Sabtu, 20 Maret 2010
Kanker paru, jangan ambil ayahku
Sabarlah nak! biarkan ayah pergi
PROSES PENYEMBUHAN LUKA
Proses Penyembuhan Luka
Beberapa teori proses penyembuhan luka adalah sebagai berikut:
Menurut Kozier (1995) : Penyembuhan merupakan suatu sifat dari jaringan-jaringan yang hidup; hal ini juga diartikan sebagai pembentukan kembali (pembaharuan) dari jaringan-jaringan tersebut. Penyembuhan dapat dibagi dalam tiga fase: peradangan, proliferatif, dan maturasi (bernanah luka). Proses penyembuhan untuk luka akibat operasi akan dijelaskan di bawah ini.
a. Fase Peradangan
Fase peradangan akan segera dimulai setelah terjadinya luka dan akan berlangsung selama 3 sampai 4 hari. Ada dua proses utama yang terjadi selama fase peradangan ini : hemostatis dan phagositosis.
Hemostatis (penghentian pendarahan) diakibatkan oleh vasokontriksi dari pembuluh darah yang lebih besar pada area yang terpengaruh, penarikan kembali dari pembuluh-pembuluh darah yang luka, deposisi/endapan dari fibrin (jaringan penghubung), dan pembentukan gumpalan beku darah pada area tersebut. Gumpalan beku darah, terbentuk dari platelet darah (piringan kecil tanpa warna dari protoplasma yang ditemukan pada darah), menetapkan matriks dari fibrin yang akan menjadi kerangka kerja untuk perbaikan sel-sel. Suatu keropong juga terbentuk pda permukaan luka. Yang terdiri dari gumpalan-gumpalan serta jaringan-jaringan yang mati. Keropeng berguna untuk membantu hemostasis dan mencegah terjadinya kontaminasi pada luka oleh mikroorganisme. Di bawah keropeng, sel-sel epithelial bermigrasi ke dalam luka melalui pinggiran luka. Sel-sel epithelial sebagai penghalang antara tubuh dengan lingkungan, mencegah masuknya mikroorganisme.
Fase peradangan juga melibatkan respon-respon seluler dan vaskuler yang dimaksudkan untuk menghilangkan setiap substansi-substansi asing serta jaringan-jaringan yang mati. Aliran darah ke luka meningkat, membawa serta substansi serta nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan dalam proses penyembuhan. Sebagai hasilnya luka akan terlihat memerah dan bengkak.
Selama migrasi sel, leukosit (khususnya netrophil) akan masuk ke dalam ruang interstitial. Kemudian akan digantikan makrofag selama 24 jam setelah luka, yang muncul dari monosit darah. Makrofag akan menelan puing-puing selular dan mikroorganisme dengan suatu proses yang dikenal sebagai phagositosis. Makrofag juga mengeluarkan suatu faktor angigenesis (AGF), yang merangsang pembentukan dari pucuk-puck epithelial pada ujung pembuluh darah yang mengalami luka. Jaringan kerja microcirculatory yang dihasilkan akan menopang proses penyembuhan luka. Saat ini makrofag dan AGF dipertimbangkan sebagai hal yang penting pada proses penyembuhan (Cooper 1990 p. 171). Respon terhadap peradangan ini sangat penting terhadap proses penyembuhan, dan mengukur bahwa penghalangan pada peradangan, seperti pengobatan dengan steroid, dapat menggantikan proses penyembuhan yang mengandung resiko. Selama tahapan ini pula, terbentuk suatu dinding tipis dari sel-sel epithelial di sepanjang luka.
b. Fase Proliferasi
Fase proliferatif (tahapan pertumbuhan sel dengan cepat), fase kedua dalam prose penyembuhan, memerlukan waktu 3 – hari sampai sekitar 21 hari setelah terjadinya luka. Fibroblast (sel-sel jaringan penghubung), yang mulai bermigrasi ke dalam luka sekitar 24 jam setelah terjadinya luka, mulai mengumpulkan dan menjadikan satu kolagen dan suatu substansi dasar yang disebut proteoglycan sekitar 5 hari setelah terjadinya luka. Kolagen merupakan suatu substansi protein yang berwarna keputih-putihan yang menambah daya rentang pada luka. Sat jumlah kolagen meningkat, maka daya rentang luka juga kan meningkat; oleh karena itu peluang bahwa luka akan semakin terbuka menjadi semakin menurun. Selama waktu tersebut, muncullah apa yang disebut sebagai pungung bukit penyembuhan” di bawah garis jahitan luka yang lengkap. Pada luka yang tidak dijahit, kolagen baru seringkali muncul. Pembuluh-pembukuh kapiler tumbuh disepanjang luka, meningkatkan aliran darah, yang juga membawa serta oksigen dan nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan dalam proses penyembuhan. Fibroblast akan bergerak dari aliran darah ke dalam wilayah luka, mengendapkan fibrin. Saat jaringan pembuluh kapiler berkembang, jaringan menjadi suatu benuk tembus cahaya yang berwarna kemerah-merahan. Jarinag tersebut, disebut sebagai jaringan granulsi, yang mudah pecah dan mudah mengalami pendarahan.
Saat sisi kulit dari luka tidak dijahit, wilayah luka tersebut harus ditutup dengan jaringan-jaringan granulasi. Saat jaringan granulasi matang, sel-sel epithelial marginal akan bermigrasi ke dalamnya, pertumbuhan sel yang cepat di sepanjang jaringan penghubung ini dipusatkan untuk menutup wilayah luka. Jika wilayah luka tidak tertutup oleh epithelisasi, wilayah luka tersebut akan ditutup dengan protein plasma yang mengering serta sel-sel yang telah mati. Hal ini disebut eschar. Pada awalnya, luka yang disembuhkan dengan tujuan sekunder merembes ke pengeringan serosanguineous. Kemudian jika tidak ditutup oleh sel-sel epithelial, maka akan ditutup dengan jaringan-jaringan fibrinous yang berwarna abu-abu dan berukuran tebal yang pada akhirnya berubah menjadi jaringan bekas luka yang padat yang tebal.
c. Fase Maturasi
Biasanya dimulai pada hari ke-21 dan muncul setengah tahun setelah perlukaan. Pembentukan fibroblas dilanjutkan dengan sintesis kolagen. Serabut kolagen yang merupakan serabut penting dalam ........ digabungkan ke dalam struktur yang lebih lengkap. Scar menjadi tipis, jaringan elastis berkurang, timbul garis putih.
Tag: pengertian luka, Konsep luka, definisi luka, penyembuhan luka, tahap penyembuhan luka, fase luka, perawatan luka
TAHAP - TAHAP TIDUR
1) Tahap tidur jenis gelombang lambat atau NREM, yaitu terdiri:
a) Tahap I
Merupakan tahap transisi antara bangun dan tidur dengan ciri-ciri rileks, masih sadar dengan lingkungan, merasa ngantuk, bola mata bergerak dari samping ke samping, frekuensi nadi dan nafas menurun, dapat bangun segera. Tahap ini berlangsung selama 5 menit.
b) Tahap II
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun dengan ciri-ciri mata pada umumnya menetap, denyut jantung dan frekuensi nafas menurun, temperatur tubuh menurun, metabolisme menurun, berlangsung pendek dan berakhir 10-15 menit.
c) Tahap III
Merupakan tahap tidur dengan ciri denyut nadi dan frekuensi nafas serta proses tubuh lainnya lambat, disebabkan oleh adanya dominan sistem saraf parasimpatis dan sulit untuk bangun, berlangsung 15-30 menit.
d) Tahap IV
Tahap tidur dalam, dengan ciri kecepatan jantung dan pernafasan menurun, jarang bergerak dan sulit dibangunkan, sekresi lambung menurun dan tonus otot juga menurun serta gerak bola mata cepat.
2) Tahap tidur Paradoks atau REM
Tahap tidur paradoks berlangsung pada tidur malam yang terjadi selama 5-20 menit, rata-rata muncul 90 menit. Periode pertama terjadi selama 30-100 menit, apabila kondisi orang sangat lelah maka awal tidur sangat cepat dan tidur tahap ini tidak ada. Ciri tidur paradoks adalah disertai mimpi aktif, sangat sulit dibangunkan, tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan, frekuensi jantung dan pernafasan menjadi tidak teratur, pada otot perifer terjadi beberapa gerakan otot yang tidak teratur, mata cepat tertutup dan terbuka, nadi cepat dan ireguler tekanan darah mengalami fluktuasi, sekresi gaster meningkat dan metabolisme juga meningkat. Tidur paradoks atau REM penting untuk keseimbangan mental, emosi, juga berperan dalam belajar, memori dan adaptasi.
Tag: tahap tidur, tidur dalam , tidur ringan, kurang tidur, mimpi, adaptasi tidur
TIDUR
Tidur didefinisikan sebagai suatu keadaan bawah sadar dimana seseorang masih dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya (Guyton & Hall, 1997). Menurut Potter & Perry (2005), Tidur merupakan proses fisiologis yang bersiklus bergantian dengan periode yang lebih lama dari keterjagaan.
b. Manfaat tidur
Kebutuhan tidur dan istirahat yang sesuai sama pentingnya dengan kebutuhan nutrisi dan olahraga yang cukup bagi kesehatan. Menurut Hodgson (1991) dalam Potter & Perry (2005), kegunaan tidur masih belum jelas, namun diyakini tidur diperlukan untuk menjaga keseimbangan mental, emosional dan kesehatan.
Tidur diperlukan untuk memperbaiki proses biologis secara rutin, selama tidur gelombang rendah yang dalam (NREM tahap IV), tubuh melepaskan hormon pertumbuhan manusia untuk memperbaiki dan memperbaharui sel epitel dan sel khusus seperti sel otak. Sintesa protein dan pembagian sel untuk pembaharuan jaringan seperti pada kulit, sumsung tulang, mukosa lambung terjadi juga selama tidur dan istirahat Oswold (1984) dalam Potter & Perry (2005) kegunaan tidur yang lain adalah selama tidur tubuh akan menyimpan energi.
Pada tidur REM terjadi perubahan dalam aliran darah serebral, peningkatan aktivitas kortikal, peningkatan konsumsi oksigen dan pelepasan epinefrin, sehingga membantu penyimpanan memori dan pembelajaran maka tidur REM penting untuk pemulihan kognitif. Tanpa kebutuhan tidur dan istirahat yang cukup, konsentrasi dan pengambilan keputusan akan menurun. (Potter & Perry, 2005)
c. Pengaturan tidur
Tidur merupakan aktifitas yang melibatkan susunan saraf pusat, saraf perifer, endokrin, kardiovaskuler, respirasi dan muskuloskeletal Robinson (1993), dalam Potter & Perry (2005).
Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan antara dua mekanisme serebral yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak untuk tidur dan bangun (Alimul, 2006).
