Jumat, 11 Juni 2010
Konsep Dasar ISPA
KONSEP DASAR ISPA
A. Pengertian
ISPA adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan infeksi jasad remik atau bakteri, virus maupun rikitsia tanpa atau disertai radang parenkim paru. ( Vietha, 2009 )
ISPA adalah suatu tanda dan gejala akut akibat infeksi yang terjadi pada setiap bagian saluran pernafasan baik atas maupun bawah yang disebabkan oleh jasad remik atau bakteri, virus maupun riketsin tanpa atau disetai radang dari parenkim. ( Whaley dan Wong, 2000 )
B. Menurut Depkes ( 2002 ), klasifikasi dari ISPA adalah :
1. Ringan ( buka pneumonia )
Batuk tanpa pernafasan cepat / kurang dari 40 kali / menit, hidung tersumbat / berair, tenggorokan merah, telingan berair.
2. Sedang ( pneumonia )
Batuk dan nafas cepat tanpa stridor, gendang telinga merah, dari telinga keluar cairan kurang dari 2 minggu. Faringitis purulen dengan pembesaran kelenjar limfe yang nyeri tekan ( adentis servikal ).
3. Berat ( pneumonia )
Batuk dengan nafas berat, cepat dan stridor, membran keabuan di taring, kejang, apnea, dehidrasi berat / tidur terus, tidak ada sianosis.
4. Sangat Berat
Batuk dengan nafas berat, cepat, stridor, dan sianosis serta tidak minum.
C. Etiologi
Menurut Vietha ( 2009 ), etiologi ISPA adalah lebih dari 200 jenis bakteri, virus dan jamur. Bakteri penyebabnya antara lain genus streptococus, Stafilococus, hemafilus, bordetella, hokinebacterium. Virus penyebabnya antara lain golongan mikrovirus, adnovirus, dan virus yang paling sering menjadi penyebab ISPA di influensa yang di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung. Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak – anak di bawah usia 2 tahun yang kecepatan tubuhnya lemah atau belum sempurna. Peralihan musim kemarau ke musim hujan juga menumbulkan resiko serangan ISPA. Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontrubusi terhadap kejadian ISPA pada anak adalah rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya senetasi lingkungan.
1. ISPA atas : Rinovirus, coronavirus, adenovirus, enterovirus, ( virus utama ).
bawah : Parainfluenza, 123 coronavirus,adenovirus ( Virus Utama ).
2. Bakteri utama : Steptococus, pneumonia, hemapholus, influenza, staphylococus aureus.
3. Pada neonotus dan bayi muda : Chalmedia tachomatis.
Pada anak usia sekolah : Mycoplasma pneumonia.
Infeksi saluran perafasan akut merupakan kelompok penyakit yang komplek dan heterogen, yang disebabkan oleh berbagai etiologi. Kebanyakan infeksi saluran pernafasan akut disebabkan oleh virus dan mikroplasma, untuk golongan virus penyebab ISPA antara lain golongan miksovirus ( termasuk di dalamnya virus para influenza ) merupakan penyebab terbesar dari sindroma batuk rejan, bronkiokitis, dan penyakit demam saluran nafas bagian atas, untuk virus influenza bukan penyebab terbesar terjadinya sindroma saluran pernafasan kecuali hanya epidemi – epidemi saja. Pada bayi dan anak, virus – virus merupakan terjadinya lebih banyak penyakit saluran nafas bagian atas dari pada saluran nafas bagian bawah. ( Fuad, Ahmad, 2008 )
D. Menurut Vietha ( 2009 ), tanda dan gejala dari ISPA adalah :
1. Pilek biasa
2. Keluar sekret cair dan jernih dari hidung.
3. Kadang bersi – bersin.
4. Sakit tenggorokan.
5. Batuk.
6. Sakit kepala
7. Skret menjadi kental.
8. Demam.
9. Neusea.
10. Muntah.
11. Anoreksia
Sebagian besar anak dengan infeksi saluran pernafasan bagian atas memberikan gejala yang sangat penting yaitu batuk. Infeksi saluran nafas bagian bawah memberikan beberapa tanda lainnya seperti nafas yang cepat dan retratesi dada. Selain batuk gejala ISPA pada anak juga dapat dikenali yaitu flu, demam, dan suhu tubuh anak meningkat lebih dari 38,5 ○C dan disetai sesak nafas. Menurut derajat keparahannya, ISPA dapat dibagi menjadi 3 golongan yaitu : ISPA ringan ( bukan pneumonia ), ISPA sedang ( pneumonia ) dan ISPA berat ( pneumonia berat ). Kusus untuk bayi di bawah 2 bulan, hanya dikenal ISPA berat dan ISPA ringan ( tidak ada ISPA sedang ). Batasan ISPA berat untuk bayi kurang dari 2 bulan adalah bik frekuensi nafasnya sepat ( 60 kali / menit ) atau adanya tarikan dinding dada yang kuat. Pada dasarnya ISPA ringan dapat berkembang menjadi ISPA sedang / ISPA berat jika keadaan memungkinkan misalnya pasien kurang mendapat perawatan / daya tahan tubuh pasien sangat kurang. Gejala ISPA ringan dapat dengan mudah diketahui orang awam sedangkan ISPA sedang dan berat memerlukan beberapa pengamatan sederhana. ( Yasir, 2009 )
E. Pathofisiologi ISPA
Masuknya kuman atau virus ke dalam tubuh melalui sistem pernafasan mengakibatkan terjadinya reaksi antigen dan antibody pada salah satu tempat tertentu di saluran nafas bagian atas. Reaksi tersebut berupa reaksi radang, sehingga banyak sekali dihasilkannya mukus seteret, dari reaksi radang tersebut akan merangsang interleukin 1 yang berupa pengeluaran mediator kima berupa prostaglandin, hal tersebut akan menggeser sel point pada hipotalamus posterior yang mengakibatkan tubuh menggigil dan demam. Reaksi tersebut disebut dengan comoon cold. Respon batuk akan muncul seiring dengan terangsangnya villi – villi saluran pernafasan akibat adanya mukus. ( Khaidirmuhaj, 2008 )
Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi menjadi 3 tahap yaitu :
1. Tahap prepatogenisis : penyebab ada, tetapi belum menunjukan reaksi apa- apa.
2. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa tubuh menjadi lemah apabila kedaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.
3. Tahap dini penyakit : Mulai dari munculnya gejala penyakit dibagi menjadi 4 yaitu dapat tumbuh sempurna, sembuh dengan atelektatis, menjadi teronis dengan meninggal akibat pneumonia. ( Vietha, 2009 )
F. Pathway
( Nanda, 2007 )
( Khaidirmuhaj, 2008 )
G. Komplikasi ISPA
ISPA ( saluran pernafasan akut sebenarnya merupakan self limited disease yang sembuh sendiri dalam 5 – 6 hari jika tidak terjadi invasi kuman lain, tetapi penyakit ISPA yang tidak mendapatkan pengobatan dan perawatan yang baik dapat menimbulkan penyakit seperti : semusitis paranosal, penutuban tuba eustachii, lanyingitis, tracheitis, bronchtis, dan brhonco pneumonia dan berlanjut pada kematian karena danya sepsis yang meluas.
( Whaley and Wong, 2000 )
H. Menurut Semltzer ( 2001 ), penatalaksanaan dari ISPA adalah
1. Medis.
a. Diet cair dan lunak selama tahap akut.
b. Untuk mengontrol infeksi, memulihkan kondisi mukos yang antiboitik, misal amoxilin, ampixilin.
c. Antistetik topikal sepertilidokain, orabase atau diklorin memberikan tindakan peredaan nyeri oral.
2. Keperawatan.
a. Penyuluhan pada pasien tentang cara memutus infeksi.
b. Meningkatkan masukan cairan.
c. Menginstruksikan pada pasien untuk meningkatkan drainase seperti antalasi uap.
