Sabtu, 27 November 2010
Kiat mengatasi Stress dan Kegagalan saat menghadapi ujian CPNS
Stress adalah kondisi gugup dan kekhawatiran tak terkendali yang dipicu oleh angan-angan masa depan dan peristiwa masa lalu yang pahit terhadap kegagalan.
Stress identik dengan kecemasan dan rasa takut, dimana seseorang merasa dalam situasi terancam terhadap kegagalan yang dirangsang oleh bahaya yang dibayangkan, sehingga kecemasan mempengaruhi seseorang terhadap situasi atau keadaan yang akan
Read More
Stress identik dengan kecemasan dan rasa takut, dimana seseorang merasa dalam situasi terancam terhadap kegagalan yang dirangsang oleh bahaya yang dibayangkan, sehingga kecemasan mempengaruhi seseorang terhadap situasi atau keadaan yang akan
Bibir ini bagaikan ditepi cawan
Sudah lama di impikan,penantian yang panjang,berharap mendapat mukjizatserta keberuntunganHanya bisa berandai-andai,Jika....Seandainya....Rasanya bibir ini berada ditepi cawanJika ku teguk, kerongkongan tak mampu mengembangJika ku sedot, sepertinya bibir tak mampu menghisapAku dahagaAku lelahAku butuhAku cemasPikiran melayang, takut impian itu gagalHati gelisah, peluang itu disabet orangAku hanya
Read More
RSKB Multi Melliya Sari Payakumbuh
Rumah Sakit Khusus Bedah Multi Melliya Sari (RSKB MMS), merupakan Rumah Sakit Khusus Bedah Pertama di kota Payakumbuh didirikan tanggal 7 Oktober 2010 yang diresmikan langsung oleh Pemerintah Kota Payakumbuh.
Rumah Sakit Khusus Bedah ini didirikan oleh dr. Muchyar Datuak Rajo Imbang. dr Muchyar Datuak Rajo Imbang adalah Dokter Ahli Bedah pertama di kota payakumbuh dan Kabupaten Lima Puluh Kota
Read More
Rumah Sakit Khusus Bedah ini didirikan oleh dr. Muchyar Datuak Rajo Imbang. dr Muchyar Datuak Rajo Imbang adalah Dokter Ahli Bedah pertama di kota payakumbuh dan Kabupaten Lima Puluh Kota
Asuhan Keperawatan Kehamilan Normal
ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL NORMAL DENGAN ANTE NATAL CARE
Pengertian
- ANC adalah Pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.
- Asuhan antenatal adalah suatu program yang terencana berupa observasi, edukasi dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan. (pada beberapa kepustakaan disebut sebagai Prenatal Care).
- Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional (dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan dan perawat bidan) untuk ibu selama masa kehamilannya, sesuai dengan standard minimal pelayanan antenatal yang meliputi 5T yaitu timbang berat badan, ukur tinggi badan, ukur tekanan darah, pemberian imunisasi TT, ukur tinggi fundus uteri dan pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama masa kehamilan.
Tujuan
1. Pengawasan kesehatan Ibu, Deteksi dini penyakit penyerta & komplikasi kehamilan, menetapkan dan merencanakan penatalaksanaan yang optimal terhadap resiko kehamilan (tinggi, meragukan dan rendah)
2. Menyiapkan persalinan à well born baby dan well health mother
3. Mempersiapkan pemeliharaan bayi & laktasi
4. Mengantarkan pulihnya keshehatan ibu optimal
5. Menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu dan perinatal.
Perencanaan
Jadwal pemeriksaan (usia kehamilan dari hari pertama haid terakhir) :
- Sampai 28 pekan : 4 pekan sekali
- 28 - 36 pekan : 2 pekan sekali
- Di atas 36 pekan : 1 pekan sekali
v Kunjungan I (12-24 pekan)
– Anamnesis lengkap, pemeriksaan fisik & obstetri, Pemeriksaan lab., Antopo metri, penilaian resiko kehamilan, KIE
v Kunjungan II ( 28 – 32 pekan )
– Anamnesis, USG, Penilaian resiko kehamilan, Nasehat perawatan payudara & Senam hamil), TT I
v Kunjungan III ( 34 pekan)
– Anamnesis, pemeriksaan ulang lab. TT II
v Kunjungan IV, V, VII & VIII ( 36-42 pekan)
– Anamnesis , perawatan payudara & persiapan persalinan
KECUALI jika ditemukan kelainan / faktor risiko yang memerlukan penatalaksanaan medik lain, pemeriksaan harus lebih sering dan intensif.
KUNJUNGAN / PEMERIKSAAN PERTAMA ANTENATAL CARE
Tujuan
1. Menentukan diagnosis ada/tidaknya kehamilan
2. Menentukan usia kehamilan dan perkiraan persalinan
3. Menentukan status kesehatan ibu dan janin
4. Menentukan kehamilan normal atau abnormal, serta ada/ tidaknya faktor risiko kehamilan
5. Menentukan rencana pemeriksaan/penatalaksanaan selanjutnya
1. Menentukan Diagnosis Ada/Tidaknya Kehamilan
a) Gejala Kehamilan Tidak Pasti
ü Amenore (tidak mendapat haid)
ü Nausea (enek) dengan atau tanpa vomitus (muntah).
ü Konstipasi
ü Sering kencing
b) Tanda Kehamilan Tidak Pasti
ü Pigmentasi kulit yang dikenal dengan kloasma gravidarum
ü Leukore. Secret serviks meningkat karena pengaruh peningkatan hormone progesterone.
ü Perubahan pada payudara. Payudara menjadi tegang dan membesar karena pengaruh estrogen dan progesterone yang merangsang duktuli dan alveoli payudara. Daerah areola menjadi lebih hitam karena deposit pigmen yang berlebihan. Terdapat kolostrum bila kehamilan lebih dari 12 pekan.
ü Perubahan abdomen.
o Pembesaran abdomen
o Striae Gravidarum
o Pigmentasi pada linea nigra
ü Perubahan organ-organ dalam pelvic/pertumbuhan dan perubahan uterus
o Tanda Hegar’s ( melunaknya segmen bawah uterus pada perabaan)
o Ballotement (lentingan janin dl uterus saat palpasi)
o Braxton hick’s (kontraksi selama kehamilan, uterus berkontraksi bila dirangsang)
o Tanda Piscaseck (uterus membesar ke salah satu jurusan)
c) Tanda Pasti Kehamilan
ü Pada palpasi dirasakan bagian janin dan balotemen serta gerak janin
ü Pada auskultasi terdengar bunyi jantun (BJJ). Dengan stetoskop Laennec BJJ baru terdenngar pada kehamilan 18-20 pekan. Dengan alat Doppler BJJ terdengar pada kehamilan 12 pekan.
ü Dengan ultrasonografi (USG) atau scanning dapat dilihat gambaran janin.
d) Tes Kehamilan
Tes hCG (hormone Chorionic gonadotropin). Dilakukan dengan mendeteksi hormone hCG dalam urin. Reaksi kehamilan ini tergantung dari seberapa banyak hCG yang beredar. Kadar terendah yang memberi hasil positif yaitu 0,5 hCg per ml urin. Kadar tertingginya yaitu 500 SI hCG.
2. Menentukan Usia Kehamilan dan Perkiraan Persalinan
Rumus taksiran partus menurut Naegel bila siklus haid ± 28 hari adalah: tanggal + 7, bulan -3. Bila HPHT tidak diketahui, usia kehamilan tentukan dg cara :
v TFU ( cm x 7/8 = usia dalam pekan)
v Terabanya ballotement di simpisis à 12 pekan
v DJJ (+) dg dopller à 10-12 pekan
v DJJ (+) dg fetoscop à 20 pekan
Pemeriksaan Fisis Ibu Hamil
a. Peralatan Pemeriksaan
Adapun alat – alat yang dibutuhkan untuk pemeriksaan ibu hamil diantaranya adalah: timbangan berat badan, pengukur tinggi badan, tensi meter, stetoskop monokuler atau linec, meteran atau midlen, hamer reflek, jangka panggul serta peralatan untuk pemeriksaan laboratorium kehamilan yaitu pemeriksaan kadar hemoglobin, protein urin, urin reduksi dll (bila diperlukan)
b. Komponen Pemeriksaan Fisik Pada Kunjungan Antenatal Pertama
1. Pemeriksaan fisik umum
a) Tinggi Badan
b) Berat badan
c) Tanda – tanda vital : tekanan darah, denyut nadi, suhu
2. Kepala dan leher
a) Edema diwajah
b) Ikterus pada mata
c) Mulut pucat
d) Leher meliputi pembengkakan saluran limfe atau pembengkakan kelenjar thyroid
3. Tangan dan kaki
a) Edema di jari tangan
b) Kuku jari pucat
c) Varices vena
d) Reflek – reflek
4. Payudara
a) Ukuran simetris
b) Putting menonjol / masuk
c) Keluarnya kolostrom atau cairan lain
d) Retraksi
e) Massa; Nodul axilla
5. Abdomen
a) Luka bekas operasi
b) Tinggi fundus uteri (jika>12 minggu)
c) Letak, presentasi, posisi dan penurunan kepala (jika>36 minggu)
d) Denyut jantung janin (jika>18 minggu)
6. Genetalia luar (externa)
a) varises
b) perdarahan
c) luka
d) cairan yang keluar
e) pengeluaran dari uretra dan skene
f) kelenjar bartholini : bengkak (massa), ciaran yang keluar
7. Genetalia dalam (interna)
a) servik meliputi cairan yang keluar, luka (lesi), kelunakan, posisi, mobilitas, tertutup atau terbuka
b) vagina meliputi cairan yang keluar, luka, darah
c) ukuran adneksa, bentuk, posisi, nyeri, kelunakan, massa (pada trimester pertama)
d) uterus meliputi : ukuran, bentuk, mobilitas, kelunakan, massa pada trimester petama.
c. Pelaksanaan Pemeriksaan Kehamilan
Dalam pemeriksaan kehamilan meliputi beberapa langkah antara lain :
1. Perhatikan tanda – tanda tubuh yang sehat
Pemeriksaan pandang dimulai semenjak bertemu dengan pasien. Perhatikan bagaimana sikap tubuh, keadaan punggung dan cara berjalannya. Apakah cenderung membungkuk, terdapat lordosis, kifosis, scoliosis atau pincang dsb. Lihat dan nilai kekuatan ibu ketika berjalan, apakah ia tampak nyaman dan gembira, apakah ibu tampak lemah
2. Pengukuran tinggi badan dan berat badan
Timbanglah berat badan ibu pada setiap pemeriksaan kehamilan. Bila tidak tersedia timbangan, perhatikan apakah ibu bertambah berat badannya. Berat badan ibu hamil biasanya naik sekitar 9-12 kg selama kehamilan. Yang sebagian besar diperoleh terutama pada trimester kedua dan ketiga kehamilan. Kenaikan berat badan menunjukkan bahwa ibu mendapat cukup makanan. Jelaskan bahwa berat badan ibu naik secara normal yang menunjukkan janinnya tumbuh dengan baik bila kenaikan berat badan ibu kurang dari 5 kg pada kehamilan 28 minggu maka ia perlu dirujuk.
Tinggi berat badan hanya diukur pada kunjungan pertama. Bila tidak tersedia alat ukur tinggu badan maka bagian dari dinding dapat ditandai dengan ukuran centi meter. Pada ibu yang pendek perlu diperhatikan kemungkinan mempunyai panggul yang sempit sehingga menyulitkan dalam pemeriksaan. Bila tinggu badan ibu kurang dari 145 atau tampak pendek dibandingkan dengan rata-rata ibu, maka persalinan perlu diwaspadai.
3. Pemeriksaan tekanan darah
Tekanan darah pada ibu hamil bisanya tetap normal, kecuali bila ada kelainan. Bila tekanan darah mencapai 140/90 mmhg atau lebih mintalah ibu berbaring miring ke sebelah kiri dan mintalah ibu bersantai sampai terkantuk. Setelah 20 menit beristirahat, ukurlah tekanan darahnya. Bila tekanan darah tetap tinggi, maka hal ini menunjukkan ibu menderita pre eklamsia dan harus dirujuk ke dokter serta perlu diperiksa kehamilannya. Khususnya tekanan darahnya lebih sering (setiap minggu). Ibu dipantau secara ketat dan anjurkan ibu persalinannya direncanakan di rumah sakit.
4. Pemeriksaan dari ujung rambut sampai ke ujung kaki
Pemeriksaan fisik pada kehamilan dilakukan melalui pemeriksaan pandang (inspeksi), pemeriksaan raba (palpasi), periksa dengar (auskultasi),periksa ketuk (perkusi). Pemeriksaan dilakukan dari ujung rambut sampai ke ujung kaki, yang dalam pelaksanaannya dilakukan secara sistematis atau berurutan.
Pada saat melakukan pemeriksaan daerah dada dan perut, pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi dilakukan secara berurutan dan bersamaan sehingga tidak adanya kesan membuka tutup baju pasien yang mengakibatkan rasa malu pasien.
Dibawah ini akan diuraikan pemeriksaan obstetric yaitu dengan melakukan inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi terhadap ibu hamil dari kepala sampai kaki.
- Lihatlah wajah atau muka pasien
Adakah cloasma gravidarum, pucat pada wajah adalah pembengkakan pada wajah. Bila terdapat pucat pada wajah periksalah konjungtiva dan kuku pucat menandakan bahwa ibu menderita anemia, sehingga memerlukan tindakan lebih lanjut. Jelaskan bahwa ibu sedang diperiksa apakah kurang darah atau tidak. Sebutkan bahwa bila ibu tidak kurang darah ia akan lebih kuat selama kehamilan dan persalinan. Jelaskan pula bahwa tablet tambah darah mencegah kurang darah.
Bila terdapat bengkak diwajah, periksalah adanya bengkak pada tangan dan kaki. Sedikit bengkak pada mata kaku dapat terjadi pada kehamilan normal, namun bengkak pada tangn dan atau wajah tanda preeklamsi. Perhatikan wajah ibu apakah bengkak dan tanyakan pada ibu apakah ia sulit melepaskan cincin atau gelang yang dipakainya. Mata kaki yang bengkak dan menimbulkan cekungan yang tak cepat hilang bila ditekan, maka ibu harus dirujuk ke dokter, dipantau ketat kehamilannya dan tekanan darahnya, serta direncanakan persalinannya dirumah sakit.
Selain memeriksa ada tidaknya pucat pada konjungtiva, lihatlah sclera mata adakah sclera kuning atau ikterik
- Lihatlah mulut pasien. Adakah tampak bibir pucat, bibir kering pecah-pecah adakah stomatitis, gingivitis, adakah gigi yang tanggal, adakah gigi yang berlobang, caries gigi. Selain dilihat dicium adanya bau mulut yang menyengat.
- Lihatlah kelenjar gondok, adakah pembesaran kelenjar thyroid, pembengkakan saluran limfe
- Lihat dan raba payudara, pada kunjungan pertama pemeriksaan payudara terhadap kemungkinan adanya benjolan yang tidak normal. Lihatlah apakah payudara simetris atau tidak, putting susu menonjol atau datar atau bahkan masuk. Putting susu yang datar atau masuk akan mengganggu proses menyusui nantinya. Apakah asinya sudah keluar atau belum. Lihatlah kebersihan areola mammae adakah hiperpigmentasi areola mammae.
- Lakukan pemeriksaan inspeksi, palpasi dan auskultasi pada perut ibu.
Tujuan pemeriksaan abdomen adalah untuk menentukan letak dan presentasi janin, turunnya bagian janin yang terbawah, tinggi fundus uteri dan denyut jantung janin.
Sebelum memulai pemeriksaan abdomen, penting untuk dilakukan hal– hal sebagai berikut :
Ø Mintalah ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya bila perlu
Ø bantulah ia untuk santai. Letakkan sebuah bantal dibawah kepala dan bahunya. Fleksikan tangan dan lutut. Jika ia gelisah bantulah ia untuk santai dengan memintanya menarik nafas panjang.
Ø cucilah tangan anda sebelum mulai memeriksa, keringkan dan usahakan agar tangan perawat cukup hangat.
Lihatlah bentuk pembesaran perut (melintang, memanjang, asimetris) adakah linea alba nigra, adakah striae gravidarum, adakah bekas luka operasi, adakah tampak gerakan janin, rasakan juga dengan pemeriksaan raba adanya pergerakan janin. Tentukan apakah pembesaran perut sesuai dengan umur kehamilannya. Pertumbuhan janin dinilai dari tingginya fundus uteri. Semakin tua umur kehamilan, maka semakin tinggi fundus uteri. Namun pada umur kehamilan 9 bulan fundus uteri akan turun kembali karena kepala telah turun atau masuk ke panggul. Pada kehamilan 12 minggu, tinggi fundus uteri biasanya sedikit diatas tulang panggul. Pada kehamilan 24 minggu fundus berada di pusat. Secara kasar dapat dipakai pegangan bahwa setiap bulannya fundus naik 2 jari tetapi perhitungan tersebut sering kurang tepat karena ukuran jari pemeriksa sangat bervariasi. Agar lebih tepat dianjurkan memakai ukuran tinggi fundus uteri dri simfisis pubis dalam sentimeter dengan pedoman sebagai berikut:
Umur kehamilan Tinggi fundus uteri
20 minggu 20 cm
24 minggu 24 cm
28 minggu 28 cm
32 minggu 32 cm
36 minggu 34- 46 cm
Jelaskan pada ibu bahwa perutnya akan semakin membesar karena pertumbuhan janin. Pada kunjungan pertama, tingginya fundus dicocokkan dengan perhitungan umur kehamilan hanya dapat diperkirakan dari hari pertama haid (HPHT). Bila HPHT tidak diketahui maka umur kehamilan hanya dapat diperkirakan dari tingginya fundus uteri. Pada setiap kunjungan, tingginya fundus uteri perlu diperiksa untuk melihat pertumbuhan janin normal, terlalu kecil atau terlalu besar.
Melindungi Akun Agar Tidak Mudah Dibobol
Tips Lindungi Akun Facebook Dan Twitter Agar Tak Mudah Dibobol
Belakangan ini perampasan user name dan password akun email, situs jejaring sosial dan media sosial lainnya lewat cara penipuan (phising) kian marak.
Bahkan menurut data Symantec Spam & Phising Report November 2010, kejahatan phising naik 80 persen dibanding bulan sebelumnya.
Sementara itu, pesan scam dan phishing pada bulan Maret mencapai 17 persen dari keseluruhan spam, lebih sedikit 2 persen dari bulan Februari, demikian laporan Symantec.
Berdasarkan ukuran file spam, terjadi peningkatan yang cukup besar pada pesan spam yakni antara 5kb dan 10kb (meningkat lebih dari 10 persen).
Symantec mengamati penurunan serangan phishing secara keseluruhan adalah 3 persen dari bulan sebelumnya. Hal ini terutama disebabkan oleh turunnya volume serangan yang berasal dari toolkit otomatis.
Sebanyak 9 persen URL phishing dibuat menggunakan toolkit phishing otomatis, turun sebesar 35% dari bulan sebelumnya.
Umumnya, pelaku menyebarkan link yang dibuat sedemikian rupa sehingga tidak mencurigakan bagi penerimanya di berbagai jejaring atau media sosial. Jika korban mengklik link tersebut, maka pelaku dapat dengan mudah mencuri data-data pribadi korban, termasuk user name dan password.
Berikut ini beberapa tips yang disarankan oleh Symantec, untuk menghindari agar akun Twitter, Facebook, atau email Anda tidak mudah diserobot oleh orang lain yang tidak berkepentingan.
