Sabtu, 28 Maret 2009
Teknik Komunikasi Terapeutik
Teknik Komunikasi Terapeutik Menurut Stuart dan Sundeen tahun 1995, tehnik komunikasi terdiri dari:
- Mendengar aktif; Mendengar mempunyai arti: konsentrasi aktif .dan persepsi terhadap pesan orang lain yang menggunakan semua indra, Liendberg et al, cit Nurjanah (2001)
- Mendengar pasif; Mendengar pasif adalah kegiatan mendengar dengan kegiatan non verbal untuk klien. Misalnya dengan kontak mata, menganggukkan kepala dan juga keikutsertaan secara verbal
- Penerimaan: Yang dimaksud menerima adalah mendukung dan menerima informasi dengan tingkah laku yang menunjukkan ketertarikan dan tidak menilai. Penerimaan bukan berarti persetujuan. Menunjukkan penerimaan berarti kesediaan mendengar tanpa menunjukkan keraguan atau ketidaksetujuan.
- Klarifikasi; Klarifikasi sama dengan validasi yaitu menanyakan kepada klien apa yang tidak dimengerti perawat terhadap situasi yang ada. Klarifikasi dilakukan apabula pesan yang disampaikan oleh klien belum jelas bagi perawat dan perawat mencoba memahami situasi yang digambarkan oleh klien.
- Fokusing; Fokusing adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan untuk membatasi area diskusi sehingga percakapan menjadi lebih spesifik dan dimengerti, Stuart & Sundeen, cit Nurjanah (2001).
- Observasi; Observasi merupakan kegiatan mengamati klien/orang lain. Observasi dilakukan apabila terdapat konflik antara verbal dan non verbal klien dan saat tingkah laku verbal dan non verbal nyata dan tidak biasa ada pada klien, Stuart & Sundeen, cit Nurjanah (2001). Observasi dilakukan sedemikian rupa sehingga klien tidak menjadi malu atau marah.
- Menawarkan informasi; Menyediakan tambahan informasi dengan tujuan untuk mendapatkan respon lebih lanjut. Beberapa keuntungan dari menawarkan informasi adalah akan memfasilitasi komunikasi, mendorong pendidikan kesehatan, dan memfasilitasi klien untuk mengambil keputusan, Stuart & Sundeen, cit, Nurjanah, (2001). Penahanan informasi pada saat klien membutuhkan akan mengakibatkan klien tidak percaya. Hal yang tidak boleh dilakukan adalah menasehati klien pada saat memberikan informasi.
- Diam (memelihara ketenangan); Diam dilakukan dengan tujuan mengorganisir pemikiran, memproses informasi, menunjukkan bahwa perawat bersedia untuk menunggu respon. Kediaman ini akan bermanfaat pada saat klien mengalami kesulitan untuk membagi persepsinya dengan perawat. Diam tidak dapat dilakukan dalam waktu yang lama karena akan mengakibatkan klien menjadi khawatir. Diam dapat juga diartikan sebagai mengerti, atau marah. Diam disini juga menunjukkan kesediaan seseorang untuk menanti orang lain agar punya kesempatan berpikir, meskipun begitu diam yang tidak tepat menyebabkan orang lain merasa cemas.
- Assertive: Assertive adalah kemampuan dengan secara meyakinkan dan nyaman mengekspresikan pikiran dan perasaan diri dengan tetap menghargai hak orang lain, Nurjanah, 2001.
- Menyimpulkan; Membawa poin-poin penting dari diskusi untuk meningkatkan pemahaman. Memberi kesempatan untuk mengklarifikasi komunikasi agar sama denga ide dalam pikiran, Varcarolis, cit, Nurjanah, 2001.
- Giving recognition (memberiakn pengakkuan/penghargaan); Memberi penghargan merupakan tehnik untuk memberikan pengakkuan dan menandakan kesadaran, Schultz & Videbeck, cit, Nurjanah, 2001.
- Offering Sel (menawarakan diri); Menawarkan diri adalah menyediakan diri anda tanpa respon bersyarat atau respon yang diharapkan, Schultz & Videbeck.cit. Nurjanah, 2001
- Offering general leads (memberikan petunjuk umum); Mendukung klien untuk meneruskan, Schultz & Videbeck cit, Nurjanah, 2001
- Giving broad opening (memberikan pertanyaan terbuka): Mendorong klien untuk menyeleksi topik yang akan dibicarakan. Kegiatan ini bernilai terapeuitik apabila klien menunjukkan penerimaan dan nilai dari inisiatif klien dan menjadi non terapeuitk apabila perawatan mendominasi interaksi dan menolak res[pon klien, Stuart % Sundeen, cit, Nurjanah, 2001.
- Placing the time in time/sequence (penempatan urutan/waktu); Melakukan klarifikasi antara waktu dan kejadian atau antara satu kejadian dengan kejadian lain. Teknik bernilai terapeutik apabila perawat dapat mengeksplorasi klien dan memahami masalah yang penting. Tehnik ini menjadi tidak terapeutik bila perawat memberikannasehat, meyakinkan atau tidak mengakui klien.
- Encourage deskripition of perception (mendukung deskripsi dari persepsi); Meminta kepada klien mengungkapkan secara verbal apa yang dirasakan atau diterima, Schulz & Videbeck, cit, Nurjanah, 2001
- Encourage Comparison (mendukung perbandingan); Menanyakan kepada klien mengenai persamaan atau perbedaan
- Restating (mengulang) Restating; adalah pengulangan pikiran utama yang diekspresiakn klien, Stuart & Sundeen, Cit Nurjanah, 2001.
- Reflekting (Refleksi): Digunakan pada saat klien menanyakan pada perawat tentang peneliaian atau kesetujuannya. Tehnik ini akan membantu perawat untuk tetap memelihara pendekatan yang tidak menilai, Boyd & Nihart, cit, Nurjanah
- Eksploring (Eksporasi); Mempelajari suatu topik lebih mendalam
- Presenting reality (menghadikan realitas/kenyataan); Menyediakan informasi dengan perilaku yang tidak menilai
- Voucing doubt (menunjukkan keraguan); Menyelipkan persepsi perawat mengenai realitas. Tehnik ini digunakan dengan sangat berhati-hati dan hanya pada saat perawat merasa yakin tentang suatu yang detil. Ini digunakan pada saat perawat ingin memberi petunjuk pada klien mengenai penjelasan lain.
- Seeking consensual validation; Pencarian pengertian mengenai komunikasi baik oleh perawat maupun klien. Membantu klien lebih jelas terhadap apa yang mereka pikirkan.
- Verbalizing the implied: Memverbalisasikan kata-kata yang klien tunjukkan atau anjuran.
- Encouraging evaluation (mendukung evaluasi): Perawat membantu klien mempertimbangkan orang dan kejadian kedalam nilai dirinya
- Attempting to translate into feeling (usaha menerjemahkan perasaan); Membantu klien untuk mengidentifikasi perasaan berhubungan dengan kejadian atau pernyataan .
- Suggesting collaborating (menganjurkan kolaborasi): Penekanan kegiatan kerja dengan klien tidak menekan melakukan sesuatu untuk klien. Mendukung pandangan bahwa terdapat kemungkinan perubahan melalui kolaborasi.
- Encouragingformulation of plan of action (mendukng terbentuknya rencana tindakan): Memberikan kesempatan pada klien untuk mengantisipasi alternative dari tindakan untuk masa yang akan datang.
- Estabilising guidelines (menyediakan petunjuk); Statemen yang menunjukkan peran, tujuan dan batasan untuk interaksi. Hal ini akan menolong klien untuk mengetahui apa yang dia harapkan dari dirinya.
- Open- ended comments (komentar terbuka-tertutup): Komentar secara umum untuk menentukan arah dari interaksi yang seharusnya dilakukan. Hal ini akan mengijinkan klien untuk memutuskan apa topik/materi yang paling relevan dan mendukung klien untuk meneruskan interaksi.
- Reducing distant (penurunan jarak); Menurunkan jarak fisik antara perawat dank lien. Hal ini menunjukkan komunikasi non verbal dimana perawat ingin terlibat dengan klien.
- Humor; Dugan (1989) menyebutkan humor sebagai hal yang penting dalam komunikasi verbal dikarenakan: tertawa mengurangi keteganan dan rasa sakit akibat stress, serat meningkatkan keberhasilan asuhan keperawatan .
Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Purwanto,1994). Teknik komunikasi terapeutik merupakan cara untuk membina hubungan yang terapeutik dimana terjadi penyampaian informasi dan pertukaran perasaan dan pikiran dengan maksud untuk mempengaruhi orang lain (Stuart & sundeen,1995).
Adapun tujuan komunikasi terapeutik adalah:
- Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal yang diperlukan;
- Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan mempertahankan kekuatan egonya;
- Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri.
Fungsi komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan mengajarkan kerja sama antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien. Perawat berusaha mengungkap perasaan, mengidentifikasi dan mengkaji masalah serta mengevaluasi tindakan yang dilakukan dalam perawatan (Purwanto, 1994).
Prinsip-prinsip komunikasi adalah:- Klien harus merupakan fokus utama dari interaksi
- Tingkah laku professional mengatur hubungan terapeutik
- Membuka diri dapat digunakan hanya pada saat membuka diri mempunyai tujuan terapeutik
- Hubungan sosial dengan klien harus dihindari
- Kerahasiaan klien harus dijaga
- Kompetensi intelektual harus dikaji untuk menentukan pemahaman
- Implementasi intervensi berdasarkan teori
- Memelihara interaksi yang tidak menilai, dan hindari membuat penilaian tentang tingkah laku klien dan memberi nasihat
- Beri petunjuk klien untuk menginterprestasikan kembali pengalamannya secara rasional
- Telusuri interaksi verbal klien melalui statemen klarifikasi dan hindari perubahan subyek/topik jika perubahan isi topik tidak merupakan sesuatu yang sangat menarik klien.