I. Konsep Tumbuh Kembang
Menurut Piaget tahap praoperasional ( umur 2 – 7 tahun ) dengan perkembangan kemampuan sebagai berikut anak belum mampu mengorganisasikan apa yang dipikirkan melalui tindakan dalam pikiran anak, perkembangan anak masih bersifat egosentrik seperti dalam penelitian piaget anak selalu menunjukan egosentrik seperti anak akan memilih sesuatu atau ukuran yang besar walaupun isi sedikit. Masa ini sifat pikiran bersifat transduktif menganggap semuanya sama, seperti seorang pria di keluarga adalah ayah maka semua pria adalah ayah, pikiran yang kedua adalah pikiran animisme selalu memperhatikan adanya benda mati, seperti apabila anak terbentur benda mati maka anak akan memukulnya kearah benda tersebut.
Menurut Freud perkembangan psikosexual anak tahap oedipal / phalik terjadi pada umur 3 – 5 tahun dengan perkembangan sebagai berikut kepuasan pada anak terletak pada rangsangan autoerotic yaitu meraba – raba, merasakan kenikmatan dari beberapa daerah erogenya, suka pada lain jenis. Anak laki – laki cenderung suka pada ibunya dan demikian sebaliknya anak perempuan senang pada ayahnya.
Menurut Erikson perkembangan psikososial anak tahap inisiatif rasa bersalah terjadi pada umur 4 - 6 tahun ( prasekolah ) dengan perkembangan sebagai berikut akan akan mulai inisiatif dalam belajar mencari pengalman baru secara aktif dalam melakukan aktifitasnya dan apabila pada tahap ini anak dilarang atau dicegah maka akan tumbuh perasaan bersalah pada diri anak. ( Hidayat, 2005 )
J. Menurut Whaley and Wong ( 2000 ), fokus pengkajian dari ISPA sebagai berikut :
1. Keluhan utama ( demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan )
2. Riwayat penyakit seseorang ( kondisi klien saat diperiksa )
3. Riwayat penyakit dahulu ( apakah klien pernah mengalami penyakit seperti yang dialaminya sekarang ).
4. Riwayat penyakit keluarga ( adakah anggota keluarga yang pernah mengalami sakit seperti penyakit klien ).
5. Riwayat sosial ( lingkungan tempat tinggal klien ).
a. Inspeksi
1. Membran mukosa hidung – faring tampak kemerahan
2. Tansil tampak kemerahan dan edema
3. Tampak baluk tidak produktif.
4. Tidak ada jaringan parat pada leher.
5. Tidak tampak penggunaan otot-otot pernapasan tambahan
6. Pernapasan cuping hidung
b. Palpasi
1. Adanya demam
2. Teraba adanya pembesaran kelenjarlimfe pada daerah leher / nyeri tekan pada nodus limfe servikalis.
3. Tidak teraba adanya pembesaran ke;enjar limfoid.
c. Perkusi
Suara paru normal ( resonansi ).
d. Auskaltasi
Suara napas vasikuler / tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru.
K. Fokus Intervensi
1. Hipertermi b.d proses infeksi ( hidung dan tenggorokan )
Tujuan : Suhu tubuh normal berkisar antara 36 ○C – 37 ○C
KH : Suhu tubuh dalam rentan normal, nadi ( 70 – 110 x / menit ) dan RR ( 15 – 30 x / menit ) dalam rentan normal, tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing serta merasa nyaman.
Intervensi :
a. Observasi tanda – tanda vital
Rasional : pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan perkembangan perawatan selanjutnya.
b. Anjurkan pada klien ( keluarga untuk melakuakan kompres dingin air biasa / air keran pada kepala / axial.
Rasional : dengan memberikan kompres maka akan terjadi proses kondisi / perpindahan panas dengan bahan perantara.
c. Anjurkan pada klien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan yang dapat menyerap keringat seperti terbuat dari katun.
Rasional : proses hilangnya panas akan terhilangi untuk pakaian yang tebal dan tidak akan menyerap keringat.
d. Atur sirkulasi udara.
Rasional : penyediaan udara bersih.
e. Anjurkan klien untuk minum banyak ± 2000 – 2500 ml / hari.
Rasional : kebutuhan cairan meningkat karena penguapan tubuh meningkat.
f. Anjurkan klien untuk istirahat di tempat tidur selama fase febris penyakit.
Rasional : tirah baring untuk mengurangi metaboloisme dan panas.
g. Kolaborasi dengan dokter dalam memberikan therapy obat antinicrobial antipiresika.
Rasional : untuk mengontrol infeksi pernafasan, penurunan panas.
h. Monitor input dan output.
Rasional : mengetahui keseimbangan antara input dan output.
i. Monitor IWL.
Rasional : mengetahui jumlah cairan yang hilang.
j. Monitor penurunan kesadaran.
Rasional : mengetahui tingkat kesadaran klien.
( Nanda, 2007 : 180 )
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia.
Tujuan : tidak terjadi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
KH : a. Klien dapat mencapai BB yang direncanakan mengarah kepada BB normal.
b. klien dapat mentoleransi diet yang dianjurkan.
c. tidak menunjukan tanda malnutrisi.
Intevensi :
a. Kaji kebiasaan diet, input – output dan timbang BB tiap hari.
Rasional : berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun kebutuhan BB dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi.
b. Berikan makan porsi kecil tapi sering dan dalam keadaan hangat.
Rasional : untuk menjamin nutrisi adekuat / meningkatkan kalori total.
c. Tingkat tirah baring.
Rasional : untuk mengurangi kebutuhan metabolic.
d. Kolaborasi konsultasi ahli gizi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan klien.
Rasional : metode makan dan kebutuhan kalori didasarkan pada situasi / kebutuhan individu untuk memberikan nutrisi maksimal.
e. Anjurkan klien untuk meningkatkan protein dan vitamin C.
Rasional : memenuhi kebutuhan nutrient pada klien.
f. Motivasi klien untuk makan demi kesembuhan dan penyakitnya.
Rasional : memotivasi kliennya agar mau makan.
g. Anjurkan pada klien untuk meningkatkan intake Fe
Rasional : memenuhi kebutuhan zat besi pada klien.
h. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori.
Rasional : mengetahhui jumlah nutrisi yang dikonsumsi oleh klien.
i. Menganjurkan menjaga kebersihan mulut ( dengan gosok gigi ).
Rasional : memberikan rasa nyaman pada klien dan mengurangi bau mulut.
( Nanda, 2007 : 182 )
3. Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil.
Tujuan : nyeri berkurang / terkontrol.
KH : mampu mengontrol nyeri, melaporkan bahwa nyeri berkurang, klien mampu mengenali nyeri, klien merasa nyaman.
a. Kaji keluhan nyeri, catat intensitasnya ( adanya skala 0 – 10 ) faktor pemburuk atau meredakan lokasinya, lamanya.
Rasional : identifikasi karakteristik nyeri dan faktor yang berhubungan merupakan suatu hal yang sangat penting untuk memilih intervensi yang cocok dan mengevaluasi keefektifan terapi yang diberikan..
b. Anjurkan pasien untuk menghindari allergen / iritasi terhadap debu, bahan kimia, asap, rokok, dan meminimalkan berbicara bila suara serak.
Rasional : mengurangi bertambah beratnya penyakit.
c. Anjurkan untuk kumur air garam.
Rasional : meningkatkan sikulasi pada daerah tenggorokan serta mengurangi nyeri tenggorokan.
d. Kolaborasi dalam memberikan obat susuai indikasi ( steroid oral, IV dan inhalasi ).
Rasional : kortikosikoid digunakan untuk mencegah reaksi allergen / menghambat pengeluaran vitamin dalam inflamasi pernafasan.
e. Gunakan teknik komunikasi terapiutik maka klien akan menceritakan pengalaman tentang nyeri.
Rasional : dengan komunikasi terapiutik maka klien akan menceritakan penglaman tenntang nyeri.
f. Observasi reaksi nonverbal dan ketidakmampuan.
Rasional : agar mengetahui tingkat ketidaknyamanan klien.
g. Evaluasi pengalaman nyeri masa lalu.