Tag: Tidur, keperawatan tidur, Pengertian tidur, fisiologi tidur, definisi tidur, tidur REM, NREM, manfaat tidur, kegunaan tidur, askep tidur
Menyiapkan Injeksi dari Vial / Flacon
TINJAUAN UMUM
Suatu kegiatan pelayanan keperawatan menyiapkan injeksi untuk pengobatan / therapi kepada pasien yang sedang dirawat
A. PERSIAPAN
I. Persiapan Klien
- Cek perencanaan Keperawatan klien
- Klien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan
II. Persiapan Alat
- Jarum seteril dan spuit
- Kapas alkohol 70 %
- Alat tulis
- Obat injeksi ( vial / flacon ) sesuai order dokter
- Bengkok
- Kartu obat dan etiket
B. PELAKSANAAN
- Perawat cuci tangan
- Buka tutup dan bersihkan / desinfektan bagian atas botol ( karet ) dengan kapas alkohol
- Buang kapas alkohol ke bengkok
- Menarik udara secukupnya kedalam spuit
- Tusuk jarum tegak lurus ketengah karet penutup
- Mendorong udarah dalam spuit kadalam botol, membalikan vial dan tarik obat seumlah yang diperlukan
- Tarik jarum dengan menarik boto, keluarkan udara yang ada dalam spuit
- Jarum ditutup dan vial /’ flacon dibuang ke bengkok / tempatnya ( jika sudah habis )
- Beri etiket nama pada spuit dan masukan ketampat injeksi
- Perawat cuci tangan
C. EVALUASI
- Perhatikan dosisi obat, nama obat dan nama klien sesuai dengan order dari dokter
D. DOKUMENTASI
Mencatat tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan, hasil tindakan, perawat yang melakukan ) pada catatan keperawatan
Melakukan Skin Test
TINJAUAN UMUM
Skin test adalah melakukan test antibiotik melalui sub cutan untuk mengetahui ketahanan terhadap salah satu jenis antibiotik
A. PERSIAPAN
a. Persiapan Alat
i. Spuit 1 cc dan jarum seteril dalam tempatnya
ii. Obat-obatan yang diperlukan
iii. Kapas alkohol dalam tempatnya
iv. Gergaji ampul
v. NaCl 0,9 % /aquadest
vi. Bengkok, ball point/ spidol
b. Persiapan Klien
i. Pasien diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan
B. PELAKSANAAN
1. Perawat cuci tangan
2. Menggulung lengan baju pasien bila perlu
3. Mengisi spuit dengan obat yang akan ditest sejumlah 0,1 cc dilarutkan dengan NaCl 0,9 atau aquadest menjadi 1 cc
4. Mendesinfeksi kulit yang akan di suntik dengan menggunakan kapas alkohol kemudian diregangkan dengan tangan kiri perawat
5. Menyuntikan obat sampai permukaan kulit menjadi gembung dengan cara lubang jarum menghadap ke atas dan membuat sudut antara 15 – 30 derajat dengan permukaan kulit
6. Beri tanda pada area suntikan
7. Menilai reaksi obat setelah 10-15 menit dari waktu penyuntikan, hasil (+) bila terdapat tanda kemerahan pada daerah penusukan dengan diameter minimal 1 cm, hasil (-) bila tidak terdapat tanda tersebut diatas
8. Perawat cuci tangan
C. EVALUASI
Mencatat tindakan dan hasil skin test pada dokumen perawatan
Sampel Urine untuk Pemeriksaan Laboratorium
TINJAUAN UMUM
Suatu tindakan pengambilan darah untuk pemeriksaan laboratrium guna menunjang diagnosa pasien dalam mempertimbangkan pengobatan yang tepat
A. PERSIAPAN
I. Persiapan Klien
- Cek perencanaan Keperawatan klien
- Klien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan
II. Persiapan Alat
- Pot / urinal / bengkok
- Botol urine yang sudah diberi etiket
B. PELAKSANAAN
- Perawat cuci tangan
- Memberitahu tindakan yang akan dilakukan
- Pasang sampiran disekitar tempat tidur
- Menyuruh klien untuk berkemih dalam pot / urinal dan memasukan kedalam botol urine
- Urin sisa yang ada pada pot urinal dibuang
- Membereskan alat-alat dan mengmbalikan ketempatnya
- Perawat cuci tangan
- Perhatikan dan catat reaksi klien setelah melakukan tindakan
C. EVALUASI
- Perhatikan respon klien dan hasil tindakan
D. DOKUMENTASI
- Mencatat tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan, respon klien, hasil tindakan, perawat yang melakukan ) pada catatan keperawatan
Sampel Darah Melalui Vena
TINJAUAN UMUM
Suatu tindakan pengambilan darah untuk pemeriksaan laboratrium guna menunjang diagnosa pasien dalam mempertimbangkan pengobatan yang tepat
A. PERSIAPAN
I. Persiapan Klien
- Cek perencanaan Keperawatan klien
- Klien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan
II. Persiapan Alat
- Spuit dan jarum steril
- Kapas alkohol 70 %
- Plester dan gunting
- Tabung darah
- Perlak dan torniquet
- Bengkok
B. PELAKSANAAN
- Perawat cuci tangan
- Menentukan lokasi
- Meletakan perlak kecil dibawah tangan yang akan diambil darah
- Melakukan pembendungan / fiksasi
- Menghapus lokasi tusukan / desinfeksi
- Memasukan jarum dengan sudut 5-30 0
- Menghisap darah sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan
- Torniquet / pembendung dilepas
- Jarum dicabut dan tekan bekas punksi / tusukan
- Memasukan darah ke dalam tabung darah dan beri etiket / nama
- Membereskan alat-alat dan rapihkan klien
- Perawat cuci tangan
- Perhatikan dan catat reaksi klien setelah melakukan tindakan
C. EVALUASI
- Perhatikan respon klien dan hasil tindakan
D. DOKUMENTASI
catat tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan, respon klien, hasil tindakan, perawat yang melakukan ) pada catatan keperawatan
Menyiapkan Injeksi dari Vial / Flacon
TINJAUAN UMUM
Suatu kegiatan pelayanan keperawatan menyiapkan injeksi untuk pengobatan / therapi kepada pasien yang sedang dirawat
A. PERSIAPAN
I. Persiapan Klien
- Cek perencanaan Keperawatan klien
- Klien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan
II. Persiapan Alat
- Jarum seteril dan spuit
- Kapas alkohol 70 %
- Alat tulis
- Obat injeksi ( vial / flacon ) sesuai order dokter
- Bengkok
- Kartu obat dan etiket
B. PELAKSANAAN
- Perawat cuci tangan
- Buka tutup dan bersihkan / desinfektan bagian atas botol ( karet ) dengan kapas alkohol
- Buang kapas alkohol ke bengkok
- Menarik udara secukupnya kedalam spuit
- Tusuk jarum tegak lurus ketengah karet penutup
- Mendorong udarah dalam spuit kadalam botol, membalikan vial dan tarik obat seumlah yang diperlukan
- Tarik jarum dengan menarik boto, keluarkan udara yang ada dalam spuit
- Jarum ditutup dan vial /’ flacon dibuang ke bengkok / tempatnya ( jika sudah habis )
- Beri etiket nama pada spuit dan masukan ketampat injeksi
- Perawat cuci tangan
C. EVALUASI
- Perhatikan dosisi obat, nama obat dan nama klien sesuai dengan order dari dokter
D. DOKUMENTASI
Mencatat tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan, hasil tindakan, perawat yang melakukan ) pada catatan keperawatan
Melakukan Skin Test
TINJAUAN UMUM
Skin test adalah melakukan test antibiotik melalui sub cutan untuk mengetahui ketahanan terhadap salah satu jenis antibiotik
A. PERSIAPAN
a. Persiapan Alat
i. Spuit 1 cc dan jarum seteril dalam tempatnya
ii. Obat-obatan yang diperlukan
iii. Kapas alkohol dalam tempatnya
iv. Gergaji ampul
v. NaCl 0,9 % /aquadest
vi. Bengkok, ball point/ spidol
b. Persiapan Klien
i. Pasien diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan
B. PELAKSANAAN
1. Perawat cuci tangan
2. Menggulung lengan baju pasien bila perlu
3. Mengisi spuit dengan obat yang akan ditest sejumlah 0,1 cc dilarutkan dengan NaCl 0,9 atau aquadest menjadi 1 cc
4. Mendesinfeksi kulit yang akan di suntik dengan menggunakan kapas alkohol kemudian diregangkan dengan tangan kiri perawat
5. Menyuntikan obat sampai permukaan kulit menjadi gembung dengan cara lubang jarum menghadap ke atas dan membuat sudut antara 15 – 30 derajat dengan permukaan kulit
6. Beri tanda pada area suntikan
7. Menilai reaksi obat setelah 10-15 menit dari waktu penyuntikan, hasil (+) bila terdapat tanda kemerahan pada daerah penusukan dengan diameter minimal 1 cm, hasil (-) bila tidak terdapat tanda tersebut diatas
8. Perawat cuci tangan
C. EVALUASI
Mencatat tindakan dan hasil skin test pada dokumen perawatan
Sampel Urine untuk Pemeriksaan Laboratorium
TINJAUAN UMUM
Suatu tindakan pengambilan darah untuk pemeriksaan laboratrium guna menunjang diagnosa pasien dalam mempertimbangkan pengobatan yang tepat
A. PERSIAPAN
I. Persiapan Klien
- Cek perencanaan Keperawatan klien
- Klien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan
II. Persiapan Alat
- Pot / urinal / bengkok
- Botol urine yang sudah diberi etiket
B. PELAKSANAAN
- Perawat cuci tangan
- Memberitahu tindakan yang akan dilakukan
- Pasang sampiran disekitar tempat tidur
- Menyuruh klien untuk berkemih dalam pot / urinal dan memasukan kedalam botol urine
- Urin sisa yang ada pada pot urinal dibuang
- Membereskan alat-alat dan mengmbalikan ketempatnya
- Perawat cuci tangan
- Perhatikan dan catat reaksi klien setelah melakukan tindakan
C. EVALUASI
- Perhatikan respon klien dan hasil tindakan
D. DOKUMENTASI
- Mencatat tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan, respon klien, hasil tindakan, perawat yang melakukan ) pada catatan keperawatan
Sampel Darah Melalui Vena
TINJAUAN UMUM
Suatu tindakan pengambilan darah untuk pemeriksaan laboratrium guna menunjang diagnosa pasien dalam mempertimbangkan pengobatan yang tepat
A. PERSIAPAN
I. Persiapan Klien
- Cek perencanaan Keperawatan klien
- Klien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan
II. Persiapan Alat
- Spuit dan jarum steril
- Kapas alkohol 70 %
- Plester dan gunting
- Tabung darah
- Perlak dan torniquet
- Bengkok
B. PELAKSANAAN
- Perawat cuci tangan
- Menentukan lokasi
- Meletakan perlak kecil dibawah tangan yang akan diambil darah
- Melakukan pembendungan / fiksasi
- Menghapus lokasi tusukan / desinfeksi
- Memasukan jarum dengan sudut 5-30 0
- Menghisap darah sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan
- Torniquet / pembendung dilepas
- Jarum dicabut dan tekan bekas punksi / tusukan
- Memasukan darah ke dalam tabung darah dan beri etiket / nama
- Membereskan alat-alat dan rapihkan klien
- Perawat cuci tangan
- Perhatikan dan catat reaksi klien setelah melakukan tindakan
C. EVALUASI
- Perhatikan respon klien dan hasil tindakan
D. DOKUMENTASI
catat tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan, respon klien, hasil tindakan, perawat yang melakukan ) pada catatan keperawatan
Mengganti Balutan Pada Pasien Luka Bakar
TINJAUAN UMUM
Menukar balutan/penutup luka yang sudah kotor atau yang lama dengan penutup/pembalutan luka yang baru
Gunanya untuk
- Mencegah terjadinya infeksi
- Mencegah masuknya kuman dan kotoran kedalam luka
- Mencegah infeksi silang
- Memberi rasa nyaman dan aman pada pasien
Operasional dilakukan pada :
Pasien Combustie ( luka bakar )
PERSIAPAN
Persiapan Alat
a. Alat Seteril
- 1 Pinset anatomi
- 2 pinset chirurgis
- 2 klem arteri
- 1 gunting lurus
- 2 kapas lidi
- 10-15 lembar kassa seteril
- 5 buah deppers
- mangkok seteril
- 1 tong sampak
a. Alat Tidak Seteril
- Gunting pembalut
- Plester kecil
- Botol berisi bensin cuci
- Mercurohroom
- Bengkok
- NaCl 1 ml, 500 cc
- Zalf Dermazia
- Kantong Plastik
- Obat-obatan desinfektan ( Savlon, bethadine, dll )
Persiapan Pasien
Pasien diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan
PELAKSANAAN
1. Perawat cuci tangan
2. Balutan lama dibuka dan dibuang pada tempatnya
3. Bekas plester dibersihkan dengan kapas bensin
4. Luka dibersihkan dengan cairan NaCl ka satu arah dengan menggunakan deppers
5. Deppers kotor dibuang pada tempatnya
6. Pinset yang sudah dipakai disimpan pada bengkok yang bersisi desinfektan
