Sabtu, 07 Agustus 2010
Tejo lupa surti marah
Surti marah karena tidak dikirimi pesan oleh tejo, padahal tejo sudah berjanji akan mengirim SMS kalau dirinya telah sampai ditujuan. Surti memperkirakan 1 jam yang lalu, tejo telah berada di tempat tersebut, namun SMS nya belum juga masuk, dengan perasaan gundah, surti mengirim pesan pada tejo sekitar pukul 16.09 wib , melalui pesan singkat tersebut surti menuliskan, ” Katanya abang mau ngasih
Read More
ASKEP ATRESIA BILIARY
I. Pengertian
Atresia Biliary adalah merupakan suatu keadaan dimana saluran empedu yang utuh dengan sumbatan dibagian distalnya atau kelainan yang terjadi dibagian atas porta hepatic.
Suatu defek kongenital yang merupakan hasil dari tidak adanya / obstruksi satu / lebih saluran empedu pada ekstra hepatik atau intrahepatik ( Suriadi, 2001: 17 )
Sumbatan saluran empedu mengenai seluruh atau
Read More
Atresia Biliary adalah merupakan suatu keadaan dimana saluran empedu yang utuh dengan sumbatan dibagian distalnya atau kelainan yang terjadi dibagian atas porta hepatic.
Suatu defek kongenital yang merupakan hasil dari tidak adanya / obstruksi satu / lebih saluran empedu pada ekstra hepatik atau intrahepatik ( Suriadi, 2001: 17 )
Sumbatan saluran empedu mengenai seluruh atau
Jumat, 06 Agustus 2010
ASKEP ALDOSTERONISME
A. Pengertian
Aldosteronisme adalah keadaan klinis yang diakibatkan oleh produksi aldosteron “suatu hormon steroid mineralokortikoid korteks adrenal “ secara berlebih. Efek metabolik aldosteron berkaitan dengan keseimbangan elektrolit dan cairan. Aldosteron meningkatkan reabsorsi natrium tubulus proksimal ginjal dan menyebabkan ekskresi kalium dan ion hidrogen. Konsekuensi klinis kelebihan
Read More
Aldosteronisme adalah keadaan klinis yang diakibatkan oleh produksi aldosteron “suatu hormon steroid mineralokortikoid korteks adrenal “ secara berlebih. Efek metabolik aldosteron berkaitan dengan keseimbangan elektrolit dan cairan. Aldosteron meningkatkan reabsorsi natrium tubulus proksimal ginjal dan menyebabkan ekskresi kalium dan ion hidrogen. Konsekuensi klinis kelebihan
ASKEP ACNE VULGARIS
A. PENGERTIAN.
Peradangan kronik (menahun) folikel pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri. dengan gambaran khas komedo, papul, pustul, nodus dan kista pada tempat-tempat predeliksinya, biasanya pada punggung, dada dan wajah.
B. ETIOLOGI.
Etiologi dari penyakit ini belum jelas, berbagai penyelidikan yang lebih medium untuk mengetahui penyebabnya yang pasti
Read More
Peradangan kronik (menahun) folikel pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri. dengan gambaran khas komedo, papul, pustul, nodus dan kista pada tempat-tempat predeliksinya, biasanya pada punggung, dada dan wajah.
B. ETIOLOGI.
Etiologi dari penyakit ini belum jelas, berbagai penyelidikan yang lebih medium untuk mengetahui penyebabnya yang pasti
ASKEP KLIEN TERMINAL
Tujuan Instruksional :
Setelah mempelajari materi ini, peserta didik keperawatan diharapkan memiliki kemampuan :
1. Memahami dan dapat melaksanakan pengkajian pada klien terminal
2. Memahami dan dapat merumuskan diagnosa keperawatan pada klien terminal
3. Memahami dan dapat menyusun rencana tindakan pada klien terminal
4. Memahami dan dapat melaksanakan evaluasi pada klien terminal
PENGKAJIAN
Read More
Setelah mempelajari materi ini, peserta didik keperawatan diharapkan memiliki kemampuan :
1. Memahami dan dapat melaksanakan pengkajian pada klien terminal
2. Memahami dan dapat merumuskan diagnosa keperawatan pada klien terminal
3. Memahami dan dapat menyusun rencana tindakan pada klien terminal
4. Memahami dan dapat melaksanakan evaluasi pada klien terminal
PENGKAJIAN
1. Ketoasidosis Diabetikum
LAPORAN PENDAHULUAN
ASKEP PADA KLIEN DENGAN KETOASIDOSIS DIABETIKUM
I. DEFINISI Ketoasidosis Diabetikum
Merupakan gangguan metabolisme akut yang terjadi pada hiperglikemi yang tidak terkontrol. Keadaan ini dapat mengancam kehidupan oleh karena terjadi dehidrasi berat, gangguan keseimbangan elektrolit, jika tidak terdiagnosis dan tertangani dengan benar.
II. ETIOLOGI Ketoasidosis Diabetikum
• Infeksi, dimana terjadi peningkatan kecepatan laju metabolisme tubuh
• Gangguan penyediaan insulin, atau berkurangnya kadar insulin
• Krisis emosional
• Pe ↓ aktivitas latihan
• Pe ↑ intake makanan
• DM tidak terdiagnosis
III. PATHOFISIOLOGI Ketoasidosis Diabetikum
Defisiensi insulin yang berat
(absolute atau relative)
↓ pengambilan ↑ katabolisme protein ↑ Lipolisis
glukosa
↑ asam ↑ Nitrogen ↑ Gliserol ↑ FFA
amino
Hiperglikemi ↑ glukoneogenesis ↑ Ketogenesis
↑ Ketonemia
Diuresis Elektrolit ↑ Ketonuria Osmotic urin ↓
Hipotonik
Hiperosmolar Volume depletion Ketoasidosis
Koma Syok Asidosis metabolic
IV. KOMPLIKASI Ketoasidosis Diabetikum
• Hiperkalemi
• Edema paru
• Edema serebral
• Hiponatremi
V. MANIFESTASI KLINIS Ketoasidosis Diabetikum
• Hiperglikemi : ↑ gula darah, ↑ glukosa urin
• Asidosis metabolic : ↑ keton darah dan urin, ↓ pH, ↑ HCO3, ↑ PCO2, pernafasan Kussmaul, nafas berbau buah-buahan
• Diuresi osmotic : poliuri, polidipsi, dehidrasi, hipotensi, hemokonsentrasi, gangguan keseimbangan elektrolit ( hiperkalemi, hiponatremi )
• Mekanisme kompnesasi ; ↓ produksi urin, ↑ kadar Na, ↑ tekanan darah, nadi, pernafasan, konstriksi pembuluh darah perifer
• Dekompensasi ; koma, vasodilatasi, kulit hangat, tanda-tanda syok
• Terlihat sakit berat
• Tanda-tanda dehidrasi : turgor kulit menurun, haus, membrane mukosa ( konjungtiva dan oral) kering
• Wajah kemerahan
• Nyeri abdomen, muntah, penurunan refleks tendon
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG Ketoasidosis Diabetikum
• Kadar glukosa darah : > 200 mg/dl sampai dengan 2000 mg/dl
• Keton darah dan urin
• Analisa Gas Darah : PaO2 (normal), ↓ pH, ↓ PaCO2
• Lekositosis
• ↑ BUN dan kreatinin
• Elektrolit ; Hiperkalemi, hipokalemi, hiponatremi
VII. PENATALAKSANAAN MEDIS Ketoasidosis Diabetikum
1. Terapi Insulin
• Terapi insulin rendah ( regular insulin 5-10 i.u./jam )
• Diikuti dengan sliding scale (sesuai kadar gula darah)
• Insulin akan berkurang aktivitasnya pada pH > 7,5
• Awasi komplikasi terapi ( Hipoglikemi atau syok insulin )
2. Rehidrasi
• Larutan isotonic ( NaCl 0,9 %) , 1000-2000 ml pada 2 jam pertama
• Awasi komplikasi terapi ; overload cairan
3. Penggantian elektrolit
• Gangguan elektrolit utama : deficit kalium
• Kesalahan dalam menilai kadar kalium :
- Kalium → >> di intrasel
- Kesalahan dalam pengambilan
• Penggantian kalium sebelum terapi insulin akan membahayakan
4. Terapi Antiasidosis
Monitor kadar kalium darah dengan teliti → hipokalemi
5. Penanganan gejala lain
VIII. DIAGNOSA KEPERAWATAN Ketoasidosis Diabetikum
1. Defisit volume cairan b.d. osmotic diuresi
2. Gangguan proses metabolisme b.d. ketidakcukupan insulin untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
3. Gangguan keseimbangan elektrolit b.d. osmotic diuresis
4. Gangguan keseimbangan asam-basa b.d. peningkatan sisa metabolic asam
5. Kurang pengetahuan
DAFTAR PUSTAKA
Eliastam, M., Sternbach, G., & Bresler, M. (1998). Buku saku : Penuntun
kedaruratan medis. ( edisi 5 ). Jakarta ; EGC.