Rasional : untuk membedakan pengalaman klien tentang nyeri.
h. Kurangi faktor prepitasi nyeri.
Rasional : agar klien merasa nyaman dan rilexs serta mengurangi rasa nyeri.
i. Tingkatkan istirahat.
Rasional : obat dapat menghilangkan rasa nyeri.
( Dongoes, 2000 : 205 )
Daftar Pustaka
A. Aziz Alimul Hidayat, 2005, Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I, Jakarta : Salemba Medika.
Bare & Smeltzer, 2001, Buku Saku Diagnosa Keperawatan Medikal Bedah. EGC. Jakarta.
Depkes 2002, Etiologi ISPA dan Pneumonia litbang.depkes.co.id,online,2002 Akses : 16 Juli 2009.
Dongoes, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC.
Fuad, Ahmad, 2008, Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( ISPA ),Fuafbahsin.wordpress.com, online 25 Desember 2008, Akses : 16 Juli 2009.
Nanda, 2007 – 2008, Diagnosa Nanda ( NIC dan NOC ) Disertai Dengan Discharge Planning. Jakarta.
Khadirmunaj. 2008, Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( ISPA ),Khadirmunaj.blogspot.com, online : 2008. Akses : 16 Juli 2009.
Vietha, 2009, Pengertian ISPA dan ASKEP,Viethanurse.wordpress.com,online : 2004, Akses : 16 Juli 2009.
Whaley and Wong, 2000, Nursing care of Intant And Chlidren, Mosby, Inc.
Yasir, 2009, Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( ISPA ),Yasirblogspot.com,online : 20 April 2009, Akses : 27 Juli 2009.
posted by : gayuh
Read More
A. Pengertian
ISPA adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan infeksi jasad remik atau bakteri, virus maupun rikitsia tanpa atau disertai radang parenkim paru. ( Vietha, 2009 )
ISPA adalah suatu tanda dan gejala akut akibat infeksi yang terjadi pada setiap bagian saluran pernafasan baik atas maupun bawah yang disebabkan oleh jasad remik atau bakteri, virus maupun riketsin tanpa atau disetai radang dari parenkim. ( Whaley dan Wong, 2000 )
B. Menurut Depkes ( 2002 ), klasifikasi dari ISPA adalah :
1. Ringan ( buka pneumonia )
Batuk tanpa pernafasan cepat / kurang dari 40 kali / menit, hidung tersumbat / berair, tenggorokan merah, telingan berair.
2. Sedang ( pneumonia )
Batuk dan nafas cepat tanpa stridor, gendang telinga merah, dari telinga keluar cairan kurang dari 2 minggu. Faringitis purulen dengan pembesaran kelenjar limfe yang nyeri tekan ( adentis servikal ).
3. Berat ( pneumonia )
Batuk dengan nafas berat, cepat dan stridor, membran keabuan di taring, kejang, apnea, dehidrasi berat / tidur terus, tidak ada sianosis.
4. Sangat Berat
Batuk dengan nafas berat, cepat, stridor, dan sianosis serta tidak minum.
C. Etiologi
Menurut Vietha ( 2009 ), etiologi ISPA adalah lebih dari 200 jenis bakteri, virus dan jamur. Bakteri penyebabnya antara lain genus streptococus, Stafilococus, hemafilus, bordetella, hokinebacterium. Virus penyebabnya antara lain golongan mikrovirus, adnovirus, dan virus yang paling sering menjadi penyebab ISPA di influensa yang di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung. Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak – anak di bawah usia 2 tahun yang kecepatan tubuhnya lemah atau belum sempurna. Peralihan musim kemarau ke musim hujan juga menumbulkan resiko serangan ISPA. Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontrubusi terhadap kejadian ISPA pada anak adalah rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya senetasi lingkungan.
1. ISPA atas : Rinovirus, coronavirus, adenovirus, enterovirus, ( virus utama ).
bawah : Parainfluenza, 123 coronavirus,adenovirus ( Virus Utama ).
2. Bakteri utama : Steptococus, pneumonia, hemapholus, influenza, staphylococus aureus.
3. Pada neonotus dan bayi muda : Chalmedia tachomatis.
Pada anak usia sekolah : Mycoplasma pneumonia.
Infeksi saluran perafasan akut merupakan kelompok penyakit yang komplek dan heterogen, yang disebabkan oleh berbagai etiologi. Kebanyakan infeksi saluran pernafasan akut disebabkan oleh virus dan mikroplasma, untuk golongan virus penyebab ISPA antara lain golongan miksovirus ( termasuk di dalamnya virus para influenza ) merupakan penyebab terbesar dari sindroma batuk rejan, bronkiokitis, dan penyakit demam saluran nafas bagian atas, untuk virus influenza bukan penyebab terbesar terjadinya sindroma saluran pernafasan kecuali hanya epidemi – epidemi saja. Pada bayi dan anak, virus – virus merupakan terjadinya lebih banyak penyakit saluran nafas bagian atas dari pada saluran nafas bagian bawah. ( Fuad, Ahmad, 2008 )
D. Menurut Vietha ( 2009 ), tanda dan gejala dari ISPA adalah :
1. Pilek biasa
2. Keluar sekret cair dan jernih dari hidung.
3. Kadang bersi – bersin.
4. Sakit tenggorokan.
5. Batuk.
6. Sakit kepala
7. Skret menjadi kental.
8. Demam.
9. Neusea.
10. Muntah.
11. Anoreksia
Sebagian besar anak dengan infeksi saluran pernafasan bagian atas memberikan gejala yang sangat penting yaitu batuk. Infeksi saluran nafas bagian bawah memberikan beberapa tanda lainnya seperti nafas yang cepat dan retratesi dada. Selain batuk gejala ISPA pada anak juga dapat dikenali yaitu flu, demam, dan suhu tubuh anak meningkat lebih dari 38,5 ○C dan disetai sesak nafas. Menurut derajat keparahannya, ISPA dapat dibagi menjadi 3 golongan yaitu : ISPA ringan ( bukan pneumonia ), ISPA sedang ( pneumonia ) dan ISPA berat ( pneumonia berat ). Kusus untuk bayi di bawah 2 bulan, hanya dikenal ISPA berat dan ISPA ringan ( tidak ada ISPA sedang ). Batasan ISPA berat untuk bayi kurang dari 2 bulan adalah bik frekuensi nafasnya sepat ( 60 kali / menit ) atau adanya tarikan dinding dada yang kuat. Pada dasarnya ISPA ringan dapat berkembang menjadi ISPA sedang / ISPA berat jika keadaan memungkinkan misalnya pasien kurang mendapat perawatan / daya tahan tubuh pasien sangat kurang. Gejala ISPA ringan dapat dengan mudah diketahui orang awam sedangkan ISPA sedang dan berat memerlukan beberapa pengamatan sederhana. ( Yasir, 2009 )
E. Pathofisiologi ISPA
Masuknya kuman atau virus ke dalam tubuh melalui sistem pernafasan mengakibatkan terjadinya reaksi antigen dan antibody pada salah satu tempat tertentu di saluran nafas bagian atas. Reaksi tersebut berupa reaksi radang, sehingga banyak sekali dihasilkannya mukus seteret, dari reaksi radang tersebut akan merangsang interleukin 1 yang berupa pengeluaran mediator kima berupa prostaglandin, hal tersebut akan menggeser sel point pada hipotalamus posterior yang mengakibatkan tubuh menggigil dan demam. Reaksi tersebut disebut dengan comoon cold. Respon batuk akan muncul seiring dengan terangsangnya villi – villi saluran pernafasan akibat adanya mukus. ( Khaidirmuhaj, 2008 )
Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi menjadi 3 tahap yaitu :
1. Tahap prepatogenisis : penyebab ada, tetapi belum menunjukan reaksi apa- apa.
2. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa tubuh menjadi lemah apabila kedaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.
