Sabtu, 11 Juli 2009
PATHWAY TETRALOGI FALLOT
Pathway Tetralogi Fallot
Klik pada gambar untuk melihat pathway
Askep Anak Dengan Tetralogi Fallot
Tag : Pathways Tetralogi Fallot, Lp tetralogi fallot
Read More
Klik pada gambar untuk melihat pathway
Askep Anak Dengan Tetralogi Fallot
Tag : Pathways Tetralogi Fallot, Lp tetralogi fallot
PROSEDUR PEMBERIAN OKSIGEN (O2)
PROSEDUR
PEMBERIAN OXYGEN ( O2 )
1. Definisi
Pemberian terapi oxygen adalah suatu tata cara pemberian bantuan gas oksigen pada penderita yang mengalami gangguan pernapasan ke dalam paru melalui saluran pernafasan dengan menggunakan alat khusus.
2. Tujuan
- Memenuhi kekurangan oksigen
- Membantu kelancaran metabolisme
- Sebagai tindakan pengobatan
- Mencegah hipoksia
- Mengurangi beban kerja alat nafas dan jantung
3. Prosedur
INDIKASI
Terapi ini dilakukan pada penderita :
- Dengan anoksia atau hipoksia
- Dengan kelumpuhan alat-alat pernafasan
- Selama dan sesudah dilakukan narcose umum
- Mendapat trauma paru
- Tiba-tiba menunjukkan tanda-tanda shock, dispneu, cyanosis, apneu
- Dalam keadaan coma
PERSIAPAN
1. Alat :
- Tabung oksigen beserta isinya
- Regulator dan flow meter
- Botol pelembab
- Masker atau nasal prong
- Slang penghubung
2. Penderita
- Penderita diberi penjelasan tentang tindakan yang kan dilakukan
- Pendrita ditempatkan pada posisi yang sesuai
TATA KERJA
1. Tabung oksigen dibuka dan diperiksa isinya
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah melaksanakan tindakan
3. Hubungkan nasal prong atau masker dengan slang oksigen ke botol pelembab
4. Pasang ke penderita
5. Atur aliran oksigen sesuai dengan kebutuhan
6. Setelah pemberian tidak dibutuhkan lagi lepas nasal prong atau masker dari penderita
7. Tabung oksigen ditutup
8. Penderita dirapikan kembali
9. Peralatan dibereskan
PERHATIAN
- Amati tanda-tanda vital sebelum, selama dan sesudah pemberian oksigen
- Jauhkan hal-hal yang dapat membahayakan misalnya : api, yang dapat menimbulkan kebakaran
- Air pelembab harus diganti setiap 24 jam dan isi sesuai batas yang ada pada botol
- Botol pelembab harus disimpan dalam keadaan bersih dan kering bila tidak dipakai
- Nasal prong dan masker harus dibersihkan, didesinfeksi dan disimpan kering
- Pemberian oksigen harus hati-hati terutama pada penderita penyakit paru kronis karena pemberian oksigen yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan hipoventilasi,hypercarbia diikuti penurunan kesadaran.
- Terapi oksigen sebaiknya diawali dengan aliran 1 – 2 liter/menit, kemudian dinaikkan pelan-pelan sesuai kebutuhan
3. Referensi
1. Muhammad Amin, Hood Alsagaff,WBM Taib Saleh, Penyakit Paru Obstruktif Menahun, Ilmu Penyakit Paru, Airlangga University Press, 1989
2. Muhammad Amin, Hood Alsagaff,WBM Taib Saleh,Penyakit Paru Obstruktif Menahun, Pedoman Diagnosa dan Terapi Lab/UPF Paru RSUD Dr. Soetomo, Surabaya, 1994
Tag: Protap Pemberian O2, SOP pemberian O2, Terapi O2, Terapi Oksigen, Tujuan pemberian oksigen, indikasi pemberian O2,
Jumat, 10 Juli 2009
Brokoli Keluarkan Toksin dalam Tubuh
Seperti milk thistle brokoli meningkatkan kadar glutathione, ditambah mengubah toksin kimia seperti estrogen menjadi bentuk estrogen yang lebih aman. Hasilnya menurut Shari Lieberman, Ph.D.,dalam buku The Users Guide to Detoxification, menurunkan resiko kanker payudara.(diolah dari berbagai sumber)
Pemeriksaan Umum Ibu Hamil
Apa sajakah Pemeriksaan Umum Kehamilan ?
- Bagaimana keadaan umum penderita, keadaan gizi, kelainan bantuk badan, kesadaran.
- Adakah anemia, cyanosis, icterus, atau dyspnoe.
- Keadaan jantung dan paru-paru.
- Adakah oedem :
Oedema dalah kehamilan dapat disebabkan oleh toxemia gravidarum atau oleh tekanan rahim yang membesar pada vena-vena dalam panggul yang mengalirkan darah dari kaki, tetapi juga oleh hypovitaminose B1, hypoproteinaemia dan penyakit jantung. - Refleks :
terutama refleks lutut. Refleks lutut negatif pada hypovitaminose B1 dan penyakit urat syaraf. - Tensi :
Tensi pada orang hamil tidak boleh mencapai 140 systolis atau 90 diastolis.
Juga perubahan 30 systolis dan 15 diastolis di atas tensi sebelum hamil menandakan toxemia gravidarum. - Berat badan :
walaupun prognosa kehamilan dan persalinan bagi orang gemuk kurang baik di bandingkan dengan orang yang normal beratnya, dalam menimbang seseorang bukan beratnya saja yang penting, tapi lebih penting lagi perubahan berat setiap kali ibu memeriksakan diri.
Berat badan dalam triwulan ke III tidak boleh tambah lebih dari 1 kg seminggu atau 3 kg sebulan.
Penambahan yang lebih dari batas-batas tersebut di atas disebabkan oleh penimbunan (retensi) air dan di sebut praoedema. - Pemeriksaan Laboratorium
- Air kencing :
- terutama diperiksa atas glukose, zat putih telur dan sedimen.
Adanya glukose dalam urine orang hamil harus dianggap sebagai gejala penyakit diabetes kecuali kalau kita dapat membuktikan bahwa hal-hal lain yang menyebabkannya.
-Dalam akhir kehamilan dan dalam nifas reaksi reduksi dapat menjadi positif adanya laktose dalam air kencing. Zat putih telur positsf dalam air kencing pada nefritis, toxemia gravidarum dan radang dari saluran kencing. - Darah :
- dari darah perlu ditentukan Hb, sekali 3 bulan karena pada orang hamil sering timbul anemia karena defisiensi Fe.
- Selanjutnya perlu di periksa reaksi seroogis (WR) dan golongan darah. Juga pemeriksaan kadar gula darah. Reaksi Wasserman positif dan lues, tetapi juga pada fraimboesia.
Golongan darah ditentukan supaya kita cepat dapat mencairkan darah yang cocok jika penderita memerlukannya. Kalau ibu golongan O maka mungkin timbul ABO antagonisme. - Faeces diperiksa atas telur-telur cacing.
- Air kencing :
Tips Pencegahan Stroke
Cara terbaik mencegah stroke adalah dengan mengurangi faktor-faktor resiko anda dan ambil alih kendali kesehatan anda sendiri. Berikut beberapa tips pencegahan stroke:
- Apabila anda merokok, hentikan kebiasaan dan gaya hidup seperti ini. Banyak sekali tersedia program-program yang tepat guna menghentikan kebiasaan merokok, dokter juga dapat memberikan saran-saran kepada anda mengenai perangkat dan alat yang bisa anda gunakan, seperti nicotine patch ataupun olahraga dan beberapa moifikasi perilaku yang lain.
- Pertahankan berat badan anda dalam batasan-batasan normal.
- Lakukanlah olahraga ringan hingga sedang, lebih disarankan 5 hari dalam satu minggu.
- Kebiasan makan dan diet sehat yaitu kaya akan buah-buahan dan sayuran. Sayur hijau bedaun lebat sangat penting demikian juga biji-bijian utuh (seperti padi, gandum), kacang-kacangan (khususnya walnut), dan ikan.
- Apabila anda mempunyai penyakit jantung atau ritme jantung yang tidak normal, konsultasikan dengan dokter untuk mengobatinya. Beberapa jenis gangguan pada jantung dan pembuluh darah, seperti atherosclerosis dan atrial fibrillation (fibrilasi atrial- merupakan gangguan irama teratur atau ritme listik jantung yang berdampak mengganggu atrial. Karena gangguan listrik ini menyebabkan kontraksi otot-otot jantung sehingga tidak beraturan dan memompa darah secara tidak efisien. Akibatnya, atrium jantung tidak sepenuhnya mengosongkan darah menuju ke serambi (ventrikel)) bisa menyebabkan terbentuknya gumpalan. Gumpalan ini dapat berjalan melalui aliran darah ke seluruh tubuh dan bisa menutup arteri di dalam otak, menyebabkan stroke (atau dapat menutup pembuluh darah di dalam jantung dan menyebabkan serangan jantung (heart attack).
- Jika anda memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi), konsultasi dengan dokter dan minum obat yang diresepkan dokter secara teratur.
- Turunkan kadar kolesterol anda jika kolesterol anda tinggi. Beberapa orang sukses melakukannya dengan memodofikasi diet, dan adapula yang memerlukan pengobatan medis untuk menurunkannya. Menurunkan kadar kolesterol telah terbukti mengurangi resiko stroke.
- Apabila anda mempunyai diabetes (kencing manis), pertahankan tetap dalam kontrol dan pertahankan kadar gula dalam keadaan normal.
- Ketahui dan pahami tanda-tanda peringatan stroke dan TIAs (Transient Ischemic Attack), dan dapatkan bantuan secepatnya jika anda mengalaminya.
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN TETRALOGI FALLOT
ASKEP ANAK DENGAN TETRALOGI FALLOT
Download Askep Disini
I. Pengertian
Tetralogi fallot (TF) adalah kelainan jantung dengan gangguan sianosis yang ditandai dengan kombinasi 4 hal yang abnormal meliputi defek septum ventrikel, stenosis pulmonal, overriding aorta, dan hipertrofi ventrikel kanan.
Komponen yang paling penting dalam menentukan derajat beratnya penyakit adalah stenosis pulmonal dari sangat ringan sampai berat. Stenosis pulmonal bersifat progresif , makin lama makin berat.
II. Etiologi
Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaa tidak diketahui secara pasti. diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen. Faktor –faktor tersebut antara lain :
Faktor endogen
Faktor eksogen
Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut jarang terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan. Diperkirakan lebih dari 90% kasus penyebab adaah multifaktor. Apapun sebabnya, pajanan terhadap faktor penyebab harus ada sebelum akhir bulan kedua kehamilan , oleh karena pada minggu ke delapan kehamilan pembentukan jantung janin sudah selesai.
III. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium
IV. PATHWAY TETRALOGI FALLOT
untuk melihat pathway anda klik DISINI
V. Komplikasi
a. Trombosis pulmonal
b. CVA trombosis
c. Abses otak
d. Perdarahan
e. Anemia relatif
VI. Proses keperawatan
a. Pengkajian keperawatan
1. Riwayat kehamilan
5. Pengetahuan anak dan keluarga :
Tatalaksana pasien tetralogi fallot
Pada penderita yang mengalami serangan sianosis maka terapi ditujukan untuk memutus patofisiologi serangan tersebut, antara lain dengan cara :
Lakukan selanjutnya
1. Propanolol oral 2-4 mg/kg/hari dapat digunakan untuk serangan sianotik
2. Bila ada defisiensi zat besi segera diatasi
3. Hindari dehidrasi
b. Diagnosa keperawatan
Contoh rencana keperawatan
1. Penurunan kardiac output b.d sirkulasi yang tidak efektif sekunder dengan adanya malformasi jantung
Tujuan
Intervensi
2. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
Tujuan
Intervensi
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d fatiq selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori,penurunan nafsu makan
Tujuan
Intervensi :
VII. Penutup
VIII.Daftar Pustaka
1. A.H Markum,1991,Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak,jilid 1,Jakarta,Fakultas kedokteran UI
2. Bambang M,Sri endah R,Rubian S,2005,Penanganan Penyakit Jantung pada Bayi dan Anak
3. Carpenito J.Lynda,2001,Diagnosa Keperawatan,edisi 8,Jakarta,EGC
4. Colombro Geraldin C,1998,Pediatric Core Content At-A- Glance,Lippincott-Philladelphia,New York
5. Doengoes, Marylin E. (2000). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 3 EGC. Jakarta
6. Ngastiah.1997.Perawatan Anak Sakit, Jakarta,EGC
7. Nelson, 1992. Ilmu Kesehatan anak,Jakarta, EGC
8. Sacharin,Rosa M, 1996. Prinsip Keperawatan Pediatrik Edisi II, Jakarta,EGC
9. Samik Wahab, 1996. Kardiologi anak Nadas, Gadjah Mada Ununiversity Press, yogyakarta,Indonesia 10.Sudigdo & Bambang.1994,Buku Ajar kardiologi Anak,Jakarta,IDAI
11.Sharon,Ennis Axton (1993), Pediatric care plans,Cumming Publishig Company,California
12.Whaley and Wong, 1995, Essential of Pediatric Nursing,Cv.Mosby Company,Toronto
Tag : Askep tetralogi fallot, Pathways Tetralogi fallot, LP tetralogi fallot
Download Askep Disini
I. Pengertian
Tetralogi fallot (TF) adalah kelainan jantung dengan gangguan sianosis yang ditandai dengan kombinasi 4 hal yang abnormal meliputi defek septum ventrikel, stenosis pulmonal, overriding aorta, dan hipertrofi ventrikel kanan.
Komponen yang paling penting dalam menentukan derajat beratnya penyakit adalah stenosis pulmonal dari sangat ringan sampai berat. Stenosis pulmonal bersifat progresif , makin lama makin berat.
II. Etiologi
Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaa tidak diketahui secara pasti. diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen. Faktor –faktor tersebut antara lain :
Faktor endogen
- Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom
- Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
- Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung atau kelainan bawaan
Faktor eksogen
- Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB oral atau suntik,minum obat-obatan tanpa resep dokter, (thalidmide,dextroamphetamine.aminopterin,amethopterin, jamu)
- Ibu menderita penyakit infeksi : rubella
- Pajanan terhadap sinar -X
Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut jarang terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan. Diperkirakan lebih dari 90% kasus penyebab adaah multifaktor. Apapun sebabnya, pajanan terhadap faktor penyebab harus ada sebelum akhir bulan kedua kehamilan , oleh karena pada minggu ke delapan kehamilan pembentukan jantung janin sudah selesai.
III. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium
Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan PH.pasien dengan Hn dan Ht normal atau rendah mungkin menderita defisiensi besi.b. Radiologis
Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal, tidak ada pembesaran jantung . gambaran khas jantung tampak apeks jantung terangkat sehingga seperti sepatu.c. Elektrokardiogram
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula hipertrofi ventrikel kanan. Pada anak besar dijumpai P pulmonald. Ekokardiografi
Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel kanan,penurunan ukuran arteri pulmonalis & penurunan aliran darah ke paru-parue. Kateterisasi
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek septum ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis pulmonal perifer. Mendeteksi adanya penurunan saturasi oksigen, peningkatan tekanan ventrikel kanan, dengan tekanan pulmonalis normal atau rendah.
IV. PATHWAY TETRALOGI FALLOT
untuk melihat pathway anda klik DISINI
V. Komplikasi
a. Trombosis pulmonal
b. CVA trombosis
c. Abses otak
d. Perdarahan
e. Anemia relatif
VI. Proses keperawatan
a. Pengkajian keperawatan
1. Riwayat kehamilan
Ditanyakan sesuai dengan yang terdapat pada etiologi (faktor endogen dan eksogen yang mempengaruhi).2. Riwayat tumbuh
Biasanya anak cendrung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena fatiq selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori sebagai akibat dari kondisi penyakit.3. Riwayat psikososial/ perkembangan
3.1 Kemungkinan mengalami masalah perkembangan4. Pemeriksaan fisik
3.2 Mekanisme koping anak/ keluarga
3.3 Pengalaman hospitalisasi sebelumnya
- Pada awal bayi baru lahir biasanya belum ditemukan sianotik,bayi tampak biru setelah tumbuh.
- Clubbing finger tampak setelah usia 6 bulan.
- Serang sianotik mendadak (blue spells/cyanotic spells/paroxysmal hiperpnea,hypoxic spells) ditandai dengan dyspnea, napas cepat dan dalam,lemas,kejang,sinkop bahkan sampai koma dan kematian.
- Anak akan sering Squatting (jongkok) setelah anak dapat berjalan, setelah berjalan beberapa lama anak akan berjongkok dalam beberapa waktu sebelum ia berjalan kembali.
- Pada auskultasi terdengar bising sistolik yang keras didaerah pulmonal yang semakin melemah dengan bertambahnya derajat obstruksi
- Bunyi jantung I normal. Sedang bunyi jantung II tunggal dan keras.
- Bentuk dada bayi masih normal, namun pada anak yang lebih besar tampak menonjol akibat pelebaran ventrikel kanan
- Ginggiva hipertrofi, gigi sianotik
5. Pengetahuan anak dan keluarga :
- Pemahaman tentang diagnosis.
- Pengetahuan/penerimaan terhadap prognosis
- Regimen pengobatan
- Rencana perawatan ke depan
- Kesiapan dan kemauan untuk belajar
Tatalaksana pasien tetralogi fallot
Pada penderita yang mengalami serangan sianosis maka terapi ditujukan untuk memutus patofisiologi serangan tersebut, antara lain dengan cara :
- Posisi lutut ke dada agar aliran darah ke paru bertambah
- Morphine sulfat 0,1-0,2 mg/kg SC, IM atau Iv untuk menekan pusat pernafasan dan mengatasi takipneu.
- Bikarbonas natrikus 1 Meq/kg BB IV untuk mengatasi asidosis
- Oksigen dapat diberikan, walaupun pemberian disini tidak begitu tepat karena permasalahan bukan karena kekuranganoksigen, tetapi karena aliran darah ke paru menurun. Dengan usaha diatas diharapkan anak tidak lagi takipnea, sianosis berkurang dan anak menjadi tenang. Bila hal ini tidak terjadi dapat dilanjutkan dengan pemberian :
- Propanol 0,01-0,25 mg/kg IV perlahan-lahan untuk menurunkan denyut jantung sehingga seranga dapat diatasi. Dosis total dilarutkan dengan 10 ml cairan dalam spuit, dosis awal/bolus diberikan separohnya, bila serangan belum teratasi sisanya diberikan perlahan dalam 5-10 menit berikutnya.
- Ketamin 1-3 mg/kg (rata-rata 2,2 mg/kg) IV perlahan. Obat ini bekerja meningkatkan resistensi vaskuler sistemik dan juga sedatif
- Penambahan volume cairan tubuh dengan infus cairan dapat efektif dalam penganan serangan sianotik. Penambahan volume darah juga dapat meningkatkan curah jantung, sehingga aliran darah ke paru bertambah dan aliran darah sistemik membawa oksigen ke seluruh tubuh juga meningkat.
