Sabtu, 19 Februari 2011
Diabetes Melitus [DM]
Kenali penyebabnya [diagnosa DM] : sering kencing, banyak makan & minum, penurunan berat badan secara drastis, lemah, kesemutan, gatal-gatal, mata kabur, disfungsi ereksi dan lakukan segera check gula darah.
Namun demikian tidak perlu resah & gelisah karena DM dapat dicegah dan diatasi dengan konsumsi secara teratur : Jeli Gamat dan Spirulina Pasifica + Extra C-plus + Vitaluxor [paket lengkap] dan apabila ada luka [gangrene diabetes] dapat disembuhkan dengan Gamat Gel yang mempercepat penutupan luka dan menghilangkan bau yang tidak sedap sehingga mencegah kemungkinan di-amputasi.
dan penderita yang disembuhkan
Informasi lainnya tentang Diabetes Melitus, klik
Pengetahuan ibu tentang pemberian makanan tambahan pada bayi di bawah umur 6 bulan di desa
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak balita adalah masa anak dibawah lima tahun atau berumur 12 – 60 bulan (Dep.Kes, 2005). Pada saat memasuki usia balita terjadi pertumbuhan cepat terutama pada pertumbuhan otak yang dapat mencapai 80% dari total pertumbuhan. Status gizi yang buruk pada balita dapat menimbulkan pengaruh yang sangat menghambat pertumbuhan fisik, mental, maupun kemampuan berfikir yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja. Keadaan ini memberikan petunjuk bahwa pada hakikatnya gizi yang buruk atau kurang akan berdampak pada menurunnya kualitas sumber daya manusia (www.google. com). Menurut data Biro Pusat Statistik (BPS) 2003, dari sekitar 5 juta anak balita (27,5%) yang kekurangan gizi, lebih kurang 3,6 juta anak (19,2%) dalam tingkat gizi kurang, 1,5 juta anak (8,3%) gizi buruk. (Dep.Kes, 2004).
Ibu adalah pelindung, pengasuh, dan pendidik bayi. Bila ibu mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang baik dibidang kesehatan, maka bayi yang diasuhnya bisa lebih terjamin pertumbuhan dan perkembangannya sebaliknya bila ibu kurang mempunyai pengetahuan dan keterampilan dibidang kesehatan maka perlakuan mereka kepada bayinya akan jauh dari perilaku sehat, akibatnya bayi dapat mengalami gangguan kesehatan. Bayi sering menderita penyakit infeksi yang menguras zat gizi akibatnya status gizi bayi menjadi buruk, gizi yang buruk membuat daya tahan tubuh lemah sehingga bayi mudah terkena infeksi, oleh karena itu pengetahuan kesehatan bagi ibu sangatlah penting dan memilih makanan yang sehat bagi bayi merupakan kunci baik tidaknya status gizi bayi (pudjiadi, 1997).
Menurut Almatsier (2001) status gizi bayi merupakan hasil dari keseimbangan antara asupan gizi dengan kebutuhan gizi. Dilihat dari kebutuhan gizi, kematangan fisiologis, dan keamanan imunologis, pemberian makanan selain Air Susu Ibu (ASI) sebelum bayi berusia 4 bulan adalah tidak perlu dan juga dapat membahayakan. Kerugian dan resiko apabila makanan pelengkap diberikan terlalu dini dapat mengganggu perilaku dalam pemberian makanan bayi, pengurangan produksi ASI, penurunan absorpsi besi dari ASI, meningkatnya resiko infeksi dan alergi pada bayi, dan meningkat pula resiko terjadinya kehamilan baru. Di samping itu juga dapat terjadi pula resiko terhadap defisit air yang akan menyebabkan hiperosmolaritas dan hipernatremia, yang pada kasus-kasus ekstrim dapat menyebabkan terjadinya letargi, kejang-kejang, dan bahkan kerusakan yang menetap pada otak (Akre, 1994).
Bayi yang tidak mendapatkan ASI kemungkinan akan mengalami gangguan pertumbuhan yang dimulai ketika bayi berusia 2–3 bulan, yang merupakan manifestasi gangguan gizi bayi. Gangguan gizi bayi merupakan faktor signifikan terhadap kematian bayi (WHO, 1996). Bayi yang mendapatkan ASI secara eksklusif, mortalitas dan morbiditasnya jauh lebih kecil dibandingkan dengan bayi yang mendapat susu formula. Menurut laporan WHO (2000) pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama terbukti menurunkan angka kematian 1,5 juta bayi pertahun (www. google.com, 2002), sedangkan angka kesakitan untuk bayi yang tidak diberi ASI eksklusif penyakit yang sering timbul adalah diare, berdasarkan penelitian Dewey (1995) bayi 0-6 bulan yang diberi ASI eksklusif rata-rata kemungkinan menderita diare 0,19% dan yang tidak diberi ASI eksklusif menderita diare 0,43%. (Irawan, 1995).
Makanan perdamping ASI yang diberikan mulai usia 6 – 24 bulan merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Pemberian makanan pendamping ASI yang cukup dalam kualitas dan kuantitas penting untuk pertumbuhan otak dan perkembangan kecerdasan bayi, namun pada kenyataanya sering terjadi permasalahan yang sering terjadi diantaranya adalah pemberian makanan pendamping ASI terlalu dini atau terlambat, makanan pendamping ASI yang diberikan tidak sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) rata-rata, dan frekuensi pemberian yang kurang (Dep.Kes, 1992).
Cara memasak, menyimpan, dan memberikan makanan tambahan yang tidak menghiraukan kebersihan lebih mudah menyebabkan Gastroenteritis pada bayi yang berakibat terhadap gangguan pertumbuhannya dan pemberian makanan tambahan terlalu dini dengan sendirinya mengurangi waktu untuk menyusui (Pudjiadi, 1997). Kebiasaan di desa Muara Gading Mas untuk memberi makanan tambahan pada bulan pertama setelah bayi dilahirkan berupa nasi yang dikunyah terlebih dahulu oleh ibunya, campuran bubur beras dengan pisang yang diuleg, madu, dan sebagainya.
Berdasarkan profil kesehatan propinsi Lampung pada tahun 2003, jumlah pencapaian target pemberian ASI eksklusif adalah 19,7 % dan pada tahun 2004 sebesar 34,53 % (Dinkes. Prop. Lampung,2004).Target nasional pencapaian pemberian ASI eksklusif sebesar 95 % dan target pencapaian pemberian ASI eksklusif di Lampung Timur sebesar 80 %.
Menurut data Dinas Kesehatan Lampung Timur cakupan ASI eksklusif tahun 2005 sebesar 37,15 % yang masih jauh dibawah target, sedangkan di Puskesmas Labuhan Maringgai terdapat 1370 bayi, dari jumlah tersebut jumlah bayi yang diberi ASI eksklusif berjumlah 277 bayi (20,22%). Hasil laporan Puskesmas di Desa Muara Gading Mas terdapat 200 bayi, dan dari jumlah tersebut bayi yang berada dibawah umur 6 bulan berjumlah 70 bayi (35%) yang telah diberikan makanan tambahan (Data Laporan Bidan ). Hal ini menunjukkan tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya ASI eksklusif masih rendah yang disebabkan perilaku dan budaya pemberian makanan pendamping ASI secara dini oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk meneliti pengetahuan ibu tentang pemberian makanan tambahan pada bayi dibawah umur 6 bulan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana pengetahuan ibu tentang pemberian makanan tambahan pada bayi dibawah umur 6 bulan di Desa Muara Gading Mas Kecamatan Labuhan Maringgai Lampung Timur ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang pemberian makanan tambahan pada bayi dibawah umur 6 bulan di Desa Muara Gading Mas.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu tentang pengertian makanan tambahan di Desa Muara Gading Mas.
b. Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu tentang tujuan pemberian makanan tambahan di Desa Muara Gading Mas.
c. Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu tentang resiko pemberian makanan tambahan yang terlalu dini di Desa Muara Gading Mas.
d. Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu tentang pemberian makanan tambahan di Desa Muara Gading Mas.
D. Ruang Lingkup Penelitian
Di dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup yang diteliti sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian : Deskriptif
2. Subyek Penelitian : Ibu-ibu yang mempunyai bayi dibawah umur 6 bulan.
3. Obyek Penelitan : Pengetahuan ibu tentang pemberian makanan tambahan pada bayi di bawah umur 6 bulan.
4. Tempat Penelitian : Desa Muara Gading Mas Kecamatan Labuhan Maringgai Lampung Timur.
5. Waktu penelitian : 10 Mei –13 Mei 2006
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Program Studi Kebidanan Metro
Sebagai bahan referensi tentang pemberian makanan tambahan pada bayi dan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.