Teknik Komunikasi Terapeutik
ASUHAN KEPERAWATAN DAN MATERI JIWA
1. Asuhan Keperawatan Ansietas
2. Asuhan Keperawatan Curiga
3. Asuhan Keperawatan Delireum
4. Asuhan Keperawatan Epilepsi
5. Asuhan Keperawatan Gangguan Hubungan Sosial
6. Asuhan Keperawatan Halusinasi
7. Asuhan Keperawatan Halusinasi Dengar
8. Asuhan Keperawatan Halusinasi Perseptual
9. Asuhan Keperawatan Harga Diri Rendah
10. Asuhan Keperawatan Harga Diri Rendah
11. Asuhan Keperawatan Jiwa Waham
12. Asuhan Keperawatan Kehilangan
13. Asuhan Keperawatan Kelompok Khusus Remaja
14. Asuhan Keperawatan Depresi
15. Asuhan Keperawatan Menarik Diri
16. Asuhan Keperawatan Menarik Diri2
17. Asuhan Keperawatan Menarik Diri3
18. Asuhan Keperawatan Napza
19. Asuhan Keperawatan Pasien Curiga
20. Asuhan Keperawatan Pasien Mania
21. Asuhan Keperawatan Perawatan Diri Kurang
22. Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan1
23. Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan (PK)
24. Asuhan Keperawatan Schizofrenia
25. Asuhan Keperawatan Schizofrenia Simpleks
26. Asuhan Keperawatan Schizofrenia Katatonik
27. Asuhan Keperawatan Schizofrenia Hebefrenik
28. Asuhan Keperawatan Suicide
29. Asuhan Keperawatan Toileting
30. Asuhan Keperawatan Waham
31. Bunuh Diri dan Depresi
32. Defisit Perawatan Diri (Higiene)
33. Delireum
34. Epilepsi
35. Gangguan Alam Perasaan (Depresi)
36. Gangguan Alam Perasaan (Mania)
37. Gangguan Hubungan Sosial
38. Gangguan Hubungan Sosial Menarik Diri
39. Gangguan Penggunaan Napza
40. Halusinasi (pdf file)
41. Halusinasi
42. Halusinasi2
43. Halusinasi3
44. Harga Diri Rendah
45. Hubungan Terapeutik Pasien-Perawat
46. Interaksi Sosial
47. Kegawatdaruratan Psikiatri
48. Ketidakmampuan Toileting
49. Konsep Dasar Perilaku Kekerasan
50. Manajemen Jiwa
51. Materi Efek Teori Dan Memori ECT
52. Materi Kontrol Emosi
53. Materi Terapi Lingkungan
54. Mekanisme Koping Individu
55. Menarik Diri (ppt file)
56. Menarik Diri
57. Menarik Diri2
58. Mengapa Remaja Bunuh Diri
59. Napza
60. Obat Anti Depresi
61. Penyalahgunaan Psikotropika
62. Perilaku Bunuh Diri
63. Perilaku Curiga
64. Perilaku Kekerasan
65. Perilaku Kekerasan2
66. Perubahan Proses Pikir (Waham)
67. Pre Planning Terapi Aktifitas Kelompok (TAK)
68. Psikoneuroimunologi
69. Schizofrenia Simpleks
70. Sindroma Otak Organik Karena Epilepsi
71. Skizofrenia
72. Skizofrenia Katatonik
73. Strategi Pelaksanaan Bunuh Diri
74. Strategi Pelaksanaan Halusinasi
75. Strategi Pelaksanaan Halusinasi Dengar
76. Strategi Pelaksanaan Menarik Diri
77. Strategi Pelaksanaan Perilaku Kekerasan
78. Strategi Pelaksanaan Perilaku Kekerasan2
79. Strategi Pelaksanaan Waham Kebesaran
80. Strategi Pelaksanaan Harga Diri Rendah
81. Terapi Keluarga Jiwa
82. Terapi Aktifitas Kelompok
83. Terapi Aktifitas Kelompok
84. Tinjauan Teori Napza
85. Tinjauan Teori Retardasi Mental
86. Waham
Read More
1. Asuhan Keperawatan Ansietas
2. Asuhan Keperawatan Curiga
3. Asuhan Keperawatan Delireum
4. Asuhan Keperawatan Epilepsi
5. Asuhan Keperawatan Gangguan Hubungan Sosial
6. Asuhan Keperawatan Halusinasi
7. Asuhan Keperawatan Halusinasi Dengar
8. Asuhan Keperawatan Halusinasi Perseptual
9. Asuhan Keperawatan Harga Diri Rendah
10. Asuhan Keperawatan Harga Diri Rendah
11. Asuhan Keperawatan Jiwa Waham
12. Asuhan Keperawatan Kehilangan
13. Asuhan Keperawatan Kelompok Khusus Remaja
14. Asuhan Keperawatan Depresi
15. Asuhan Keperawatan Menarik Diri
16. Asuhan Keperawatan Menarik Diri2
17. Asuhan Keperawatan Menarik Diri3
18. Asuhan Keperawatan Napza
19. Asuhan Keperawatan Pasien Curiga
20. Asuhan Keperawatan Pasien Mania
21. Asuhan Keperawatan Perawatan Diri Kurang
22. Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan1
23. Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan (PK)
24. Asuhan Keperawatan Schizofrenia
25. Asuhan Keperawatan Schizofrenia Simpleks
26. Asuhan Keperawatan Schizofrenia Katatonik
27. Asuhan Keperawatan Schizofrenia Hebefrenik
28. Asuhan Keperawatan Suicide
29. Asuhan Keperawatan Toileting
30. Asuhan Keperawatan Waham
31. Bunuh Diri dan Depresi
32. Defisit Perawatan Diri (Higiene)
33. Delireum
34. Epilepsi
35. Gangguan Alam Perasaan (Depresi)
36. Gangguan Alam Perasaan (Mania)
37. Gangguan Hubungan Sosial
38. Gangguan Hubungan Sosial Menarik Diri
39. Gangguan Penggunaan Napza
40. Halusinasi (pdf file)
41. Halusinasi
42. Halusinasi2
43. Halusinasi3
44. Harga Diri Rendah
45. Hubungan Terapeutik Pasien-Perawat
46. Interaksi Sosial
47. Kegawatdaruratan Psikiatri
48. Ketidakmampuan Toileting
49. Konsep Dasar Perilaku Kekerasan
50. Manajemen Jiwa
51. Materi Efek Teori Dan Memori ECT
52. Materi Kontrol Emosi
53. Materi Terapi Lingkungan
54. Mekanisme Koping Individu
55. Menarik Diri (ppt file)
56. Menarik Diri
57. Menarik Diri2
58. Mengapa Remaja Bunuh Diri
59. Napza
60. Obat Anti Depresi
61. Penyalahgunaan Psikotropika
62. Perilaku Bunuh Diri
63. Perilaku Curiga
64. Perilaku Kekerasan
65. Perilaku Kekerasan2
66. Perubahan Proses Pikir (Waham)
67. Pre Planning Terapi Aktifitas Kelompok (TAK)
68. Psikoneuroimunologi
69. Schizofrenia Simpleks
70. Sindroma Otak Organik Karena Epilepsi
71. Skizofrenia
72. Skizofrenia Katatonik
73. Strategi Pelaksanaan Bunuh Diri
74. Strategi Pelaksanaan Halusinasi
75. Strategi Pelaksanaan Halusinasi Dengar
76. Strategi Pelaksanaan Menarik Diri
77. Strategi Pelaksanaan Perilaku Kekerasan
78. Strategi Pelaksanaan Perilaku Kekerasan2
79. Strategi Pelaksanaan Waham Kebesaran
80. Strategi Pelaksanaan Harga Diri Rendah
81. Terapi Keluarga Jiwa
82. Terapi Aktifitas Kelompok
83. Terapi Aktifitas Kelompok
84. Tinjauan Teori Napza
85. Tinjauan Teori Retardasi Mental
86. Waham
Jumat, 27 Maret 2009
MATERI KEPERAWATAN ANAK
1. Artikel AML dan Bayi Berat Lahir Rendah
2. Asfiksia
3. Asi Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
4. Aspirasi Pneumonia Intoksikasi Minyak Tanah
5. Bayi Baru Lahir Yang Sakit
6. Bayi Prematur
7. BBLR
8. Bermain Pada Anak
9. Childbirth Education Prenatal Class
10. Cidera Otak
11. Congenital Talipes Equino Varus (CTEV)
12. DDST
13. Demam, Febris Anak
14. Deteksi Dini Pertumbuhan dan Perkembangan
15. Efek Sakit Pada Neonatus
16. Gagal Napas Pada Anak
17. Gagap
18. Gangguan Bicara
19. Gangguan Jiwa Pada Anak Dan Remaja
20. Gangguan Keterlambatan Bicara dan Faktor Penyebab
21. Hipotermia dan Hipertermia
22. Imunisasi
23. Imunisasi dan Vaksinasi
24. Infeksi Cacing Kremi
25. Kekurangan Energi Protein (KEP)
26. Kelainan Bentuk Wajah
27. Kesehatan Anak (Anak Malas Beresiko Patah Tulang)
28. Komunikasi Dalam Keperawatan Anak
29. Komunikasi Terapeutik Pada Anak Usia Sekolah
30. Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan
31. Lupus
32. Makanan Tambahan
33. Materi Anak ARDS
34. Materi Anak Down Syndrome
35. Materi Anak Epilepsi
36. Materi BBLR Thermoregulasi
37. Materi Gagal Ginjal Kronik
38. Materi Hemostasis
39. Meconium Aspiration Syndrome
40. Mendeteksi Anak Gagap
41. Nutrisi Pada Anak
42. Panduan Pemeriksaan Fisik Anak
43. Pemeriksaan Perkembangan Anak
44. Pemeriksaan Perkembangan Anak (Denver Developmental Screening Test)
45. Pemeriksaan Psikologi
46. Pemeriksaan Psikologi (Psikotest)
47. Penatalaksanaan Suhu Tubuh Meningkat
48. Pendekatan Resti dalam Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Anak
49. Penyakit Jantung Pada Anak
50. Penyakit Kurang Energi Protein
51. Peran Bermain Dalam Perkembangan Anak
52. Permainan dan Perilaku Bermain
53. Perspectives Of Pediatric Nursing
54. Pertumbuhan dan Perkembangan (Tumbang)
55. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Adolescence
56. Pertumbuhan dan Perkembangan (Tumbang Remaja)
57. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Pre School
58. Post Operasi Tutup Colostomi
59. Sindroma Gawat Pernapasan
60. Speech Delayed
61. Stimulasi Perkembangan Anak
62. Susunan Perkembangan Anak
63. Terapi Bermain
64. Tetanus
65. Thermoregulasi
66. Tindakan Respirasi Anak Tersedak
67. Tumbang Pre School
68. Tumbuh Kembang Bahasa
69. Tumbuh Kembang Remaja
70. Tumbang Usia Todler
Read More
1. Artikel AML dan Bayi Berat Lahir Rendah
2. Asfiksia
3. Asi Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
4. Aspirasi Pneumonia Intoksikasi Minyak Tanah
5. Bayi Baru Lahir Yang Sakit
6. Bayi Prematur
7. BBLR
8. Bermain Pada Anak
9. Childbirth Education Prenatal Class
10. Cidera Otak
11. Congenital Talipes Equino Varus (CTEV)
12. DDST
13. Demam, Febris Anak
14. Deteksi Dini Pertumbuhan dan Perkembangan
15. Efek Sakit Pada Neonatus
16. Gagal Napas Pada Anak
17. Gagap
18. Gangguan Bicara
19. Gangguan Jiwa Pada Anak Dan Remaja
20. Gangguan Keterlambatan Bicara dan Faktor Penyebab
21. Hipotermia dan Hipertermia
22. Imunisasi
23. Imunisasi dan Vaksinasi
24. Infeksi Cacing Kremi
25. Kekurangan Energi Protein (KEP)
26. Kelainan Bentuk Wajah
27. Kesehatan Anak (Anak Malas Beresiko Patah Tulang)
28. Komunikasi Dalam Keperawatan Anak
29. Komunikasi Terapeutik Pada Anak Usia Sekolah
30. Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan
31. Lupus
32. Makanan Tambahan
33. Materi Anak ARDS
34. Materi Anak Down Syndrome
35. Materi Anak Epilepsi
36. Materi BBLR Thermoregulasi
37. Materi Gagal Ginjal Kronik
38. Materi Hemostasis
39. Meconium Aspiration Syndrome
40. Mendeteksi Anak Gagap
41. Nutrisi Pada Anak
42. Panduan Pemeriksaan Fisik Anak
43. Pemeriksaan Perkembangan Anak
44. Pemeriksaan Perkembangan Anak (Denver Developmental Screening Test)
45. Pemeriksaan Psikologi
46. Pemeriksaan Psikologi (Psikotest)
47. Penatalaksanaan Suhu Tubuh Meningkat
48. Pendekatan Resti dalam Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Anak
49. Penyakit Jantung Pada Anak
50. Penyakit Kurang Energi Protein
51. Peran Bermain Dalam Perkembangan Anak
52. Permainan dan Perilaku Bermain
53. Perspectives Of Pediatric Nursing
54. Pertumbuhan dan Perkembangan (Tumbang)
55. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Adolescence
56. Pertumbuhan dan Perkembangan (Tumbang Remaja)
57. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Pre School
58. Post Operasi Tutup Colostomi
59. Sindroma Gawat Pernapasan
60. Speech Delayed
61. Stimulasi Perkembangan Anak
62. Susunan Perkembangan Anak
63. Terapi Bermain
64. Tetanus
65. Thermoregulasi
66. Tindakan Respirasi Anak Tersedak
67. Tumbang Pre School
68. Tumbuh Kembang Bahasa
69. Tumbuh Kembang Remaja
70. Tumbang Usia Todler
ASKEP TB PARU
TUBERKULOSIS PARU ( TBC )I. PENGERTIAN.Tuberkulosis paru (TB Paru) adalah penyakit infeksi yang menyerang paru, yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberkulosis paru sejenis kuman yang berbentuk batang dengan sifat yang tahan asam.II. ETIOLOGI.Penyebabnya adalah kuman microorganisme yaitu mycobacterium tuberkulosis dengan ukuran panjang 1 – 4 um dan tebal 1,3 – 0,6 um, termasuk golongan bakteri
Read More
ASKEP CEDERA KEPALA
I. PENGERTIAN.Cedera kepala pada dasarnya dikenal dua macam mekanisme trauma yang mengenai benturan dan guncangan ( Gernadi and Meany, 1996 ).Berdasarkan GCS maka cedera kepala dapat dibagi menjadi 3 gredasi yaitu cedera kepala derajat ringan, bila GCS; 13 -15, cedera kepala derajat sedang, bila GCS; 9 -12, cedera kepala berat bila GCS kurang atau sama dengan 8. Pada penderita yang tidak dapat
Read More
ASKEP IBU DENGAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI RADANG GENETALIA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU DENGAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI RADANG GENETALIA RENDAH DAN TINGGII. KONSEP DASAR Pada wanita rongga perut langsung berhubungan dengan dunia luar dengan perantara traktus genetaliaJarang terjadi radang atau infeksi rongga perut disebabkan oleh:a. Sifat bactericide dari vagina yang mempunyai pH rendah.b. Lendir yang kental dan liat pada canalis servicalis yang
Read More
DISTOSIA
DEFINISIDistosia adalah kelambatan atau kesulitan dalam jalannya persalinan.Distosia dapat disebabkan karena kelainan his ( his hipotonik dan his hipertonik ), karena kelainan besar anak, bentuk anak ( hidrocefalus, kembar siam, prolaps tali pusat ), letak anak ( letak sungsang, letak melintang ), serta karena kelainan jalan lahir.1. DISTOSIA KARENA KELAINAN HISKelainan his dapat berupa inersia
Read More
ASKEP BRONCHOPNEUMONIA
A. PENGERTIANBronchopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak Infiltrat (Whalley and Wong, 1996).Bronchopneumina adalah frekwensi komplikasi pulmonary, batuk produktif yang lama, tanda dan gejalanya biasanya suhu meningkat, nadi meningkat, pernapasan meningkat (Suzanne G. Bare, 1993).Bronchopneumonia disebut juga
Read More
ASKEP SINDROMA NEFROTIK
A. PENGERTIANMerupakan suatu kondisi dimana terjadi perubahan fungsi ginjal yang bercirikn hipoproteinemia, oedema, hiperlipidemia, proteinuri, ascites dan penurunan keluaran urine.B. TANDA DAN GEJALASebagai sebuah sindroma (kumpulan gejala), tanda / gejala penyakit sindroma nefrotik meliputi :- Proteinuria- Hipoalbuminemia- Hiperkolesterolemia/hiperlipidemia- OedemaBeberapa gejala yang mungkin
Read More
ASKEP NIFAS DENGAN SUBINVOLUSIO
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU NIFAS DENGAN SUBINVOLUSIO KONSEP DASAR1. PENGERTIAN Subinvolusi adalah kegagalan uterus untuk mengikuti pola normal involusi/proses involusi rahim tidak berjalan sebagaimana mestinya,sehingga proses pengecilan uterus terhambat. Subinvolusi merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan kemunduran yang terjadi pada setiap organ dan saluran