Lakukan selanjutnya
1. Propanolol oral 2-4 mg/kg/hari dapat digunakan untuk serangan sianotik
2. Bila ada defisiensi zat besi segera diatasi
3. Hindari dehidrasi
b. Diagnosa keperawatan
Setelah pengumpulan data, menganalisa data dan menentukan diagnosa keperawatan yang tepat sesuai dengan data yang ditemukan, kemudian direncanakan membuat prioritas diagnosa keperawatan, membuat kriteria hasil, dan intervensi keperawatan.
- Gangguan pertukaran gas b.d penurunan alian darah ke pulmonal
- Penurunan kardiak output b.d sirkulasi yang tidak efektif sekunder dengan adanya malformasi jantung
- Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan sirkulasi (anoxia kronis , serangan sianotik akut)
- Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d fatiq selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori,penurunan nafsu makan
- Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan
- Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
- Koping keluarga tidak efektif b.d kurang pengetahuan klg tentang diagnosis/prognosis penyakit anak
- Risti gangguan perfusi jaringan serebral b.d peningkatan tekanan intrakranial sekunder abses otak, CVA trombosis
Contoh rencana keperawatan
1. Penurunan kardiac output b.d sirkulasi yang tidak efektif sekunder dengan adanya malformasi jantung
Tujuan
Anak dapat mempertahankan kardiak output yang adekuat.Kriteria hasil
Tanda-tanda vital normal sesuai umur
Tidak ada : dyspnea, napas cepat dan dalam,sianosis, gelisah/letargi , takikardi,mur-mur
Pasien komposmentis
Akral hangat
Pulsasi perifer kuat dan sama pada kedua ekstremitas
Capilary refill time < 3 detik Urin output 1-2 ml/kgBB/jam
Intervensi
- Monitor tanda vital,pulsasi perifer,kapilari refill dengan membandingkan pengukuran pada kedua ekstremitas dengan posisi berdiri, duduk dan tiduran jika memungkinkan
- Kaji dan catat denyut apikal selama 1 menit penuh
- Observasi adanya serangan sianotik
- Berikan posisi knee-chest pada anak
- Observasi adanya tanda-tanda penurunan sensori : letargi,bingung dan disorientasi
- Monitor intake dan output secara adekuat
- Sediakan waktu istirahat yang cukup bagi anak dan dampingi anak pada saat melakukan aktivitas
- Sajikan makanan yang mudah di cerna dan kurangi konsumsi kafeine.
- Kolaborasi dalam: pemeriksaan serial ECG, foto thorax, pemberian obat-obatan anti disritmia
- Kolaborasi pemberian oksigen
- Kolaborasi pemberian cairan tubuh melalui infus
2. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
Tujuan
Anak menunjukan peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas (tekanan darah, nadi, irama dalam batas normal) tidak adanya angina.Kriteria hasil :
- Tanda vital normal sesuai umur
- Anak mau berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang dijadwalkan
- Anak mencapai peningkatan toleransi aktivitas sesuai umur
- Fatique dan kelemahan berkurang
- Anak dapat tidur dengan lelap
Intervensi
- Catat irama jantung, tekanan darah dan nadi sebelum, selama dan sesudah melakukan aktivitas.
- Anjurkan pada pasien agar lebih banyak beristirahat terlebih dahulu.
- Anjurkan pada pasien agar tidak “ngeden” pada saat buang air besar.
- Jelaskan pada pasien tentang tahap- tahap aktivitas yang boleh dilakukan oleh pasien.
- Tunjukan pada pasien tentang tanda-tanda fisik bahwa aktivitas melebihi batas
- Bantu anak dalam memenuhi kebutuhan ADL dan dukung kearah kemandirian anak sesui dengan indikasi
- Jadwalkan aktivitas sesuai dengan usia, kondisi dan kemampuan anak.
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d fatiq selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori,penurunan nafsu makan
Tujuan
anak dapat makan secara adekuat dan cairan dapat dipertahankan sesuai dengan berat badan normal dan pertumbuhan normal.Kriteria hasil :
- Anak menunjukkan penambahan BB sesuai dengan umur
- Peningkatan toleransi makan.
- Anak dapat menghabiskan porsi makan yang disediakan
- Hasil lab tidak menunjukkan tanda malnutrisi. Albumin,Hb
- Mual muntah tidak ada
- Anemia tidak ada.
Intervensi :
- Timbang berat badan anak setiap pagi tanpa diaper pada alat ukur yang sama, pada waktu yang sama dan dokumentasikan.
- Catat intake dan output secara akurat
- Berikan makan sedikit tapi sering untuk mengurangi kelemahan disesuaikan dengan aktivitas selama makan ( menggunakan terapi bermain)
- Berikan perawatan mulut untuk meningktakan nafsu makan anak
- Berikan posisi jongkok bila terjadi sianosis pada saat makan
- Gunakan dot yang lembut bagi bayi dan berikan waktu istirahat di sela makan dan sendawakan
- Gunakan aliran oksigen untuk menurunkan distress pernafasan yang dapat disebabkan karena tersedak
- Berikan formula yang mangandung kalori tinggi yang sesuaikan dengan kebutuhan
- Batasi pemberian sodium jika memungkinkan
- Bila ditemukan tanda anemia kolaborasi pemeriksaan laboratorium
VII. Penutup
Tepatnya penganan dan pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan kelainan jantung bawaan sianotik : tetralogi fallot sangat menentukan untuk kelansungan hidup anak mengingat masalah yang komplit yang dapat terjadi pada anak TF bahkan dapat menimbulkan kematian yang diakibatkan karena hipoksia , syok maupun gagal. Oleh karena itu perawat harus memiliki keterampilan dan pengetahuan konsep dasar perjalanan penyakit TF yang baik agar dapat menentukan diagnosa yang tepat bagi anak yang mengalami tetralogi fallot sehingga angka kesakitan dan kematian dapat ditekan.
VIII.Daftar Pustaka
1. A.H Markum,1991,Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak,jilid 1,Jakarta,Fakultas kedokteran UI
2. Bambang M,Sri endah R,Rubian S,2005,Penanganan Penyakit Jantung pada Bayi dan Anak
3. Carpenito J.Lynda,2001,Diagnosa Keperawatan,edisi 8,Jakarta,EGC
4. Colombro Geraldin C,1998,Pediatric Core Content At-A- Glance,Lippincott-Philladelphia,New York
5. Doengoes, Marylin E. (2000). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 3 EGC. Jakarta
6. Ngastiah.1997.Perawatan Anak Sakit, Jakarta,EGC
7. Nelson, 1992. Ilmu Kesehatan anak,Jakarta, EGC
8. Sacharin,Rosa M, 1996. Prinsip Keperawatan Pediatrik Edisi II, Jakarta,EGC
9. Samik Wahab, 1996. Kardiologi anak Nadas, Gadjah Mada Ununiversity Press, yogyakarta,Indonesia 10.Sudigdo & Bambang.1994,Buku Ajar kardiologi Anak,Jakarta,IDAI
11.Sharon,Ennis Axton (1993), Pediatric care plans,Cumming Publishig Company,California
12.Whaley and Wong, 1995, Essential of Pediatric Nursing,Cv.Mosby Company,Toronto
Tag : Askep tetralogi fallot, Pathways Tetralogi fallot, LP tetralogi fallot
KTI ISOLASI SOSIAL
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia sabagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya dan lingkungan luar baik keluarga, kelompok maupun komunitas, dalam berhubungan dengan lingkungan manusia harus mengembangkan strategi koping yang efektif agar mampu beradaptasi (Sulistiawati, 2005).
Umumnya manusia memiliki kemampuan untuk menyusaikan diri dengan baik, namun ada juga individu yang mengalami kesulitan untuk melakukan penyesuaian dengan persoalan yang dihadapi.mereka bahkan gagal melakukan koping yang sesuai tekanan yang dialami, atau mereka menggunakan koping yang negatif, koping yang tidak menyelesaikan persoalan dan tekanan tapi lebih pada menghindari atau mengingkari persoalan yang ada.
Kegagalan dalam memeberikan koping yang sesuai dengan tekanan yang dialami dalam jangka panjang mengakibatkan individu mengalami berbagai macam gangguan mental. Gangguan mental tersebut sangat bervariatif, tergantung dari berat ringannya sumber tekanan, perbedaan antara individu, dan latar belakang individu yang bersangkutan (Siswanto, 2007).
Sejalan dengan itu fungsi serta tanggung jawab perawat psikiatri dalam memberikan asuhan keperawatan dituntut untuk dapat menciptakan suasana yang dapat membantu proses penyembuhan dengan menggunakan hubungan terapeutik melalui usaha pendidikan kesehatan dan tindakan keperawatan yang dapat membantu proses penyembuhan dengan menggunakan hubungan terapeutik melalui usaha pendidikan kesehatan dan tindakan keperawatan secara komprehensif yang diajukan secara berkesinambungan karena penderita isolasi sosial dapat menjadi berat dan lebih sukar dalam penyembuhan bila tidak mendapatkan perawatan secara intensif.
Berdasarkan hasil pencatatan jumlah penderita yang mengalami gangguan jiwa di BPRS. Dadi Makassar pada bulan Januari sampai Maret 2008 sebanyak 2294 orang, halusinasi 1162 orang (50.65 %), menarik diri 462 orang (20.13 %), waham 130 orang (5.66 %), harga diri rendah 374 orang (16.30 %), perilaku kekerasan 128 orang (5.58 %), kerusakan komunikasi verbal 16 orang ( 0.70 %), defisit perawatan diri 21 orang (0.91 %),percobaan bunuh diri 1 orang (0.04 %).
Berdasarkan data tersebut diatas yang dimana dinyatakan bahwa isolasi sosial mengalami peningkatan tiap tahunnya dan menempati urutan kedua masalah kesehatan jiwa setelah Halusinasi maka penulis tertarik untuk mengangkat judul “ Asuhan keperawatan pada klien Tn ” M ” dengan masalah utama Isolasi Sosial di BPRS Dadi Makassar” guna membantu klien dan keluarga dalam menangani masalah kesehatan yang dihadapi melalui penerapan asuhan keperawatan jiwa.
B. TUJUAN PENULISAN
Untuk lebih konkritnya apa yang ingin dicapai dalam karya tulis ini, penulis mengemukakan pokok tujuan penulisan sebagai berikut:
1. Tujuan umum
Untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman nyata tentang pelaksanaan asuhan keperawatan klien dengan masalah utama isolasi sosial. Melalui pendekatan proses keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk memperoleh pengalaman nyata dalam melakukan pengkajian pada klien dengan masalah utama Isolasi sosial.
b. Untuk memperoleh pengalaman nyata dalam membuat diagnosa keperawatan dan penetapan rencana asuhan keperawatan pada klien dengan masalah utama Isolasi sosial.
c. Untuk memperoleh pengalaman nyata dalam melakukan tindakan keperawatan pada klien dengan masalah utama Isolasi sosial.
d. Untuk memperoleh pengalaman nyata dalam mengevaluasi hasil tindakan keperawatan pada klien dengan masalah utama Isolasi sosial.
e. Untuk memperoleh pengalaman nyata dalam pendokumentasian asuhan keperawatan klien dengan masalah utama Isolasi sosial.
f. Dapat membandingkan kesenjangan antara teori dengan kenyataan yang penulis dapatkan.
C. MANFAAT PENULISAN
Adapun manfaat dari penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Institusi pendidikan keperawatan
Sebagai sumber informasi dan bahan bacaan pada keputakaan institusi dalam meningkatkan mutu pendidikan pada masa yang akan datang di bidang keperawatan.
2. Institusi pelayanan kesehatan.
Sebagai masukan bagi perawat pelaksana di Unit Pelayanan Keperawatan Jiwa dalam rangka mengambil kebijakan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya pada klien yang mengalami perubahan proses pikir : Isolasi sosial
3. Penulis.
Sebagai tambahan pengalaman dan pengetahuan bagi penulis dalam penerapan ilmu yang telah didapatkan selama pendidikan.
D. METODE PENULISAN
Dalam penulisan karya tulis ini menggunakan metode penulisan sebagai berikut:
1. Studi Kepustakaan.
Untuk mendapatkan data dasar penulis menggunakan atau membaca referensi-referensi yang berhubungan dengan masalah yang dibahas yaitu : Isolasi sosial.
2. Studi Kasus.
Untuk studi kasus penulis mempelajari kasuss klien dengan menggunakan metode pemecahan masalah melalui pendekatan atau proses keperawatan yang komprehensif yang meliputi pengkajian data, analisa data, perumusan diagnosa keperawatan, penyusunan rencana keperawatan, implementasi dan evaluasi asuhan keperawatan.
3. Teknik Pengumpulan Data.
a. Teknik Wawancara.
Penulis melakukan Tanya jawab secara langsung pada klien, keluarga, perawat, dan dokter yang merawat guna memperoleh data-data yang dibutuhkan di BPRS Dadi Makassar.
b. Teknik Observasi.
Penulis secara langsung melakukan pengamatan untuk dapat melihat secara langsung bagaimana pelaksanaan perawatan dan keadaan klien selama perawatan.
c. Studi Dokumentasi.
Penulis mengumpulkan data/informasi melalui catatan keperawatan dilembaran status klien serta mengadakan diskusi dengan tim kesehatan di BPRS Dadi Makassar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengertian
Menurut beberapa ahli menguraikan tentang pengertian isolasi sosial yaitu:
a. Isolasi sosial adalah pengalaman kesendirian secara individu dan dirasakan segan terhadap orang lain dan sebagai keadaan yang negatif atau mengancam (NANDA 2005-2006).
b. Perilaku menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,menghindari hubungan dengan orang lain. ( Rawlins, 1993 dikutip oleh budi anna keliat 1999 ).
c. Kerusakan interaksi sosial adalah sesuatu keadaan dimana seseorang individu berpartisipasi dalam kuantitas yang tidak cukup atau berlebihan atau kulitas interaksi sosial yang tidak efektif ( Mary C.Townsend,1998 ).
d. Menarik dii adalah sutu pola tingkah laku menghindari kontak dengan orang, situasi atau lingkungan yang penuh dengan stress yang dapat menyebabkan kecemasan fisik dan psikologi. ( FIK.UI 2007 ).
e. Menarik diri adalah suatu keadaan pasien yang mengalami ketidak mampuan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain atau dilingkungan sekitarnya secara wajar. ( Mahnum 2001 ).
2. Rentang respon sosial
Berdasarkan buku keperawatan jiwa menurut Gail W. Stuart, 2006 menyatakan bahwa manusia makhluk sosial, untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan, mereka harus membina hubungan interpersonal yang positif. Hubungan intrpersonal terjadi jika hubungan saling merasakan kedekatan sementara identitas pribadi tetap dipertahankan. Individu juga harus membina saling tergantung yang merupakan keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam suatu hubungan. Gail W. Stuart menyatakan tentang respon rentang sosial individu berada dalam rentang respon maladaptif yaitu:
Rentang respon sosial
Respon adaptif respon maladaptif
- Menyendiri - Kesepian - Manipulasi
- Otonomi (Loneliness) - Impulasi
- Bekerja sama - Menarik Diri - Narsisisme
- (mutualisme) - Ketergantungan
- Saling ketergantungan (dependen)
(interdependen)
d. Respon adaptif adalah suatu respon individu dalam menyesuaikan masalah yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya yang umum berlaku,respon ini meliputi:
a) Menyendiri (solitude)
Merupakan respons yang dibutuhkan seseorang untuk menentukan apa yang telah dilakukan dilingkungan sosialnya dan suatu cara mengevaluasi diri untuk menentukan langkah selanjutnya.
b) Otonomi
Kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide-ide, pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.
c) Berkerja sama (mutualisme)
suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu tersebut mampu untuk saling member dan menerima
d) saling tergantung (interdependen)
merupakan kondisi saling tergantung antara individu dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal.
e. Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyesuaikan masalah menyimpang dari norma-norma sosial dan budaya ini meliputi:
a. Menarik diri
keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.
b. Tergantung (dependen)
Terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri atau kemampuanya untuk berfungsi secara sukses.
f. Manipulasi
Gangguan hubungan smosial yang terdapat pada individu yang menganggap orang sebagai obyek. Individu tersebut mtidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam.
g. Impulsif
Tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mamapu belajar dari pengalaman, penilaian yang buruk dan individu ini tidak dapat diandalkan.
h. Narsisisme
Harga dirinya rapuh, secara terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian yang egosentris dan pencemburu. (Stuard, Gaill W,2006)
3. Manifestasi klinik
Menurut buku panduan diagnosa keperawatan NANDA 2005-2006, isolasi sosial memiliki batasan karakteristik meliputi:
Obyektif
a. Tidak ada dukungan dari orang yang penting (keluarga, teman, kelompok).
b. Perilaku bermusuhan.
c. Menarik diri.
d. Tidak komunikatif.
e. Menunjukkan perilaku tidak diterima oleh kelompok cultural dominant.
f. Mencari kesendirian atau merasa diakui didalam sub kultur.
g. Senang dengan pikirannya sendiri.
h. Aktivitas berulang atau aktivitas kurang beraktif.
i. Kontak mata tidak ada.
j. Aktivitas tidak sesuai dengan umur perkembangan.
k. Keterbatasan fisik, mental,atau perubahan keadaan sejahtera.
l. Sedih, efek tumpul.
Subyektif
a. Mengepresikan perasaan kesendirian.
b. Mengepresikan perasaan penolakan.
c. Minat tudak sesuai dengan umur perkembangan.
d. Tujuan hidup tidak ada atau tidak adekuat.
e. Tidak mampu memenuhi harapan orang lain.
f. Ekspresi permintaan tidak sesuai dengan umur perkembangan.
g. Perubahan penampilan fisik.
h. Tidak meresa aman dimasyarakat.
4. Etiologi
a. Faktor predisposisi
Berbagai faktor biasa menimbulkan respon sosial yang maladaptif dan mungkin disebabkan oleh kombinasi dari berbagai faktor meliputi:
1) Faktor perkembangan
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan dapat mempengaruhi respon sosial maladaptif pada setiap individu. Sistem keluarga yang terganggu dapat berperan dalam perkembangan respon sosial maladaptif. Beberapa orang percaya bahwa individu yang mengalami masalah ini adalah orang yang tidak berhasil memisahkan dirinya dari orang tua. Norma keluarga mungkin tidak mendukung hubungan dengan pihak diluar keluarga. Peran keluarga sering kali tidak jelas. Orang tua pecandu alkohol dan penganiaya anak juga mempengaruhi respon sosial maladaptif pada individu.
2) Faktor biologis.
Faktor genetik dapat berperan dalam respon sosial maladaptif. Bukti terdahulu menunjukan keterlibatan neurotransmitter dalam perkembangan gangguan ini, namun tetap diperlukan penelitian lebih lanjut.