Yang sebaiknya dilakukan:
- Berhenti berlangganan dari milis jika Anda tidak ingin menerima pesan lagi dari milis tersebut.
-Ketika mendaftar untuk menerima email, periksa juga item-item tambahan apa saja yang Anda inginkan bersamaan dengan email yang dikirimkan.
-Seleksi secara ketat situs-situs mana saja yang pantas Anda beritahukan alamat email Anda.
-Hindari mengabarkan alamat email Anda di dunia maya. Pertimbangkan pilihan alternatif- misalnya, gunakan alamat email yang berbeda saat mendaftar pada milis tertentu, gunakan beberapa alamat email untuk berbagai tujuan berbeda, atau buat akun email sekali pakai.
-Ikuti petunjuk yang disediakan oleh administrator, laporkan spam jika ada opsi untuk melakukannya.
-Hapus semua spam.
-Hindari mengklik pada link mencurigakan dalam email atau pesan IM, karena bisa saja akan menghubungkan ke situs palsu. Ketik manual alamat situs langsung pada kolomnya di browser lebih aman dibanding percaya pada link dalam pesan.
-Pastikan bahwa sistem operasi selalu dimutakhirkan dengan update terbaru, dan gunakan software keamanan yang mumpuni.
Yang sebaiknya tidak Dilakukan:
-Membuka lampiran dari email yang tidak dikenal. Lampiran ini dapat menginfeksi komputer Anda.
- Membalas spam. Biasanya alamat emailnya dipalsukan, dan membalas email spam akan menghasilkan spam-spam lain.
-Mengisi formulir dalam pesan yang meminta informasi pribadi atau keuangan atau kata sandi (password). Perusahaan bonafid tidak mungkin meminta informasi pribadi pelanggan lewat email. Jika ragu, hubungi perusahaan yang bersangkutan lewat mekanisme lain seperti menghubungi layanan kontak pelanggan.
-Membuka pesan spam.
-Membeli produk atau jasa dari pesan spam.
-Meneruskan peringatan virus apapun yang anda terima melalui email. Bisa jadi ini adalah berita bohong (hoax)
(suaramedia)
Read More
Belakangan ini perampasan user name dan password akun email, situs jejaring sosial dan media sosial lainnya lewat cara penipuan (phising) kian marak.
Bahkan menurut data Symantec Spam & Phising Report November 2010, kejahatan phising naik 80 persen dibanding bulan sebelumnya.
Sementara itu, pesan scam dan phishing pada bulan Maret mencapai 17 persen dari keseluruhan spam, lebih sedikit 2 persen dari bulan Februari, demikian laporan Symantec.
Berdasarkan ukuran file spam, terjadi peningkatan yang cukup besar pada pesan spam yakni antara 5kb dan 10kb (meningkat lebih dari 10 persen).
Symantec mengamati penurunan serangan phishing secara keseluruhan adalah 3 persen dari bulan sebelumnya. Hal ini terutama disebabkan oleh turunnya volume serangan yang berasal dari toolkit otomatis.
Sebanyak 9 persen URL phishing dibuat menggunakan toolkit phishing otomatis, turun sebesar 35% dari bulan sebelumnya.
Umumnya, pelaku menyebarkan link yang dibuat sedemikian rupa sehingga tidak mencurigakan bagi penerimanya di berbagai jejaring atau media sosial. Jika korban mengklik link tersebut, maka pelaku dapat dengan mudah mencuri data-data pribadi korban, termasuk user name dan password.
Berikut ini beberapa tips yang disarankan oleh Symantec, untuk menghindari agar akun Twitter, Facebook, atau email Anda tidak mudah diserobot oleh orang lain yang tidak berkepentingan.
Yang sebaiknya dilakukan:
- Berhenti berlangganan dari milis jika Anda tidak ingin menerima pesan lagi dari milis tersebut.
-Ketika mendaftar untuk menerima email, periksa juga item-item tambahan apa saja yang Anda inginkan bersamaan dengan email yang dikirimkan.
-Seleksi secara ketat situs-situs mana saja yang pantas Anda beritahukan alamat email Anda.
-Hindari mengabarkan alamat email Anda di dunia maya. Pertimbangkan pilihan alternatif- misalnya, gunakan alamat email yang berbeda saat mendaftar pada milis tertentu, gunakan beberapa alamat email untuk berbagai tujuan berbeda, atau buat akun email sekali pakai.
-Ikuti petunjuk yang disediakan oleh administrator, laporkan spam jika ada opsi untuk melakukannya.
-Hapus semua spam.
-Hindari mengklik pada link mencurigakan dalam email atau pesan IM, karena bisa saja akan menghubungkan ke situs palsu. Ketik manual alamat situs langsung pada kolomnya di browser lebih aman dibanding percaya pada link dalam pesan.
-Pastikan bahwa sistem operasi selalu dimutakhirkan dengan update terbaru, dan gunakan software keamanan yang mumpuni.
Yang sebaiknya tidak Dilakukan:
-Membuka lampiran dari email yang tidak dikenal. Lampiran ini dapat menginfeksi komputer Anda.
- Membalas spam. Biasanya alamat emailnya dipalsukan, dan membalas email spam akan menghasilkan spam-spam lain.
-Mengisi formulir dalam pesan yang meminta informasi pribadi atau keuangan atau kata sandi (password). Perusahaan bonafid tidak mungkin meminta informasi pribadi pelanggan lewat email. Jika ragu, hubungi perusahaan yang bersangkutan lewat mekanisme lain seperti menghubungi layanan kontak pelanggan.
-Membuka pesan spam.
-Membeli produk atau jasa dari pesan spam.
-Meneruskan peringatan virus apapun yang anda terima melalui email. Bisa jadi ini adalah berita bohong (hoax)
(suaramedia)
Asuhan Keperawatan Gastritis
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
a. Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung
( Kapita Selecta Kedokteran, Edisi Ketiga hal 492)
b. Gastritis adalah segala radang mukosa lambung
( Buku Ajar Ilmu Bedah ,Edisi Revisi hal 749)
c. Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus atau local
(Patofisiologi, Sylvia A Price hal 422)
d. Gastritis adalah suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung dan secara hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut. ( Imu Penyakit Dalam Jilid II)
2. Epidemiologi / Insiden Kasus
Gastritis merupakan salah satu penyakit yang paling banyak dijumpai diklinik Penyakit Dalam ( IPD jilid II Edisi 3)
Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan biasanya jinak dan dapat sembuh sendiri ( Patofisiologi Sylvia & Wilson) dan ± 80 – 90% yang dirawat di ICU menderita gastritis akut.
3. Penyebab / factor predisposisi
Gastritis akut
· Dapat terjadi tanpa diketahui
· Gastritis erosive merupakan salah satu gastritis akut yang disebabkan oleh:
a. Trauma yang luas, luka bakar luas, septicemia
b. Operasi besar, gagal ginjal, gagal nafas, penyakit hati berat, renjatan, trauma kepala.
c. Obat-obatan seperti aspirin, obat antiinflamasi, nonsteroid, kafein, alcohol, lada, cuka.
Gastritis kronik
· Aspek imunologis
Dapat dilihat dari ditemukannya autoantibody terhadap factor intrinsik lambung dan sel partial pada pasien dengan anemia pernisiosa. Kasus ini jarang ditemukan.
· Aspek bakteriologi
Salah satu bakteri penyebab gastritis adalah “ Helicobacter pylori” dan sering dijumpai berbentuk gastritis kronis aktif autrum.
· Factor lain yang juga dapat menyebabkan gastritis kronis adalah refluk kronik cairan pankreatobilier, asam empedu dan lisosetin, alcohol berlebih, teh panas dan merokok.
4. Patofisiologi Terjadinya Penyakit
Obat- obatan, alcohol, garam empedu atau enzim- enzim pancreas dapat merusak mukosa lambung ( gastritis erosive) mengganggu pertahanan mukosa lambung dan memungkinkan difusi kembali asam dan pepsin kedalam jaringan lambung, hal ini menimbulkan peradangan. Respons mukosa lambung terhadap kebanyakan penyebab iritasi tersebut adalah dengan regenerasi mukosa, karena itu gangguan – gangguan tersebut seringkali menghilang dengan sendirinya.
Dengan iritasi yang terus menerus, jaringan menjadi meradang dapat terjadi perdarahan. Masuknya zat- zat seperti asam dan basa yang bersifat korosif mengakibatkan peradangan dan nekrosis pada dinding lambung ( gastritis korosif). Nekrosis dapat mengakibatkan perforasi dinding lambung dengan akibat berikutnya perdarahan dan peritonitis.
Gastritis kronis dapat menimbulkan keadaan dengan atropi kalenjar- kalenjar lambung dan keadaan mukosa terdapat bercak- bercak penebalan berwarna abu-abu atau abu kehijauan ( gastritis atopik). Hilangnya mukosa lambung akhirnya akan berakibat berkurangnya sekresi lambung dan timbulnya anemia pernisiosa. Gastritis atopik dapat juga merupakan pendahuluan untuk karsinoma lambung. Gastritis kronis dapat pula terjadi bersamaan dengan ulkus peptikum atau mungkin terjadi setelah tindakan gastroyeyunostomi.
( Praktek Perawatan Medical Bedah)
5. Klasifikasi
Secara garis besar, gastritis dapat dibagi menjadi beberapa bagian berdasarkan :
a. Manifestasi klinis
b. Gambaran hispatologi
c. Distribusi anatomi
d. Kemungkinan pathogenesis gastritis
Klasifikasi gastritis kronis berdasarkan :
a. Gambaran hispatology
· Gastritis kronik superficial
· Gastritis kronik atropik
· Atrofi lambung
· Metaplasia intestinal
Perubahan histology kalenjar mukosa lambung menjadi kalenjar-kalenjar mukosa usus halus yang mengandung sel goblet.
b. Distribusi anatomi
· Gastritis kronis korpus ( gastritis tipe A)
Sering dihubungkan dengan proses autoimun dan berlanjut menjadi anemia pernisiosa karena terjadi gangguan absorpsi vitamin B12 dimana gangguan absorpsi tersebut disebabkan oleh kerusakan sel parietal yang menyebabkan sekresi asam lambung menurun.
· Gastritis kronik antrum (gastritis tipe B)
Paling sering dijumpai dan berhubungan dengan kuman Helicobacter pylori
· Gastritis tipe AB
Anatominya menyebar keseluruh gaster dan penyebarannya meningkat seiring bertambahnya usia
6. Gejala klinis
a. Gastritis akut erosive sangat bervariasi , mulai dari yang sangat ringan asimtomatik sampai sangat berat yang dapat membawa kematian. Pada kasus yang sangat berat, gejala yang sangat mencolok adalah :
1) Hematemetis dan melena yang dapat berlangsung sangat hebat sampai terjadi renjatan karena kehilangan darah.
2) Pada sebagian besar kasus, gejalanya amat ringan bahkan asimtomatis. Keluhan – keluhan itu misalnya nyeri timbul pada uluhati, biasanya ringan dan tidak dapat ditunjuk dengan tepat lokasinya.
3) Kadang – kadang disertai dengan mual- mual dan muntah.
4) Perdarahan saluran cerna sering merupakan satu- satunya gejala.
5) Pada kasus yang amat ringan perdarahan bermanifestasi sebagai darah samar pada tinja dan secara fisis akan dijumpai tanda – tanda anemia defisiensi dengan etiologi yang tidak jelas.
6) Pada pemeriksaan fisis biasanya tidak ditemukan kelainan kecuali mereka yang mengalami perdarahan yang hebat sehingga menimbulkan tanda dan gejala gangguan hemodinamik yang nyata seperti hipotensi, pucat, keringat dingin, takikardia sampai gangguan kesadaran.
b. Gastritis kronis
1. Bervariasi dan tidak jelas
2. Perasaan penuh, anoreksia
3. Distress epigastrik yang tidak nyata
4. Cepat kenyang
7. Pemeriksaan Fisik
a) Kesadaran : pada awalnya CM ( compos mentis), perasaan tidak berdaya.
b) Respirasi : tidak mengalami gangguan
c) Kardiovaskuler : hypotensi, takikardia, disritmia, nadi perifer lemah, pengisian kapiler lambat (vasokontriksi), warna kulit pucat, sianosis, kulit/membrane mukosa berkeringat ( status syok, nyeri akut)
d) Persyarafan : sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat terganggu, disorientasi/bingung, nyeri epigastrium.
e) Pencernaan : anoreksia, mual, muntah oleh karena luka duodenal, nyeri ulu hati, tidak toleran terhadap makanan ( coklat, pedas), membrane mukosa kering. Factor pencetus : makanan, rokok, alcohol, obat-obatan dan stressor psikologi.
f) Genetourenaria : biasanya tidak mengalami gangguan.
g) Muskuloskletal : kelemahan, kelelahan.
h) Intergritas ego : factor stress akut, kronis, perasaan tidak berdaya, adanya tanda ansietas : gelisah, pucat, berkeringat.
8. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
· Kultur : untuk membuktikan adanya infeksi Helicobacter pylori
· CLO ( Rapid ureum test) : untuk menegakkan diagnosis H.pylori
· Pemeriksaan serologi untuk H.pylori : sebagai diagnosis awal
· Analisis cairan lambung : untuk memperjelas diagnosis
b. Pemeriksaan radiologi
· Endoskopi : meliputi topografi dan gambaran endoskopinya dimana gambaran endoskopinya meliputi :
- Eritematous / eksudatif
- Erosi flat, erosi raised, atrofi, hemoragik, hyperplasia rugae.
· Hispatologi dengan melakukan biopsy pada semua segmen lambung dimana hasilnya meliputi :
- Etiologi
Menyebutkan ada tidaknya bakteri Helicobacter Pylori
- Topografi
Meliputi gastritis kronis antrum, korpus atau gastritis dengan predomonasi antrum atau korpus.
- Morfologi
Menerangkan tentang inflamasinya, aktivitas radang, metaplasia intestinal, Helicobacter pylori.
9. Diagnosis / kriteria diagnosis
a. Gastritis akut
Tiga cara dalam menegakkan diagnosis yaitu gambaran klinis, gambaran lesi mukosa akut dimukosa lambung berupa erosi atau ulkus dangkal dengan tepi rata pada endoskopi dan gambaran radiologi. Dengan kontras tunggal sukar untuk melihat lesi permukaan yang superficial, karena itu sebaiknya digunakan kontras ganda. Secara umum peranan endoskopi saluran cerna bagian atas lebih sensitive dan spesifik untuk diagnosis kelainan akut lambung.
b. Gastritis kronis
Diagnosis gastritis kronik ditegakkan berdasarkan pemeriksaan endoskopi dan dilanjutkan dengan pemeriksaan hispatologi biopsy mukosa lambung. Perlu pula dilakukan kultur untuk membuktikan adanya infeksi Helicobacter Pylori apalagi jika ditemukan ulkus baik pada lambung ataupun pada duodenum, mengingat angka kejadian yang cukup tinggi yaitu hamper mencapai 100%. Dilakukan pula rapid ureum test (CLO). Criteria minimal untuk menegakkan diagnosis H.pylori jika hasil CLO dan atau PA positif. Dilakukan pula pemeriksaan serologi untuk H.pylori sebagai diagnosis awal.
10. Therapy / tindakan penanganan
a. Gastritis akut
Factor utamanya adalah dengan menghilangkan etiologinya. Diet lambung dengan porsi kecil dan sering. Obat-obatan ditujukan untuk mengatur sekresi asam lambung, berupa antagonis reseptor H2 , inhibitor pompa proton, antikolinergik dan antacid. Juga ditujukan sebagai sitoprotektor, berupa sukralfat dan prostaglandin. Keluhan akan mereda bila agen-agen penyebab dapat dihilangkan. Obat antimuntah dapat diberikan untuk meringankan mual dan muntah, jika keluhan diatas tidak mereda maka koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit dengan IVFD. Pemberian penghambat H2 ( ranitidine), antacid dapat berfungsi untuk mengurangi sekresi asam.
b. Gastritis kronis
Pengobatannya bervariasi tergantung pada penyebab yang dicurigai
· Pemberian vitamin B12 dengan cara parenteral pada kasus anemia pernisiosa
· Eradikasi Helicobacter pylori pada gastritis tipe B dengan pemberian kombinasi penghambat pompa proton dan antibiotic ( tetrasiklin, metronidasol, kolitromisin, amoxicillin).
B. PENGKAJIAN
Pengumpulan data dasar dilakukan merujuk pada klasifikasi pengumpulan data oleh Doenges, dkk dalam Rencana Asuhan Keperawatan, yaitu :
a. Data dasar
1) Aktivitas / istirahat
DS : kelemahan / kelelahan
DO : takikardia
2) Sirkulasi
DS :
DO : hipotensi, kelemahan/ nadi perifer lemah, warna kulit : pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah), kelembaban kulit / membrane mukosa : berkeringat ( menunjukkan status syok, nyeri akut, respon psikologik), takikardia, disritmia.
3) Integritas ego
DS : factor stress akut / kronis ( keuangan, hubungan kerja), perasaan tidak berdaya.
DO : tanda ansietas misalnya : gelisah, pucat, berkeringat, perhatian menyempit, gemetar, suara gemetar.
4) Eliminasi
DS : riwayat perawatan dirumah sakitkarena gastritis
DO : nyeri tekan abdomen
5) Makanan / cairan
DS : anoreksia, mual, masalah menelan : cegukan, nyeri ulu hati, sendawa bau asam, tidak toleran terhadap makanan contoh : makanan pedas, diet, penurunan berat badan.
DO : muntah, membrane mukosa kering, penurunan produksi mukosa, berat jenis urine meningkat.
6) Neurosensori
DS : rasa berdenyut, pusing/sakit kepala karena sinar, kelemahan.
DO : status mental : tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak cenderung, tidur, disorientasi/bingung, sampai pingsan dan lemas.
7) Nyeri/kenyamanan
DS : nyeri : digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih, nyeri hebat. Rasa ketidaknyamanan / distress samar-samar setelah makan banyak dan hilang dengan makan. Nyeri epigastrium kiri sampai tengah.
8) Keamanan
9) Penyuluhan pembelajaran
b. Masalah perawatan
Dari data diatas diperoleh masalah keperawatan yaitu:
1) Nyeri epigastrial
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3) Kekurangan volume cairan
4) Kurang pengetahuan
5) PK : peritonitis, anemia
C. DIAGNOSA PERAWATAN yang mungkin muncul sebagai berikut :
a. Nyeri epigastrial b/d iritasi pada mukosa gaster ditandai dengan adanya gambaran nyeri ( meringis, tegang, menangis ) , perubahan tanda vital ( tachycardi ).
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang kurang, output meningkat ( muntah ), gangguan absorpsi nutrient ditandai dengan TB/ BB tidak seimbang , pasien tidak dapat menghabiskan makanan yang disajikan.
c. Kekurangan volume cairan b/d intake yang kurang dan pengeluaran yang berlebihan ditandai dengan turgor jelek, kulit kering, produksi urine <> 38 C
5. Kurang pengetahuan tentang penyebab, proses penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi, kesalahan interpretasi ditandai dengan pasien kurang kooperatif, pertanyaan meminta informasi
6. PK : Peritonitis
7. PK : Anemia
C. EVALUASI
Evaluasi dilakukan mengacu pada tujuan yang telah ditetap kan pada ktritereia tujuan yaitu :
a. Diagnosa 1
-Pasien menyatakan nyeri hilang
-Pasien nampak rileks, muka tenang
- Pasien dapat tidur/ istirahat dengan nyaman
b. Diagnosa 2
- Turgor baik
- Kulit dan mukosa tidak kering.