7. Kemudian luka diobati dengan mercurohroom, setelah itu luka diberi zalf Dermazim dengan menggunakan tongspatel
8. Luka ditutup dengan kasa seteril secukupnya
9. Luka dibalut/diplester dengan rapih
10. Setelah selesai pasien dirapihkan dan alat-alat dibereskan ketempat semula
11. Perawat cuci tangan
EVALUASI
Mencatat hasil tindakan dan respon pasien pada dokumen keperawatan
Pemberian Oksigen Melalui Nasal Kanul
TINJAUAN UMUM
Suatu kegiatan untuk memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh pada pasien yang mengalami kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen
PERSIAPAN
Persiapan Klien
- Cek perencanaan Keperawatan klien
- Klien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan
Persiapan Alat
- Tabung / central oksigen yang sudah dilengkapi dengan socket dan manometer / flowmeter
- Humedifier yang sudah di isi dengan aquadest sampai pembatas yang sudah ditentukan
- Nasal kanul
PELAKSANAAN
- Perawat cuci tangan
- Atur posisi yang nyaman
- Periksa manometer central O 2 / tabung O 2, humedifier dan flowmeter
- Hubungkan kanul dengan O 2 / alirkan O 2 yang rendah
- Masukan kedua ujung kanul ke dalam lubang hidung
- Mengatur aliran O 2 yang sesuai dengan terapi
- Membersihkan nasal kanul setiap 8 jam sekali
- Perawat cuci tangan
- Perhatikan dan catat reaksi klien setelah melakukan tindakan
EVALUASI
- Perhatikan respon klien dan hasil tindakan
DOKUMENTASI
Mencatat tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan, respon klien, hasil tindakan, perawat yang melakukan ) pada catatan keperawatan
Mengganti Balutan Pada Pasien Luka Bakar
TINJAUAN UMUM
Menukar balutan/penutup luka yang sudah kotor atau yang lama dengan penutup/pembalutan luka yang baru
Gunanya untuk
- Mencegah terjadinya infeksi
- Mencegah masuknya kuman dan kotoran kedalam luka
- Mencegah infeksi silang
- Memberi rasa nyaman dan aman pada pasien
Operasional dilakukan pada :
Pasien Combustie ( luka bakar )
PERSIAPAN
Persiapan Alat
a. Alat Seteril
- 1 Pinset anatomi
- 2 pinset chirurgis
- 2 klem arteri
- 1 gunting lurus
- 2 kapas lidi
- 10-15 lembar kassa seteril
- 5 buah deppers
- mangkok seteril
- 1 tong sampak
a. Alat Tidak Seteril
- Gunting pembalut
- Plester kecil
- Botol berisi bensin cuci
- Mercurohroom
- Bengkok
- NaCl 1 ml, 500 cc
- Zalf Dermazia
- Kantong Plastik
- Obat-obatan desinfektan ( Savlon, bethadine, dll )
Persiapan Pasien
Pasien diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan
PELAKSANAAN
1. Perawat cuci tangan
2. Balutan lama dibuka dan dibuang pada tempatnya
3. Bekas plester dibersihkan dengan kapas bensin
4. Luka dibersihkan dengan cairan NaCl ka satu arah dengan menggunakan deppers
5. Deppers kotor dibuang pada tempatnya
6. Pinset yang sudah dipakai disimpan pada bengkok yang bersisi desinfektan
7. Kemudian luka diobati dengan mercurohroom, setelah itu luka diberi zalf Dermazim dengan menggunakan tongspatel
8. Luka ditutup dengan kasa seteril secukupnya
9. Luka dibalut/diplester dengan rapih
10. Setelah selesai pasien dirapihkan dan alat-alat dibereskan ketempat semula
11. Perawat cuci tangan
EVALUASI
Mencatat hasil tindakan dan respon pasien pada dokumen keperawatan
Pemberian Oksigen Melalui Nasal Kanul
TINJAUAN UMUM
Suatu kegiatan untuk memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh pada pasien yang mengalami kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen
PERSIAPAN
Persiapan Klien
- Cek perencanaan Keperawatan klien
- Klien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan
Persiapan Alat
- Tabung / central oksigen yang sudah dilengkapi dengan socket dan manometer / flowmeter
- Humedifier yang sudah di isi dengan aquadest sampai pembatas yang sudah ditentukan
- Nasal kanul
PELAKSANAAN
- Perawat cuci tangan
- Atur posisi yang nyaman
- Periksa manometer central O 2 / tabung O 2, humedifier dan flowmeter
- Hubungkan kanul dengan O 2 / alirkan O 2 yang rendah
- Masukan kedua ujung kanul ke dalam lubang hidung
- Mengatur aliran O 2 yang sesuai dengan terapi
- Membersihkan nasal kanul setiap 8 jam sekali
- Perawat cuci tangan
- Perhatikan dan catat reaksi klien setelah melakukan tindakan
EVALUASI
- Perhatikan respon klien dan hasil tindakan
DOKUMENTASI
Mencatat tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan, respon klien, hasil tindakan, perawat yang melakukan ) pada catatan keperawatan
PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH
Tujuan instruksional khusus
1. Mahasiswa akan dapat mengetahui dan menjelaskan manfaat pemeriksaan glukosa darah untuk menegakan diagnosa penyakit diabetes melitus
2. Mahasiswa akan dapat mengukur kadar glukosa darah dengan GOD-PAP
3. Mahasiswa akan dapat menyimpulkan hasil pemeriksaan glukosa darah pada saat praktikum setelah membandingkannya dengan nilai normal
Dasar Teori
Glukosa diperlukan sebagai sumber energi terutama bagi sistem saraf dan eritrosit. Glukosa juga dibutuhkan di dalam jaringan adipose sebagai sumber gliserida – glisero, dan mungkin juga berperan dalam mempertahankan kadar senyawa antara pada siklus asam sitrat di dalam banyak jaringan tubuh
Gulosa berasal sebagian diperoleh dari makanan, kemudian dibentuk dari berbagai senyawa glukogenik yang mengalami glukoneogenesis lalu juga dapat dibentuk dari glikogen hati melalui glikogenolosis.
Proses mempertahankan kadar glukosa yang stabil didalam darah merupakan salah satu mekanisme homeostatis yang diatur paling halus dan juga menjadi salah satu mekanisme di hepar, jaringan ekstrahepatik serta beberapa hormon.
Diantara hormon yang mengatur kadar glukosa darah adalah insulin dan glukagon. Insulin, suatu hormon anabolic, merangsang sintesis komponen makromolekuler sel dan mengakibatkan penyimpanan glukosa. Glukagon, suatu hormon katabolic, membatasi sintesis makromolekul dan menyebabkan pengeluaran glukosa yang disimpan. Peningkatan konsentrasi glukosa dalam sirkulasi mengakibatkan peningkatan sekresi insulin dan pengurangan sekresi glukagon, demikian sebaliknya.
Diantara hormon yang mengatur kadar glukosa darah adalah insulin dan glukagon. Insulin, suatu hormon anabolic, merangsang sintesis komponene makromolekuler sel dan mengakibatkan penyimpanan glukosa. Glukagon, suatu hormon katabolic, membatasi sintesis makromolekul dan menyebabkan pengeluaran glukosa yang disimpan. Peningkatan konsentrasi glukosa dalam sirkulasi mengakibatkan peningkatan sekresi insulin dan pengurangan sekresi glukagon, demikian sebaliknya.
Diantara hormon yang mengatur kadar glukosa darah adalah insulin dan glukagon. Insulin, suatu hormon anabolic, merangsang sintesis komponen makromolekuler sel dan mengakibatkan penyimpanan glukosa. Glukagon, suatu hormon katabolic, membatasi sintesis makromolekul dan menyebabkan pengeluaran glukosa yang disimpan. Peningkatan konsentrasi glukosa dalam sirkulasi mengakibatkan peningkatan sekresi insulin dan pengurangan sekresi glukagon, demikian sebaliknya. Perubahan kadar darah biasanya akan terjadi pada diabetes gravidarum.
Diabetes kehamilan adalah diabetes yang menyerang semasa kehamilan dan lazimnya hilang selepas kelahiran bayi. Kejadian biasa ini mempunyai hubungan dengan kadar glukosa darah tinggi yang dikenali untuk kali pertama semasa kehamilan. Ia muncul pada saat pertengahan usia kehamilan karena perubahan dalam hormon ibu.
Siapa yang menghadapi resiko menderita diabetes kehamilan ?
Kaum wanita :
Berusia melebihi 30 tahun
Mempunyai sejarah keluarga untuk diabetes tipe 2
Kelebihan berat
Dari kumpulan ethnik tertentu seperti ; India, Asia, Kepulauan Pasifik, Timur Tengah.
Bagaimana Diabetes Kehamilan didiagnosa ?
Diagnosa dibuat setelah pemeriksaan. Pemeriksaan darah dilaksanakan sebelum dan setelah minuman glukosa diberikan. Lazimnya, pemeriksaan dilakukan pada bulan ke-6 dalam kehamilan.
Adalah dinasihatkan bahwa semua perempuan yang hamil diperiksa untuk diabetes pada antara minggu ke-26 dan ke-28 dalam masa kehamilan.
Perawatan
Perawatan adalah berasaskan makanan sehat dan latihan jasmani yang teratur seperti berjalan-jalan.
Panduan untuk memakan secara sehat
Memakan berjenis-jenis makanan
Memakan makanan biasa dan makanan kecil seperti, tiga kali makanan sederhana dan tiga kali makanan kecil yang dijadualkan rata-rata sepanjang hari
Memasukan makanan karbohydrate ( tepung ) dalam tiap-tiap makanan biasa dan makanan kecil seperti, roti “ multigrain “, padi-padian, berbagai kacang, pasta, beras, buah-buahan dan sayur
Menghindari dari makanan dan minuman yang mengandung banyak gula
Gunakan cara memasak dengan sedikit lemak saja dan memilih makanan yang kurang lemak
Minum banyak air
Rancangan makanan sehat dapat membantu ibu dan bayinya. Adalah penting bahwa kaum wanita mengawasi supaya keadaan diabetes mereka terkawal dengan melaksanakan pemeriksaan dirumah setiap hari. Pastikan kadar glukosa darah berada dibawah 7 mol/12 jam selepas makan.
Sekiranya makanansehat dan latihan jasmani tidak dapat mengawal diabetes kehamilan, suntikan insulin penting diperlukan untuk mempertahankan kehamilan. Insulin untuk anda dan bayi. Obat-obatan untuk perawatan diabetes tidak diberikan semasa hamil. Asalkan tiada kesulitan yang lain, kehamilan dapat diteruskan dengan biasa sehingga melahirkan dengan bayi yang sehat.
Bagaimana Diabetes Kehamilan menjangki bayi saya ?
Jika diabetes tidak dapat dijaga dengan baik, ia boleh menyebabkan masalah seperti bayi besar, yang menyulitkan kelahirannya. Kemungkinan juga bayi mempunyai kadar glukosa rendah untuk masa singkat selepas kelahiran jika masalah berlanjut, rujuk ke rumah saki.
Apa yang terjadi selepas kelahiran bayi anda ?
Selepas bayi dilahirkan, lazimnya diabetesnya lenyap. Satu pemeriksaan glukosa darah khas dilakukan 6 minggu selepas kelahiran untuk memastikan bahwa glukosa darah kembali ke kadar biasa. Biar pun begitu, wanita yang menderita diabetes kehamilan mempunyai faktor resiko lebih terkena diabetes tipe 2 kemudian.
Untuk mencegah permulaan diabetes tipe 2, adalah penting untuk :
• Meneruskan makanan sehat
• Mempertahankan berat sehat
• Adakan latihan jasmani
• Memberikan glukosa darah tiap – tiap 1- 2 tahun
Cara pemeriksaan glukosa darah
1. GlucoSure digital
2. Lancet steril
3. kapas alcohol
4. stik glukosa
Cara kerja :
1. jari tangan disterilkan dengan kapas alcohol
2. teteskan darah yang keluar pada stik glukosa
3. masukan stik glukosa pada alat GlucoSure
4. baca hasil pemeriksaan
kadar normal glukosa darah : 80 – 120 gr/dl
Bahan
Reagen GOD – PAP
Reagen Standard Glukosa
Serum atau plasma
Alat
Tabung reaksi ukuran 5 ml
Rak tabung reaksi
Pipet ukuran 30 µl
Spectrofotometer
Cara kerja
1. Disiapkan 3 buah tabung reaksi ukuran 5 ml, masing – masing diberi label RB ( Reagen Blanko ), STD ( Reagen Standar ) dan SPL ( Reagen Sampel )
2. Tabung RB diberi 3.000 µl Reagen GOD – PAP
3. Tabung STD diberi 30 µl Reagen standar glukosa dan ditambah dengan 3.000µl Reagen GOD – PAP, dicampur hingga homogen.
4. Tabung SPL diberi 30 µl serum dan ditambah dengan 3.000 Reagen GOD – PAP, dicampur hingga homogen
5. Selanjutnya masing – masing diinkubasi selama 15 menit pada temperatur kamar
6. Diukur Absorbansinya ( AA ) standar dan Abs sampel terhadap ReagenBlanko ( RB ) dengan spectrofotometer pada panjang gelombang 546 nm.