2. Bagi Puskesmas Labuhan Maringgai
Diharapkan bermanfaat sebagai sumbangan pemikiran dan bahan masukan bagi tenaga kesehatan yang ada sebagai masukan dalam program kerja Puskesmas mengenai pemberian makanan tambahan pada bayi.
3. Bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan pemberian makanan tambahan pada bayi tetapi yang belum diteliti.
Pengetahuan ibu tentang pemberian imunisasi hepatitis B1 segera setelah lahir di rumah bersalin
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia diarahkan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat seoptimal mungkin. Hal ini mengingat derajat kesehatan merupakan salah satu unsur penting dalam meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas guna menghadapi tantangan masa yang akan datang.( Dinkes Prop. Lampung, 2001)
Pelayanan kebidanan yang berfokus pada pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara berangsur – angsur dialihkan ke pelayanan promotif dan preventif. Pandangan ini sejalan dengan perubahan paradigma bidang kesehatan yaitu dari paradigma sakit menjadi paradigma sehat. Pergeseran fokus pelayanan dan perubahan paradigma kesehatan tersebut mengisyaratkan pentingnya melaksanakan upaya promotif dan preventif diberbagai tingkatan, termasuk di tingkat lapisan masyarakat, serta menurunkan angka kematian dan angka kesakitan bayi. (Dinkes Prop. Lampung, 2001)
Salah satu usaha preventif yang berkaitan dengan kelangsungan hidup bayi adalah imunisasi, bayi yang baru lahir mempunyai kekebalan alami yang diterima dari ibunya saat masih dalam kandungan. Kekebalan ini didapat melalui placenta (ari- ari) dan akan habis kira-kira setelah bayi berumur 6 bulan. Pada usia ini, seorang anak menjadi sasaran yang mudah dijangkiti penyakit. Untuk mencegahnya imunisasi harus diberikan sedini mungkin (Depkes RI, 1990). Imunisasi yang diberikan sedini mungkin setelah bayi lahir adalah imunisasi Hepatitis B1. Imunisasi Hepatitis B diberikan untuk mencegah penyakit Hepatitis B yang merupakan penyakit hati kronis. Imunisasi Hepatitis B merupakan 3 dari minimal 8 suntikan yang harus diterima oleh bayi. Efektifitas imunisasi Hepatitis B akan tinggi bila suntikan Hepatitis B diberikan pada usia dini ( Depkes RI, 2002 ).
Indonesia adalah negara dengan tingkat endemik penyakit Hepatitis B menengah sampai dengan tinggi, prevalensi pengidap penyakit Hepatitis B di Indonesia sebanyak 2,5 - 25 %. Prevalensi penyakit Hepatitis B pada kalangan wanita hamil sebanyak 3,6 – 8,7 %, dan prevalensi penyakit Hepatitis B pada kalangan anak-anak di bawah usia 4 tahun adalah sebesar 6,2 % ( Ditjen PPm & PL Depkes RI ). Sebesar 50 % dari ibu hamil pengidap Hepatitis B akan menularkan penyakit tersebut kepada bayinya. Data epidemiologi menyatakan sebagian kasus yang terjadi pada penderita Hepatitis B ( 10 % ) akan menjurus kepada kronis dan dari kasus yang kronis ini 20 %-nya menjadi hepatoma, dan kemungkinan akan kronisitas akan lebih banyak terjadi pada anak-anak balita oleh karena respon imun pada mereka belum sepenuhnya berkembang sempurna ( www.imunisasi.htm)
Persentase cakupan imunisasi Hepatitis B1 di Indonesia yang diberikan pada bayi dengan usia kurang dari 7 hari pada tahun 2000 sebesar 3 % dan mengalami peningkatan pada tahun 2002 menjadi 10 %, sedangkan cakupan imunisasi Hepatitis B yang diberikan pada bayi dengan usia lebih dari 7 hari pada tahun 2000 sebesar 90% mengalami penurunan pada tahun 2002 menjadi 50 %. Cakupan imunisasi Hepatitis B1 secara keseluruhan mengalami penurunan dari tahun 2000 sebesar 93 % menjadi 60 % pada tahun 2002.
Cakupan imunisasi Hepatitis B1 di Lampung Timur yang diberikan pada bayi dengan usia 0-7 hari masih sangat rendah yaitu hanya 3.074 bayi dari 22.327 bayi keseluruhan ( 13,8 % ) dan cakupan imunisasi Hepatitis B1 yang diberikan pada bayi dengan usia lebih dari 7 hari sebanyak 13.326 bayi ( 59,7 % ) dari 22.327 jumlah bayi, dari total jumlah imunisasi Hepatitis B1 usia 0 - 7 hari dan lebih dari 7 hari didapat 5927 bayi tidak diimunisasi Hepatitis B1.
Gambar 1. Diagram Cakupan Imunisasi Hepatitis B di Kabupaten Lampung Timur
Sumber : Hasil imunisasi Kabupaten Lampung Timur Januari – Desember 2005 Dinas Kesehatan Lampung Timur
Rendahnya angka cakupan imunisasi Hepatitis B1 yang diberikan kurang dari 7 hari pada bayi itu disebabkan karena sebagian masyarakat tidak atau belum tahu manfaat imunisasi Hepatitis B1 sebaiknya diberikan segera setelah lahir. Mereka merasa takut dan kasihan bayi mereka diberi imunisasi pada waktu dini dan berpendapat bayi akan sehat tanpa imunisasi dini ( Ditjen PPm & PL Depkes RI ).
Jumlah persalinan di Rumah Bersalin Do'a Ibu pada bulan Januari – Desember 2005 sebanyak 181 orang dan tidak ada satupun bayi yang mendapat imunisasi Hepatitis B1 dibawah usia 7 hari. Dari data tersebut penulis tertarik untuk mengambil judul tentang " Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian Imunisasi Hepatitis B1 Segera Setelah Lahir di Rumah Bersalin Do'a Ibu Purbolinggo."
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka penulis merumuskan "Bagaimana gambaran pengetahuan ibu tentang imunisasi Hepatitis B1 segera setelah lahir di Rumah Bersalin Do'a Ibu Purbolinggo ? "
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diperolehnya gambaran tentang pengetahuan Ibu tentang pemberian imunisasi Hepatitis B1 segera setelah lahir di Rumah Bersalin Do'a Ibu Purbolinggo Lampung Timur.
2. Tujuan Khusus
a. Diperolehnya gambaran pengetahuan ibu tentang pengertian imunisasi Hepatitis B1.
b. Diperolehnya gambaran pengetahuan ibu tentang tujuan imunisasi Hepatitis B1.
c. Diperolehnya gambaran pengetahuan ibu tentang manfaat imunisasi Hepatitis B1.
d. Diperolehnya gambaran pengetahuan ibu tentang waktu yang tepat imunisasi Hepatitis B1.
D. Ruang Lingkup Penelitian
Adapun yang menjadi ruang lingkup dari penelitian tentang Pengetahuan Ibu tentang Pemberian Imunisasi Hepatitis B1 Segera Setelah Lahir di Rumah Bersalin Do'a Ibu adalah sebagai berikut :
1. Sifat penelitian : Deskriptif
2. Subyek penelitian : Ibu – ibu yang melahirkan di Rumah Bersalin Do'a Ibu pada bulan Februari – April 2006
3. Objek penelitian : Pengetahuan Ibu tentang pemberian imunisasi Hepatitis B1 segera setelah lahir di Rumah Bersalin Do'a Ibu.
4. Lokasi penelitian : Rumah Bersalin Do'a ibu Purbolinggo
5. Waktu penelitian : Setelah seminar proposal
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :
1. Untuk ibu
Dengan penelitian ini dapat menambah pengetahuan ibu tentang manfaat diberikannya imunisasi Hepatitis B dan tahu kapan waktu yang tepat dan baik diberikannya imunisasi Hepatitis B1
2. Untuk Institusi Pendidikan
Untuk dapat dijadikan acuan (referensi) bagi penelitian lebih lanjut sekaligus sebagai bahan atau sumber bacaan diperpustakaan institusi pendidikan tentang imunisasi Hepatitis B1
3. Untuk Rumah Bersalin Do'a Ibu
Sebagai bahan masukan untuk bidan agar dapat memotivasi masyarakat utuk menbawa bayinya ke posyandu atau tempat kesehatan lainnya untuk diimunisasi Hepatitis B1 sebelum usia bayi 7 hari.