- Intake sesuai output
- Tidak terjadi penurunan BB secara drastis
- Kadar elektrolit plasma dalam batas normal
- Tidak ada mual muntah
- Produksi uri 30- 50 cc / jam
c. Diagnosa 3
- Kehilangan berat badan minimal
- Intake nutrisi adekuat
- Pasien dapat mwenghabiskan porsi makan yang disediakan.
- Mual muntah tidak ada
- TB dan BB seimbang
- Iritasi gastrointestinal berkurang
d. Diagnosa 4
Suhu tubuh normal ( 36 – 37 C )
e. Diagnosa
- Pasien tidak bertanya lagi tentang proses penyakitnya
- Dapat menyebutkan kembali tentang hal-hal yang dijelaskan.
- Pasien kooperatif dalam pengobatan
- Pasien menyatakan paham terhadap proses dan pengobatan penyakitnya
- Dapat megidentifikasi situasi stres
- Dapat melakukan perubahan pola hidup sehat
1. Definisi
a. Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung
( Kapita Selecta Kedokteran, Edisi Ketiga hal 492)
b. Gastritis adalah segala radang mukosa lambung
( Buku Ajar Ilmu Bedah ,Edisi Revisi hal 749)
c. Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus atau local
(Patofisiologi, Sylvia A Price hal 422)
d. Gastritis adalah suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung dan secara hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut. ( Imu Penyakit Dalam Jilid II)
2. Epidemiologi / Insiden Kasus
Gastritis merupakan salah satu penyakit yang paling banyak dijumpai diklinik Penyakit Dalam ( IPD jilid II Edisi 3)
Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan biasanya jinak dan dapat sembuh sendiri ( Patofisiologi Sylvia & Wilson) dan ± 80 – 90% yang dirawat di ICU menderita gastritis akut.
3. Penyebab / factor predisposisi
Gastritis akut
· Dapat terjadi tanpa diketahui
· Gastritis erosive merupakan salah satu gastritis akut yang disebabkan oleh:
a. Trauma yang luas, luka bakar luas, septicemia
b. Operasi besar, gagal ginjal, gagal nafas, penyakit hati berat, renjatan, trauma kepala.
c. Obat-obatan seperti aspirin, obat antiinflamasi, nonsteroid, kafein, alcohol, lada, cuka.
Gastritis kronik
· Aspek imunologis
Dapat dilihat dari ditemukannya autoantibody terhadap factor intrinsik lambung dan sel partial pada pasien dengan anemia pernisiosa. Kasus ini jarang ditemukan.
· Aspek bakteriologi
Salah satu bakteri penyebab gastritis adalah “ Helicobacter pylori” dan sering dijumpai berbentuk gastritis kronis aktif autrum.
· Factor lain yang juga dapat menyebabkan gastritis kronis adalah refluk kronik cairan pankreatobilier, asam empedu dan lisosetin, alcohol berlebih, teh panas dan merokok.
4. Patofisiologi Terjadinya Penyakit
Obat- obatan, alcohol, garam empedu atau enzim- enzim pancreas dapat merusak mukosa lambung ( gastritis erosive) mengganggu pertahanan mukosa lambung dan memungkinkan difusi kembali asam dan pepsin kedalam jaringan lambung, hal ini menimbulkan peradangan. Respons mukosa lambung terhadap kebanyakan penyebab iritasi tersebut adalah dengan regenerasi mukosa, karena itu gangguan – gangguan tersebut seringkali menghilang dengan sendirinya.
Dengan iritasi yang terus menerus, jaringan menjadi meradang dapat terjadi perdarahan. Masuknya zat- zat seperti asam dan basa yang bersifat korosif mengakibatkan peradangan dan nekrosis pada dinding lambung ( gastritis korosif). Nekrosis dapat mengakibatkan perforasi dinding lambung dengan akibat berikutnya perdarahan dan peritonitis.
Gastritis kronis dapat menimbulkan keadaan dengan atropi kalenjar- kalenjar lambung dan keadaan mukosa terdapat bercak- bercak penebalan berwarna abu-abu atau abu kehijauan ( gastritis atopik). Hilangnya mukosa lambung akhirnya akan berakibat berkurangnya sekresi lambung dan timbulnya anemia pernisiosa. Gastritis atopik dapat juga merupakan pendahuluan untuk karsinoma lambung. Gastritis kronis dapat pula terjadi bersamaan dengan ulkus peptikum atau mungkin terjadi setelah tindakan gastroyeyunostomi.
( Praktek Perawatan Medical Bedah)
5. Klasifikasi
Secara garis besar, gastritis dapat dibagi menjadi beberapa bagian berdasarkan :
a. Manifestasi klinis
b. Gambaran hispatologi
c. Distribusi anatomi
d. Kemungkinan pathogenesis gastritis
Klasifikasi gastritis kronis berdasarkan :
a. Gambaran hispatology
· Gastritis kronik superficial
· Gastritis kronik atropik
· Atrofi lambung
· Metaplasia intestinal
Perubahan histology kalenjar mukosa lambung menjadi kalenjar-kalenjar mukosa usus halus yang mengandung sel goblet.
b. Distribusi anatomi
· Gastritis kronis korpus ( gastritis tipe A)
Sering dihubungkan dengan proses autoimun dan berlanjut menjadi anemia pernisiosa karena terjadi gangguan absorpsi vitamin B12 dimana gangguan absorpsi tersebut disebabkan oleh kerusakan sel parietal yang menyebabkan sekresi asam lambung menurun.
· Gastritis kronik antrum (gastritis tipe B)
Paling sering dijumpai dan berhubungan dengan kuman Helicobacter pylori
· Gastritis tipe AB
Anatominya menyebar keseluruh gaster dan penyebarannya meningkat seiring bertambahnya usia
6. Gejala klinis
a. Gastritis akut erosive sangat bervariasi , mulai dari yang sangat ringan asimtomatik sampai sangat berat yang dapat membawa kematian. Pada kasus yang sangat berat, gejala yang sangat mencolok adalah :
1) Hematemetis dan melena yang dapat berlangsung sangat hebat sampai terjadi renjatan karena kehilangan darah.
2) Pada sebagian besar kasus, gejalanya amat ringan bahkan asimtomatis. Keluhan – keluhan itu misalnya nyeri timbul pada uluhati, biasanya ringan dan tidak dapat ditunjuk dengan tepat lokasinya.
3) Kadang – kadang disertai dengan mual- mual dan muntah.
4) Perdarahan saluran cerna sering merupakan satu- satunya gejala.
5) Pada kasus yang amat ringan perdarahan bermanifestasi sebagai darah samar pada tinja dan secara fisis akan dijumpai tanda – tanda anemia defisiensi dengan etiologi yang tidak jelas.
6) Pada pemeriksaan fisis biasanya tidak ditemukan kelainan kecuali mereka yang mengalami perdarahan yang hebat sehingga menimbulkan tanda dan gejala gangguan hemodinamik yang nyata seperti hipotensi, pucat, keringat dingin, takikardia sampai gangguan kesadaran.
b. Gastritis kronis
1. Bervariasi dan tidak jelas
2. Perasaan penuh, anoreksia
3. Distress epigastrik yang tidak nyata
4. Cepat kenyang
7. Pemeriksaan Fisik
a) Kesadaran : pada awalnya CM ( compos mentis), perasaan tidak berdaya.
b) Respirasi : tidak mengalami gangguan
c) Kardiovaskuler : hypotensi, takikardia, disritmia, nadi perifer lemah, pengisian kapiler lambat (vasokontriksi), warna kulit pucat, sianosis, kulit/membrane mukosa berkeringat ( status syok, nyeri akut)
d) Persyarafan : sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat terganggu, disorientasi/bingung, nyeri epigastrium.
e) Pencernaan : anoreksia, mual, muntah oleh karena luka duodenal, nyeri ulu hati, tidak toleran terhadap makanan ( coklat, pedas), membrane mukosa kering. Factor pencetus : makanan, rokok, alcohol, obat-obatan dan stressor psikologi.
f) Genetourenaria : biasanya tidak mengalami gangguan.
g) Muskuloskletal : kelemahan, kelelahan.
h) Intergritas ego : factor stress akut, kronis, perasaan tidak berdaya, adanya tanda ansietas : gelisah, pucat, berkeringat.
8. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
· Kultur : untuk membuktikan adanya infeksi Helicobacter pylori
· CLO ( Rapid ureum test) : untuk menegakkan diagnosis H.pylori
· Pemeriksaan serologi untuk H.pylori : sebagai diagnosis awal
· Analisis cairan lambung : untuk memperjelas diagnosis
b. Pemeriksaan radiologi
· Endoskopi : meliputi topografi dan gambaran endoskopinya dimana gambaran endoskopinya meliputi :
- Eritematous / eksudatif
- Erosi flat, erosi raised, atrofi, hemoragik, hyperplasia rugae.
· Hispatologi dengan melakukan biopsy pada semua segmen lambung dimana hasilnya meliputi :
- Etiologi
Menyebutkan ada tidaknya bakteri Helicobacter Pylori
- Topografi
Meliputi gastritis kronis antrum, korpus atau gastritis dengan predomonasi antrum atau korpus.
- Morfologi
Menerangkan tentang inflamasinya, aktivitas radang, metaplasia intestinal, Helicobacter pylori.
9. Diagnosis / kriteria diagnosis
a. Gastritis akut
Tiga cara dalam menegakkan diagnosis yaitu gambaran klinis, gambaran lesi mukosa akut dimukosa lambung berupa erosi atau ulkus dangkal dengan tepi rata pada endoskopi dan gambaran radiologi. Dengan kontras tunggal sukar untuk melihat lesi permukaan yang superficial, karena itu sebaiknya digunakan kontras ganda. Secara umum peranan endoskopi saluran cerna bagian atas lebih sensitive dan spesifik untuk diagnosis kelainan akut lambung.
b. Gastritis kronis
Diagnosis gastritis kronik ditegakkan berdasarkan pemeriksaan endoskopi dan dilanjutkan dengan pemeriksaan hispatologi biopsy mukosa lambung. Perlu pula dilakukan kultur untuk membuktikan adanya infeksi Helicobacter Pylori apalagi jika ditemukan ulkus baik pada lambung ataupun pada duodenum, mengingat angka kejadian yang cukup tinggi yaitu hamper mencapai 100%. Dilakukan pula rapid ureum test (CLO). Criteria minimal untuk menegakkan diagnosis H.pylori jika hasil CLO dan atau PA positif. Dilakukan pula pemeriksaan serologi untuk H.pylori sebagai diagnosis awal.
10. Therapy / tindakan penanganan
a. Gastritis akut
Factor utamanya adalah dengan menghilangkan etiologinya. Diet lambung dengan porsi kecil dan sering. Obat-obatan ditujukan untuk mengatur sekresi asam lambung, berupa antagonis reseptor H2 , inhibitor pompa proton, antikolinergik dan antacid. Juga ditujukan sebagai sitoprotektor, berupa sukralfat dan prostaglandin. Keluhan akan mereda bila agen-agen penyebab dapat dihilangkan. Obat antimuntah dapat diberikan untuk meringankan mual dan muntah, jika keluhan diatas tidak mereda maka koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit dengan IVFD. Pemberian penghambat H2 ( ranitidine), antacid dapat berfungsi untuk mengurangi sekresi asam.
b. Gastritis kronis
Pengobatannya bervariasi tergantung pada penyebab yang dicurigai
· Pemberian vitamin B12 dengan cara parenteral pada kasus anemia pernisiosa
· Eradikasi Helicobacter pylori pada gastritis tipe B dengan pemberian kombinasi penghambat pompa proton dan antibiotic ( tetrasiklin, metronidasol, kolitromisin, amoxicillin).
B. PENGKAJIAN
Pengumpulan data dasar dilakukan merujuk pada klasifikasi pengumpulan data oleh Doenges, dkk dalam Rencana Asuhan Keperawatan, yaitu :
a. Data dasar
1) Aktivitas / istirahat
DS : kelemahan / kelelahan
DO : takikardia
2) Sirkulasi
DS :
DO : hipotensi, kelemahan/ nadi perifer lemah, warna kulit : pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah), kelembaban kulit / membrane mukosa : berkeringat ( menunjukkan status syok, nyeri akut, respon psikologik), takikardia, disritmia.
3) Integritas ego
DS : factor stress akut / kronis ( keuangan, hubungan kerja), perasaan tidak berdaya.
DO : tanda ansietas misalnya : gelisah, pucat, berkeringat, perhatian menyempit, gemetar, suara gemetar.
4) Eliminasi
DS : riwayat perawatan dirumah sakitkarena gastritis
DO : nyeri tekan abdomen
5) Makanan / cairan
DS : anoreksia, mual, masalah menelan : cegukan, nyeri ulu hati, sendawa bau asam, tidak toleran terhadap makanan contoh : makanan pedas, diet, penurunan berat badan.
DO : muntah, membrane mukosa kering, penurunan produksi mukosa, berat jenis urine meningkat.
6) Neurosensori
DS : rasa berdenyut, pusing/sakit kepala karena sinar, kelemahan.
DO : status mental : tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak cenderung, tidur, disorientasi/bingung, sampai pingsan dan lemas.
7) Nyeri/kenyamanan
DS : nyeri : digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih, nyeri hebat. Rasa ketidaknyamanan / distress samar-samar setelah makan banyak dan hilang dengan makan. Nyeri epigastrium kiri sampai tengah.
8) Keamanan
9) Penyuluhan pembelajaran
b. Masalah perawatan
Dari data diatas diperoleh masalah keperawatan yaitu:
1) Nyeri epigastrial
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3) Kekurangan volume cairan
4) Kurang pengetahuan
5) PK : peritonitis, anemia
C. DIAGNOSA PERAWATAN yang mungkin muncul sebagai berikut :
a. Nyeri epigastrial b/d iritasi pada mukosa gaster ditandai dengan adanya gambaran nyeri ( meringis, tegang, menangis ) , perubahan tanda vital ( tachycardi ).
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang kurang, output meningkat ( muntah ), gangguan absorpsi nutrient ditandai dengan TB/ BB tidak seimbang , pasien tidak dapat menghabiskan makanan yang disajikan.
c. Kekurangan volume cairan b/d intake yang kurang dan pengeluaran yang berlebihan ditandai dengan turgor jelek, kulit kering, produksi urine <> 38 C
5. Kurang pengetahuan tentang penyebab, proses penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi, kesalahan interpretasi ditandai dengan pasien kurang kooperatif, pertanyaan meminta informasi
6. PK : Peritonitis
7. PK : Anemia
C. EVALUASI
Evaluasi dilakukan mengacu pada tujuan yang telah ditetap kan pada ktritereia tujuan yaitu :
a. Diagnosa 1
-Pasien menyatakan nyeri hilang
-Pasien nampak rileks, muka tenang
- Pasien dapat tidur/ istirahat dengan nyaman
b. Diagnosa 2
- Turgor baik
- Kulit dan mukosa tidak kering.
- Intake sesuai output
- Tidak terjadi penurunan BB secara drastis
- Kadar elektrolit plasma dalam batas normal
- Tidak ada mual muntah
- Produksi uri 30- 50 cc / jam
c. Diagnosa 3
- Kehilangan berat badan minimal
- Intake nutrisi adekuat
- Pasien dapat mwenghabiskan porsi makan yang disediakan.
- Mual muntah tidak ada
- TB dan BB seimbang
- Iritasi gastrointestinal berkurang
d. Diagnosa 4
Suhu tubuh normal ( 36 – 37 C )
e. Diagnosa
- Pasien tidak bertanya lagi tentang proses penyakitnya
- Dapat menyebutkan kembali tentang hal-hal yang dijelaskan.
- Pasien kooperatif dalam pengobatan
- Pasien menyatakan paham terhadap proses dan pengobatan penyakitnya
- Dapat megidentifikasi situasi stres
- Dapat melakukan perubahan pola hidup sehat
Malaria
a. Pengertian Malaria
Kata “malaria” berasal dari bahasa Itali “ Mal” yang artinya buruk dan “Aria” yang artinya udara. Sehingga malaria berarti udara buruk (bad air). Hal ini disebabkan karena malaria terjadi secara musiman di daerah yang kotor dan banyak tumpukan air (koalisi (a) koalisi org 2001).
Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit (protozoa) dan genus plasmodium, yang dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles. (Prabowo, 2004: 2)
Penyakit malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi protozoa dan genus plasmodium masa tunas atau inkubasi penyakit dapat beberapa hari atau beberapa bulan. (Dinas kesehatan DKI Jakarta)
Berdasarkan pengertian diatas penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi protozoa dan genus plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles yang masa inkubasi penyakit dapat beberapa hari sampai beberapa bulan.
b. Penyebab Malaria
Penyebab malaria adalah dari genus plasmodium famili plasmodiidae dari orde Coccdiiae penyebab malaria di Indonesia sampai saat ini di golongkan menjadi empat plasmodium, yaitu:
1. Plasmodium Falsiparum, penyebab penyakit malaria tropika.
2. Plasmodium Vivax, penyebab penyakit malaria tertiana.
3. Plasmodium Malariae, penyebab penyakit malaria kuartana.
4. Plasmodium Ovale, jenis ini jarang sekali dijumpai umumnya banyak di Afrika.
c. Masa Inkubasi
Masa inkubasi bervariasi pada setiap spesies antara 9-30 hari, gigitan nyamuk dan munculnya gejala klinis masa inkubasi dapat dibedakan berdasarkan
penyebabnya:
1. Plasmodium Flasiparum antara 12 hari.
2. Plasmodium Vivax antara 13-17 hari.
3. Plasmodium Ovale antara 13-17 hari.
4. Plasmodium Malariae antara 28-30 hari.
Masa inkubasi malaria juga tergantung dan intensitas infeksi, pengobatan yang sudah pernah didapat sebelumnya dan derajat imunitas penjamu. (Soegijanto, 2004: 6)
d. Patofisiologis
Ada 4 patologi yang terjadi pada malaria, yaitu demam, anemia, imunopatologi dan anoksia jaringan, yang disebabkan oleh perlengketan eritrosit yang terinfeksi pada endotel kapiler. Demam paroksimal berbeda untuk keempat spesies tergantung dari lama manutaskizonnya. Serangan demam disebabkan pecahnya eritrosit sewaktu fase skizogom eritrositik dan masuknya merozoit kedalam sirkulasi darah. Demam mengakibatkan terjadinya vasoaktif yang diproduksi oleh parasit. Setelah merozoit masuk dan menginfeksi eritrosit yang baru, demam turun dengan cepat sehingga penderita merasa kepanasan dan berkeringat banyak. Anemia disebabkan oleh destruksi eritrosit yang berlebihan, hemolisis autoimun dan gangguan eritropoesis. Diduga terdapat toksin malaria yang disebabkan gangguan fungsi eritrosit dan sebagian eritrosit pecah saat melalui limpa dan keluarlah parasit. Splenomegali disebabkan oleh adanya peningkatan jumlah eritrosit yang ter infeksi parasit sehingga terjadi aktivitas system RES untuk memfagositosis eritrosit baik yang terifeksi maupun yang tidak. Kelainan patologik pembuluh darah kapilerdisebabkan karena eritrosit yang terinfeksi menjadi kaku dan lengket, perjalanannya dalam kapiler terganggu sehingga mekat pada endotel kapiler, timbul hipoksia atau anoriksia jaringan. Juga terjadi gangguan integritas kapiler sehingga terjadi pembesaran plasma. Monosit atau makrofag merupakan partisipan selalu terpenting dalam fagositosis eritrosit yang terinfeksi (Soegijanto, 2004: 5).
e. Manifestasi Klinis
Secara klinis gejala malaria infeksi tunggal pada penderita nonimun terdiri atas serangan demam secara berulang dengan interval tertentu (paroksisme) yang diselingi oleh suatu periode dimana penderita bebas sama sekali dan demam. Sebelum demam penderita biasanya merasa lemah (malaise), myalgia, sakit kepala, anoreksia, nausea dan muntah. Gejala awal terjadi selama 2-3 hari sebelum paroksisme akut dimulai. Serangan demam dapat terus - menerus (tanpa interval) pada penderita dengan infeksi campuran (lebih dari satu plasmodium) atau satu jenis plasmodium tapi infeksi berulang dalam waktu yang berbeda
(Soegijanto, 2004: 5).