Pengukuran terhadap Reagen Blanko
RB STD SPL
Sample ( µl ) - - 30
Standar ( STD ) - 30 -
Reagen ( µl ) 3000 3000 3000
PERHITUNGAN
Kadar glukosa ( mg/dl ) = ΔA SPL X 100 mg/dl
ΔA STD
Atau ΔA SPL X 5,55 mg/dl
ΔA STD
Linearitas
Batas linearitas alat sampai kadar 700 mg/dl sehingga hasil yang lebih tinggi dari angka tersebut, serum harus diencerkan dengan NaCL 0,9 % dengan perbandingan 1 + 1, hasil dikalikan dengan 2.
Nilai normal
Serum atau plasma = 75 – 115 mg/dl atau 4,2 – 6,4 mmol/l
Pertanyaan :
1. jelaskan mengapa pada penyakit diabetes melitus terjadi peningkatan kadar glukosa darah !
2. Mengapa sering terjadi ketoasidosis pada kasus DM ?
PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH
Tujuan instruksional khusus
1. Mahasiswa akan dapat mengetahui dan menjelaskan manfaat pemeriksaan glukosa darah untuk menegakan diagnosa penyakit diabetes melitus
2. Mahasiswa akan dapat mengukur kadar glukosa darah dengan GOD-PAP
3. Mahasiswa akan dapat menyimpulkan hasil pemeriksaan glukosa darah pada saat praktikum setelah membandingkannya dengan nilai normal
Dasar Teori
Glukosa diperlukan sebagai sumber energi terutama bagi sistem saraf dan eritrosit. Glukosa juga dibutuhkan di dalam jaringan adipose sebagai sumber gliserida – glisero, dan mungkin juga berperan dalam mempertahankan kadar senyawa antara pada siklus asam sitrat di dalam banyak jaringan tubuh
Gulosa berasal sebagian diperoleh dari makanan, kemudian dibentuk dari berbagai senyawa glukogenik yang mengalami glukoneogenesis lalu juga dapat dibentuk dari glikogen hati melalui glikogenolosis.
Proses mempertahankan kadar glukosa yang stabil didalam darah merupakan salah satu mekanisme homeostatis yang diatur paling halus dan juga menjadi salah satu mekanisme di hepar, jaringan ekstrahepatik serta beberapa hormon.
Diantara hormon yang mengatur kadar glukosa darah adalah insulin dan glukagon. Insulin, suatu hormon anabolic, merangsang sintesis komponen makromolekuler sel dan mengakibatkan penyimpanan glukosa. Glukagon, suatu hormon katabolic, membatasi sintesis makromolekul dan menyebabkan pengeluaran glukosa yang disimpan. Peningkatan konsentrasi glukosa dalam sirkulasi mengakibatkan peningkatan sekresi insulin dan pengurangan sekresi glukagon, demikian sebaliknya.
Diantara hormon yang mengatur kadar glukosa darah adalah insulin dan glukagon. Insulin, suatu hormon anabolic, merangsang sintesis komponene makromolekuler sel dan mengakibatkan penyimpanan glukosa. Glukagon, suatu hormon katabolic, membatasi sintesis makromolekul dan menyebabkan pengeluaran glukosa yang disimpan. Peningkatan konsentrasi glukosa dalam sirkulasi mengakibatkan peningkatan sekresi insulin dan pengurangan sekresi glukagon, demikian sebaliknya.
Diantara hormon yang mengatur kadar glukosa darah adalah insulin dan glukagon. Insulin, suatu hormon anabolic, merangsang sintesis komponen makromolekuler sel dan mengakibatkan penyimpanan glukosa. Glukagon, suatu hormon katabolic, membatasi sintesis makromolekul dan menyebabkan pengeluaran glukosa yang disimpan. Peningkatan konsentrasi glukosa dalam sirkulasi mengakibatkan peningkatan sekresi insulin dan pengurangan sekresi glukagon, demikian sebaliknya. Perubahan kadar darah biasanya akan terjadi pada diabetes gravidarum.
Diabetes kehamilan adalah diabetes yang menyerang semasa kehamilan dan lazimnya hilang selepas kelahiran bayi. Kejadian biasa ini mempunyai hubungan dengan kadar glukosa darah tinggi yang dikenali untuk kali pertama semasa kehamilan. Ia muncul pada saat pertengahan usia kehamilan karena perubahan dalam hormon ibu.
Siapa yang menghadapi resiko menderita diabetes kehamilan ?
Kaum wanita :
Berusia melebihi 30 tahun
Mempunyai sejarah keluarga untuk diabetes tipe 2
Kelebihan berat
Dari kumpulan ethnik tertentu seperti ; India, Asia, Kepulauan Pasifik, Timur Tengah.
Bagaimana Diabetes Kehamilan didiagnosa ?
Diagnosa dibuat setelah pemeriksaan. Pemeriksaan darah dilaksanakan sebelum dan setelah minuman glukosa diberikan. Lazimnya, pemeriksaan dilakukan pada bulan ke-6 dalam kehamilan.
Adalah dinasihatkan bahwa semua perempuan yang hamil diperiksa untuk diabetes pada antara minggu ke-26 dan ke-28 dalam masa kehamilan.
Perawatan
Perawatan adalah berasaskan makanan sehat dan latihan jasmani yang teratur seperti berjalan-jalan.
Panduan untuk memakan secara sehat
Memakan berjenis-jenis makanan
Memakan makanan biasa dan makanan kecil seperti, tiga kali makanan sederhana dan tiga kali makanan kecil yang dijadualkan rata-rata sepanjang hari
Memasukan makanan karbohydrate ( tepung ) dalam tiap-tiap makanan biasa dan makanan kecil seperti, roti “ multigrain “, padi-padian, berbagai kacang, pasta, beras, buah-buahan dan sayur
Menghindari dari makanan dan minuman yang mengandung banyak gula
Gunakan cara memasak dengan sedikit lemak saja dan memilih makanan yang kurang lemak
Minum banyak air
Rancangan makanan sehat dapat membantu ibu dan bayinya. Adalah penting bahwa kaum wanita mengawasi supaya keadaan diabetes mereka terkawal dengan melaksanakan pemeriksaan dirumah setiap hari. Pastikan kadar glukosa darah berada dibawah 7 mol/12 jam selepas makan.
Sekiranya makanansehat dan latihan jasmani tidak dapat mengawal diabetes kehamilan, suntikan insulin penting diperlukan untuk mempertahankan kehamilan. Insulin untuk anda dan bayi. Obat-obatan untuk perawatan diabetes tidak diberikan semasa hamil. Asalkan tiada kesulitan yang lain, kehamilan dapat diteruskan dengan biasa sehingga melahirkan dengan bayi yang sehat.
Bagaimana Diabetes Kehamilan menjangki bayi saya ?
Jika diabetes tidak dapat dijaga dengan baik, ia boleh menyebabkan masalah seperti bayi besar, yang menyulitkan kelahirannya. Kemungkinan juga bayi mempunyai kadar glukosa rendah untuk masa singkat selepas kelahiran jika masalah berlanjut, rujuk ke rumah saki.
Apa yang terjadi selepas kelahiran bayi anda ?
Selepas bayi dilahirkan, lazimnya diabetesnya lenyap. Satu pemeriksaan glukosa darah khas dilakukan 6 minggu selepas kelahiran untuk memastikan bahwa glukosa darah kembali ke kadar biasa. Biar pun begitu, wanita yang menderita diabetes kehamilan mempunyai faktor resiko lebih terkena diabetes tipe 2 kemudian.
Untuk mencegah permulaan diabetes tipe 2, adalah penting untuk :
• Meneruskan makanan sehat
• Mempertahankan berat sehat
• Adakan latihan jasmani
• Memberikan glukosa darah tiap – tiap 1- 2 tahun
Cara pemeriksaan glukosa darah
1. GlucoSure digital
2. Lancet steril
3. kapas alcohol
4. stik glukosa
Cara kerja :
1. jari tangan disterilkan dengan kapas alcohol
2. teteskan darah yang keluar pada stik glukosa
3. masukan stik glukosa pada alat GlucoSure
4. baca hasil pemeriksaan
kadar normal glukosa darah : 80 – 120 gr/dl
Bahan
Reagen GOD – PAP
Reagen Standard Glukosa
Serum atau plasma
Alat
Tabung reaksi ukuran 5 ml
Rak tabung reaksi
Pipet ukuran 30 µl
Spectrofotometer
Cara kerja
1. Disiapkan 3 buah tabung reaksi ukuran 5 ml, masing – masing diberi label RB ( Reagen Blanko ), STD ( Reagen Standar ) dan SPL ( Reagen Sampel )
2. Tabung RB diberi 3.000 µl Reagen GOD – PAP
3. Tabung STD diberi 30 µl Reagen standar glukosa dan ditambah dengan 3.000µl Reagen GOD – PAP, dicampur hingga homogen.
4. Tabung SPL diberi 30 µl serum dan ditambah dengan 3.000 Reagen GOD – PAP, dicampur hingga homogen
5. Selanjutnya masing – masing diinkubasi selama 15 menit pada temperatur kamar
6. Diukur Absorbansinya ( AA ) standar dan Abs sampel terhadap ReagenBlanko ( RB ) dengan spectrofotometer pada panjang gelombang 546 nm.
Pengukuran terhadap Reagen Blanko
RB STD SPL
Sample ( µl ) - - 30
Standar ( STD ) - 30 -
Reagen ( µl ) 3000 3000 3000
PERHITUNGAN
Kadar glukosa ( mg/dl ) = ΔA SPL X 100 mg/dl
ΔA STD
Atau ΔA SPL X 5,55 mg/dl
ΔA STD
Linearitas
Batas linearitas alat sampai kadar 700 mg/dl sehingga hasil yang lebih tinggi dari angka tersebut, serum harus diencerkan dengan NaCL 0,9 % dengan perbandingan 1 + 1, hasil dikalikan dengan 2.
Nilai normal
Serum atau plasma = 75 – 115 mg/dl atau 4,2 – 6,4 mmol/l
Pertanyaan :
1. jelaskan mengapa pada penyakit diabetes melitus terjadi peningkatan kadar glukosa darah !
2. Mengapa sering terjadi ketoasidosis pada kasus DM ?
PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN ( Hb )
Dasar Teori
Hemoglobin merupakan protein sel darah merah ( SDM ) yang funsinya antara lain :
1. Mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan dan CO2 dan jaringan ke paru-paru
2. Memberi warna merah pada darah
3. Mempertahan kan keseimbangan asam basa dalam tubuh
Hemoglobin mengandung protein globin yang berkaitan dengan hem ( senyawa besi protein ), mempunyai berat molekul 64450 dalton. Di dalam darah mengandung Hb antara 7,8 – 12,2 mM/l atau 12,6 – 18,4 gr/dl, tergantung pada jenis kelamin dan umur individu.
Pada setiap tetramer Hb mampu mengikat 4 atom oksigen yang terikat pada atom ferro ( Fe 2+ ) dalam hem. Hemoglobin yang berikatan dengan oksigen disebut oksihemoglobin ( HbO2 ) sedang yang telah melepaskan oksigen disebut deoksihemoglobin ( HbCO ) jika Hb mengikat gas CO hasil pembakaran yang tidak sempurna. Ikatan Hb dengan CO, 200 kali lebih kuat disbanding ikatan Hb dengan oksigen. Dalam keadaan tertentu, Hb juga dapat berikatan sehingga besi teroksidasi ( Fe3+ ) membentuk methemoglobin ( Met Hb atau Hb ( Fe3+ ). Hb dalam bentuk MetHb akan menyebabkan kemampuan mengikat oksigennya menjadi hilang. Beberapa derivate hemoglobin satu sama lain dapat dibedakan dengan cara pengenceran. HbO2 pada pengenceran terlihat berwarna merah kekuningan, HbCO berwarna merah terang ( carmine tint ) sedang deoksihemoglobin ( Hb ) berwarna kecoklatan.