3) Faktor sosiokultural
Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam gangguan hubungan. Hal ini akibat dari transiensi, norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain, atau tidak mengharhai anggota masyarakat yang kurang produktif, seperti lanjut usia ( lansia ), orang cacat dan penderita penyakit kronik. Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku, dan sistem nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas. Harapan yang tidak realitas terhadap hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan dengan gangguan ini.
b. Stressor pencetus
Stressor pencetus pada umumnya mencakup peristiwa kehidupan yang menimbulkan stress seperti kehilangan, yang mempengaruhi kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan menyebabkan ansietas.
Stressor pencetus dapat dikelompokan dalam dua kategori antara lain:
1) Stressor sosiokultural
Stress dapat ditimbulkan oleh menurunya stabilitas unit keluarga dan berpisah dari orang yang berarti, misalnya karena dirawat di rumah sakit.
2) Stressor psikologis
Ansietas berat yang berkepanjang terjadi bersama dengan keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan ketergantungan dapat menimbulkan ansietas tingkat tinggi. ( Stuart, Gail W, 2006 )
c. Sumber koping
yang mengalami sumber koping yang berhubungan dengan respon sosial maladaptif meliputi:
a. Keterlibatan dalam hubungan keluarga yang luas dan teman
b. Hubungan dengan hewan peliharaan.
c. penggunaan kreatifitas untuk mengekspresikan stress interpersonal (misalnya, kesenian, musik, dan tulisan).
d. Mekanisme koping
ndividu yang mengalami respon sosial maladaptif menggunakan berbagai mekanisme dalam upaya mengatasi ansietas. Mekanisme tersebut berkaitan dengan dua jenis masalah hubungan yang spesifik:
1) Koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian antisosial
a) Proyeksi
b) Splitting
c) merendahkan orang lain
2) Koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian ambang
a) Splitting
b) Formasi reaksi
c) Proyeksi
d) Isolasi
e) Idealisasi orang lain
f) Merendahkan orang lain
g) Identifikasi proyeksi
5. Gejala dan karakteristik
Adapun tingkah laku klien isolasi sosial yaitu:
a. Kurang spontan;
b. Apatis (acuh terhadap lingkungan);
c. Ekspresi wajah kurang berseri (ekspresi bersedih);
d. Afek tumpul;
e. Tidak merawat dan memperhatikan kebersihan diri;
f. Komunikasi verbal menurun atau tidak ada. Klien tidak bercakap-cakap dengan klien lain atau perawat;
g. Mengisolasi diri (menyendiri). Klien tampak memisahkan diri dari orang lain misalnya,pada saat makan;
h. Kurang sadar dengan lingkungan sekitar;
i. Pemasukan makan dan minuman terganggu;
j. Retensi urine dan feses;
k. Aktifitas menurun;
l. Kurang energik (tenaga);
m. Harga diri rendah;
n. Menolak hubungan dengan orang lain. Klien memutuskan percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap. (Tim Keperawatan Jiwa, 2002)
6. Penatalaksnaan
Penataksanaan pada penderita gangguan jiwa dibagi dalam beberapa bentuk:
a. Suasana terapi (Lingkungan terapiutuk)
Yang dimaksud suasana terapi adalah suasana yang diciptakan oleh dokter atau perawat denga klien yang dapat membantu proses penyembuhan klien. Dalam teori keperawatan jiwa hal ini lebih dikenal dengan menciptakan hubungan saling percaya antara perawat dengan klien.
b. Farmakoterapi.
Armakoterapi adalah bentuk penatalaksanaan penderita gangguan jiwa dengan pemberian obat-obatan Anti Psikotik. Pengobatan ini diharapkan mampu memperbaiki keadaan somatik atau biologis tubuh yang berhubungan dengan perubahan perilaku penggunaan obat-obatan anti psikotik dapat mempengaruhi keseimbangan Neurotransmitter pada sistem embolik otak sehingga efek gangguan perilaku seperti halusinasi dan Apatis dapat teratasi.
c. Psikoterapi
Psikoterapi adalah suatu cara pengobatan terhadap masalah emosional seorang pasien yang dilakukan oleh seorang yang terlatih dalam hubungan profesional secara sukarela, dengan maksud hendak menghilangkan, mengubah, atau menghambat gejala-gejala yang ada, mengoreksi perilaku yang terganggu, dan mengembangkan pertunbuhan kepribadian secara positif.
Psikoterapi dilakukan dengan pemberian support kepada klien untuk meningkatkan aspek positif diri. Pada penderita gangguan jiwa dengan perilaku isolasi sosial, bentuk psikoterapi dalam keperawatan yang paling efektif digunakan adalah terapai aktifitas kelompok dengan sosialisasi.(W.F Maramis, 1998).
B. PROSES KEPERAWATAN
Proses keperawatan merupakan suatu metode sistematis dan ilmiah yang digunakan perawat untuk memenuhi kebutuhan klien dalam mencapai atau mempertahankan keadaan biologis, sosial, dan spiritual yang optimal. Proses keperawatan terdiri dari lima tahap yang merupakan siklus dan saling tergantung yang meliputi pengkajian, merumuskan diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
1. Pengkajian
Menurut Budi Anna Keliat,2006 bahwa pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, social, dan spiritual. Hal-hal yang perlu dikaji pada klien menarik diri adalah biodata klien, alas an masuk, keluhan utama, faktor predisposisi, status mental, faktor-faktor psikososial serta mekanisme kopimg yang sering digunakan.
2. Pohon masalah
Pohon masalah klien isolasi sosial menurut Budi Anna Keliat,2005 adalah sebagai berikut:
Defisit perawatan diri; mandi dan berhias
Akibat
Akibat
Ketidakefektifan koping keluarga; ketidakmampuan keluarga merawat klien dirumah
Isolasi sosial
Masalah utama
Gangguan konsep diri; harga diri rendah kronis
Penyebab
Gangguan sensori persepsi Halusinasi
Penyebab
3. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan pada klien dengan isolasi sosial berdasarkan NANDA 2005-2006 sesuai bagan diatas adalah sebagai berikut:
a. Isolasi sosial
b. Gangguan konsep diri harga diri rendah kronis.
c. Defisit perawatan diri
d. Resiko terjadinya Halusinasi
STRATEGI PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa I: Isolasi sosial
A. Pasien
SPIp
1. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien.
2. Mendiskusikan dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain.
3. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian berinteraksi dengan orang lain.
4. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan orang lain.
5. Menganjurkan pasien memasukan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan orang lain dalam kegiatan harian.
SPIIp
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
2. Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekan cara berkenalan dengan orang lain.
3. Membantu pasien memasukan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan harian.
SPIIIp
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
2. Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekan cara berkenalan dengan dua orang atau lebih.
3. Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian.
B. Keluarga
SPIk
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien.
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang dialami pasien beserta proses terjadinya.
3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien isolasi sosial.
SPIIk
1. Melatih keluarga mempraktekan cara merawat pasien dengan isolasi sosial.
2. Melatih keluarga mempraktekan cara merawat lansung kepada pasien isolasi sosial.
SPIIk
1. Membantu keluarga membuat jadwal aktifitas di rumah termasuk minum obat (discharge planning)
2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang.
Diagnosa II: Harga Diri Rendah
A. Pasien
SPIp
1. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dialami pasien.
2. Membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat di gunakan.
3. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai kemampuan klien.
4. Melatih pasien sesuai kemampuan yang dipilih.
5. Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien.
6. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
SPIIp
1. Mengevaluasi jadwal harian pasien.
2. Melatih kemampuan kedua.
3. Menganjurkan pasien memasukkandalam jadwal kegiatan harian.
B. Keluarga
SPIk
1. Mendiskusikan masalah yang di rasakan kelurga dalam merawat pasien.
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala Harga Diri Rendah yang dialami pasien beserta proses terjadinya.
3. Menjelaskan cara merawat pasien Harga Diri Rendah.
4. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
SPIIk
1. Melatih keluarga memprakktekan cara merawat pasien dengan Harga Diri Rendah.
2. Melatih keluarga memprakktekan cara merawat lansung kepada pasien Harga Diri Rendah.
SPIIIk
1. Membantu keluarga membuat jadwa aktifitas dirumah termasuk minum obat (discharge plannig)
2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang.
Diagnosa III: Defisit perawatan diri
A. Pasien
SPIp
1. Menjelaskan pentingnya kebersihan diri.
2. Menjelaskan cara menjaga kebersihan.
3. Membantu pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri.
4. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
SPIIp
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
2. Menjelaskan cara makan yang baik.
3. Membantu pasien mempraktekkan cara makan yang baik.
4. Menganjurkan paien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
SPIIIp
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
2. Menjelaskan cara eliminasi yang baik.
3. Membantu pasien mempraktekkan cara eliminasi yang baik
4. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
B. Keluarga
SPIk
1. .mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien.
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala Defisit Perawatan Diri serta jenis defisit perawatan diri yang dialami pasien beserta proses terjadinya.
3. Menjelaskan cara merawat pasien defisit perawata diri.
SPIIk
1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan defisit perawatan diri.
2. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat langsung kepada pasien defisit perawatan diri.
SPIIIk
1. Membantu keluarga membuat jadwal aktifitas dirumah termasuk minum obat (discharge planning)
2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang.
DIAGNOSA III : GANGGUAN PERSEPSI SENSORI HALISINASI
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN DATA
1. BIODATA
a. Identitas Klien
Nama : Tn. ”M”
Umur : 28 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku Bangsa : Bugus Indonesia
Status Perkawinan : Tidak Kawin
Pendidikan : Tidak Sekolah
Pekerjaan : -
Alamat : Bajoe Kab. Bone
Tanggal Masuk : 22 Desember 2008
Tanggal Pengkajian : 29 Mei 2009
No. Register : 021041
Diagnosa Medik : Isolasi Sosial.
b. Identitas Penanggung
Nama : Tn. “H”
Umur : 45 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Bajoe Kab. Bone
Hubungan dengan pasien : Ayah Kandung.
II. Alasan Masuk Rumah Sakit
Klien dibawa ke Rumah Sakit Dadi oleh Ayahnya pada tanggal 22 Desember 2006, awalnya klien sering menyendiri, melamun, dan suka berjalan keluar rumah tanpa tujuan.
Keluhan Utama
Keadaan klien saat dikaji : Klien tampak menyendiri bersandar ditembok dan kebanyakan tidur dibawah lantai dengan penampilan yang tidak sesuai dan tidak rapi, badan bau, rambut kusam, kuku hitam dan panjang.
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial
Defisit perawatan diri ; mandi dan berhias
III. Faktor Predisposisi
1. Klien pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya dan dirawat di rumah sakit Dadi Makassar dengan kasus yang sama.
2. Klien mengatakan tidak pernah mengalami aniaya fisik, seksual, penolakan, kriminal, dan kekerasan dalam keluarga.
3. Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
4. Klien mengatakan mempunyai pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan yaitu klien ditinggalkan oleh Ibunya yang sudah meninggal sejak 3 tahun yang lalu. Saat ditanya tentang Almarhumah Ibunya, klien hanya terdiam menundukkan kepala dan tampak raut wajahnya sedih.
IV. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda Vital : T :120/80 mm Hg
N : 86x/mnt
S : 36,5ºC
P : 24x/mnt
2. Ukuran : TB dan BB tidak dilakukan pengukuran
3. Keluhan fisik : Gatal-gatal pada kulit dibadan
Masalah keperawatan : Defisit perawatan diri ; mandi
V. Psikososial
a. Genogram
?
45
?
?
?
?
?
?
Ket :
= laki-laki
= perempuan
X = Meninggal Dunia
= Klien yang dirawat
....... = tinggal serumah
= garis perkawinan
= garis keturunan
? = Umur tidak diketahui
Penjelasan gambar :
GI : Kakek dan nenek dari pihak Ayah dan Ibu telah meninggal karena faktor usila.
GII : Ibu Klien meninggal Karna Faktor Usila, Ayahnya dan saudaranya
GIII: Klien dan saudaranya
1. Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien
2. Klien anak ke 3 dari 4 bersaudara
3. Klien tinggal serumah dengan orang tuanya
4. Hubungan klien dengan keluarga kurang baik.
Masalah keperawatan : Koping Keluarga tidak efektif ; Ketidakmampuan.
b. Konsep Diri
1) Citra tubuh :
Klien mengatakan tidak ada yang istimewa pada tubuhnya semuanya biasa-biasa saja.
2) Identitas diri :
Klien menyadari dirinya seorang laki-laki, anak ke 3 dari 4 bersaudara, klien belum menikah.
3) Klien mengatakan sebelum Ibunya meninggal, klien dapat berperan sebagai anak yang penurut, tetapi saat Ibunya sudah meninggal, klien merasa tidak dapat menjalankan perannya lagi dengan baik, karena klien merasa Ibunya adalah satu-satunya orang yang sangat disayang dan dekat dengannya.
4) Ideal diri :
Klien berharap ingin cepat sembuh dan dijemput oleh keluarganya untuk pulang dan berkumpul kembali dengan keluarganya.
5) Harga diri :
Klien kecewa karena keluarganya tidak datang membesuknya dan klien juga merasa tidak berguna dan diharapkan lagi oleh keluarganya.
Masalah keperawatan : Gangguan konsep diri ; Harga diri rendah
c. Hubungan sosial :
1) Orang yang berarti dalam hidupnya adalah Almarhumah Ibunya.
2) Peran serta dalam kegiatan kelompok atau masyarakat : klien mengatakan kurang terlibat dalam kegiatan kelompok sosial masyarakat.
3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain adalah klien mengatakan malas bergaul dengan orang lain dan lebih banyak diam.
Masalah keperawatan : Isolasi sosial.
d. Spiritual :
1) Nilai dan keyakinan : Klien menganut agama Islam dan yakin dengan agama yang dianutnya dan meyakini Allah yang Selalu memberikan Pertolongan.
2) Kegiatan ibadah : Klien mengatakan rajin pergi beribadah di Mesjid sebelum di rumah sakit, namun setelah dirawat di rumah sakit klien lebih tekun dan giat lagi untuk mengikuti terapi Agama.
Masalah Keperawatan : -
VI. Status Mental
a. Penampilan :
Klien nampak kotor, kulit bardaki dan bau keringat, gigi kuning, cara berpakaian tidak sesuai, rambut kusam, kuku hitam dan panjang, gatal-gatal pada kulit badan.
Masalah keperawatan : Defisit perawatan diri.
b. Pembicaraan :
Klien bicara lambat dan hanya sesekali menjawab bila ditanya
Masalah keperawatan : Isolasi sosial.
c. Aktivitas motorik :
Klien selalu duduk termenung di tempat tidurnya, klien lebih banyak diam dan menyendiri, klien tidak bergaul dengan klien lainnya. Klien hanya melakukan aktivitas bila disuruh.
Masalah keperawatan : Kurang motivasi.
d. Alam perasaan :
Klien mengatakan merasa sedih jika ditanya tentang keluarganya, apalagi jika klien menceritakan tentang Ibunya yang sudah meninggal, ekspresi wajah klien tampak sedih.
Masalah keperawatan : Gangguan konsep diri ; harga diri rendah
e. Afek :
Afek klien tumpul, klien bisa berespon dengan stimulus yang kuat baru klien berespon
Masalah keperawatan : Isolasi sosial
f. Interaksi selama wawancara :
Kontak mata Klien kurang dan sering menunduk saat berinteraksi
Masalah keperawatan : Isolasi sosial
g. Persepsi :
Saat Berinteraksi dengan Klien ditemukan adanya Perubahan Persepsi Sensori ; Halusinasi.
Masalah keperawatan : gangguan persepsi sensori Halusinasi.
h. Proses pikir :
Klien menjawab pertanyaan sesuai dengan yang ditanyakan dengan respon lambat tetapi pembicaraan klien kadang tiba-tiba terhenti lalu dilanjutkan kembali ( blocking ).
Masalah keperawatan : Perubahan proses pikir.
i. Isi pikir :
Saat berinteraksi dengan klien tidak ditemukan adanya waham, obsesi dan fobia
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
j. Tingkat kesadaran :
Saat wawancara klien sadar, klien tidak mengalami disorientasi waktu, tempat, dan orang. Klien mampu mengenal waktu ( hari ini ) saat pagi, siang, sore, dan malam hari, tempat dimana dia berada sekarang yaitu di rumah sakit Dadi Makassar dan klien mengenal yang merawat dia adalah mantri dan suster
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah.
k. Memori :
Klien dapat mengingat kejadian masa lalu dan hal yang baru-baru terjadi.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung :
Saat berinteraksi klien tidak dapat berkonsentrasi dan klien tidak mampu berhitung sederhana yaitu misalnya menghitung dari angka 1 sampai 10
Masalah keperawatan : Ketidakmampuan berkonsentrasi dan berhitung
m. Kemampuan penilaian :
Klien mampu menentukan pilihan dengan baik ketika diberikan pilihan seperti duluan mana mandi atau makan, klien menjawab mandi dulu karena kalau mandi akan terasa segar baru makan
n. Daya tilik diri :
Klien menyadari dirinya sakit dan dirawat di rumah sakit Dadi Makassar
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
VII. Mekanisme Koping
Maladaptif : Klien mengatakan jika punya masalah klien memendamnya sendiri dan tidak mau mengungkapkannya kepada orang lain
Masalah keperawatan : Koping individu tidak efektif
Isolasi sosial
VIII. Aspek Medis
1) Diagnosa medis : Skizofrenia
2) Terapi medis : Haloperidol 5 mg 3x1
Chlorpromazine 100 mg 1x1
Trihexypenidil 2 mg 3x1
IX. Daftar Masalah Keperawatan
a. Kerusakan interaksi sosial ; isolasi sosial
b. Defisit perawatan diri ; mandi dan berhias
c. Gangguan konsep diri ; harga diri rendah
d. Berduka disfungsional
e. Perubahan proses pikir
f. Kurang motivasi
g. Koping individu tidak efektif
h. Koping keluarga tidak efektif ; Ketidakmampuan
X. KLASIFIKASI DATA
Data Subyektif :
- Klien mengatakan malas mandi, keramas dan berhias selama berada di rumah sakit.
- Klien mengatakan tidak pernah sikat gigi, potong kuku, dan mengganti baju selama berada di rumah sakit.
- Klien mengatakan tidak mempunyai pakaian untuk mengganti, dan terkadang. semua peralatan mandi hilang diambil orang.
- Klien mengatakan malas dan tidak suka bergaul dengan orang lain.
- Klien mengatakan kurang terlibat dalam kegiatan kelompok sosial masyarakat.
- Klien mengatakan jika punya masalah klien memendamnya sendiri dan tidak mau mengungkapkannya kepada orang lain.
Data Obyektif :
- Klien nampak kotor, kulit bardaki dan bau keringat, rambut kusam, gatal-gatal pada kulit badan.
- Klien nampak giginya kuning, kuku klien panjang dan hitam.
- Penampilan klien tidak rapi, dan berpakaian tidak sesuai.