Hudak & Gallo.(1994). Critical care nursing : a holistic approach.
(7th edition). Lippincott : Philadelphia..
Thelan, et.al. (1994). Critical care nursing ; Diagnosis and management.
(2nd edition). St. louis ; Mosby Company.
posted by : gayuh
Kamis, 05 Agustus 2010
becak tanpa per
kadang difitnah dihina dicaci dimaki.. tapi biar lah.. kadang kadang malah ketawa saat difitnah jadi inget lagunya slank tonk kosong.. ada liriknya yang bilang ngoceh sana sini gak ada isi otak udang ngomongnya sembarangan.. apalagi yang pribahasa jawa
Read More
becak tanpa per
gaco njeplak tanpa miker
ya sudahlah jreng...jreng...
Ruptur tendon Achilles
Anatomi
Tendon Achilles berasal dari gabungan tiga otot yaitu gastrocnemius, soleus, dan otot plantaris. Pada manusia, letaknya tepat di bagian pergelangan kaki. Tendon Achilles adalah tendon tertebal dan terkuat pada tubuh manusia. Panjangnya sekitar 15 sentimeter, dimulai dari pertengahan tungkai bawah. Kemudian strukturnya kian mengumpul dan melekat pada bagian tengah-belakang tulang
Read More
Tendon Achilles berasal dari gabungan tiga otot yaitu gastrocnemius, soleus, dan otot plantaris. Pada manusia, letaknya tepat di bagian pergelangan kaki. Tendon Achilles adalah tendon tertebal dan terkuat pada tubuh manusia. Panjangnya sekitar 15 sentimeter, dimulai dari pertengahan tungkai bawah. Kemudian strukturnya kian mengumpul dan melekat pada bagian tengah-belakang tulang
FRAKTUR FEMUR
DEFENISI
Rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang / osteoporosis.
FISIOLOGI / ANATOMI
Persendian panggul merupakan bola dan mangkok sendi dengan acetabulum bagian dari femur, terdiri dari : kepala, leher, bagian terbesar dan kecil, trokhanter dan batang, bagian terjauh dari femur
Read More
Rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang / osteoporosis.
FISIOLOGI / ANATOMI
Persendian panggul merupakan bola dan mangkok sendi dengan acetabulum bagian dari femur, terdiri dari : kepala, leher, bagian terbesar dan kecil, trokhanter dan batang, bagian terjauh dari femur
Rabu, 04 Agustus 2010
Minum Waktu Makan Tidak Membikin Gemuk
Khaidirmuhaj.blogspot.com - Banyak orang meyakini, minum saat sedang makan bisa mengganggu pencernaan dan memicu kegemukan. Faktanya tidak selalu demikian, sebab makan yang diselingi minum air putih justru dapat membantu menurunkan berat badan.
Selama tidak ditambah sirup atau gula, air putih (H2O) merupakan senyawa bebas kalori. Sekalipun diminum bersama dengan makanan, air putih
Read More
Selama tidak ditambah sirup atau gula, air putih (H2O) merupakan senyawa bebas kalori. Sekalipun diminum bersama dengan makanan, air putih
ASKEP AMPUTASI
Pendahuluan
Keperawatan sebagai salah satu profesi, memiliki peran spesifik dalam kegiatan pencapaian kesehatan individu secara optimal, yaitu memiliki tanggung jawab dalam pemenuhan kebutuhan dasar manuisa yang terganggu sebagai akibat perubahan status/derajad kesehatan, baik pada individu maupun pada masyarakat umum. Perawat memiliki peran praktis untuk memberikan bantuan kepada klien
Read More
Keperawatan sebagai salah satu profesi, memiliki peran spesifik dalam kegiatan pencapaian kesehatan individu secara optimal, yaitu memiliki tanggung jawab dalam pemenuhan kebutuhan dasar manuisa yang terganggu sebagai akibat perubahan status/derajad kesehatan, baik pada individu maupun pada masyarakat umum. Perawat memiliki peran praktis untuk memberikan bantuan kepada klien
Mata sehat tidak Lelah di Depan Komputer
Mata sehat tidak Lelah di Depan Komputeraktivitas online di depan komputer adalah aktivitas para blogger dan programmer. Menatap layar komputer lebih dari dua jam sehari tanpa istirahat bisa berpotensi memunculkan Computer Vision Syndrome (CVS).analisa kesehatan oleh Pakar kesehatan mata Dr Jennifer Ashton menjelaskan, CVS juga bisa akibat penggunaan perangkat genggam seperti iPhone atau iPod
Read More
Selasa, 03 Agustus 2010
Asuhan Keperawatan Klien HIV/AIDS
Sindrom immunnodefisiensi didapat (Acquired Immunodeficiency Syndrome, AIDS) pertama-tama menarik perhatian bidang kesehatan masyarakat pada tahun 1981. AIDS adalah penyakit defisiensi imunitas seluler, yang pada penderitanya tidak dapat ditemukan penyebab defisiensi tersebut. AIDS menyebabkan infeksi oportunistik dan/atau neoplasma yang berkaitan dengan defisiensi kekebalan yang sebelumnya dalam keadaan sehat. Menurut Smeltzer AIDS adalah gejala dari penyakit yang mungkin terjadi saat sistem imun dilemahkan oleh virus HIV.
Human Immunedeficiency Virus (HIV) tergolong ke dalam kelompok retrovirus dengan materi genetik dalam asam ribonukleat (RNA), menyebabkan AIDS dapat membinasakan sel T-penolong (T4), yang memegang peranan utama dalam sistem imun. Sebagai akibatnya, hidup penderita AIDS terancam infeksi yang tak terkira banyaknya yang sebenarnya tidak berbahaya, jika tidak terinfeksi HIV.
A. Pengertian
AIDS adalah kependekan dari ‘Acquired Immune Deficiency Syndrome’.
- Acquired : berarti didapat, bukan keturunan.
- Immune : terkait dengan system kekebalan tubuh kita.
- Deficiency : berarti kekurangan.
- Syndrome : berarti penyakit dengan kumpulan gejala, bukan gejala tertentu.
Jadi AIDS berarti kumpulan gejala akibat kekurangan atau kelemahan sistem kekebalan tubuh yang dibentuk setelah kita lahir.
B. Etiologi
AIDS disebabkan oleh sebuah virus yang disebut HIV atau Human Immunodeficiency Virus. Bila kita terinfeksi HIV, tubuh kita akan mencoba menyerang infeksi. Sistem kekebalan kita akan membuat ‘antibodi’, molekul khusus yang menyerang HIV itu
C. Penularan
Sebetulnya, kita tidak ‘kena’ AIDS. Kita mungkin terinfeksi HIV, dan kemudian mengembangkan AIDS. Kita dapat tertular HIV dari siapa pun yang sudah terinfeksi, walaupun orang itu tidak kelihatan sakit, bahkan dengan hasil tes HIV yang tidak positif.
Darah, cairan vagina, air mani dan air susu ibu seseorang yang terinfeksi HIV mengandung cukup virus untuk menularkan orang lain. Sebagian besar orang tertular HIV melalui:
- Berhubungan seks dengan seorang yang terinfeksi
- Memakai jarum suntik bergantian dengan seorang yang terinfeksi
- Terlahir dari ibu yang terinfeksi, atau disusui oleh perempuan yang terinfeksi.
Belum ada laporan kasus HIV ditularkan melalui air mata atau air ludah. Namun HIV bisa menular melalui seks oral (hubungan seks dengan mulut), bahkan dengan ciuman dalam. Walaupun jarang, ini terutama terjadi jika ada luka terbuka pada mulut atau gusi berdarah.
Pada 2008, Depkes memperkirakan ada 293.200 orang terinfeksi HIV di Indonesia. Namun pada akhir Maret 2009, hanya ada 23.652 kasus dilaporkan oleh Depkes, dengan 16.964 sudah sampai ke stadium AIDS dan 3.492 sudah meninggal dunia.