Read More
ASKEP NIFAS DENGAN PERDARAHAN POST PARTUM
ASUHAN KEPERAWATAN IBU NIFAS DENGAN PERDARAHAN POST PARTUM A. PengertianPost partum / puerperium adalah masa dimana tubuh menyesuaikan, baik fisik maupun psikososial terhadap proses melahirkan. Dimulai segera setelah bersalin sampai tubuh menyesuaikan secara sempurna dan kembali mendekati keadaan sebelum hamil ( 6 minggu ). Masa post partum dibagi dalam tiga tahap : Immediate post partum dalam 24
Read More
ASKEP KLIEN DENGAN INFEKSI NIFAS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGANINFEKSI NIFAS I. KONSEP DASAR INFEKSI NIFAS1. Pendahuluan.Dahulu infeksi nifas merupakan sebab kematian maternal yang paling penting, akan tetapi berkat kemajuan ilmu Kebidanan khususnya pengetahuan tentang sebab-sebab infeksi nifas serta pencegahannya dan penemuan obat-obat baru seperti sulfa, antibiotik dan lainnya di negara-negara maju peranannya sebagai
Read More
ASKEP KANKER SERVIKS
A. KONSEP DASAR PENYAKIT1. PENGERTIANSuatu keadaan dimana sel kehilangan kemampuanya dalam mengendalikan kecepatan pembelahan dan pertumbuhannya. (Prawiroharjo, Sarwono: 1994)Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal disekitarnya . (FKUI, 1990;FKPP,
Read More
INFERTILITAS
A. DEFINISIKemandulan adalah ketidak mampuan sepasang suami isteri untuk mencapai kehamilan setelah selama 1 ( satu ) tahun melaksanakan hubungan seksual secara teratur dan tidak mengunakan alat kontrasepsi.Kemandulan primer adalah istilah yang digunakan jika sepasang suami isteri sama sekali belum pernah memiliki anak. Jika sebelumnya pasangan suami isteri pernah memiliki anak ( minimal 1
Read More
PERUBAHAN PSIKOLOGIS IBU PADA MASA NIFAS
A. MASA NIFAS1) Masa Nifas (Puerperium) adalah masa pulih kembali mulai dari partus selesaisampai alat – alat kandungan kembali seperti pra hamil, lamanya 6-8 minggu.( Rustam Muchtar, 1998 : 115 )2) Masa Nifas adalah masa sesudah persalinan terhitung dari saat selesai persalinan sampai pulihnya kembali alat kandungan ke keadaan sebelum hamil. ( Perawatan Ibu
Read More
ASKEP IBU HAMIL DENGAN PENYAKIT JANTUNG DAN HIPERTENSI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN PENYAKIT JANTUNG DAN HIPERTENSIA. KONSEP DASAR1. Penyakit jantung Keperluan jani yang sedang tumbuh akan oksigen san zat-zat makanan bertambah dalam berlangsungnya kehamilan, yang harus dipenuhi melalui darah ibu. Untuk itu banyaknya darah yang beredar bertambah, sehingga jantung harus bekerja lebih keras. Oleh krena it di dalam kehamilan selalu terjadi
Read More
ASKEP PADA IBU HAMIL DENGAN HYPERTIROID
A. Konsep Dasar Hipertiroid pada kehamilan ( morbus basodowi ) adalah hiperfungsi kelenjar tiroid ditandai dengan naiknya metabolism basal15-20 %, kadang kala diserta pembesaran ringan kelenjar tiroid. Penderita hipertiroid biasanya mengalami gangguan haid ataupun kemandulan. Kadang juga terjadi kehamilan atau timbul penyakit baru, timbul dalam masa kehamilan. Kejadian penyakit ini diperkirakan 1
Read More
ASKEP IBU HAMIL DENGAN DIABETUS MELITUS
A. Konsep Dasar Adalah penyakit kronik yang komplek yang dikarakterisasikan dengan gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak, hiperglikemi dan perkembangan dari mikrovaskuler ( kental kapiler ), arterisklerosis, makrivaskuler komplikasi dan neuropatik ( gangguan struktus dan fungsi ginjal ). B. Etiologi Penyakit gula dapat merupakan kelainan herediter dengan cara insufisiensi atau absennya
Read More
ASKEP PENDARAHAN ANTEPARTUM
A. Pengertian Pendarahan antepartum adalah pendarahan yang terjadi setelah kehamilan 28 minggu. Pendarahan antepartum merupakan pendarahan dari traktus genitalis yang terjadi antara kehamilan minggu ke 28 awal partus. B. Etiologi Pendarahan antepartum dapat disebabkan oleh :a. Bersumber dari kelainan plasenta1. Plasenta previaPlasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada
Read More
RESIKO KEHAMILAN
Resiko kehamilan adalah setiap faktor yang berhubungan dengan meningkatnya kesakitan dan kematian maternal.Resiko dapat dikelompokan menjadi 3 yaitu :1. Resiko rendah sama dengan keadaan normal2. Resiko sedangAdanya faktor resiko pada ibu hamil yang tidak langsung menimbulkan kematian ibu. Kriteria sedang termasuk :o TB < 145 cmo Pendidikan ibu / keluarga rendaho Tingkat sosial ekonomi rendah o
Read More
PREEKLAMPSIA / EKLAMPSIA
A. DEFINISIPreeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Eklampsia adalah preeclampsia yang disertai kejang dan atau koma yang timbul bukan akibat kelainan neurologi. Superimposed preeclampsia-eklampsia adalah timbulnya preeklampsia atau eklampsia pada pasien yang Menderita hipertensi
Read More
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
1. DefinisiMual (nausea) dan muntah( emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering terjadi pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih l0 minggu. Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primi gravida
Read More
KEHAMILAN GANDA
1. DEFINISIKehamilan ganda atau kehamilan kembar adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih. Sejak ditemukannya obat-obat dan cara induksi ovulasi maka dari laporan-laporan dari seluruh pelosok dunia, frekuensi kehamilan kembar condong meningkat. Bahkan sekarang telah ada hamil kembar lebih dari 6 janin.2. ETIOLOGI l) Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah: bangs4 umur dan paritas, sering
Read More
MOLA HYDATIDOSA
DEFINISIMola Hydatidosa adalah suatu neoplasma trofoblast yang jinak (benigna) dari chorion (choronoc villi) tumbuh berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan menyerupai buah anggur, atau mata ikan, karena itu disebut juga hamil anggur atau mata ikan.PATOLOGIJonjot-jonjot khorion tumbuh berganda dan mengandung cairan jernih berupa kista-kista kecil seperti anggur.
Read More
KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU (KET)
a. DefinisiKehamilan ektopik terganggu (KET) adalah kehamilan ektopik yang terganggu, dapat terjadi abortus atau pecah dan hal ini dapat berbahaya bagi wanita tersebut.b. KlasifikasiMenurut Titus klasifikasi pembagian tempat-tempat terjadinya kehamilan ektopik adalah:(l) Kehamilan tuba: a) intentisial (2%) b) isthmus (25%) c) ampuler (55%) d) fimbrial (17%) (2)
Read More
KEHAMILAN LEWAT WAKTU
DEFINISIKehamilan umumnyab erlangsung4 0 minggu atau 280 hari dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan aterm ialah usia kehamilan antara 38 sampai 42 minggu dan ini merupakan periode dimana terjadi persalinan normal. Kehamilan yang melewati 294 hari atau lebih dari 42 minggu lengkap disebut sebagai post term atau kehamilan lewat waktu.ETIOLOGIEtiologi pasti belum diketahui. Faktor yang
Read More
PERSALINAIN PRETERM
Persalinan preterm yaitu persalinan yang terjadi pada kehamilm 37 minggu atau kurang, istilah yang digunakan untuk menyebut bayi yang dilahirkan terlalu dini. Merupakan hal yang berbatraya karena mempunyai dampak yang potensial meningkatkan kematian perinatal. Kematian perinatal umtrmnya berkaitan dengan berat lahir rendah. Berat lahir rcndah dapat disebabkan oleh bayi preterm dan pertumbuhan
Read More
Olahraga dan Resiko Kanker Payu Dara: Belum Terlambat.
Olahraga teratur sangat penting untuk kesehatan tubuh, mencegah dan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit mulai dari osteoporosis hingga penyakit jantung. Namun, ketika terjadi kanker payu dara (breast cancer), para ahli bidang kesehatan belum menyepakati apakah olahraga benar-benar mampu mengurangi atau menurunkan resiko berkembangnya kanker payu dara. Kajian atau penelitian pada topik ini menyatakan setuju dan tidak setuju, tapi penelitian terbaru membantu memberikan gambaran mengapa?. Dengan mempertimbangkan semua jenis dan tipe kanker payu dara sebagai satu penyakit tunggal dan dengan menyatukan aktifitas fisik pada semua titik selama seorang wanita tersebut hidup, para peneliti mengalami kehilangan hubungan penting antara kedua faktor tersebut.
Apa, kapan dan mengapa?
Para ahli kesehatan mngetahui bahwa tidak semua kanker payu dara itu sama. Sebagai contoh, beberapa kanker payu dara akan tumbuh lebih cepat dalam merespon adanya hormon-hormon yang terjadi secara alami di dalam tubh, seperti estrogen dan progesteron, dan disebut sebagai kanker payu dara estrogen reseptor positif (ER+) dan/atau kanker payu dara progesteron reseptor positif (PR+).
Kanker payu dara yang tidak merespon terhadap hormon-hormon tersebut disebut kanker estrogen reseptor negatif (ER-) dan/atau progesterone reseptor negatif (PR-). Perbedaan tersebut merupakan hal penting karena perbedaan itu membantu para peneliti memahami mengapa dalam diri seorang wanita berkembang kanker payu dara, perbedaan itu juga membantu para dokter dalam memberikan pengobatan terbaik pada tiap jenis kanker payu dara.
Para peneliti jerman telah meneliti sejumlah 3.414 wanita yang telah menopause (post menopausal) dengan kanker payu dara sebagai kelompok kasus dan sejumlah 6.569 orang wanita tanpa kanker payu dara sebagai kelompok kontrol untuk menentukan bagaimana aktifitas fisik pada waktu yang berbeda pada seorang wanita mempengaruhi resiko mereka terhadap jenis kanker payu dara. Mereka ditanya tentang aktifitas fisik rekreasi dan non rekreasi (termasuk pekerjaan dan aktifitas rumah tangga) antara usia 39 dan 49 serta setelah mereka berusia 50 tahun.
Para peneliti menemukan bahwa, pada wanita yang tercatat dengan tingkat aktifitas fisik rekreasi paling tinggi (olahraga) setelah usia 50 tahun disimpulkan dapat mengurangi resiko berkembangnya kanker payu dara post menopausal sekitar 29%, kanker ER+/PR+, dimana jenis kanker ini adalah kanker yang paling sering terjadi dan berkembang dibandingkan dengan wanita dengan aktifitas fisik paling sedikit setelah usia 50 tahun. Apapun jenis aktifitas fisik, rekreasi ataupun tidak, antara usia 30 dan 49 tahun tidak terlihat adanya pengaruh pada resiko kanker payudara postmenopausal. Untuk jenis kanker payu dara selain ER+/PR+, aktifitas fisik secara teratur tidak menurunkan resiko keduanya.
Hasil penelitian juga menghasilkan, sekitar 75 % dari semua kanker payu dara ER+ dan 2/3 diantaranya adalah juga PR+. Hal ini berarti bahwa aktifitas fisik secara teratur setelah usia 50 tahun, bahkan apabila seorang wanita yang dulunya belum pernah banyak berolahraga, hampir dapat mengurangi atau menurunkan resiko mereka dari berkembangnya jenis kanker yang paling sering terjadi sebesar satu banding 3 atau 1:3 atau 1/3
Berapa lama internsitas aktifitas fisik/olahraga yang dianjurkan?
Pada kajian atau penelitian ini, kelompok dengan aktifitas fisik paling tinggi melakukannya sekitar 2.5 jam aktifitas berjalan dengan kecepatan sedang setiap hari. Ini mungkin terlihat banyak sekali waktu yang digunakan untuk berolahraga, tapi untunglah, seperti apa atau bagaimana wanita beraktifitas tidak terlihat berarti. Waktu 2.5 jam berjalan tersebut hanya semata-mata untuk tujuan perbandingan. Para peneliti secara sederhana menjumlahkan semua aktifitas rekreasi, yang mengandung maksud bahwa anda tidak perlu melakukan aktifitas harian anda selama 2.5 jam dalam suatu waktu.
Suatu contoh, aktifitas fisik ringan, sederhana, seperti jalan santai, berkebun, atau bermain dengan anak-anak anda dan tidak terpaku pada jumlah waktu . Para peneliti juga mencatat sebuah trend atau kecenderungan menurunnya insidensi atau angka kejadian kanker payu dara yang dihubungkan dengan meningkatnya jumlah aktifitas olahraga yang dilakukan, hal ini menjelaskan kepada kita bahwa apapun olahraga yang dilakukan itu lebih baik daripada tidak berolahraga sama sekali. Untuk mendapatkan keuntungan maksimal, cobalah utuk berolahraga sebanyak mungkin dan siap melakukannya setiap hari (apabila mungkin), jangan sampai kelelahan.
Apa pesan terpenting dari penelitian ini?
- Tidak pernah ada kata terlambat untuk meningktkan, memperbaiki kesehatan anda dengan berolahraga.
- Jadilah seorang yang aktif dengan dan dalam berbagai macam kemungkinan cara untuk kesehatan yang lebih baik.
Sumber: Suzanne Dixon, MPH, MS, RD, seorang penulis dan pembicara dan ahli dibidang pencegahan penyakit kronis, epidemiologi, dan nutrisi, pengajar ilmu bidang medis, keperawatan, kesehatan masyarakat dan perkuliahan alternatif medis. (University of Michigan, School of Public Health at Ann Arbor).
ABORTUS
A. DefinisiIstilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi pada waktu janin masih demikian kecilnya sehingga tidak dapat hidup di luar rahim, yaitu bila berat bayi masih kurang dari 500 gram atau par{angnya kurang dari 35 cm atau kehamilan kurang dan20 minggu.B. EtiologiFaktor-faktor penyebab sangat banyak. Pada bulan pertama dari kehamilan abortus hampir selalu didahului
Read More
Kamis, 26 Maret 2009
Episiotomi
Episiotomi adalah insisi dari perinium untuk memudahkan persalinan dan mencegah ruptur perinii totalis (Bagian Obsgyn, UNPAD).
Sedangkan menurut Harry Oxorn (1996), Episiotomi adalah insisi perinium untuk memperlebar ruang pada lubang keluar jalan lahir sehingga memudahkan kelahiran bayi.
Jenis – jenis episiotomi- Episiotomi Medialis adalah yang dibuat di garis tengah.
- Episiotomi Mediolateralis dari garis tengah ke samping menjauhi anus.