Gejala malaria muncul 9 - 14 hari setelah terinfeksi berdasarkan gejalanya dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
a. Gejala Umum
1. Menggigil 15 - 60 menit
2. Demam 2 - 6 jam dengan suhu 37,5-40 C
3. Berkeringat 2-4 jam
4. Dapat diikuti sakit kepala, mual dan muntah.
5. Dapat disertai gejala khas masing - masing daerah, seperti diare pada balita (Tim - Tim), nyeri otot dan pegal-pegal pada orang dewasa (Papua), pucat dan pegal pada orang dewasa (Yogya).
b. Gejala Malaria Parah
1. Gangguan kesadaran lebih dan 30 menit.
2. Kejang beberapa kali dan kejang panas tinggi diikuti gangguan kesadaran
3. Mata kuning dan tubuh kuning
4. Pendarahan dihidung, gusi atau saluran pencernaan
5. Jumlah kencing kurang (oliguri).
6. Warna urine seperti teh tua.
7. Kelemahan umum (tidak bisa duduk atau berdiri).
8. Nafas sesak
Setelah melewati masa inkubasi pada anak dan orang dewasa timbul gejala demam (periode peroksimal) yang khas pada malaria yang terlihat dalam 3 stadium, yaitu :
1. Stadium dingin (Cold stage)
Diawali dengan menggigil dan perasaan sangat dingin, gigi gemertak, berpakaian dan berselimut tebal, nadi cepat lemah, bibir dengan jari pucat dan sianosis, kulit kering dan pucat. Stadium ini berlangsung antara 15 menit sampai dengan 1 jam.
2. Stadium demam (Hot stage)
Setelah kedinginan, penderita merasa kepanasan, muka merah, kulit kering dan terasa panas seperti terbakar, disertai nyeri kepala dan mual muntah. Nadi menjadi kuat, suhu badan tinggi sampai 41°C atau lebih, penderita menjadi sangat haus. Stadium ini berlangsung antara 2-12 jam. Demam disebabkan oleh pecahnya entrosit matang yang berisi skizon yang mengandung merozoit memasuki sirkulasi darah. Pada plasmodium falcifarumnterval demam tidak jelas (setiap 24-48 jam). Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale interval demam terjadi setiap 48 jam dan Plasmodium malariae setiap 72 jam. Stadium ini berlangsung 2-4 jam.
3. Stadium berkeringat
Pada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali, suhu badan menurun dengan cepat kadang-kadang sampai di bawah normal. Penderita dapat tidur dengan nyenyak, badan terasa lemah setelah bangun, stadium ini berlangsung 2-4 jam.
Gejala klinis yang timbul tidak selalu sama pada setiap penderita tergantung dari spesies parasit, berat infeksi dan umur penderita. Di daerah dengan tingkat endemisitas tinggi (hiper atau holondemis), pada orang dewasa sering kali tidak dijumpai gejala klinis atau gejala klinis yang ringan walaupun dalam darahnya mengandung parasit malaria. Hal ini karena imunitas yang telah timbul pada mereka karena infeksi yang berulang (Soegijanto, 2004: 6)
f. Jenis-Jenis Malaria (Tempo 2003)
1. Malaria Tertiana (paling ringan)
Malaria yang disebabkan Plasmodium Vivax dengan gejala demam dapat terjadi setiap dua hari sekali setelah gejala pertama terjadi ( dapat terjadi selama dua minggu setelah infeksi).
2. Demam Rimba (Jungle Fever)
Malaria Aestivo-Autumnal atau disebut juga malaria tropika disebabkan plasmodium falciparum merupakan penyebab sebagian besar kematian akibat malaria. Organisme bentuk ini sering menghalangi darah ke otak, menyebabkan koma, mengigau dan kematian.
3. Malaria Kuartana
Malaria yang disebabkan plasmodium malariae, memiliki masa inkubasi lebih lama daripada penyakit malaria tertiana atau tropika, gejala pertama biasanya tidak terjadi antara 18 - 40 hari setelah infeksi terjadi. Gejala itu kemudian akan terulang lagi tiap tiga hari.
4. Malaria yang Jarang dijumpai
Malaria yang disebabkan plasmodium ovale yang mirip dengan malaria tertiana.
g. Diagnosis
Penyakit malaria tidak sukar diketahui. Selain dari demamnya kita menduga dan tempat penderita berasal. Jika di daerah malaria seseorang mendadak demam, timbulnya demam mungkin berarti terjangkit malaria. Lebih-lebih harus dicurigai jika demamnya khas malaria. Jika demamnya meragukan dilakukan pemerikasaan darah. Darah diambil dengan tusukan jarum diujung jari, lalu dioleskan pada sepotong kaca. Diberi warna khusus, lalu diperiksa dibawah mikroskop. Jika ada sel darah merah mengandung parasit, tandanya positif malaria.
Pengambilan darah untuk memeriksa malaria tidak sembarang waktu. Darah diambil waktu demam timbul, parasitnya beredar dalam danah, sehingga dari pemeriksaan tidak ditemukan parasit malarianya. Seolah-olah tidak ada parasitnya. Padahal, sebetulnya parasitnya ada tetapi sedang bersembunyi. Pemeriksaan darah dilakukan rutin pada pendatang yang memasuki daerah malaria selama setahun. Dengan pemeriksaan ini dapat lebih dini dapat diketahui jangkitan malarianya. Pemeriksaan perlu diulang-ulang karena masa tunas penyakit malaria panjang. Pada pemeriksaan pertama parasitnya mungkin belum muncul di darah baru pemeriksaan ulang berikutnya parasitnya baru muncul (Handrawanm, 1996).
h. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Malaria, yaitu:
1. Umur
Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun ( Elisabeth,1995).
Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya dan orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini akibat dan pengalaman dan kematangan jiwanya (Huclok, 1998).
Anak - anak lebih rentan terhadap infeksi parasit malaria (Depkes, 1999: 19).
2. Jenis Kelamin
Karakter biologis atau kualitas yang membedakan laki-laki dan wanita satu sama lain, seperti ditampilkan dalam analisis gonad, morfologis (Internal dan eksternal) kromosom dan karakteristik hormone individu (John H. Direkx,M.D, 2005).
Infeksi malaria tidak membedakan jenis kelamin akan tetapi apabila mengenfeksi ibu yang sedang hamil akan menyebabkan anemia yang lebih berat (Depkes, 1999: 19).
3. Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah upaya untuk mendewasakan seseorang. Dengan demikian setiap usaha pendidikan itu bertujuan, walaupun kadang tujuannya tidak disadari dan dirumuskan secara eksplisit (Slameto, 1991).
Pendidikan berarti hubungan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah suatu cita-cita tertentu (Suwarno, 1992).
Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Kuncoroningrat, 1997).
Faktor pendidikan seseorang sangat menentukan kecemasan, kliends pendidikan tinggi akan lebih mampu mengatasi, menggunakan koping yang efektif dan konnstruktif daripada seseorang dengan pendidikan rendah (Broewer, 1983).
4. Status sosial ekonomi
“Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan (Erich, 1996; Nursalam & Pariani, 2001: 133).
Status sosial ekonomi merupakan jenis kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan responden setiap harinya sebagai penghasilan ekonomi.
Terbagi atas 2 kategori yaitu bekerja ( buruh, swasta, PNS/ ABRI) dan tidak bekerja ( Nursalam & Pariani, 2001: 138) ( skripsi Rohana Agustina).
Keadaan sosial ekonomi masyarakat yang bertempat tinggal di daerah endemis malaria erat hubunganya dengan infeksi malaria (Depkes: 1999).
5. Cara hidup
Perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam aktivitas, minat dan opini khususnya yang berkaitan dengan citra diri untuk merekfesikan status sosialnya (The Jakarta Consuting Group, 2006)
Cara hidup sangat berpengaruh terhadap penularan penyakit malaria. Misalnya: Tidur tidak memakai kelambu dan senang berada diluar rumah pada malam hari (Depkes, 1999: 19)
6. Riwayat Malaria Sebelumnya
Orang yang pernah terinfeksi penyakit malaria sebelumnya biasanya akan terbentuk imunitas sehingga akan lebih tahan terhadap infeksi malaria
(Depkes, 1999: 19).
i. Pengobatan
1. Pengobatan malaria yang ringan
Malaria Vivax, Ovale dan Malariae
Serangan akut ketiga jenis malaria ini diobati dengan klorokuin, yang diberikan per oral dosis total per oral untuk orang dewasa adalah 1500 mg basa klorokuin ( 25mg per kg BB), yang diberikan selama tiga hari. Hari ke l diberikan dengan dosis awal 600 mg, ditambah 300 mg 6 jam kemudian. Pada hari ke 2 sesudah 24 jam 300 mg, dan hari ke 3 (sesudah 48 jam) diberikan 300 mg lagi. Dosis per oral untuk anak - anak adalah: dosis awal 10 mg/ kg BB ( tidak melemihi 600 mg), dan dosis sesudah 24 dan 48 jam masing - masing 5 mg/ kg BB.
Untuk penderita malaria vivax dan ovale yang tinggal dikota atau didaerah nonendemis, sesudah pemberian klorokuian diberikan pengobat radikal dengan primakoin untuk membunuh fase eksoerittrositik (EE) sekunder dalam hati (mencegah relaps). Pengobatan radikal seperti diatas tidak diberikan kepada penderita yang tinggal di daerah endemis karena kemungkinan ini terinfeksi sangat besar primakuin tidak boleh diberikan kepada wanita hamil, anak-anak dibawah 4 tahun, penderita rheumatoid arthritis, dan penderita lufus yang aktif (Sutisna, 2004: 76).
2. Pengobatan malaria falciparum yang berat
Penanganan secara umum
Sebagai pegangan secara umum, perawatan dini yang diberikan untuk kasus malaria falciparum yang berat terdiri dari:
a. Menimbang berat badan penderita
b. Membebaskan saluran nafas untuk menghindari asfiksia dan menempatkan perawat disamping penderita
c. Membuat penilaian secara cepat terhadap keadaan klinis penderita.
d. Membuat sediaan darah penderita untuk memastikan diagnosis, dan mengambil specimen untuk pemeriksaan laboratorium yang dianggap perlu.
e. Segera memberikan infus dengan kina atau klorokuin.
f. Membuat penilaian tentang status hindrasi penderita, dan menghitung kebutuhan cairannya.
g. Mencatat produksi urine penderita dalam sehari; jika perlu dengan memasang kateter uritra.
h. Jika pendenita mengalami hiperpireksia, segera menurunkan panas badan dengan cara mengipasi, kompres dengan air dingin atau alcohol, dan memberikan suntikan anti peritika.
i. Mengerjakan fungsi lumbal jika ada gejala kaku kuduk atau kecurigaan adanya meningitis.
j. Mempertimbangkan keperluan memberikan obat-obat tambahan, misalnya anti konvolsan dan anti mekroba.
k. Menilai adanya kebutuhan untuk memberikan tranfusi darah
l. Jika diduga adanya edema paru, letakkan penderita dalam posisi tegak ditempat tidur, berikan oksigen dan buat foto roentgen dada (Sutisna, 2004: 78)
3. Pengobatan spesifik dan pemberian
1. Jika obat bisa diberikan secara intra vena infuse
Untuk malaria falciparum yang berat, obat pilihan utama adalah kina, yang diberikan secara infuse dengan tetesan lambat. Jika kemasan kina untuk suntikan intra venal infuse tidak tersedia, dan jika P. falciparum didaerah itu diketahui masih sensitive terhadap klorokuin, kina bisa digantikan oleh klorokuin (bidroklorida) yang diberikan secara infuse. Pemberian kiorokuin melalui infuse sesungguhnya tidak dianjurkan karena klorokuin yang diberikan secara parentral mempunyai potensi menyebabkan keaksi toksik terhadap otot jantung, terutama pada anak- anak. Jika terpaksa, pemberian klorokuin secara paretral (intra vena) harus dilaksanakan di bawah pengawasan ketat seorang dokter.
2. Jika obat tidak mungkin diberikan secara intra vena
Dalam kondisi tersebut, demi menolong penderita, kina (di Indonesia dikenal sebagai kina anti pirin) diberikan secara intra muskuler (TM). Jika kina tidak tersedia, bisa diberikan fansidar dengan suntikan IM yang dalam (dosis untuk orang dewasa). Jika sediaan fansidar IM tidak ada, bisa diberikan kiorokuin ( difusfat) secara IM. Pemberian klorokuin secara IM sesungguhnya tidak dianjurkan. Sebisa - bisanya penderita akan dikirim kepusat pelayanan medis yang memiliki sarana pengobatan melalui infuse. Jika kondisi penderita bertambah baik (sudah bisa menelan), pengobatan diteruskan dengan pansidan per oral 3 tablet sekaligus, diteruskan dengan kina per oral dalam dosis yang efektif. Perlu
diingatakan sekali lagi bahwa: Dosis obat - obat yang tergolong kuinolin, misalnya klorokuin, amodiakuin, dan kina harus dihitung berdasarkan jumlah basanya.(Sutisna, 2004: 79-81).
j. Pencegahan
Mukono, (2000: 6) Pencegahan adalah mengadakan inhibisi terhadap perkembangan suatu penyakit sebelum penyakit itu terjadi.orang orang yang tidak mempunyai imunitas terhadap malaria yang akan terpajan dengai nyamuk di daerah endemis harus melakukan upaya pencegahan terhadap gigitan nyamuk dan lebih baik sebelumnya minum obat profilaksis untuk mencegah malaria.
Ada tiga cara untuk mencegah malaria, yaitu:
1. Mencegah dan gigitan nyamuk, dengan cara:
a. Tidur dengan menggunakan kelambu.
b. Tutup jendela ketika tidur
c. Oleskan cairan pencegahan gigitan nyamuk.
2. Kontrol perkembangan nyamuk
a. 3M ( menguras, menutup dan mengubur)
b. Memelihara binatang ( ikan) untuk membunuh larva nyamuk
c. Taburkan insektisida khusus untuk membunuh larva nyamuk.
3. Bunuh nyamuk dewasa
a. Semprot ruangan dengan insektisida sebeium tidur.
b. Berpartisipasi dalam kegiatan penyemprotan yang diberikan oleh tenaga kesehatan.
Pencegahan penyakit malaria menurut Prabowo ada 5, yaitu:
1. Menghindari gigitan nyamuk malaria
2. Membunuh jentik dan nyamuk malaria dewasa
a. Menyemprot rumah
b. Larvaciding, yaitu merupakan kegiatan penyemprotan rawa- rawa yang potensial sebagai tempat perindukan nyamuk malaria.
c. Biological control, yaitu kegiatan penebaran ikan kepala timah (Panchax-Panchax) dan ikan guppy/wader cetul (Lebistus Retikulatus) genangan-genangan air yang mengalir dan persawahan. Ikan-ikan ini berfungsi sebagai pemangsa jentik-jentik nyamuk malaria.
3. Mengurangi tempat perindukan nyamuk malaria.
4. Pemberian obat pencegahan malaria.
5. Pemberian vaksin malaria
DAFTAR PUSTAKA
Dep Kes. RI, 1999. Modul Epidemiologi. Jakarta: Dirjen Depkes.
Dep Kes. RI, 2006. Pusat Pengendalaian Operasional Dukungan Kesehatan. Jakarta : Dirjen DepKes.
Dinas Kesehatan DKI Jakarta, 2006. Info Penyakit: www. DepKes, diakses 19 Agustus 2006
Mukono, 2000. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya: Airlangga University Pres.
Mursito, Bambang. 2002. Ramuan Tradisional untuk Penyakit Malaria. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Nadesul, Handrawan. 1996. Penyebab, Pencegahan, dan Pengobatan Malaria. Jakarta: FKUI.
Prabowo, Arlan, 2004. Malaria Mencegah dan Mengatasinya. Jakarta: Puspa Swara.
Seputar Indonesia. 2006. Kualisi Untuk Indonesia Sehat: www.(http/seputar Indonesia/1l40306.html, diakses 19 Agustus 2006.
Soegijanto, Soegeng. 2004. Kumpulan Makalah Penyakit Tropis di Indonesia. Jilid 1 Surabaya: Air Langga.
Sutisna, Putu. 2004. Malaria Secara Ringkas. Jakarta: EGC.
Zulkamain, Iskandar. 1996. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI.
Kata “malaria” berasal dari bahasa Itali “ Mal” yang artinya buruk dan “Aria” yang artinya udara. Sehingga malaria berarti udara buruk (bad air). Hal ini disebabkan karena malaria terjadi secara musiman di daerah yang kotor dan banyak tumpukan air (koalisi (a) koalisi org 2001).
Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit (protozoa) dan genus plasmodium, yang dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles. (Prabowo, 2004: 2)
Penyakit malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi protozoa dan genus plasmodium masa tunas atau inkubasi penyakit dapat beberapa hari atau beberapa bulan. (Dinas kesehatan DKI Jakarta)
Berdasarkan pengertian diatas penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi protozoa dan genus plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles yang masa inkubasi penyakit dapat beberapa hari sampai beberapa bulan.
b. Penyebab Malaria
Penyebab malaria adalah dari genus plasmodium famili plasmodiidae dari orde Coccdiiae penyebab malaria di Indonesia sampai saat ini di golongkan menjadi empat plasmodium, yaitu:
1. Plasmodium Falsiparum, penyebab penyakit malaria tropika.
2. Plasmodium Vivax, penyebab penyakit malaria tertiana.
3. Plasmodium Malariae, penyebab penyakit malaria kuartana.
4. Plasmodium Ovale, jenis ini jarang sekali dijumpai umumnya banyak di Afrika.
c. Masa Inkubasi
Masa inkubasi bervariasi pada setiap spesies antara 9-30 hari, gigitan nyamuk dan munculnya gejala klinis masa inkubasi dapat dibedakan berdasarkan
penyebabnya:
1. Plasmodium Flasiparum antara 12 hari.
2. Plasmodium Vivax antara 13-17 hari.
3. Plasmodium Ovale antara 13-17 hari.
4. Plasmodium Malariae antara 28-30 hari.
Masa inkubasi malaria juga tergantung dan intensitas infeksi, pengobatan yang sudah pernah didapat sebelumnya dan derajat imunitas penjamu. (Soegijanto, 2004: 6)
d. Patofisiologis
Ada 4 patologi yang terjadi pada malaria, yaitu demam, anemia, imunopatologi dan anoksia jaringan, yang disebabkan oleh perlengketan eritrosit yang terinfeksi pada endotel kapiler. Demam paroksimal berbeda untuk keempat spesies tergantung dari lama manutaskizonnya. Serangan demam disebabkan pecahnya eritrosit sewaktu fase skizogom eritrositik dan masuknya merozoit kedalam sirkulasi darah. Demam mengakibatkan terjadinya vasoaktif yang diproduksi oleh parasit. Setelah merozoit masuk dan menginfeksi eritrosit yang baru, demam turun dengan cepat sehingga penderita merasa kepanasan dan berkeringat banyak. Anemia disebabkan oleh destruksi eritrosit yang berlebihan, hemolisis autoimun dan gangguan eritropoesis. Diduga terdapat toksin malaria yang disebabkan gangguan fungsi eritrosit dan sebagian eritrosit pecah saat melalui limpa dan keluarlah parasit. Splenomegali disebabkan oleh adanya peningkatan jumlah eritrosit yang ter infeksi parasit sehingga terjadi aktivitas system RES untuk memfagositosis eritrosit baik yang terifeksi maupun yang tidak. Kelainan patologik pembuluh darah kapilerdisebabkan karena eritrosit yang terinfeksi menjadi kaku dan lengket, perjalanannya dalam kapiler terganggu sehingga mekat pada endotel kapiler, timbul hipoksia atau anoriksia jaringan. Juga terjadi gangguan integritas kapiler sehingga terjadi pembesaran plasma. Monosit atau makrofag merupakan partisipan selalu terpenting dalam fagositosis eritrosit yang terinfeksi (Soegijanto, 2004: 5).
e. Manifestasi Klinis
Secara klinis gejala malaria infeksi tunggal pada penderita nonimun terdiri atas serangan demam secara berulang dengan interval tertentu (paroksisme) yang diselingi oleh suatu periode dimana penderita bebas sama sekali dan demam. Sebelum demam penderita biasanya merasa lemah (malaise), myalgia, sakit kepala, anoreksia, nausea dan muntah. Gejala awal terjadi selama 2-3 hari sebelum paroksisme akut dimulai. Serangan demam dapat terus - menerus (tanpa interval) pada penderita dengan infeksi campuran (lebih dari satu plasmodium) atau satu jenis plasmodium tapi infeksi berulang dalam waktu yang berbeda
(Soegijanto, 2004: 5).
Gejala malaria muncul 9 - 14 hari setelah terinfeksi berdasarkan gejalanya dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
a. Gejala Umum
1. Menggigil 15 - 60 menit
2. Demam 2 - 6 jam dengan suhu 37,5-40 C
3. Berkeringat 2-4 jam
4. Dapat diikuti sakit kepala, mual dan muntah.
5. Dapat disertai gejala khas masing - masing daerah, seperti diare pada balita (Tim - Tim), nyeri otot dan pegal-pegal pada orang dewasa (Papua), pucat dan pegal pada orang dewasa (Yogya).
b. Gejala Malaria Parah
1. Gangguan kesadaran lebih dan 30 menit.
2. Kejang beberapa kali dan kejang panas tinggi diikuti gangguan kesadaran
3. Mata kuning dan tubuh kuning
4. Pendarahan dihidung, gusi atau saluran pencernaan
5. Jumlah kencing kurang (oliguri).
6. Warna urine seperti teh tua.
7. Kelemahan umum (tidak bisa duduk atau berdiri).
8. Nafas sesak
Setelah melewati masa inkubasi pada anak dan orang dewasa timbul gejala demam (periode peroksimal) yang khas pada malaria yang terlihat dalam 3 stadium, yaitu :
1. Stadium dingin (Cold stage)
Diawali dengan menggigil dan perasaan sangat dingin, gigi gemertak, berpakaian dan berselimut tebal, nadi cepat lemah, bibir dengan jari pucat dan sianosis, kulit kering dan pucat. Stadium ini berlangsung antara 15 menit sampai dengan 1 jam.
2. Stadium demam (Hot stage)
Setelah kedinginan, penderita merasa kepanasan, muka merah, kulit kering dan terasa panas seperti terbakar, disertai nyeri kepala dan mual muntah. Nadi menjadi kuat, suhu badan tinggi sampai 41°C atau lebih, penderita menjadi sangat haus. Stadium ini berlangsung antara 2-12 jam. Demam disebabkan oleh pecahnya entrosit matang yang berisi skizon yang mengandung merozoit memasuki sirkulasi darah. Pada plasmodium falcifarumnterval demam tidak jelas (setiap 24-48 jam). Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale interval demam terjadi setiap 48 jam dan Plasmodium malariae setiap 72 jam. Stadium ini berlangsung 2-4 jam.
3. Stadium berkeringat
Pada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali, suhu badan menurun dengan cepat kadang-kadang sampai di bawah normal. Penderita dapat tidur dengan nyenyak, badan terasa lemah setelah bangun, stadium ini berlangsung 2-4 jam.
Gejala klinis yang timbul tidak selalu sama pada setiap penderita tergantung dari spesies parasit, berat infeksi dan umur penderita. Di daerah dengan tingkat endemisitas tinggi (hiper atau holondemis), pada orang dewasa sering kali tidak dijumpai gejala klinis atau gejala klinis yang ringan walaupun dalam darahnya mengandung parasit malaria. Hal ini karena imunitas yang telah timbul pada mereka karena infeksi yang berulang (Soegijanto, 2004: 6)
f. Jenis-Jenis Malaria (Tempo 2003)
1. Malaria Tertiana (paling ringan)
Malaria yang disebabkan Plasmodium Vivax dengan gejala demam dapat terjadi setiap dua hari sekali setelah gejala pertama terjadi ( dapat terjadi selama dua minggu setelah infeksi).
2. Demam Rimba (Jungle Fever)
Malaria Aestivo-Autumnal atau disebut juga malaria tropika disebabkan plasmodium falciparum merupakan penyebab sebagian besar kematian akibat malaria. Organisme bentuk ini sering menghalangi darah ke otak, menyebabkan koma, mengigau dan kematian.
3. Malaria Kuartana
Malaria yang disebabkan plasmodium malariae, memiliki masa inkubasi lebih lama daripada penyakit malaria tertiana atau tropika, gejala pertama biasanya tidak terjadi antara 18 - 40 hari setelah infeksi terjadi. Gejala itu kemudian akan terulang lagi tiap tiga hari.
4. Malaria yang Jarang dijumpai
Malaria yang disebabkan plasmodium ovale yang mirip dengan malaria tertiana.
g. Diagnosis
Penyakit malaria tidak sukar diketahui. Selain dari demamnya kita menduga dan tempat penderita berasal. Jika di daerah malaria seseorang mendadak demam, timbulnya demam mungkin berarti terjangkit malaria. Lebih-lebih harus dicurigai jika demamnya khas malaria. Jika demamnya meragukan dilakukan pemerikasaan darah. Darah diambil dengan tusukan jarum diujung jari, lalu dioleskan pada sepotong kaca. Diberi warna khusus, lalu diperiksa dibawah mikroskop. Jika ada sel darah merah mengandung parasit, tandanya positif malaria.
Pengambilan darah untuk memeriksa malaria tidak sembarang waktu. Darah diambil waktu demam timbul, parasitnya beredar dalam danah, sehingga dari pemeriksaan tidak ditemukan parasit malarianya. Seolah-olah tidak ada parasitnya. Padahal, sebetulnya parasitnya ada tetapi sedang bersembunyi. Pemeriksaan darah dilakukan rutin pada pendatang yang memasuki daerah malaria selama setahun. Dengan pemeriksaan ini dapat lebih dini dapat diketahui jangkitan malarianya. Pemeriksaan perlu diulang-ulang karena masa tunas penyakit malaria panjang. Pada pemeriksaan pertama parasitnya mungkin belum muncul di darah baru pemeriksaan ulang berikutnya parasitnya baru muncul (Handrawanm, 1996).
h. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Malaria, yaitu:
1. Umur
Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun ( Elisabeth,1995).
Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya dan orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini akibat dan pengalaman dan kematangan jiwanya (Huclok, 1998).
Anak - anak lebih rentan terhadap infeksi parasit malaria (Depkes, 1999: 19).
2. Jenis Kelamin
Karakter biologis atau kualitas yang membedakan laki-laki dan wanita satu sama lain, seperti ditampilkan dalam analisis gonad, morfologis (Internal dan eksternal) kromosom dan karakteristik hormone individu (John H. Direkx,M.D, 2005).
Infeksi malaria tidak membedakan jenis kelamin akan tetapi apabila mengenfeksi ibu yang sedang hamil akan menyebabkan anemia yang lebih berat (Depkes, 1999: 19).
3. Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah upaya untuk mendewasakan seseorang. Dengan demikian setiap usaha pendidikan itu bertujuan, walaupun kadang tujuannya tidak disadari dan dirumuskan secara eksplisit (Slameto, 1991).
Pendidikan berarti hubungan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah suatu cita-cita tertentu (Suwarno, 1992).
Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Kuncoroningrat, 1997).
Faktor pendidikan seseorang sangat menentukan kecemasan, kliends pendidikan tinggi akan lebih mampu mengatasi, menggunakan koping yang efektif dan konnstruktif daripada seseorang dengan pendidikan rendah (Broewer, 1983).
4. Status sosial ekonomi
“Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan (Erich, 1996; Nursalam & Pariani, 2001: 133).
Status sosial ekonomi merupakan jenis kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan responden setiap harinya sebagai penghasilan ekonomi.
Terbagi atas 2 kategori yaitu bekerja ( buruh, swasta, PNS/ ABRI) dan tidak bekerja ( Nursalam & Pariani, 2001: 138) ( skripsi Rohana Agustina).
Keadaan sosial ekonomi masyarakat yang bertempat tinggal di daerah endemis malaria erat hubunganya dengan infeksi malaria (Depkes: 1999).
5. Cara hidup
Perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam aktivitas, minat dan opini khususnya yang berkaitan dengan citra diri untuk merekfesikan status sosialnya (The Jakarta Consuting Group, 2006)
Cara hidup sangat berpengaruh terhadap penularan penyakit malaria. Misalnya: Tidur tidak memakai kelambu dan senang berada diluar rumah pada malam hari (Depkes, 1999: 19)
6. Riwayat Malaria Sebelumnya
Orang yang pernah terinfeksi penyakit malaria sebelumnya biasanya akan terbentuk imunitas sehingga akan lebih tahan terhadap infeksi malaria
(Depkes, 1999: 19).
i. Pengobatan
1. Pengobatan malaria yang ringan
Malaria Vivax, Ovale dan Malariae
Serangan akut ketiga jenis malaria ini diobati dengan klorokuin, yang diberikan per oral dosis total per oral untuk orang dewasa adalah 1500 mg basa klorokuin ( 25mg per kg BB), yang diberikan selama tiga hari. Hari ke l diberikan dengan dosis awal 600 mg, ditambah 300 mg 6 jam kemudian. Pada hari ke 2 sesudah 24 jam 300 mg, dan hari ke 3 (sesudah 48 jam) diberikan 300 mg lagi. Dosis per oral untuk anak - anak adalah: dosis awal 10 mg/ kg BB ( tidak melemihi 600 mg), dan dosis sesudah 24 dan 48 jam masing - masing 5 mg/ kg BB.
Untuk penderita malaria vivax dan ovale yang tinggal dikota atau didaerah nonendemis, sesudah pemberian klorokuian diberikan pengobat radikal dengan primakoin untuk membunuh fase eksoerittrositik (EE) sekunder dalam hati (mencegah relaps). Pengobatan radikal seperti diatas tidak diberikan kepada penderita yang tinggal di daerah endemis karena kemungkinan ini terinfeksi sangat besar primakuin tidak boleh diberikan kepada wanita hamil, anak-anak dibawah 4 tahun, penderita rheumatoid arthritis, dan penderita lufus yang aktif (Sutisna, 2004: 76).
2. Pengobatan malaria falciparum yang berat
Penanganan secara umum
Sebagai pegangan secara umum, perawatan dini yang diberikan untuk kasus malaria falciparum yang berat terdiri dari:
a. Menimbang berat badan penderita
b. Membebaskan saluran nafas untuk menghindari asfiksia dan menempatkan perawat disamping penderita
c. Membuat penilaian secara cepat terhadap keadaan klinis penderita.
d. Membuat sediaan darah penderita untuk memastikan diagnosis, dan mengambil specimen untuk pemeriksaan laboratorium yang dianggap perlu.
e. Segera memberikan infus dengan kina atau klorokuin.
f. Membuat penilaian tentang status hindrasi penderita, dan menghitung kebutuhan cairannya.
g. Mencatat produksi urine penderita dalam sehari; jika perlu dengan memasang kateter uritra.
h. Jika pendenita mengalami hiperpireksia, segera menurunkan panas badan dengan cara mengipasi, kompres dengan air dingin atau alcohol, dan memberikan suntikan anti peritika.
i. Mengerjakan fungsi lumbal jika ada gejala kaku kuduk atau kecurigaan adanya meningitis.
j. Mempertimbangkan keperluan memberikan obat-obat tambahan, misalnya anti konvolsan dan anti mekroba.
k. Menilai adanya kebutuhan untuk memberikan tranfusi darah
l. Jika diduga adanya edema paru, letakkan penderita dalam posisi tegak ditempat tidur, berikan oksigen dan buat foto roentgen dada (Sutisna, 2004: 78)
3. Pengobatan spesifik dan pemberian
1. Jika obat bisa diberikan secara intra vena infuse
Untuk malaria falciparum yang berat, obat pilihan utama adalah kina, yang diberikan secara infuse dengan tetesan lambat. Jika kemasan kina untuk suntikan intra venal infuse tidak tersedia, dan jika P. falciparum didaerah itu diketahui masih sensitive terhadap klorokuin, kina bisa digantikan oleh klorokuin (bidroklorida) yang diberikan secara infuse. Pemberian kiorokuin melalui infuse sesungguhnya tidak dianjurkan karena klorokuin yang diberikan secara parentral mempunyai potensi menyebabkan keaksi toksik terhadap otot jantung, terutama pada anak- anak. Jika terpaksa, pemberian klorokuin secara paretral (intra vena) harus dilaksanakan di bawah pengawasan ketat seorang dokter.
2. Jika obat tidak mungkin diberikan secara intra vena
Dalam kondisi tersebut, demi menolong penderita, kina (di Indonesia dikenal sebagai kina anti pirin) diberikan secara intra muskuler (TM). Jika kina tidak tersedia, bisa diberikan fansidar dengan suntikan IM yang dalam (dosis untuk orang dewasa). Jika sediaan fansidar IM tidak ada, bisa diberikan kiorokuin ( difusfat) secara IM. Pemberian klorokuin secara IM sesungguhnya tidak dianjurkan. Sebisa - bisanya penderita akan dikirim kepusat pelayanan medis yang memiliki sarana pengobatan melalui infuse. Jika kondisi penderita bertambah baik (sudah bisa menelan), pengobatan diteruskan dengan pansidan per oral 3 tablet sekaligus, diteruskan dengan kina per oral dalam dosis yang efektif. Perlu
diingatakan sekali lagi bahwa: Dosis obat - obat yang tergolong kuinolin, misalnya klorokuin, amodiakuin, dan kina harus dihitung berdasarkan jumlah basanya.(Sutisna, 2004: 79-81).
j. Pencegahan
Mukono, (2000: 6) Pencegahan adalah mengadakan inhibisi terhadap perkembangan suatu penyakit sebelum penyakit itu terjadi.orang orang yang tidak mempunyai imunitas terhadap malaria yang akan terpajan dengai nyamuk di daerah endemis harus melakukan upaya pencegahan terhadap gigitan nyamuk dan lebih baik sebelumnya minum obat profilaksis untuk mencegah malaria.
Ada tiga cara untuk mencegah malaria, yaitu:
1. Mencegah dan gigitan nyamuk, dengan cara:
a. Tidur dengan menggunakan kelambu.
b. Tutup jendela ketika tidur
c. Oleskan cairan pencegahan gigitan nyamuk.
2. Kontrol perkembangan nyamuk
a. 3M ( menguras, menutup dan mengubur)
b. Memelihara binatang ( ikan) untuk membunuh larva nyamuk
c. Taburkan insektisida khusus untuk membunuh larva nyamuk.
3. Bunuh nyamuk dewasa
a. Semprot ruangan dengan insektisida sebeium tidur.
b. Berpartisipasi dalam kegiatan penyemprotan yang diberikan oleh tenaga kesehatan.
Pencegahan penyakit malaria menurut Prabowo ada 5, yaitu:
1. Menghindari gigitan nyamuk malaria
2. Membunuh jentik dan nyamuk malaria dewasa
a. Menyemprot rumah
b. Larvaciding, yaitu merupakan kegiatan penyemprotan rawa- rawa yang potensial sebagai tempat perindukan nyamuk malaria.
c. Biological control, yaitu kegiatan penebaran ikan kepala timah (Panchax-Panchax) dan ikan guppy/wader cetul (Lebistus Retikulatus) genangan-genangan air yang mengalir dan persawahan. Ikan-ikan ini berfungsi sebagai pemangsa jentik-jentik nyamuk malaria.
3. Mengurangi tempat perindukan nyamuk malaria.
4. Pemberian obat pencegahan malaria.
5. Pemberian vaksin malaria
DAFTAR PUSTAKA
Dep Kes. RI, 1999. Modul Epidemiologi. Jakarta: Dirjen Depkes.
Dep Kes. RI, 2006. Pusat Pengendalaian Operasional Dukungan Kesehatan. Jakarta : Dirjen DepKes.
Dinas Kesehatan DKI Jakarta, 2006. Info Penyakit: www. DepKes, diakses 19 Agustus 2006
Mukono, 2000. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya: Airlangga University Pres.
Mursito, Bambang. 2002. Ramuan Tradisional untuk Penyakit Malaria. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Nadesul, Handrawan. 1996. Penyebab, Pencegahan, dan Pengobatan Malaria. Jakarta: FKUI.
Prabowo, Arlan, 2004. Malaria Mencegah dan Mengatasinya. Jakarta: Puspa Swara.
Seputar Indonesia. 2006. Kualisi Untuk Indonesia Sehat: www.(http/seputar Indonesia/1l40306.html, diakses 19 Agustus 2006.
Soegijanto, Soegeng. 2004. Kumpulan Makalah Penyakit Tropis di Indonesia. Jilid 1 Surabaya: Air Langga.
Sutisna, Putu. 2004. Malaria Secara Ringkas. Jakarta: EGC.
Zulkamain, Iskandar. 1996. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI.
Peran Tenaga Kesehatan Masyarakat Dalam Mengubah Perilaku Masyarakat Menuju Hidup Bersih Dan Sehat
Pdpersi, Jakarta – Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Dalam konstitusi Organisasi Kesehatan Dunia tahun 1948 disepakati antara lain bahwa diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya adalah hak yang fundamental bagi setiap orang tanpa membedakan ras, agama, politik yang dianut dan tingkat sosial ekonominya. Program pembangunan kesehatan yang dilaksanakan telah berhasil meningkatkan derajat kesehatan masayarakat secara cukup bermakna, walaupun masih dijumpai berbagai masalah san hambatan yang akan mempengaruhi pelaksanaan pembangunan kesehatan. Oleh karena itu diperlukan adanya reformasi di bidang kesehatan untuk mengatasi ketimpangan hasil pembangunan kesehatan antar daerah dan antar golongan, derajat kesehatan yang masih tertinggal dibandingkan dengan engara-negara tetangga dan kurangnya kemandirian dalam pembangunan kesehatan.