D. Patofisiologi
HIV tergolong ke dalam kelompok virus yang dikenal sebagai retrovirus yang menunjukkan bahwa virus tersebut membawa materi genetiknya dalam asam ribonukleat (RNA) dan bukan dalam asam deoksiribonukleat (DNA). Virion HIV (partikel virus yang lengkap dan dibungkus oleh selubung pelindung) mengandung RNA dalam inti berbentuk peluru terpancung dimana p24 merupakan komponen struktural yang utama. Tombol yang menonjol lewat dinding virus terdiri atas protein gp120 yang terkait pada protein gp41. Bagian yang secara selektif berikatan dengan sel-sel CD4-posisitf (CD4+) adalah gp120 dari HIV.
Sel-sel CD4-positif (CD4+) mencakup monosit, makrofag dan limfosit T4 helper (yang dinamakan sel-sel CD4+ kalau dikaitkan dengan infeksi HIV); limfosit T4 helper ini merupakan sel yang paling banyak di antara ketiga sel di atas. Sesudah terikat dengan membran sel T4 helper, HIV akan menginjeksikan dua utas benang RNA yang identik ke dalam sel T4 helper. Dengan menggunakan enzim yang dikenal sebagai reverse transcriptase, HIV akan melakukan pemrograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat double-stranded DNA (DNA utas-ganda). DNA ini akan disatukan ke dalam nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang permanen.
Menurut Smeltzer siklus replikasi HIV dibatasi dalam stadium ini sampai sel yang terinfeksi diaktifkan. Aktivasi sel yang terinfeksi dapat dilaksanakan oleh antigen, mitogen, sitokin (TNF alfa atau interleukin l) atau produk gen virus seperti sitomegalovirus (CMV; cytomegalovirus), virus Epstein-Barr, herpes simpleks dan hepatitis. Sebagai akibatnya, pada saat sel T4 yang terinfeksi diaktifkan, replikasi serta pembentukan tunas HIV akan terjadi dan sel T4 akan dihancurkan. HIV yang baru dibentuk ini kemudian dilepas ke dalam plasma darah dan menginfeksi sel-sel CD4+ lainnya.
Infeksi HIV pada monosit dan makrofag tampaknya berlangsung secara persisten dan tidak mengakibatkan kematian sel yang bermakna, tetapi sel-sel itu menjadi reservoir bagi HIV sehingga virus tersebut dapat tersembunyi dari sistem imun dan terangkut ke seluruh tubuh lewat sistem itu untuk menginfeksi berbagai jaringan tubuh. Sebagian besar jaringan itu dapat mengandung molekul CD4+ atau memiliki kemampuan untuk memproduksinya.
Sejumlah penelitian memperlihatkan bahwa sesudah infeksi inisial, kurang-lebih 25% dari sel-sel kelenjar limfe akan terinfeksi oleh HIV pula. Replikasi virus akan berlangsung terus sepanjang perjalanan infeksi HIV; tempat primernya adalah jaringan limfoid. Ketika sistem imun terstimulasi. replikasi virus akan terjadi dan virus tersebut menyebar ke dalam plasma darah yang mengakibatkan infeksi berikutnya pada sel-sel CD4+ yang lain. Penelitian yang lebih mutakhir menunjukkan bahwa sistem imun pada infeksi HIV lebih aktif daripada yang diperkirakan sebelumnya sebagaimana dibuktikan oleh produksi sebanyak dua milyar limfosit CD4+ per hari. Keseluruhan populasi sel-sel CD4+ perifer akan mengalami "pergantian (turn over)" setiap 15 hari sekali.
Kecepatan produksi HIV diperkirakan berkaitan dengan status kesehatan orang yang terjangkit infeksi tersebut. Jika orang tersebut tidak sedang berperang melawan infeksi yang lain; reproduksi HIV berjalan dengan lambat. Namun, reproduksi HIV tampaknya akan dipercepat kalau penderitanya sedang menghadapi infeksi lain atau kalau sistem imunnya terstimulasi. Keadaan ini dapat menjelaskan periode laten yang diperlihatkan oleh sebagian penderita sesudah terinfeksi HIV. Sebagai contoh, seorang pasien mungkin bebas dari gejala selama berpuluh tahun; kendati demikian, sebagian besar orang yang terinfeksi HIV (sampai 65%) tetap menderita penyakit HIV atau AIDS yang simtomatik dalam waktu 10 tahun sesudah orang tersebut terinfeksi. Dalam respons imun, limfosit T4 memainkan beberapa peranan yang penting, yaitu: mengenali antigen yang asing, mengaktifkan Limfosit B yang memproduksi antibodi, menstimulasi limfosit T sitotoksik, memproduksi limfokin dan mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasit. Kalau fungsi limfosit T4 terganggu, mikroorganisme yang biasanya tidak menimbulkan penyakit akan memiliki kesempatan untuk menginvasi dan menyebabkan sakit yang serius. Infeksi dan malignansi yang timbul sebagai akibat dari gangguan sistem imun dinamakan infeksi oportunistik.
E. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Diagnostik di bagi menjadi tiga, yaitu:
- Pemeriksaan Laboratorium
- Tes Antibody
- Pelacakan HIV
Tes Laboratorium yang terdiri dari:
- Serologis : Tes Antibody Serum, Tes Western Blot, Sel T Limfosit, Sel T4 Helper, T8 (sel supresor sitopatik), P24, Kadar Ig, Reaksi Rantai Polimerasi dan Tes PHS
- Neurologis : EEG, MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan saraf)
- Tes Lainnya : Sinar X Dada, Tes Fungsi Pulmonal, Scan Gallium, Biopsi.
Tes Antibody Serum; Jika seseorang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka system imun akan bereaksi dengan memproduksi antibody terhadap virus tersebut. Antibody terbentuk dalam 3-12 minggu setelah infeksi, atau bisa sampai 6-12 bulan. Hal ini menjelaskan mengapa orang yang terinfeksi awalnya tidak memperlihatkan hasil tes positif. Tapi antibody ternyata tidak efektif, kemampuan mendeteksi antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam darah memungkinkan skrining produk darah dan memudahkan evaluasi diagnostic.
Pada tahun 1985, Food And Drug Administration (FDA) memberi lisensi tentang uji kadar HIV bagi semua pendonor darah atau plasma, tes tersebut adalah:
- ELISA
- Western Blot Assay
- Indirect Immunoflourensence
- RIPA
Pelacakan HIV; Penentuan langsung ada dan aktivitasnya Human Immunodeficiency Virus (HIV) untuk melacak perjalanan penyakit dan responnya. Protein tersebut disebut protein virus p24, pemerikasaan p24 antigen capture assay sangat spesifik untuk HIV=1. tapi kadar p24 pada penderita infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) sangat rendah, pasien dengan titer p24 punya kemungkinan lebih lanjut lebih besar dari menjadi AIDS.
Pemeriksaan ini digunakan dengan tes lainnya untuk mengevaluasi efek anti virus. Pemeriksaan kultur Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau kultur plasma kuantitatif dan viremia plasma merupakan tes tambahan yang mengukur beban virus (viral burden) AIDS muncul setelah benteng pertahanan tubuh yaitu sistem kekebalan alamiah melawan bibit penyakit runtuh oleh virus HIV, dengan runtuhnya/hancurnya sel-sel limfosit T karena kekurangan sel T, maka penderita mudah sekali terserang infeksi dan kanker yang sederhana sekalipun, yang untuk orang normal tidak berarti. Jadi bukan AIDS nya sendiri yang menyebabkan kematian penderita, melainkan infeksi dan kanker yang dideritanya.
HIV biasanya ditularkan melalui hubungan seks dengan orang yang mengidap virus tersebut dan terdapat kontak langsung dengan darah atau produk darah dan cairan tubuh lainnya. Pada wanita virus mungkin masuk melalui luka atau lecet pada mulut rahim/vagina. Begitu pula virus memasuki aliran darah pria jika pada genitalnya ada luka/lecet. Hubungan seks melalui anus berisiko tinggi untuk terinfeksi, namun juga vaginal dan oral. HIV juga dapat ditularkan melalui kontak langsung darah dengan darah, seperti jarum suntik (pecandu obat narkotik suntikan), transfusi darah/produk darah dan ibu hamil ke bayinya saat melahirkan. Tidak ada bukti penularan melalui kontak sehari-hari seperti berjabat tangan, mencium, gelas bekas dipakai penderita, handuk atau melalui closet umum, karena virus ini sangat rapuh.