Pengetahuan ibu tentang imunisasi hepatitis B di posyandu kampung … wilayah kerja puskesmas
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Penyakit Hepatitis B merupakan penyakit kronis yang menyerang hati dan merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia. (Depkes RI, 1992:1).
Resiko penyakit kronis pada penderita Hepatitis B jauh lebih besar bila infeksi terjadi mulai dari awal kehidupan dibandingkan dengan infeksi terjadi pada usia dewasa. Infeksi penyakit Hepatitis B pada masa bayi mempunyai resiko untuk menjadi kronis sekitar 90% dan sebanyak 25%-30% diantaranya akan berkembang menjadi serosis hepatis atau primer carcinoma hepatocelluler.(Depkes RI, 2002:1).
Diperkirakan terdapat 1-2 juta penderita meninggal setiap tahun di dunia sebagai akibat kanker hati primer, sedangkan di Indonesia diperkirakan terdapat lebih dari 10 juta pengidap penyakit Hepatitis B. ( Depkes RI, 2001:1).
Pada penyakit infeksi Hepatitis B terutama dalam bentuknya yang kronik, belum ada pengobatan yang memuaskan. Oleh karena itu sebaiknya perhatian difokuskan kepada usaha pencegahan sedini mungkin.
Hal-hal tersebut yang memacu pemerintah untuk segera mengintegrasikan imunisasi Hepatitis B ke dalam program imunisasi rutin secara nasional sesuai dengan acuan WHO. Imunisasi Hepatitis B merupakan 3 dari minimal 8 suntikan yang harus diterima oleh bayi. Efektivitas imunisasi Hepatitis B akan tinggi bila suntikan Hepatitis B diberikan pada usia dini. (Depkes RI, 2002:1).
Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Propinsi Lampung tahun 2003, bahwa pencapaian imunisasi Hepatitis B.I tahun 2003 hanya 74% sedangkan target yang diharapkan adalah 80%. (Buletin Epidemiologi, Dinas Kesehatan Propinsi Lampung, Januari 2004:5).
Di Kabupaten Lampung Tengah pencapaian imunisasi Hepatitis B.I tahun 2003 hanya mencapai 63%, begitu pula di Kampung Terbanggi Subing Lampung Tengah tahun 2003 hanya mencapai.64,6% sedangkan target yang diharapkan adalah 80% (Laporan Tahunan Imunisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Tengah, 2003).
Berdasarkan survei pendahuluan yang penulis lakukan secara wawancara langsung terhadap beberapa ibu yang mempunyai bayi di kampung tersebut menyatakan belum mengerti tentang pentingnya imunisasi Hepatitis B. Selain itu banyak faktor yang berhubungan dengan imunisasi Hepatitis B antara lain tersedianya sarana, tenaga, dana, jangkauan pelayanan, penyuluhan, pengetahuan masyarakat, sosial budaya dan sebagainya. Dari faktor- faktor yang berhubungan dengan pencapaian iumunisasi Hepatitis B tersebut, maka penulis ingin meneliti pengetahuan ibu tentang imunisasi Hepatitis B di Kampung Terbanggi Subing wilayah kerja Puskesmas Terbanggi Subing Kabupaten Lampung Tengah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dalam peneleitian ini adalah bagaimana pengetahuan ibu tentang imunisasi Hepatitis B di posyandu Kampung Terbanggi Subing Kabupaten Lampung Tengah.
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang imunisasi Hepatitis B yang berkunjung di Posyandu Kampung Terbanggi Subing wilayah kerja Puskesmas Terbanggi Subing.
D. Ruang Lingkup Penelitian
Yang menjadi ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Subyek penelitian : Ibu yang mempunyai bayi 0 – 11 bulan
2. Obyek penelitian : Pengetahuan tentang imunisasi Hepatitis B
3. Lokasi penelitian : Seluruh Posyandu di Kampung Terbanggi Subing Kabupaten Lampung Tengah.
4. Waktu penelitian : Tanggal 13, 17, 18, 22,23 dan 25 Mei 2004.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Puskesmas Terbanggi Subing yaitu sebagai bahan evaluasi agar mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam upaya meningkatkan cakupan imunisasi Hepatitis B.
2. Bagi Institusi Pendidikan, untuk melengkapi sumber bacaan di perpustakaan terutama mengenai pengetahuan ibu tentang imunisasi Hepatitis B.
3. Bagi penulis, sebagai sarana untuk menerapkan ilmu yang telah didapat di bangku kuliah serta mengamalkan secara nyata dalam bentuk karya tulis.
4. Bagi peneliti lain, sebagai bahan referensi untuk penelitian yang sejenis selanjutnya.
Pengetahuan ibu yang mengalami Abortus Incompletus di Rumah Sakit Umu
A. Latar Belakang Masalah
Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di negara berkembang. Di negara miskin, sekitar 25 – 50% kematian wanita usia subur disebabkan hal yang berkaitan dengan kehamilan. World Health Organisation (WHO) memperkirakan lebih dari 585.000 ibu pertahun meninggal saat hamil atau bersalin (Saifudin, 2001 : 3). Saat ini angka kematian maternal dan neonatal di Indonesia masih tinggi yaitu 334 per 100.000 kelahiran hidup dan 21,8 per 1000 kelahiran hidup (Saifudin, 2002 : xii).
Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia, seperti halnya di negara lain adalah : perdarahan 30 – 35%, infeksi 20 – 25% dan gestosis 15 – 17% (Manuaba, 1998 : 19). Kedalam perdarahan dan infeksi sebagai penyebab kematian, sebenarnya tercakup pula kematian akibat abortus terinfeksi dan partus lama. Hanya sekitar 5% kematian ibu disebabkan oleh penyakit yang memburuk akibat kehamilan, misalnya penyakit jantung dan infeksi yang kronis (Saifudin, 2001 : 6).
Diperkirakan frekuensi abortus spontan berkisar 10 – 15%. Penelitian terhadap kematian ibu memperlihatkan bahwa penderita abortus meninggal dunia akibat komplikasi yang ditimbulkannya yaitu : perdarahan, perforasi, infeksi dan syok. Perdarahan pada Abortus Incompletus dapat banyak sekali, sehingga menyebabkan syok dan perdarahan tidak akan terhenti sebelum sisa hasil konsepsi dikeluarkan (Wiknjosastro, 1999 : 307). Faktor penyebab terjadinya Abortus Incompletus adalah : kelainan pertumbuahan hasil konsepsi, kelainan pada placenta, penyakit ibu, dan kelainan traktus genitalis (Wiknjosastro, 1999 : 303).
Berdasarkan hasil prasurvey di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Jendral Ahmad Yani Metro, Abortus Incompletus merupakan 10 besar dari kasus kebidanan. Pada bulan Maret, jumlah kasus antepartum hemoragik sebanyak 25 kasus dan Abortus Incompletus menduduki peringkat pertama, dari 14 ibu yang mengalami abortus 11 orang yang mengalami Abortus Incompletus.
Dari latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti pengetahuan ibu tentang Abortus Incompletus di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Jendral Ahmad Yani Metro.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dibuat rumusan masalah yaitu : Bagaimanakah pengetahuan ibu yang mengalami Abortus Incompletus di Rumah Sakit Umum Jendral Ahmad Yani Metro ?
C. Ruang Lingkup Penelitian
Adapun yang menjadi ruang lingkup dari penelitian tentang Abortus Incompletus di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Jendral Ahmad Yani Metro adalah :
1. Jenis penelitian : Deskriptif
2. Objek Penelitian : Pengetahuan ibu tentang Abortus Incompletus
3. Subjek Penelitian : Ibu – ibu yang mengalami Abortus Incompletus
4. Waktu Penelitian : 10 Mei – 6 Juni 2004
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang Abortus Incompletus di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Jenderal Ahmad Yani Metro.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu pada tingkat tahu di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Jendral Ahmad Yani Metro.
b. Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu pada tingkat memahami di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Jendral Ahmad Yani Metro.
c. Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu pada tingkat aplikasi di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Jendral Ahmad Yani Metro.
E. Manfaat Penelitian
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada :
1. Bagi Penulis
Dapat menerapkan mata kuliah yang telah diajarkan, terutama metodologi penelitian, menambah pengalaman dan wawasan mengenai pengetahuan ibu tentang Abortus Incompletus.