3. Tahap dini penyakit : Mulai dari munculnya gejala penyakit dibagi menjadi 4 yaitu dapat tumbuh sempurna, sembuh dengan atelektatis, menjadi teronis dengan meninggal akibat pneumonia. ( Vietha, 2009 )
F. Pathway
( Nanda, 2007 )
( Khaidirmuhaj, 2008 )
G. Komplikasi ISPA
ISPA ( saluran pernafasan akut sebenarnya merupakan self limited disease yang sembuh sendiri dalam 5 – 6 hari jika tidak terjadi invasi kuman lain, tetapi penyakit ISPA yang tidak mendapatkan pengobatan dan perawatan yang baik dapat menimbulkan penyakit seperti : semusitis paranosal, penutuban tuba eustachii, lanyingitis, tracheitis, bronchtis, dan brhonco pneumonia dan berlanjut pada kematian karena danya sepsis yang meluas.
( Whaley and Wong, 2000 )
H. Menurut Semltzer ( 2001 ), penatalaksanaan dari ISPA adalah
1. Medis.
a. Diet cair dan lunak selama tahap akut.
b. Untuk mengontrol infeksi, memulihkan kondisi mukos yang antiboitik, misal amoxilin, ampixilin.
c. Antistetik topikal sepertilidokain, orabase atau diklorin memberikan tindakan peredaan nyeri oral.
2. Keperawatan.
a. Penyuluhan pada pasien tentang cara memutus infeksi.
b. Meningkatkan masukan cairan.
c. Menginstruksikan pada pasien untuk meningkatkan drainase seperti antalasi uap.
I. Konsep Tumbuh Kembang
Menurut Piaget tahap praoperasional ( umur 2 – 7 tahun ) dengan perkembangan kemampuan sebagai berikut anak belum mampu mengorganisasikan apa yang dipikirkan melalui tindakan dalam pikiran anak, perkembangan anak masih bersifat egosentrik seperti dalam penelitian piaget anak selalu menunjukan egosentrik seperti anak akan memilih sesuatu atau ukuran yang besar walaupun isi sedikit. Masa ini sifat pikiran bersifat transduktif menganggap semuanya sama, seperti seorang pria di keluarga adalah ayah maka semua pria adalah ayah, pikiran yang kedua adalah pikiran animisme selalu memperhatikan adanya benda mati, seperti apabila anak terbentur benda mati maka anak akan memukulnya kearah benda tersebut.
Menurut Freud perkembangan psikosexual anak tahap oedipal / phalik terjadi pada umur 3 – 5 tahun dengan perkembangan sebagai berikut kepuasan pada anak terletak pada rangsangan autoerotic yaitu meraba – raba, merasakan kenikmatan dari beberapa daerah erogenya, suka pada lain jenis. Anak laki – laki cenderung suka pada ibunya dan demikian sebaliknya anak perempuan senang pada ayahnya.
Menurut Erikson perkembangan psikososial anak tahap inisiatif rasa bersalah terjadi pada umur 4 - 6 tahun ( prasekolah ) dengan perkembangan sebagai berikut akan akan mulai inisiatif dalam belajar mencari pengalman baru secara aktif dalam melakukan aktifitasnya dan apabila pada tahap ini anak dilarang atau dicegah maka akan tumbuh perasaan bersalah pada diri anak. ( Hidayat, 2005 )
J. Menurut Whaley and Wong ( 2000 ), fokus pengkajian dari ISPA sebagai berikut :
1. Keluhan utama ( demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan )
2. Riwayat penyakit seseorang ( kondisi klien saat diperiksa )
3. Riwayat penyakit dahulu ( apakah klien pernah mengalami penyakit seperti yang dialaminya sekarang ).
4. Riwayat penyakit keluarga ( adakah anggota keluarga yang pernah mengalami sakit seperti penyakit klien ).
5. Riwayat sosial ( lingkungan tempat tinggal klien ).
a. Inspeksi
1. Membran mukosa hidung – faring tampak kemerahan
2. Tansil tampak kemerahan dan edema
3. Tampak baluk tidak produktif.
4. Tidak ada jaringan parat pada leher.
5. Tidak tampak penggunaan otot-otot pernapasan tambahan
6. Pernapasan cuping hidung
b. Palpasi
1. Adanya demam
2. Teraba adanya pembesaran kelenjarlimfe pada daerah leher / nyeri tekan pada nodus limfe servikalis.
3. Tidak teraba adanya pembesaran ke;enjar limfoid.
c. Perkusi
Suara paru normal ( resonansi ).
d. Auskaltasi
Suara napas vasikuler / tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru.
K. Fokus Intervensi
1. Hipertermi b.d proses infeksi ( hidung dan tenggorokan )
Tujuan : Suhu tubuh normal berkisar antara 36 ○C – 37 ○C
KH : Suhu tubuh dalam rentan normal, nadi ( 70 – 110 x / menit ) dan RR ( 15 – 30 x / menit ) dalam rentan normal, tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing serta merasa nyaman.
Intervensi :
a. Observasi tanda – tanda vital
Rasional : pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan perkembangan perawatan selanjutnya.
b. Anjurkan pada klien ( keluarga untuk melakuakan kompres dingin air biasa / air keran pada kepala / axial.
Rasional : dengan memberikan kompres maka akan terjadi proses kondisi / perpindahan panas dengan bahan perantara.
c. Anjurkan pada klien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan yang dapat menyerap keringat seperti terbuat dari katun.
Rasional : proses hilangnya panas akan terhilangi untuk pakaian yang tebal dan tidak akan menyerap keringat.
d. Atur sirkulasi udara.
Rasional : penyediaan udara bersih.
e. Anjurkan klien untuk minum banyak ± 2000 – 2500 ml / hari.
Rasional : kebutuhan cairan meningkat karena penguapan tubuh meningkat.
f. Anjurkan klien untuk istirahat di tempat tidur selama fase febris penyakit.
Rasional : tirah baring untuk mengurangi metaboloisme dan panas.
g. Kolaborasi dengan dokter dalam memberikan therapy obat antinicrobial antipiresika.
Rasional : untuk mengontrol infeksi pernafasan, penurunan panas.
h. Monitor input dan output.
Rasional : mengetahui keseimbangan antara input dan output.
i. Monitor IWL.
Rasional : mengetahui jumlah cairan yang hilang.
j. Monitor penurunan kesadaran.
Rasional : mengetahui tingkat kesadaran klien.
( Nanda, 2007 : 180 )
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia.
Tujuan : tidak terjadi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
KH : a. Klien dapat mencapai BB yang direncanakan mengarah kepada BB normal.
b. klien dapat mentoleransi diet yang dianjurkan.
c. tidak menunjukan tanda malnutrisi.
Intevensi :
a. Kaji kebiasaan diet, input – output dan timbang BB tiap hari.
Rasional : berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun kebutuhan BB dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi.
b. Berikan makan porsi kecil tapi sering dan dalam keadaan hangat.
Rasional : untuk menjamin nutrisi adekuat / meningkatkan kalori total.
c. Tingkat tirah baring.
Rasional : untuk mengurangi kebutuhan metabolic.
d. Kolaborasi konsultasi ahli gizi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan klien.
Rasional : metode makan dan kebutuhan kalori didasarkan pada situasi / kebutuhan individu untuk memberikan nutrisi maksimal.
e. Anjurkan klien untuk meningkatkan protein dan vitamin C.
Rasional : memenuhi kebutuhan nutrient pada klien.
f. Motivasi klien untuk makan demi kesembuhan dan penyakitnya.
Rasional : memotivasi kliennya agar mau makan.
g. Anjurkan pada klien untuk meningkatkan intake Fe
Rasional : memenuhi kebutuhan zat besi pada klien.
h. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori.
Rasional : mengetahhui jumlah nutrisi yang dikonsumsi oleh klien.
i. Menganjurkan menjaga kebersihan mulut ( dengan gosok gigi ).
Rasional : memberikan rasa nyaman pada klien dan mengurangi bau mulut.
( Nanda, 2007 : 182 )
3. Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil.
Tujuan : nyeri berkurang / terkontrol.