Masa inkubasi/masa laten sangat tergantung pada daya tahan tubuh masing-masing orang, rata-rata 5-10 tahun. Selama masa ini orang tidak memperlihatkan gejala-gejala, walaupun jumlah HIV semakin bertambah dan sel T4 semakin menururn. Semakin rendah jumlah sel T4, semakin rusak sistem kekebalan tubuh. Pada waktu sistem kekebalan tubuh sudah dalam keadaan parah, seseorang yang mengidap HIV/AIDS akan mulai menampakkan gejala-gejala AIDS.
F. Gejala Terinfeksi HIV Menjadi AIDS
- Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
- Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
- Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
- Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis
- Demensia/HIV ensefalopati
2. Gejala MInor:
- Batuk menetap lebih dari 1 bulan
- Dermatitis generalisata
- Adanya herpes zostermultisegmental dan herpes zoster berulang
- Kandidias orofaringeal
- Herpes simpleks kronis progresif
- Limfadenopati generalisata
- Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
- Retinitis virus sitomegalo
Kasus Dewasa: Bila seorang dewasa (>12 tahun) dianggap AIDS apabila menunjukkan tes HIV positif dengan strategi pemeriksaan yang sesuai dengan sekurang-kurangnya 2 gejala mayor dan 1 gejala minor, dan gejala ini bukan disebabkan oleh keadaan lain yang tidak berkaitan dengan infeksi HIV.
G. Bagaimana HIV Menjadi AIDS
Ada beberapa Tahapan ketika mulai terinfeksi virus HIV sampai timbul gejala AIDS:
Tahap 1: Periode Jendela
- HIV masuk ke dalam tubuh, sampai terbentuknya antibody terhadap HIV dalam darah
- Tidak ada tanda2 khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat
- Test HIV belum bisa mendeteksi keberadaan virus ini Tahap ini disebut periode jendela, umumnya berkisar 2 minggu - 6 bulan
Tahap 2: HIV Positif (tanpa gejala) rata-rata selama 5-10 tahun:
- HIV berkembang biak dalam tubuh
- Tidak ada tanda-tanda khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat
- Test HIV sudah dapat mendeteksi status HIV seseorang, karena telah terbentuk antibody terhadap HIV Umumnya tetap tampak sehat selama 5-10 tahun, tergantung daya tahan tubuhnya (rata-rata 8 tahun (di negara berkembang lebih pendek)
Tahap 3: HIV Positif (muncul gejala)
- Sistem kekebalan tubuh semakin turun
- Mulai muncul gejala infeksi oportunistik, misalnya: pembengkakan kelenjar limfa di seluruh tubuh, diare terus menerus, flu,
- Umumnya berlangsung selama lebih dari 1 bulan, tergantung daya tahan tubuhnya
Tahap 4: AIDS
- Kondisi sistem kekebalan tubuh sangat lemah
- Berbagai penyakit lain (infeksi oportunistik) semakin parah
H. Pengkajian Keperawatan
Fokus dasar pengkajian klien dengan HIV/AIDS meliputi:
No | Fokus Pengkajian | Gejala | Tanda |
---|---|---|---|
1 | Aktivitas /Istirahat | mudah lelah, toleransi terhadap aktivitas berkurang, progresi kelelahan/malaise, perubahan pola tidur | kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologis terhadap aktivitas seperti perubahan tensi, frekuensi jantung, dan pernapasan |
2 | Sirkulasi | penyembuhan luka lambat (bila anemia), perdarahan lama pada cedera (jarang terjadi) | Takikardia, perubahan tensi postural, menurunnya volume nadi perifer, pucat/ sianosis, perpanjangan pengisian kapiler |
3 | Integritas Ego | faktor stres berhubungan dengan kehilangan, mis. dukungan keluarga/orang lain, penghasilan, gaya hidup, distres spiritual, mengkhawatirkan penampilan; alopesia, lesi cacat, menurunnya berat bedan (BB). Mengingkari diagnosa, merasa tidak berdaya, putus asa, tidak berguna, rasa bersalah, kehilangan kontrol diri, dan depresi | Mengingkari, cemas, depesi, takut, menarik diri, perilaku marah, postur tubuh mengelak, menangis, dan kontak mata yang kurang. Gagal menepati janji atau banyak janji untuk periksa dengan gejala yang sama |
4 | Eliminasi | diare yang intermiten, terus menerus, disertai/tanpa kram abdominal. Nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi | feses encer disertai/tanpa mukus atau darah, diare pekat yang sering, nyeri tekan abdominal, lesi atau abses rektal, perianal, dan perubahan dalam jumlah, warna, dan karakteristik urin |
5 | Makanan/Cairan | Tidak napsu makan, mual/muntah, perubahan kemampuan mengenali makanan, disfagia, nyeri retrosternal saat menelan dan penurunan BB yang progresif | bising usus dapat hiperaktif, kurus, menurunnya lemak subkutan/masa otot, turgor kulit buruk, lesi pada rongga mulut, adanya selaput putih dan perubahan warna pada mulut. Kesehatan gigi/gusi yang buruk, adanya gigi yang tanggal, dan edema (umum, dependen) |
6 | Higiene | tidak dapat menyelesaikan aktivitas sehari-hari | memperlihatkan penampilan yang tidak rapi, kekurangan dalam perawatan diri, dan aktivitas perawatan diri |
7 | Neurosensori | pusing, sakit kepala, perubahan status mental, berkurangnya kemampuan diri untuk mengatasi masalah, tidak mampu mengingat dan konsentrasi menurun. Kerusakan sensasi atau indera posisi dan getaran, kelemahan otot, tremor, perubahan ketajaman penglihatan, kebas, kesemutan pada ekstrimitas (paling awal pada kaki) | perubahan status mental kacau mental sampai dimensia, lupa konsentrasi buruk, kesadaran menurun, apatis, respon melambat, ide paranoid, ansietas, harapan yang tidak realistis, timbul reflak tidak normal, menurunnya kekuatan otot, gaya berjalan ataksia, tremor, hemoragi retina dan eksudat, hemiparesis, dan kejang |
8 | Nyeri/Kenyamanan | nyeri umum atau lokal, sakit, rasa terbakar pada kaki, sakit kepala (keterlibatan SSP), nyeri dada pleuritis | pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri tekan, penurunan rentang gerak (ROM), perubahan gaya berjalan/pincang, gerak otot melindungi bagian yang sakit |
9 | Pernapasan | napas pendek yang progresif, batuk (sedang-parah), batuk produktif/ nonproduktif, bendungan atau sesak pada dada | takipnea, distres pernapasan, perubahan bunyi napas/bunyi napas adventisius, sputum kuning (pada pneumonia yang menghasilkan sputum) |
10 | Keamanan | riwayat jatuh, terbakar, pingsan, luka lambat sembuh, riwayat transfusi berulang, riwayat penyakit defisiensi imun (kanker tahap lanjut), riwayat infeksi berulang, demam berulang ; suhu rendah, peningkatan suhu intermiten, berkeringat malam | perubahan integritas kulit; terpotong, ruam, mis. ruam, eksim, psoriasis, perubahan warna, mudah terjadi memar, luka-luka perianal atau abses, timbul nodul-nodul, pelebaran kelenjar limfe pada dua area atau lebih (mis. leher, ketiak, paha). Kekuatan umum menurun, perubahan pada gaya berjalan |
11 | Seksualitas | riwayat perilaku berisiko tinggi yaitu hubungan seksual dengan pasangan positif HIV, pasangan seksual multipel, aktivitas seksual yang tidak terlindung, dan seks anal. Menurunnya libido, terlalu sakit untuk melakukan hubungan seksual, dan penggunaan kondom yang tidak konsisten. Menggunakan pil KB yang meningkatkan kerentanan terhadap virus pada wanita yang diperkirakan dapat terpajan karena peningkatan kekeringan vagina | kehamilan atau resiko terhadap hamil, pada genetalia manifestasi kulit (mis. herpes, kutil), dan rabas |
12 | Interaksi Sosial | kehilangan kerabat/orang terdekat, rasa takut untuk mengungkapkan pada orang lain, takut akan penolakan/kehilangan pendapatan, isolasi, kesepian, mempertanyakan kemampuan untuk tetap mandiri, tidak mampu membuat rencana | perubahan pada interaksi keluarga/orang terdekat, aktivitas yang tidak terorganisasi, perubahan penyusunan tujuan |
I. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
Menurut Smeltzer, Diagnosa Keperawatan Utama pada penderita HIV/AIDS, diantaranya adalah:
No | Diagnosa Keperawatan | Intervensi |
---|---|---|
1 | Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan manifestasi HIV, ekskoriasi dan diare pada kulit | Kulit dan mukosa oral harus dinilai secara rutin dari adanya infeksi dan kerusakan kulit. Pasien dianjurkan mempertahankan keseimbangan antara istirahat dan mobilitas. Bantu mengubah posisi pasien setiap 2 jam bagi yang imobilisasi. Pasien diminta untuk tidak menggaruk dan menggunakan sabun nonabrasif, memakai pelembab tanpa parfum untuk mencegah kekeringan kulit. Gunakan losion, salep, dan kasa steril pada kulit yang sakit sesuai ketentuan dokter. Obat antipruritus, antibiotik dan analgesik diberikan menurut ketentuan dokter. Penggunaan plester harus dihindari. Menjaga agar kain sprei tidak berkerut dan hindari memakai pakaian ketat. Daerah perianal pasien harus sering diperika, bersihkan setiap kali selesai defekasi dengan sabun nonabrasif. Rendam duduk atau irigasi secara perlahan-lahan untuk pembersihan dan meningkatkan kenyamanan. Pasien dengan keadaan umum yang buruk memerlukan bantuan untuk memelihara kebersihan diri. |