Metode
Hemoglobin Sianida ( Sianomethemoglobin )
Prinsip
Hemoglobin dengan larutan K2Fe ( CN )6 berubah menjadi methemoglobin kemudian menjadi hemoglobin sianida ( HiCN ) oleh KCN dengan absorbansi maksimum pada 540 nm. Pengaturan pH dilakukan dengan menambah KH2FO4, untuk mempercepat lisis eritrosit dan mengurangi kekeruhan HiCN ditambah non ionic detergent. Absorbansi warna berbanding lurus dengan konsentrasi Hb.
Persiapan Reagen
Larutan isi satu botol reagen dengan 500 nm akuabides, simpan dalam botol warna gelap. Reagen stabil bila disimpan dalam gelap pada suhu 15 – 25 oC selama 4 bulan.
Bahan dan Alat
Bahan : darah kapilerm darah vena-EDTA, akuabides dan reagen sianmethemoglobin
Alat : Erlenmeyer, tabung reaksi, spektrofotometer.
Cara Kerja
1. Disiapkan 3 tabung reaksi seukuran 5 ml, masing-masing diberi label reagen blanko ( RB ), Reagen standarr ( RTD ) dan Reagen Sampel ( RPL )
2. Tabubg RB diberi 5000 µl ( 5 cc ) Reagen Hb Cyanida
3. Tabung RTD diberi 20 µl sample darah standard an ditambah dengan 5000µl Reagen Hb Cyanida dicampur hingga homogen
4. Tabung RPL diberi 20 µl sample darah dan ditambah dengan 5000 µl Reagen Hn Cyanida didiamkan selama 3 menit pada suhu kamar
5. Diukur absorbansi RTD dan abs ( RPL ) terhadap reagen blanko pada panjang gelombang 578 nm
Perhitungan
Hb = Abs RPL X 15 G/DL
Abs RTD
Nilai normal :
Wanita : 12-16 g/dl
Pria : 14-18 g/dl
Bayi : 10-15 g/dl
Balita : 11-14 g/dl
Anak-anak : 12-16 g/dl
Bayi baru lahir : 16-25 g/dl
Bayi belum lahir : masih mengandung Hb fetal dari plasenta
PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN ( Hb )
Dasar Teori
Hemoglobin merupakan protein sel darah merah ( SDM ) yang funsinya antara lain :
1. Mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan dan CO2 dan jaringan ke paru-paru
2. Memberi warna merah pada darah
3. Mempertahan kan keseimbangan asam basa dalam tubuh
Hemoglobin mengandung protein globin yang berkaitan dengan hem ( senyawa besi protein ), mempunyai berat molekul 64450 dalton. Di dalam darah mengandung Hb antara 7,8 – 12,2 mM/l atau 12,6 – 18,4 gr/dl, tergantung pada jenis kelamin dan umur individu.
Pada setiap tetramer Hb mampu mengikat 4 atom oksigen yang terikat pada atom ferro ( Fe 2+ ) dalam hem. Hemoglobin yang berikatan dengan oksigen disebut oksihemoglobin ( HbO2 ) sedang yang telah melepaskan oksigen disebut deoksihemoglobin ( HbCO ) jika Hb mengikat gas CO hasil pembakaran yang tidak sempurna. Ikatan Hb dengan CO, 200 kali lebih kuat disbanding ikatan Hb dengan oksigen. Dalam keadaan tertentu, Hb juga dapat berikatan sehingga besi teroksidasi ( Fe3+ ) membentuk methemoglobin ( Met Hb atau Hb ( Fe3+ ). Hb dalam bentuk MetHb akan menyebabkan kemampuan mengikat oksigennya menjadi hilang. Beberapa derivate hemoglobin satu sama lain dapat dibedakan dengan cara pengenceran. HbO2 pada pengenceran terlihat berwarna merah kekuningan, HbCO berwarna merah terang ( carmine tint ) sedang deoksihemoglobin ( Hb ) berwarna kecoklatan.
Metode
Hemoglobin Sianida ( Sianomethemoglobin )
Prinsip
Hemoglobin dengan larutan K2Fe ( CN )6 berubah menjadi methemoglobin kemudian menjadi hemoglobin sianida ( HiCN ) oleh KCN dengan absorbansi maksimum pada 540 nm. Pengaturan pH dilakukan dengan menambah KH2FO4, untuk mempercepat lisis eritrosit dan mengurangi kekeruhan HiCN ditambah non ionic detergent. Absorbansi warna berbanding lurus dengan konsentrasi Hb.
Persiapan Reagen
Larutan isi satu botol reagen dengan 500 nm akuabides, simpan dalam botol warna gelap. Reagen stabil bila disimpan dalam gelap pada suhu 15 – 25 oC selama 4 bulan.
Bahan dan Alat
Bahan : darah kapilerm darah vena-EDTA, akuabides dan reagen sianmethemoglobin
Alat : Erlenmeyer, tabung reaksi, spektrofotometer.
Cara Kerja
1. Disiapkan 3 tabung reaksi seukuran 5 ml, masing-masing diberi label reagen blanko ( RB ), Reagen standarr ( RTD ) dan Reagen Sampel ( RPL )
2. Tabubg RB diberi 5000 µl ( 5 cc ) Reagen Hb Cyanida
3. Tabung RTD diberi 20 µl sample darah standard an ditambah dengan 5000µl Reagen Hb Cyanida dicampur hingga homogen
4. Tabung RPL diberi 20 µl sample darah dan ditambah dengan 5000 µl Reagen Hn Cyanida didiamkan selama 3 menit pada suhu kamar
5. Diukur absorbansi RTD dan abs ( RPL ) terhadap reagen blanko pada panjang gelombang 578 nm
Perhitungan
Hb = Abs RPL X 15 G/DL
Abs RTD
Nilai normal :
Wanita : 12-16 g/dl
Pria : 14-18 g/dl
Bayi : 10-15 g/dl
Balita : 11-14 g/dl
Anak-anak : 12-16 g/dl
Bayi baru lahir : 16-25 g/dl
Bayi belum lahir : masih mengandung Hb fetal dari plasenta
Askeb Nifas
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan dan kelahiran dianggap sebagai suatu kejadian fisiologis yang pada sebagian besar wanita berakhir dengan normal dan tanpa komplikasi (Departmen of Health, 1993). Pada akhir masa puerperium, pemulihan persalinan secara umum dianggap telah lengkap. Pandangan ini mungkin terlalu optimis. Bagi banyak wanita, pemulihan adalah sesuatu yang berllangsung terjadi dan menjadi seorang ibu adalah proses fisiologis yang normal. Namun, beberapa studi terbaru mengungkapkan bahwa masalah-masalah kesehatan jangka panjang yang terjadi setelah melahirkan adalah masalah yang banyak ditemui (Hillan, 1992b; glazener et al. 1993; bick dan MacArthur, 1995a) dsan dapat berlangsung dalam waktu lama (macArthur et al. 1991).
Pengetahuan menyeluruh tenytang perubahan fisiologis dan psikologis pada masa puerperium adalah sangat penting jika bidan menilai status kesehatan ibu secara akurat dan memastikan bahwa pemulihan sesuai dengan standar yang diharapkan. Hal yang sama pentingnya adalah menyadari potensi morbiditas pascapartum dalam jangka panjang dan factor-faktor yang berhubungan dengannnya seperti obstetric, anestesi dan factor social.
B. Tujuan Penulisan
a. Mengetahui perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi pada system musculus atau otot pada ibu nifas.
b. Mengetahui perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi pada system skeleton atau rangkapada ibu nifas.
c. Mengetahui masalah system musculoskeletal pada ibu nifas
d. Mengetahui intervensi yang diberikan pada ibu nifas yang berhubungan dengan masalah system musculoskeletal.
C. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
C. Sistematika Penulisan
BAB II KONSEP DASAR
A. Definisi Nifas
B. Perubahan Fisiologis Pada Ibu Nifas
C. Beberapa Gejala Musculoskeletal Yang Timbul Pada Pascapartum
D. Intervensi dalam Menghadapi Perubahan Fisiologi Pada Pascapartum
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
ISI
A. Definisi Nifas
Periode pascapartum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode ini kadang-kadang disebut puerperium atau trimester ke empat kehamilan. Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas, walaupun dianggap normal, di mana proses-proses pada kehamilan berjalan terbalik. Banyak factor, termasuk tingkat energi, tingkat kenyamanan, kesehatan bayi baru lahir, dan perawatan serta dorongan semangat yang diberikan tenaga kesehatan professional ikut membentuk respons ibu terhadap bayinya selama masa ini. Untuk memberi perawatan yang menguntungkan ibu, bayi, dan keluarganya, seorang perawat harus mampu memanfaatkan pengetahuannnya tentang anatomi dan fisiologi ibu pada periode pemulihan.
B. Perubahan Fisiologi Ibu Nifas pada Sistem Muskuloskeletal
1. Afterpains
Pada primipara, tonus uterus meningkat sehingga fundus pada umumnya tetap kencang. Relaksasi dan kontraksi yang periodic sering dialami multipara dan sering menimbulkan nyeri yang bertahan sepanjang masa awal puerperium. Rasa nyeri setelah melahirkan ini lebih nyata setelah ibu melahirkan, di tempat uterus terlalu teregang (misalnya pada bayi besar dsan kembar). Menyusui dan oksitoksin tambahan biasnya sering meningkatkan nyeri ini karena keduanya merangsang kontraksi uterus.
2. Topangan Otot Panggul
Struktur penopang uterus dan vagina bisa mengalami cidera sewaktu meahirkan dan masalah ginekologi dapat timbul di kemudian hari. Jaringan penopang dasar panggul yang terobek atau teregang saat ibu melahirkan memerlukan waktu sampai enam bulan untuk kembali ke tonus semula. Istilah relaksasi panggul berhubungan dengan pemanjangan dan melemahnya topangan permukaan struktur panggul. Struktur ini terdiri atas uterus, dinding vagina posterior atas,, uretra, kandung kemih, dan rectum.
3. Abdomen
Dalam dua minggu setelah melahirkan, dinding abdomen wanita itu akan rileks. Diperlukan sekitar enam minggu untuk dinding abdomen kembali ke keadaan sebelum hamil. Pengembalian tonus otot bergantung pada kondisi tonus sebelum hamil, latihan fisik yang tepat, dan jumlah jaringan lemak. Pada keadaan tertentu dengan atau tanpa ketegangan yang berlebihan, seperti bayi besar atau hamil kembar, otot-otot dinding abdomen memisah, disebut diastasis rekti abdominis. Apabila menetap, defek ini dapat dirasa mengganggu pada wanita, tetapi penanganan melalui upaya bedah jarang dibutuhkan.
4. Uretra dan Kandung Kemih
Rasa nyeri pada panggul yang timbul akibat dorongan saat melahirkan, laserasi vagina, atau episiotomi menurunkan atau mengubah reflek berkemih. Distensi kandung kemih yang muncul segera setelah melahirkan dapat menyebabkan perdarahan berlebih karena keadaan ini bisa menghambat uterus berkontraksi dengan baik. Pada masa pascapartum tahap lanjut, distensi yang berlebihan ini dapat menyebabkan kandung kemih lebih peka terhadap infeksi sehingga menggganggu proses berkemih. Apabila terdapat distensi berlebih pada kandung kemih dalam jangka waktu lama, dinding kandung kemih dapat mengalami kerusakan lebih lanjut (atoni). Dengan mengosongkan kandung kemih secara adekuat, tonus kandung kemih biasanya akan pulih kembali dalam lima sampai tujuh hari setelah bayi lahir.
5. Rongga Panggul
Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi, karena ligament rotundum menjadi kendor. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan.
Sebagai akibat putusnya serat-serat elastic kulit dan distensi yang berlangsung lama akibat besarnya uterus pada saat hamil, dinding abdomen masih lunak dan kendur untuk sementara waktu. Pemulihan ini dapat dibantu dengan latihan.