KH : mampu mengontrol nyeri, melaporkan bahwa nyeri berkurang, klien mampu mengenali nyeri, klien merasa nyaman.
a. Kaji keluhan nyeri, catat intensitasnya ( adanya skala 0 – 10 ) faktor pemburuk atau meredakan lokasinya, lamanya.
Rasional : identifikasi karakteristik nyeri dan faktor yang berhubungan merupakan suatu hal yang sangat penting untuk memilih intervensi yang cocok dan mengevaluasi keefektifan terapi yang diberikan..
b. Anjurkan pasien untuk menghindari allergen / iritasi terhadap debu, bahan kimia, asap, rokok, dan meminimalkan berbicara bila suara serak.
Rasional : mengurangi bertambah beratnya penyakit.
c. Anjurkan untuk kumur air garam.
Rasional : meningkatkan sikulasi pada daerah tenggorokan serta mengurangi nyeri tenggorokan.
d. Kolaborasi dalam memberikan obat susuai indikasi ( steroid oral, IV dan inhalasi ).
Rasional : kortikosikoid digunakan untuk mencegah reaksi allergen / menghambat pengeluaran vitamin dalam inflamasi pernafasan.
e. Gunakan teknik komunikasi terapiutik maka klien akan menceritakan pengalaman tentang nyeri.
Rasional : dengan komunikasi terapiutik maka klien akan menceritakan penglaman tenntang nyeri.
f. Observasi reaksi nonverbal dan ketidakmampuan.
Rasional : agar mengetahui tingkat ketidaknyamanan klien.
g. Evaluasi pengalaman nyeri masa lalu.
Rasional : untuk membedakan pengalaman klien tentang nyeri.
h. Kurangi faktor prepitasi nyeri.
Rasional : agar klien merasa nyaman dan rilexs serta mengurangi rasa nyeri.
i. Tingkatkan istirahat.
Rasional : obat dapat menghilangkan rasa nyeri.
( Dongoes, 2000 : 205 )
Daftar Pustaka
A. Aziz Alimul Hidayat, 2005, Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I, Jakarta : Salemba Medika.
Bare & Smeltzer, 2001, Buku Saku Diagnosa Keperawatan Medikal Bedah. EGC. Jakarta.
Depkes 2002, Etiologi ISPA dan Pneumonia litbang.depkes.co.id,online,2002 Akses : 16 Juli 2009.
Dongoes, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC.
Fuad, Ahmad, 2008, Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( ISPA ),Fuafbahsin.wordpress.com, online 25 Desember 2008, Akses : 16 Juli 2009.
Nanda, 2007 – 2008, Diagnosa Nanda ( NIC dan NOC ) Disertai Dengan Discharge Planning. Jakarta.
Khadirmunaj. 2008, Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( ISPA ),Khadirmunaj.blogspot.com, online : 2008. Akses : 16 Juli 2009.
Vietha, 2009, Pengertian ISPA dan ASKEP,Viethanurse.wordpress.com,online : 2004, Akses : 16 Juli 2009.
Whaley and Wong, 2000, Nursing care of Intant And Chlidren, Mosby, Inc.
Yasir, 2009, Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( ISPA ),Yasirblogspot.com,online : 20 April 2009, Akses : 27 Juli 2009.
posted by : gayuh
LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP - ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN ANEMIA
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN ANEMIA
A. PENGERTIANASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN ANEMIA
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan atau hitung eritrosit lebih rendah dari normal. Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah Hb dalam 1mm3 darah atau berkurangnya volume sel yang didapatkan (packed red cells volume) dalam 100 ml darah.
B. PENYEBAB ANEMIA
Anemia dapat dibedakan menurut mekanisme kelainan pembentukan, kerusakan atau kehilangan sel-sel darah merah serta penyebabnya. Penyebab anemia antara lain sebagai berikut:
1. Anemia pasca perdarahan : akibat perdarahan massif seperti kecelakaan, operasi dan persalinan dengan perdarahan atau perdarahan menahun:cacingan.
2. Anemia defisiensi: kekurangan bahan baku pembuat sel darah. Bisa karena intake kurang, absorbsi kurang, sintesis kurang, keperluan yang bertambah.
3. Anemia hemolitik: terjadi penghancuran eritrosit yang berlebihan. Karena faktor intrasel: talasemia, hemoglobinopatie,dll. Sedang factor ekstrasel: intoksikasi, infeksi –malaria, reaksi hemolitik transfusi darah.
4. Anemia aplastik disebabkan terhentinya pembuatan sel darah oleh sumsum tulang (kerusakan sumsum tulang).
C. TANDA DAN GEJALA
1. Tanda-tanda umum anemia:
a. pucat,
b. tacicardi,
c. bising sistolik anorganik,
d. bising karotis,
e. pembesaran jantung.
Manifestasi khusus pada anemia:
a. Anemia aplastik: ptekie, ekimosis, epistaksis, ulserasi oral, infeksi bakteri, demam, anemis, pucat, lelah, takikardi.
b. Anemia defisiensi: konjungtiva pucat (Hb 6-10 gr/dl), telapak tangan pucat (Hb < 8 gr/dl), iritabilitas, anoreksia, takikardi, murmur sistolik, letargi, tidur meningkat, kehilangan minat bermain atau aktivitas bermain. Anak tampak lemas, sering berdebar-debar, lekas lelah, pucat, sakit kepala, anak tak tampak sakit, tampak pucat pada mukosa bibir, farink,telapak tangan dan dasar kuku. Jantung agak membesar dan terdengar bising sistolik yang fungsional.
c. Anemia aplastik : ikterus, hepatosplenomegali.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Kadar Hb.
Kadar Hb <10g/dl. Konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata < 32% (normal: 32-37%), leukosit dan trombosit normal, serum iron merendah, iron binding capacity meningkat.
Kelainan laborat sederhana untuk masing-masing tipe anemia :
a. Anemia defisiensi asam folat : makro/megalositosis
b. Anemia hemolitik : retikulosit meninggi, bilirubin indirek dan total naik, urobilinuria.
c. Anemia aplastik : trombositopeni, granulositopeni, pansitopenia, sel patologik darah tepi ditemukan pada anemia aplastik karena keganasan.
F. PENATALAKSANAAN
a. Anemia pasca perdarahan: transfusi darah. Pilihan kedua: plasma ekspander atau plasma substitute. Pada keadaan darurat bisa diberikan infus IV apa saja.
b. Anemia defisiensi: makanan adekuat, diberikan SF 3x10mg/kg BB/hari. Transfusi darah hanya diberikan pada Hb <5 gr/dl.
c. Anemia aplastik: prednison dan testosteron, transfusi darah, pengobatan infeksi sekunder, makanan dan istirahat.
Kamis, 10 Juni 2010
Askep Ca Serviks
TINJAUAN TEORI
Pengertian
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal di sekitarnya (FKUI, 1990; FKKP, 1997).
Etiologi
Hubungan seksual pertama kali pada usia dini (umur < 16 tahun).
2. Sering berganti-ganti pasangan (multipatner sex).
3. Infeksi Human Papilloma Virus (HPV) tipe 16 dan 18. Penelitian menunjukkan bahwa 10-30 % wanita pada usia 30’an tahun yang sexually active pernah menderita infeksi HPV (termasuk infeksi pada daerah vulva). Persentase ini semakin meningkat bila wanita tersebut memiliki banyak pasangan seksual. Pada sebagian besar kasus, infeksi HPV berlangsung tanpa gejala dan bersifat menetap.
Kedua faktor diatas juga berhubungan dengan infeksi HPV. Semakin dbanyak berganti-ganti pasangan maka tertularnya infeksi HPV juga semakin tinggi. Begitu pula dengan terpaparnya sel-sel mulut rahim yang mempunyai pH tertentu dengan sperma-sperma yang mempunyai pH yang berbeda-beda pada multipatner dapat merangsang terjadinya perubahan kearah displasia.