2 | Diare yang berhubungan dengan kuman patogen usus dan/atau infeksi HIV | Nilai pola defekasi, frekuensi defekasi, dan konsistensi feses serta pasien yang melaporkan rasa sakit pada perut terkait dengan defekasi. Kuantitas dan volume feses cair diukur untuk mencatat kehilangan volume cairan. Kultur feses untuk menentukan penyebab diare. Konseling untuk pengobatan dan asupan makanan yang adekuat. |
3 | Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan immunodefisiensi | Kepada pasien dan orang yang merawatnya diminta untuk memantau tanda dan gejala infeksi, yaitu demam, mengigil, keringat malam, batuk dengan atau tanpa produksi sputum, napas pendek, kesulitan bernapas, sakit/sulit menelan, bercak putih di rongga mulut, penurunan BB yang tidak jelas penyebabnya, kelenjar limfe membengkak, mual, muntah, diare persisten, sering berkemih, sulit dan nyeri saat berkemih, sakit kepala, perubahan visual dan penurunan daya ingat, kemerahan, keluar sekret pada luka, lesi vaskuler pada wajah, bibir atau daerah perianal. Perawat harus memantau hasil laboratorium, seperti hitung leukosit dan hitung jenis. Penyuluhan mencakup higiene perorangan, rumah (seperti kamar, dapur) harus bersih untuk mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur. Jika harus membersihkan kotoran, pasien harus memakai sarung tangan. Pengidap AIDS dan pasangannya harus menghindari kontak dengan cairan tubuh selama melakukan hubungan seksual dan selalu menggunakan kondom pada segala bentuk hubungan seks. Pentingnya menghindari rokok dan mempertahankan keseimbangan antara diet, istirahat, dan latihan. Semua petugas kesehatan harus selalu mempertahankan tindakan penjagaan universal dalam semua perawatan pasien. |
4 | Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keadaan mudah letih, kelemahan, malnutrisi, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, dan hipoksia yang menyertai infeksi paru | Toleransi terhadap aktivitas dinilai dengan memantau kemampuan pasien untuk bergerak (ambulasi) dan melaksanakan kegiatan sehari-hari. Bantuan dalam menyusun rencana rutinitas harian untuk menjaga keseimbangan antara aktivitas dan istirahat mungkin diperlukan. Barang-barang pribadi yang sering digunakan harus ditaruh pada tempat yang mudah dijangkau. Terapi relaksasi dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan yang turut menimbulkan kelemahan dan keadaan mudah letih. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain mungkin diperlukan, seperti kelemahan akibat adanya anemia, yang memerlukan terapi obat-obatan. |
5 | Perubahan proses pikir berhubungan dengan penyempitan rentang perhatian, gangguan daya ingat, kebingungan dan disorientasi yang menyertai ensefalopati HIV | Status mental harus dinilai sedini mungkin untuk memberikan data dasar bagi keperluan pemantauan perubahan perilaku. Pasien dan keluarga harus dibantu untuk memahami dan mengatasi semua perubahan yang terjadi dalam proses pikir. Pasien mungkin memerlukan reorientasi, semua instruksi harus dengan bahasa yang jelas dan sederhana. |
6 | Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan pneumonia pneumocystis carinii, peningkatan sekresi bronkus, dan penurunan kemampuan untuk batuk yang menyertai kelemahan serta keadaan mudah letih | Frekuensi, irama, penggunaan otot aksesoris dan suara pernapasan; status mental; dan warna kulit diperiksa minimal sekali sehari. Adanya sputum harus dicatat, batuk, bernapas dalam, drainase postural, perkusi dan vibrasi dilakukan sedikitnya setiap dua jam untuk mencegah stasis sekresi dan meningkatkan bersihan saluran napas. Berikan posisi fowler tinggi atau semi fowler yang akan meudahkan pernapasan dan bersihan saluran napas. Evaluasi status volume cairan untuk mempertahankan terapi hidrasi yang adekuat. Suctioning nasofaring atau trakea, intubasi dan ventalasi mekanis. |
7 | Nyeri berhubungan dengan gangguan integritas kulit perianal akibat diare, sarkoma kaposi dan neuropati perifer | Nyeri akut adalah keadaan dimana individu mengalami dan melaporkan adanya ketidaknyamanan, berakhir dari satu detik sampai kurang dari 6 bulan. Sedangkan nyeri kronik adalah keadaan dimana individu mengalami nyeri menetap atau berulang, dalam waktu lebih dari 6 bulan.12 Nilai kualitas dan kuantitas nyeri yang berkaitan dengan terganggunya integritas kulit perineal, lesi sarkoma, dan neuropati perifer. Tindakan membersihkan daerah perianal, gunakan anestesi lokal/salep dapat diresepkan, bantal yang lunak dapat digunakan untuk meningkatkan rasa nyaman. Kepada klien diminta menghindari makanan yang mengiritasi usus, gunakan antispasmodik dan antidiare untuk mengurangi gangguan rasa nyaman serta frekuensi defekasi. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat-obatan. |
8 | Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan asupan oral | Status nutrisi dinilai melalui memantau BB, asupan makanan, antropometri, kadar albumin, BUN, protein serta transferin dalam serum. Pengendalian mual dan muntah dengan obat antiemetik dapat meningkatkan asupan diet pasien. Menganjurkan pasien memakan makanan yang mudah ditelan dan menghindari makanan kasar, pedas atau lengket, serta terlalu panas atau dingin. Menganjurkan menjaga higiene oral sebelum dan sesudah makan. Jadwal makan harus diatur sehingga tidak jatuh pada saat pasien baru saja menjalani tindakan yang menyebabkan nyeri dan dalam keadaan kelelahan. Konsultasi dengan ahli diet untuk menentukan kebutuhan nutrisi. Penggunaan suplemen yang khusus dirancang untuk pengidap AIDS dapat dianjurkan pada pasien. Bila asupan oral tidak dapat dipertahankan, memerlukan terapi nutrisi enteral atau parenteral. Perawat komunitas atau perawatan di rumah (home care) dapat memberikan pelajaran tambahan serta dukungan setelah pasien pulang dari rumah sakit. |
9 | Isolasi sosial berhubungan dengan stigma penyakit, penarikan diri dari sistem pendukung, prosedur isolasi dan ketakutan bila dirinya menulari orang lain | Isolasi sosial adalah pengalaman sendiri individu akibat perlakuan orang lain dan dianggap sebagai hal yang negatif dan mengancam status. Isolasi sosial dapat terjadi akibat adanya penyakit yang menyeramkan, dan mengakibatkan kegelisahan di suatu masyarakat, sehingga menyebabkan seseorang diasingkan, misalnya penyakit tuberkulosis dan AIDS. Pengidap AIDS menarik diri baik secara fisik maupun emosional dari kontak sosial, akibat stigmatisasi ganda. Perawat berada dalam posisi kunci untuk menciptakan suasana penerimaan dan pemahaman terhadap pengidap AIDS dan keluarga serta pasangannya. Pasien dianjurkan untuk mengekspresikan perasaan terisolasi, kesepiannya, dan perawat harus menetramkannya dengan menjelaskan bahwa semua perasaan ini merupakan hal yang lazim serta normal. Berikan informasi tentang cara melindungi diri sendiri dan orang lain dapat membantu pasien agar tidak menghindari kontak sosial. Menjelaskan kepada pasien, keluarga dan sahabatnya bahwa penyakit AIDS tidak ditularkan melalui kontak biasa. Pendidikan bagi petugas kesehatan untuk mengurangi faktor-faktor yang membuat pasien merasa terisolasi. |
10 | Berduka diantisipasi berhubungan dengan perubahan gaya hidup serta pernannya, dan dengan prognosis yang tidak menyenangkan | Membantu pasien untuk mengutarakan perasaannya dan menggali serta mengenali sumber yang bisa memberikan dukungan dan mekanisme untuk mengatasi persoalan tersebut. Mendorong pasien untuk mempertahankan kontak dengan keluarga, sahabatnya dan memanfaatkan kelompok pendukung. Pasien juga dianjurkan untuk meneruskan kegiatan yang biasa mereka lakukan. |
11 | Kurang pengetahuan berhubungan dengan cara-cara mencegah penularan HIV dan perawatan mandiri | Pasien, keluarga, dan sahabatnya diberitahu mengenai cara-cara penularan penyakit AIDS. Semua ketakutan dan kesalahpahaman harus dibicarakan dengan seksama. |
Penyimpangan KDM pada pasien HIV/AIDS dapat dilihat pada postingan terdahulu, disini
Gelar Baru, Peran Baru, dan Perilaku Baru
Oleh: Wastu Adi Mulyono, M.Kep.
