Sabtu, 19 Juni 2010
INFO TKHI TAHUN 2010 / 1430 H
PERSYARATAN PETUGAS KESEHATAN HAJI TAHUN 2010 / 1430 H
- Warga Negara Indonesia yang beragama Islam baik PNS, TNI, POLRI, PTT maupun Pegawai Instansi Swasta.
- Berbadan sehat, baik fisik maupun mental (surat keterangan sehat dari puskesmas/rs.pemerintah)
- Berusia maksimal 55 tahun kecuali tenaga strategis (keahlian khusus) yang dibutuhkan.
- Mempunyai pendidikan atau keahlian sesuai dengan bidang tugasnya yang dinyatakan
dengan ijazah yang dimiliki calon petugas kesehatan haji. - Memiliki sertifikat ATLS/ACLS/GELS bagi dokter dan sertifikat BTCLS/BTLS/BCLS/PPGD bagi perawat/perawat bidan
- Mempunyai Surat Tanda Registrasi (STR) bagi dokter dan dokter gigi .
- Diutamakan mempunyai kemampuan dan keterampilan operasional komputer MS Word dan MS Excell bagi petugas Sansur dan Rekam Medis, dibuktikan dengan surat keterangan dari atasan langsung
- Diutamakan mempunyai kemampuan dan keterampilan operasional komputer (jaringan, MS Word dan MS Excel) bagi petugas Siskohatkes, dibuktikan dengan surat keterangan dari atasan langsung
- Mempunyai prestasi kerja dan disiplin yang baik,dibuktikan dengan surat keterangan dari atasan langsung (Form 1)
- Bagi petugas kesehatan wanita tidak dalam keadaan hamil pada saat penugasan (Form3)
- Suami istri tidak boleh melamar sebagai petugas kesehatan haji pada musim haji yang sama (Form3 & F.Copy Surat Nikah)
- Surat Izin Suami bagi calon petugas wanita yang menikah dan ditandatangani di atas materai (Form4)
- Bersedia bekerja sesuai jadual yang sewaktu-waktu dapat berubah sesuai kebutuhan (Form5)
http://www.tkhi.depkes.go.id/tkhi/web/index.php?to=registrasi
TUJUH LANGKAH MENCAPAI POTENSI HIDUP YANG MAKSIMAL
Seandainya indonesia sehat
Laporan Pendahuluan Chikungunya
PENDAHULUAN
Chikungunya adalah penyakit yang disebabkan oleh virus chikungunya yang disebarkan ke manusia melalui gigitan nyamuk. Sebagai penyebar penyakit adalah nyamuk Aedes aegypti; juga dapat oleh nyamuk Aedes albopictus. Nama penyakit berasal dari bahasa Swahili yang berarti “yang berubah bentuk atau bungkuk”, mengacu pada postur penderita yang membungkuk akibat nyeri sendi yang hebat. Masa inkubasi berkisar 1-4 hari, merupakan penyakit yang self-limiting dengan gejala akut yang berlangsung 3-10 hari. Nyeri sendi merupakan keluhan utama pasien, yang kadang-kadang berlangsung beberapa minggu sampai bulan. Meskipun tidak pernah dilaporkan menyebabkan kematian, masyarakat sempat dicemaskan karena penyebaran penyakit yang mewabah, disertai dengan keluhan sendi yang mengakibatkan pasien lumpuh. Untuk memahami lebih mendalam, dilakukan review terhadap penyakit ini
EPIDEMIOLOGI
Chikungunya disebarkan/ditularkan kemanusia oleh gigitan nyamuk aedes yang terinfeksi oleh virus Chikungunya. Nyamk terinfeksi dengan virus saat ia menggigit pasien sakit Chikungunya; dan setelah sekitar seminggu, nyamuk dapat menularkan virus saat ia menggigit orang lain yang sehat. Penyakit tidak dapat menularkan langsung dari satu orang ke orang lain. Wabah Chikungunya dapat berjangkit dimana nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albocpictus hidup meliputi daerah tropis terutama daerah perkotaan.
ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
Virus chikungunya merupakan anggota genus Alphavirus dalam family Togaviridae. Strain asia merupakan genotype yang berbeda dengan yang di afrika. Virus Chikungunya disebut juga Arbovirus A Chikungunya Type CHIK, CK. Virus Chikungunya masuk keluarga Togaviridae, genus alphavirus. Virions mengandung satu molekul single standed RNA. Virus dapat menyerang manusia dan hewan. Virions dibungkus oleh lipid membrane; plemorfik; spherical; dengan diameter 70 µm. Pada permukaan envelope didaptkan glycoprotein spikes (terdiri atas 2 virus protein membentuk heterodimer). Nucleopapsids isometric; dengan diameter 40 µm.