Reformasi dibidang kesehatan perlu dilakukan mengingat lima fenomena yang berpengauh terhadapa pembangunan kesehatan. Pertama, perubahan pada dinamika kependudukan. Kedua, Temuan-temuan ilmu dan teknologi kedokteran. Ketiga, Tantangan global sebagai akibatdari kebijakan perdagangan bebas, revolusi informasi, telekomunikasi dan transportasi. Keempat, Perubahan lingkungan.Kelima, Demokratisasi.
Perubahan pemahaman konsep akan sehat dan sakit serta semakin maju IPTEK dengan informasi tentang determinan penyebab penyakit telah menggugurkan paradigma pembangunan kesehatan yang lama yang mengutamakan pelayanan kesehatan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif. Paradigma pembangunan kesehatan yang baru yaitu Paradigma Sehat merupakan upaya untuk lebih meningkatkan kesehatan masyarakat yang bersifat proaktif. Paradigma sehat sebagai model pembangunan kesehatan yang dalam jangka panjang diharapkan mampu mendorong masyarakat untuk mandiri dalam menjaga kesehatan melalui kesadaran yang lebih tinggi pada pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif.
Dalam Indonesia Sehat 2010, lingkungan yang diharapkan adalah yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat yaitu lingkungan yang bebas dari polusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong. Perilaku masyarakat Indonesia Sehat 2010 yang diharapkan adalah yang bersifat proaktif untuk memlihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.
Dasar-Dasar Pembangunan Kesehatan
Untuk mencapai taraf kesehatan bagi semua, maka paling sedikit yang harus tercakup dalam pelayanan kesehatan dasar adalah :
1. Pendidikan tentang masalah kesehatan umum, cara pencegahan dan pemberantasannya
2. Peningkatan persediaan pangan dan kecukupan gizi
3. Penyediaan air minum dan sanitasi dasar
4. Pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana
5. Imunisasi
6. Pengobatan dan pengadaan obat
Oleh karena pelayanan kesehatan dasar merupakan kunci untuk mencapai derajat kesehtaan yang layak bagi semua, maka perencanaan, pengorganisasian dan penyelenggaraan yang efisien mutlak diperukan disamping harus berdasarkan :
* Perikemanusiaan
* Kesehatan sebagai hak asasi
* Pemberdayaan dan kemandirian masyarakat
* Pengutamaan upaya kesehatan promotif dan upaya kesehatan preventif
* Pelayanan kesehatan perorangan yang sesuai kebutuhan
* Dukungan sumber daya kesehatan
Misi Pembangunan Kesehatan
Dalam mewujudkan Visi Indonesia Sehat 2010, telah ditetapkan misi pembangunan kesehatan (DepKes RI, 1999)
* Menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan
Untuk dapat terwujudnya Indonesia Sehat 2010, para penanggung jawab program pembangunan harus memasukkan pertimbangan-pertimbangan kesehatan dalam semua kebijakan pembangunannya. Oleh karena itu seluruh elemen dari Sistem Kesehatan Nasional harus berperan sebagai penggerak utama pembangunan nasional berwawasan kesehatan.
* Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat
Perilaku sehat dan kemampuan masyarakat untuk memilih dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu sangat menentukan keberhasilan pembangunan kesehatan.
* Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau
Salah satu tanggung jawab sektor kesehatan adalah menjamin tersedianya pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau oleh masyarakat. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan tidak hanya berada ditangan pemerintah, melainkan mengikutsertakan masyarakat dan potensi swasta.
* Memlihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya
Untuk terselenggaranya tugas penyelenggaraan upaya kesehatan yang harus diutamakan adalah bersifat promotif dan preventif yang didukung oleh upaya kuratif dan rehabilitatif.
Strategi Pembangunan Kesehatan
Strategi pembangunan nasional harus berdasarkan pada kebijakan nasional, mencakup garis besar kegiatan dimana semua sektor yang terlibat untuk mewujudkan kebijaksanaan tersebut. Beberapa hal penting yang harus diterapkan adalah (DepKes RS, 1999)
1. Pembangunan kesehatan berwawasan kesehatan
Setiap program pembangunan nasional yang diselenggarakan di Indonesia harus memberikan konstribusi positif terhadap kesehatan, yaitu terbentuknya lingkungan sehat dan pembentukan perilaku sehat.
2. Profesionalisme
Untuk terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu dilaksanakan melalui penerapan kemajuan ilmu dan teknologi, serta didukung oleh penerapan nilai-nilai moral dan etika.
3. Desentralisasi
Penyelenggaraan pelbagai upaya kesehatan harus berangkat dari masalah dan potensi spesifik masing-masing daerah. Disamping itu masalah kesehatan banyak yang bersifat spesifik daerah. Desentralisasi yang pada inti pokoknya adalah pendelegasian wewenang yang lebih besar kepada pemerintah daerah untuk mengatur sistem pemerintah dan rumah tangga sendiri dipandang lebih sesuai untuk pengolahan pembangunan.
Tujuan, Sasaran dan Kebijakan pembangunan Kesehatan
Tujuan pembangunan kesehatan
Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidp dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Indonesia.
Sasaran Pembangunan Kesehatan :
* Kerja sama lintas sektor
* Kemandirian masyarakat dan kemitraan
* Perilaku hidup sehat
* Lingkungan sehat
* Upaya kesehatan
* Manajemen pembangunan kesehatan
* Derajat kesehatan
Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut, maka ditetapkan Kebijakan umum pembangunan kesehatan (DepKes RI, 2000, Soemantri S, 2001) :
1. Pemantapan kerja sama lintas sektor
2. Peningkatan perilaku, kemandirian dan kemitraan swasta
3. Peningkatan kesehatan lingkungan
4. Peningkatan upaya kesehatan
5. Peningkatan sumber daya kesehatan
6. Peningkatan kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan
7. Peningkatan perlindungan kesehatan masyarakat terhdaap penggunaan sediaan farmasi, makanan dan alat kesehatan yang tidak absah
8. Peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi
Program pembangunan kesehatan
Program-program pembangunan kesehatan dikelompokkan dalam pokok-pokok program yang pelaksanaannya dilakukan secara terpadu dengan pembangunan sektor lain yang memerlukan dukungan dan peran serta masyarakat. Disusun 7 Program pembangunan kesehatan yaitu (DepKes RI, 1999) :
* Program perilaku dan pemberdayaan masyarakat
* Program lingkungan sehat
* Program upaya kesehatan
* Program pengembangan sumber daya kesehatan
* Program pengawasan obat, makanan dan obat berbahaya
* Program kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan
* Program pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan
Untuk meningkatkan percepatan perbaikan derajat kesehatan masyarakat yang dinilai penting untuk mendukung keberhasilan program pembangunan nasional ditetapkan 10 pogram unggulan kesehatan(DepKes RI, 1999) :
* Program kebijakan kesehatan, pembiayaan kesehatan dan hukum kesehatan
* Program perbaikan gizi
* Program pencegahan penyakit menular termasuk imunisasi
* Program peningkatan perilaku hidup sehat dan kesehatan mental
* Program lingkungan pemukiman, air dan sehat
* Program kesehatan keluarga, kesehatan reproduksi dan keluarga berencana
* Program keselamatan dan kesehatan kerja
* Program anti tembakau, alkohol dan madat
* Program pengawasan obat, bahan berbahaya, makanan dan minuman
* Program pencegahan kecelakaan, rudapaksa dan keselamatan lalu lintas
Peran tenaga kesehatan masyarakat dalam pembangunan kesehatan
Tenaga kesehatan masyarakat (Kesmas) merupakan bagian dari sumber daya manusia yang sangat penting perannya dalam pembangunan kesehatan dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Pembangunan kesehatan dengan paradigma sehat merupakan upaya meningkatkan kemandirian masyarakat dalam menjaga kesehatan melalui kesadaran yang lebih tinggi pada pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif.
Pelayanan promotif, untuk meningkatkan kemandirian dan peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan diperlukan program penyuluhan dan pendidikan masyarakat yang berjenjang dan berkesinambungan sehingga dicapai tingkatan kemandirian masyarkat dalam pembangunan kesehatan. Dalam program promotif membutuhkan tenaga-tenaga kesmas yang handal terutama yang mempunyai spesialisasi dalam penyuluhan dan pendidikan.
Pelayanan preventif, untuk menjamin terselenggaranya pelayanan ini diperlukan parar tenaga kesmas yang memahami epidemiologi penyakit, cara-cara dan metode pencegahan serta pengendalian penyakit. Program preventif ini merupakan salah satu lahan bagi tenaga kesmas dalam pembangunan kesehatan. Keterlibatan kesmas dibidang preventif di bidang pengendalian memerlukan penguasaan teknik-teknik lingkungan dan pemberantasan penyakit. Tenaga kesmas juga dapat berperan dibidang kuratif dan rehabilitatif kalau yang bersangkutan mau dan mampu belajar dan meningkatkan kemampuannya dibidang tersebut.
Peran Tenaga Kesehatan Masyarakat Dalam Merubah Perilaku Masyarakat Menuju Hidup Bersih Dan Sehat
Program promosi perilaku hidup bersih dan sehat yang biasa dikenal PHBS/Promosi Higiene merupakan pendekatan terencana untuk mencegah penyakit menular yang lain melaui pengadopsian perubahan perilaku oleh masyarakat luas. Program ini dimulai dengan apa yang diketahui, diinginkan dan dilakukan masyarakat setempat dan mengembangkan program berdasarkan informasi tersebut (Curtis V dkk, 1997; UNICEF, WHO. Bersih, Sehat dan Sejahtera).
Program promosi PHBS harus dilakukan secara profesional oleh individu dan kelompok yang mempunyai kemampuan dan komitmen terhadap kesehatan masyarakat serta memahami tentang lingkungan dan mampu melaksanakan komunikasi, edukasi dan menyampaikan informasi secara tepat dan benar yang sekarang disebut dengan promosi kesehatan. Tenaga kesehatan masyarakat diharapkan mampu mengambil bagian dalam promosi PHBS sehingga dapat melakukan perubahan perilaku masyarakat untuk hidup berdasarkan PHBS. Tenaga kesehatan masyarakat telah mempunyai bekal yang cukup untuk dikembangkan dan pada waktunya disumbangkan kepada masyarakat dimana mereka bekerja.
Dalam mewujudkan PHBS secara terencana, tepat berdasarkan situasi daerah maka diperlukan pemahaman dan tahapan sebagai berikut :
Memperkenalkan kepada masyarakat gagasan dan teknik perilaku Program promosi Hygiene Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), yang merupakan pendekatan terencana untuk mencegah penyakit diare melalui pengadopsian perubahan perilaku oleh masyarakat secara meluas. Program ini dimulai dari apa yang diketahui, diinginkan, dan dilakukan masyarakat. Perencanaan suatu program promosi hygiene untuk masyarakat dilakukan berdasarkan jawaban atau pertanyaan diatas atau bekerjasama dengan pihak yang terlibat, untuk itu diperlukan pesan-pesan sederhana, positif, menarik yang dirancang untuk dikomunikasikan lewat sarana lokal seperti poster, leaflet.
Mengidentifikasikan perubahan perilaku masyarakat, dalam tahap ini akan dilakukan identifikasi perilaku beresiko melalui pengamatan terstruktur. Sehingga dapat ditentukan cara pendekatan baru terhadap perbaikan hygiene sehingga diharapkan anak-anak terhindar dari lingkungan yang terkontaminasi.
Memotivasi perubahan perilaku masyarakat, langkah-langkah untuk memotivikasi orang untuk mengadopsi perilaku hygiene termasuk ;
* Memilih beberapa perubaha perilaku yang diharapkan dapat diterapkan
* Mencari tahu apa yang dirasakan oleh kelompok sasaran mengenai perilaku tersebut melalui diskusi terfokus, wawancara dan melalui uji coba perilaku
* Membuat pesan yang tepat sehingga sasaran mau melakukan perubahan perilaku
* Menciptakan sebuah pesan sederhana, positif, menarik berdasarkan apa yang disukai kelompok sasaran
* Merancang paket komunikasi
Merancang program komunikasi, pada tahap ini telah dapat menentukan perubahan perilaku dan menempatkan pesan dengan tepat dengan memadukan semua informasi yang telah dikumpulkan, selanjutnya dikomunikasikan dengan dukungan seperti audio visual (video, film), oral (radio), cetak (poster, leaflet), visual (flip charts).
Sasaran PHBS tidak hanya terbatas tentang hygiene, namun harus lebih komprehensif dan luas, mencakup perubahan lingkungan fisik, lingkungan biologi dan lingkungan sosial-budaya masyarakat sehingga tercipta lingkungan yang berwawasan kesehatan dan perubahan perilaku hidup bersih dan sehat. Lingkungan fisik seperti sanitasi dan hygiene perorangan, keluarga dan masyarakat, tersedianya air bersih, lingkungan perumahan, fasilitas mandi, cuci dan kakus (MCK) dan pembuangan sampah serta limbah. Lingkungan biologi adalah flora dan fauna. Lingkungan sosial-budaya seperti pengetahuan, sikap perilaku dan budaya setempat yang berhubungan dengan PHBS.
Perubahan terhadap lingkungan memerlukan intervensi dari tenaga kesehatan terutama Tenaga Kesehatan Masyarakat yang mempunyai kompetensi sehingga terciptanya lingkungan yang kondusif dalam Program Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang diharapkan dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan menuju masyarakat sejahtera.
Sumber : Media Litbang Kesehatan DepKes RI No.2/Vol.XIII/2003
Reformasi dibidang kesehatan perlu dilakukan mengingat lima fenomena yang berpengauh terhadapa pembangunan kesehatan. Pertama, perubahan pada dinamika kependudukan. Kedua, Temuan-temuan ilmu dan teknologi kedokteran. Ketiga, Tantangan global sebagai akibatdari kebijakan perdagangan bebas, revolusi informasi, telekomunikasi dan transportasi. Keempat, Perubahan lingkungan.Kelima, Demokratisasi.
Perubahan pemahaman konsep akan sehat dan sakit serta semakin maju IPTEK dengan informasi tentang determinan penyebab penyakit telah menggugurkan paradigma pembangunan kesehatan yang lama yang mengutamakan pelayanan kesehatan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif. Paradigma pembangunan kesehatan yang baru yaitu Paradigma Sehat merupakan upaya untuk lebih meningkatkan kesehatan masyarakat yang bersifat proaktif. Paradigma sehat sebagai model pembangunan kesehatan yang dalam jangka panjang diharapkan mampu mendorong masyarakat untuk mandiri dalam menjaga kesehatan melalui kesadaran yang lebih tinggi pada pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif.
Dalam Indonesia Sehat 2010, lingkungan yang diharapkan adalah yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat yaitu lingkungan yang bebas dari polusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong. Perilaku masyarakat Indonesia Sehat 2010 yang diharapkan adalah yang bersifat proaktif untuk memlihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.
Dasar-Dasar Pembangunan Kesehatan
Untuk mencapai taraf kesehatan bagi semua, maka paling sedikit yang harus tercakup dalam pelayanan kesehatan dasar adalah :
1. Pendidikan tentang masalah kesehatan umum, cara pencegahan dan pemberantasannya
2. Peningkatan persediaan pangan dan kecukupan gizi
3. Penyediaan air minum dan sanitasi dasar
4. Pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana
5. Imunisasi
6. Pengobatan dan pengadaan obat
Oleh karena pelayanan kesehatan dasar merupakan kunci untuk mencapai derajat kesehtaan yang layak bagi semua, maka perencanaan, pengorganisasian dan penyelenggaraan yang efisien mutlak diperukan disamping harus berdasarkan :
* Perikemanusiaan
* Kesehatan sebagai hak asasi
* Pemberdayaan dan kemandirian masyarakat
* Pengutamaan upaya kesehatan promotif dan upaya kesehatan preventif
* Pelayanan kesehatan perorangan yang sesuai kebutuhan
* Dukungan sumber daya kesehatan
Misi Pembangunan Kesehatan
Dalam mewujudkan Visi Indonesia Sehat 2010, telah ditetapkan misi pembangunan kesehatan (DepKes RI, 1999)
* Menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan
Untuk dapat terwujudnya Indonesia Sehat 2010, para penanggung jawab program pembangunan harus memasukkan pertimbangan-pertimbangan kesehatan dalam semua kebijakan pembangunannya. Oleh karena itu seluruh elemen dari Sistem Kesehatan Nasional harus berperan sebagai penggerak utama pembangunan nasional berwawasan kesehatan.
* Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat
Perilaku sehat dan kemampuan masyarakat untuk memilih dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu sangat menentukan keberhasilan pembangunan kesehatan.
* Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau
Salah satu tanggung jawab sektor kesehatan adalah menjamin tersedianya pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau oleh masyarakat. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan tidak hanya berada ditangan pemerintah, melainkan mengikutsertakan masyarakat dan potensi swasta.
* Memlihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya
Untuk terselenggaranya tugas penyelenggaraan upaya kesehatan yang harus diutamakan adalah bersifat promotif dan preventif yang didukung oleh upaya kuratif dan rehabilitatif.
Strategi Pembangunan Kesehatan
Strategi pembangunan nasional harus berdasarkan pada kebijakan nasional, mencakup garis besar kegiatan dimana semua sektor yang terlibat untuk mewujudkan kebijaksanaan tersebut. Beberapa hal penting yang harus diterapkan adalah (DepKes RS, 1999)
1. Pembangunan kesehatan berwawasan kesehatan
Setiap program pembangunan nasional yang diselenggarakan di Indonesia harus memberikan konstribusi positif terhadap kesehatan, yaitu terbentuknya lingkungan sehat dan pembentukan perilaku sehat.
2. Profesionalisme
Untuk terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu dilaksanakan melalui penerapan kemajuan ilmu dan teknologi, serta didukung oleh penerapan nilai-nilai moral dan etika.
3. Desentralisasi
Penyelenggaraan pelbagai upaya kesehatan harus berangkat dari masalah dan potensi spesifik masing-masing daerah. Disamping itu masalah kesehatan banyak yang bersifat spesifik daerah. Desentralisasi yang pada inti pokoknya adalah pendelegasian wewenang yang lebih besar kepada pemerintah daerah untuk mengatur sistem pemerintah dan rumah tangga sendiri dipandang lebih sesuai untuk pengolahan pembangunan.
Tujuan, Sasaran dan Kebijakan pembangunan Kesehatan
Tujuan pembangunan kesehatan
Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidp dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Indonesia.