- Episiotomi Lateralis 1-2 cm diatas commisuro posterior ke samping.
- Episiotomi Sekunder adalah ruptur perinii yang spontan atau episiotomi medialis yang melebar sehingga dimungkinkan menjadi ruptura perinii totalis maka digunting ke samping.
Fungsi Episiotomi
- Episiotomi membuat luka yang lurus dengan pinggir yang tajam, sedangkan ruptura perinii yang spontan bersifat luka koyak dengan dinding luka bergerigi.
- Luka lurus dan tajam lebih mudah dijahit.
- Mengurangi tekanan kepala bayi.
- Mempersingkat kala II.
- Mengurangi kemungkinan terjadinya ruptura perinium totalis.
Keuntungan dan kerugian dari episiotomi
- Episiotomi Medialis : mudah dijahit, anatomi maupun fungsionil sembuh dengan baik, nyeri masa nifas ringan, dapat menjadi ruptur perinii totalis.
- Episiotomi Mediolateralis : Lebih sulit dalam penjahitan,anatomi maupun fungsionil penyembuhan kurang sempurna, nyeri pada hari-hari pertama nifas, jarang menjadi ruptura perinii.
Perinium, Luka Perinium, Episiotomi
Perinium merupakan kumpulan berbagai jaringan yang membentuk perinium (Cunningham,1995). Terletak antara vulva dan anus, panjangnya kira-kira 4 cm (Prawirohardjo, 1999). Jaringan yang terutama menopang perinium adalah diafragma pelvis dan urogenital. Diafragma pelvis terdiri dari muskulus levator ani dan muskulus koksigis di bagian posterior serta selubung fasia dari otot-otot ini. Muskulus levator ani membentuk sabuk otot yang lebar bermula dari permukaan posterior ramus phubis superior, dari permukaan dalam spina ishiaka dan dari fasia obturatorius.
Serabut otot berinsersi pada tempat-tempat berikut ini: di sekitar vagina dan rektum, membentuk sfingter yang efisien untuk keduanya, pada persatuan garis tengah antara vagina dan rektum, pada persatuan garis tengah di bawah rektum dan pada tulang ekor. Diafragma urogenitalis terletak di sebelah luar diafragma pelvis, yaitu di daerah segitiga antara tuberositas iskial dan simpisis phubis. Diafragma urogenital terdiri dari muskulus perinialis transversalis profunda, muskulus konstriktor uretra dan selubung fasia interna dan eksterna (Cunningham, 1995).
Persatuan antara mediana levatorani yang terletak antara anus dan vagina diperkuat oleh tendon sentralis perinium, tempat bersatu bulbokavernosus, muskulus perinialis transversalis superfisial dan sfingter ani eksterna. Jaringan ini yang membentuk korpus perinialis dan merupakan pendukung utama perinium, sering robek selama persalinan, kecuali dilakukan episiotomi yang memadai pada saat yang tepat. Infeksi setempat pada luka episiotomi merupakan infeksi masa puerperium yang paling sering ditemukan pada genetalia eksterna.
Luka Perinium
Luka perinium adalah perlukaan yang terjadi akibat persalinan pada bagian perinium dimana muka janin menghadap (Prawirohardjo S,1999).
Sedangkan menurut Harry Oxorn, (1996) luka perinium merupakan robekan perinium yang terjadi pada saat persalinan.
Tingkat perlukaan pada perinium dibagi dalam tiga tingkatan:
- Tingkat I apabila perlukaan yang terjadi pada mukosa vagina atau kulit perinium pada tingkat I yang tidak memerlukan penjahitan.
- Tingkat II merupakan perlukaan yang lebih dalam dan luas ke vagina dan perinium dengan melukai fasio serta otot-otot diafragma urogenital. Pada tingkat II hendaknya dijahit kembali secara cermat. Lapisan otot dijahit simpul dengan catgut kromik nomor 0 atau 00 untuk mencegah timbulnya darah beku dan terjadinya radang.
- Tingkat III apabila perlukaan yang lebih luas dan lebih dalam yang menyebabkan muskulus sfingter ani eksternus terputus di depan. Pada tingkat III ini memerlukan tehnik penjahitan khusus. Langkah pertama yang terpenting adalah menemukan kedua ujung muskullus sfingter ani eksternus yang terputus. Kedua ujung otot dijepit camam alis, kemudian dijahit dengan benang cat gut kromik nomor 0 atau 00, sehingga kontinuitas sfingter terbentuk kembali. Simpul jahitan pada ujung-ujung otot sfingter hendaknya dibenamkan kearah mukosa rektum. Selanjutnya penjahitan jaringan dilakukan seperti pada penjahitan luka perinium tingkat II. Ketegangan sfingter dinilai dengan memasukkan jari ke dalam rektum.
Episiotomi
Rabu, 25 Maret 2009
Inilah Mitos Seputar Testosteron
Testosteron merupakan hormon seks pria yang punya peran penting dalam fungsi seksual, produksi sperma, pembentukan otot, dan intonasi suara. Rendahnya kadar hormon ini akan menyebabkan seseorang mengalami kelelahan kronis, depresi, gangguan ereksi, dan postur tubuh yang kurang tegap atau berkurangnya kemampuan atletik.
Penelitian menunjukkan bahwa hormon testosteron dalam jumlah yang normal sangat penting untuk mengurangi risiko diabetes dan penyakit kardiovaskular pada pria. Selain itu, pria yang kadar testosteronnya normal lebih panjang umur dibanding dengan pria yang kekurangan hormon ini.
Banyak mitos yang salah beredar mengenai hormon pria ini. Abraham Morgentaler, MD, dokter spesialis urologi dari Harvard Medical School dan penulis buku Testosterone for Life akan menjawabnya untuk Anda.
1. Testosteron adalah obat yang ilegal
Hormon testosteron termasuk dalam obat yang legal, terlebih hormon ini sangat penting bagi pria. Yang ilegal adalah bila hormon ini dipakai tanpa resep dokter. Meski begitu, banyak organisasi olahraga yang punya aturan ketat tentang penggunaan obat atau suplemen yang mengandung testosteron karena bisa memengaruhi performa atlet. Atlet yang melanggar bisa dikenai sanksi.
2. Testosteron adalah steorid, dan steorid berbahaya.
Ya, testosteron memang steorid, tapi tidak berbahaya. Lagi pula secara alamiah kita dipenuhi oleh berbagai steorid. Menurut Morgentaler, kata steroid sebenarnya berkaitan dengan molekul yang ditopang oleh empat karbon, seperti estrogen, progesteron, kortisol, juga kolesterol.
Sementara itu, dalam dunia olahraga, steroid merupakan kependekan dari anabolic steroid hormone yang berarti secara khusus bekerja untuk membangun otot dan tulang, seperti testosteron.
3. Testosteron menyebabkan perilaku kasar dan tak terkontrol
Belum ada fakta yang membuktikan testosteron menyebabkan tindakan agresif, kekerasan, atau perilaku tak terkontrol lainnya. Sebaliknya, pria dengan hormon testosteron yang rendah justru mudah marah, dan kondisi ini akan membaik setelah kadar testosteronnya naik.
4. Testosteron menyebabkan kanker prostat
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa pria dengan kadar testosteron yang tinggi justru risikonya lebih kecil untuk terkena kanker prostat.
5. Kadar Testosteron yang tinggi menyebabkan kebotakan
Secara umum, pria yang mengalami kebotakan punya kadar testosteron yang sama dengan pria yang rambutnya masih lebat. Kebotakan, menurut Morgentaler, biasanya sudah diturunkan secara genetis.
Penelitian menunjukkan bahwa hormon testosteron dalam jumlah yang normal sangat penting untuk mengurangi risiko diabetes dan penyakit kardiovaskular pada pria. Selain itu, pria yang kadar testosteronnya normal lebih panjang umur dibanding dengan pria yang kekurangan hormon ini.
Banyak mitos yang salah beredar mengenai hormon pria ini. Abraham Morgentaler, MD, dokter spesialis urologi dari Harvard Medical School dan penulis buku Testosterone for Life akan menjawabnya untuk Anda.
1. Testosteron adalah obat yang ilegal
Hormon testosteron termasuk dalam obat yang legal, terlebih hormon ini sangat penting bagi pria. Yang ilegal adalah bila hormon ini dipakai tanpa resep dokter. Meski begitu, banyak organisasi olahraga yang punya aturan ketat tentang penggunaan obat atau suplemen yang mengandung testosteron karena bisa memengaruhi performa atlet. Atlet yang melanggar bisa dikenai sanksi.
2. Testosteron adalah steorid, dan steorid berbahaya.
Ya, testosteron memang steorid, tapi tidak berbahaya. Lagi pula secara alamiah kita dipenuhi oleh berbagai steorid. Menurut Morgentaler, kata steroid sebenarnya berkaitan dengan molekul yang ditopang oleh empat karbon, seperti estrogen, progesteron, kortisol, juga kolesterol.
Sementara itu, dalam dunia olahraga, steroid merupakan kependekan dari anabolic steroid hormone yang berarti secara khusus bekerja untuk membangun otot dan tulang, seperti testosteron.
3. Testosteron menyebabkan perilaku kasar dan tak terkontrol
Belum ada fakta yang membuktikan testosteron menyebabkan tindakan agresif, kekerasan, atau perilaku tak terkontrol lainnya. Sebaliknya, pria dengan hormon testosteron yang rendah justru mudah marah, dan kondisi ini akan membaik setelah kadar testosteronnya naik.
4. Testosteron menyebabkan kanker prostat
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa pria dengan kadar testosteron yang tinggi justru risikonya lebih kecil untuk terkena kanker prostat.
5. Kadar Testosteron yang tinggi menyebabkan kebotakan
Secara umum, pria yang mengalami kebotakan punya kadar testosteron yang sama dengan pria yang rambutnya masih lebat. Kebotakan, menurut Morgentaler, biasanya sudah diturunkan secara genetis.
Makanan Yang Menyebabkan Asam Urat.
Seringkali setiap kali ada rasa ngilu di sendi, langsung dianggap asam urat, ini rupanya sudah menjadi semacam mitos dalam masyarakat, lebih lebih lagi keadaan ini diperkuat dengan adanya iklan dari pabrik jamu atau obat tradisional. Seperti sudah saya bahas dipostingan sebelumnya,
untuk memastikan ngilu2 atau sendi bengkak itu asam urat diperlukan pemeriksaan laboratorium.
Jadi nggak semua nyeri sendi atau sendi bengkak itu asam urat. Yang dimaksud asam urat adalah kristal-kristal asam yang merupakan hasil akhir dari metabolisme purin, purin ini terdapat pada tubuh kita secara normal dan dapat dijumpai pada makanan yang terutama berasal dari tanaman atau hewan. Ada beberapa jenis makanan atau minuman yang bisa meningkatkan asam urat, nanti akan digolongkan dibagian bawah.
Yang paling inti sebetulnya setiap kita mempunyai asam urat, karena asam ini merupakan hasil dari metabolisme normal, tetapi kadarnya harus dijaga dan tidak boleh sampai kelebihan. Normalnya tubuh kita hanya memerlukan sekitar 15% tambahan purin, sedangkan sisanya tubuh bisa menyediakan sendiri, kalau kita terlalu banyak makan makanan yang mengandung purin, maka kadar asam urat akan melebihi kadar normal, yaitu diatas 7 mg/dl, ini akan mengakibatkan sendi ngilu dan bengkak, yang paling khas adalah sendi yang terkena yaitu
terutama sendi ibu jari kaki (podagra). Tentang penggolongan makanan yang mengandung asam urat Sbb :
I. Golongan Makanan yang mengandung purin tinggi :
Jerohan ( Hati, Ginjal, Otak , Jantung, Paru, Usus, dll ), Golongan Ikan Laut ( Udang,
tongkol, sarden, tengiri, kerang, kepiting, lobster, cumi cumi, remis,dll ), Ekstrak Daging (
abon, dendeng ), Ragi/ tape, Makanan kalengan dan makanan yang mengandung alkohol.
II. Golongan makanan yang mengandung purin sedang :
Daging sapi, kacang kacangan, kol, bayam, kangkung, buncis, daun singkong, daun pepaya,
jamur, asparagus.
III. Golongan makanan yang mengandung purin rendah :
Buah buahan, sayur mayur, susu, telur, keju.
Jadi bagi anda yang mempunyai kadar asam urat lebih dari 7 sebaiknya menghindari makanan yang mengandung purin tinggi dan membatasi/mengurangi makanan yang mengandung purin sedang, sehingga sendi sendi anda akan selalu sehat.
Read More
untuk memastikan ngilu2 atau sendi bengkak itu asam urat diperlukan pemeriksaan laboratorium.
Jadi nggak semua nyeri sendi atau sendi bengkak itu asam urat. Yang dimaksud asam urat adalah kristal-kristal asam yang merupakan hasil akhir dari metabolisme purin, purin ini terdapat pada tubuh kita secara normal dan dapat dijumpai pada makanan yang terutama berasal dari tanaman atau hewan. Ada beberapa jenis makanan atau minuman yang bisa meningkatkan asam urat, nanti akan digolongkan dibagian bawah.
Yang paling inti sebetulnya setiap kita mempunyai asam urat, karena asam ini merupakan hasil dari metabolisme normal, tetapi kadarnya harus dijaga dan tidak boleh sampai kelebihan. Normalnya tubuh kita hanya memerlukan sekitar 15% tambahan purin, sedangkan sisanya tubuh bisa menyediakan sendiri, kalau kita terlalu banyak makan makanan yang mengandung purin, maka kadar asam urat akan melebihi kadar normal, yaitu diatas 7 mg/dl, ini akan mengakibatkan sendi ngilu dan bengkak, yang paling khas adalah sendi yang terkena yaitu
terutama sendi ibu jari kaki (podagra). Tentang penggolongan makanan yang mengandung asam urat Sbb :
I. Golongan Makanan yang mengandung purin tinggi :
Jerohan ( Hati, Ginjal, Otak , Jantung, Paru, Usus, dll ), Golongan Ikan Laut ( Udang,
tongkol, sarden, tengiri, kerang, kepiting, lobster, cumi cumi, remis,dll ), Ekstrak Daging (
abon, dendeng ), Ragi/ tape, Makanan kalengan dan makanan yang mengandung alkohol.