4. Infeksi Herpes Simpleks Virus (HSV) tipe 2
5. Wanita yang melahirkan anak lebih dari 3 kali
6. Wanita merokok, karena hal tersebut dapat menurunkan daya tahan tubuh.
Faktor Resiko
Beberapa faktor yang mempengaruhi insiden kanker serviks yaitu:
1. Usia.
2. Jumlah perkawinan
3. Hygiene dan sirkumsisi
4. Status sosial ekonomi
5. Pola seksual
6. Terpajan virus terutama virus HIV
7. Merokok
Klasifikasi
Klasifikasi Kanker Serviks menurut FIGO 1978
Tingkat | Kriteria |
0 | Karsinoma In Situ ( KIS), membran basalis utuh |
I | Proses terbatas pada servks walaupun ada perluasan ke korpus uteri |
I a | Karsinoma mikro invasif, bila membran basalis sudah rusak dan sel tumor sudah stroma tidak > 3 mm, dan sel tumor tidak tedapat didalam pembuluh limfe atau pembuluh darah. |
I b | Secara klinis tumor belum tampak sebagai karsinoma, tetapi pada pemeriksaan histologi ternyata sel tumor telah mengadakan invasi stroma melebihi Ia |
II | Proses keganasan telah keluar dari serviks dan menjalar 2/3 bagian atas vagina dan parametrium, tetapi tidak sampai dinding panggul |
II a | Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas dari infitrat tumor |
II b | Penyebaran ke parametrum, uni atau bilateral, tetapi belum sampai dinding panggul |
III a | Penyebaran sampai ½ bagian distal vagina, sedang parametrium tidak dipersoalkan asal tidak sampai dinding panggul. |
III b | Penyebaran sudah sampai dinding panggul, tidak ditemukan daerah infiltrat antara tumor dengan dinding panggul. |
IV | Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan mokusa rektum dan atau vesika urinaria atau telah bermetastasi keluar panggul ketempat yang jauh |
IV a | Proses sudah sampai mukosa rektum dan atau vesika urinaria atau sudah keluar dari pangul kecil, metastasi jauh belum terjadi |
IV b | Telah terjadi metastasi jauh. |
Tanda dan Gejala
1. Perdarahan
2. Keputihan yang berbau dan tidak gatal
3. Cepat lelah
4. Kehilangan berat badan
5. Anemia
Manifestasi Klinis
Dari anamnesis didapatkan keluhan metroragi, keputihan warna putih atau puralen yang berbau dan tidak gatal, perdarahan pascakoitus, perdarahan spontan, dan bau busuk yang khas. Dapat juga ditemukan keluhan cepat lelah, kehilangan berat badan, dan anemia. Pada pemeriksaan fisik serviks dapat teraba membesar, ireguler, terraba lunak. Bila tumor tumbuh eksofitik maka terlihat lesi pada porsio atau sudah sampai vagina. Diagnosis harus dipastikan dengan pemeriksaan histologi dan jaringan yang diperoleh dari biopsi.
Prognosis
Karsinoma serviks yang tidak dapat diobati atau tidak memberikan respons terhadap pengobatan 95% akan mengalami kematian dalam 2 tahun setelah timbul gejala. Pasien yang menjalani histerektomi dan memiliki rasio tinggi terjadinya rekurensi harus terus diawasi karena lewat deteksi dini dapat diobati dengan radioterapi. Setelah histerektomi radikal, terjadinya 80% rekurensi dalam 2 tahun.
Pemeriksaan Penunjang
Ø Sitologi, dengan cara tes pap
Tes Pap : Tes ini merupakan penapisan untuk mendeteksi infeksi HPV dan prakanker serviks. Ketepatan diagnostik sitologinya 90% pada displasia keras (karsinoma in situ) dan 76% pada dysplasia ringan / sedang. Didapatkan hasil negatif palsu 5-50% sebagian besar disebabkan pengambilan sediaan yang tidak adekuat. Sedangkan hasil positif palsu sebesar 3-15%.
Ø Kolposkopi
Ø Servikografi
Ø Pemeriksaan visual langsung
Ø Gineskopi
Ø Pap net (Pemeriksaan terkomputerisasi dengan hasil lebih sensitive)
Penatalaksaan Medis
Tingkat | Penatalaksaan |
0 I a I b dan II a II b , III dan IV IV a dan IV b | Biopsi kerucut Histerektomi trasnsvaginal Biopsi kerucut Histerektomi trasnsvaginal Histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul dan evaluasi kelenjar limfe paraorta (bila terdapat metastasis dilakukan radiologi pasca pembedahan) Histerektomi transvaginal Radioterapi Radiasi paliatif Kemoterapi |
KONSEP ASUHAN KEPERAWTAN
Pengkaijan
1. Identitas klien.
2. Keluhan utama.
Perdarahan dan keputihan
Perdarahan dan keputihan
3. Riwayat penyakit sekarang
Klien datang dengan perdarahan pasca coitus dan terdapat keputihan yang berbau tetapi tidak gatal. Perlu ditanyakan pada pasien atau keluarga tentang tindakan yang dilakukan untuk mengurangi gejala dan hal yang dapat memperberat, misalnya keterlambatan keluarga untuk memberi perawatan atau membawa ke Rumah Sakit dengan segera, serta kurangnya pengetahuan keluarga.
4. Riwayat penyakit terdahulu.
Perlu ditanyakan pada pasien dan keluarga, apakah pasien pernah mengalami hal yang demikian dan perlu ditanyakan juga apakah pasien pernah menderita penyakit infeksi.
5. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit seperti ini atau penyakit menular lain.
6. Riwayat psikososial
Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi di rumah dan agaimana pengetahuan keluarga tentang penyakit kanker serviks.
Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi di rumah dan agaimana pengetahuan keluarga tentang penyakit kanker serviks.
Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
• Perdarahan
• keputihan
• Perdarahan
• keputihan
2. palpasi
• nyeri abdomen
• nyeri punggung bawah
• nyeri abdomen
• nyeri punggung bawah
Pemeriksaan Dignostik
1. Sitologi
2. Biopsi
3. Kolposkopi
4. Servikografi
5. Gineskopi
6. Pap net (pemeriksaan terkumpoteresasi dengan hasil lebih sensitif)
Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia trombositopenia .
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah.
3. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan imunosupresi
4. Resiko tinggi terhaap cedera berhubungan dengan trombositopenia.
5. Inteloransi aktifitas berhubungan dengan keletihan sekunder akibat anemia dan pemberian kemoterapi.
6. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan diagnosa malignansi genokologis dan prognosis yang tak menentu.
7. Perubahan konsep diri (peran) berhubungan dengan dampakdiagnosis kanker terhadap peran pasien dalam keluarga.
8. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan pengobatan berhubbungan dengan terbatasnya informasi.
Intervensi
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia trombositopenia .
Tujuan:
Mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan terhadap terjadinya komplikasi perdarahan.
Intervensi :
Tujuan:
Mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan terhadap terjadinya komplikasi perdarahan.
Intervensi :
Ø Kolaborasi dalam pemeriksaan hematokrit dan Hb serta jumlah trombosit.
Ø Berikan cairan secara cepat.
Ø Pantau dan atur kecepatan infus.
Ø Kolaborasi dalam pemberian infus
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah.
Tujuan:
Masukan yang adekuat serta kalori yang mencukupi kebutuhan tubuh.
Intervensi:
Tujuan:
Masukan yang adekuat serta kalori yang mencukupi kebutuhan tubuh.
Intervensi:
Ø Kaji adanya pantangan atau adanya alergi terhadap makanan tertentu.
Ø Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian menu yang sesuai dengan diet yang ditentukan.
Ø Pantau masukan makanan oleh klien.
Ø Anjurkan agar membawa makanan dari rumah jika dipelukan dan sesuai dengan diet.
Ø Lakukan perawatan mulut sebelum makan sesuai ketentuan.
3. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan imunosupresi
Tujuan:
Potensial infeksi menurun dan tidak terdapat tanda-tanda infeksi.
Intervensi :
Tujuan:
Potensial infeksi menurun dan tidak terdapat tanda-tanda infeksi.