2. Bagi Subjek Penelitian
Untuk menambah pengetahuan ibu tentang Abortus Incompletus.
3. Bagi Institusi Pendidikan Program Studi Kebidanan Metro
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk memperluas wawasan mahasiswanya tentang Abortus Incompletus.
4. Bagi Rumah Sakit Umum Jendral Ahmad Yani Metro
Untuk menambah wawasan bagi tenaga kesehatan khususnya bidan mengenai pengetahuan ibu tentang Abortus Incompletus.
Pengetahuan ibu hamil tentang HIS palsu di BPS
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Indonesia pada tahun 1996 angka kematian ibu masih cukup tinggi yaitu 425 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI, 1997). Berdasarkan surat Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002/2003, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih berada pada angka 307 per 100.000 kelahiran hidup, target yang akan dicapai pada tahun 2010 adalah angka kematian ibu menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup.
Di Propinsi Lampung, cenderung terjadi peningkatan AKI sebesar 143 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1997 menjadi 153 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2002 (Dinas Kes Propinsi Lampung, 2003). Menurut data terakhir di Kabupaten Lampung Tengah 12 orang ibu per 18839 (Dinkes RI Metro, 2004).
Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia, adalah perdarahan, infeksi dan eklamsia. Dimana penyebab perdarahan abortus, infeksi dan partus lama. Hanya sekitar 5% kematian ibu disebabkan oleh penyakit yang memburuk akibat kehamilan, misalnya penyakit jantung dan infeksi yang kronis (Saifuddin, 2002).
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dalam menurunkan Angka Kematian Ibu. Salah satu upaya yang dilakukan yaitu, dengan diadakannya program Safe Motherhood yang dimulai dari tahun 1997 (Saifuddin, 2002).
Agar persalinan sehat dapat berjalan lancar, diperlukan berbagai persiapan baik sebelum hamil maupun selama kehamilan sehingga ibu dan janin dalam keadaan sehat. Untuk itu sangat diharapkan bidan sebagai tenaga terlatih pada sistem kesehatan nasional salah satunya adalah meningkatkan pengetahuan kesehatan masyarakat.
Salah satu upaya meningkatkan pengetahuan kesehatan masyarakat khususnya ibu hamil adalah dengan diketahuinya tanda-tanda his palsu, seperti rasa nyeri ringan dibagian bawah, datangnya tidak teratur, tidak ada perubahan pada sakit / pembawaan tanda durasinya pendek dan tidak bertambah bila beraktifitas (Manuaba, 1998) sehingga ibu mengetahui waktu yang tepat untuk datang ke tenaga kesehatan.
Berdasarkan hasil prasurvei yang dilakukan di BPS Martha Kota Gajah Lampung Tengah, didapatkan data jumlah ibu hamil yang memeriksa kehamilan dengan usia kehamilan 28-32 minggu sebanyak 23 orang, dan berdasarkan hasil wawancara kepada ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya, penulis berasumsi bahwa 23 ibu hamil dengan usia kehamilan 28-32 minggu belum mengerti tentang his palsu. Dari uraian tersebut,maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang pengetahuan ibu hamil tentang his palsu di BPS Martha Kota Gajah Lampung Tengah
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah Penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut : “Bagaimanakah Pengetahuan Ibu Hamil Mengenai His Palsu di BPS Martha Kota Gajah Lampung Tengah Tahun 2006?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil tentang his palsu di BPS Martha Kota Gajah Lampung Tengah.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil tentang pengertian his palsu di BPS Martha Kota Gajah Lampung Tengah.
b. Untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil tentang sifat-sifat his palsu di BPS Martha Kota Gajah Lampung Tengah
c. Untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil tentang tanda-tanda his palsu di BPS Martha Kota Gajah Lampung Tengah
D. Ruang Lingkup
Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup yang diteliti sebagai berikut:
1. Metode penelitian : Studi deskriptif
2. Subjek penelitian : Ibu hamil usia kehamilan 28-32 minggu.
3. Objek penelitian : Pengetahuan ibu hamil tentang his palsu.
4. Lokasi penelitian : Di BPS Martha Kota Gajah Lampung Tengah.
5. Waktu penelitian : 13 – 20 Mei 2006
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi ibu hamil Diharapkan dapat lebih aktif mencari informasi tentang segala hal yang berkaitan dengan kehamilannya baik dari tenaga kesehatan maupun dari media elektronik dan media masa.
2. Bagi Insitusi Pendidikan Bagi Insitusi Pendidikan Poltekes Tanjungkarang Prodi Kebidanan Metro sebagai bahan referensi tentang pengetahuan ibu hamil tentang his palsu dan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.
3. Bagi Peneliti Lain Diharapkan dapat menjadi bahan masukkan dan perbandingan untuk penelitian selanjutnya, Khususnya tentang his palsu serta dapat mengkaji lebih dalam hal yang belum terungkap dalam penelitian ini.
Pengetahuan ibu balita tentang status gizi pada balita di kelurahan
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat dan kesehatan yang prima disamping penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Kekurangan gizi dapat merusak kualitas SDM.
Pada saat ini, sebagian besar atau 50% penduduk Indonesia dapat dikatakan tidak sakit akan tetapi juga tidak sehat, umumnya disebut kekurangan gizi. Kejadian kekurangan gizi sering terlupakan dari penglihatan atau pengawasan biasa, akan tetapi secara perlahan berdampak pada tinginya angka kematian ibu, angka kematian bayi, angka kematian balita, serta rendahnya harapan hidup (Depkes RI, 2004).
Angka kematian balita (AKABA) adalah jumlah kematian anak umur 0 - <>
Pengetahuan ibu bersalin tentang rawat gabung di ruang kebidanan rumah sakit umum
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Garis – Garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1999 – 2004 dan Program Pembangunan Nasional (Propenas) mengamanatkan bahwa pembangunan diarahkan pada meningkatnya mutu sumber daya manusia. Modal dasar pembentukan manusia berkualitas dimulai sejak bayi dalam kandungan disertai dengan pemberian air susu ibu sejak usia dini. “Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Indah Sukmaningsih melaporkan, berdasarkan penelitian WHO 1,5 juta bayi di dunia meninggal karena tidak diberi air susu ibu” (www. Glorianet, 2000).
Pentingnya rawat gabung untuk memudahkan pemberian ASI, karena pemberian ASI ekslusif memberi dampak positif, hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian di RSCM yaitu “angka mortalitas bayi pada rawat pisah 0,4%, sedangkan pada rawat gabung 0,05%. Angka morbiditas bayi pada rawat pisah 17,9% sedangkan pada rawat gabung 2,13%. Dan lama perawatan pada rawat pisah 4,7 + 2,6 hari sedangkan pada rawat gabung 2,5 + 1,5 hari”. (FKUI, 1992 : 8).
Rawat gabung merupakan metode perawatan yang merawat bayi baru lahir disamping ibunya, hingga ibu dan bayinya dirawat dalam satu kesatuan. Diharapkan tujuan yang diperoleh dengan cara rawat gabung ini ialah memberi kesempatan kepada ibu mendapat pengalaman cara merawat bayinya sedini mungkin. Menurut ISA (dalam FKUI : 1992, 28) tujuan lain yang diperoleh dari rawat gabung ialah meningkatkan penggunaan ASI dalam rangka meningkatkan pemberian ASI pada bayi “Dengan adanya rawat gabung diharapkan hubungan batin ibu dan bayi yang ditimbulkan oleh kontak kulit paling sensitif 12 jam pertama terjalin, makin dini dan makin lama kontak bayi dan ibu, makin banyaklah produksi air sus09u ibu “ (FKUI, 1992 : 1)
Konvensasi hak – hak anak tahun 1990 antara lain menegaskan bahwa tumbuh kembang secara optimal merupakan salah satu hak anak. Berarti ASI selain merupakan kebutuhan, juga merupakan hak azasi bayi yang harus dipenuhi oleh orang tuanya. “Hal ini telah dipopulerkan pada pekan ASI sedunia tahun 2000 bahwa memberikan ASI adalah merupakan hak azasi ibu, sedangkan mendapatkan ASI juga merupakan hak azasi bayi”. (www.BKKBN, 2000)
Air Susu Ibu (ASI) telah dibuktikan dan diakui sebagai makanan utama bagi bayi baru lahir yang mampu memenuhi kebutuhan zat gizi bagi pertumbuhan bayi hingga usia 4 – 6 bulan, dengan tehnik menyusui yang benar dan jangka waktu lamanya pemberian ASI. “Menurut WHO pemberian selain ASI akan mempunyai resiko 17 kali lebih besar mengalami diare, dan 3 sampai 4 kali lebih besar kemungkinan terkena infeksi Saluran Pernafasan dibandingkan bayi mendapat ASI” (Saifuddin, 2002 : 1).