II. Golongan makanan yang mengandung purin sedang :
Daging sapi, kacang kacangan, kol, bayam, kangkung, buncis, daun singkong, daun pepaya,
jamur, asparagus.
III. Golongan makanan yang mengandung purin rendah :
Buah buahan, sayur mayur, susu, telur, keju.
Jadi bagi anda yang mempunyai kadar asam urat lebih dari 7 sebaiknya menghindari makanan yang mengandung purin tinggi dan membatasi/mengurangi makanan yang mengandung purin sedang, sehingga sendi sendi anda akan selalu sehat.
NANDA, NOC, and NIC Linkages: Nursing Diagnoses, Outcomes, and Interventions
NANDA, NOC, and NIC Linkages: Nursing Diagnoses, Outcomes, and Interventions
Author by:
Marion Johnson PhD RN
Gloria M. Bulechek PhD RN FAAN
Joanne McCloskey Dochterman PhD RN FAAN
Meridean L. Maas PhD RN FAAN
Sue Moorhead PhD RN
Elizabeth Swanson PhD RN
Howard K. Butcher PhD RN APRN BC
NANDA, NOC, and NIC Linkages: Nursing Diagnoses, Outcomes, and Interventions Book Description
This book unifies the languages of nursing, Complete with the most up-to-date NIC, NOC, and NANDA approved lists.
Based on years of research at the University of Iowa, this one-of-a-kind reference provides linkages between three standardized languages recognized by the American Nurses Organization: NANDA, Nursing Interventions Classification (NIC), and Nursing Outcomes Classification (NOC). A perfect companion to Dochterman: NIC, 4th Edition and Moorhead: NOC, 3rd Edition, this book is a useful tool for nurses in developing care plans for patients, and for institutions in tracking and quantifying nursing care Plans.
Link
Read More
Author by:
Marion Johnson PhD RN
Gloria M. Bulechek PhD RN FAAN
Joanne McCloskey Dochterman PhD RN FAAN
Meridean L. Maas PhD RN FAAN
Sue Moorhead PhD RN
Elizabeth Swanson PhD RN
Howard K. Butcher PhD RN APRN BC
NANDA, NOC, and NIC Linkages: Nursing Diagnoses, Outcomes, and Interventions Book Description
This book unifies the languages of nursing, Complete with the most up-to-date NIC, NOC, and NANDA approved lists.
Based on years of research at the University of Iowa, this one-of-a-kind reference provides linkages between three standardized languages recognized by the American Nurses Organization: NANDA, Nursing Interventions Classification (NIC), and Nursing Outcomes Classification (NOC). A perfect companion to Dochterman: NIC, 4th Edition and Moorhead: NOC, 3rd Edition, this book is a useful tool for nurses in developing care plans for patients, and for institutions in tracking and quantifying nursing care Plans.
- Links all of the NANDA-approved nursing diagnoses to outcome labels and three levels of suggested interventions
- Uses easy-access, user-friendly tables to show terminology and criteria.
- Presents case studies along with nursing care plans to demonstrate the application of linkages.
- Defines all NANDA, NOC, and NIC labels.
- Makes an excellent companion to the new editions of NIC and NOC
Link
Complete listing of NANDA-I Approved Nursing Diagnosis through 2007–2008
Complete listing of NANDA-I Approved Nursing Diagnosis through 2007–2008 divided into 13 domains and 48 classes, below the full list of 13 Domains and 48 classes NANDA Nursing diagnosis. And Complete List of NANDA-I Approved Nursing Diagnosis 2007-2008
Domains Health Promotions
Health awareness
Health management
Domains nutrition's
ingestion
digestion
Absorption
Metabolism
Hydration
Domains Elimination/exchange
Urinary System
Gastrointestinal System
Integumentary system
Pulmonary System
Domains Activity/Rest
Sleep/Rest
Activity/Exercise
Energy Balance
Cardiovascular-pulmonary Responses
Self-Care
Domains Perception/Cognition
Attention
Orientation
Sensation/Perception
Cognition
Communication
Domains Self Perception
Self-Concept
Self-Esteem
Body Image
Domains Role Relationship
Caregiving Roles
Family Relationship
Role Performance
Domains Sexuality
Sexual Identity
Sexual Function
Reproduction
Domains Coping/Stress Tolerance
Post-Trauma Responses
Coping Responses
Neuro-behavioral Stress
Domains Life Principles
Values
Beliefs
Values/Belief/action Congruence
Domains Safety/protection
infection
Physical Injury
Violence
Enviromental Hazards
Defensive Processes
Thermoregulation
Domains Comfort
Physical Comfort
Environmental Comfort
social Comfort
Domains Growth/Development
Growth
Development
Complete list of NANDA Nursing diagnosis based on alphabetical order
Read More
Domains Health Promotions
Health awareness
Health management
Domains nutrition's
ingestion
digestion
Absorption
Metabolism
Hydration
Domains Elimination/exchange
Urinary System
Gastrointestinal System
Integumentary system
Pulmonary System
Domains Activity/Rest
Sleep/Rest
Activity/Exercise
Energy Balance
Cardiovascular-pulmonary Responses
Self-Care
Domains Perception/Cognition
Attention
Orientation
Sensation/Perception
Cognition
Communication
Domains Self Perception
Self-Concept
Self-Esteem
Body Image
Domains Role Relationship
Caregiving Roles
Family Relationship
Role Performance
Domains Sexuality
Sexual Identity
Sexual Function
Reproduction
Domains Coping/Stress Tolerance
Post-Trauma Responses
Coping Responses
Neuro-behavioral Stress
Domains Life Principles
Values
Beliefs
Values/Belief/action Congruence
Domains Safety/protection
infection
Physical Injury
Violence
Enviromental Hazards
Defensive Processes
Thermoregulation
Domains Comfort
Physical Comfort
Environmental Comfort
social Comfort
Domains Growth/Development
Growth
Development
Complete list of NANDA Nursing diagnosis based on alphabetical order
Selasa, 24 Maret 2009
Proses Penyembuhan Luka
Sjamsuhidajat (1997) mendefinisikan luka sebagai hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Sedangkan Mansjoer (2002) mendefinisikan luka sebagai keadaan hilang/terputusnya kontinuitas jaringan. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa luka adalah rusak/terputusnya kontinuitas jaringan. Yang akan dibicarakan dalam penelitian ini adalah luka laserasi jalan lahir terutama perinium baik luka yang spontan karena persalinan maupun karena tindakan episiotomi.
Proses Penyembuhan Luka
Penyembuhan luka merupakan suatu proses penggantian jaringan yang mati/rusak dengan jaringan baru dan sehat oleh tubuh dengan jalan regenerasi. Luka dikatakan sembuh apabila permukaannya dapat bersatu kembali dan didapatkan kekuatan jaringan yang mencapai normal.
Penyembuhan luka meliputi 2 kategori yaitu, pemulihan jaringan ialah regenerasi jaringan pulih seperti semula baik struktur maupun fungsinya dan repair ialah pemulihan atau penggantian oleh jaringan ikat (Mawardi-Hasan,2002).
Penyembuhan luka dapat terjadi secara:
- Per Primam yaitu penyembuhan yang terjadi setelah segera diusahakan bertautnya tepi luka biasanya dengan jahitan.
- Per Sekundem yaitu luka yang tidak mengalami penyembuhan per primam. Proses penyembuhan terjadi lebih kompleks dan lebih lama. Luka jenis ini biasanya tetap terbuka. Biasanya dijumpai pada luka-luka dengan kehilangan jaringan, terkontaminasi/terinfeksi. Penyembuhan dimulai dari lapisan dalam dengan pembentukan jaringan granulasi.
- Per Tertiam atau Per Primam tertunda yaitu luka yang dibiarkan terbuka selama beberapa hari setelah tindakan debridemen setelah diyakini bersih, tetapi luka dipertautkan (4-7 hari).
- Fase Inflamasi; Berlangsung sampai hari ke-5. Akibat luka terjadi pendarahan, tubuh akan berusaha menghentikannya dengan vasokonstriksi, pengerutan ujung pembuluh yang terputus (retraksi) dan reaksi hemostasis. Hemostasis terjadi karena keluarnya trombosit, trombosit mengeluarkan prostaglandin, tromboksan, bahan kimia tertentu dan asam amino tertentu yang mempengaruhi pembekuan darah, mengatur tonus dinding pembuluh darah dan kemotaksis terhadap leukosit. Sel radang keluar dari pembuluh darah secara diapedesis dan menuju daerah luka secara kemotaksis. Sel Mast mengeluarkan serotinin dan histamin yang meningkatkan permiabilitas kapiler, terjadi eksudasi cairan oedema. Dengan demikian akan timbul tanda-tanda radang. Leukosit, limfosit dan monosit menghancurkan dan memakan kotoran dan kuman. Pertautan pada fase ini hanya oleh fibrin, belum ada kekuatan pertautan luka sehingga disebut fase tertinggal (lag phase). Berat ringannya reaksi radang ini dipengaruhi juga oleh adanya benda-benda asing dari luar tubuh, misalnya: benang jahit, infeksi kuman dll. Tidak adanya serum maupun pus/nanah menunjukkan reaksi radang yang terjadi bukan karena infeksi kuman tetapi karena proses penyembuhan luka.
- Fase Proliferasi atau Fibroplasi: Berlangsung dari akhir masa inflamasi sampai kira-kira minggu ke-3. Pada fase ini terjadi proliferasi dari fibroblast yang menghasilkan mukopolisakarida, asamaminoglisin dan prolin yang akan mempertautkan tepi luka. Pada fase ini terbentuk jaringan granulasi. Pembentukan jaringan granulasi berhenti setelah seluruh permukaan luka tertutup epitel dan mulailah proses pendewasaan penyembuhan luka, pengaturan kembali dan penyerapan yang berlebih.
- Fase Remodelling/Fase Resorbsi/Fase penyudahan: Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri dari penyerapan kembali jaringan yang berlebih, pengerutan sesuai dengan gaya gravitasi dan akhirnya perupaan kembali jaringan yang baru terbentuk. Fase ini berakhir bila tanda radang sudah hilang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka
- Koagulasi; Adanya kelainan pembekuan darah (koagulasi) akan menghambat penyembuhan luka sebab hemostasis merupakan tolak dan dasar fase inflamasi.
- Gangguan sistem Imun (infeksi,virus); Gangguan sistem imun akan menghambat dan mengubah reaksi tubuh terhadap luka, kematian jaringan dan kontaminasi. Bila sistem daya tahan tubuh, baik seluler maupun humoral terganggu, maka pembersihan kontaminasi dan jaringan mati serta penahanan infeksi tidak berjalan baik.
- Gizi (kelaparan, malabsorbsi), Gizi kurang juga: mempengaruhi sistem imun.
- Penyakit Kronis; Penyakit kronis seperti TBC, Diabetes, juga mempengaruhi sistem imun.
- Keganasan; Keganasan tahap lanjut dapat menyebabkan gangguan sistem imun yang akan mengganggu penyembuhan luka.
- Obat-obatan; Pemberian sitostatika, obat penekan reaksi imun, kortikosteroid dan sitotoksik mempengaruhi penyembuhan luka dengan menekan pembelahan fibroblast dan sintesis kolagen.
- Teknik Penjahitan; Tehnik penjahitan luka yang tidak dilakukan lapisan demi lapisan akan mengganggu penyembuhan luka.
- Kebersihan diri/Personal Hygiene; Kebersihan diri seseorang akan mempengaruhi proses penyembuhan luka, karena kuman setiap saat dapat masuk melalui luka bila kebersihan diri kurang.
- Vaskularisasi baik proses penyembuhan berlangsung; cepat, sementara daerah yang memiliki vaskularisasi kurang baik proses penyembuhan membutuhkan waktu lama.
- Pergerakan, daerah yang relatif sering bergerak; penyembuhan terjadi lebih lama.
- Ketegangan tepi luka, pada daerah yang tight (tegang) penyembuhan lebih lama dibandingkan dengan daerah yang loose.
Penjahitan luka
Jahitan digunakan untuk hemostasis atau untuk menghubungkan struktur anatomi yang terpotong (Sabiston,1995). Menurut Sodera dan Saleh (1991), jahitan merupakan hasil penggunaan bahan berupa benang untuk mengikat atau ligasi pembuluh darah dan menghubungkan antara dua tepi luka. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa penjahitan merupakan tindakan menghubungkan jaringan yang terputus atau terpotong untuk mencegah pendarahan dengan menggunakan benang.
Prinsip Umum Penjahitan luka
Menurut Brown (1995), prinsip–prinsip umum yang harus dilaksanakan dalam penjahitan luka laserasi adalah sebagai berikut :
- Penyembuhan akan terjadi lebih cepat bila tepi-tepi kulit dirapatkan satu sama lain dengan hati-hati.
- Tegangan dari tepi–tepi kulit harus seminimal mungkin atau kalau mungkin tidak ada sama sekali. Ini dapat dicapai dengan memotong atau merapikan kulit secara hati–hati sebelum dijahit.
- Tepi kulit harus ditarik dengan ringan, ini dilakukan dengn memakai traksi ringan pada tepi–tepi kulit dan lebih rentan lagi pada lapisan dermal daripada kulit yang dijahit.
- Setiap ruang mati harus ditutup, baik dengan jahitan subcutaneus yang dapat diserap atau dengan mengikutsertakan lapisan ini pada waktu mmenjahit kulit.
- Jahitan halus tetapi banyak yang dijahit pada jarak yang sama lebih disukai daripada jahitan yang lebih besar dan berjauhan.
- Setiap jahitan dibiarkan pada tempatnya hanya selama diperlukan. Oleh karena itu jahitan pada wajah harus dilepas secepat mungkin (48 jam–5 hari), sedangkan jahitan pada dinding abdomen dan kaki harus dibiarkan selama 10 hari atau lebih.