Memperoleh gelar akademik bukan berarti kita profesional. Seorang profesional harus mengabdikan ilmunya pada masyarakat dan selalu memperbaharui kemampuannya melalui ujian-ujian yang akan terus mengasahnya sesuai dengan perkembangan jaman.
Lulus dalam suatu pendidikan atau suatu bentuk pelatihan/kursus yang berkaitan dengan profesionalitas tidak berarti seseorang selesai dari kewajiban untuk menjalankan ujian. Ujian seringkali menjadi "momok" karena posisi kita berada pada zona tidak nyaman. Seorang teruji selalu diposisikan inferior baik oleh teruji sendiri maupun kadang-kadang oleh penguji. Posisi inferior ini sebenarnya yang telah mengancam ego sehingga seringkali menolak jika akan diuji atau ada kebijakan ujian. Ujian mutlak diperlukan oleh seorang profesional untuk dapat mengukur kemampuannya.
Saya sering mendengar keluhan terhadap berbagai bentuk ujian yang berkaitan dengan kemampuan keperawatan. Berbagai alasan (meskipun belum pernah diteliti) antara lain:
1. Teruji merasa tingkat pendidikannya lebih tinggi dari yang diuji. Aneh memang jika penguji memiliki tingkat pendidikan lebih rendah. Tapi inilah yang sering terjadi pada dunia praktis. Orang yang praktik lebih terampil daripada orang sekolahan.
2. Hasil ujian tidak memberikan pengaruh pada posisi dan peran dalam lingkungan kerja. Alasan ini saya ketika seorang teman mengeluh terhadap ujian kompetensi perawat yang dilakukan di satu propinsi untuk memperoleh SIP. Kondisi ini terjadi ketika praktik tidak memberikan keuntungan ekonomi atau status sosial pada teruji setelah mengikuti ujian. Ujian atau tidak ujian posisi di ruang rawat sama saja. Jenjang karir fungsional yang belum terbentuk membuat campur-aduk peran ini. Seorang teman dari sebuah rumah sakit yang menerapkan jenjang karir fungsional dapat merasakan dampak jenjang karir terhadap ujian.
3. Persepsi teruji terhadap ujian itu sendiri. Beberapa waktu terakhir saya mengikuti suatu ujian profisiensi, untuk menguji kelayakan saya terhadap standar RN yang setara di 23 negara (begitu kata penyelenggara)yang diprakarsai BNSP dan LPRN. Teman-teman yang mengikuti ujian berasal Sulawesi, Kalimantan, Jawa, Sumatera Utara dan Aceh. Persepsi dan ekpektasi positif mereka telah mendorong untuk mengeluarkan dana ekstra hanya untuk mengikuti ujian ini. Saat mengikuti ujian, semua serius menjalankan, tidak ada contek mencontek, tengok kiri atau kanan seperti yang sering kita jumpai di kelas-kelas. Keseriusan untuk mengukur kelayakan diri sendiri ini lah yang memotivasi mengikuti ujian.
Alasan-alasan tanggapan terhadap ujian baik positif maupun negatif tersebut telah mendorong kita menjalankan atau tidak melakukan ujian. Apapun hasilnya, output yang ada adalah sebuah bentuk gelar, nilai, atau sebutan baru. Gelar atau sebutan tersebut memiliki konsekuensi terhadap peran dan tanggung jawab baru yang disandang. Peran di masyarakat tersebut akan menentukan karya apa yang kita hasilkan. Peran yang akan mewarnai perkembangan keperawatan di Indonesia.
Karya apapun yang kita buat tidak ada artinya jika tidak dikenal dan dimanfaatkan orang lain. Kita boleh saja merendah dengan jurus ikhlas bahwa kita mengabdi bukan untuk dikenal. Betul, kita mengabdi dengan ikhlas, tetapi bukan kita yang perlu dikenal tetapi karya kita yang perlu dikenal. Orang lain dapat mencontoh karya yang baik dan memperbaiki karya yang kurang baik. Tidak ada karya yang tidak baik, oleh karena itu tidak ada alasan untuk menolak untuk berkarya.
Mengenalkan karya dimulai dengan dokumentasi yang baik setiap aktivitas kita. Ilmu manajemen membantu kita dengan fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian. Karya yang terencana, terorganisasi, terarah, dan terkendali sudah pasti terdokumentasi. Karya yang terdokumentasi dengan baik akan mudah terpublikasi. Hal inilah yang akan membuat karya kita lebih bermanfaat.
Pendidikan,kursus, pelatihan, atau ujian sebenarnya hanya sebuah tonggak. Sebuat batu pertanda suatu momentum baru. Momentum yang menandai perubahan-perubahan pada diri kita. Kita perlu memperbanyak momentum perubahan agar hidup profesional kita menjadi dinamis. Hal ini bagaikan mewujudkan mekanisme kontraksi otot dimana kontraksi berikutnya dimulai sebelum kontraksi awal berakhir agar menghasilkan gerak yang optimal. Terlena dengan status baru sering menjadikan kita terlambat memulai hal baru dan berakibat berlu energi ekstra untuk memulai hal baru. Saya mengalaminya ketika harus mulai studi S2 ini setelah 10 tahun terlena oleh kenyamanan bekerja. Sungguh sangat berat mencocokkan konsep dan pola pikir saya sebelumnya dengan pola pikir yang telah berkembang. Sepuluh tahun terlalu lama untuk berdiam diri tanpa dinamika berada pada zona kenyamanan. Kita harus terus mengupdate hal hal baru, baik melalui pendidikan maupun ujian-ujian. Oleh karena itu saya sepakat dengan teman seminat di perawatan luka di CWCC Program yang harus mengikuti ujian ulang setiap 2 tahun.
Gelar baru peran baru dan perilaku baru, saya kira tepat untuk hal ini. Setiap peran menuntut perilaku. Tuntutan standar perilaku ini yang akan mendorong kita mengikuti dengan baik. Sepertinya kita perlu menyusun standar perilaku baru sesuai tuntutan peran kita. Perilaku tersebut adalah, belajar sepanjang hayat, melalui continuing education program apapun bentuknya. Selamat berkarya kembali, jangan lupa dokumentasi dan publikasi, sehingga peran kit memberi manfaat untuk sekitar kita. Kembali kita kembali ke misi awal dilahirkan, "MENJADI RAHMAT SEMESTA ALAM
Read More
Memperoleh gelar akademik bukan berarti kita profesional. Seorang profesional harus mengabdikan ilmunya pada masyarakat dan selalu memperbaharui kemampuannya melalui ujian-ujian yang akan terus mengasahnya sesuai dengan perkembangan jaman.
Lulus dalam suatu pendidikan atau suatu bentuk pelatihan/kursus yang berkaitan dengan profesionalitas tidak berarti seseorang selesai dari kewajiban untuk menjalankan ujian. Ujian seringkali menjadi "momok" karena posisi kita berada pada zona tidak nyaman. Seorang teruji selalu diposisikan inferior baik oleh teruji sendiri maupun kadang-kadang oleh penguji. Posisi inferior ini sebenarnya yang telah mengancam ego sehingga seringkali menolak jika akan diuji atau ada kebijakan ujian. Ujian mutlak diperlukan oleh seorang profesional untuk dapat mengukur kemampuannya.