Menurut WHO pemberian ASI ekslusif diberikan dengan batas usia 0 – 6 bulan (Depkes RI, 2003 : 3). Hal ini didukung dengan adanya Undang – Undang RI No. 25 tahun 2000 tentang tingkat pencapaian pemberian ASI Ekslusif ibu kepada bayinya harus mencapai 80% (Saifuddin, 2003 : 3). “Menurut SDKI 1997 di Indonesia menunjukkan sebanyak 8,3% bayi baru lahir mendapat air susu ibu dalam 1 jam setelah lahir dan 53% bayi mendapat air susu ibu pada hari pertama” (www.BKKBN, 2000). “Pada Propinsi Lampung pemberian ASI ekslusif pada bayi 0 – 4 bulan adalah 24,2 – 32% (Profil Kesehatan Lampung, 2003).
Dari data prasurvey yang diperoleh di Rumah Sakit Umum Ahmad Yani Metro, ibu yang melahirkan normal pada bulan Maret 2004 sebanyak 19 orang, yang semuanya dilakukan rawat gabung, 3 diantara 5 orang ibu yang bersalin tidak segera memberikan ASI dengan alasan ASI belum keluar, dan sebagian ibu belum mengerti manfaat kontak kulit sedini mungkin.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimanakah pengetahuan ibu bersalin tentang rawat gabung di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Ahmad Yani Metro ?
C. Ruang Lingkup
Dalam rangka penelitian ini ruang lingkup penelitian sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian : Deskriptif
2. Subjek Penelitian : Ibu bersalin yang dilakukan rawat gabung di
Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Ahmad Yani Metro.
3. Objek Penelitian : Pengetahuan ibu bersalin tentang Rawat Gabung.
4. Lokasi Penelitian : Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Ahmad
Yani Metro.
5. Waktu Penelitian : Tanggal 4 Mei 2004 sampai dengan 30 Mei 2004
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran tentang pengetahuan ibu bersalin tentang rawat gabung di Rumah Sakit Umum Ahmad Yani Metro.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu bersalin pada tingkat tahu tentang rawat gabung di Rumah Sakit Umum Ahmad Yani Metro.
b. Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu bersalin pada tingkat memahami tentang rawat gabung di Rumah Sakit Umum Ahmad Yani Metro.
c. Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu bersalin pada tingkat aplikasi tentang rawat gabung di Rumah Sakit Umum Ahmad Yani Metro.
E. Manfaat Penelitian
Pada penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Untuk Dilahan Praktek Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Ahmad Yani Metro.
Sebagai masukan bagi rumah sakit khususnya kepada kepala Rumah Sakit agar meningkatkan fungsi rawat gabung dalam upaya gerakan sayang ibu dan bayi sehingga pemberian ASI sedini mungkin dapat ditingkatkan.
2. Untuk Petugas Kesehatan
Informasi yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan peran petugas kesehatan dalam memberikan informasi tentang rawat gabung sehingga ibu bersalin dapat mengerti dan memahami serta menyadari pentingnya menyusui sedini mungkin dan pentingnya kontak kulit sedini mungkin.
Pengetahuan dan sikap siswa SMU tentang seksualitas pada remaja di SMU
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Suatu tahap perkembangan sudah dimulai, namun yang pasti setiap laki-laki maupun perempuan akan mengalami suatu perubahan baik fisik, emosional maupun sosial. Secara psikis perubahan-perubahan yang terjadi pada remaja adalah munculnya dorongan-dorongan seks, perasaan yang terjadi pada remaja menimbulkan berbagai bentuk ekspresi hubungan seks (Pangkahila, 1998 : 5). Sudut pandang kesehatan masalah yang sangat mengkhawatirkan pada kelompok usia remaja adalah masalah yang berkaitan dengan seks bebas (unprotected sexuality), penyebaran penyakit menular seksual (PMS), kehamilan di luar nikah atau kehamilan yang tidak diinginkan dari kalangan remaja (adolocent unwanted pregnancy), dan aborsi yang tidak aman. (Laksmiwati, 1999 : 1)
Diperkirakan dewasa ini ada kira-kira 1,4 milyar penduduk berusia remaja di seluruh dunia. Total jumlah penduduk dunia + 6 milyar, sekitar 20% terdiri dari remaja yang berusia 10 – 19 tahun dan 30% terdiri dari remaja yang berusia 10-24 tahun. Di negara-negara berkembang, kematian ibu usia remaja (<>
Pengetahuan dukun terlatih tentang tiga bersih dalam pertolongan persalinan di desa
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. Menurut Prawirohardjo (2002) “Persalinan dan kelahiran yang normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin”. Selama persalinan petugas kesehatan memberikan asuhan persalinan yang bertujuan untuk mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman, dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan bayi.
Pertolongan persalinan yang bersih dan aman ini berupa tindakan tiga bersih dalam persalinan. Tindakan tiga bersih dalam persalinan merupakan suatu tindakan dalam persalinan yang harus memenuhi kriteria bersih tempat melahirkan, bersih alat pemotong tali pusat dan bersih tangan penolong. Tindakan tiga bersih dalam persalinan sangat berperan penting dalam pertolongan persalinan sebagai upaya pencegahan infeksi, yang mana sangat berpengaruh dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir (Dep.Kes RI, 2004).
Tiga bersih ini harus diterapkan secara rutin pada saat menolong persalinan dan kelahiran yang bertujuan untuk melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan dan tenaga kesehatan lainnya dengan jalan menghindarkan transmisi penyakit yang disebabkan oleh bakteri, virus dan jamur (Dep.Kes RI, 2004). Persalinan yang tidak menggunakan prinsip 3 bersih akan menimbulkan berbagai dampak. Dampak yang paling utama akan dialami oleh ibu dan bayi baru lahir yang berupa infeksi post partum dan infeksi tali pusat pada bayi baru lahir (Manuaba, 1998). Kemudian dampak lain yang akan dialami oleh penolong persalinan, keluarga dan staf kesehatan lainnya, yang kemungkinan akan mengalami resiko terinfeksi penyakit-penyakit menular (Dep.Kes RI, 2004).
Berdasarkan hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2003 angka kematian ibu dan bayi masih tinggi yaitu angka kematian ibu sebesar 307/100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi sebesar 35/1000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Indonesia, 2003).
Angka kesakitan dan kematian ibu serta bayi yang masih tinggi ini berkaitan dengan pertolongan persalinan oleh dukun yaitu sebanyak 80%, yang rata-rata masih didominasi di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Pertolongan persalinan oleh dukun ini tidak sedikit yang menimbulkan berbagai masalah. Hal ini disebabkan karena mereka bekerja tidak berdasarkan ilmiah, maka mereka tidak mengenal tindakan antiseptik dan tindakan yang patologis (Martaadisoebrata, 1982). Sehingga tindakan pencegahan infeksi dengan tiga bersih masih banyak tidak dilakukan oleh para dukun.
Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Tengah (2005) sekitar 33,07% persalinan ditolong oleh dukun baik terlatih maupun tidak terlatih dan dari 33,07% persalinan oleh dukun ini sekitar 6,25% ibu yang mengalami infeksi post partum dan 20% bayi baru lahir terinfeksi tali pusatnya. Fakta lain terjadi terutama di daerah pedesaan yaitu yang dialami di desa Bumi Nabung sekitar 37,5% ibu mengalami infeksi post partum dan 18,7% bayi baru lahir mengalami infeksi tali pusat dari 32,6% ibu bersalin yang ditolong oleh dukun (Arsip Laporan Puskesmas Bumi Nabung Utara, tahun 2006).