Sasaran Pembangunan Kesehatan :
* Kerja sama lintas sektor
* Kemandirian masyarakat dan kemitraan
* Perilaku hidup sehat
* Lingkungan sehat
* Upaya kesehatan
* Manajemen pembangunan kesehatan
* Derajat kesehatan
Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut, maka ditetapkan Kebijakan umum pembangunan kesehatan (DepKes RI, 2000, Soemantri S, 2001) :
1. Pemantapan kerja sama lintas sektor
2. Peningkatan perilaku, kemandirian dan kemitraan swasta
3. Peningkatan kesehatan lingkungan
4. Peningkatan upaya kesehatan
5. Peningkatan sumber daya kesehatan
6. Peningkatan kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan
7. Peningkatan perlindungan kesehatan masyarakat terhdaap penggunaan sediaan farmasi, makanan dan alat kesehatan yang tidak absah
8. Peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi
Program pembangunan kesehatan
Program-program pembangunan kesehatan dikelompokkan dalam pokok-pokok program yang pelaksanaannya dilakukan secara terpadu dengan pembangunan sektor lain yang memerlukan dukungan dan peran serta masyarakat. Disusun 7 Program pembangunan kesehatan yaitu (DepKes RI, 1999) :
* Program perilaku dan pemberdayaan masyarakat
* Program lingkungan sehat
* Program upaya kesehatan
* Program pengembangan sumber daya kesehatan
* Program pengawasan obat, makanan dan obat berbahaya
* Program kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan
* Program pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan
Untuk meningkatkan percepatan perbaikan derajat kesehatan masyarakat yang dinilai penting untuk mendukung keberhasilan program pembangunan nasional ditetapkan 10 pogram unggulan kesehatan(DepKes RI, 1999) :
* Program kebijakan kesehatan, pembiayaan kesehatan dan hukum kesehatan
* Program perbaikan gizi
* Program pencegahan penyakit menular termasuk imunisasi
* Program peningkatan perilaku hidup sehat dan kesehatan mental
* Program lingkungan pemukiman, air dan sehat
* Program kesehatan keluarga, kesehatan reproduksi dan keluarga berencana
* Program keselamatan dan kesehatan kerja
* Program anti tembakau, alkohol dan madat
* Program pengawasan obat, bahan berbahaya, makanan dan minuman
* Program pencegahan kecelakaan, rudapaksa dan keselamatan lalu lintas
Peran tenaga kesehatan masyarakat dalam pembangunan kesehatan
Tenaga kesehatan masyarakat (Kesmas) merupakan bagian dari sumber daya manusia yang sangat penting perannya dalam pembangunan kesehatan dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Pembangunan kesehatan dengan paradigma sehat merupakan upaya meningkatkan kemandirian masyarakat dalam menjaga kesehatan melalui kesadaran yang lebih tinggi pada pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif.
Pelayanan promotif, untuk meningkatkan kemandirian dan peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan diperlukan program penyuluhan dan pendidikan masyarakat yang berjenjang dan berkesinambungan sehingga dicapai tingkatan kemandirian masyarkat dalam pembangunan kesehatan. Dalam program promotif membutuhkan tenaga-tenaga kesmas yang handal terutama yang mempunyai spesialisasi dalam penyuluhan dan pendidikan.
Pelayanan preventif, untuk menjamin terselenggaranya pelayanan ini diperlukan parar tenaga kesmas yang memahami epidemiologi penyakit, cara-cara dan metode pencegahan serta pengendalian penyakit. Program preventif ini merupakan salah satu lahan bagi tenaga kesmas dalam pembangunan kesehatan. Keterlibatan kesmas dibidang preventif di bidang pengendalian memerlukan penguasaan teknik-teknik lingkungan dan pemberantasan penyakit. Tenaga kesmas juga dapat berperan dibidang kuratif dan rehabilitatif kalau yang bersangkutan mau dan mampu belajar dan meningkatkan kemampuannya dibidang tersebut.
Peran Tenaga Kesehatan Masyarakat Dalam Merubah Perilaku Masyarakat Menuju Hidup Bersih Dan Sehat
Program promosi perilaku hidup bersih dan sehat yang biasa dikenal PHBS/Promosi Higiene merupakan pendekatan terencana untuk mencegah penyakit menular yang lain melaui pengadopsian perubahan perilaku oleh masyarakat luas. Program ini dimulai dengan apa yang diketahui, diinginkan dan dilakukan masyarakat setempat dan mengembangkan program berdasarkan informasi tersebut (Curtis V dkk, 1997; UNICEF, WHO. Bersih, Sehat dan Sejahtera).
Program promosi PHBS harus dilakukan secara profesional oleh individu dan kelompok yang mempunyai kemampuan dan komitmen terhadap kesehatan masyarakat serta memahami tentang lingkungan dan mampu melaksanakan komunikasi, edukasi dan menyampaikan informasi secara tepat dan benar yang sekarang disebut dengan promosi kesehatan. Tenaga kesehatan masyarakat diharapkan mampu mengambil bagian dalam promosi PHBS sehingga dapat melakukan perubahan perilaku masyarakat untuk hidup berdasarkan PHBS. Tenaga kesehatan masyarakat telah mempunyai bekal yang cukup untuk dikembangkan dan pada waktunya disumbangkan kepada masyarakat dimana mereka bekerja.
Dalam mewujudkan PHBS secara terencana, tepat berdasarkan situasi daerah maka diperlukan pemahaman dan tahapan sebagai berikut :
Memperkenalkan kepada masyarakat gagasan dan teknik perilaku Program promosi Hygiene Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), yang merupakan pendekatan terencana untuk mencegah penyakit diare melalui pengadopsian perubahan perilaku oleh masyarakat secara meluas. Program ini dimulai dari apa yang diketahui, diinginkan, dan dilakukan masyarakat. Perencanaan suatu program promosi hygiene untuk masyarakat dilakukan berdasarkan jawaban atau pertanyaan diatas atau bekerjasama dengan pihak yang terlibat, untuk itu diperlukan pesan-pesan sederhana, positif, menarik yang dirancang untuk dikomunikasikan lewat sarana lokal seperti poster, leaflet.
Mengidentifikasikan perubahan perilaku masyarakat, dalam tahap ini akan dilakukan identifikasi perilaku beresiko melalui pengamatan terstruktur. Sehingga dapat ditentukan cara pendekatan baru terhadap perbaikan hygiene sehingga diharapkan anak-anak terhindar dari lingkungan yang terkontaminasi.
Memotivasi perubahan perilaku masyarakat, langkah-langkah untuk memotivikasi orang untuk mengadopsi perilaku hygiene termasuk ;
* Memilih beberapa perubaha perilaku yang diharapkan dapat diterapkan
* Mencari tahu apa yang dirasakan oleh kelompok sasaran mengenai perilaku tersebut melalui diskusi terfokus, wawancara dan melalui uji coba perilaku
* Membuat pesan yang tepat sehingga sasaran mau melakukan perubahan perilaku
* Menciptakan sebuah pesan sederhana, positif, menarik berdasarkan apa yang disukai kelompok sasaran
* Merancang paket komunikasi
Merancang program komunikasi, pada tahap ini telah dapat menentukan perubahan perilaku dan menempatkan pesan dengan tepat dengan memadukan semua informasi yang telah dikumpulkan, selanjutnya dikomunikasikan dengan dukungan seperti audio visual (video, film), oral (radio), cetak (poster, leaflet), visual (flip charts).
Sasaran PHBS tidak hanya terbatas tentang hygiene, namun harus lebih komprehensif dan luas, mencakup perubahan lingkungan fisik, lingkungan biologi dan lingkungan sosial-budaya masyarakat sehingga tercipta lingkungan yang berwawasan kesehatan dan perubahan perilaku hidup bersih dan sehat. Lingkungan fisik seperti sanitasi dan hygiene perorangan, keluarga dan masyarakat, tersedianya air bersih, lingkungan perumahan, fasilitas mandi, cuci dan kakus (MCK) dan pembuangan sampah serta limbah. Lingkungan biologi adalah flora dan fauna. Lingkungan sosial-budaya seperti pengetahuan, sikap perilaku dan budaya setempat yang berhubungan dengan PHBS.
Perubahan terhadap lingkungan memerlukan intervensi dari tenaga kesehatan terutama Tenaga Kesehatan Masyarakat yang mempunyai kompetensi sehingga terciptanya lingkungan yang kondusif dalam Program Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang diharapkan dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan menuju masyarakat sejahtera.
Sumber : Media Litbang Kesehatan DepKes RI No.2/Vol.XIII/2003
waspadai 4 penyebab migrain
Waspadai 4 Penyebab Migrain (sumber detik.com)
Penyebab migrain sangat beragam, mulai dari makanan hingga lingkungan.
Efek dari berbagai penyebab itu berbeda-beda pada setiap individu, sehingga tidak semuanya harus dihindari. Paling tidak, ada beberapa hal yang harus diwaspadai.
"Bahkan pada individu yang sama, tidak
selalu ada penyebab yang sama dan konsisten. Suatu saat cokelat memicu
migrain, pada saat yang lain tidak," kata Larry Newman, MD, direktur Headache Institute di St. Luke's-Roosevelt Hospital Center.
Bagi yang sering mengalami migrain,
Newman menganjurkan untuk membuat diary sakit kepala. Dari catatan
tersebut, bisa diketahui apa saja yang bisa menyebabkan migrain pada
seseorang.
Berikut ini adalah beebrapa hal yang sering memicu migrain, dikutip dari Health.com, Jumat (18/6/2010).
1. Makanan dan minuman
Menurut National Headache Foundation, makanan dan minuman yang bisa memicu migrain di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Keju matang (seperti cheddar, emmentaler, stilton, brie dan camembret)
2. Cokelat
3. Makanan yang diasinkan, diasamkan atau difermentasikan
4. Krim asam
5. Kacang-kacangan dan selai kacang
6. Roti sourdough
7. Kismis, pepaya, plum merah
8. Buah-buahan beraroma sitrus
9. Kafein yang berlebihan
10. Alkohol2. Menstruasi
Bagi kebanyakan perempuan, siklus
menstruasi merupakan penyebab utama sakit kepala termasuk migrain.
Biasanya serangan itu terjadi saat haid, atau beberapa hari sebelumnya.
Anjloknya kadar esterogen pada masa-masa tersebut diduga merupakan
pemicu utamanya. Oleh karena itu, hal yang sama juga dialami oleh
perempuan menjelang masa menopause.
3. Lingkungan
Bagi
sebagian orang, bau parfum yang menyengat bisa memicu migrain saat
berada di tempat umum misalnya pusat perbelanjaan. Sebagian yang lain
bisa mengalami migrain karena melihat lampu kerlap-kerlip, atau sorot
sinar matahari dari sela-sela pepohonan saat mengemudi.
4. Stres
penyebab
migrain yang paling umum bagaimanapun adalah stres, dan sebaliknya
penderita migrain bisa menjadi sangat responsif secara emosional.
Gelisah, khawatir, sedih, terkejut dan suasana hati yang tidak menentu
dapat memicu pelepasan hormon tertentu yang menyebabkan migrain.
Sebaliknya, rasa lega setelah melepas kepenatan yang terlanjur berlarut-larut juga bisa memicu migrain. Gangguan yang disebut weekend headaches ini umumnya dialami para karyawan setelah sibuk bekerja selama sepekan.
Penyebab migrain sangat beragam, mulai dari makanan hingga lingkungan.
Efek dari berbagai penyebab itu berbeda-beda pada setiap individu, sehingga tidak semuanya harus dihindari. Paling tidak, ada beberapa hal yang harus diwaspadai.
"Bahkan pada individu yang sama, tidak
selalu ada penyebab yang sama dan konsisten. Suatu saat cokelat memicu
migrain, pada saat yang lain tidak," kata Larry Newman, MD, direktur Headache Institute di St. Luke's-Roosevelt Hospital Center.
Bagi yang sering mengalami migrain,
Newman menganjurkan untuk membuat diary sakit kepala. Dari catatan
tersebut, bisa diketahui apa saja yang bisa menyebabkan migrain pada
seseorang.
Berikut ini adalah beebrapa hal yang sering memicu migrain, dikutip dari Health.com, Jumat (18/6/2010).
1. Makanan dan minuman
Menurut National Headache Foundation, makanan dan minuman yang bisa memicu migrain di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Keju matang (seperti cheddar, emmentaler, stilton, brie dan camembret)
2. Cokelat
3. Makanan yang diasinkan, diasamkan atau difermentasikan
4. Krim asam
5. Kacang-kacangan dan selai kacang
6. Roti sourdough
7. Kismis, pepaya, plum merah
8. Buah-buahan beraroma sitrus
9. Kafein yang berlebihan
10. Alkohol2. Menstruasi
Bagi kebanyakan perempuan, siklus
menstruasi merupakan penyebab utama sakit kepala termasuk migrain.
Biasanya serangan itu terjadi saat haid, atau beberapa hari sebelumnya.
Anjloknya kadar esterogen pada masa-masa tersebut diduga merupakan
pemicu utamanya. Oleh karena itu, hal yang sama juga dialami oleh
perempuan menjelang masa menopause.
3. Lingkungan
Bagi
sebagian orang, bau parfum yang menyengat bisa memicu migrain saat
berada di tempat umum misalnya pusat perbelanjaan. Sebagian yang lain
bisa mengalami migrain karena melihat lampu kerlap-kerlip, atau sorot
sinar matahari dari sela-sela pepohonan saat mengemudi.
4. Stres
penyebab
migrain yang paling umum bagaimanapun adalah stres, dan sebaliknya
penderita migrain bisa menjadi sangat responsif secara emosional.
Gelisah, khawatir, sedih, terkejut dan suasana hati yang tidak menentu
dapat memicu pelepasan hormon tertentu yang menyebabkan migrain.
Sebaliknya, rasa lega setelah melepas kepenatan yang terlanjur berlarut-larut juga bisa memicu migrain. Gangguan yang disebut weekend headaches ini umumnya dialami para karyawan setelah sibuk bekerja selama sepekan.
Jumat, 26 November 2010
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN LEUKEMIA
A. Pengertian
Leukemia adalah suatu penyakit neoplastik yang ditandai oleh proliferasi abnormal dari sel-sel hematopoietik.
B. Patofisiologi
Klasifikasi leukemia dibagi menjadi menjadi 2 kelompok besar, yang ditandai dengan ditemukannya sel darah putih matang yang menyolok – agranulosit (leukemia granuosit/mielositi) atau limfosit ( limpfositik ). Klasifikasi ini didasarkan pada morfologis diferensiasi sel dan pematangan sel-sel leukemia predominan di dalam sum-sum tulang dan sitokimiawi (Gralnick, 1977; Dabich, 1980, Price,1995). Kalsifikasi ini juga dapat dijadikan suatu gambaran varian dalam manifestasi klinik, prognosis dan pengobatannya.
Jika dilihat dari proses diferensiasi sel darah penggolongan leukemia limfoblastik dan mieloblastik dapat dilihat pada bagan dibawah ini :
Walaupun leukemia menyerang kedua jenis kelamin, tetapi pria terserang sedikit lebih banyak dibanding wanita. Leukemia limfositik, terutama akut menyolok pada anak-anak umur kurang dari 15 tahun, dengan puncaknya pada umur 2-4 tahun.
Penyebab leukemia secara jelas hingga saat ini belum diketahui dengan pasti, tetapi pengaruh lingkungan dan genetik diperkirakan memegang peranan penting. Faktor genetik dapat dilihat pada tingginya kasus leukemia pada anak kembar monozigot. Faktor lingkungan berupa kontak dengan radiasi ionisasi disertai manifestasi leukemia timbul bertahun-tahun kemudian. Zat kimia misalnya : benzen, arsen, kloramfenikol, fenilbutazone, dan agen antineoplastik, dikaitkan dengan frekwensi yang meningkat , khususnya agen alkil. Agent virus HTLV-1 dari leukemia sel T sejak lama dapat menyebabkan timbulnya leukemia.
Leukemia akut baik granulositik atau mielositik merupakan jenis leukemia yang banyak terjadi pada orang dewasa. Manifestasi klinis berkaitan dengan berkurangnya atau tidak adanya sel hematopoietik (Clarkson, 1983). Tanda dan gejala leukemia akut berkaitan dengan netropenia dan trombositopenia. Ini adalah infeksi berat yang rekuren disertai timbulnya tukak pada membrana mukosa, abses perirektal, pnemonia, septikemia disertai menggigil, demam, tachikardi dan tachypnea. Trombositopenis menyebabkan perdarahan yang tak terkontrol. Tulang mungkin sakit dan lunak. Anemia bukan merupakan manifestasi awal disebabkan karena umur eritrosit yang panjang. Gejala anemia berupa pusing, malaise, dan dispnea waktu kerja fisik yang melelahkan. Pensitopenia dapat terjadi setelah dilakukan kemoterapi.
Leukemia limfositik akut (LLA), paling sering menyerang anak-anak dibawah 15 tahun dan mencapai puncaknya pada umur 2-4 tahun. Manifestasi LLA berupa proliferasi limfoblas abnormal dalam sum-sum tulang dan tempat ekstra medular seperti kelenjar limfe dan limpa. Tanda dan gejala dikaitkan dengan penekanan pada unsur – unsur sum-sum tulang normal. Karena itu, infeksi, perdarahan dan anemia merupakan manifestasi utama. Tanda lain berupa limfadenopati, hepatosplenomegali, nyeri tulang, sakit kepala, muntah, kejang, gangguan penglihatan. Data laboratorium berupa leukositosis, limfositosis, trombosit dan sel darah merah rendah, hiperseluler sum-sum tulang belakang
C. Pengkajian
SISTEM
DATA SUBYEKTIF
DATA OBYEKTIF
1. Aktivitas
Lesu, lemah, terasa payah, merasa tidak kuat untuk melakukan aktivitas sehari-hari
Kontraksi otot lemah
Klien ingin tidur terus dan tampak bingung
2. Sirkulasi
Berdebar
Tachycadi, suara mur-mur jantung, kulit dan mukosa pucat, defisit saraf cranial terkadang ada pendarahan cerebral.
3. Eliminasi
Diare, anus terasa lebih lunak, dan terasa nyeri. Adanya bercak darah segar pada tinja dan kotoran berampas, Adanya darah dalam urine dan terjadi penurunan output urine.
Perianal absess, hematuri.
4. Rasa nyaman
Nyeri abdominal, sakit kepala, nyeri persendian, sternum terasa lunak, kram pada otot.
Meringis, kelemahan, hanya berpusat pada diri sendiri.
5. Rasa aman
Merasa kehilangan kemampuan dan harapan, cemas terhadap lingkungan baru serta kehilangan teman.
Riwayat infeksi yang berulang, riwayat jatuh, perdarahan yang tidak terkonrol meskipun trauma ringan.
Dpresi, mengingkari, kecemasan, takut, cepat terangsang, perubahan mood dan tampak bingung.
Panas, infeksi, memar, purpura, perdarahan retina, perdarahan pada gusi, epistaksis, pembesaran kelenjar limpa, spleen, atau hepar, papiledema dan exoptalmus,
6. Makan dan minum
Kehilangan nafsu makan, tidak mau makan, muntah, penurunan berat badan, nyeri pada tenggorokan dan sakit pada saat menelan.
Distensi abdomen, penurunan peristaltic usus, splenomegali, hepatomegali, ikterus, stomatitis, ulserasi pada mulut, gusi membengkak (acute monosit leukemia).
7. Sexualitas
Perubahan pola menstruasi, menornhagi. Impoten.
8. Neurosensori
Penurunan kemampuan koordinasi, perubahan mood, bingung, disorientasi, kehilangan konsentrasi, pusing, kesemutan, telinga berdenging, kehilangan rasa
Peningkatan kepekaan otot, aktivitas yang tak terkontrol.
9. Respirasi
Nafas pendek,
Dyspnoe, tachypnoe, batuk, ada suara ronci, rales, penurunan suara nafas.
10. Belajar
Riwayat terpapar bahan kimia seperti benzena, phenilbutazone, chloramfenikol, terkena paparan radiasi, riawat pengobatan dengan kemotherapi. Riwayat keluarga yang menderita keganasan.
Data penunjang:
Penghitungan sel darah :
- Normocitic, normokromik anemia
- Hb < 10 g/100 ml
- Retikulosit : rendah
- Platelet count : < 50.000/mm
- WBC > 50.000/cm (Shift to left) tampak blast sel leukemia
- PT/PTT memanjang
- LDH meningkat
- Serum asam urat dalam urine : meningkat
- Serum lysozym : meningkat terutama pada acut monosit dan myelosit leukemia.