Intervensi :
Ø Pantau tanda vital setiap 4 jam atau lebih sering bila diperlukan.
Ø Tempatkan pasien pada lokasi yang tersedia.
Ø Bantu pasien dalam menjaga hygiene perorangan
Ø Anjurkan pasien beristirahat sesuai kebutuhan.
Ø Kolaborasi dalam pemeriksaan kultur dan pemberian antibiotika.
4. Resiko tinggi terhaap cedera berhubungan dengan trombositopenia.
Tujuan:
Pasien bebas dari perdarahan dan hipoksis jaringan
Intervensi :
Tujuan:
Pasien bebas dari perdarahan dan hipoksis jaringan
Intervensi :
Ø Kolaborasi dengan petugas laboratorium untuk pemeriksaan darah lengkap (Hb dan Trombosit)
Ø Lakukan tindakan yang tidak menyebabkan perdarahan.
Ø Observasi tanda-tanda perdarahan.
Ø Observasi tanda-tanda vital.
Ø Kolaborasi dalam tindakan transfusi TC ( Trombosit Concentrated)
5. Inteloransi aktifitas berhubungan dengan keletihan sekunder akibat anemia dan pemberian kemoterapi.
Tujuan:
Pasien mampu mempertahankan tingkat aktifitas yang optimal.
Intervensi:
Pasien mampu mempertahankan tingkat aktifitas yang optimal.
Intervensi:
Ø Kaji pola istirahat serta adanya keletihan pasien.
Ø Anjurkan kepada pasien untuk mempertahan pola istirahat atau tidur sebanyak mungkin dengan diimbangi aktifitas.
Ø Bantu pasien merencanakanaktifitas berdasarkan pola istirahat atau keletihan yang dialami.
Ø Anjurkan kepada klien untuk melakukan latihan ringan.
Ø Observasi kemampuan pasien dalam malakukan aktifitas.
6. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan diagnosa malignansi genokologis dan prognosis yang tak menentu.
Tujuan:
Ansietas, kekuatiran dan kelemahan menurun sampai dengan pada tingkat dapat diatasi.
Intervensi:
Tujuan:
Ansietas, kekuatiran dan kelemahan menurun sampai dengan pada tingkat dapat diatasi.
Intervensi:
Ø Gunakan pendekatan yang tenang dan cipakan suasana lingkungan yang kondusif.
Ø Evaluasi kempuan pasien dalam mengambil keputusan
Ø Dorong harapan yang realistis.
Ø Dukung penggunaan mekanisme pertahanan diri yang sesuai.
Ø Berikan dorongan spiritual.
7. Perubahan konsep diri (peran) berhubungan dengan dampakdiagnosis kanker terhadap peran pasien dalam keluarga.
Tujuan :
Pasien dapat mengungkapkan dampak dari diagnosa kanker terhadap perannya dan mendemontrasikan kemampuan untuk menghadapi perubahan peran.
Intervensi :
Ø Bantu pasien untuk mengedintifikasi peran yang bisa dilakukan didalam keluarga dan komunitasnya.
Ø Bantu pasien untuk mengidentifikasi perubahan fisik yang spesifik yang dibutuhkan sehubungan dengan penyakitnya.
Ø Diskusikan dengan keluarga untuk berkompensasi terhadap perubahan peran anggota yang sakit.
8. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan pengobatan berhubungan dengan terbatasnya informasi.
Tujuan :
Pasien dapat mengungkapkan perencanaan pengobatan tujuan dari pemberian terapi.
Intervensi:
Pasien dapat mengungkapkan perencanaan pengobatan tujuan dari pemberian terapi.
Intervensi:
Ø Baringkan pasien diatas tempat tidur.
Ø Kaji kepatenan kateter abdomen.
Ø Observasi tentang reaksi yang dialami pasien selama pengobatan
Ø Jelaskan pada pasien efek yang mungkin dapat terjadi.
Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan adalah :
1. Mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan terhadap terjadinya komplikasi perdarahan.
2. Kebutuhan Nutrisi dan Kalori pasein tercukupi kebutuhan tubuh
3. Tidak ada tanda-tanda infeksi
4. Pasien bebas dari perdarahan dan hipoksis jaringan
5. Pasien mampu mempertahankan tingkat aktifitas yang optimal.
6. Ansietas, kekuatiran dan kelemahan menurun sampai dengan pada tingkat dapat diatasi.
7. Pasien dapat mengungkapkan dampak dari diagnosa kanker terhadap perannya dan mendemontrasikan kemampuan untuk menghadapi perubahan peran.
8. Pasein dapat mengungkapkan perencanaan pengobatan tujuan dari pemberian terapi
DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer dkk (2000), Kapita Selekta Kedokteran , Edisi 3 , Jilid 1. EGC : Jakarta
Doengoes, Marilyn.E 1989.Nursing care and Plans.Philadelphia: F.A Davis Company.
Mochtar, Rustam. 1989.Synopsis obstetric. Jakarta:EGC.
Prawirohardjo, Sarwono.1994.Ilmu Kandungan. Jakarta: Gramedia.
Mochtar, Rustam. 1989.Synopsis obstetric. Jakarta:EGC.
Prawirohardjo, Sarwono.1994.Ilmu Kandungan. Jakarta: Gramedia.
Sanusi, Chandra. 1989:Ginekologi Greenhill edisi 10. Jakarta:EGC.
http:// www.medicastore .com/med
http://creasoft.wordpress.com
DAFTAR PUSTAKA
http://hidayat2.wordpress.com/2009/04/08/askep-ca-serviks/
Langganan:
Postingan
(
Atom
)
Blog Archive
-
2016
(1)
- 09/18 - 09/25 (1)
-
2015
(10)
- 10/11 - 10/18 (1)
- 09/13 - 09/20 (1)
- 09/06 - 09/13 (1)
- 07/05 - 07/12 (1)
- 05/17 - 05/24 (6)
-
2014
(1)
- 04/13 - 04/20 (1)
-
2012
(770)
- 02/19 - 02/26 (5)
- 02/12 - 02/19 (10)
- 02/05 - 02/12 (4)
- 01/29 - 02/05 (27)
- 01/22 - 01/29 (88)
- 01/15 - 01/22 (101)
- 01/08 - 01/15 (169)
- 01/01 - 01/08 (366)
-
2011
(4478)
- 12/25 - 01/01 (336)
- 12/18 - 12/25 (62)
- 12/11 - 12/18 (70)
- 12/04 - 12/11 (77)
- 11/27 - 12/04 (40)
- 11/20 - 11/27 (67)
- 11/13 - 11/20 (198)
- 11/06 - 11/13 (187)
- 10/30 - 11/06 (340)
- 10/23 - 10/30 (32)
- 10/16 - 10/23 (109)
- 10/09 - 10/16 (80)
- 08/14 - 08/21 (75)
- 08/07 - 08/14 (81)
- 07/31 - 08/07 (82)
- 07/24 - 07/31 (66)
- 07/17 - 07/24 (91)
- 07/10 - 07/17 (47)
- 07/03 - 07/10 (44)
- 06/26 - 07/03 (53)
- 06/19 - 06/26 (59)
- 06/12 - 06/19 (47)
- 06/05 - 06/12 (65)
- 05/29 - 06/05 (63)
- 05/22 - 05/29 (77)
- 05/15 - 05/22 (115)
- 05/08 - 05/15 (65)
- 05/01 - 05/08 (104)
- 04/24 - 05/01 (45)
- 04/17 - 04/24 (70)
- 04/10 - 04/17 (134)
- 04/03 - 04/10 (72)
- 03/27 - 04/03 (18)
- 03/20 - 03/27 (47)
- 03/13 - 03/20 (68)
- 03/06 - 03/13 (40)
- 02/27 - 03/06 (56)
- 02/20 - 02/27 (77)
- 02/13 - 02/20 (76)
- 02/06 - 02/13 (198)
- 01/30 - 02/06 (194)
- 01/23 - 01/30 (132)
- 01/16 - 01/23 (196)
- 01/09 - 01/16 (202)
- 01/02 - 01/09 (121)
-
2010
(2535)
- 12/26 - 01/02 (156)
- 12/19 - 12/26 (65)
- 12/12 - 12/19 (73)
- 12/05 - 12/12 (84)
- 11/28 - 12/05 (80)
- 11/21 - 11/28 (68)
- 11/14 - 11/21 (63)
- 11/07 - 11/14 (50)
- 10/31 - 11/07 (50)
- 10/24 - 10/31 (36)
- 10/17 - 10/24 (58)
- 10/10 - 10/17 (35)
- 10/03 - 10/10 (31)
- 09/26 - 10/03 (21)
- 09/19 - 09/26 (26)
- 09/12 - 09/19 (55)
- 09/05 - 09/12 (65)
- 08/29 - 09/05 (33)
- 08/22 - 08/29 (70)
- 08/15 - 08/22 (45)
- 08/08 - 08/15 (35)
- 08/01 - 08/08 (37)
- 07/25 - 08/01 (27)
- 07/18 - 07/25 (19)
- 07/11 - 07/18 (30)
- 07/04 - 07/11 (56)
- 06/27 - 07/04 (28)
- 06/20 - 06/27 (22)
- 06/13 - 06/20 (30)
-
06/06 - 06/13
(21)
- Konsep Dasar ISPA
- LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP - ASUHAN KEPERAWATAN AN...