Penyebab tidak dilakukan tiga bersih dalam persalinan oleh dukun dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor sosial budaya berupa pengetahuan dukun yang kurang (ketidaktahuan dukun tentang tiga bersih) ini disebabkan karena sifat dukun yang turun temurun, sehingga dukun kurang menghiraukan cara pertolongan persalinan, yang bersih dan aman, faktor kedua yaitu faktor pelayanan medik yang meliputi kurangnya kemudahan untuk pelayanan kesehatan maternal, asuhan medik yang kurang baik, dan kurangnya tenaga terlatih dan obat-obat penyelamat jiwa. Kedua faktor penyebab tersebut yang mengakibatkan upaya pencegahan infeksi sulit diterapkan, sehingga angka kematian dan kesakitan ibu dan bayi masih tinggi (Prawirohardjo, 2002).
Menurut hasil prasurvey di Desa Bumi Nabung Utara Kecamatan Bumi Nabung Lampung Tengah terdapat 4 dukun bayi yang masih aktif menolong persalinan dari 20 dukun bayi terlatih yang ada di 6 desa di wilayah kerja Puskesmas Bumi Nabung, kemudian di desa Bumi Nabung Utara tidak terdapat bidan, hanya ada Puskesmas pembantu dengan satu tenaga paramedis. Mengingat peran dukun bayi yang cukup besar di desa Bumi Nabung Utara Kecamatan Bumi Nabung Lampung Tengah, penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana pengetahuan dukun terlatih tentang tiga bersih dalam pertolongan persalinan di Desa Bumi Nabung Utara Kecamatan Bumi Nabung Lampung Tengah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut : “Bagaimana pengetahuan dukun terlatih tentang tiga bersih dalam pertolongan persalinan di desa Bumi Nabung Utara Kecamatan Bumi Nabung Lampung Tengah “?
C. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup penelitian sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian : deskriptif
2. Subjek Penelitian : dukun bayi yang sudah terlatih di desa Bumi Nabung
3. Objek Penelitian : pengetahuan dukun terlatih tentang tiga bersih dalam pertolongan persalinan
4. Lokasi Penelitian : desa Bumi Nabung Utara, Kecamatan Bumi Nabung Kabupaten Lampung Tengah
5. Waktu Penelitian : tanggal 7-14 Juni 2007
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengetahuan dukun terlatih tentang tiga bersih dalam pertolongan persalinan di desa Bumi Nabung Utara Kecamatan Bumi Nabung Lampung Tengah.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya pengetahuan dukun tentang bersih tempat dalam pertolongan persalinan.
b. Diketahuinya pengetahuan dukun tentang bersih alat dalam pertolongan persalinan
c. Diketahuinya pengetahuan dukun tentang bersih penolong dalam pertolongan persalinan.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Dukun
Agar dukun bayi mengetahui pentingnya tiga bersih dalam setiap pertolongan persalinan.
2. Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar memperbaiki dan mengembangkan kualitas pelayanan pertolongan persalinan yang dilakukan oleh dukun.
3. Bagi Institusi
Sebagai sumber bacaan dan referensi bagi perpustakaan di instansi pendidikan.
Pengetahuan dan sikap siswa kelas 1 SMP tentang pubertas di SMP
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Data demografi menunjukkan bahwa remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut WHO (1995) sekitar seperlima dari penduduk dunia adalah remaja berumur 10-19 tahun. Sekitar 900 juta berada di negara sedang berkembang. Data demografi di Amerika Serikat (1990) menunjukkan jumlah remaja berumur 10-19 tahun sekitar 15% populasi. Di Asia Pasifik dimana penduduknya merupakan 60% dari penduduk dunia, seperlimanya adalah remaja umur 10-19 tahun. Di Indonesia menurut Biro Pusat Statistik (1999) kelompok umur 10-19 tahun adalah sekitar 22%, yang terdiri dari 50,9% remaja laki-laki dan 49,1% remaja perempuan (dikutip dari Nancy P, 2002) (Soetjiningsih, 2004 : 1).
Seringkali dalam pembahasan soal remaja digunakan istilah pubertas. Istilah pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis yang meliputi morfologi dan fisiologi yang terjadi dengan pesat dari masa anak-anak ke masa dewasa, terutama kapasitas reproduksi yaitu perubahan alat kelamin dari tahap anak ke dewasa.
Pertumbuhan yang terjadi pada masa pubertas sekitar 20% dari tinggi akhir, rata-rata keseluruhannya 23-28 cm pada remaja perempuan dan 26-28 cm pada remaja laki-laki. Rata-rata pacu tumbuh terjadi selama 24-36 bulan. Puncak kecepatan tinggi badan (PHV) pada remaja perempuan terjadi 18-24 bulan lebih cepat dari pada remaja laki-laki (Soetjiningsih, 2004 : 5).
Pubertas terlambat (delayed puberty) pada perempuan didefinisikan tidak membesarnya payudara sampai umur 13 tahun, tidak adanya menstruasi sampai umur 15 tahun. Pada laki-laki pubertas terlambat adalah bila panjang testis tidak mencapai 2,5 cm atau volume testis tidak mencapai 4 ml sampai umur 14 tahun. Secara statistik pubertas yang mengalami keterlambatan sebanyak 2,5 dari normal populasi remaja pada kedua kelamin (Soetjiningsih, 2004 : 67).
Keterlambatan pubertas pada remaja sangat mempengaruhi secara psikososial. Pengaruh tersebut antara lain: Gejala tekanan emosional seperti mudah marah dan depresi, gangguan psikomotor seperti sakit perut, menjauhi teman-teman sebayanya, penampilan bersekolah yang kurang, peningkatan absen sekolah penurunan aktivitas olah raga, perkataan dan pendidikan yang tidak adekuat, peningkatan ketergantungan.
Kurangnya pemahaman tentang perilaku seksual pada masa remaja amat merugikan bagi remaja sendiri termasuk keluarga, sebab pada masa ini remaja mengalami perkembangan yang penting yaitu kognitif, emosi, sosial dan seksual. Perkembangan ini akan berlangsung mulai sekitar 12 tahun sampai 20 tahun. Kurangnya pemahaman ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain: adat istiadat, budaya, agama dan kurangnya informasi dari sumber yang benar. Kurangnya pemahaman ini akan mengakibatkan berbagai dampak yang justru amat merugikan kelompok remaja dan keluarganya. Dilaporkan bahwa 80% laki-laki dan 70% perempuan melakukan hubungan seksual selama masa pubertas dan 20% dari mereka mempunyai empat atau lebih pasangan. Ada sekitar 53% perempuan berumur antara 15-19 tahun melakukan hubungan seksual pada masa remaja, sedangkan jumlah laki-laki yang melakukan hubungan seksual sebanyak dua kali lipat dari pada perempuan (Soetjiningsih, 2004 : 133).
Berdasarkan uraian diatas didapat bahwa tingkat pengetahuan mengenai perubahan pada masa pubertas sangat mempengaruhi sikap dan pola perilaku remaja. Oleh karena itu peneliti merasa perlu melakukan penelitian tentang hal tersebut. Hal ini penting karena dengan mengetahui sejauh mana perubahan yang sering terjadi dalam diri remaja maka remaja akan mengambil sikap yang benar dalam menghadapi hal tersebut. Peneliti ingin mengetahui tingkat pengetahuan remaja mengenai perubahan masa pubertas yang dialami oleh remaja itu sendiri.
SMP Padjajara¬¬n Bandar Lampung adalah salah satu sekolah di Bandar Lampung dari studi pendahuluan yang penulis lakukan di SMP tersebut diatas melalui wawancara langsung dengan siswa-siswi kelas 1 tanggal 22 Maret 2007 sebanyak 11 orang, diperoleh bahwa belum pernah ada penyuluhan atau informasi tentang pubertas remaja. Dengan banyaknya jumlah remaja yang sedang masa pubertas dan kompleksitas permasalahan yang akan dihadapi remaja, maka penulis perlu mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap para siswa-siswi SMP Padjajaran Bandar Lampung kelas 1 khususnya tentang pubertas.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan diatas, maka penulis merumuskan masalah yaitu “Bagaimanakah tingkat pengetahuan dan sikap siswa-siswi kelas 1 tentang pubertas?”.
C. Ruang Lingkup Penelitian
Penulis membatasi ruang lingkup yang diteliti sebagai berikut :
1. Sifat Penelitian : Studi Deskriptif
2. Subyek Penelitian : Siswa kelas 1 SMP
3. Objek Penelitian : Pengetahuan dan sikap siswa kelas 1 tentang
pubertas
4. Lokasi Penelitian : SMP Padjajaran Bandar Lampung
5. Waktu Penelitian : Mei - Juni 2007
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Memperoleh tingkat pengetahuan dan sikap siswa SMP kelas 1 tentang pubertas.