- Semua luka harus ditutup sebersih mungkin.
- Pemakaian forsep dan trauma jaringan diusahakan seminimal mungkin.
Menurut Sodera dan Saleh (1991), penjahitan merupakan suatu cara menjahit untuk mendekatkan atau menghubungkan dua tepi luka. Dapat dibedakan menjadi :
- Jahitan Primer (primary Suture Line) adalah jahitan yang digunakan untuk mempertahankan kedudukan tepi luka yang saling dihubungkan selama proses penyembuhan sehingga dapat sembuh secara primer.
- Jahitan Kontinyu yaitu jahitan dengan sejumlah penjahitan dari seluruh luka dengan menggunakan satu benang yang sama dan disimpulkan pada akhir jahitan serta dipotong setelah dibuat simpul. Digunakan untuk menjahit peritonium kulit, subcutis dan organ.
- Jahitan Simpul/Kerat/Knot, yaitu merupakan tehnik ikatan yang mengakhiri suatu jahitan. Digunakan untuk memperkuat dan mempertahankan jahitan luka sehingga jahitan tidak terlepas atau mengendor. Yang dimaksud dengan jerat adalah pengikatan satu kali, sedang simpul adalah pengikatan dengan dua jerat atau lebih.
Jenis–jenis benang yang digunakan dalam penjahitan
- Seide (Silk/Sutra): Bersifat tidak licin seperti sutera biasa karena sudah dikombinasi dengan perekat, tidak diserap oleh tubuh. Pada penggunaan disebelah luar, maka benang harus dibuka kembali. Berguna untuk menjahit kulit, mengikat pembuluh arteri besar. Ukuran yang sering digunakan adalah nomor 2 nol 3 nol, 1 nol dan nomor 1.
- Plain Catgut: Bersifat dapat diserap tubuh, penyerapan berlangsung dalam waktu 7–10 hari dan warnanya putih kekuningan. Berguna untuk mengikat sumber pendarahan kecil, menjahit subcutis dan dapat pula digunakan untuk bergerak dan luas lukanya kecil. Benang ini harus dilakukan penyimpulan 3 kali karena dalam tubuh akan mengembang. Bila penyimpulan dilakukan hanya 2 kali akan terbuka kembali.
- Chromic Catgut: Bersifat dapat diserap oleh tubuh, penyerapannya lebih lama yaitu sampai 20 hari. Chromic Catgut biasanya menyebabkan reaksi inflamasi yang lebih besar dibandingkan dengan plain catgut. Berguna untuk penjahitan luka yang dianggap belum merapat dalam waktu 10 hari dan bila mobilitas harus segera dilakukan.
Komplikasi menjahit luka
- Overlapping: Terjadi sebagai akibat tidak dilakukan adaptasi luka sehingga luka menjadi tumpang tindih dan luka mengalami penyembuhan yang lambat dan apabila sembuh maka hasilnya akan buruk.
- Nekrosis: Jahitan yang terlalu tegang dapat menyebabkan avaskularisasi sehingga menyebabkan kematian jaringan.
- Infeksi: Infeksi dapat terjadi karena tehnik penjahitan yang tidak steril, luka yang telah terkontaminasi, dan adanya benda asing yang masih tertinggal.
- Perdarahan: Terapi antikoagulan atau pada pasien dengan hipertensi.
- Hematoma: Terjadi pada pasien dengan pembuluh darah arteri terpotong dan tidak dilakukan ligasi/pengikatan sehingga perdarahan terus berlangsung dan menyebabkan bengkak.
- Dead space (ruang/rongga mati): Yaitu adanya rongga pada luka yang terjadi karena penjahitan yang tidak lapis demi lapis.
- Sinus: Bila luka infeksi sembuh dengan meninggalkan saluran sinus, biasanya ada jahitan multifilament yaitu benang pada dasar sinus yang bertindak sebagai benda asing.
- Dehisensi: Adalah luka yang membuka sebelum waktunya disebabkan karena jahitan yang terlalu kuat atau penggunaan bahan benang yang buruk.
- Abses: Infeksi hebat yang telah menghasilkan produk pus/nanah.
Motivasi Dalam Menurunkan Berat Badan
Anda adalah orang yang sangat mengagumkan, orang yang sangat luar biasa. Anda terlihat cantik pada setiap sisi dan bentuk tubuh, tetapi hal itu penting bahwa anda memahami kecantikan anda sendiri dan merasa nyaman. Jika anda merasa bahwa anda tidak cukup sehat, bugar, langsing, ingin memakai pakaian ukuran kecil seperti yang teman anda kenakan, atau anda merasa cepat lelah dan tidak sesehat seperti yang biasa anda rasakan, inilah waktunya untuk menurunkan berat badan anda.
Apabila ini anda baca, anda mungkin sudah menguji berbagai macam diet untuk menurunkan berat badan. Anda hanya kehilangan sedikit berat badan hanya untuk melakukan diet tersebut berulang-ulang, lagi lagi dan lagi. Apa yang sebenarnya kurang adalah motivasi. Berikut ini adalah beberapa tips motivasi yang dapat membantu anda mengiris-iris atau mengurangi berat badan anda dan siap untuk berpakaian supermini kesukaan anda layaknya seorang model.
lakukanlah untuk diri anda sendiri!. Jangan menurunkan berat badan anda hanya karena seseorang berpikir anda terlalu berat. Jangan biarkan propaganda kurus membuat anda merasa jelek. Menurunakn berat badan agar merasa lebih baik, sehat, untuk menjadi lebih mengangumkan dari kondisi saat ini.
Carilah seorang teman, siapa saja yang ingin melakukannya bersama anda. Penelitian menunjukkkan bahwa anda akan lebih mungkin mencapai tujuan anda jika anda memperbincangkan tentang hal tersebut (menurunkan berat badan), mendiskusikannya dengan teman-teman anda. Maka dari itu, pergilah bersama-sama dengan teman anda ke tempat olahraga, lari keliling lapangan, atau paling tidak carilah teman-teman di dunia maya dengan online di internet dan temukan sebuah komunitas yang akan merasa senang dan ingin membicarakan dan mendiskusikan tentang rencana diet dan olahraga.
Rencanakan apa yang anda makan lebih dulu. Cobalah untuk makan di rumah, sehingga konsumsi atau pemasukan kalori anda akan minimaldan dapat anda tentukan jumlahnya sesuai kebutuhan kalori berdasarkan umur dan aktifitas dan olahraga yang anda lakukan. Kemas makanan anda pada hari sebelumnya, jumlah kalori dan jangan lupa sediakan juga snak sehat.
Singkirkan sumber kalori dari cairan/minuman. Anda tidak akan merasa bahwa anda telah makan banyak makanan, maka anda tetap merasa lapar, tapi pemasukan kelaori ke dalam tubuh anda bertambah banyak dengan cepat. Apapkah anda tahu bahwa segelas orange juz berisi penuh dengan gula dan sekitar 180 kalori?. Tentu saja anda tidak ingin kalori tersebut masuk ke dalam pinggul anda bukan?.
Sekali-kali berisitrahat. Jangan ambil pusing dengan tujuan panjang anda. Pikirkan hanya tentang hari ini, apa yang anda makan (diet sehat) dan perencanaan olahraga.
Jalankan rencana anda secara bertahap, santai serta pelan-pelan. Penurunan berat badan berkaitan dengan pola dan gaya hidup. Penurunan berat badan tidak dapat terjadi dengan instan hanya dalam semalam atau sehari, penurunan berat badan akan terjadi secara perlahan kilogram demi kilogram berat badan akan menurun seiring berjalannya waktu. Jadi jangan memaksa diri anda kelaparan. Pelajari tentang diet makanan sehat dan olahraga yang tepat. Ini akan membuat anda tidak hanya kurus/langsing tapi lebih energik, sehat dan bahagia.
Tidak masalah bila Terjadi Kemunduran. Jadi anda makan es krim coklat yang penuh dengan kalori dan anda merasa bersalah dengan rencana diet anda. Ok, tidak ada manusia yang sempurna!. Atau apakah anda sudah melakukan segalanya dengan benar dan tepat, namun anda tidak menglami penurunan berat badan satu kilogram pun dalam seminggu. Tidak masalah hal ini terjadi pada anda!. Ikuti saja rencana dan penurunan berat badan akan terjadi.
Senin, 23 Maret 2009
Apa Yang Terjadi Pada Tubuh Kita Pada Saat berolahraga?
Apakah anda tahu bahwa olahraga merupakan hal yang sangat penting dan ktitis apabila anda ingin menurunkan berat badan. Tapi apakah anda tahu, apa yang sebenarnya terjadi dalam tubuh anda ketika anda berolahraga?. Olahraga merupakan suatu proses yang komplek dan rumit, tapi sebisa mungkin kita akan mencoba membuatnya agar mudah untuk dimengerti tentang apa yang terjadi dalam tubuh kita waktu berolahraga.
Pertama irama pernafasan anda akan meningkat untuk memastikan bahwa anda mempunyai cukup oksigen dalam paru-paru anda. Kemudian detak/denyut jantung anda akan meningkat, dimana jantung memompa lebih banyak darah, oksigen serta nutrient atau zat-zat gizi untuk di suplai ke otot-otot tubuh.
Setelah kurang lebih 12 minggu mulai terjadi adaptasi. Hal ini terlihat pada saat anda benar-benar dapat mengatakan tentang keuntungan-keuntungan atau manfaat berolahraga untuk jantung dan kesehatan tubuh anda, karena efek atau pengaruh psikologis biasanya akan terjadi dengan segera atgau pada saat berolahraga.
Ini adalah versi sederhana dari apa yang terjadi pada tubuh kita pada saat berolahraga.
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
1. Asuhan Keperawatan Anak Acute Limphosityc Leucemia
2. Asuhan Keperawatan Anak Acute Nonlymphoid (Myelogenosis) Leukemia
3. Asuhan Keperawatan Anak Akut Respiratori Distress Sindrom (ARDS)
4. Asuhan Keperawatan Anak Alergi
5. Asuhan Keperawatan Anak Anemia
6. Asuhan Keperawatan Anak Apendiksitis
7. Asuhan Keperawatan Anak Asfiksia Mekonium
8. Asuhan Keperawatan Anak Asma Bronkial
9. Asuhan Keperawatan Anak Asma Bronkial2
10. Asuhan Keperawatan Anak Asma Bronkial3
11. Asuhan Keperawatan Anak Atresia Esophagus
12. Asuhan Keperawatan Anak Balita Ikterus
13. Asuhan Keperawatan Anak Bayi Hiperbilirubinemia
14. Asuhan Keperawatan Anak Bayi Lahir Sakit
15. Asuhan Keperawatan Anak BBLR
16. Asuhan Keperawatan Anak BBLR2
17. Asuhan Keperawatan Anak Bronkhitis
18. Asuhan Keperawatan Anak Bronkhitis Alergika
19. Asuhan Keperawatan Anak Bronkopneumonia
20. Asuhan Keperawatan Anak Bronkopneumonia2
21. Asuhan Keperawatan Anak Cardiovaskuler Tetralogi Fallot
22. Asuhan Keperawatan Anak Chemotherapy (Kemoterapi)
23. Asuhan Keperawatan Anak CTEV (Congenital Talipes Equino Varus)
24. Asuhan Keperawatan Anak Demam Berdarah (DHF)
25. Asuhan Keperawatan Anak Dengan Ulkus Peptikum
26. Asuhan Keperawatan Anak Dengue Haemoraghic Fever (DHF 6-12 Th)
27. Asuhan Keperawatan Anak Dengue Haemoraghic Fever (DHF Pra Sekolah)
28. Asuhan Keperawatan Anak Dengue Haemoraghic Fever (DHF)
29. Asuhan Keperawatan Anak Dengue Haemoraghic Fever (DHF)
30. Asuhan Keperawatan Anak Dermatitis
31. Asuhan Keperawatan Anak Diabetes Mellitus
32. Asuhan Keperawatan Anak Diabetes Mellitus2
33. Asuhan Keperawatan Anak Diare
34. Asuhan Keperawatan Anak Diare1
35. Asuhan Keperawatan Anak Diare2
36. Asuhan Keperawatan Anak Diare3
37. Asuhan Keperawatan Anak Diare 1-3 tahun
38. Asuhan Keperawatan Anak Diare Akut Dehidrasi Sedang
39. Asuhan Keperawatan Anak Diare Akut Dehidrasi Sedang1
40. Asuhan Keperawatan Anak Diare Akut Dehidrasi Sedang2
41. Asuhan Keperawatan Anak Diphteri (Difteri)
42. Asuhan Keperawatan Anak Ensefalitis
43. Asuhan Keperawatan Anak Fraktur
44. Asuhan Keperawatan Anak Fraktur2
45. Asuhan Keperawatan Anak Gagal Ginjal Kronik
46. Asuhan Keperawatan Anak Gagal Ginjal Kronik2
47. Asuhan Keperawatan Anak Gagal Nafas
48. Asuhan Keperawatan Anak Gagal Nafas2
49. Asuhan Keperawatan Anak Gangguan Bicara