C. Beberapa Gejala Muskuloskeletal Yang Timbul Pada Masa Pascapartum
Terdapat beberapa gejala musculoskeletal yang dapat terjadi pada periode pascapartum, diantaranya adalah:
1. Nyeri Punggung
Nyeri punggung adalah gejala pascapartum jangka panjang yang sering terjadi. Mekanisme yang menghasilkan nyeri punggung yang dihipotesis oleh beberapa ahli peneliti adalah ketegangan postural pada system musculoskeletal akibat posisi pada saat persalinan. Nyeri punggung umumnya tidak berat.
2. Sakit Kepala, Sakit pada leher dan Nyeri pada bahu
Sakit kepala jangka pendek yang timbul setelah persalinan terjadi selama minggu pertama pascapartum dan mengalami migren dalam tiga bulan setelah melahirkan yang berlangsung selama enam minggu. Sakit kepala pascapartum sangat menyakitkan, timbul beberapa kali dalam satu minggu dan memengaruhi aktivitas.
Sakit kepala akibat fungsi postdural pada wanita yang mendapat anastesi epidural atau spinal harus dimonitor. Sakit pada leher dan nyeri bahu jangka panjang telah dilaporkan timbul setelah pemberian anastesi umum.
D. Intervensi Dalam Menghadapi Perubahan Fisiologi Masa Nifas
1. Rasa Nyaman
Kebanyakan Ibu mengalami nyeri segera setelah mengalami persalinan.Penyebab umum nyeri meliputi nyeri pasca melahirkan sampai pembesaran payudara. Intervensi yang dapat dilakukan diantaranya dengan memberikan kompres hangat ,distraksi, membayangkan sesuatu, sentuhan terapiutik, relaksasidan interaksi dengan baik bisa mengurangi nyeri yang ditimbulkan kontraksi rahim. Intervensi lain yang bisa diberikan adalah dengan pemberian obat analgesik.
Bila wanita mengeluh tentang adanya afterpains,dapat diberi analgetika atau sedatifa supaya ia dapat beristirahat atau tidur.
2. Istirahat
Intervensi yang dapat dilakukan adalah dengan cara menggosok-gosok punggung, tindakan lain yang dapat memberi kenikmatan selama beberapa malam pertama setelah melahirkan.
3. Ambulasi
Intervensi ini bermanfaat untuk mengurangi insiden tromboembolisme dan mempercepat pemulihan kekuatan ibu.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Periode pascapartum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil.
2. Pada primipara, tonus uterus meningkat sehingga fundus pada umumnya tetap kencang. Relaksasi dan kontraksi yang periodic sering dialami multipara dan menimbulkan rasa nyeri.
3. Jaringan penopang dasar panggul yang terobek atau teregang saat ibu melahirkan memerlukan waktu sampai enam bulan untuk kembali ke tonus semula. Istilah relaksasi panggul berhubungan dengan pemanjangan dan melemahnya topangan permukaan struktur panggul.
4. Pengembalian tonus otot-otot dinding perut bergantung pada kondisi tonus sebelum hamil, latihan fisik yang tepat, dan jumlah jaringan lemak.
5. Distensi kandung kemih yang muncul segera setelah melahirkan dapat menyebabkan perdarahan berlebih karena keadaan ini bisa menghambat uterus berkontraksi dengan baik. Pada masa pascapartum tahap lanjut, distensi yang berlebihan ini dapat menyebabkan kandung kemih lebih peka terhadap infeksi sehingga menggganggu proses berkemih.
6. Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh ke belakang
7. Intervensi yang dapat diberikan kepada ibu yang mengalami perubahan pada masa nifas diantaranya adalah intervensi yang dapat mmberikan rasa nyaman,istirahat dan ambulasi.
B. SARAN
Lakukan kompres hangat,istirahat dan ambulasi untuk meringankan rasa nyeri atau berkunjung ke dokter untuk mendapatkan obat analgesic.
DAFTAR PUSTAKA
Bobak,dkk.2005.Buku Ajar Keperawatan Maternitas.Jakarta.:EGC
Prawirohardjo,Sarwono.2006.Ilmu Kebidanan.Jakarta:FKUI
Handerson,Cristine.2005.Buku Ajar Konsep Kebidanan.Jakarta:EGC
Askeb Nifas
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan dan kelahiran dianggap sebagai suatu kejadian fisiologis yang pada sebagian besar wanita berakhir dengan normal dan tanpa komplikasi (Departmen of Health, 1993). Pada akhir masa puerperium, pemulihan persalinan secara umum dianggap telah lengkap. Pandangan ini mungkin terlalu optimis. Bagi banyak wanita, pemulihan adalah sesuatu yang berllangsung terjadi dan menjadi seorang ibu adalah proses fisiologis yang normal. Namun, beberapa studi terbaru mengungkapkan bahwa masalah-masalah kesehatan jangka panjang yang terjadi setelah melahirkan adalah masalah yang banyak ditemui (Hillan, 1992b; glazener et al. 1993; bick dan MacArthur, 1995a) dsan dapat berlangsung dalam waktu lama (macArthur et al. 1991).
Pengetahuan menyeluruh tenytang perubahan fisiologis dan psikologis pada masa puerperium adalah sangat penting jika bidan menilai status kesehatan ibu secara akurat dan memastikan bahwa pemulihan sesuai dengan standar yang diharapkan. Hal yang sama pentingnya adalah menyadari potensi morbiditas pascapartum dalam jangka panjang dan factor-faktor yang berhubungan dengannnya seperti obstetric, anestesi dan factor social.
B. Tujuan Penulisan
a. Mengetahui perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi pada system musculus atau otot pada ibu nifas.
b. Mengetahui perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi pada system skeleton atau rangkapada ibu nifas.
c. Mengetahui masalah system musculoskeletal pada ibu nifas
d. Mengetahui intervensi yang diberikan pada ibu nifas yang berhubungan dengan masalah system musculoskeletal.
C. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
C. Sistematika Penulisan
BAB II KONSEP DASAR
A. Definisi Nifas
B. Perubahan Fisiologis Pada Ibu Nifas
C. Beberapa Gejala Musculoskeletal Yang Timbul Pada Pascapartum
D. Intervensi dalam Menghadapi Perubahan Fisiologi Pada Pascapartum
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
ISI
A. Definisi Nifas
Periode pascapartum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode ini kadang-kadang disebut puerperium atau trimester ke empat kehamilan. Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas, walaupun dianggap normal, di mana proses-proses pada kehamilan berjalan terbalik. Banyak factor, termasuk tingkat energi, tingkat kenyamanan, kesehatan bayi baru lahir, dan perawatan serta dorongan semangat yang diberikan tenaga kesehatan professional ikut membentuk respons ibu terhadap bayinya selama masa ini. Untuk memberi perawatan yang menguntungkan ibu, bayi, dan keluarganya, seorang perawat harus mampu memanfaatkan pengetahuannnya tentang anatomi dan fisiologi ibu pada periode pemulihan.
B. Perubahan Fisiologi Ibu Nifas pada Sistem Muskuloskeletal
1. Afterpains
Pada primipara, tonus uterus meningkat sehingga fundus pada umumnya tetap kencang. Relaksasi dan kontraksi yang periodic sering dialami multipara dan sering menimbulkan nyeri yang bertahan sepanjang masa awal puerperium. Rasa nyeri setelah melahirkan ini lebih nyata setelah ibu melahirkan, di tempat uterus terlalu teregang (misalnya pada bayi besar dsan kembar). Menyusui dan oksitoksin tambahan biasnya sering meningkatkan nyeri ini karena keduanya merangsang kontraksi uterus.
2. Topangan Otot Panggul
Struktur penopang uterus dan vagina bisa mengalami cidera sewaktu meahirkan dan masalah ginekologi dapat timbul di kemudian hari. Jaringan penopang dasar panggul yang terobek atau teregang saat ibu melahirkan memerlukan waktu sampai enam bulan untuk kembali ke tonus semula. Istilah relaksasi panggul berhubungan dengan pemanjangan dan melemahnya topangan permukaan struktur panggul. Struktur ini terdiri atas uterus, dinding vagina posterior atas,, uretra, kandung kemih, dan rectum.
3. Abdomen
Dalam dua minggu setelah melahirkan, dinding abdomen wanita itu akan rileks. Diperlukan sekitar enam minggu untuk dinding abdomen kembali ke keadaan sebelum hamil. Pengembalian tonus otot bergantung pada kondisi tonus sebelum hamil, latihan fisik yang tepat, dan jumlah jaringan lemak. Pada keadaan tertentu dengan atau tanpa ketegangan yang berlebihan, seperti bayi besar atau hamil kembar, otot-otot dinding abdomen memisah, disebut diastasis rekti abdominis. Apabila menetap, defek ini dapat dirasa mengganggu pada wanita, tetapi penanganan melalui upaya bedah jarang dibutuhkan.
4. Uretra dan Kandung Kemih
Rasa nyeri pada panggul yang timbul akibat dorongan saat melahirkan, laserasi vagina, atau episiotomi menurunkan atau mengubah reflek berkemih. Distensi kandung kemih yang muncul segera setelah melahirkan dapat menyebabkan perdarahan berlebih karena keadaan ini bisa menghambat uterus berkontraksi dengan baik. Pada masa pascapartum tahap lanjut, distensi yang berlebihan ini dapat menyebabkan kandung kemih lebih peka terhadap infeksi sehingga menggganggu proses berkemih. Apabila terdapat distensi berlebih pada kandung kemih dalam jangka waktu lama, dinding kandung kemih dapat mengalami kerusakan lebih lanjut (atoni). Dengan mengosongkan kandung kemih secara adekuat, tonus kandung kemih biasanya akan pulih kembali dalam lima sampai tujuh hari setelah bayi lahir.
5. Rongga Panggul
Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi, karena ligament rotundum menjadi kendor. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan.
Sebagai akibat putusnya serat-serat elastic kulit dan distensi yang berlangsung lama akibat besarnya uterus pada saat hamil, dinding abdomen masih lunak dan kendur untuk sementara waktu. Pemulihan ini dapat dibantu dengan latihan.
C. Beberapa Gejala Muskuloskeletal Yang Timbul Pada Masa Pascapartum
Terdapat beberapa gejala musculoskeletal yang dapat terjadi pada periode pascapartum, diantaranya adalah:
1. Nyeri Punggung
Nyeri punggung adalah gejala pascapartum jangka panjang yang sering terjadi. Mekanisme yang menghasilkan nyeri punggung yang dihipotesis oleh beberapa ahli peneliti adalah ketegangan postural pada system musculoskeletal akibat posisi pada saat persalinan. Nyeri punggung umumnya tidak berat.
2. Sakit Kepala, Sakit pada leher dan Nyeri pada bahu
Sakit kepala jangka pendek yang timbul setelah persalinan terjadi selama minggu pertama pascapartum dan mengalami migren dalam tiga bulan setelah melahirkan yang berlangsung selama enam minggu. Sakit kepala pascapartum sangat menyakitkan, timbul beberapa kali dalam satu minggu dan memengaruhi aktivitas.
Sakit kepala akibat fungsi postdural pada wanita yang mendapat anastesi epidural atau spinal harus dimonitor. Sakit pada leher dan nyeri bahu jangka panjang telah dilaporkan timbul setelah pemberian anastesi umum.
D. Intervensi Dalam Menghadapi Perubahan Fisiologi Masa Nifas
1. Rasa Nyaman
Kebanyakan Ibu mengalami nyeri segera setelah mengalami persalinan.Penyebab umum nyeri meliputi nyeri pasca melahirkan sampai pembesaran payudara. Intervensi yang dapat dilakukan diantaranya dengan memberikan kompres hangat ,distraksi, membayangkan sesuatu, sentuhan terapiutik, relaksasidan interaksi dengan baik bisa mengurangi nyeri yang ditimbulkan kontraksi rahim. Intervensi lain yang bisa diberikan adalah dengan pemberian obat analgesik.
Bila wanita mengeluh tentang adanya afterpains,dapat diberi analgetika atau sedatifa supaya ia dapat beristirahat atau tidur.
2. Istirahat
Intervensi yang dapat dilakukan adalah dengan cara menggosok-gosok punggung, tindakan lain yang dapat memberi kenikmatan selama beberapa malam pertama setelah melahirkan.
3. Ambulasi
Intervensi ini bermanfaat untuk mengurangi insiden tromboembolisme dan mempercepat pemulihan kekuatan ibu.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Periode pascapartum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil.