- Klien nampak mandi tidak memakai sabun, dan tidak mengganti pakaian setelah mandi.
- Klien selalu duduk termenung di tempat tidurnya , klien tidak bergaul dengan klien lainnya.
- Klien hanya melakukan aktivitas bila disuruh.
- Pembicaraan klien kadang tiba-tiba terhenti lalu dilanjutkan kembali ( blocking ).
- Afek klien tumpul, klien bisa berespon dengan stimulus yang kuat baru klien berespon.
- Klien bicara lambat dan hanya sesekali menjawab pertanyaan ketika ditanya.
- Klien tidak mampu memulai pembicaraan.
- Kontak mata klien kurang dan selalu menunduk saat berinteraksi.
B. ANALISA DATA
DATA
MASALAH
1
2
3
1
DS:
§ Klien mengatakan malas dan tidak suka bergaul dengan orang lain.
§ Klien mengatakan kurang terlibat dalam kegiatan kelompok sosial masyarakat.
§ Klien mengatakan jika punya masalah klien memendamnya sendiri dan tidak mau mengungkapkannya kepada orang lain.
DO:
§ Klien selalu duduk termenung di tempat tidurnya , klien tidak bergaul dengan klien lainnya.
§ Klien hanya melakukan aktivitas bila disuruh.
§ Pembicaraan klien kadang tiba-tiba terhenti lalu dilanjutkan kembali (blocking).
§ Afek klien tumpul, klien bisa berespon dengan stimulus yang kuat baru klien berespon.
§ Klien bicara lambat dan hanya sesekali menjawab pertanyaan ketika ditanya.
§ Klien tidak mampu memulai pembicaraan.
§ Kontak mata klien kurang dan selalu menunduk saat berinteraksi.
Isolasi sosial
DS:
§ Klien mengatakan tidak pernah sikat gigi, potong kuku, dan mengganti baju selama berada di rumah sakit.
§ Klien mengatakan tidak mempunyai pakaian untuk mengganti, dan terkadang semua peralatan mandi hilang diambil orang.
§ Klien mengatakan malas mandi, keramas dan berhias selama berada di rumah sakit.
DO:
§ Penampilan klien tidak rapi, dan berpakaian tidak sesuai.
§ Klien nampak mandi tidak memakai sabun, dan tidak mengganti pakaian setelah mandi.
§ Klien nampak giginya kuning, kuku klien panjang dan hitam.
§ Klien nampak kotor, kulit bardaki dan bau keringat, rambut kusam, gatal-gatal pada kulit badan.
§ Penampilan klien tidak rapi, dan berpakaian tidak sesuai.
. Defisit perawatan diri ; mandi dan berhias.
C. POHON MASALAH
Defisit perawatan diri; mandi dan berhias
EFEK
Isolasi sosial
MASALAH UTAMA
Gangguan konsep diri; harga diri rendah kronis
ETIOLOGI
Gangguan konsep diri; harga diri rendah kronis
ETIOLOGI
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit perawatan diri; mandi dan berhias
2. Isolasi sosial
3. Gangguan persepsi sensori Halusinasi
DAFTAR PRIORITAS MASALAH KESEHATAN
Nama : Tn “ A “
Ruangan : Nyiur
No. RM : 04 10 36
Diagnosa Keperawatan
Tanggal Ditamukan
Tanggal Teratasi
Isolasi Sosial
Defisit Perawatan Diri
Gangguan persepsi sensori
29 Mei 2009
29 Mei 2009
29 Mei 2009
CATATAN KEPERAWATAN
Nama : Tn " M "
Ruang : Nyiur
No. RM : 04 10 17
Tgl/Jam
Dx. Kep
SP Pasien
Implementasi
Evaluasi
29/05/2009
09.00
01/06/2009
09.00
02/06/2009
09.00
29/05/2009
11.00
01/06/2009
11.30
02/06/2009
12.00
02/06/2009
12.00
DX. I SPIP
DX. I SPIIP
DX. I SPIIIP
DX. II SPIP
DX.II SPIIP
DX. II SPIIIP
DX. II SPIIIP
Membimbing klien dalam hal berinteraksi
1. Apa yang menyebabkan bapak slalu menyendiri?
2. Apakah bapak bisa menyebutkan keuntungan bila berinteraksi dengan orang lain?
3. Apakah bapak bisa menyebutkan kerugian bila tidak berinteraksi dengan orang lain?
4. Bagaimana kalau kita belajar cara berkenalan dengan satu orang?
Caranya : mengucapkan salam, mengulurkan tangan lalu tanya nama dan nama panggilan.
5. Bagaimana kalau kegiatan ini dimasukkan dalam jadwal harian bapak?
Membimbing klien dalam hal berinteraksi
1. Pak sudah tau cara berkenalan dengan satu orang?
2. Apakah bisa bapak memperagakan berkenalan dengan satu orang? Ulurkan tangan bapak kemudian sebutkan nama dan alamat bapak kemudian tanya nama alamat yang bapak temani berkenalan.
3. Bagaimana kalau latihan berkenalan ini kita masukkan dalam jadwal harian bapak ?
Membimbing klien dalam hal berinteraksi dengan orang lain
.
Pak sudah bisa berkenalan dengan satu orang ?
1. Silahkan pak mempraktekkan lebih dari dua orang
2. Bagaimana kalau latiahan berkenalan dua orang atau lebih dimasukkan dalam jadwal harian bapak?
a. Menjelaskan pentingnya kebersihan dri
b. Menjelaskan cara menjaga kebersihan diri
c. Membantu pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
d. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
a. Menjelaskan pentingnya kebersihan dri
b. Menjelaskan cara menjaga kebersihan diri
c. Membantu pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
d. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Menjelaskan cara makan yang baik
c. Membantu pasien mempraktekkan cara makan yang baik
d. Menganjurkan pasien memasukkan dalam kegiatan harian
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Menjelaskan cara eliminasi yang baik
c. Membantu pasien mempraktekkan cara eliminasi yang baik
d. Mengajarkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
S :
1. Klien mengatakan selalu menyendiri karena malu dan punya banyak masalah
2. Klien mengatakan mau berkenalan dengan orang lain
3. Klien mau memasukkan ke dalam jadwal hariannya.
O :
1. Klien nampak duduk menyendiri di tempat tidurnya
2. Kontak mata kurang dan terkadang menunduk
3. klien menyebutkan keuntungan berinteraksi dengan orang lain.
4. Klien menyebutkan kerugian bila tidak berinteraksi dengan orang lain.
5. Klien berkenalan dengan satu perawat.
A :
1. Klien mampu mengidentifikasi penyebab menyendiri
2. Klien mampu menyebutkan keuntungan berinteraksi dengan orang lain
3. Klien mampu menyebutkan kerugian bila tidak berinteraksi dengan orang lain
4. klien mampu berkenalan dengan orang lain.
P : Lanjutkan Intervensi
1. Evaluasi jadwal harian klien
2. Beri kesempatan pada klien mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang.
3. Bantu klien memasukkan kegiatan latihan berbincang – bincang dengan orang lain sebagai satu jadwal harian.
S :
Saya sudah tahu cara berkenalan dengan satu orang
O :
1. Klien berkenalan dengan satu perawat
2. Kontak mata cukup
A :
Klien mampu mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang.
P : Lanjutkan Intervensi SPIIIP
1. Evaluasi jadwal harian klien
2. Beri kesempatan pada klien mempraktekkan cara cara berkenalan dengan dua orang atau lebih
3. Anjurkan klien memasukkan dalam kegiatan harian klien.
S :
Klien mengatakan sudah mempraktekkan cara berkenalan.
O :
1. Klien masih tampak malu – malu
2. Klien tampak berkenalan dengan satu orang
A :
Klien mampu mempraktekkan berkenalan lebih dua orang orang tapi belum percaya diri.
P :
Pertahankan intervensi SPIIIP
1. Evaluasi jadwal harian pasien
2. Beri kesempatan pad klien mempraktekkan cara berkenalan dua orang atau lebih
3. Anjurkan klien memasukkan dalam jadwal harian klien
S:
- Klien mengatakan malas mandi, keramas dan berhias selama berada di rumah sakit
- Klien mengatakan tidak pernah sikat gigi, potong kuku, dan mengganti baju selama berada di rumah sakit
- Klien mengatakan tidak mempunyai pakaian untuk mengganti, dan terkadang semua peralatan mandi hilang diambil orang.
O:
§ Klien nampak kotor,kulit berdaki dan bau keringat, rambut klien panjang, kulit kepala kotor
§ Klien nampak giginya kuning, kuku klien panjang dan hitam,
§ Penampilan klien tidak rapi, dan berpakaian tidak sesuai.
A:
- Klien mampu mengidentifikasi kebersihan diri mandi dan berhias
- Klien mampu melaksanakan perawatan kebersihan diri
P: Ajarkan cara melakukan perawatan kebersihan diri mandi dan berhias dengan baik.
S:
- Klien mengatakan malas mandi, keramas dan berhias selama berada di rumah sakit
- Klien mengatakan tidak pernah sikat gigi, potong kuku, dan mengganti baju selama berada di rumah sakit
- Klien mengatakan tidak mempunyai pakaian untuk mengganti, dan terkadang semua peralatan mandi hilang diambil orang.
O:
§ Klien nampak kotor,kulit berdaki dan bau keringat, rambut klien panjang, kulit kepala kotor
§ Klien nampak giginya kuning, kuku klien panjang dan hitam,
§ Penampilan klien tidak rapi, dan berpakaian tidak sesuai.
A:
- Klien mampu mengidentifikasi kebersihan diri mandi dan berhias
- Klien mampu melaksanakan perawatan kebersihan diri
P: Ajarkan cara melakukan perawatan kebersihan diri mandi dan berhias dengan baik.
S:
- Klien mengatakan bahwa dirinya tadi pagi sudah makan
- Klien mengatakan makannya diatas meja dan mencuci tangannya sebelum makan
O:
- Klien memperlihatkan sendok yang dipakai makan
- Klien nampak mengingat semua yang diajarkan oleh perawat.
A:
Klien dapat mengikuti semua kegiatan makan dengan baik dan teratur
P:
Ajarkan cara makan dan teratur yang baik
S:
- Klien mengatakan bahwa dirinya tadi pagi sudah BAB dan BAK
- Klien mengatakan BAB dan BAK di WC dan mencuci tangannya sesudah BAB dan BAK
O:
- Klien nampak mengingat semua yang diajarkan oleh perawat.
A:
Klien dapat melakukan BAB dan BAK dengan baik dan pada tempatnya
P:
Ajarkan cara eliminasi dan teratur yang baik.
RENCANA KEPERAWATAN. Tn” M ” DIRUANGAN NYIUR BPRS. DADI MAKASSAR PROP. SUL-SEL
Nama Klien : Tn. “ M ”
No. Register : 04 10 17
Ruangan : Nyiur
TGL
NO
DX
DIAGNOSA KEPERAWATAN
PERENCANAAN
INTERVENSI
RASIONAL
TUJUAN
KRITERIA EVALUASI
1
2
3
4
5
6
7
29 Mei 2009
29 Mei 2009
I
II
Isolasi sosial
Defisit Perawatan diri
TUM :
Perubahan persepsi sensori tidak terjadi
TUK 1 :
Bina hubungan saling percaya
TUK 2 :
Klien dapat menyebutkan penyebab isolasi sosial
TUK 3 :
Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
TUK 4 :
Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap
TUK 5 :
Klien dapat mengungkapkan perasannya setelah berhungan dengan orang lain.
TUM:
Defisit perawatan diri;mandi dan berhias
TUK : I
Klien dapat membina hubungan saling percaya
TUK 2 :
Klien dapat mengenal tentang pentingnya kesehatan khususnya dalam kebersihan diri mandi dan berhias
TUK 3 :
Klien dapat melakukan kebersihan diri mandi dan berhias dengan bantuan perawat
TUK 4 :
Klien dapat melakukan perawatan diri mandi dan berhias secara mandiri
TUK 5 :
Klien dapat memertahankan kebersihan diri mandi dan berhias secara mandiri
TUK 6 :
Klien dapat dukungan keluarga dalam meningkatkan pemeliharaan kebersihan diri mandi dan berhias
1.1 Ekspresi wajah bersahabat, menunjuk rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, klien mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi
2.1 Klien dapat menyebutkan penyebab isolasi sosial yang berasal dari :
1) Diri sendiri
2) Orang lain
3) Lingkungan
3.1. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain
3.2 Klien dapat menyebutkan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
4.1.Klien dapat mendemonstrasikan hubungan sosial secara bertahap antara :
K. P
K-P-K
K-P-Kel
K-P-Klp/Klp/Masy.
5.1 Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain untuk :
- Diri sendiri
- Orang lain
1.1.Ekspresi wajah bersahabat, menunjuk rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, klien mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi
2.1.Klien dapat menjelaskan tentang arti kebersihan diri ;
1) Mandi
2) Makan
3) Berpakaian yang sesuai
4) Berhias
3.1 Klien mau dan mampu melakukan kebersihan diri mandi dan berhias.
4.1 Klien dapat melakukan perawatan kebersihan diri atas motivasi dan inisiatif sendiri
5.1 Klien dapat mengidentifikasi
Kemampuan dan aspek positif yang dimiliki :
1) Kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien
2) Kemampuan memahami arti pentingnya menjaga kebersihan diri mandi dan berhias
6.1 Klien memanfaatkan sistem pendukung yang ada di keluarga
Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi terapeutik :
a. Sapa klien dengan ramah dan baik verbal maupun non verbal.
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien.
2.1.1. Kaji pengetahuan klien tentang isolasi sosial dan tanda – tandanya
2.1.2 Beri kesempatan klien untuk mengunkapkan perasaan penyebab isolasi sosial dan tidak mau bergaul.
2.1.3 Diskusikan ada klien tentang perilaku isolasi sosial, tanda dan penyebab yang muncul.
2.1.4 Berikan pujian pada klien terhadap kemampuan mengungkapkan perasaannya.
3.1.1 Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang lain.
3.1.2 Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaanya tentang keuntungan berhubungan dengan oramg lain.
3.1.3 Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain.
3.1.4 Beri reinforcement positif terhadap kemanpuan mengungkapakan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain.
3.2.1 Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain.
3.2.2 Beri reinforcement positif terhadap kemanpuan mengungkapakan perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
4.1.1 Kaji kemampuan klien dalam membina hubungan dengan orang lain.
4.1.2 Dorong dan bantu klienuntuk berhubungan dengan orang lain.
4.1.3 Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai.
4.1.4 Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan dengan orang lain.
4.1.5 Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu.
5.1.1 Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang lain.
5.1.2 Diskusikan dengan klien tentang perasaan manfat berhubungan dengan orang lain.
5.1.3 Beri reinforcement positif atas kemampuan klien meningkatkan perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain.
Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi terapeutik :
1. Sapa klien dengan ramah dan baik verbal maupun non verbal.
2. Perkenalkan diri dengan sopan
3. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
4. Jelaskan tujuan pertemuan
5. Jujur dan menepati janji
6. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
7. Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien.
2.1.1. Kaji pengetahuan klien tentang arti kebersihan diri dan cara-cara mandi, makan, berpakaian yang sesuai, dan berhias.
2.1.2 Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan arti kebersihan diri dan tujuan memelihara kebersihan diri.
2.1.3 Diskusikan bersama klien tentang fungsi memelihara kesehatan diri dengan menggali pengetahuan klien tentang hal-hal yang berhubungan dengan kebersihan diri mandi, makan, berpakaian yang sesuai, dan berhias.
2.1.4 Berikan pujian atas apa yang telah klien lakukan serta ingatkan klien memelihara kesehatan diri.
3.1.1 Kaji motivasi klien untuk mandi dan berhias, memotong kuku dan merapikan rambut
3.1.2 Bimbing klien untuk mandi dan berhias
3.1.3 Anjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari
3.1.4 Kolaborasi dengan perawat ruangan untuk mengolah fasilitas perawatan kebersihan diri
4.1.1 Monitor klien dalam melaksanakan kebersihan diri mandi dan berhias secara teratur
4.1.2 Ingatkan klien untuk mencuci rambut, menyisir rambut, gosok gigi, ganti baju, dan pakai sandal
5.1.1 Berikan pujian jika klien berhasil melakukan kebersihan diri
6.1.1 Jelaskan kepada keluarga tentang penyebab kurang minatnya klien menjaga kebersihan diri mandi dan berhias
6.1.2 Diskusikan bersama keluarga tentang tindakan yang telah dilakukan klien selama dirumah sakit dalam menjaga
kebersihan diri mandi dan berhias
6.1.3 Jelaskan pada keluarga tentang manfaat sarana yang lengkap dalam menjaga
kebersihan diri mandi dan berhias klien
6.1.4 Anjurkan keluarga untuk menyiapkan sarana dalam menjaga kebersihan diri mandi dan berhias
Saling percaya yang terbina merupakan dasar untuk interaksi selanjutnya
2.1.1 Mengetahui sejauh mana pengetahuan klien tentang isolasi sosial
2.1.2 untuk mengetahu alasan klien isolasi sosial
2.1.3 Meningkatkan pengetahuan klien serta bersama mencari pemecahan masalah kilen.
2.1.4 Meningkatkan harga diri klien sehingga berani bergaul dengan lingkungannya.
3.1.1 Mengetahui sejauh mana pengetahuan klien tentang berhubungan dengan orang lain.
3.1.2 Mengidentifikasi perasaan klien tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain.
3.1.3 Meningkatkan pengetahuan klien tentang perlunya berhubungan dengan orang lain.
3.1.4 Reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri klien.
3.2.1 Mengetahui sejauh mana pengetahuan klien untuk merencanakan tindakan selanjutnya.
3.2.2 Meningkatkan harga diri klien sehingga berani bergaul dengan orang lain.
4.1.1 Mengetahui sejauh mana pengetahuan klien
4.1.2 Klien mungkin dapat mengalami perasaan tidak nyaman, malu dalam berhubungan sehingga perlu dilatih secara bertahap dalam berhubungan dengan orang lain.
4.1.3 Reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri klien.
4.1.4 Klien dapat merasakan manfaat berhubungan dengan orang lain.
4.1.5 Membantu klien dalam menjalani hubungan yang kooperatif
5.1.1 untuk mengetahui sejauh mana hubungan interpersonal klien dengan orang lain.
5.1.2 Mengidentifikasi hambatan yang dirasakan oleh klien
5.1.3 Reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri klien.
Saling percaya yang terbina merupakan dasar untuk interaksi selanjutnya
2.1.1. Pengetahuan klien dapat menjadi dasar dalam rencana tindakan berikutnya
2.1.2. Adanya pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan dapat menimbulkan klien tidak memelihara kebersihan diri.
2.1.3. Dengan dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki, klien dapat mengetahui hal-hal yang dapat dilakukannya
2.1.4. Pemberian pujian dapat meningkatkan harga diri klien
3.1.1 Klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisinya
3.1.2. Klien merasa diperhatikan
3.1.3. Meningkatkan kebersihan diri klien dan memberikan rasa nyaman
3.1.4. Dengan fasilitas yang baik dapat memotivasi klien agar lebih meningkatkan kebersihan diri.
4.1.1. Dengan dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki, klien dapat mengetahui hal-hal yang dapat dilakukannya.