50. Asuhan Keperawatan Anak Gastritis dan Thypoid
51. Asuhan Keperawatan Anak Gastroenteritis
52. Asuhan Keperawatan Anak Glomerulonefritis Akut
53. Asuhan Keperawatan Anak Hemofilia
54. Asuhan Keperawatan Anak Hemostasis
55. Asuhan Keperawatan Anak Hernia Inguinalis
56. Asuhan Keperawatan Anak Hiperaktif
57. Asuhan Keperawatan Anak Hiperaktif (Syndroma Hiperaktifitas)
58. Asuhan Keperawatan Anak Hiperbilirubinemia
59. Asuhan Keperawatan Anak Hiperbilirubinemia (Ikterus)
60. Asuhan Keperawatan Anak Hipoglikemi Simptomatis
61. Asuhan Keperawatan Anak Hipoglikemi Neonatus
62. Asuhan Keperawatan Anak Hirschprung
63. Asuhan Keperawatan Anak Hospitalisasi Anak
64. Asuhan Keperawatan Anak Hydrocephalus1
65. Asuhan Keperawatan Anak Hydrocephalus2
66. Asuhan Keperawatan Anak Hydrocephalus3
67. Asuhan Keperawatan Anak Hypoglikemi Simptomatis
68. Asuhan Keperawatan Anak Ikterus
69. Asuhan Keperawatan Anak Ikterus Obstruksi
70. Asuhan Keperawatan Anak Infeksi Saluran Pernapasan (ISPA)
71. Keperawatan Anak Infeksi Saluran Pernapasan Akut(ISPA)
72. Asuhan Keperawatan Anak Intusepsi
73. Asuhan Keperawatan Anak Intususepsi
74. Asuhan Keperawatan Anak Kejang
75. Asuhan Keperawatan Anak Kejang Demam
76. Asuhan Keperawatan Anak Kejang Demam2
77. Asuhan Keperawatan Anak Kelainan Jantung Bawaan Atrial Septum Defek (ASD, VSD)
78. Asuhan Keperawatan Anak Kurang Energi Protein (KEP)
79. Asuhan Keperawatan Anak Kwashiorkor
80. Asuhan Keperawatan Anak Kwashiorkor2
81. Asuhan Keperawatan Anak Labio (Palatoskisis)
82. Asuhan Keperawatan Anak Leukimia
83. Asuhan Keperawatan Anak Leukimia1
84. Asuhan Keperawatan Anak Leukimia2
85. Asuhan Keperawatan Anak Leukimia Akut
86. Asuhan Keperawatan Anak Limfadenitis TB
87. Asuhan Keperawatan Anak Marasmus Kwasiorkor
88. Asuhan Keperawatan Anak Meconium Aspiration Syndrome Imanuddin
89. Asuhan Keperawatan Anak Meningitis
90. Asuhan Keperawatan Anak Meningitis2
91. Asuhan Keperawatan Anak Meningoencephalitis TBC
92. Asuhan Keperawatan Anak Meningoencephalitis TBC2
93. Asuhan Keperawatan Anak Model Konseptual Keperawatan Anak
94. Asuhan Keperawatan Anak Morbili
95. Asuhan Keperawatan Anak Morbili1
96. Asuhan Keperawatan Anak Morbili2
97. Asuhan Keperawatan Anak Morbili3
98. Asuhan Keperawatan Anak Morbili4
99. Asuhan Keperawatan Anak Nefrotik Syndrome2
100. Asuhan Keperawatan Anak Nefrotik Syndrome (NS)
101. Asuhan Keperawatan Anak Neonatus Infeksi
102. Asuhan Keperawatan Anak Penyakit Jantung Bawaan Patent Ductus Arteriosus (PDA)
103. Asuhan Keperawatan Anak Pneumonia
104. Asuhan Keperawatan Anak Pneumonia dan Diphteri
105. Asuhan Keperawatan Anak Pola Asuh Keluarga Anak Autisme
106. Asuhan Keperawatan Anak Prematur
107. Asuhan Keperawatan Anak Respiratori Distress Sindrom
108. Asuhan Keperawatan Anak Sianosis
109. Asuhan Keperawatan Anak Sianosis, Gagal Nafas
110. Asuhan Keperawatan Anak Spinabifida
111. Asuhan Keperawatan Anak Syndrom Nefrotik
112. Asuhan Keperawatan Anak TB Paru Anak
113. Asuhan Keperawatan Anak Tetanus
114. Asuhan Keperawatan Anak Tetanus2
115. Asuhan Keperawatan Anak Tetralogi Fallot Anak
116. Asuhan Keperawatan Anak Thalasemia
117. Asuhan Keperawatan Anak Thalasemia Serena
118. Asuhan Keperawatan Anak Thypoid
119. Asuhan Keperawatan Anak Thypus Abdominalis
120. Asuhan Keperawatan Anak Tonsilofaringitis Akut
121. Asuhan Keperawatan Anak Tonsilofaringitis Akut2
122. Asuhan Keperawatan Anak Tuberculosis (TB Paru)
123. Asuhan Keperawatan Anak Tuberculosis Paru
124. Asuhan Keperawatan Anak Tumbang Usia Todler
Read More
1. Asuhan Keperawatan Anak Acute Limphosityc Leucemia
2. Asuhan Keperawatan Anak Acute Nonlymphoid (Myelogenosis) Leukemia
3. Asuhan Keperawatan Anak Akut Respiratori Distress Sindrom (ARDS)
4. Asuhan Keperawatan Anak Alergi
5. Asuhan Keperawatan Anak Anemia
6. Asuhan Keperawatan Anak Apendiksitis
7. Asuhan Keperawatan Anak Asfiksia Mekonium
8. Asuhan Keperawatan Anak Asma Bronkial
9. Asuhan Keperawatan Anak Asma Bronkial2
10. Asuhan Keperawatan Anak Asma Bronkial3
11. Asuhan Keperawatan Anak Atresia Esophagus
12. Asuhan Keperawatan Anak Balita Ikterus
13. Asuhan Keperawatan Anak Bayi Hiperbilirubinemia
14. Asuhan Keperawatan Anak Bayi Lahir Sakit
15. Asuhan Keperawatan Anak BBLR
16. Asuhan Keperawatan Anak BBLR2
17. Asuhan Keperawatan Anak Bronkhitis
18. Asuhan Keperawatan Anak Bronkhitis Alergika
19. Asuhan Keperawatan Anak Bronkopneumonia
20. Asuhan Keperawatan Anak Bronkopneumonia2
21. Asuhan Keperawatan Anak Cardiovaskuler Tetralogi Fallot
22. Asuhan Keperawatan Anak Chemotherapy (Kemoterapi)
23. Asuhan Keperawatan Anak CTEV (Congenital Talipes Equino Varus)
24. Asuhan Keperawatan Anak Demam Berdarah (DHF)
25. Asuhan Keperawatan Anak Dengan Ulkus Peptikum
26. Asuhan Keperawatan Anak Dengue Haemoraghic Fever (DHF 6-12 Th)
27. Asuhan Keperawatan Anak Dengue Haemoraghic Fever (DHF Pra Sekolah)
28. Asuhan Keperawatan Anak Dengue Haemoraghic Fever (DHF)
29. Asuhan Keperawatan Anak Dengue Haemoraghic Fever (DHF)
30. Asuhan Keperawatan Anak Dermatitis
31. Asuhan Keperawatan Anak Diabetes Mellitus
32. Asuhan Keperawatan Anak Diabetes Mellitus2
33. Asuhan Keperawatan Anak Diare
34. Asuhan Keperawatan Anak Diare1
35. Asuhan Keperawatan Anak Diare2
36. Asuhan Keperawatan Anak Diare3
37. Asuhan Keperawatan Anak Diare 1-3 tahun
38. Asuhan Keperawatan Anak Diare Akut Dehidrasi Sedang
39. Asuhan Keperawatan Anak Diare Akut Dehidrasi Sedang1
40. Asuhan Keperawatan Anak Diare Akut Dehidrasi Sedang2
41. Asuhan Keperawatan Anak Diphteri (Difteri)
42. Asuhan Keperawatan Anak Ensefalitis
43. Asuhan Keperawatan Anak Fraktur
44. Asuhan Keperawatan Anak Fraktur2
45. Asuhan Keperawatan Anak Gagal Ginjal Kronik
46. Asuhan Keperawatan Anak Gagal Ginjal Kronik2
47. Asuhan Keperawatan Anak Gagal Nafas
48. Asuhan Keperawatan Anak Gagal Nafas2
49. Asuhan Keperawatan Anak Gangguan Bicara
50. Asuhan Keperawatan Anak Gastritis dan Thypoid
51. Asuhan Keperawatan Anak Gastroenteritis
52. Asuhan Keperawatan Anak Glomerulonefritis Akut
53. Asuhan Keperawatan Anak Hemofilia
54. Asuhan Keperawatan Anak Hemostasis
55. Asuhan Keperawatan Anak Hernia Inguinalis
56. Asuhan Keperawatan Anak Hiperaktif
57. Asuhan Keperawatan Anak Hiperaktif (Syndroma Hiperaktifitas)
58. Asuhan Keperawatan Anak Hiperbilirubinemia
59. Asuhan Keperawatan Anak Hiperbilirubinemia (Ikterus)
60. Asuhan Keperawatan Anak Hipoglikemi Simptomatis
61. Asuhan Keperawatan Anak Hipoglikemi Neonatus
62. Asuhan Keperawatan Anak Hirschprung
63. Asuhan Keperawatan Anak Hospitalisasi Anak
64. Asuhan Keperawatan Anak Hydrocephalus1
65. Asuhan Keperawatan Anak Hydrocephalus2
66. Asuhan Keperawatan Anak Hydrocephalus3
67. Asuhan Keperawatan Anak Hypoglikemi Simptomatis
68. Asuhan Keperawatan Anak Ikterus
69. Asuhan Keperawatan Anak Ikterus Obstruksi
70. Asuhan Keperawatan Anak Infeksi Saluran Pernapasan (ISPA)
71. Keperawatan Anak Infeksi Saluran Pernapasan Akut(ISPA)
72. Asuhan Keperawatan Anak Intusepsi
73. Asuhan Keperawatan Anak Intususepsi
74. Asuhan Keperawatan Anak Kejang
75. Asuhan Keperawatan Anak Kejang Demam
76. Asuhan Keperawatan Anak Kejang Demam2
77. Asuhan Keperawatan Anak Kelainan Jantung Bawaan Atrial Septum Defek (ASD, VSD)
78. Asuhan Keperawatan Anak Kurang Energi Protein (KEP)
79. Asuhan Keperawatan Anak Kwashiorkor
80. Asuhan Keperawatan Anak Kwashiorkor2
81. Asuhan Keperawatan Anak Labio (Palatoskisis)
82. Asuhan Keperawatan Anak Leukimia
83. Asuhan Keperawatan Anak Leukimia1
84. Asuhan Keperawatan Anak Leukimia2
85. Asuhan Keperawatan Anak Leukimia Akut
86. Asuhan Keperawatan Anak Limfadenitis TB
87. Asuhan Keperawatan Anak Marasmus Kwasiorkor
88. Asuhan Keperawatan Anak Meconium Aspiration Syndrome Imanuddin
89. Asuhan Keperawatan Anak Meningitis
90. Asuhan Keperawatan Anak Meningitis2
91. Asuhan Keperawatan Anak Meningoencephalitis TBC
92. Asuhan Keperawatan Anak Meningoencephalitis TBC2
93. Asuhan Keperawatan Anak Model Konseptual Keperawatan Anak
94. Asuhan Keperawatan Anak Morbili
95. Asuhan Keperawatan Anak Morbili1
96. Asuhan Keperawatan Anak Morbili2
97. Asuhan Keperawatan Anak Morbili3
98. Asuhan Keperawatan Anak Morbili4
99. Asuhan Keperawatan Anak Nefrotik Syndrome2
100. Asuhan Keperawatan Anak Nefrotik Syndrome (NS)
101. Asuhan Keperawatan Anak Neonatus Infeksi
102. Asuhan Keperawatan Anak Penyakit Jantung Bawaan Patent Ductus Arteriosus (PDA)
103. Asuhan Keperawatan Anak Pneumonia
104. Asuhan Keperawatan Anak Pneumonia dan Diphteri
105. Asuhan Keperawatan Anak Pola Asuh Keluarga Anak Autisme
106. Asuhan Keperawatan Anak Prematur
107. Asuhan Keperawatan Anak Respiratori Distress Sindrom
108. Asuhan Keperawatan Anak Sianosis
109. Asuhan Keperawatan Anak Sianosis, Gagal Nafas
110. Asuhan Keperawatan Anak Spinabifida
111. Asuhan Keperawatan Anak Syndrom Nefrotik
112. Asuhan Keperawatan Anak TB Paru Anak
113. Asuhan Keperawatan Anak Tetanus
114. Asuhan Keperawatan Anak Tetanus2
115. Asuhan Keperawatan Anak Tetralogi Fallot Anak
116. Asuhan Keperawatan Anak Thalasemia
117. Asuhan Keperawatan Anak Thalasemia Serena
118. Asuhan Keperawatan Anak Thypoid
119. Asuhan Keperawatan Anak Thypus Abdominalis
120. Asuhan Keperawatan Anak Tonsilofaringitis Akut
121. Asuhan Keperawatan Anak Tonsilofaringitis Akut2
122. Asuhan Keperawatan Anak Tuberculosis (TB Paru)
123. Asuhan Keperawatan Anak Tuberculosis Paru
124. Asuhan Keperawatan Anak Tumbang Usia Todler
Minggu, 22 Maret 2009
10 Makanan Utama Yang Baik Untuk Jantung
Anda tidak hanya perlu menurunkan berat badan sehingga anda bisa membuat dan merasa nyaman dengan tubuh ideal anda. Anda pelu melakukannya dengan cara-cara yang sehat, sehingga anda akan mendapatkan tubuh langsing, sehat, indah serta seksi pada waktu yang bersamaan dapat menyehatkan atau menjaga kesehatan jantung. Berikut ini adalah makanan-makanan yang sehat untuk jantung dan pembuluh darah anda dan anda akan tetap langsing.
Ikan
Ikan sudah merupakan hal umum dan tidak mengherankan dimana ikan menempati nomer satu dari makanan sehat. Ikan salmon, ikan tuna, ikan sarden adalah ikan-ikan yang kaya akan asam lemak Omega-3. Asam lemak tersebut merupakan asam lemak yang baik untuk jantung, asam lemak tersebut menurunkan kolesterol jahat (LDL) dan meningkatkan kadar kolesterol baik (HDL). Omega-3 juga membantu dalam menurunkan tekanan darah. Kebanyakan ikan adalah rendah kalori, khususnya pada saat di masak dengan cara di panggang atau dibakar.
Kacang polong/buncis-jenis apapun.
Kacang polonng/buncis mempunyai banyak serat yang dapat larut yang menurunkan kadar kolesterol jahat. Cobalah untuk memakan kacang buncis dengan porsi 10 gram setiap hari.