Saya sering mendengar keluhan terhadap berbagai bentuk ujian yang berkaitan dengan kemampuan keperawatan. Berbagai alasan (meskipun belum pernah diteliti) antara lain:
1. Teruji merasa tingkat pendidikannya lebih tinggi dari yang diuji. Aneh memang jika penguji memiliki tingkat pendidikan lebih rendah. Tapi inilah yang sering terjadi pada dunia praktis. Orang yang praktik lebih terampil daripada orang sekolahan.
2. Hasil ujian tidak memberikan pengaruh pada posisi dan peran dalam lingkungan kerja. Alasan ini saya ketika seorang teman mengeluh terhadap ujian kompetensi perawat yang dilakukan di satu propinsi untuk memperoleh SIP. Kondisi ini terjadi ketika praktik tidak memberikan keuntungan ekonomi atau status sosial pada teruji setelah mengikuti ujian. Ujian atau tidak ujian posisi di ruang rawat sama saja. Jenjang karir fungsional yang belum terbentuk membuat campur-aduk peran ini. Seorang teman dari sebuah rumah sakit yang menerapkan jenjang karir fungsional dapat merasakan dampak jenjang karir terhadap ujian.
3. Persepsi teruji terhadap ujian itu sendiri. Beberapa waktu terakhir saya mengikuti suatu ujian profisiensi, untuk menguji kelayakan saya terhadap standar RN yang setara di 23 negara (begitu kata penyelenggara)yang diprakarsai BNSP dan LPRN. Teman-teman yang mengikuti ujian berasal Sulawesi, Kalimantan, Jawa, Sumatera Utara dan Aceh. Persepsi dan ekpektasi positif mereka telah mendorong untuk mengeluarkan dana ekstra hanya untuk mengikuti ujian ini. Saat mengikuti ujian, semua serius menjalankan, tidak ada contek mencontek, tengok kiri atau kanan seperti yang sering kita jumpai di kelas-kelas. Keseriusan untuk mengukur kelayakan diri sendiri ini lah yang memotivasi mengikuti ujian.
Alasan-alasan tanggapan terhadap ujian baik positif maupun negatif tersebut telah mendorong kita menjalankan atau tidak melakukan ujian. Apapun hasilnya, output yang ada adalah sebuah bentuk gelar, nilai, atau sebutan baru. Gelar atau sebutan tersebut memiliki konsekuensi terhadap peran dan tanggung jawab baru yang disandang. Peran di masyarakat tersebut akan menentukan karya apa yang kita hasilkan. Peran yang akan mewarnai perkembangan keperawatan di Indonesia.
Karya apapun yang kita buat tidak ada artinya jika tidak dikenal dan dimanfaatkan orang lain. Kita boleh saja merendah dengan jurus ikhlas bahwa kita mengabdi bukan untuk dikenal. Betul, kita mengabdi dengan ikhlas, tetapi bukan kita yang perlu dikenal tetapi karya kita yang perlu dikenal. Orang lain dapat mencontoh karya yang baik dan memperbaiki karya yang kurang baik. Tidak ada karya yang tidak baik, oleh karena itu tidak ada alasan untuk menolak untuk berkarya.
Mengenalkan karya dimulai dengan dokumentasi yang baik setiap aktivitas kita. Ilmu manajemen membantu kita dengan fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian. Karya yang terencana, terorganisasi, terarah, dan terkendali sudah pasti terdokumentasi. Karya yang terdokumentasi dengan baik akan mudah terpublikasi. Hal inilah yang akan membuat karya kita lebih bermanfaat.
Pendidikan,kursus, pelatihan, atau ujian sebenarnya hanya sebuah tonggak. Sebuat batu pertanda suatu momentum baru. Momentum yang menandai perubahan-perubahan pada diri kita. Kita perlu memperbanyak momentum perubahan agar hidup profesional kita menjadi dinamis. Hal ini bagaikan mewujudkan mekanisme kontraksi otot dimana kontraksi berikutnya dimulai sebelum kontraksi awal berakhir agar menghasilkan gerak yang optimal. Terlena dengan status baru sering menjadikan kita terlambat memulai hal baru dan berakibat berlu energi ekstra untuk memulai hal baru. Saya mengalaminya ketika harus mulai studi S2 ini setelah 10 tahun terlena oleh kenyamanan bekerja. Sungguh sangat berat mencocokkan konsep dan pola pikir saya sebelumnya dengan pola pikir yang telah berkembang. Sepuluh tahun terlalu lama untuk berdiam diri tanpa dinamika berada pada zona kenyamanan. Kita harus terus mengupdate hal hal baru, baik melalui pendidikan maupun ujian-ujian. Oleh karena itu saya sepakat dengan teman seminat di perawatan luka di CWCC Program yang harus mengikuti ujian ulang setiap 2 tahun.
Gelar baru peran baru dan perilaku baru, saya kira tepat untuk hal ini. Setiap peran menuntut perilaku. Tuntutan standar perilaku ini yang akan mendorong kita mengikuti dengan baik. Sepertinya kita perlu menyusun standar perilaku baru sesuai tuntutan peran kita. Perilaku tersebut adalah, belajar sepanjang hayat, melalui continuing education program apapun bentuknya. Selamat berkarya kembali, jangan lupa dokumentasi dan publikasi, sehingga peran kit memberi manfaat untuk sekitar kita. Kembali kita kembali ke misi awal dilahirkan, "MENJADI RAHMAT SEMESTA ALAM
Senin, 02 Agustus 2010
Jembatan Indah
Sebenarnya saia bingung,,,
jembatan jembatan di bawah inih indah atau mengerikan iah???
hufhh....
::::::it's amaziinnkkk....!!!!
Patung Mirip Manusia
Nih patung atau manusia iah???
weleh.....weleh....
mirip sangandd.....
kreatiip bener iah pembuat na,,,
topp markottooop dahhh
:)
Langganan:
Postingan
(
Atom
)
Blog Archive
-
2016
(1)
- 09/18 - 09/25 (1)
-
2015
(10)
- 10/11 - 10/18 (1)
- 09/13 - 09/20 (1)
- 09/06 - 09/13 (1)
- 07/05 - 07/12 (1)
- 05/17 - 05/24 (6)
-
2014
(1)
- 04/13 - 04/20 (1)
-
2012
(770)
- 02/19 - 02/26 (5)
- 02/12 - 02/19 (10)
- 02/05 - 02/12 (4)
- 01/29 - 02/05 (27)
- 01/22 - 01/29 (88)
- 01/15 - 01/22 (101)
- 01/08 - 01/15 (169)
- 01/01 - 01/08 (366)
-
2011
(4478)
- 12/25 - 01/01 (336)
- 12/18 - 12/25 (62)
- 12/11 - 12/18 (70)
- 12/04 - 12/11 (77)
- 11/27 - 12/04 (40)
- 11/20 - 11/27 (67)
- 11/13 - 11/20 (198)
- 11/06 - 11/13 (187)
- 10/30 - 11/06 (340)
- 10/23 - 10/30 (32)
- 10/16 - 10/23 (109)
- 10/09 - 10/16 (80)
- 08/14 - 08/21 (75)
- 08/07 - 08/14 (81)
- 07/31 - 08/07 (82)
- 07/24 - 07/31 (66)
- 07/17 - 07/24 (91)
- 07/10 - 07/17 (47)
- 07/03 - 07/10 (44)
- 06/26 - 07/03 (53)
- 06/19 - 06/26 (59)
- 06/12 - 06/19 (47)
- 06/05 - 06/12 (65)
- 05/29 - 06/05 (63)
- 05/22 - 05/29 (77)
- 05/15 - 05/22 (115)
- 05/08 - 05/15 (65)
- 05/01 - 05/08 (104)
- 04/24 - 05/01 (45)
- 04/17 - 04/24 (70)
- 04/10 - 04/17 (134)
- 04/03 - 04/10 (72)
- 03/27 - 04/03 (18)
- 03/20 - 03/27 (47)
- 03/13 - 03/20 (68)
- 03/06 - 03/13 (40)
- 02/27 - 03/06 (56)
- 02/20 - 02/27 (77)
- 02/13 - 02/20 (76)
- 02/06 - 02/13 (198)
- 01/30 - 02/06 (194)
- 01/23 - 01/30 (132)
- 01/16 - 01/23 (196)
- 01/09 - 01/16 (202)
- 01/02 - 01/09 (121)
-
2010
(2535)
- 12/26 - 01/02 (156)
- 12/19 - 12/26 (65)
- 12/12 - 12/19 (73)
- 12/05 - 12/12 (84)
- 11/28 - 12/05 (80)
- 11/21 - 11/28 (68)
- 11/14 - 11/21 (63)
- 11/07 - 11/14 (50)
- 10/31 - 11/07 (50)
- 10/24 - 10/31 (36)
- 10/17 - 10/24 (58)
- 10/10 - 10/17 (35)
- 10/03 - 10/10 (31)
- 09/26 - 10/03 (21)
- 09/19 - 09/26 (26)
- 09/12 - 09/19 (55)
- 09/05 - 09/12 (65)
- 08/29 - 09/05 (33)
- 08/22 - 08/29 (70)
- 08/15 - 08/22 (45)
- 08/08 - 08/15 (35)
-
08/01 - 08/08
(37)
- Tejo lupa surti marah
- ASKEP ATRESIA BILIARY
- ASKEP ALDOSTERONISME
- ASKEP ACNE VULGARIS
- ASKEP KLIEN TERMINAL
- 1. Ketoasidosis Diabetikum
- becak tanpa per
- Ruptur tendon Achilles
- FRAKTUR FEMUR
- Minum Waktu Makan Tidak Membikin Gemuk
- ASKEP AMPUTASI
- Mata sehat tidak Lelah di Depan Komputer
- Asuhan Keperawatan Klien HIV/AIDS
- Gelar Baru, Peran Baru, dan Perilaku Baru
- Tanpa judul
- Jembatan Indah
- Patung Mirip Manusia
- Penyakit-Penyakit Wanita Yang ditakuti Pria.