Nyamuk
Nyamuk Aedes aegypti berukuran kecil disbanding nyamuk lain: ukuran badan 3-4 mm, berwarna hitam dengan hiasan titik-titik putih dibadannya; dan pada kakinya warna putih melingkar. Nyamuk dapat hidup berbulan-bulan. Nyamuk jantan tidak menggigit manusia, ia makan buah. Hanya nyamuk betina yang menggigit; yang diperlukan untuk membuat telur. Telur nyamuk aedes diletakkan induknya menyebar; berbeda dengan telur nyamuk lain yang dikeluarkan berkelompok. Nyamuk bertelur di air bersih. Telur menjadi pupa dalam beberapa minggu. Nyamuk bila terbang hampir tidak mengeluarkan bunyi; sehingga manusia yang diserang tidak mengetahui kehadirannya; menyerang dari bawah atau dari belakang; terbang sangat cepat. Telur nyamuk Aedes dapat bertahan lama dalam kekeringan (dapat lebih dari 1 tahun). Virus dapat masuk dari nyamuk ke telur; nyamuk dapat bertahan dalam air yang chlorinated. Nyamuk Aedes aegypti merupakan vector Chikungunya (CHIK) virus (alpha virus). Beberapa nyamuk resisten terhadap CHIK virus namun sebagian susceptible. Ternyata Susceptbility gene berada di kromosom 3. Vektor Chikunguya di Asia adalah Aedes aegypti, Aedes albopticus. Di Afrika adalah Aedes furcifer dan Aedes africanus
MANIFESTASI PENYAKIT
Masa inkubasi dari demam Chikungunya 2-4 hari. Viremia dijumpai kebanyakan dalam 48 jam pertama, dan dapat dijumpai sampai 4 hari pada beberapa pasien. Manifestasi penyakit berlangsung 3-10 hari. Virus ini termasuk self limiting diseases alias hilang dengan sendirinya. Namun rasa nyeri sendi mungkin masih tertinggal dalam hitungan minggu sampai bulan. Gejala demam Chikungunya mirip dengan demam berdarah dengue yaitu demam tinggi, menggigil, sakit kepala, mual-muntah, sakit perut, nyeri sendi dan otot, serta bintik-bintik merah dikulit terutama badan dan lengan. Bedanya dengan demam berdarah dengue, pada Chikungunya tidak ada perdarahan hebat, renjatan (syock) maupun kematian. Nyeri sendi ini terutama mengenai sendi lutut, pergelangan kaki serta persendian jari tangan dan kaki. Gejala utama Chikungunya adalah demam tinggi, sakit kepala, punggung, sendi yang hebat, mual, muntah, nyeri mata dan timbulnya rash/ruam kulit. Ruam kulit berlangsung 2-3 hari, demam berlangsung 2-5 hari dan akan sembuh dalam waktu 1 minggu sejak pasien jatuh sakit. Sakit sendi (arthralgia atau arthritis; sendi tangan dan kaki) sering menjadi keluhan utamapasien. Keluhan sakit sendi kadang-kadang masih terasa dalam 1 bulan setelah demam hilang. Penyakit ini merupakan penyakit yang bersifat self limiting (sembuh dengan sendirinya) dan tidak brakibat kematian. Peranh dilaporkan terjadi kerusakan sendi yang dikaitkan dengan infeksi Chikungunya.
DIAGNOSIS BANDING DAN DIAGNOSIS PASTI
Viral arthropaty diketahui dan dijumpai pada beberapa infeksi virus: dengue, O’nyong-nyong, chikungunya, Mayaro, Ross River, Sindbis dan Bermah Forest. Gejala sendi akibat virus ini biasanya hanya berlangsung singkat seminggu, kecuali pada beberapa kasus Chikungunya. Penyakit ini banyak kemiripan dengan demam dengue/DHF; hanya saja: serangan demam lebih singkat; sakit sendi lebih lama dan tidak terjadi kematian. Chikungunya dicurigai bila seseorang menderita demam mendadak, dengan beberapa gejala berikut: sakit sendi, sakit kepala, sakit pinggang/punggung, fotofobia dan rash/ruam kulit; serta dalam seminggu terakhir berada didaerah terjangkit Chikungunya. Diagnosis pasti bila terdapat salah satu hal berikut:
1. Pemeriksaan titer antibody naik 4 kali lipat
2. Isolasi virus
3. Deteksi virus dengan PCR
PROGNOSIS
Penyakit ini bersifat self limiting diseases, tidak pernah dilaporkan kejadian kematian. Keluhan sendi mungkin berlangsung lama. Brighton meneliti pada 107 kasus infeksi Chikungunya, 87,9 % sembuh sempurna; 3,7% mengalami kekakuan sendi atau mild discomfort; 2,8% mempunyai persisten residual joint stiffnes, tetapi tidak nyeri; dan 5,6% mempunyai keluhan sendi yang persisten, kaku dan sering mengalami efusi sendi.