2. Pada primipara, tonus uterus meningkat sehingga fundus pada umumnya tetap kencang. Relaksasi dan kontraksi yang periodic sering dialami multipara dan menimbulkan rasa nyeri.
3. Jaringan penopang dasar panggul yang terobek atau teregang saat ibu melahirkan memerlukan waktu sampai enam bulan untuk kembali ke tonus semula. Istilah relaksasi panggul berhubungan dengan pemanjangan dan melemahnya topangan permukaan struktur panggul.
4. Pengembalian tonus otot-otot dinding perut bergantung pada kondisi tonus sebelum hamil, latihan fisik yang tepat, dan jumlah jaringan lemak.
5. Distensi kandung kemih yang muncul segera setelah melahirkan dapat menyebabkan perdarahan berlebih karena keadaan ini bisa menghambat uterus berkontraksi dengan baik. Pada masa pascapartum tahap lanjut, distensi yang berlebihan ini dapat menyebabkan kandung kemih lebih peka terhadap infeksi sehingga menggganggu proses berkemih.
6. Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh ke belakang
7. Intervensi yang dapat diberikan kepada ibu yang mengalami perubahan pada masa nifas diantaranya adalah intervensi yang dapat mmberikan rasa nyaman,istirahat dan ambulasi.
B. SARAN
Lakukan kompres hangat,istirahat dan ambulasi untuk meringankan rasa nyeri atau berkunjung ke dokter untuk mendapatkan obat analgesic.
DAFTAR PUSTAKA
Bobak,dkk.2005.Buku Ajar Keperawatan Maternitas.Jakarta.:EGC
Prawirohardjo,Sarwono.2006.Ilmu Kebidanan.Jakarta:FKUI
Handerson,Cristine.2005.Buku Ajar Konsep Kebidanan.Jakarta:EGC
Jumat, 19 Maret 2010
PENATALAKSANAAN PENCEGAHAN INFEKSI PADA PROSES PERTOLONGAN PERSALINAN DI KLINIK
PENATALAKSANAAN PENCEGAHAN INFEKSI PADA PROSES
PERTOLONGAN PERSALINAN DI KLINIK......
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
WHO (World Health Oraganization) memperkirakan lebih dari 585.000 ibu pertahunnya meninggal saat hamil atau bersalin. Di Asia Selatan, wanita berkemungkinan 1:18 meninggal akibat kehamilan / persalinan selama kehidupan Negara Afrika 1:4, sedangkan di Amerika Utara 1:6.366 lebih dari 50% kematian di negara berkembang sebenarnya dapat dicegah dengan teknologi yang ada serta biaya relatif rendah (Saifuddin, 2006:3).
Di Indonesia Angka Kematian Ibu (AKI) menempati angka tertinggi di
Di Propinsi Lampung Angka Kematian Ibu (AKI) melahirkan dan Angka Kematian Bayi (AKB) tergolong tinggi secara nasional. Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), AKI di Propinsi Lampung 307 diantaranya meninggal dari 100 ribu kelahiran hidup. Sementara Angka Kematian Bayi (AKB) mencapai 55 per 1.000 kelahiran atau dalam setiap 1000 bayi yang lahir, 55 diantaranya meninggal dunia (Lampung- - bkkbn online).
Persalinan yang bersih dan aman sebagai pilar ketiga Safe Motherhood yang di kategorikan sebagai pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, pada tahun 1997 baru mencapai 60 % (Saifuddin, 2006 : 7). Pencegahan infeksi merupakan aspek ketiga dari Lima Benang Merah yang terkait dalam asuhan perasalinan yang bersih dan aman dan juga merupakan salah satu usaha untuk melindungi ibu dan bayi baru lahir (Depkes RI 2004 : 1-1).
Tindakan pencegahan infeksi adalah bagian esensial dari asuhan lengkap yang diberikan kepada ibu dan bayi baru lahir dan harus dilaksanakan secara rutin pada saat menolong persalinan dan kelahiran, saat memberikan asuhan dasar selama kunjungan antenatal/pasca persalinan/bayi baru lahir/saat menatalaksana penyulit. Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan dan tenaga kesehatan lainnya. Juga upaya-upaya menurunkan resiko terjangkit atau terinfeksi mikroorganisme yang menimbulkan penyakit-penyakit berbahaya (Buku Acuan APN, 2004 : 1-8). Mengingat bahwa infeksi dapat ditularkan melalui darah, sekret vagina, air mani, cairan amnion dan cairan tubuh lainnya maka setiap petugas yang bekerja di lingkungan yang mungkin terpapar hal-hal tersebut mempunyai resiko untuk tertular bila tidak mengindahkan prosedur penegahan infeksi (Saifuddin, 2006:15).
Berdasarkan pre survei yang penulis lakukan di Klinik Bersalin Griya Medika, Banjar Agung, .................. Jumlah ibu bersalin periode Januari – Desember 2007 adalah 169 orang. Dengan jumlah ibu bersalin normal adalah 68 orang (40,2%) dan jumlah ibu bersalin dengan penyulit adalah 101 orang (59,8%) antara lain, kasus Post Partum Haemorhagi adalah 24 orang (14,2%), Ketuban Pecah Dini adalah 21 orang (12,4%) , Pre Eklampsi adalah 16 orang (9,5%), Seksio Sesarea adalah 12 orang (7,1%), Ante Partum Haemorhagi adalah 8 orang (4,7%), Letak Sungsang adalah 6 orang (3,5%), Retensio Plasenta adalah 6 orang (3,5%), Post Date adalah 5 orang (3%), Eklampsi adalah 2 orang (1,1%), Ekstraksi Vacum 1 orang (0,6%). (Laporan Bulanan Periode Januari – Desember 2007 Klinik Bersalin Griya Medika)
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa jumlah ibu bersalin dengan penyulit di Klinik Bersalin Griya Medika, Banjar Agung ................. periode Januari – Desember 2007 cukup tinggi, yaitu 101 orang (59,8%). Dengan adanya hal tersebut penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan pencegahan infeksi untuk meminimalkan resiko terjadinya infeksi pada ibu bersalin di Klinik Bersalin ................................. ................., yang meliputi : Prosedur cuci tangan, pemakaian sarung tangan, pengelolaan cairan antiseptik, pemrosesan alat bekas pakai, dan pengelolaan sampah medik belum sepenuhnya dilakukan sesuai dengan pedoman pencegahan infeksi.
Dengan adanya hal tersebut yang diperoleh dari pra survei, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Penatalaksanaan Pencegahan Infeksi pada Proses Pertolongan Persalinan di Klinik Griya Medika, Banjar Agung ................. Tahun 2008”
B. Rumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan adalah “Bagaimana penatalaksanaan pencegahan infeksi pada proses pertolongan persalinan di Klinik ................................. ................. Tahun 2009.
C. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian penulis membatasi ruang lingkup penelitian yaitu :
1. Jenis Penelitian : Deskripsi
2. Subjek Penelitian : Bidan dan perawat yang terlibat pada proses pertolongan persalinan di Klinik ................................. ................. pada tahun 2009
3. Objek Penelitian : Pentalaksanaan pencegahan infeksi pada
proses pertolongan persalinan
4. Lokasi Penelitian : Klinik Griya Medika, Jl. Ethanol
No.208 Unit 2 Banjar Agung, .................
5. Waktu Penelitian : Februari - Juni 2009
6. Alasan Penelitian : Karena banyak kasus-kasus yang berhubungan
dengan persalinan yang terdapat di Klinik ................................. ................. yang dapat memberi pengaruh terhadap resiko terjadinya infeksi.
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui penatalaksanaan pencegahan infeksi pada proses pertolongan persalinan di Klinik Bersalin ................................. .................
2. Tujuan Khusus
- Untuk mengetahui gambaran tentang prosedur cuci tangan oleh Bidan dan Perawat
- Untuk mengetahui gambaran tentang pemakaian sarung tangan oleh Bidan dan Perawat
- Untuk mengetahui gambaran tentang pengelolaan cairan aniseptik oleh Bidan dan Perawat
- Untuk mengetahui gambaran tentang pemrosesan alat bekas pakai oleh Bidan dan Perawat
- Untuk mengetahui gambaran tentang pengelolaan sampah medik oleh Bidan dan Perawat
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan penelitian tentang pencegahan infeksi dan penerapan ilmu yang didapat selama ini.
2. Bagi Lahan Praktek Klinik Bersalin ................................. .................
§ Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan khususnya tentang penatalaksanaan pencegahan infeksi pada proses pertolongan persalinan di Klinik Bersalin ................................. .................
§ Untuk menerapkan prosedur pencegahan infeksi pada proses pertolongan persalinan di Klinik Bersalin ................................. .................
3. Bagi Instansi Pendidikan
Sebagai bahan kegiatan terhadap teori yang telah diperoleh mahasiswi selama mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di AKBID Wira Buana Metro. sekaligus sebagai bahan atau sumber bacaan di perpustakaan institusi pendidikan.
4. Bagi Peneliti Lain
Dapat dijadikan bahan perbandingan untuk melakukan penelitian-penelitian lain atau yang serupa berkaitan dengan pencegahan infeksi pada proses pertolongan persalinan dan dapat disempurnakan lagi.
F. Keterbatasan Penelitian
PENATALAKSANAAN PENCEGAHAN INFEKSI PADA PROSES PERTOLONGAN PERSALINAN DI KLINIK......
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)
DAFTAR KTI LENGKAP KEBIDANAN dalam DOKUMEN WORD (.doc)
KLIK DISINI
DAFTAR KTI LENGKAP KEPERAWATAN dalam DOKUMEN WORD (.doc)
KLIK DISINI
Blog Archive
-
2016
(1)
- 09/18 - 09/25 (1)
-
2015
(10)
- 10/11 - 10/18 (1)
- 09/13 - 09/20 (1)
- 09/06 - 09/13 (1)
- 07/05 - 07/12 (1)
- 05/17 - 05/24 (6)
-
2014
(1)
- 04/13 - 04/20 (1)
-
2012
(770)
- 02/19 - 02/26 (5)
- 02/12 - 02/19 (10)
- 02/05 - 02/12 (4)
- 01/29 - 02/05 (27)
- 01/22 - 01/29 (88)
- 01/15 - 01/22 (101)
- 01/08 - 01/15 (169)
- 01/01 - 01/08 (366)
-
2011
(4478)
- 12/25 - 01/01 (336)
- 12/18 - 12/25 (62)
- 12/11 - 12/18 (70)
- 12/04 - 12/11 (77)
- 11/27 - 12/04 (40)
- 11/20 - 11/27 (67)
- 11/13 - 11/20 (198)
- 11/06 - 11/13 (187)
- 10/30 - 11/06 (340)
- 10/23 - 10/30 (32)
- 10/16 - 10/23 (109)
- 10/09 - 10/16 (80)
- 08/14 - 08/21 (75)
- 08/07 - 08/14 (81)
- 07/31 - 08/07 (82)
- 07/24 - 07/31 (66)
- 07/17 - 07/24 (91)
- 07/10 - 07/17 (47)
- 07/03 - 07/10 (44)
- 06/26 - 07/03 (53)
- 06/19 - 06/26 (59)
- 06/12 - 06/19 (47)
- 06/05 - 06/12 (65)
- 05/29 - 06/05 (63)
- 05/22 - 05/29 (77)
- 05/15 - 05/22 (115)
- 05/08 - 05/15 (65)
- 05/01 - 05/08 (104)
- 04/24 - 05/01 (45)
- 04/17 - 04/24 (70)
- 04/10 - 04/17 (134)
- 04/03 - 04/10 (72)
- 03/27 - 04/03 (18)
- 03/20 - 03/27 (47)
- 03/13 - 03/20 (68)
- 03/06 - 03/13 (40)
- 02/27 - 03/06 (56)
- 02/20 - 02/27 (77)
- 02/13 - 02/20 (76)
- 02/06 - 02/13 (198)
- 01/30 - 02/06 (194)
- 01/23 - 01/30 (132)
- 01/16 - 01/23 (196)
- 01/09 - 01/16 (202)
- 01/02 - 01/09 (121)
-
2010
(2535)
- 12/26 - 01/02 (156)
- 12/19 - 12/26 (65)
- 12/12 - 12/19 (73)
- 12/05 - 12/12 (84)
- 11/28 - 12/05 (80)
- 11/21 - 11/28 (68)
- 11/14 - 11/21 (63)
- 11/07 - 11/14 (50)
- 10/31 - 11/07 (50)
- 10/24 - 10/31 (36)
- 10/17 - 10/24 (58)
- 10/10 - 10/17 (35)
- 10/03 - 10/10 (31)
- 09/26 - 10/03 (21)
- 09/19 - 09/26 (26)
- 09/12 - 09/19 (55)
- 09/05 - 09/12 (65)
- 08/29 - 09/05 (33)
- 08/22 - 08/29 (70)
- 08/15 - 08/22 (45)
- 08/08 - 08/15 (35)
- 08/01 - 08/08 (37)
- 07/25 - 08/01 (27)
- 07/18 - 07/25 (19)
- 07/11 - 07/18 (30)
- 07/04 - 07/11 (56)
- 06/27 - 07/04 (28)
- 06/20 - 06/27 (22)
- 06/13 - 06/20 (30)
- 06/06 - 06/13 (21)
- 05/30 - 06/06 (5)
- 05/16 - 05/23 (6)
- 05/09 - 05/16 (29)
- 05/02 - 05/09 (59)
- 04/25 - 05/02 (28)
- 04/18 - 04/25 (38)
- 04/11 - 04/18 (70)
- 04/04 - 04/11 (59)
- 03/28 - 04/04 (65)
- 03/21 - 03/28 (89)
-
03/14 - 03/21
(218)
- Kanker paru, jangan ambil ayahku
- PROSES PENYEMBUHAN LUKA
- TAHAP - TAHAP TIDUR
- TIDUR
- Menyiapkan Injeksi dari Vial / Flacon
- Melakukan Skin Test
- Sampel Urine untuk Pemeriksaan Laboratorium
- Sampel Darah Melalui Vena
- Menyiapkan Injeksi dari Vial / Flacon
- Melakukan Skin Test
- Sampel Urine untuk Pemeriksaan Laboratorium
- Sampel Darah Melalui Vena
- Mengganti Balutan Pada Pasien Luka Bakar
- Pemberian Oksigen Melalui Nasal Kanul
- Mengganti Balutan Pada Pasien Luka Bakar
- Pemberian Oksigen Melalui Nasal Kanul
- PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH
- PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH
- PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN ( Hb )
- PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN ( Hb )
- Askeb Nifas
- Askeb Nifas
- PENATALAKSANAAN PENCEGAHAN INFEKSI PADA PROSES PER...