- COLOSTOMY
- Tentang Rasa
- Bahaya Dibalik Sunat Perempuan
- ASKEP POLIOMELITIS
- ASKEP LABIO PALATO SKISIS
- ASKEP STENOSIS PHILORIC HIPERTROFI
- ASKEP ATRESIA ESOPHAGUS
- ASKEP ATRESIA ANI
- ASKEP HISPRUNG
- PRESBIOPI
- Fokus Intervensi ISPA
- Fokus Pengkajian ISPA
- Penatalaksanaan ISPA
- Komplikasi ISPA
- KRISIS ADRENAL (ADDISON’S)
- Pathofisiologi ISPA
- Tanda dan Gejala ISPA
- Etiologi ISPA
- Pengertian ISPA (infeksi saluran nafas atas)
- 07/25 - 08/01 (27)
- 07/18 - 07/25 (19)
- 07/11 - 07/18 (30)
- 07/04 - 07/11 (56)
- 06/27 - 07/04 (28)
- 06/20 - 06/27 (22)
- 06/13 - 06/20 (30)
- 06/06 - 06/13 (21)
- 05/30 - 06/06 (5)
- 05/16 - 05/23 (6)
- 05/09 - 05/16 (29)
- 05/02 - 05/09 (59)
- 04/25 - 05/02 (28)
- 04/18 - 04/25 (38)
- 04/11 - 04/18 (70)
- 04/04 - 04/11 (59)
- 03/28 - 04/04 (65)
- 03/21 - 03/28 (89)
- 03/14 - 03/21 (218)
- 03/07 - 03/14 (95)
- 02/28 - 03/07 (135)
- 02/21 - 02/28 (102)
- 01/03 - 01/10 (68)
-
2009
(1652)
- 12/27 - 01/03 (36)
- 12/20 - 12/27 (22)
- 12/13 - 12/20 (100)
- 12/06 - 12/13 (45)
- 11/29 - 12/06 (24)
- 11/22 - 11/29 (22)
- 11/15 - 11/22 (19)
- 11/08 - 11/15 (28)
- 11/01 - 11/08 (11)
- 10/25 - 11/01 (17)
- 10/18 - 10/25 (38)
- 10/11 - 10/18 (33)
- 10/04 - 10/11 (15)
- 09/27 - 10/04 (21)
- 09/20 - 09/27 (7)
- 09/13 - 09/20 (84)
- 09/06 - 09/13 (35)
- 08/30 - 09/06 (48)
- 08/23 - 08/30 (118)
- 08/16 - 08/23 (26)
- 08/09 - 08/16 (34)
- 08/02 - 08/09 (35)
- 07/26 - 08/02 (31)
- 07/19 - 07/26 (14)
- 07/12 - 07/19 (16)
- 07/05 - 07/12 (28)
- 06/28 - 07/05 (26)
- 06/21 - 06/28 (76)
- 06/14 - 06/21 (26)
- 06/07 - 06/14 (21)
- 05/31 - 06/07 (43)
- 05/24 - 05/31 (38)
- 05/17 - 05/24 (26)
- 05/10 - 05/17 (52)
- 05/03 - 05/10 (15)
- 04/26 - 05/03 (38)
- 04/19 - 04/26 (32)
- 04/12 - 04/19 (22)
- 04/05 - 04/12 (20)
- 03/29 - 04/05 (40)
- 03/22 - 03/29 (43)
- 03/15 - 03/22 (18)
- 03/08 - 03/15 (14)
- 03/01 - 03/08 (22)
- 02/22 - 03/01 (12)
- 02/15 - 02/22 (9)
- 02/08 - 02/15 (11)
- 02/01 - 02/08 (19)
- 01/25 - 02/01 (37)
- 01/18 - 01/25 (21)
- 01/11 - 01/18 (33)
- 01/04 - 01/11 (31)
-
2008
(700)
- 12/28 - 01/04 (13)
- 12/21 - 12/28 (9)
- 12/14 - 12/21 (57)
- 12/07 - 12/14 (5)
- 11/30 - 12/07 (18)
- 11/23 - 11/30 (33)
- 11/16 - 11/23 (31)
- 11/09 - 11/16 (23)
- 11/02 - 11/09 (18)
- 10/26 - 11/02 (11)
- 10/19 - 10/26 (15)
- 10/12 - 10/19 (13)
- 10/05 - 10/12 (25)
- 09/28 - 10/05 (2)
- 09/21 - 09/28 (14)
- 09/14 - 09/21 (19)
- 09/07 - 09/14 (43)
- 08/31 - 09/07 (3)
- 08/24 - 08/31 (33)
- 08/17 - 08/24 (65)
- 08/10 - 08/17 (4)
- 08/03 - 08/10 (26)
- 07/27 - 08/03 (6)
- 07/20 - 07/27 (19)
- 07/13 - 07/20 (18)
- 07/06 - 07/13 (60)
- 06/29 - 07/06 (53)
- 06/22 - 06/29 (49)
- 06/15 - 06/22 (11)
- 06/08 - 06/15 (4)
Popular Posts
-
ASUHAN KEPERAWATAN IBU NIFAS DENGAN PERDARAHAN POST PARTUM A. PengertianPost partum / puerperium adalah masa dimana tubuh menyesuaikan, baik...
-
KTI KEBIDANAN HUBUNGAN USIA TERHADAP PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSUD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan wanita merupakan hal yang s...
-
Setelah beberapa minggu ini cari materi buat postingan baru, mendadak dapat inspirasi setelah rekan Anton Wijaya menulis di buku tamu Keper...
-
PATHWAY ASFIKSIA NEONATORUM Klik pada gambar untuk melihat pathway Download Pathway Asfiksia Neonatorum Via Ziddu Download Askep Asfiksia N...
-
DEFINISI Ikterus ialah suatu gejala yang perlu mendapat perhatian sungguh-sungguh pada neonatus. Ikterus ialah suatu diskolorasi kuning pa...
-
Metode Kalender atau Pantang Berkala (Calendar Method Or Periodic Abstinence) Pendahuluan Metode kalender atau pantang berkala merupakan met...
-
Pathway Combustio Klik Pada Gambar Untuk melihat pathway Download Pathway Combustio Via Ziddu Tag: Pathways combustio , pathways luka baka...
-
Pathway Hematemesis Melena Klik pada gambar untuk melihat pathway Download Pathway Hematemesis Melena Via Ziddu
-
PROSES KEPERAWATAN KOMUNITAS Pengertian - Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan, merencana...
-
Metode Suhu Basal Tubuh (Basal Body Temperature Method) Suhu tubuh basal adalah suhu terendah yang dicapai oleh tubuh selama istirahat atau ...
© ASUHAN KEPERAWATAN 2013 . Powered by Bootstrap , Blogger templates and RWD Testing Tool Published..Gooyaabi Templates