2. Tujuan Khusus
a. Memperoleh pengetahuan siswa / siswi tentang pubertas di SMP Padjajaran Bandar Lampung.
b. Memperoleh pengetahuan siswa / siswi tentang ciri-ciri pubertas.
c. Memperoleh pengetahuan siswa / siswi tentang perubahan fisik yang terjadi pada saat pubertas.
d. Memperoleh pengetahuan siswa /siswi tentang bahaya pada masa puber.
e. Memperoleh sikap siswa / siswa tentang pubertas di SMP Padjajaran Bandar Lampung.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi :
1. Instansi Tempat Penelitian
Sebagai masukan informasi bagi pihak sekolah tentang keadaan remaja awal saat ini sehingga pihak sekolah dapat mencari solusi dalam membantu menyelesaikan masalah yang siswa kelas 1 hadapi dan dapat membantu dalam mempersiapkan masa pubertasnya.
2. Bagi Siswa-Siswi
Penulis berharap bahwa penelitian ini akan bermanfaat sebagai bahan masukan bagi siswa yang sudah memasuki masa pubertas. Dengan adanya penyuluhan tentang pubertas disekolah, mudah-mudahan mereka memahami dan mengetahui masalah-masalah yang berhubungan dengan pubertas, agar mereka tidak terjerumus kearah negatif.
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
Sebagai bahan informasi untuk penelitian selanjutnya yang akan melakukan penelitian yang lebih mendalam tentang pubertas.
Penilaian Diri (Self Assessment)
- Saya lebih sering merasa bahagia dengan hidup saya.
- Saya merasa sangat sehat secara fisik.
- Saya tidak mengalami kebosanan yang luar biasa atau perubahan suasana hati.
- Saya tidak memiliki kondisi medis yang dikenal.
- Saya tidak memiliki riwayat penyakit dalam anggota keluarga-(penyakit jantung, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, diabetes).
- Saya tidak dalam keadaan obesitas / klasifikasi kelebihan berat badan.
- Saya memiliki sikap/perilaku/gaya hidup yang positif terhadap kehidupan.
Tetapi jika jawaban Anda adalah Salah untuk pertanyaan self-assessment di atas, maka anda datang ke tempat yang tepat. Kami di sini berusaha untuk memberikan berbagai informasi yang Anda butuhkan untuk hidup sehat.
Asuhan Keperawatan Meningitis
Askep Meningitis
( Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Meningitis )
Definisi
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur (Smeltzer, 2001).
Askep Meningitis
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Suriadi & Rita, 2001).
Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya ditimbulkan oleh salah satu dari mikroorganisme pneumokok, Meningokok, Stafilokok, Streptokok, Hemophilus influenza dan bahan aseptis (virus) (Long, 1996).
Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai piamater,araknoid dan dalam derajat yang lebih ringan mengenai jaringan otak dan medulla spinalis yang superficial.(neorologi kapita selekta,1996).
Etiologi
1. Bakteri; Mycobacterium tuberculosa, Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa
2. Penyebab lainnya, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia
3. Faktor predisposisi : jenis kelamin laki-laki lebih sering dibandingkan dengan wanita
Download Askep Meningitis SelengkapnyaBlog Archive
-
2016
(1)
- 09/18 - 09/25 (1)
-
2015
(10)
- 10/11 - 10/18 (1)
- 09/13 - 09/20 (1)
- 09/06 - 09/13 (1)
- 07/05 - 07/12 (1)
- 05/17 - 05/24 (6)
-
2014
(1)
- 04/13 - 04/20 (1)
-
2012
(770)
- 02/19 - 02/26 (5)
- 02/12 - 02/19 (10)
- 02/05 - 02/12 (4)
- 01/29 - 02/05 (27)
- 01/22 - 01/29 (88)
- 01/15 - 01/22 (101)
- 01/08 - 01/15 (169)
- 01/01 - 01/08 (366)
-
2011
(4478)
- 12/25 - 01/01 (336)
- 12/18 - 12/25 (62)
- 12/11 - 12/18 (70)
- 12/04 - 12/11 (77)
- 11/27 - 12/04 (40)
- 11/20 - 11/27 (67)
- 11/13 - 11/20 (198)
- 11/06 - 11/13 (187)
- 10/30 - 11/06 (340)
- 10/23 - 10/30 (32)
- 10/16 - 10/23 (109)
- 10/09 - 10/16 (80)
- 08/14 - 08/21 (75)
- 08/07 - 08/14 (81)
- 07/31 - 08/07 (82)
- 07/24 - 07/31 (66)
- 07/17 - 07/24 (91)
- 07/10 - 07/17 (47)
- 07/03 - 07/10 (44)
- 06/26 - 07/03 (53)
- 06/19 - 06/26 (59)
- 06/12 - 06/19 (47)
- 06/05 - 06/12 (65)
- 05/29 - 06/05 (63)
- 05/22 - 05/29 (77)
- 05/15 - 05/22 (115)
- 05/08 - 05/15 (65)
- 05/01 - 05/08 (104)
- 04/24 - 05/01 (45)
- 04/17 - 04/24 (70)
- 04/10 - 04/17 (134)
- 04/03 - 04/10 (72)
- 03/27 - 04/03 (18)
- 03/20 - 03/27 (47)
- 03/13 - 03/20 (68)
- 03/06 - 03/13 (40)
- 02/27 - 03/06 (56)
- 02/20 - 02/27 (77)
-
02/13 - 02/20
(76)
- Diabetes Melitus [DM]
- Askep Gagal Ginjal Kronik
- Askep Acute Nonlymphoid Leukemia
- Askep Anak Dengue Hemorhagic Fever
- Askep Diare
- Askep Anak Diare
- Pengetahuan ibu tentang pemberian makanan tambahan...
- Pengetahuan ibu tentang pemberian imunisasi hepati...
- Pengetahuan ibu tentang imunisasi hepatitis B di p...
- Pengetahuan ibu yang mengalami Abortus Incompletus...
- Pengetahuan ibu hamil tentang HIS palsu di BPS
- Pengetahuan ibu balita tentang status gizi pada ba...
- Pengetahuan ibu bersalin tentang rawat gabung di r...
- Pengetahuan dan sikap siswa SMU tentang seksualita...
- Pengetahuan dukun terlatih tentang tiga bersih dal...
- Pengetahuan dan sikap siswa kelas 1 SMP tentang pu...
- Penilaian Diri (Self Assessment)
- Asuhan Keperawatan Meningitis
- Penyakit Muntaber atau Vibrio Parahaemolyticus Ent...
- Pengetahuan dan sikap remaja tentang bahaya seks b...
- Pengetahuan dan sikap remaja putri tentang menstru...
- Pengetahuan ibu mengenai kejadian ikutan pasca imu...
- Pengetahuan ibu hamil tentang kunjungan pemeriksaa...
- Pengetahuan dan sikap remaja tentang seks pranikah...
- Pemeriksaan Fisik
- Pengetahuan dan sikap ibu hamil terhadap tanda-tan...
- Pengetahuan dan sikap ibu post seksio sesarea tent...
- Pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang tablet tam...
- Pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang teknik pre...
- Pengetahuan dan sikap dukun terlatih dalam menolon...
- Pengaruh Berat Badan Terhadap Kesehatan Seksual
- Smartphone slowed the Mobile Data Network
- Windows Phone Nokia 2012 Slide
- Pengetahuan dan sikap remaja putri tentang dampak ...
- Pengetahuan dan sikap petugas pelaksana penanganan...
- Pengetahuan dan sikap masyarakat usia 15 – 39 tahu...
- Pengetahuan dan sikap ibu tentang pemantauan statu...
- Pengetahuan dan sikap bidan dalam penatalaksanaan ...
- Google will ' marries ' Gingerbread & Honeycomb
- Apply at Apple AppStore Subscription System
- Contoh Undangan Pernikahan
- Manfaat Vitamin C bagi tubuh
- Penatalaksanaan pencegahan infeksi nifas di ruang ...
- Pemantauan perkembangan balita di posyandu …..wila...
- Pelaksanaan resusitasi pada bayi baru lahir dengan...
- Pelaksanaan rawat gabung di rumah bersalin handayani
- Pengetahuan dan sikap ibu balita tentang pemberian...
- Lanjutan debat panas dengan seorang teman di face...
- Asuhan keperawatan Benign Prostatic Hypertrophy ( ...
- Acer Iconia , Smartphones Tangible Tablet
- Pengetahuan dan keterampilan bidan tentang manajem...