4.1.1. Meningkatkan kesadaran klien tentang pentingnya menjaga dan memelihara kebersihan diri
5.1.1. Pemberian pujian dapat meningkatkan harga diri klien
6.1.1. Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk interaksi selanjutnya
6.1.2. Meningkatkan kesadaran klien tentang pentingnya menjaga kebersihan diri mandi dan berhias
6.1.3 Sarana yang lengkap dapat membantu klien dalam memertahankan pemeliharaan kebersihan diri mandi dan berhias
6.1.4. Keluarga merupakan orang terdekat dengan klien dan merupakan sistem pendukung untuk menolong klien melakukan perawatan dirumah
DAFTAR PUSTAKA
Budi Anna Keliat. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 3.
Jakarta : EGC
Gail w. Stuart. 2007. Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 5. EGC. Jakarta
Gail w. Stuart. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 2. Jakarta : EGC
Iyus Yosep, SKp.,M.Si. 2007. Buku Keperawatan Jiwa.
Suliswati, S.Kp, M.Kes, dkk. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Edisi I. Jakarta : EGC.
Mary c. townsend. 1998 Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta : EGC
Sentosa Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006. (defenisi dan klasifikasi). Prima Medika
Siswanto. 2007. Kesehatan Mental (konsep cakupan dan pekembangannya). Yogyakarta : ANDI
Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC
Read More
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia sabagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya dan lingkungan luar baik keluarga, kelompok maupun komunitas, dalam berhubungan dengan lingkungan manusia harus mengembangkan strategi koping yang efektif agar mampu beradaptasi (Sulistiawati, 2005).
Umumnya manusia memiliki kemampuan untuk menyusaikan diri dengan baik, namun ada juga individu yang mengalami kesulitan untuk melakukan penyesuaian dengan persoalan yang dihadapi.mereka bahkan gagal melakukan koping yang sesuai tekanan yang dialami, atau mereka menggunakan koping yang negatif, koping yang tidak menyelesaikan persoalan dan tekanan tapi lebih pada menghindari atau mengingkari persoalan yang ada.
Kegagalan dalam memeberikan koping yang sesuai dengan tekanan yang dialami dalam jangka panjang mengakibatkan individu mengalami berbagai macam gangguan mental. Gangguan mental tersebut sangat bervariatif, tergantung dari berat ringannya sumber tekanan, perbedaan antara individu, dan latar belakang individu yang bersangkutan (Siswanto, 2007).
Sejalan dengan itu fungsi serta tanggung jawab perawat psikiatri dalam memberikan asuhan keperawatan dituntut untuk dapat menciptakan suasana yang dapat membantu proses penyembuhan dengan menggunakan hubungan terapeutik melalui usaha pendidikan kesehatan dan tindakan keperawatan yang dapat membantu proses penyembuhan dengan menggunakan hubungan terapeutik melalui usaha pendidikan kesehatan dan tindakan keperawatan secara komprehensif yang diajukan secara berkesinambungan karena penderita isolasi sosial dapat menjadi berat dan lebih sukar dalam penyembuhan bila tidak mendapatkan perawatan secara intensif.
Berdasarkan hasil pencatatan jumlah penderita yang mengalami gangguan jiwa di BPRS. Dadi Makassar pada bulan Januari sampai Maret 2008 sebanyak 2294 orang, halusinasi 1162 orang (50.65 %), menarik diri 462 orang (20.13 %), waham 130 orang (5.66 %), harga diri rendah 374 orang (16.30 %), perilaku kekerasan 128 orang (5.58 %), kerusakan komunikasi verbal 16 orang ( 0.70 %), defisit perawatan diri 21 orang (0.91 %),percobaan bunuh diri 1 orang (0.04 %).
Berdasarkan data tersebut diatas yang dimana dinyatakan bahwa isolasi sosial mengalami peningkatan tiap tahunnya dan menempati urutan kedua masalah kesehatan jiwa setelah Halusinasi maka penulis tertarik untuk mengangkat judul “ Asuhan keperawatan pada klien Tn ” M ” dengan masalah utama Isolasi Sosial di BPRS Dadi Makassar” guna membantu klien dan keluarga dalam menangani masalah kesehatan yang dihadapi melalui penerapan asuhan keperawatan jiwa.
B. TUJUAN PENULISAN
Untuk lebih konkritnya apa yang ingin dicapai dalam karya tulis ini, penulis mengemukakan pokok tujuan penulisan sebagai berikut:
1. Tujuan umum
Untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman nyata tentang pelaksanaan asuhan keperawatan klien dengan masalah utama isolasi sosial. Melalui pendekatan proses keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk memperoleh pengalaman nyata dalam melakukan pengkajian pada klien dengan masalah utama Isolasi sosial.
b. Untuk memperoleh pengalaman nyata dalam membuat diagnosa keperawatan dan penetapan rencana asuhan keperawatan pada klien dengan masalah utama Isolasi sosial.
c. Untuk memperoleh pengalaman nyata dalam melakukan tindakan keperawatan pada klien dengan masalah utama Isolasi sosial.
d. Untuk memperoleh pengalaman nyata dalam mengevaluasi hasil tindakan keperawatan pada klien dengan masalah utama Isolasi sosial.
e. Untuk memperoleh pengalaman nyata dalam pendokumentasian asuhan keperawatan klien dengan masalah utama Isolasi sosial.
f. Dapat membandingkan kesenjangan antara teori dengan kenyataan yang penulis dapatkan.
C. MANFAAT PENULISAN
Adapun manfaat dari penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Institusi pendidikan keperawatan
Sebagai sumber informasi dan bahan bacaan pada keputakaan institusi dalam meningkatkan mutu pendidikan pada masa yang akan datang di bidang keperawatan.
2. Institusi pelayanan kesehatan.
Sebagai masukan bagi perawat pelaksana di Unit Pelayanan Keperawatan Jiwa dalam rangka mengambil kebijakan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya pada klien yang mengalami perubahan proses pikir : Isolasi sosial
3. Penulis.
Sebagai tambahan pengalaman dan pengetahuan bagi penulis dalam penerapan ilmu yang telah didapatkan selama pendidikan.
D. METODE PENULISAN
Dalam penulisan karya tulis ini menggunakan metode penulisan sebagai berikut:
1. Studi Kepustakaan.
Untuk mendapatkan data dasar penulis menggunakan atau membaca referensi-referensi yang berhubungan dengan masalah yang dibahas yaitu : Isolasi sosial.
2. Studi Kasus.
Untuk studi kasus penulis mempelajari kasuss klien dengan menggunakan metode pemecahan masalah melalui pendekatan atau proses keperawatan yang komprehensif yang meliputi pengkajian data, analisa data, perumusan diagnosa keperawatan, penyusunan rencana keperawatan, implementasi dan evaluasi asuhan keperawatan.
3. Teknik Pengumpulan Data.
a. Teknik Wawancara.
Penulis melakukan Tanya jawab secara langsung pada klien, keluarga, perawat, dan dokter yang merawat guna memperoleh data-data yang dibutuhkan di BPRS Dadi Makassar.
b. Teknik Observasi.
Penulis secara langsung melakukan pengamatan untuk dapat melihat secara langsung bagaimana pelaksanaan perawatan dan keadaan klien selama perawatan.
c. Studi Dokumentasi.
Penulis mengumpulkan data/informasi melalui catatan keperawatan dilembaran status klien serta mengadakan diskusi dengan tim kesehatan di BPRS Dadi Makassar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengertian
Menurut beberapa ahli menguraikan tentang pengertian isolasi sosial yaitu:
a. Isolasi sosial adalah pengalaman kesendirian secara individu dan dirasakan segan terhadap orang lain dan sebagai keadaan yang negatif atau mengancam (NANDA 2005-2006).
b. Perilaku menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,menghindari hubungan dengan orang lain. ( Rawlins, 1993 dikutip oleh budi anna keliat 1999 ).
c. Kerusakan interaksi sosial adalah sesuatu keadaan dimana seseorang individu berpartisipasi dalam kuantitas yang tidak cukup atau berlebihan atau kulitas interaksi sosial yang tidak efektif ( Mary C.Townsend,1998 ).
d. Menarik dii adalah sutu pola tingkah laku menghindari kontak dengan orang, situasi atau lingkungan yang penuh dengan stress yang dapat menyebabkan kecemasan fisik dan psikologi. ( FIK.UI 2007 ).
e. Menarik diri adalah suatu keadaan pasien yang mengalami ketidak mampuan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain atau dilingkungan sekitarnya secara wajar. ( Mahnum 2001 ).
2. Rentang respon sosial
Berdasarkan buku keperawatan jiwa menurut Gail W. Stuart, 2006 menyatakan bahwa manusia makhluk sosial, untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan, mereka harus membina hubungan interpersonal yang positif. Hubungan intrpersonal terjadi jika hubungan saling merasakan kedekatan sementara identitas pribadi tetap dipertahankan. Individu juga harus membina saling tergantung yang merupakan keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam suatu hubungan. Gail W. Stuart menyatakan tentang respon rentang sosial individu berada dalam rentang respon maladaptif yaitu:
Rentang respon sosial
Respon adaptif respon maladaptif
- Menyendiri - Kesepian - Manipulasi
- Otonomi (Loneliness) - Impulasi
- Bekerja sama - Menarik Diri - Narsisisme
- (mutualisme) - Ketergantungan
- Saling ketergantungan (dependen)
(interdependen)
d. Respon adaptif adalah suatu respon individu dalam menyesuaikan masalah yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya yang umum berlaku,respon ini meliputi:
a) Menyendiri (solitude)
Merupakan respons yang dibutuhkan seseorang untuk menentukan apa yang telah dilakukan dilingkungan sosialnya dan suatu cara mengevaluasi diri untuk menentukan langkah selanjutnya.
b) Otonomi
Kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide-ide, pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.
c) Berkerja sama (mutualisme)
suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu tersebut mampu untuk saling member dan menerima
d) saling tergantung (interdependen)
merupakan kondisi saling tergantung antara individu dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal.
e. Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyesuaikan masalah menyimpang dari norma-norma sosial dan budaya ini meliputi:
a. Menarik diri
keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.
b. Tergantung (dependen)
Terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri atau kemampuanya untuk berfungsi secara sukses.
f. Manipulasi
Gangguan hubungan smosial yang terdapat pada individu yang menganggap orang sebagai obyek. Individu tersebut mtidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam.
g. Impulsif
Tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mamapu belajar dari pengalaman, penilaian yang buruk dan individu ini tidak dapat diandalkan.
h. Narsisisme
Harga dirinya rapuh, secara terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian yang egosentris dan pencemburu. (Stuard, Gaill W,2006)
3. Manifestasi klinik
Menurut buku panduan diagnosa keperawatan NANDA 2005-2006, isolasi sosial memiliki batasan karakteristik meliputi:
Obyektif
a. Tidak ada dukungan dari orang yang penting (keluarga, teman, kelompok).
b. Perilaku bermusuhan.
c. Menarik diri.
d. Tidak komunikatif.
e. Menunjukkan perilaku tidak diterima oleh kelompok cultural dominant.
f. Mencari kesendirian atau merasa diakui didalam sub kultur.
g. Senang dengan pikirannya sendiri.
h. Aktivitas berulang atau aktivitas kurang beraktif.
i. Kontak mata tidak ada.
j. Aktivitas tidak sesuai dengan umur perkembangan.
k. Keterbatasan fisik, mental,atau perubahan keadaan sejahtera.
l. Sedih, efek tumpul.
Subyektif
a. Mengepresikan perasaan kesendirian.
b. Mengepresikan perasaan penolakan.
c. Minat tudak sesuai dengan umur perkembangan.
d. Tujuan hidup tidak ada atau tidak adekuat.
e. Tidak mampu memenuhi harapan orang lain.
f. Ekspresi permintaan tidak sesuai dengan umur perkembangan.
g. Perubahan penampilan fisik.
h. Tidak meresa aman dimasyarakat.
4. Etiologi
a. Faktor predisposisi
Berbagai faktor biasa menimbulkan respon sosial yang maladaptif dan mungkin disebabkan oleh kombinasi dari berbagai faktor meliputi:
1) Faktor perkembangan
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan dapat mempengaruhi respon sosial maladaptif pada setiap individu. Sistem keluarga yang terganggu dapat berperan dalam perkembangan respon sosial maladaptif. Beberapa orang percaya bahwa individu yang mengalami masalah ini adalah orang yang tidak berhasil memisahkan dirinya dari orang tua. Norma keluarga mungkin tidak mendukung hubungan dengan pihak diluar keluarga. Peran keluarga sering kali tidak jelas. Orang tua pecandu alkohol dan penganiaya anak juga mempengaruhi respon sosial maladaptif pada individu.
2) Faktor biologis.
Faktor genetik dapat berperan dalam respon sosial maladaptif. Bukti terdahulu menunjukan keterlibatan neurotransmitter dalam perkembangan gangguan ini, namun tetap diperlukan penelitian lebih lanjut.
3) Faktor sosiokultural
Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam gangguan hubungan. Hal ini akibat dari transiensi, norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain, atau tidak mengharhai anggota masyarakat yang kurang produktif, seperti lanjut usia ( lansia ), orang cacat dan penderita penyakit kronik. Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku, dan sistem nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas. Harapan yang tidak realitas terhadap hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan dengan gangguan ini.
b. Stressor pencetus
Stressor pencetus pada umumnya mencakup peristiwa kehidupan yang menimbulkan stress seperti kehilangan, yang mempengaruhi kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan menyebabkan ansietas.
Stressor pencetus dapat dikelompokan dalam dua kategori antara lain:
1) Stressor sosiokultural
Stress dapat ditimbulkan oleh menurunya stabilitas unit keluarga dan berpisah dari orang yang berarti, misalnya karena dirawat di rumah sakit.
2) Stressor psikologis
Ansietas berat yang berkepanjang terjadi bersama dengan keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan ketergantungan dapat menimbulkan ansietas tingkat tinggi. ( Stuart, Gail W, 2006 )
c. Sumber koping
yang mengalami sumber koping yang berhubungan dengan respon sosial maladaptif meliputi:
a. Keterlibatan dalam hubungan keluarga yang luas dan teman
b. Hubungan dengan hewan peliharaan.
c. penggunaan kreatifitas untuk mengekspresikan stress interpersonal (misalnya, kesenian, musik, dan tulisan).
d. Mekanisme koping
ndividu yang mengalami respon sosial maladaptif menggunakan berbagai mekanisme dalam upaya mengatasi ansietas. Mekanisme tersebut berkaitan dengan dua jenis masalah hubungan yang spesifik:
1) Koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian antisosial
a) Proyeksi
b) Splitting
c) merendahkan orang lain
2) Koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian ambang
a) Splitting
b) Formasi reaksi
c) Proyeksi
d) Isolasi
e) Idealisasi orang lain
f) Merendahkan orang lain
g) Identifikasi proyeksi
5. Gejala dan karakteristik
Adapun tingkah laku klien isolasi sosial yaitu:
a. Kurang spontan;
b. Apatis (acuh terhadap lingkungan);
c. Ekspresi wajah kurang berseri (ekspresi bersedih);
d. Afek tumpul;
e. Tidak merawat dan memperhatikan kebersihan diri;
f. Komunikasi verbal menurun atau tidak ada. Klien tidak bercakap-cakap dengan klien lain atau perawat;
g. Mengisolasi diri (menyendiri). Klien tampak memisahkan diri dari orang lain misalnya,pada saat makan;
h. Kurang sadar dengan lingkungan sekitar;
i. Pemasukan makan dan minuman terganggu;
j. Retensi urine dan feses;
k. Aktifitas menurun;
l. Kurang energik (tenaga);
m. Harga diri rendah;
n. Menolak hubungan dengan orang lain. Klien memutuskan percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap. (Tim Keperawatan Jiwa, 2002)
6. Penatalaksnaan
Penataksanaan pada penderita gangguan jiwa dibagi dalam beberapa bentuk:
a. Suasana terapi (Lingkungan terapiutuk)
Yang dimaksud suasana terapi adalah suasana yang diciptakan oleh dokter atau perawat denga klien yang dapat membantu proses penyembuhan klien. Dalam teori keperawatan jiwa hal ini lebih dikenal dengan menciptakan hubungan saling percaya antara perawat dengan klien.
b. Farmakoterapi.
Armakoterapi adalah bentuk penatalaksanaan penderita gangguan jiwa dengan pemberian obat-obatan Anti Psikotik. Pengobatan ini diharapkan mampu memperbaiki keadaan somatik atau biologis tubuh yang berhubungan dengan perubahan perilaku penggunaan obat-obatan anti psikotik dapat mempengaruhi keseimbangan Neurotransmitter pada sistem embolik otak sehingga efek gangguan perilaku seperti halusinasi dan Apatis dapat teratasi.
c. Psikoterapi
Psikoterapi adalah suatu cara pengobatan terhadap masalah emosional seorang pasien yang dilakukan oleh seorang yang terlatih dalam hubungan profesional secara sukarela, dengan maksud hendak menghilangkan, mengubah, atau menghambat gejala-gejala yang ada, mengoreksi perilaku yang terganggu, dan mengembangkan pertunbuhan kepribadian secara positif.
Psikoterapi dilakukan dengan pemberian support kepada klien untuk meningkatkan aspek positif diri. Pada penderita gangguan jiwa dengan perilaku isolasi sosial, bentuk psikoterapi dalam keperawatan yang paling efektif digunakan adalah terapai aktifitas kelompok dengan sosialisasi.(W.F Maramis, 1998).
B. PROSES KEPERAWATAN
Proses keperawatan merupakan suatu metode sistematis dan ilmiah yang digunakan perawat untuk memenuhi kebutuhan klien dalam mencapai atau mempertahankan keadaan biologis, sosial, dan spiritual yang optimal. Proses keperawatan terdiri dari lima tahap yang merupakan siklus dan saling tergantung yang meliputi pengkajian, merumuskan diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
1. Pengkajian
Menurut Budi Anna Keliat,2006 bahwa pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, social, dan spiritual. Hal-hal yang perlu dikaji pada klien menarik diri adalah biodata klien, alas an masuk, keluhan utama, faktor predisposisi, status mental, faktor-faktor psikososial serta mekanisme kopimg yang sering digunakan.
2. Pohon masalah
Pohon masalah klien isolasi sosial menurut Budi Anna Keliat,2005 adalah sebagai berikut:
Defisit perawatan diri; mandi dan berhias
Akibat
Akibat
Ketidakefektifan koping keluarga; ketidakmampuan keluarga merawat klien dirumah
Isolasi sosial
Masalah utama
Gangguan konsep diri; harga diri rendah kronis
Penyebab
Gangguan sensori persepsi Halusinasi
Penyebab
3. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan pada klien dengan isolasi sosial berdasarkan NANDA 2005-2006 sesuai bagan diatas adalah sebagai berikut:
a. Isolasi sosial
b. Gangguan konsep diri harga diri rendah kronis.
c. Defisit perawatan diri
d. Resiko terjadinya Halusinasi
STRATEGI PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa I: Isolasi sosial
A. Pasien
SPIp
1. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien.