- Serum tembaga : meningkat
- Serum Zinc : menurun
- Biopsi Bone Narrow: abnormal WBC lebih dari 50 %, lebih dari 60 % - 90 % blast sel,
- Chest X- Ray : Pembesaran hepar dan lien
- Lymp node biopsy : tampak pengecilan
D. Diagnose Keperawatan
1. Resiko tinggi terjadi infeksi s.d penurunan daya tahan tubuh, prosedur invasive, malnutrisi dan penyakit
kronis.
2. Resiko tinggi devisit cairan s.d kurang intake cairan, muntah, perdarahan, diare, demam
3. Nyeri s.d pembesaran organ intraabdominal, dan manifestasi dari kecemasan.
4. Keterbatasan aktivitas s.d kelemahan, penurunan cadangan energi, suplay oksigen yang tidak seimbang,
terapi isolasi.
5. Kurangnya pengetahuan tentang perjalanan penyakit, prognosis dan pengobatan s.d kurangnya informasi,
atau misinterprestasi.
E. Intervensi Keperawatan dan Rasional
Dx 1
- Tempatkan pada ruang khusus dan batasi pengunjung. Awasi pemberian buah dan sayyur segar.
R/ Untuk menjaga klien dari agent patogen yang dapat menyebabkan infeksi.
- Lakukan protap pencucian tangan bagi setiap orang yang kontak dengan klien
R/ Mencegah infeksi silang
- Monitor vital sign
R/ Progresive hipertermia sebagai pertanda infeksi atau demam sebagai efek dari pemakaian kemotherapi maupun tranfusi
- Cegah peningkatan suhu tubuh dengan cara pemberian cairan yang adekuat serta lakukan kompres hangat.
R/ Membantu menghilangkan demam yang dapat menimbulkan ketidak seimbamgan cairan tubuh, ketidak nyamanan serta komplikasi CNS.
- Lakukan pemeriksaan suara nafas dan batuk secara teratur.
R/ Mencegah sumbatan sekresi saluran pernafasan.
- Pegang klien dengan lembut dan linen tetap kering dan rapi.
R/ Mencegah eksoriasi.
- Jaga integritas kulit, luka yang terbuka dan kebersihan kulit dengan pembersih antibakteri.
R/ Untuk mencegah infeksi local. (Luka biasanya tidak bernanah akibat rendahnya kadar granulosit).
- Periksa mukosa mulut dan lakukan oral hygiene.
R/ Jaringan mukosa mulut merupakan medium bagi perkembangan bakteri.
- Jaga kebersihan kebersihan anus dan genital.
R/ Untuk mencegah terjadinya infeksi anal maupun genital
- Awasi istirahat dan pola tidur klien secara ketat.
R/ Untuk konservasi energi bagi perkembangan sel-sel klien.
- Berikan asupan makanan yang adekuat yang mengandung cairan serta protein tinggi.
R/ Untuk mempertahankan daya tahan tubuh klien dan keseimbangan cairan tubuh kien.
- Lakukan tindakan kolaborasi:
- Blood test count : WBC dan Neutrofil.
R/ Penurunan WBC merupakan kesimpulan dari proses penyakit dan efek samping dari pengobatan
kemoterapi
- Lakukan kulture
R/ Untuk mengetahui sensitivitas kuman.
- Pemberian antibiotik sesuai order
R/ Untuk mencegah infeksi
- Review serial X-Ray
R/ Indikator dari perkembangan kondisi klien.
- Berikan makanan yang memiliki resiko tinggi menimbulkan infeksi sperti yang sudah dimasak atau yang
sudah diproses secara higienes.
Dx 2
- Monitor intake dan out-put
R/ Penurunan volune cairan dapat menjadi prekusor kerusakan RBC sehingga dapat menimbulkan kerusakan tubulus ginjal dan terbentuknya batu ginjal.
- Tim bang berat badan setiap hari
R/ Untuk melakukan analisis tentang fungsi ginjal.
- Monitor Tensi dan frekwensi jantung.
R/ Perubahan dapat menjadi indikasi hipovolemia.
- Evaluasi turgor kulit, capiler refill, dan kondisi mukosa.
R/ Sebagai indicator status dehidrasi
- Perhatikan mukosa dari ptechie, ecchymosis, perdarahan gusi.
R/ Penekanan bone narrow dan produksi platelet yang rendah beresiko menimbulkan perdarahan yang tak terkontrol.
- Lakukan tindakan yang lembut untuk mencegah perlukaan seperti menggunakan sikat gigi yang lembut, kapas swab, lakukan tepid sponge, gunakan alat cukur elektrik.
R/ Jaringan yang lemah, dan mekanisme pembekuan yang abnormal sering menjadi penyebab perdarahan tak terkontrol.
- Kolaborasi:
- Lakukan pemasangan IV line
R/ Untuk mempertahankan kebutuhan cairan tubuh
- Monitor laboratorium Platelet, Hb/Ct, cloting.
R/ Jika platelet count < 20000/mm. Penurunan Hb/Hct dapat menimbulkan perdarahan
- Pemberian anti muntah
R/ Mencegah hilangnya cairan melalui muntahan.
- Pemberian Alluporinol
R/ Mencegah timbulnya nefropati
Dx 3
- Kaji keluhan nyeri dengan skala nyeri (0 – 10)
R/ Untuk mempermudah intervensi dan observasi terhadap
- Monitor vital sign dan kaji ekpresi nonverbal.
R/ Mengetahui efektivitas tindakan terhadap nyeri
- Jaga lingkungan agar tetap tenang
R/ Meningkatkan kesempatan istirahat dan memperbaiki koping mekanisme.
- Kurangi stimulasi yang meningkatkan stress.
- Letakkan pada posisi nyaman
R/ Mencegah rasa tidak nyaman pada persendian
- Lakukan perubahan posisi secara periodic
R/ Meningkatkan sirkulasi jaringan dan mobilitas sendi.
- Evaluasi koping mekanisme klien
R/ Untuk mengetahui kemampuan kontrol klien terhadap nyeri
- Kolaborasi:
- Kadar asam urat
- Pemberian analgetik
- Pemberian narkotik
- Antianxiety
Dx 4
- Kaji kelemahan tubuh klien dan ajak anak berpartisipasi untuk bermain.
R/ Mengkaji efek dari leukemia terutama pada fase pengobatan, sehingga perlu dianalisa perlu tidaknya bantuan.
- Berikan kesempatan istirahat dan tidur yang cukup
R/ Untuk menyimpan energi dan perbaikan sel
- Berikan makanan selingan yang cukup selama kemotherapi
- Kolaborasi:
- Antiemetik
- Berikan oksigen
Dx 5
- Berikan penjelasan tentang patologi leukemia, tindakan serta prognosenya.kepada keluarga
R/ Menyiapkan mental untuk tindakan menghadapi kasus yang diderita anaknya.
Langganan:
Postingan
(
Atom
)
Blog Archive
-
2016
(1)
- 09/18 - 09/25 (1)
-
2015
(10)
- 10/11 - 10/18 (1)
- 09/13 - 09/20 (1)
- 09/06 - 09/13 (1)
- 07/05 - 07/12 (1)
- 05/17 - 05/24 (6)
-
2014
(1)
- 04/13 - 04/20 (1)
-
2012
(770)
- 02/19 - 02/26 (5)
- 02/12 - 02/19 (10)
- 02/05 - 02/12 (4)
- 01/29 - 02/05 (27)
- 01/22 - 01/29 (88)
- 01/15 - 01/22 (101)
- 01/08 - 01/15 (169)
- 01/01 - 01/08 (366)
-
2011
(4478)
- 12/25 - 01/01 (336)
- 12/18 - 12/25 (62)
- 12/11 - 12/18 (70)
- 12/04 - 12/11 (77)
- 11/27 - 12/04 (40)
- 11/20 - 11/27 (67)
- 11/13 - 11/20 (198)
- 11/06 - 11/13 (187)
- 10/30 - 11/06 (340)
- 10/23 - 10/30 (32)
- 10/16 - 10/23 (109)
- 10/09 - 10/16 (80)
- 08/14 - 08/21 (75)
- 08/07 - 08/14 (81)
- 07/31 - 08/07 (82)
- 07/24 - 07/31 (66)
- 07/17 - 07/24 (91)
- 07/10 - 07/17 (47)
- 07/03 - 07/10 (44)
- 06/26 - 07/03 (53)
- 06/19 - 06/26 (59)
- 06/12 - 06/19 (47)
- 06/05 - 06/12 (65)
- 05/29 - 06/05 (63)
- 05/22 - 05/29 (77)
- 05/15 - 05/22 (115)
- 05/08 - 05/15 (65)
- 05/01 - 05/08 (104)
- 04/24 - 05/01 (45)
- 04/17 - 04/24 (70)
- 04/10 - 04/17 (134)
- 04/03 - 04/10 (72)
- 03/27 - 04/03 (18)
- 03/20 - 03/27 (47)
- 03/13 - 03/20 (68)
- 03/06 - 03/13 (40)
- 02/27 - 03/06 (56)
- 02/20 - 02/27 (77)
- 02/13 - 02/20 (76)
- 02/06 - 02/13 (198)
- 01/30 - 02/06 (194)
- 01/23 - 01/30 (132)
- 01/16 - 01/23 (196)
- 01/09 - 01/16 (202)
- 01/02 - 01/09 (121)
-
2010
(2535)
- 12/26 - 01/02 (156)
- 12/19 - 12/26 (65)
- 12/12 - 12/19 (73)
- 12/05 - 12/12 (84)
- 11/28 - 12/05 (80)
-
11/21 - 11/28
(68)
- Kiat mengatasi Stress dan Kegagalan saat menghadap...
- Bibir ini bagaikan ditepi cawan
- RSKB Multi Melliya Sari Payakumbuh
- Asuhan Keperawatan Kehamilan Normal
- Melindungi Akun Agar Tidak Mudah Dibobol
- Asuhan Keperawatan Gastritis
- Malaria
- Peran Tenaga Kesehatan Masyarakat Dalam Mengubah P...
- waspadai 4 penyebab migrain
- ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN LEUKEMIA
- ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI BARU LAHIR YANG SAKIT
- ASKEP ANAK ANEMIA
- Enaknya Ngapain Ya
- Asuhan Keperawatan Anak Dengan Kejang Demam (Febri...
- ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN STROKE HAEMOR...
- Peran Mineral Dalam Tubuh
- ASKEP FARINGITIS
- ASKEP CEDERA KEPALA
- Protein Dalam Tubuh
- Virginia Henderson
- Asuhan Keperawatan Penyakit Jantung Koroner PJK
- Asuhan Keperawatan CHF
- Asuhan Keperawatan dengan Hipertensi
- Asuhan Keperawatan Impetigo
- Asuhan Keperawatan Urtikaria
- Pisang Vs Virus HIV
- Sinta dan Jojo Dilirik Produk Handphone
- Imogene King
- Asuhan Keperawatan HIV/AIDS
- Diagnosa Keperawatan Keluarga
- Asuhan Keperawatan HIV AIDS
- Asuhan Keperawatan Bayi Baru Lahir
- Sinonim Perawat di berbagai penjuru dunia
- Aneka Khasiat Bunga Sedap Malam
- Hipokalemia (kadar kalium yang rendah dalam darah)
- Belajar dari Kasus Prita dan Rumah Sakit Omni part I
- Atasi Hipertensi Dengan Bawang Putih
- Hati-Hati Maraknya Penculikan Organ
- Chatting Menggunakan CMD
- 6 Makanan untuk Perbaiki Mood
- Penerapan Ergonomi di Rumah Sakit
- Akhirnya ejakulasi dini serta impotensi tanpa hasil
- OBAT TERKILIR/ANALGESIK & ANTIINFLAMASI TOPIKAL
- Makanan Penderita Flu dan Diare
- Ketika Bercinta Tak Butuh Pemanasan
- Menyongsong Lebaran dengan Tetap Fit Berpuasa
- Sehat karena Air Leri dan Jalan Pagi
- Belajar dari Kasus Prita dan Rumah Sakit Omni part II
- Konsep Dasar Asuhan Kebidanan
- Belajar dari Kasus Prita dan Rumah Sakit Omni part...
- Helen Erickson
- Menghadapi Tes Wawancara
- Trend Keperawatan Maternitas
- Bagaimana Praktek Keperawatan Mandiri
- Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Ibu dalam Masa ...
- Dengarkanlah wahai sahabat
- masih menunggu ijasah
- Epica-Kingdom Of Heaven A New Age Dawns Pt. V
- Epica-Illusive Consensus
- Epica-Higher High
- Epica-Force Of The Shore
- Epica-Fools Of Damnation The Embrace That Smothers...
- Epica-Design Your Universe A New Age Dawns Pt. Vi
- PROMOSI KESEHATAN
- Ooforektomi dan Salpingooforektomi
- Lingkup Praktek Keperawatan Medical Bedah
- Konsep Dasar Dokumentasi Diagnosa Keperawatan
- Issue dan Trend Keperawatan Maternitas
- 11/14 - 11/21 (63)
- 11/07 - 11/14 (50)
- 10/31 - 11/07 (50)
- 10/24 - 10/31 (36)
- 10/17 - 10/24 (58)
- 10/10 - 10/17 (35)
- 10/03 - 10/10 (31)
- 09/26 - 10/03 (21)
- 09/19 - 09/26 (26)
- 09/12 - 09/19 (55)
- 09/05 - 09/12 (65)
- 08/29 - 09/05 (33)
- 08/22 - 08/29 (70)
- 08/15 - 08/22 (45)
- 08/08 - 08/15 (35)
- 08/01 - 08/08 (37)
- 07/25 - 08/01 (27)
- 07/18 - 07/25 (19)
- 07/11 - 07/18 (30)
- 07/04 - 07/11 (56)
- 06/27 - 07/04 (28)
- 06/20 - 06/27 (22)
- 06/13 - 06/20 (30)
- 06/06 - 06/13 (21)
- 05/30 - 06/06 (5)
- 05/16 - 05/23 (6)
- 05/09 - 05/16 (29)
- 05/02 - 05/09 (59)
- 04/25 - 05/02 (28)
- 04/18 - 04/25 (38)
- 04/11 - 04/18 (70)
- 04/04 - 04/11 (59)
- 03/28 - 04/04 (65)
- 03/21 - 03/28 (89)
- 03/14 - 03/21 (218)
- 03/07 - 03/14 (95)
- 02/28 - 03/07 (135)
- 02/21 - 02/28 (102)
- 01/03 - 01/10 (68)
-
2009
(1652)
- 12/27 - 01/03 (36)
- 12/20 - 12/27 (22)
- 12/13 - 12/20 (100)
- 12/06 - 12/13 (45)
- 11/29 - 12/06 (24)
- 11/22 - 11/29 (22)
- 11/15 - 11/22 (19)
- 11/08 - 11/15 (28)
- 11/01 - 11/08 (11)
- 10/25 - 11/01 (17)
- 10/18 - 10/25 (38)
- 10/11 - 10/18 (33)
- 10/04 - 10/11 (15)
- 09/27 - 10/04 (21)
- 09/20 - 09/27 (7)
- 09/13 - 09/20 (84)
- 09/06 - 09/13 (35)
- 08/30 - 09/06 (48)
- 08/23 - 08/30 (118)
- 08/16 - 08/23 (26)
- 08/09 - 08/16 (34)
- 08/02 - 08/09 (35)
- 07/26 - 08/02 (31)
- 07/19 - 07/26 (14)
- 07/12 - 07/19 (16)
- 07/05 - 07/12 (28)
- 06/28 - 07/05 (26)
- 06/21 - 06/28 (76)
- 06/14 - 06/21 (26)
- 06/07 - 06/14 (21)
- 05/31 - 06/07 (43)
- 05/24 - 05/31 (38)
- 05/17 - 05/24 (26)
- 05/10 - 05/17 (52)
- 05/03 - 05/10 (15)
- 04/26 - 05/03 (38)
- 04/19 - 04/26 (32)
- 04/12 - 04/19 (22)
- 04/05 - 04/12 (20)
- 03/29 - 04/05 (40)
- 03/22 - 03/29 (43)
- 03/15 - 03/22 (18)
- 03/08 - 03/15 (14)
- 03/01 - 03/08 (22)
- 02/22 - 03/01 (12)
- 02/15 - 02/22 (9)
- 02/08 - 02/15 (11)
- 02/01 - 02/08 (19)
- 01/25 - 02/01 (37)
- 01/18 - 01/25 (21)
- 01/11 - 01/18 (33)
- 01/04 - 01/11 (31)
-
2008
(700)
- 12/28 - 01/04 (13)
- 12/21 - 12/28 (9)
- 12/14 - 12/21 (57)
- 12/07 - 12/14 (5)
- 11/30 - 12/07 (18)
- 11/23 - 11/30 (33)
- 11/16 - 11/23 (31)
- 11/09 - 11/16 (23)
- 11/02 - 11/09 (18)
- 10/26 - 11/02 (11)
- 10/19 - 10/26 (15)
- 10/12 - 10/19 (13)
- 10/05 - 10/12 (25)
- 09/28 - 10/05 (2)
- 09/21 - 09/28 (14)
- 09/14 - 09/21 (19)
- 09/07 - 09/14 (43)
- 08/31 - 09/07 (3)
- 08/24 - 08/31 (33)
- 08/17 - 08/24 (65)
- 08/10 - 08/17 (4)
- 08/03 - 08/10 (26)
- 07/27 - 08/03 (6)
- 07/20 - 07/27 (19)
- 07/13 - 07/20 (18)
- 07/06 - 07/13 (60)
- 06/29 - 07/06 (53)
- 06/22 - 06/29 (49)
- 06/15 - 06/22 (11)
- 06/08 - 06/15 (4)
Popular Posts
-
ASUHAN KEPERAWATAN IBU NIFAS DENGAN PERDARAHAN POST PARTUM A. PengertianPost partum / puerperium adalah masa dimana tubuh menyesuaikan, baik...
-
KTI KEBIDANAN HUBUNGAN USIA TERHADAP PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSUD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan wanita merupakan hal yang s...
-
Setelah beberapa minggu ini cari materi buat postingan baru, mendadak dapat inspirasi setelah rekan Anton Wijaya menulis di buku tamu Keper...
-
PATHWAY ASFIKSIA NEONATORUM Klik pada gambar untuk melihat pathway Download Pathway Asfiksia Neonatorum Via Ziddu Download Askep Asfiksia N...
-
DEFINISI Ikterus ialah suatu gejala yang perlu mendapat perhatian sungguh-sungguh pada neonatus. Ikterus ialah suatu diskolorasi kuning pa...
-
Metode Kalender atau Pantang Berkala (Calendar Method Or Periodic Abstinence) Pendahuluan Metode kalender atau pantang berkala merupakan met...
-
Pathway Combustio Klik Pada Gambar Untuk melihat pathway Download Pathway Combustio Via Ziddu Tag: Pathways combustio , pathways luka baka...
-
Pathway Hematemesis Melena Klik pada gambar untuk melihat pathway Download Pathway Hematemesis Melena Via Ziddu
-
PROSES KEPERAWATAN KOMUNITAS Pengertian - Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan, merencana...
-
Metode Suhu Basal Tubuh (Basal Body Temperature Method) Suhu tubuh basal adalah suhu terendah yang dicapai oleh tubuh selama istirahat atau ...
© ASUHAN KEPERAWATAN 2013 . Powered by Bootstrap , Blogger templates and RWD Testing Tool Published..Gooyaabi Templates