- PENATALAKSANAAN PENCEGAHAN INFEKSI PADA PROSES PER...
- PENATALAKSANAAN CARA MEMANDIKAN NEONATUS 0-7 HARI ...
- PENATALAKSANAAN CARA MEMANDIKAN NEONATUS 0-7 HARI ...
- KEPATUHAN IBU HAMIL DALAM MENGKONSUMSI TABLET FE D...
- KEPATUHAN IBU HAMIL DALAM MENGKONSUMSI TABLET FE D...
- KARAKTERISTIK IBU YANG MEMERIKSAKAN PAP SMEAR DI R...
- KARAKTERISTIK IBU YANG MEMERIKSAKAN PAP SMEAR DI R...
- KARAKTERISTIK IBU HAMIL YANG MENGKONSUMSI TABLET F...
- KARAKTERISTIK IBU HAMIL YANG MENGKONSUMSI TABLET F...
- KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN PRE-EKLAMSI DI RUMA...
- KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN PRE-EKLAMSI DI RUMA...
- KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN PARTUS LAMA DI R...
- KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN PARTUS LAMA DI R...
- KARAKTERISTIK AKSEPTOR KB SUNTIK DI DESA …….. WILA...
- KARAKTERISTIK AKSEPTOR KB SUNTIK DI DESA …….. WILA...
- KARAKTERISTIK AKSEPTOR KB ALAT KONTRASEPSI DALAM R...
- KARAKTERISTIK AKSEPTOR KB ALAT KONTRASEPSI DALAM R...
- KARAKTERISITK AKSEPTOR KB POK (PIL ORAL KOMBINASI)...
- KARAKTERISITK AKSEPTOR KB POK (PIL ORAL KOMBINASI)...
- GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TERHADAP...
- GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TERHADAP...
- GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TERHADAP...
- GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TERHADAP...
- GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG SEN...
- GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG SEN...
- GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN TINGKAT PENDIDIKA...
- GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN TINGKAT PENDIDIKA...
- GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN IBU DALAM MENGHADAPI PE...
- GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN IBU DALAM MENGHADAPI PE...
- GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN IBU DALAM MENGHADAPI PE...
- GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN IBU DALAM MENGHADAPI PE...
- GAMBARAN RENDAHNYA CAKUPAN PENIMBANGAN BALITA DI P...
- GAMBARAN RENDAHNYA CAKUPAN PENIMBANGAN BALITA DI P...
- GAMBARAN PENYAPIHAN ANAK KURANG DARI 2 TAHUN DI DE...
- GAMBARAN PENYAPIHAN ANAK KURANG DARI 2 TAHUN DI DE...
- GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS II TENTANG...
- GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS II TENTANG...
- GAMBARAN PENGETAHUAN PRIMIPARA TERHADAP PERKEMBANG...
- GAMBARAN PENGETAHUAN PRIMIPARA TERHADAP PERKEMBANG...
- GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG VITAMIN A DI POSY...
- GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG VITAMIN A DI POSY...
- ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA DENGAN INDIKAS...
- ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA DENGAN INDIKAS...
- LEPTOSPIRA
- LEPTOSPIRA
- Konsep Kehamilan
- REPRODUKSI PASANGAN USIA SUBUR
- Konsep Kehamilan
- REPRODUKSI PASANGAN USIA SUBUR
- ILMU KANDUNGAN (GINEKOLOGI)
- ILMU KANDUNGAN (GINEKOLOGI)
- Memberikan Obat Melalui Oral
- ASKEP FRAKTUR CRURIS
- Memberikan Obat Melalui Oral
- ASKEP FRAKTUR CRURIS
- posisi tidur saat hamil
- ELEKTROKARDIOGRAM ( EKG )
- posisi tidur saat hamil
- ELEKTROKARDIOGRAM ( EKG )
- Melakukan Injeksi Intravena
- Melakukan Injeksi Intravena
- CRITICAL CARE NURSING
- PENATALAKSANAAN TETANUS
- Sudah 2 jam, mana inspirasiku
- Mereka yang Harus Mengukur Kadar Gula Darahnya
- Periksa Kadar Gula Darah Anda
- Rumus Menghitung Masa Subur Sistem Kalender
- Tidur Pada Usia 40-an itu Penting untuk Kesehatan ...
- TUMBUH KEMBANG ANAK
- TONSILITIS AKUT
- TUMBUH KEMBANG ANAK
- TONSILITIS AKUT
- Grafik DDST
- USG DAN CTG DALAM OBSTETRI
- Grafik DDST
- USG DAN CTG DALAM OBSTETRI
- Fibroadenoma
- 03/07 - 03/14 (95)
- 02/28 - 03/07 (135)
- 02/21 - 02/28 (102)
- 01/03 - 01/10 (68)
-
2009
(1652)
- 12/27 - 01/03 (36)
- 12/20 - 12/27 (22)
- 12/13 - 12/20 (100)
- 12/06 - 12/13 (45)
- 11/29 - 12/06 (24)
- 11/22 - 11/29 (22)
- 11/15 - 11/22 (19)
- 11/08 - 11/15 (28)
- 11/01 - 11/08 (11)
- 10/25 - 11/01 (17)
- 10/18 - 10/25 (38)
- 10/11 - 10/18 (33)
- 10/04 - 10/11 (15)
- 09/27 - 10/04 (21)
- 09/20 - 09/27 (7)
- 09/13 - 09/20 (84)
- 09/06 - 09/13 (35)
- 08/30 - 09/06 (48)
- 08/23 - 08/30 (118)
- 08/16 - 08/23 (26)
- 08/09 - 08/16 (34)
- 08/02 - 08/09 (35)
- 07/26 - 08/02 (31)
- 07/19 - 07/26 (14)
- 07/12 - 07/19 (16)
- 07/05 - 07/12 (28)
- 06/28 - 07/05 (26)
- 06/21 - 06/28 (76)
- 06/14 - 06/21 (26)
- 06/07 - 06/14 (21)
- 05/31 - 06/07 (43)
- 05/24 - 05/31 (38)
- 05/17 - 05/24 (26)
- 05/10 - 05/17 (52)
- 05/03 - 05/10 (15)
- 04/26 - 05/03 (38)
- 04/19 - 04/26 (32)
- 04/12 - 04/19 (22)
- 04/05 - 04/12 (20)
- 03/29 - 04/05 (40)
- 03/22 - 03/29 (43)
- 03/15 - 03/22 (18)
- 03/08 - 03/15 (14)
- 03/01 - 03/08 (22)
- 02/22 - 03/01 (12)
- 02/15 - 02/22 (9)
- 02/08 - 02/15 (11)
- 02/01 - 02/08 (19)
- 01/25 - 02/01 (37)
- 01/18 - 01/25 (21)
- 01/11 - 01/18 (33)
- 01/04 - 01/11 (31)
-
2008
(700)
- 12/28 - 01/04 (13)
- 12/21 - 12/28 (9)
- 12/14 - 12/21 (57)
- 12/07 - 12/14 (5)
- 11/30 - 12/07 (18)
- 11/23 - 11/30 (33)
- 11/16 - 11/23 (31)
- 11/09 - 11/16 (23)
- 11/02 - 11/09 (18)
- 10/26 - 11/02 (11)
- 10/19 - 10/26 (15)
- 10/12 - 10/19 (13)
- 10/05 - 10/12 (25)
- 09/28 - 10/05 (2)
- 09/21 - 09/28 (14)
- 09/14 - 09/21 (19)
- 09/07 - 09/14 (43)
- 08/31 - 09/07 (3)
- 08/24 - 08/31 (33)
- 08/17 - 08/24 (65)
- 08/10 - 08/17 (4)
- 08/03 - 08/10 (26)
- 07/27 - 08/03 (6)
- 07/20 - 07/27 (19)
- 07/13 - 07/20 (18)
- 07/06 - 07/13 (60)
- 06/29 - 07/06 (53)
- 06/22 - 06/29 (49)
- 06/15 - 06/22 (11)
- 06/08 - 06/15 (4)
Popular Posts
-
ASUHAN KEPERAWATAN IBU NIFAS DENGAN PERDARAHAN POST PARTUM A. PengertianPost partum / puerperium adalah masa dimana tubuh menyesuaikan, baik...
-
KTI KEBIDANAN HUBUNGAN USIA TERHADAP PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSUD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan wanita merupakan hal yang s...
-
Setelah beberapa minggu ini cari materi buat postingan baru, mendadak dapat inspirasi setelah rekan Anton Wijaya menulis di buku tamu Keper...
-
PATHWAY ASFIKSIA NEONATORUM Klik pada gambar untuk melihat pathway Download Pathway Asfiksia Neonatorum Via Ziddu Download Askep Asfiksia N...
-
DEFINISI Ikterus ialah suatu gejala yang perlu mendapat perhatian sungguh-sungguh pada neonatus. Ikterus ialah suatu diskolorasi kuning pa...
-
Metode Kalender atau Pantang Berkala (Calendar Method Or Periodic Abstinence) Pendahuluan Metode kalender atau pantang berkala merupakan met...
-
Pathway Combustio Klik Pada Gambar Untuk melihat pathway Download Pathway Combustio Via Ziddu Tag: Pathways combustio , pathways luka baka...
-
Pathway Hematemesis Melena Klik pada gambar untuk melihat pathway Download Pathway Hematemesis Melena Via Ziddu
-
PROSES KEPERAWATAN KOMUNITAS Pengertian - Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan, merencana...
-
Metode Suhu Basal Tubuh (Basal Body Temperature Method) Suhu tubuh basal adalah suhu terendah yang dicapai oleh tubuh selama istirahat atau ...
© ASUHAN KEPERAWATAN 2013 . Powered by Bootstrap , Blogger templates and RWD Testing Tool Published..Gooyaabi Templates