2. Mendiskusikan dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain.
3. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian berinteraksi dengan orang lain.
4. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan orang lain.
5. Menganjurkan pasien memasukan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan orang lain dalam kegiatan harian.
SPIIp
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
2. Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekan cara berkenalan dengan orang lain.
3. Membantu pasien memasukan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan harian.
SPIIIp
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
2. Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekan cara berkenalan dengan dua orang atau lebih.
3. Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian.
B. Keluarga
SPIk
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien.
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang dialami pasien beserta proses terjadinya.
3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien isolasi sosial.
SPIIk
1. Melatih keluarga mempraktekan cara merawat pasien dengan isolasi sosial.
2. Melatih keluarga mempraktekan cara merawat lansung kepada pasien isolasi sosial.
SPIIk
1. Membantu keluarga membuat jadwal aktifitas di rumah termasuk minum obat (discharge planning)
2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang.
Diagnosa II: Harga Diri Rendah
A. Pasien
SPIp
1. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dialami pasien.
2. Membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat di gunakan.
3. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai kemampuan klien.
4. Melatih pasien sesuai kemampuan yang dipilih.
5. Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien.
6. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
SPIIp
1. Mengevaluasi jadwal harian pasien.
2. Melatih kemampuan kedua.
3. Menganjurkan pasien memasukkandalam jadwal kegiatan harian.
B. Keluarga
SPIk
1. Mendiskusikan masalah yang di rasakan kelurga dalam merawat pasien.
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala Harga Diri Rendah yang dialami pasien beserta proses terjadinya.
3. Menjelaskan cara merawat pasien Harga Diri Rendah.
4. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
SPIIk
1. Melatih keluarga memprakktekan cara merawat pasien dengan Harga Diri Rendah.
2. Melatih keluarga memprakktekan cara merawat lansung kepada pasien Harga Diri Rendah.
SPIIIk
1. Membantu keluarga membuat jadwa aktifitas dirumah termasuk minum obat (discharge plannig)
2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang.
Diagnosa III: Defisit perawatan diri
A. Pasien
SPIp
1. Menjelaskan pentingnya kebersihan diri.
2. Menjelaskan cara menjaga kebersihan.
3. Membantu pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri.
4. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
SPIIp
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
2. Menjelaskan cara makan yang baik.
3. Membantu pasien mempraktekkan cara makan yang baik.
4. Menganjurkan paien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
SPIIIp
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
2. Menjelaskan cara eliminasi yang baik.
3. Membantu pasien mempraktekkan cara eliminasi yang baik
4. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
B. Keluarga
SPIk
1. .mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien.
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala Defisit Perawatan Diri serta jenis defisit perawatan diri yang dialami pasien beserta proses terjadinya.
3. Menjelaskan cara merawat pasien defisit perawata diri.
SPIIk
1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan defisit perawatan diri.
2. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat langsung kepada pasien defisit perawatan diri.
SPIIIk
1. Membantu keluarga membuat jadwal aktifitas dirumah termasuk minum obat (discharge planning)
2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang.
DIAGNOSA III : GANGGUAN PERSEPSI SENSORI HALISINASI
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN DATA
1. BIODATA
a. Identitas Klien
Nama : Tn. ”M”
Umur : 28 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku Bangsa : Bugus Indonesia
Status Perkawinan : Tidak Kawin
Pendidikan : Tidak Sekolah
Pekerjaan : -
Alamat : Bajoe Kab. Bone
Tanggal Masuk : 22 Desember 2008
Tanggal Pengkajian : 29 Mei 2009
No. Register : 021041
Diagnosa Medik : Isolasi Sosial.
b. Identitas Penanggung
Nama : Tn. “H”
Umur : 45 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Bajoe Kab. Bone
Hubungan dengan pasien : Ayah Kandung.
II. Alasan Masuk Rumah Sakit
Klien dibawa ke Rumah Sakit Dadi oleh Ayahnya pada tanggal 22 Desember 2006, awalnya klien sering menyendiri, melamun, dan suka berjalan keluar rumah tanpa tujuan.
Keluhan Utama
Keadaan klien saat dikaji : Klien tampak menyendiri bersandar ditembok dan kebanyakan tidur dibawah lantai dengan penampilan yang tidak sesuai dan tidak rapi, badan bau, rambut kusam, kuku hitam dan panjang.
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial
Defisit perawatan diri ; mandi dan berhias
III. Faktor Predisposisi
1. Klien pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya dan dirawat di rumah sakit Dadi Makassar dengan kasus yang sama.
2. Klien mengatakan tidak pernah mengalami aniaya fisik, seksual, penolakan, kriminal, dan kekerasan dalam keluarga.
3. Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
4. Klien mengatakan mempunyai pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan yaitu klien ditinggalkan oleh Ibunya yang sudah meninggal sejak 3 tahun yang lalu. Saat ditanya tentang Almarhumah Ibunya, klien hanya terdiam menundukkan kepala dan tampak raut wajahnya sedih.
IV. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda Vital : T :120/80 mm Hg
N : 86x/mnt
S : 36,5ºC
P : 24x/mnt
2. Ukuran : TB dan BB tidak dilakukan pengukuran
3. Keluhan fisik : Gatal-gatal pada kulit dibadan
Masalah keperawatan : Defisit perawatan diri ; mandi
V. Psikososial
a. Genogram
?
45
?
?
?
?
?
?
Ket :
= laki-laki
= perempuan
X = Meninggal Dunia
= Klien yang dirawat
....... = tinggal serumah
= garis perkawinan
= garis keturunan
? = Umur tidak diketahui
Penjelasan gambar :
GI : Kakek dan nenek dari pihak Ayah dan Ibu telah meninggal karena faktor usila.
GII : Ibu Klien meninggal Karna Faktor Usila, Ayahnya dan saudaranya
GIII: Klien dan saudaranya
1. Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien
2. Klien anak ke 3 dari 4 bersaudara
3. Klien tinggal serumah dengan orang tuanya
4. Hubungan klien dengan keluarga kurang baik.
Masalah keperawatan : Koping Keluarga tidak efektif ; Ketidakmampuan.
b. Konsep Diri
1) Citra tubuh :
Klien mengatakan tidak ada yang istimewa pada tubuhnya semuanya biasa-biasa saja.
2) Identitas diri :
Klien menyadari dirinya seorang laki-laki, anak ke 3 dari 4 bersaudara, klien belum menikah.
3) Klien mengatakan sebelum Ibunya meninggal, klien dapat berperan sebagai anak yang penurut, tetapi saat Ibunya sudah meninggal, klien merasa tidak dapat menjalankan perannya lagi dengan baik, karena klien merasa Ibunya adalah satu-satunya orang yang sangat disayang dan dekat dengannya.
4) Ideal diri :
Klien berharap ingin cepat sembuh dan dijemput oleh keluarganya untuk pulang dan berkumpul kembali dengan keluarganya.
5) Harga diri :
Klien kecewa karena keluarganya tidak datang membesuknya dan klien juga merasa tidak berguna dan diharapkan lagi oleh keluarganya.
Masalah keperawatan : Gangguan konsep diri ; Harga diri rendah
c. Hubungan sosial :
1) Orang yang berarti dalam hidupnya adalah Almarhumah Ibunya.
2) Peran serta dalam kegiatan kelompok atau masyarakat : klien mengatakan kurang terlibat dalam kegiatan kelompok sosial masyarakat.
3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain adalah klien mengatakan malas bergaul dengan orang lain dan lebih banyak diam.
Masalah keperawatan : Isolasi sosial.
d. Spiritual :
1) Nilai dan keyakinan : Klien menganut agama Islam dan yakin dengan agama yang dianutnya dan meyakini Allah yang Selalu memberikan Pertolongan.
2) Kegiatan ibadah : Klien mengatakan rajin pergi beribadah di Mesjid sebelum di rumah sakit, namun setelah dirawat di rumah sakit klien lebih tekun dan giat lagi untuk mengikuti terapi Agama.
Masalah Keperawatan : -
VI. Status Mental
a. Penampilan :
Klien nampak kotor, kulit bardaki dan bau keringat, gigi kuning, cara berpakaian tidak sesuai, rambut kusam, kuku hitam dan panjang, gatal-gatal pada kulit badan.
Masalah keperawatan : Defisit perawatan diri.
b. Pembicaraan :
Klien bicara lambat dan hanya sesekali menjawab bila ditanya
Masalah keperawatan : Isolasi sosial.
c. Aktivitas motorik :
Klien selalu duduk termenung di tempat tidurnya, klien lebih banyak diam dan menyendiri, klien tidak bergaul dengan klien lainnya. Klien hanya melakukan aktivitas bila disuruh.
Masalah keperawatan : Kurang motivasi.
d. Alam perasaan :
Klien mengatakan merasa sedih jika ditanya tentang keluarganya, apalagi jika klien menceritakan tentang Ibunya yang sudah meninggal, ekspresi wajah klien tampak sedih.
Masalah keperawatan : Gangguan konsep diri ; harga diri rendah
e. Afek :
Afek klien tumpul, klien bisa berespon dengan stimulus yang kuat baru klien berespon
Masalah keperawatan : Isolasi sosial
f. Interaksi selama wawancara :
Kontak mata Klien kurang dan sering menunduk saat berinteraksi
Masalah keperawatan : Isolasi sosial
g. Persepsi :
Saat Berinteraksi dengan Klien ditemukan adanya Perubahan Persepsi Sensori ; Halusinasi.
Masalah keperawatan : gangguan persepsi sensori Halusinasi.
h. Proses pikir :
Klien menjawab pertanyaan sesuai dengan yang ditanyakan dengan respon lambat tetapi pembicaraan klien kadang tiba-tiba terhenti lalu dilanjutkan kembali ( blocking ).
Masalah keperawatan : Perubahan proses pikir.
i. Isi pikir :
Saat berinteraksi dengan klien tidak ditemukan adanya waham, obsesi dan fobia
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
j. Tingkat kesadaran :
Saat wawancara klien sadar, klien tidak mengalami disorientasi waktu, tempat, dan orang. Klien mampu mengenal waktu ( hari ini ) saat pagi, siang, sore, dan malam hari, tempat dimana dia berada sekarang yaitu di rumah sakit Dadi Makassar dan klien mengenal yang merawat dia adalah mantri dan suster
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah.
k. Memori :
Klien dapat mengingat kejadian masa lalu dan hal yang baru-baru terjadi.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung :
Saat berinteraksi klien tidak dapat berkonsentrasi dan klien tidak mampu berhitung sederhana yaitu misalnya menghitung dari angka 1 sampai 10
Masalah keperawatan : Ketidakmampuan berkonsentrasi dan berhitung
m. Kemampuan penilaian :
Klien mampu menentukan pilihan dengan baik ketika diberikan pilihan seperti duluan mana mandi atau makan, klien menjawab mandi dulu karena kalau mandi akan terasa segar baru makan
n. Daya tilik diri :
Klien menyadari dirinya sakit dan dirawat di rumah sakit Dadi Makassar
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
VII. Mekanisme Koping
Maladaptif : Klien mengatakan jika punya masalah klien memendamnya sendiri dan tidak mau mengungkapkannya kepada orang lain
Masalah keperawatan : Koping individu tidak efektif
Isolasi sosial
VIII. Aspek Medis
1) Diagnosa medis : Skizofrenia
2) Terapi medis : Haloperidol 5 mg 3x1
Chlorpromazine 100 mg 1x1
Trihexypenidil 2 mg 3x1
IX. Daftar Masalah Keperawatan
a. Kerusakan interaksi sosial ; isolasi sosial
b. Defisit perawatan diri ; mandi dan berhias
c. Gangguan konsep diri ; harga diri rendah
d. Berduka disfungsional
e. Perubahan proses pikir
f. Kurang motivasi
g. Koping individu tidak efektif
h. Koping keluarga tidak efektif ; Ketidakmampuan
X. KLASIFIKASI DATA
Data Subyektif :
- Klien mengatakan malas mandi, keramas dan berhias selama berada di rumah sakit.
- Klien mengatakan tidak pernah sikat gigi, potong kuku, dan mengganti baju selama berada di rumah sakit.
- Klien mengatakan tidak mempunyai pakaian untuk mengganti, dan terkadang. semua peralatan mandi hilang diambil orang.
- Klien mengatakan malas dan tidak suka bergaul dengan orang lain.
- Klien mengatakan kurang terlibat dalam kegiatan kelompok sosial masyarakat.
- Klien mengatakan jika punya masalah klien memendamnya sendiri dan tidak mau mengungkapkannya kepada orang lain.
Data Obyektif :
- Klien nampak kotor, kulit bardaki dan bau keringat, rambut kusam, gatal-gatal pada kulit badan.
- Klien nampak giginya kuning, kuku klien panjang dan hitam.
- Penampilan klien tidak rapi, dan berpakaian tidak sesuai.
- Klien nampak mandi tidak memakai sabun, dan tidak mengganti pakaian setelah mandi.
- Klien selalu duduk termenung di tempat tidurnya , klien tidak bergaul dengan klien lainnya.
- Klien hanya melakukan aktivitas bila disuruh.
- Pembicaraan klien kadang tiba-tiba terhenti lalu dilanjutkan kembali ( blocking ).
- Afek klien tumpul, klien bisa berespon dengan stimulus yang kuat baru klien berespon.
- Klien bicara lambat dan hanya sesekali menjawab pertanyaan ketika ditanya.
- Klien tidak mampu memulai pembicaraan.
- Kontak mata klien kurang dan selalu menunduk saat berinteraksi.
B. ANALISA DATA
DATA
MASALAH
1
2
3
1
DS:
§ Klien mengatakan malas dan tidak suka bergaul dengan orang lain.
§ Klien mengatakan kurang terlibat dalam kegiatan kelompok sosial masyarakat.
§ Klien mengatakan jika punya masalah klien memendamnya sendiri dan tidak mau mengungkapkannya kepada orang lain.
DO:
§ Klien selalu duduk termenung di tempat tidurnya , klien tidak bergaul dengan klien lainnya.
§ Klien hanya melakukan aktivitas bila disuruh.
§ Pembicaraan klien kadang tiba-tiba terhenti lalu dilanjutkan kembali (blocking).
§ Afek klien tumpul, klien bisa berespon dengan stimulus yang kuat baru klien berespon.
§ Klien bicara lambat dan hanya sesekali menjawab pertanyaan ketika ditanya.
§ Klien tidak mampu memulai pembicaraan.
§ Kontak mata klien kurang dan selalu menunduk saat berinteraksi.
Isolasi sosial
DS:
§ Klien mengatakan tidak pernah sikat gigi, potong kuku, dan mengganti baju selama berada di rumah sakit.
§ Klien mengatakan tidak mempunyai pakaian untuk mengganti, dan terkadang semua peralatan mandi hilang diambil orang.
§ Klien mengatakan malas mandi, keramas dan berhias selama berada di rumah sakit.
DO:
§ Penampilan klien tidak rapi, dan berpakaian tidak sesuai.
§ Klien nampak mandi tidak memakai sabun, dan tidak mengganti pakaian setelah mandi.
§ Klien nampak giginya kuning, kuku klien panjang dan hitam.
§ Klien nampak kotor, kulit bardaki dan bau keringat, rambut kusam, gatal-gatal pada kulit badan.
§ Penampilan klien tidak rapi, dan berpakaian tidak sesuai.
. Defisit perawatan diri ; mandi dan berhias.
C. POHON MASALAH
Defisit perawatan diri; mandi dan berhias
EFEK
Isolasi sosial
MASALAH UTAMA
Gangguan konsep diri; harga diri rendah kronis
ETIOLOGI
Gangguan konsep diri; harga diri rendah kronis
ETIOLOGI
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit perawatan diri; mandi dan berhias
2. Isolasi sosial
3. Gangguan persepsi sensori Halusinasi
DAFTAR PRIORITAS MASALAH KESEHATAN
Nama : Tn “ A “
Ruangan : Nyiur
No. RM : 04 10 36
Diagnosa Keperawatan
Tanggal Ditamukan
Tanggal Teratasi
Isolasi Sosial
Defisit Perawatan Diri
Gangguan persepsi sensori
29 Mei 2009
29 Mei 2009
29 Mei 2009
CATATAN KEPERAWATAN
Nama : Tn " M "
Ruang : Nyiur
No. RM : 04 10 17
Tgl/Jam
Dx. Kep
SP Pasien
Implementasi
Evaluasi
29/05/2009
09.00
01/06/2009
09.00
02/06/2009
09.00
29/05/2009
11.00
01/06/2009
11.30
02/06/2009
12.00
02/06/2009
12.00
DX. I SPIP
DX. I SPIIP
DX. I SPIIIP
DX. II SPIP
DX.II SPIIP
DX. II SPIIIP
DX. II SPIIIP
Membimbing klien dalam hal berinteraksi
1. Apa yang menyebabkan bapak slalu menyendiri?
2. Apakah bapak bisa menyebutkan keuntungan bila berinteraksi dengan orang lain?
3. Apakah bapak bisa menyebutkan kerugian bila tidak berinteraksi dengan orang lain?
4. Bagaimana kalau kita belajar cara berkenalan dengan satu orang?
Caranya : mengucapkan salam, mengulurkan tangan lalu tanya nama dan nama panggilan.
5. Bagaimana kalau kegiatan ini dimasukkan dalam jadwal harian bapak?
Membimbing klien dalam hal berinteraksi
1. Pak sudah tau cara berkenalan dengan satu orang?
2. Apakah bisa bapak memperagakan berkenalan dengan satu orang? Ulurkan tangan bapak kemudian sebutkan nama dan alamat bapak kemudian tanya nama alamat yang bapak temani berkenalan.
3. Bagaimana kalau latihan berkenalan ini kita masukkan dalam jadwal harian bapak ?
Membimbing klien dalam hal berinteraksi dengan orang lain
.
Pak sudah bisa berkenalan dengan satu orang ?
1. Silahkan pak mempraktekkan lebih dari dua orang
2. Bagaimana kalau latiahan berkenalan dua orang atau lebih dimasukkan dalam jadwal harian bapak?
a. Menjelaskan pentingnya kebersihan dri
b. Menjelaskan cara menjaga kebersihan diri
c. Membantu pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
d. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
a. Menjelaskan pentingnya kebersihan dri
b. Menjelaskan cara menjaga kebersihan diri
c. Membantu pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
d. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Menjelaskan cara makan yang baik
c. Membantu pasien mempraktekkan cara makan yang baik
d. Menganjurkan pasien memasukkan dalam kegiatan harian
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Menjelaskan cara eliminasi yang baik
c. Membantu pasien mempraktekkan cara eliminasi yang baik
d. Mengajarkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
S :
1. Klien mengatakan selalu menyendiri karena malu dan punya banyak masalah
2. Klien mengatakan mau berkenalan dengan orang lain
3. Klien mau memasukkan ke dalam jadwal hariannya.
O :
1. Klien nampak duduk menyendiri di tempat tidurnya
2. Kontak mata kurang dan terkadang menunduk
3. klien menyebutkan keuntungan berinteraksi dengan orang lain.