- Askep Ca Serviks TINJAUAN TEORI Pengertian Ka...
- ABORTUS IMMINEN
- ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA
- ASUHAN KEPERAWATAN “TYPOID”
- ASKEP ANAK DENGAN ANEMIA
- rhime in peace
- Anemia
- SOP PEMELIHARAAN PERALATAN ALAT KESEHATAN / INSTRUMEN
- SOP MENGHISAP LENDIR (SUCTION)
- SOP PENATALAKSANAAN SYOK ANAFILAKTIK
- SOP OBAT EMERGENCY/RESUSITASI
- ADA BEBERAPA PEKERJAAN MERUSAK KESEHATAN
- Causes of Anemia
- LAPORAN PENDAHULUAN GASTRO ENTERITIS (GE)
- Tersedia DisiniMakanan herbal Abad 21, terlengkap...
- Kesehatan Sel
- Vulva Hygiene dan Perineum
- leukemia
- LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP HALUSINASI PERSEPTUAL
- 05/30 - 06/06 (5)
- 05/16 - 05/23 (6)
- 05/09 - 05/16 (29)
- 05/02 - 05/09 (59)
- 04/25 - 05/02 (28)
- 04/18 - 04/25 (38)
- 04/11 - 04/18 (70)
- 04/04 - 04/11 (59)
- 03/28 - 04/04 (65)
- 03/21 - 03/28 (89)
- 03/14 - 03/21 (218)
- 03/07 - 03/14 (95)
- 02/28 - 03/07 (135)
- 02/21 - 02/28 (102)
- 01/03 - 01/10 (68)
-
2009
(1652)
- 12/27 - 01/03 (36)
- 12/20 - 12/27 (22)
- 12/13 - 12/20 (100)
- 12/06 - 12/13 (45)
- 11/29 - 12/06 (24)
- 11/22 - 11/29 (22)
- 11/15 - 11/22 (19)
- 11/08 - 11/15 (28)
- 11/01 - 11/08 (11)
- 10/25 - 11/01 (17)
- 10/18 - 10/25 (38)
- 10/11 - 10/18 (33)
- 10/04 - 10/11 (15)
- 09/27 - 10/04 (21)
- 09/20 - 09/27 (7)
- 09/13 - 09/20 (84)
- 09/06 - 09/13 (35)
- 08/30 - 09/06 (48)
- 08/23 - 08/30 (118)
- 08/16 - 08/23 (26)
- 08/09 - 08/16 (34)
- 08/02 - 08/09 (35)
- 07/26 - 08/02 (31)
- 07/19 - 07/26 (14)
- 07/12 - 07/19 (16)
- 07/05 - 07/12 (28)
- 06/28 - 07/05 (26)
- 06/21 - 06/28 (76)
- 06/14 - 06/21 (26)
- 06/07 - 06/14 (21)
- 05/31 - 06/07 (43)
- 05/24 - 05/31 (38)
- 05/17 - 05/24 (26)
- 05/10 - 05/17 (52)
- 05/03 - 05/10 (15)
- 04/26 - 05/03 (38)
- 04/19 - 04/26 (32)
- 04/12 - 04/19 (22)
- 04/05 - 04/12 (20)
- 03/29 - 04/05 (40)
- 03/22 - 03/29 (43)
- 03/15 - 03/22 (18)
- 03/08 - 03/15 (14)
- 03/01 - 03/08 (22)
- 02/22 - 03/01 (12)
- 02/15 - 02/22 (9)
- 02/08 - 02/15 (11)
- 02/01 - 02/08 (19)
- 01/25 - 02/01 (37)
- 01/18 - 01/25 (21)
- 01/11 - 01/18 (33)
- 01/04 - 01/11 (31)
-
2008
(700)
- 12/28 - 01/04 (13)
- 12/21 - 12/28 (9)
- 12/14 - 12/21 (57)
- 12/07 - 12/14 (5)
- 11/30 - 12/07 (18)
- 11/23 - 11/30 (33)
- 11/16 - 11/23 (31)
- 11/09 - 11/16 (23)
- 11/02 - 11/09 (18)
- 10/26 - 11/02 (11)
- 10/19 - 10/26 (15)
- 10/12 - 10/19 (13)
- 10/05 - 10/12 (25)
- 09/28 - 10/05 (2)
- 09/21 - 09/28 (14)
- 09/14 - 09/21 (19)
- 09/07 - 09/14 (43)
- 08/31 - 09/07 (3)
- 08/24 - 08/31 (33)
- 08/17 - 08/24 (65)
- 08/10 - 08/17 (4)
- 08/03 - 08/10 (26)
- 07/27 - 08/03 (6)
- 07/20 - 07/27 (19)
- 07/13 - 07/20 (18)
- 07/06 - 07/13 (60)
- 06/29 - 07/06 (53)
- 06/22 - 06/29 (49)
- 06/15 - 06/22 (11)
- 06/08 - 06/15 (4)
Popular Posts
-
ASUHAN KEPERAWATAN IBU NIFAS DENGAN PERDARAHAN POST PARTUM A. PengertianPost partum / puerperium adalah masa dimana tubuh menyesuaikan, baik...
-
KTI KEBIDANAN HUBUNGAN USIA TERHADAP PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSUD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan wanita merupakan hal yang s...
-
Setelah beberapa minggu ini cari materi buat postingan baru, mendadak dapat inspirasi setelah rekan Anton Wijaya menulis di buku tamu Keper...
-
PATHWAY ASFIKSIA NEONATORUM Klik pada gambar untuk melihat pathway Download Pathway Asfiksia Neonatorum Via Ziddu Download Askep Asfiksia N...
-
DEFINISI Ikterus ialah suatu gejala yang perlu mendapat perhatian sungguh-sungguh pada neonatus. Ikterus ialah suatu diskolorasi kuning pa...
-
Metode Kalender atau Pantang Berkala (Calendar Method Or Periodic Abstinence) Pendahuluan Metode kalender atau pantang berkala merupakan met...
-
Pathway Combustio Klik Pada Gambar Untuk melihat pathway Download Pathway Combustio Via Ziddu Tag: Pathways combustio , pathways luka baka...
-
Pathway Hematemesis Melena Klik pada gambar untuk melihat pathway Download Pathway Hematemesis Melena Via Ziddu
-
PROSES KEPERAWATAN KOMUNITAS Pengertian - Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan, merencana...
-
Metode Suhu Basal Tubuh (Basal Body Temperature Method) Suhu tubuh basal adalah suhu terendah yang dicapai oleh tubuh selama istirahat atau ...
© ASUHAN KEPERAWATAN 2013 . Powered by Bootstrap , Blogger templates and RWD Testing Tool Published..Gooyaabi Templates