10 (26)
- 07/27 - 08/03 (6)
- 07/20 - 07/27 (19)
- 07/13 - 07/20 (18)
- 07/06 - 07/13 (60)
- 06/29 - 07/06 (53)
- 06/22 - 06/29 (49)
- 06/15 - 06/22 (11)
- 06/08 - 06/15 (4)
Popular Posts
-
ASUHAN KEPERAWATAN IBU NIFAS DENGAN PERDARAHAN POST PARTUM A. PengertianPost partum / puerperium adalah masa dimana tubuh menyesuaikan, baik...
-
KTI KEBIDANAN HUBUNGAN USIA TERHADAP PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSUD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan wanita merupakan hal yang s...
-
Setelah beberapa minggu ini cari materi buat postingan baru, mendadak dapat inspirasi setelah rekan Anton Wijaya menulis di buku tamu Keper...
-
PATHWAY ASFIKSIA NEONATORUM Klik pada gambar untuk melihat pathway Download Pathway Asfiksia Neonatorum Via Ziddu Download Askep Asfiksia N...
-
DEFINISI Ikterus ialah suatu gejala yang perlu mendapat perhatian sungguh-sungguh pada neonatus. Ikterus ialah suatu diskolorasi kuning pa...
-
Metode Kalender atau Pantang Berkala (Calendar Method Or Periodic Abstinence) Pendahuluan Metode kalender atau pantang berkala merupakan met...
-
Pathway Combustio Klik Pada Gambar Untuk melihat pathway Download Pathway Combustio Via Ziddu Tag: Pathways combustio , pathways luka baka...
-
Pathway Hematemesis Melena Klik pada gambar untuk melihat pathway Download Pathway Hematemesis Melena Via Ziddu
-
PROSES KEPERAWATAN KOMUNITAS Pengertian - Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan, merencana...
-
Metode Suhu Basal Tubuh (Basal Body Temperature Method) Suhu tubuh basal adalah suhu terendah yang dicapai oleh tubuh selama istirahat atau ...
© ASUHAN KEPERAWATAN 2013 . Powered by Bootstrap , Blogger templates and RWD Testing Tool Published..Gooyaabi Templates