4. Klien menyebutkan kerugian bila tidak berinteraksi dengan orang lain.
5. Klien berkenalan dengan satu perawat.
A :
1. Klien mampu mengidentifikasi penyebab menyendiri
2. Klien mampu menyebutkan keuntungan berinteraksi dengan orang lain
3. Klien mampu menyebutkan kerugian bila tidak berinteraksi dengan orang lain
4. klien mampu berkenalan dengan orang lain.
P : Lanjutkan Intervensi
1. Evaluasi jadwal harian klien
2. Beri kesempatan pada klien mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang.
3. Bantu klien memasukkan kegiatan latihan berbincang – bincang dengan orang lain sebagai satu jadwal harian.
S :
Saya sudah tahu cara berkenalan dengan satu orang
O :
1. Klien berkenalan dengan satu perawat
2. Kontak mata cukup
A :
Klien mampu mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang.
P : Lanjutkan Intervensi SPIIIP
1. Evaluasi jadwal harian klien
2. Beri kesempatan pada klien mempraktekkan cara cara berkenalan dengan dua orang atau lebih
3. Anjurkan klien memasukkan dalam kegiatan harian klien.
S :
Klien mengatakan sudah mempraktekkan cara berkenalan.
O :
1. Klien masih tampak malu – malu
2. Klien tampak berkenalan dengan satu orang
A :
Klien mampu mempraktekkan berkenalan lebih dua orang orang tapi belum percaya diri.
P :
Pertahankan intervensi SPIIIP
1. Evaluasi jadwal harian pasien
2. Beri kesempatan pad klien mempraktekkan cara berkenalan dua orang atau lebih
3. Anjurkan klien memasukkan dalam jadwal harian klien
S:
- Klien mengatakan malas mandi, keramas dan berhias selama berada di rumah sakit
- Klien mengatakan tidak pernah sikat gigi, potong kuku, dan mengganti baju selama berada di rumah sakit
- Klien mengatakan tidak mempunyai pakaian untuk mengganti, dan terkadang semua peralatan mandi hilang diambil orang.
O:
§ Klien nampak kotor,kulit berdaki dan bau keringat, rambut klien panjang, kulit kepala kotor
§ Klien nampak giginya kuning, kuku klien panjang dan hitam,
§ Penampilan klien tidak rapi, dan berpakaian tidak sesuai.
A:
- Klien mampu mengidentifikasi kebersihan diri mandi dan berhias
- Klien mampu melaksanakan perawatan kebersihan diri
P: Ajarkan cara melakukan perawatan kebersihan diri mandi dan berhias dengan baik.
S:
- Klien mengatakan malas mandi, keramas dan berhias selama berada di rumah sakit
- Klien mengatakan tidak pernah sikat gigi, potong kuku, dan mengganti baju selama berada di rumah sakit
- Klien mengatakan tidak mempunyai pakaian untuk mengganti, dan terkadang semua peralatan mandi hilang diambil orang.
O:
§ Klien nampak kotor,kulit berdaki dan bau keringat, rambut klien panjang, kulit kepala kotor
§ Klien nampak giginya kuning, kuku klien panjang dan hitam,
§ Penampilan klien tidak rapi, dan berpakaian tidak sesuai.
A:
- Klien mampu mengidentifikasi kebersihan diri mandi dan berhias
- Klien mampu melaksanakan perawatan kebersihan diri
P: Ajarkan cara melakukan perawatan kebersihan diri mandi dan berhias dengan baik.
S:
- Klien mengatakan bahwa dirinya tadi pagi sudah makan
- Klien mengatakan makannya diatas meja dan mencuci tangannya sebelum makan
O:
- Klien memperlihatkan sendok yang dipakai makan
- Klien nampak mengingat semua yang diajarkan oleh perawat.
A:
Klien dapat mengikuti semua kegiatan makan dengan baik dan teratur
P:
Ajarkan cara makan dan teratur yang baik
S:
- Klien mengatakan bahwa dirinya tadi pagi sudah BAB dan BAK
- Klien mengatakan BAB dan BAK di WC dan mencuci tangannya sesudah BAB dan BAK
O:
- Klien nampak mengingat semua yang diajarkan oleh perawat.
A:
Klien dapat melakukan BAB dan BAK dengan baik dan pada tempatnya
P:
Ajarkan cara eliminasi dan teratur yang baik.
RENCANA KEPERAWATAN. Tn” M ” DIRUANGAN NYIUR BPRS. DADI MAKASSAR PROP. SUL-SEL
Nama Klien : Tn. “ M ”
No. Register : 04 10 17
Ruangan : Nyiur
TGL
NO
DX
DIAGNOSA KEPERAWATAN
PERENCANAAN
INTERVENSI
RASIONAL
TUJUAN
KRITERIA EVALUASI
1
2
3
4
5
6
7
29 Mei 2009
29 Mei 2009
I
II
Isolasi sosial
Defisit Perawatan diri
TUM :
Perubahan persepsi sensori tidak terjadi
TUK 1 :
Bina hubungan saling percaya
TUK 2 :
Klien dapat menyebutkan penyebab isolasi sosial
TUK 3 :
Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
TUK 4 :
Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap
TUK 5 :
Klien dapat mengungkapkan perasannya setelah berhungan dengan orang lain.
TUM:
Defisit perawatan diri;mandi dan berhias
TUK : I
Klien dapat membina hubungan saling percaya
TUK 2 :
Klien dapat mengenal tentang pentingnya kesehatan khususnya dalam kebersihan diri mandi dan berhias
TUK 3 :
Klien dapat melakukan kebersihan diri mandi dan berhias dengan bantuan perawat
TUK 4 :
Klien dapat melakukan perawatan diri mandi dan berhias secara mandiri
TUK 5 :
Klien dapat memertahankan kebersihan diri mandi dan berhias secara mandiri
TUK 6 :
Klien dapat dukungan keluarga dalam meningkatkan pemeliharaan kebersihan diri mandi dan berhias
1.1 Ekspresi wajah bersahabat, menunjuk rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, klien mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi
2.1 Klien dapat menyebutkan penyebab isolasi sosial yang berasal dari :
1) Diri sendiri
2) Orang lain
3) Lingkungan
3.1. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain
3.2 Klien dapat menyebutkan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
4.1.Klien dapat mendemonstrasikan hubungan sosial secara bertahap antara :
K. P
K-P-K
K-P-Kel
K-P-Klp/Klp/Masy.
5.1 Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain untuk :
- Diri sendiri
- Orang lain
1.1.Ekspresi wajah bersahabat, menunjuk rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, klien mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi
2.1.Klien dapat menjelaskan tentang arti kebersihan diri ;
1) Mandi
2) Makan
3) Berpakaian yang sesuai
4) Berhias
3.1 Klien mau dan mampu melakukan kebersihan diri mandi dan berhias.
4.1 Klien dapat melakukan perawatan kebersihan diri atas motivasi dan inisiatif sendiri
5.1 Klien dapat mengidentifikasi
Kemampuan dan aspek positif yang dimiliki :
1) Kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien
2) Kemampuan memahami arti pentingnya menjaga kebersihan diri mandi dan berhias
6.1 Klien memanfaatkan sistem pendukung yang ada di keluarga
Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi terapeutik :
a. Sapa klien dengan ramah dan baik verbal maupun non verbal.
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien.
2.1.1. Kaji pengetahuan klien tentang isolasi sosial dan tanda – tandanya
2.1.2 Beri kesempatan klien untuk mengunkapkan perasaan penyebab isolasi sosial dan tidak mau bergaul.
2.1.3 Diskusikan ada klien tentang perilaku isolasi sosial, tanda dan penyebab yang muncul.
2.1.4 Berikan pujian pada klien terhadap kemampuan mengungkapkan perasaannya.
3.1.1 Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang lain.
3.1.2 Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaanya tentang keuntungan berhubungan dengan oramg lain.
3.1.3 Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain.
3.1.4 Beri reinforcement positif terhadap kemanpuan mengungkapakan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain.
3.2.1 Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain.
3.2.2 Beri reinforcement positif terhadap kemanpuan mengungkapakan perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
4.1.1 Kaji kemampuan klien dalam membina hubungan dengan orang lain.
4.1.2 Dorong dan bantu klienuntuk berhubungan dengan orang lain.
4.1.3 Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai.
4.1.4 Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan dengan orang lain.
4.1.5 Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu.
5.1.1 Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang lain.
5.1.2 Diskusikan dengan klien tentang perasaan manfat berhubungan dengan orang lain.
5.1.3 Beri reinforcement positif atas kemampuan klien meningkatkan perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain.
Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi terapeutik :
1. Sapa klien dengan ramah dan baik verbal maupun non verbal.
2. Perkenalkan diri dengan sopan
3. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
4. Jelaskan tujuan pertemuan
5. Jujur dan menepati janji
6. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
7. Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien.
2.1.1. Kaji pengetahuan klien tentang arti kebersihan diri dan cara-cara mandi, makan, berpakaian yang sesuai, dan berhias.
2.1.2 Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan arti kebersihan diri dan tujuan memelihara kebersihan diri.
2.1.3 Diskusikan bersama klien tentang fungsi memelihara kesehatan diri dengan menggali pengetahuan klien tentang hal-hal yang berhubungan dengan kebersihan diri mandi, makan, berpakaian yang sesuai, dan berhias.
2.1.4 Berikan pujian atas apa yang telah klien lakukan serta ingatkan klien memelihara kesehatan diri.
3.1.1 Kaji motivasi klien untuk mandi dan berhias, memotong kuku dan merapikan rambut
3.1.2 Bimbing klien untuk mandi dan berhias
3.1.3 Anjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari
3.1.4 Kolaborasi dengan perawat ruangan untuk mengolah fasilitas perawatan kebersihan diri
4.1.1 Monitor klien dalam melaksanakan kebersihan diri mandi dan berhias secara teratur
4.1.2 Ingatkan klien untuk mencuci rambut, menyisir rambut, gosok gigi, ganti baju, dan pakai sandal
5.1.1 Berikan pujian jika klien berhasil melakukan kebersihan diri
6.1.1 Jelaskan kepada keluarga tentang penyebab kurang minatnya klien menjaga kebersihan diri mandi dan berhias
6.1.2 Diskusikan bersama keluarga tentang tindakan yang telah dilakukan klien selama dirumah sakit dalam menjaga
kebersihan diri mandi dan berhias
6.1.3 Jelaskan pada keluarga tentang manfaat sarana yang lengkap dalam menjaga
kebersihan diri mandi dan berhias klien
6.1.4 Anjurkan keluarga untuk menyiapkan sarana dalam menjaga kebersihan diri mandi dan berhias
Saling percaya yang terbina merupakan dasar untuk interaksi selanjutnya
2.1.1 Mengetahui sejauh mana pengetahuan klien tentang isolasi sosial
2.1.2 untuk mengetahu alasan klien isolasi sosial
2.1.3 Meningkatkan pengetahuan klien serta bersama mencari pemecahan masalah kilen.
2.1.4 Meningkatkan harga diri klien sehingga berani bergaul dengan lingkungannya.
3.1.1 Mengetahui sejauh mana pengetahuan klien tentang berhubungan dengan orang lain.
3.1.2 Mengidentifikasi perasaan klien tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain.
3.1.3 Meningkatkan pengetahuan klien tentang perlunya berhubungan dengan orang lain.
3.1.4 Reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri klien.
3.2.1 Mengetahui sejauh mana pengetahuan klien untuk merencanakan tindakan selanjutnya.
3.2.2 Meningkatkan harga diri klien sehingga berani bergaul dengan orang lain.
4.1.1 Mengetahui sejauh mana pengetahuan klien
4.1.2 Klien mungkin dapat mengalami perasaan tidak nyaman, malu dalam berhubungan sehingga perlu dilatih secara bertahap dalam berhubungan dengan orang lain.
4.1.3 Reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri klien.
4.1.4 Klien dapat merasakan manfaat berhubungan dengan orang lain.
4.1.5 Membantu klien dalam menjalani hubungan yang kooperatif
5.1.1 untuk mengetahui sejauh mana hubungan interpersonal klien dengan orang lain.
5.1.2 Mengidentifikasi hambatan yang dirasakan oleh klien
5.1.3 Reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri klien.
Saling percaya yang terbina merupakan dasar untuk interaksi selanjutnya
2.1.1. Pengetahuan klien dapat menjadi dasar dalam rencana tindakan berikutnya
2.1.2. Adanya pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan dapat menimbulkan klien tidak memelihara kebersihan diri.
2.1.3. Dengan dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki, klien dapat mengetahui hal-hal yang dapat dilakukannya
2.1.4. Pemberian pujian dapat meningkatkan harga diri klien
3.1.1 Klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisinya
3.1.2. Klien merasa diperhatikan
3.1.3. Meningkatkan kebersihan diri klien dan memberikan rasa nyaman
3.1.4. Dengan fasilitas yang baik dapat memotivasi klien agar lebih meningkatkan kebersihan diri.
4.1.1. Dengan dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki, klien dapat mengetahui hal-hal yang dapat dilakukannya.
4.1.1. Meningkatkan kesadaran klien tentang pentingnya menjaga dan memelihara kebersihan diri
5.1.1. Pemberian pujian dapat meningkatkan harga diri klien
6.1.1. Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk interaksi selanjutnya
6.1.2. Meningkatkan kesadaran klien tentang pentingnya menjaga kebersihan diri mandi dan berhias
6.1.3 Sarana yang lengkap dapat membantu klien dalam memertahankan pemeliharaan kebersihan diri mandi dan berhias
6.1.4. Keluarga merupakan orang terdekat dengan klien dan merupakan sistem pendukung untuk menolong klien melakukan perawatan dirumah
DAFTAR PUSTAKA
Budi Anna Keliat. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 3.
Jakarta : EGC
Gail w. Stuart. 2007. Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 5. EGC. Jakarta
Gail w. Stuart. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 2. Jakarta : EGC
Iyus Yosep, SKp.,M.Si. 2007. Buku Keperawatan Jiwa.
Suliswati, S.Kp, M.Kes, dkk. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Edisi I. Jakarta : EGC.
Mary c. townsend. 1998 Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta : EGC
Sentosa Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006. (defenisi dan klasifikasi). Prima Medika
Siswanto. 2007. Kesehatan Mental (konsep cakupan dan pekembangannya). Yogyakarta : ANDI
Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC
Kamis, 09 Juli 2009
Petunjuk Pencegahan Penyakti Jantung Dan Stroke
Pada tahun 2002, assosiasi kesehatan jantung amerika serikat (the American Heart Association) melakukan peninjauan ulang tentang petunjuk pencegahan penyakit jantung, yang meliputi hal-hal berikut ini:
Memperbaiki kadar kolesterol, orang-orang dengan sedikitnya dua faktor resiko penyakti jantung dan stroke serta selama 10 tahun beresiko terserang penyakit jantung atau stroke lebih dari 20 % sebaiknya menjaga kadar LDL (Low-density lipoprotein/lemak berbahaya) agar kurang dari 100 mg/dl. Peningkatan kadar HDL (Low-density lipoprotein)menjadi hal penting bagi mereka yang beresiko terserang stroke. Statin merupakan obat penurun lipid yang paling poten diantara berbagai obat penurun lipid lainnya dan saat ini banyak digunakan hampir pada semua kasus.
Pertahankan tekanan darah agar tetap rendah. Orang-orang dengan kesehatan normal sebaiknya mencapai target tekanan darah senilai 139/89 mm Hg atau kurang. Para pasien dengan gangguan kesehatan tertentu, seperti diabetes, sebaiknya mencapai target tekanan darah yang lebih rendah.
Olahraga, setiap orang dengan kondisi kesehatan yang normal sebaiknya melakukan sedikitnya aktifitas fisik ringan sampai sedang dengan durasi waktu minimal 30 menit pada kebanyakan hari-hari dalam satu pekan (4-6 kali aktifitas olahraga dalam satu pekan)
Diet sehat. Setiap orang sebaiknya menciptakan semacam goal/tujuan dengan diet sehat yang seimbang meliputi buah-buahan, sayuran, biji-bijian (nasi, gandum) ikan, kacang-kacangan, tanaman polong, daging unggas, daging yang tidak berlemak, dan produk susu yang rendah lemak. Hinari lemak jenuh (saturated fat) an trans-fatty acids.
Berhenti merokok, serta hindari juga menjadi perokok pasif (second-hand smoke)
Menjaga berat badan. Orang-orang sebaiknya mencapai BMI(body mass indeks-indeks massa tubuh) dengan ukuran BMI sebesar 18,5 sampai 24,9. Pada orang-rang yang mengalami obesitas (kegemukan), mengurangi berat badan hingga mencapai level atau tingkatan BMI diatas dapat mengurangi resiko terserang stroke sebesar 15 % pada laki-laki dan 22 % pada wanita.
Konsumsi aspirin. Orang-orang yang memiliki resiko penyakit jantung selama 10 tahun atau lebih sebaiknya mengkonsumsi aspirin dengan dosis rendah setiap hari (resep dokter), kecuali dikarenakan alasan medis untuk menghindari pemakaian aspirin. Konsumsi aspirin juga bisa membantu mencegah kambuhnya stroke (second stroke-stroke yang kedua kalinya), meskipun hal ini (konsumsi aspirin) belum jelas dalam mencegah stroke yang pertama (first stroke), kecuali mungkin pada psien-pasien dengan TIAs(Transient Ischemic Attack).
Kendalikan diabetes anda. Orang-orang dengan diabetes sebaiknya menetapkan suatu tujuan untuk puasa kadar glukosa darah dan goalnya adalah mencapai 110/mg dan hemoglobin A1C kurang dari 7 % .
Kendalikan Atrial Fibrillation anda (fibrilasi atrial). Orang-orang dengan gangguan ini sebaiknya menggunakan anticoagulan untuk mengurangi resiko timbulnya penggumpalan darah.
Fibrilasi atrial merupakan gangguan irama teratur atau ritme listik jantung yang berdampak mengganggu atrial. Karena gangguan listrik ini menyebabkan kontraksi otot-otot jantung sehingga tidak beraturan dan memompa darah secara tidak efisien. Akibatnya, atrium jantung tidak sepenuhnya mengosongkan darah menuju ke serambi (ventrikel).