- Penatalaksanaan pijat bayi oleh dukun pijat bayi p...
- Penatalaksanaan manajemen aktif kala III oleh bida...
- Hubungan antara suami perokok dengan bayi berat la...
- Hubungan antara pengetahuan ibu balita tentang giz...
- Discussions about nursing malpractice in the Faceb...
- Askep Pemasangan Central Venous Pressure; CVP
- Intoksikasi Insektisida
- Hyaline Membrane Disease - Respiratory Distress Si...
- Hipoglikemia
- Oedema Paru
- 295 World Have Eksabit Data Storage Capacity
- SADARI (Periksa Payudara Sendiri)
- Mencegah Gagal Ginjal
- Konsep Perilaku
- Perawat Kecil (PerCil)
- PEMERIKSAAN DARAH RUTIN HEMOGLOBIN (CARA SAHLI)
- ANTENATAL CARE
- KONSEP PUSKESMAS
- cinta aku gak ya ???????
- Praktik Mandiri
- Kyocera Echo , Sailing Android Touch Dual Smartphone
- INQ Cloud Cloud Q & Touch up Android- based phone
- HP Veer and HP Pre 3 Phone Dual GSM - CDMA based w...
- Perilaku
- PERAWATAN ASMA BRONKIAL
- 02/06 - 02/13 (198)
- 01/30 - 02/06 (194)
- 01/23 - 01/30 (132)
- 01/16 - 01/23 (196)
- 01/09 - 01/16 (202)
- 01/02 - 01/09 (121)
-
2010
(2535)
- 12/26 - 01/02 (156)
- 12/19 - 12/26 (65)
- 12/12 - 12/19 (73)
- 12/05 - 12/12 (84)
- 11/28 - 12/05 (80)
- 11/21 - 11/28 (68)
- 11/14 - 11/21 (63)
- 11/07 - 11/14 (50)
- 10/31 - 11/07 (50)
- 10/24 - 10/31 (36)
- 10/17 - 10/24 (58)
- 10/10 - 10/17 (35)
- 10/03 - 10/10 (31)
- 09/26 - 10/03 (21)
- 09/19 - 09/26 (26)
- 09/12 - 09/19 (55)
- 09/05 - 09/12 (65)
- 08/29 - 09/05 (33)
- 08/22 - 08/29 (70)
- 08/15 - 08/22 (45)
- 08/08 - 08/15 (35)
- 08/01 - 08/08 (37)
- 07/25 - 08/01 (27)
- 07/18 - 07/25 (19)
- 07/11 - 07/18 (30)
- 07/04 - 07/11 (56)
- 06/27 - 07/04 (28)
- 06/20 - 06/27 (22)
- 06/13 - 06/20 (30)
- 06/06 - 06/13 (21)
- 05/30 - 06/06 (5)
- 05/16 - 05/23 (6)
- 05/09 - 05/16 (29)
- 05/02 - 05/09 (59)
- 04/25 - 05/02 (28)
- 04/18 - 04/25 (38)
- 04/11 - 04/18 (70)
- 04/04 - 04/11 (59)
- 03/28 - 04/04 (65)
- 03/21 - 03/28 (89)
- 03/14 - 03/21 (218)
- 03/07 - 03/14 (95)
- 02/28 - 03/07 (135)
- 02/21 - 02/28 (102)
- 01/03 - 01/10 (68)
-
2009
(1652)
- 12/27 - 01/03 (36)
- 12/20 - 12/27 (22)
- 12/13 - 12/20 (100)
- 12/06 - 12/13 (45)
- 11/29 - 12/06 (24)
- 11/22 - 11/29 (22)
- 11/15 - 11/22 (19)
- 11/08 - 11/15 (28)
- 11/01 - 11/08 (11)
- 10/25 - 11/01 (17)
- 10/18 - 10/25 (38)
- 10/11 - 10/18 (33)
- 10/04 - 10/11 (15)
- 09/27 - 10/04 (21)
- 09/20 - 09/27 (7)
- 09/13 - 09/20 (84)
- 09/06 - 09/13 (35)
- 08/30 - 09/06 (48)
- 08/23 - 08/30 (118)
- 08/16 - 08/23 (26)
- 08/09 - 08/16 (34)
- 08/02 - 08/09 (35)
- 07/26 - 08/02 (31)
- 07/19 - 07/26 (14)
- 07/12 - 07/19 (16)
- 07/05 - 07/12 (28)
- 06/28 - 07/05 (26)
- 06/21 - 06/28 (76)
- 06/14 - 06/21 (26)
- 06/07 - 06/14 (21)
- 05/31 - 06/07 (43)
- 05/24 - 05/31 (38)
- 05/17 - 05/24 (26)
- 05/10 - 05/17 (52)
- 05/03 - 05/10 (15)
- 04/26 - 05/03 (38)
- 04/19 - 04/26 (32)
- 04/12 - 04/19 (22)
- 04/05 - 04/12 (20)
- 03/29 - 04/05 (40)
- 03/22 - 03/29 (43)
- 03/15 - 03/22 (18)
- 03/08 - 03/15 (14)
- 03/01 - 03/08 (22)
- 02/22 - 03/01 (12)
- 02/15 - 02/22 (9)
- 02/08 - 02/15 (11)
- 02/01 - 02/08 (19)
- 01/25 - 02/01 (37)
- 01/18 - 01/25 (21)
- 01/11 - 01/18 (33)
- 01/04 - 01/11 (31)
-
2008
(700)
- 12/28 - 01/04 (13)
- 12/21 - 12/28 (9)
- 12/14 - 12/21 (57)
- 12/07 - 12/14 (5)
- 11/30 - 12/07 (18)
- 11/23 - 11/30 (33)
- 11/16 - 11/23 (31)
- 11/09 - 11/16 (23)
- 11/02 - 11/09 (18)
- 10/26 - 11/02 (11)
- 10/19 - 10/26 (15)
- 10/12 - 10/19 (13)
- 10/05 - 10/12 (25)
- 09/28 - 10/05 (2)
- 09/21 - 09/28 (14)
- 09/14 - 09/21 (19)
- 09/07 - 09/14 (43)
- 08/31 - 09/07 (3)
- 08/24 - 08/31 (33)
- 08/17 - 08/24 (65)
- 08/10 - 08/17 (4)
- 08/03 - 08/10 (26)
- 07/27 - 08/03 (6)
- 07/20 - 07/27 (19)
- 07/13 - 07/20 (18)
- 07/06 - 07/13 (60)
- 06/29 - 07/06 (53)
- 06/22 - 06/29 (49)
- 06/15 - 06/22 (11)
- 06/08 - 06/15 (4)
Popular Posts
-
ASUHAN KEPERAWATAN IBU NIFAS DENGAN PERDARAHAN POST PARTUM A. PengertianPost partum / puerperium adalah masa dimana tubuh menyesuaikan, baik...
-
KTI KEBIDANAN HUBUNGAN USIA TERHADAP PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSUD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan wanita merupakan hal yang s...
-
Setelah beberapa minggu ini cari materi buat postingan baru, mendadak dapat inspirasi setelah rekan Anton Wijaya menulis di buku tamu Keper...
-
PATHWAY ASFIKSIA NEONATORUM Klik pada gambar untuk melihat pathway Download Pathway Asfiksia Neonatorum Via Ziddu Download Askep Asfiksia N...
-
DEFINISI Ikterus ialah suatu gejala yang perlu mendapat perhatian sungguh-sungguh pada neonatus. Ikterus ialah suatu diskolorasi kuning pa...
-
Metode Kalender atau Pantang Berkala (Calendar Method Or Periodic Abstinence) Pendahuluan Metode kalender atau pantang berkala merupakan met...
-
Pathway Combustio Klik Pada Gambar Untuk melihat pathway Download Pathway Combustio Via Ziddu Tag: Pathways combustio , pathways luka baka...
-
Pathway Hematemesis Melena Klik pada gambar untuk melihat pathway Download Pathway Hematemesis Melena Via Ziddu
-
PROSES KEPERAWATAN KOMUNITAS Pengertian - Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan, merencana...
-
Metode Suhu Basal Tubuh (Basal Body Temperature Method) Suhu tubuh basal adalah suhu terendah yang dicapai oleh tubuh selama istirahat atau ...
© ASUHAN KEPERAWATAN 2013 . Powered by Bootstrap , Blogger templates and RWD Testing Tool Published..Gooyaabi Templates