Gandum.
Gandum juga mengandung banyak serat pelarut dan dalam tubuh turut membantu dalam menurunkan kadar kolesterol jahat.
Susu skim dan yogurt.
Susu skim dan yogurt penuh dengan kandungan kalsium dan rendah kalori dibandingkan dengan jenis susu lainnya. Kalsium tidak hanya penting untuk kekuatan dan kesehatan tulang tapi juga membantu menjaga irama/detak jantung anda tetap teratur.
Buah berry.
Buah berry berisi kumpulan serat, antioksidan dan phytonutrient. Phytonutrient adalah nutrisi yang bersifat menyembuhkan dan sangat penting untuk kesehatan kita. Phytonutrient merupakan nutrisi yang berfungsi mengaktifkan proses pembakaran lemak dalam tubuh, memperlambat proses penuaan dini, serta mengandung antioxidan. "Jantung suka dan cinta sekali dengan buah berry.
Walnut (sejenis kenari).
Walnut penuh dengan kandungan omega-3 dengan citarasa yagn sangat hebat. Mau produk walnut kunjungi situs ini
Flaxseed
Flaxseed adalah makanan alami untuk kesehatan dan nutrisi prima tanpa bahan pengawet serta zat pewarna. Merupakan sumber omega-3 terbaik dan serat pelarut (soluble fiber). Lihat produk Flaxseed oil 100 mg
Kecambah brussel.
Kecambah brussel merupakan sayuran yang tidak banyak dikenal orang, tapi itu dikarenakan orang-orang tidak mengetahui bagaimana cara mempersiapkannya. Dalam kecambah dikemas serat yang dapat larut (serat pelarut), sehingga baik untuk jantung dan diet.
Minyak zaitun.
Minyak zaitun mempunyai banyak kalori, begitu sederhana, tapi pada minyak zaitun tinggi akan lemak tak jenuh (monosaturated fat).
DECOMPENSASI CORDIS (GAGAL JANTUNG)
Pengertian: Suatu kegagalan jantung dalam memompa darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh (Purnawan Junadi, 1982). Kegagalan jantung kongestif adalah suatu kegagalan pemompaan (di mana cardiac output tidak mencukupi kebutuhan metabolik tubuh), hal ini mungkin terjadi sebagai akibat akhir dari gangguan jantung, pembuluh darah atau kapasitas oksigen yang terbawa dalam darah yang mengakibatkan jantung
Read More
Langganan:
Postingan
(
Atom
)
Blog Archive
-
2016
(1)
- 09/18 - 09/25 (1)
-
2015
(10)
- 10/11 - 10/18 (1)
- 09/13 - 09/20 (1)
- 09/06 - 09/13 (1)
- 07/05 - 07/12 (1)
- 05/17 - 05/24 (6)
-
2014
(1)
- 04/13 - 04/20 (1)
-
2012
(770)
- 02/19 - 02/26 (5)
- 02/12 - 02/19 (10)
- 02/05 - 02/12 (4)
- 01/29 - 02/05 (27)
- 01/22 - 01/29 (88)
- 01/15 - 01/22 (101)
- 01/08 - 01/15 (169)
- 01/01 - 01/08 (366)
-
2011
(4478)
- 12/25 - 01/01 (336)
- 12/18 - 12/25 (62)
- 12/11 - 12/18 (70)
- 12/04 - 12/11 (77)
- 11/27 - 12/04 (40)
- 11/20 - 11/27 (67)
- 11/13 - 11/20 (198)
- 11/06 - 11/13 (187)
- 10/30 - 11/06 (340)
- 10/23 - 10/30 (32)
- 10/16 - 10/23 (109)
- 10/09 - 10/16 (80)
- 08/14 - 08/21 (75)
- 08/07 - 08/14 (81)
- 07/31 - 08/07 (82)
- 07/24 - 07/31 (66)
- 07/17 - 07/24 (91)
- 07/10 - 07/17 (47)
- 07/03 - 07/10 (44)
- 06/26 - 07/03 (53)
- 06/19 - 06/26 (59)
- 06/12 - 06/19 (47)
- 06/05 - 06/12 (65)
- 05/29 - 06/05 (63)
- 05/22 - 05/29 (77)
- 05/15 - 05/22 (115)
- 05/08 - 05/15 (65)
- 05/01 - 05/08 (104)
- 04/24 - 05/01 (45)
- 04/17 - 04/24 (70)
- 04/10 - 04/17 (134)
- 04/03 - 04/10 (72)
- 03/27 - 04/03 (18)
- 03/20 - 03/27 (47)
- 03/13 - 03/20 (68)
- 03/06 - 03/13 (40)
- 02/27 - 03/06 (56)
- 02/20 - 02/27 (77)
- 02/13 - 02/20 (76)
- 02/06 - 02/13 (198)
- 01/30 - 02/06 (194)
- 01/23 - 01/30 (132)
- 01/16 - 01/23 (196)
- 01/09 - 01/16 (202)
- 01/02 - 01/09 (121)
-
2010
(2535)
- 12/26 - 01/02 (156)
- 12/19 - 12/26 (65)
- 12/12 - 12/19 (73)
- 12/05 - 12/12 (84)
- 11/28 - 12/05 (80)
- 11/21 - 11/28 (68)
- 11/14 - 11/21 (63)
- 11/07 - 11/14 (50)
- 10/31 - 11/07 (50)
- 10/24 - 10/31 (36)
- 10/17 - 10/24 (58)
- 10/10 - 10/17 (35)
- 10/03 - 10/10 (31)
- 09/26 - 10/03 (21)
- 09/19 - 09/26 (26)
- 09/12 - 09/19 (55)
- 09/05 - 09/12 (65)
- 08/29 - 09/05 (33)
- 08/22 - 08/29 (70)
- 08/15 - 08/22 (45)
- 08/08 - 08/15 (35)
- 08/01 - 08/08 (37)
- 07/25 - 08/01 (27)
- 07/18 - 07/25 (19)
- 07/11 - 07/18 (30)
- 07/04 - 07/11 (56)
- 06/27 - 07/04 (28)
- 06/20 - 06/27 (22)
- 06/13 - 06/20 (30)
- 06/06 - 06/13 (21)
- 05/30 - 06/06 (5)
- 05/16 - 05/23 (6)
- 05/09 - 05/16 (29)
- 05/02 - 05/09 (59)
- 04/25 - 05/02 (28)
- 04/18 - 04/25 (38)
- 04/11 - 04/18 (70)
- 04/04 - 04/11 (59)
- 03/28 - 04/04 (65)
- 03/21 - 03/28 (89)
- 03/14 - 03/21 (218)
- 03/07 - 03/14 (95)
- 02/28 - 03/07 (135)
- 02/21 - 02/28 (102)
- 01/03 - 01/10 (68)
-
2009
(1652)
- 12/27 - 01/03 (36)
- 12/20 - 12/27 (22)
- 12/13 - 12/20 (100)
- 12/06 - 12/13 (45)
- 11/29 - 12/06 (24)
- 11/22 - 11/29 (22)
- 11/15 - 11/22 (19)
- 11/08 - 11/15 (28)
- 11/01 - 11/08 (11)
- 10/25 - 11/01 (17)
- 10/18 - 10/25 (38)
- 10/11 - 10/18 (33)
- 10/04 - 10/11 (15)
- 09/27 - 10/04 (21)
- 09/20 - 09/27 (7)
- 09/13 - 09/20 (84)
- 09/06 - 09/13 (35)
- 08/30 - 09/06 (48)
- 08/23 - 08/30 (118)
- 08/16 - 08/23 (26)
- 08/09 - 08/16 (34)
- 08/02 - 08/09 (35)
- 07/26 - 08/02 (31)
- 07/19 - 07/26 (14)
- 07/12 - 07/19 (16)
- 07/05 - 07/12 (28)
- 06/28 - 07/05 (26)
- 06/21 - 06/28 (76)
- 06/14 - 06/21 (26)
- 06/07 - 06/14 (21)
- 05/31 - 06/07 (43)
- 05/24 - 05/31 (38)
- 05/17 - 05/24 (26)
- 05/10 - 05/17 (52)
- 05/03 - 05/10 (15)
- 04/26 - 05/03 (38)
- 04/19 - 04/26 (32)
- 04/12 - 04/19 (22)
- 04/05 - 04/12 (20)
- 03/29 - 04/05 (40)
-
03/22 - 03/29
(43)
- Teknik Komunikasi Terapeutik
- Komunikasi Terapeutik
- ASUHAN KEPERAWATAN DAN MATERI JIWA
- MATERI KEPERAWATAN ANAK
- ASKEP TB PARU
- ASKEP CEDERA KEPALA
- ASKEP IBU DENGAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI RADANG...
- DISTOSIA
- ASKEP BRONCHOPNEUMONIA
- ASKEP SINDROMA NEFROTIK
- ASKEP NIFAS DENGAN SUBINVOLUSIO
- ASKEP NIFAS DENGAN PERDARAHAN POST PARTUM
- ASKEP KLIEN DENGAN INFEKSI NIFAS
- ASKEP KANKER SERVIKS
- INFERTILITAS
- PERUBAHAN PSIKOLOGIS IBU PADA MASA NIFAS
- ASKEP IBU HAMIL DENGAN PENYAKIT JANTUNG DAN HIPERT...
- ASKEP PADA IBU HAMIL DENGAN HYPERTIROID
- ASKEP IBU HAMIL DENGAN DIABETUS MELITUS
- ASKEP PENDARAHAN ANTEPARTUM
- RESIKO KEHAMILAN
- PREEKLAMPSIA / EKLAMPSIA
- HIPEREMESIS GRAVIDARUM
- KEHAMILAN GANDA
- MOLA HYDATIDOSA
- KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU (KET)
- KEHAMILAN LEWAT WAKTU
- PERSALINAIN PRETERM
- Olahraga dan Resiko Kanker Payu Dara: Belum Terlam...
- ABORTUS
- Episiotomi
- Perinium, Luka Perinium, Episiotomi
- Inilah Mitos Seputar Testosteron
- Makanan Yang Menyebabkan Asam Urat.
- NANDA, NOC, and NIC Linkages: Nursing Diagnoses, O...
- Complete listing of NANDA-I Approved Nursing Diagn...
- Proses Penyembuhan Luka
- Penjahitan luka
- Motivasi Dalam Menurunkan Berat Badan
- Apa Yang Terjadi Pada Tubuh Kita Pada Saat berolah...
- ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
- 10 Makanan Utama Yang Baik Untuk Jantung
- DECOMPENSASI CORDIS (GAGAL JANTUNG)
- 03/15 - 03/22 (18)
- 03/08 - 03/15 (14)
- 03/01 - 03/08 (22)
- 02/22 - 03/01 (12)
- 02/15 - 02/22 (9)
- 02/08 - 02/15 (11)
- 02/01 - 02/08 (19)
- 01/25 - 02/01 (37)
- 01/18 - 01/25 (21)
- 01/11 - 01/18 (33)
- 01/04 - 01/11 (31)
-
2008
(700)
- 12/28 - 01/04 (13)
- 12/21 - 12/28 (9)
- 12/14 - 12/21 (57)
- 12/07 - 12/14 (5)
- 11/30 - 12/07 (18)
- 11/23 - 11/30 (33)
- 11/16 - 11/23 (31)
- 11/09 - 11/16 (23)
- 11/02 - 11/09 (18)
- 10/26 - 11/02 (11)
- 10/19 - 10/26 (15)
- 10/12 - 10/19 (13)
- 10/05 - 10/12 (25)
- 09/28 - 10/05 (2)
- 09/21 - 09/28 (14)
- 09/14 - 09/21 (19)
- 09/07 - 09/14 (43)
- 08/31 - 09/07 (3)
- 08/24 - 08/31 (33)
- 08/17 - 08/24 (65)
- 08/10 - 08/17 (4)
- 08/03 - 08/10 (26)
- 07/27 - 08/03 (6)
- 07/20 - 07/27 (19)
- 07/13 - 07/20 (18)
- 07/06 - 07/13 (60)
- 06/29 - 07/06 (53)
- 06/22 - 06/29 (49)
- 06/15 - 06/22 (11)
- 06/08 - 06/15 (4)
Popular Posts
-
ASUHAN KEPERAWATAN IBU NIFAS DENGAN PERDARAHAN POST PARTUM A. PengertianPost partum / puerperium adalah masa dimana tubuh menyesuaikan, baik...
-
KTI KEBIDANAN HUBUNGAN USIA TERHADAP PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSUD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan wanita merupakan hal yang s...
-
Setelah beberapa minggu ini cari materi buat postingan baru, mendadak dapat inspirasi setelah rekan Anton Wijaya menulis di buku tamu Keper...
-
PATHWAY ASFIKSIA NEONATORUM Klik pada gambar untuk melihat pathway Download Pathway Asfiksia Neonatorum Via Ziddu Download Askep Asfiksia N...
-
DEFINISI Ikterus ialah suatu gejala yang perlu mendapat perhatian sungguh-sungguh pada neonatus. Ikterus ialah suatu diskolorasi kuning pa...
-
Metode Kalender atau Pantang Berkala (Calendar Method Or Periodic Abstinence) Pendahuluan Metode kalender atau pantang berkala merupakan met...
-
Pathway Combustio Klik Pada Gambar Untuk melihat pathway Download Pathway Combustio Via Ziddu Tag: Pathways combustio , pathways luka baka...
-
Pathway Hematemesis Melena Klik pada gambar untuk melihat pathway Download Pathway Hematemesis Melena Via Ziddu
-
PROSES KEPERAWATAN KOMUNITAS Pengertian - Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan, merencana...
-
Metode Suhu Basal Tubuh (Basal Body Temperature Method) Suhu tubuh basal adalah suhu terendah yang dicapai oleh tubuh selama istirahat atau ...
© ASUHAN KEPERAWATAN 2013 . Powered by Bootstrap , Blogger templates and RWD Testing Tool Published..Gooyaabi Templates