Ibu Hamil yang Sehat
- Cukup bertenaga dan bersemangat
- Nafsu makan baik
- Tidak pusing-pusing dan mengalami perubahan penglihatan
- Tidak mual dan muntah-muntah berlebihan
- Tidak merasa panas disaluran kemih ketika buang air kecil
- Tidak ada gatal-gatal di vagina
- Tidak ada duh/cairan vagina yang berbau
- Tidak kesulitan bernafas
- Tidak ada rasa nyeri yang berarti pada perut, punggung dan tungkai
- Tidak ada perdarahan dari vagina
- Tidak ada bengkak pada tangan dan wajah
Pengkajian Terhadap Pasien Trauma
Tujuan
Untuk mengidentifikasi dan mengkaji pasien yang datang dengan cedera traumatic.
Indikasi.
Pasien datang dengan tersangka menderita cedera traumatic.
Peralatan.
Penlight, pencatat trauma.
Prosedur
1.Melakukan pemeriksaan primer :
Pemeriksaan primer merupakan pengkajian awal yang dilakukan oleh perawat UGD.
Keadaan yang mengancam keselamatan jiwa diidentifikasi pertama kali, dan
penatalaksaan secara bersamaan mulai diberikan ;
a.Mempertahankan jalan napas dan imobilisasi servikal spinal adalah prioritas
utama dalam perawatan trauma.
Upaya untuk mempertahankan jalan napas dimulai dengan melakukan jaw trust-chin
lift dan mengeluarkan darah, muntahan, atau kotoran lain untuk membebaskan
jalan napas.
Tipe kebutuhan akan jalan napas pasien ditentukan oleh
status jalan napas pasien. Pemasangan jalan napas oral atau nasal adalah tindakan
tepat bila terdapat masalah jalan napas.
Dilakukan intubasi endotrakeal atau krikotirotomi bila patensi jalan napas
pasien tidak dapat dipertahankan.
Perhatian khusus diberikan terhadap adanya kemungkinan cedera servikal
spinal dan pencegahan terhadap kerusakan yang berlanjut dengan menghindari
hyperfleksi atau hyperekstensi leher.
b. Kaji pernapasan pasien dengan merasakan aliran udara dari mulut dan hidung
pasien.
Dada pasien dibuka untuk mengobservasi adanya usaha pasien untuk bernapas dan
observasi ekspansi simetris bilateral dada.
Lakukan auskultasi terhadap bunyi napas atau suara menghisap pada dinding dada
yang terbuka.
Bila pasien mengalami pernapasan inadekuat, lakukan bantuan napas dengan
ventilasi buatan dengan aliran oksigen yang tinggi.
c. Curah jantung dikaji lebih awal dengan melakukan palpasi nadi terhadap
intensitas atau kekuatan, kualitas, dan
Keteraturan. Adanya nadi perifer menandakan tekanan darah sistolik minimal
8 mm Hg.
2. Melakukan pemeriksaan sekunder :
a. Tengkorak dan wajah diperiksa untuk mengetahui adanya cedera seperti fraktur, trauma pada permukaan, atau karena benda tajam. Mata harus diperiksa terhadap gerakan ekstraokuler, perubahan penglihatan, dan hemoragi subkonjungtiva. Respon dan ukuran pupil dievaluasi kembali. Telinga dan hidung diperiksa untuk mengetahui adanya perdarahan atau kebocoran cairan spinal. Mulut pasien harus dievaluasi untuk mengetahui adanya gigi yang lepas atau maloklusi.
b. Leher harus dipalpasi dan dilihat setelah imobilisasi lengkap. Observasi terhadap trauma, deviasi trakeal, edema, patensi jalan napas, dan distensi vena leher. Lakukan palpasi sepanjang tulang belakang untuk mengetahui adanya nyeri tekan dan empisema kutaneus.
c. Observasi dada terhadap adanya trauma permukaan, pergerakan paradoksal dinding dada, dan retraksi kostal. Palpasi terhadap nyeri tekan, fraktur, dan krepitus. Lakukan auskultasi untuk mengetahui adanya bunyi napas dan bunyi jantung abnormal atau lemah. Periksa kembali nadi dan upaya bernapas untuk mengetahhui perubahan dari pengkajian primer. Evaluasi tekanan darah dan irama jantung.
d. Inspeksi abdomen untuk mengetahui adanya trauma permukaaan, luka ke dalam atu luka terbuka, dan distensi. Lakukan auskultasi bunyi usus pada empat kwadran sebelum dilakukan palpasi. Palpasi abdomen mengacu pada qadanya kekakuan, guarding, nyeri tekan, dan nyeri. Pasien tersangka menderita cedera abdomen dan gangguan tingkat kesadaran mungkin memerlukan lavase peritoneal, tomografi komputerisasi, atau laparotomi eksplorasi untuk menangani cedera intra abdominal. Pemasangan NGT dilakukan untuk memeriksa adanya darah dalam lambung. Kateterisasi uretral mengobservasi dan urinalisis untuk gross hematuri membantu dalam mengevaluasi cedera genitalia.
e. Observasi terhadap edema jaringan, hematoma, atau adanya massa suprapubik pada pelvis dan genitalia. Palpasi pelvis untuk mengetahui adanya ketakstabilan tulang. Pemeriksaan rectum dilakukan untuk mengetahui adanya perdarahan, lokasi prostate, dan tekanan spingter. Observasi terhadap adanya trauma testicular, dan lihat adanya darah pada meatus penile.
f. Evaluasi ekstrimitas terhadap adanya cedera dengan menginspeksi adanya deformitas atau kontusio. Palpasi terhadap adanya nyeri tekan atau kriptus. Indikasi lain adanya trauma musculoskeletal meliputi menurunnya kekuatan, pergerakan yang salah, dan pembengkakan. Adalah penting untuk mengevaluasi kembali esktrimitas secara teratur terhadap warna, pergerakan, dan sensasi. Nadi perifer dan warna kulit harus dibandingkan. Kemungkinan adanya fraktur harus dilakukan splint, imobilisasi, dan di evaluasi dengan rontgen.
g. Semua pasien dengan trauma harus diperiksa secara posterior. Punggung pasien harus dievaluasi untuk mengetahui kelainan yang sama seperti yang didapat saat pemeriksaan sekunder.
h. Evaluasi ulang terhadap tingkat kesadaran dan reaksi serta ukuran pupil sangat penting. Kemudian pemeriksaan nuerologis lebih dalam meliputi respon sensorik dan motorik dari ekstrimitas dilakukan.
Rabu, 08 Juli 2009
ASUHAN KEPERAWATAN COMBUSTIO
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN COMBUSTIO (LUKA BAKAR)
Definisi
Combustio adalah luka yang disebabkan oleh trauma termis, listrik, bahan kimia, dan radiasi yang mengenai kulit maupun jaringan bawah kulit. Seperti yang telah di bahas dalam Prosedur Perawatan Combustio Selain itu menurut Irna Bedah RSUD Dr.Soetomo tahun 2001 Combustio adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam.
Etiologi
1. Luka Bakar Suhu Tinggi(Thermal Burn)
3. Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn)
4. Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury)
Gejala Klinis , Penatalaksanaan , Pathofisiologi
Telah di bahas si postingan saya disini Prosedur Perawatan Combustio
Pathway
Klik DISINI Untuk Pathway atau anda bisa mendownload dalam Bentuk Microsoft Word DI SINI
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Yang Meliputi Pengkajian , Diagnosa Keperawatan, Intervensi Selengkapnya Anda Tinggal MENDOWNLOADNYA dalam format Microsoft Word di link di bawah ini.
Read More
PADA PASIEN COMBUSTIO (LUKA BAKAR)
Definisi
Combustio adalah luka yang disebabkan oleh trauma termis, listrik, bahan kimia, dan radiasi yang mengenai kulit maupun jaringan bawah kulit. Seperti yang telah di bahas dalam Prosedur Perawatan Combustio Selain itu menurut Irna Bedah RSUD Dr.Soetomo tahun 2001 Combustio adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam.
Etiologi
1. Luka Bakar Suhu Tinggi(Thermal Burn)
- Gas
- Cairan
- Bahan padat (Solid)
3. Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn)
4. Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury)
Gejala Klinis , Penatalaksanaan , Pathofisiologi
Telah di bahas si postingan saya disini Prosedur Perawatan Combustio
Pathway
Klik DISINI Untuk Pathway atau anda bisa mendownload dalam Bentuk Microsoft Word DI SINI
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Yang Meliputi Pengkajian , Diagnosa Keperawatan, Intervensi Selengkapnya Anda Tinggal MENDOWNLOADNYA dalam format Microsoft Word di link di bawah ini.
Langganan:
Postingan
(
Atom
)
Blog Archive
-
2016
(1)
- 09/18 - 09/25 (1)
-
2015
(10)
- 10/11 - 10/18 (1)
- 09/13 - 09/20 (1)
- 09/06 - 09/13 (1)
- 07/05 - 07/12 (1)
- 05/17 - 05/24 (6)
-
2014
(1)
- 04/13 - 04/20 (1)
-
2012
(770)
- 02/19 - 02/26 (5)
- 02/12 - 02/19 (10)
- 02/05 - 02/12 (4)
- 01/29 - 02/05 (27)
- 01/22 - 01/29 (88)
- 01/15 - 01/22 (101)
- 01/08 - 01/15 (169)
- 01/01 - 01/08 (366)
-
2011
(4478)
- 12/25 - 01/01 (336)
- 12/18 - 12/25 (62)
- 12/11 - 12/18 (70)
- 12/04 - 12/11 (77)
- 11/27 - 12/04 (40)
- 11/20 - 11/27 (67)
- 11/13 - 11/20 (198)
- 11/06 - 11/13 (187)
- 10/30 - 11/06 (340)
- 10/23 - 10/30 (32)
- 10/16 - 10/23 (109)
- 10/09 - 10/16 (80)
- 08/14 - 08/21 (75)
- 08/07 - 08/14 (81)
- 07/31 - 08/07 (82)
- 07/24 - 07/31 (66)
- 07/17 - 07/24 (91)
- 07/10 - 07/17 (47)
- 07/03 - 07/10 (44)
- 06/26 - 07/03 (53)
- 06/19 - 06/26 (59)
- 06/12 - 06/19 (47)
- 06/05 - 06/12 (65)
- 05/29 - 06/05 (63)
- 05/22 - 05/29 (77)
- 05/15 - 05/22 (115)
- 05/08 - 05/15 (65)
- 05/01 - 05/08 (104)
- 04/24 - 05/01 (45)
- 04/17 - 04/24 (70)
- 04/10 - 04/17 (134)
- 04/03 - 04/10 (72)
- 03/27 - 04/03 (18)
- 03/20 - 03/27 (47)
- 03/13 - 03/20 (68)
- 03/06 - 03/13 (40)
- 02/27 - 03/06 (56)
- 02/20 - 02/27 (77)
- 02/13 - 02/20 (76)
- 02/06 - 02/13 (198)
- 01/30 - 02/06 (194)
- 01/23 - 01/30 (132)
- 01/16 - 01/23 (196)
- 01/09 - 01/16 (202)
- 01/02 - 01/09 (121)
-
2010
(2535)
- 12/26 - 01/02 (156)
- 12/19 - 12/26 (65)
- 12/12 - 12/19 (73)
- 12/05 - 12/12 (84)
- 11/28 - 12/05 (80)
- 11/21 - 11/28 (68)
- 11/14 - 11/21 (63)
- 11/07 - 11/14 (50)
- 10/31 - 11/07 (50)
- 10/24 - 10/31 (36)
- 10/17 - 10/24 (58)
- 10/10 - 10/17 (35)
- 10/03 - 10/10 (31)
- 09/26 - 10/03 (21)
- 09/19 - 09/26 (26)
- 09/12 - 09/19 (55)
- 09/05 - 09/12 (65)
- 08/29 - 09/05 (33)
- 08/22 - 08/29 (70)
- 08/15 - 08/22 (45)
- 08/08 - 08/15 (35)
- 08/01 - 08/08 (37)
- 07/25 - 08/01 (27)
- 07/18 - 07/25 (19)
- 07/11 - 07/18 (30)
- 07/04 - 07/11 (56)
- 06/27 - 07/04 (28)
- 06/20 - 06/27 (22)
- 06/13 - 06/20 (30)
- 06/06 - 06/13 (21)
- 05/30 - 06/06 (5)
- 05/16 - 05/23 (6)
- 05/09 - 05/16 (29)
- 05/02 - 05/09 (59)
- 04/25 - 05/02 (28)
- 04/18 - 04/25 (38)
- 04/11 - 04/18 (70)
- 04/04 - 04/11 (59)
- 03/28 - 04/04 (65)
- 03/21 - 03/28 (89)
- 03/14 - 03/21 (218)
- 03/07 - 03/14 (95)
- 02/28 - 03/07 (135)
- 02/21 - 02/28 (102)
- 01/03 - 01/10 (68)
-
2009
(1652)
- 12/27 - 01/03 (36)
- 12/20 - 12/27 (22)
- 12/13 - 12/20 (100)
- 12/06 - 12/13 (45)
- 11/29 - 12/06 (24)
- 11/22 - 11/29 (22)
- 11/15 - 11/22 (19)
- 11/08 - 11/15 (28)
- 11/01 - 11/08 (11)
- 10/25 - 11/01 (17)
- 10/18 - 10/25 (38)
- 10/11 - 10/18 (33)
- 10/04 - 10/11 (15)
- 09/27 - 10/04 (21)
- 09/20 - 09/27 (7)
- 09/13 - 09/20 (84)
- 09/06 - 09/13 (35)
- 08/30 - 09/06 (48)
- 08/23 - 08/30 (118)
- 08/16 - 08/23 (26)
- 08/09 - 08/16 (34)
- 08/02 - 08/09 (35)
- 07/26 - 08/02 (31)
- 07/19 - 07/26 (14)
- 07/12 - 07/19 (16)
-
07/05 - 07/12
(28)
- PATHWAY TETRALOGI FALLOT
- PROSEDUR PEMBERIAN OKSIGEN (O2)
- Brokoli Keluarkan Toksin dalam Tubuh
- Pemeriksaan Umum Ibu Hamil
- Tips Pencegahan Stroke
- ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN TETRALOGI FALLOT
- KTI ISOLASI SOSIAL
- Petunjuk Pencegahan Penyakti Jantung Dan Stroke
- Ibu Hamil yang Sehat
- Pengkajian Terhadap Pasien Trauma
- ASUHAN KEPERAWATAN COMBUSTIO
- Cara Menghitung Hari Taksiran Persalinan (HTP) dan...
- ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PANKREATITIS
- ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PERICARDITIS
- ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN MYOCARDITIS
- PATHWAY COMBUSTIO
- Cara Mengetahui Perbedaan Primigravida dan Multigr...
- Pemberian Oksigen Pada Pasien
- Tanda-Tanda Penuaan Dini
- Let's Push-Up!
- Therapi Pijat; Terapi Pelengkap dan Alternatif Medis
- Rumus Perhitungan Dosis
- PROSEDUR PENATALAKSANAAN EKLAMPSIA
- Cara Menentukan Umur Kehamilan Post Partum Menurut...
- PATHWAY APPENDICITIS
- ADNEXITIS
- Shingles (Herpes zoster); Proses Penyakit, Penular...
- Bingung Aku
- 06/28 - 07/05 (26)
- 06/21 - 06/28 (76)
- 06/14 - 06/21 (26)
- 06/07 - 06/14 (21)
- 05/31 - 06/07 (43)
- 05/24 - 05/31 (38)
- 05/17 - 05/24 (26)
- 05/10 - 05/17 (52)
- 05/03 - 05/10 (15)
- 04/26 - 05/03 (38)
- 04/19 - 04/26 (32)
- 04/12 - 04/19 (22)
- 04/05 - 04/12 (20)
- 03/29 - 04/05 (40)
- 03/22 - 03/29 (43)
- 03/15 - 03/22 (18)
- 03/08 - 03/15 (14)
- 03/01 - 03/08 (22)
- 02/22 - 03/01 (12)
- 02/15 - 02/22 (9)
- 02/08 - 02/15 (11)
- 02/01 - 02/08 (19)
- 01/25 - 02/01 (37)
- 01/18 - 01/25 (21)
- 01/11 - 01/18 (33)
- 01/04 - 01/11 (31)
-
2008
(700)
- 12/28 - 01/04 (13)
- 12/21 - 12/28 (9)
- 12/14 - 12/21 (57)
- 12/07 - 12/14 (5)
- 11/30 - 12/07 (18)
- 11/23 - 11/30 (33)
- 11/16 - 11/23 (31)
- 11/09 - 11/16 (23)
- 11/02 - 11/09 (18)
- 10/26 - 11/02 (11)
- 10/19 - 10/26 (15)
- 10/12 - 10/19 (13)
- 10/05 - 10/12 (25)
- 09/28 - 10/05 (2)
- 09/21 - 09/28 (14)
- 09/14 - 09/21 (19)
- 09/07 - 09/14 (43)
- 08/31 - 09/07 (3)
- 08/24 - 08/31 (33)
- 08/17 - 08/24 (65)
- 08/10 - 08/17 (4)
- 08/03 - 08/10 (26)
- 07/27 - 08/03 (6)
- 07/20 - 07/27 (19)
- 07/13 - 07/20 (18)
- 07/06 - 07/13 (60)
- 06/29 - 07/06 (53)
- 06/22 - 06/29 (49)
- 06/15 - 06/22 (11)
- 06/08 - 06/15 (4)
Popular Posts
-
ASUHAN KEPERAWATAN IBU NIFAS DENGAN PERDARAHAN POST PARTUM A. PengertianPost partum / puerperium adalah masa dimana tubuh menyesuaikan, baik...
-
KTI KEBIDANAN HUBUNGAN USIA TERHADAP PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSUD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan wanita merupakan hal yang s...
-
Setelah beberapa minggu ini cari materi buat postingan baru, mendadak dapat inspirasi setelah rekan Anton Wijaya menulis di buku tamu Keper...
-
PATHWAY ASFIKSIA NEONATORUM Klik pada gambar untuk melihat pathway Download Pathway Asfiksia Neonatorum Via Ziddu Download Askep Asfiksia N...
-
DEFINISI Ikterus ialah suatu gejala yang perlu mendapat perhatian sungguh-sungguh pada neonatus. Ikterus ialah suatu diskolorasi kuning pa...
-
Metode Kalender atau Pantang Berkala (Calendar Method Or Periodic Abstinence) Pendahuluan Metode kalender atau pantang berkala merupakan met...
-
Pathway Combustio Klik Pada Gambar Untuk melihat pathway Download Pathway Combustio Via Ziddu Tag: Pathways combustio , pathways luka baka...
-
Pathway Hematemesis Melena Klik pada gambar untuk melihat pathway Download Pathway Hematemesis Melena Via Ziddu
-
PROSES KEPERAWATAN KOMUNITAS Pengertian - Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan, merencana...
-
Metode Suhu Basal Tubuh (Basal Body Temperature Method) Suhu tubuh basal adalah suhu terendah yang dicapai oleh tubuh selama istirahat atau ...
© ASUHAN KEPERAWATAN 2013 . Powered by Bootstrap , Blogger templates and RWD Testing Tool Published..Gooyaabi Templates