PENGOBATAN
Tidak ada vaksin maupun obat khusus untuk Chikungunya. Dianjurkan istirahat untuk mengurangi keluhan akut. Exercise berat dapat mengkambuhkan gejala sendi. Belum ada obat spesifik untuk membunuh virus penyebab penyakit; pasien yang merasa sakit Chikungunya dapat minum penghilang sakit (analgetik), misalnya parasetamol; namun hindari pemakaian aspirin. Pasien perlu istirahat, minum banyak air dan pemeriksaan diri ke dokter.
PENCEGAHAN
Pencegahan ditujukan untuk mengendalikan nyamuk dan menghindari gigitan nyamuk. Pada saat ini belum ada vaksin di pasaran untuk mencegah Chikungunya.
Tindakan pencegahan Chikungunya di daerah dimana terdapat nyamuk Aedes aegypti adalah menghilangkan tempat dimana nyamuk dapat meletakkan telurnya, terutama pada tempat penyimpanan air buatan, misalnya bak mandi, kolam ikan, ban mobil atau kaleng kosong. Tempat penyimpanan air hujan atau penyimpanan air (kontainer plastik, drum) hendaknya tertutup rapat. Ban mobil bekas, kaleng kosong sebaiknya dimusnahkan. Tempat minum hewan peliharaan/burung dan vas bunga hendaknya dikosongkan atau diganti setidaknya seminggu sekali. Semua upaya tersebut diharapkan dapat membasmi telur nyamuk dan mengurangi jumlah nyamuk di daerah tersebut.Pada wisatawan atau juga penduduk di daerah terjangkit Chikungunya, resiko digigit nyamuk akan berkurang dengan pemasangan air conditioning atau memasang kasa pada jendela atau pintu.
Memakai repelen yang mengandung 20-30% DEET pada kulit tubuh yang terbuka atau pakaian akan mengurangi kemungkinan tergigit nyamuk.
Pencegahan Chikungunya ditekankan pada usaha terus-menerus, berkesinambungan, community based, integrated mosquito control, tidak boleh terlalu mengandalkan insektisida baik untuk jentik nyamuk maupun nyamuk dewasa (chemical larvicide atau adulticide). Pencegahan wabah penyakit memerlukan peran serta masyarakat yang terkoordinasi dalam usaha meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit Chikungunya, serta bagaimana mengenali penyakit dan bagaimana mengendalikan nyamuk yang dapat menularkan/menyebarkan penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Nasronudin, dr., SpPD, K-PTI, “Penyakit Infeksi di Indonesia”, 2007, Air langga University Press, Surabaya
posted by : gayuh
Lemak Jangan Musuhi : lemak juga baik untuk kesehatan
Total Number Technique is (TNT)
Total Number Technique is (TNT) was used to remember numbers. Because the right brain does not know the number or word, it needs to create stories in order to recognize the right brain. For example, you have to remember 007 digits. You can turn it into a story like James Bond (007).
However, not all combinations of numbers are numbers that are known as above. For that, you can make the story his own by turning it into code that can be accepted by the right brain that is in code form or sound. You can change the numbers into code form or sound like the following :
0 = Ball
1 = Pillar
2 = Duck
3 = Ear
4 = Chair
5 = Letter S
6 = Pregnant
7 = Hoe
8 = Glasses
9 = Racquet
Source : http://ncp-nursingcareplans.blogspot.com/2010/03/total-number-technique-is-tnt.html
Jumat, 18 Juni 2010
Askep Penyakit Jantung Rematik
Askep PJR
A. Pengkajian
Tujuan pengkajian adalah mengumpulkan data tentang :
- Fungsi jantung
- Toleransi terhadap aktivitas dan sikap klien terhadap pembatasan aktivitas
- Status nutrisi
- Tingkat ketidaknyamanan
- Gangguan tidur
- Kemampuan klien mengatasi masalah
- Hal-hal yang dapat membantu klien
- Pengetahuan orang tua dan pasien (sesuai usia pasien) tentang pemahaman pasien
- Riwayat penyakit
- Monitor komplikasi jantung
- Auskultasi jantung; bunyi jantung melemah dengan irama derap diastole
- Tanda-tanda vital
- Kaji adanya nyeri
- Kaji adanya peradangan sendi
- Kaji adanya lesi pada kulit
B. Diagnosa Keperawatan
- Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan stenosis katub
Tujuan : COP meningkat
Kriteria Hasil:- Klien menunjukan penurunan dyspnea
- Ikut berpartisipasi dalam aktivitas serta mendemonstrasikan peningkatan toleransi
Intervensi :- Pantau tekanan darah, nadi apikal dan nadi perifer
- Pantau irama dan frekuensi jantung
- Tirah baring posisi semifowler 450
- dorong klien melakukan tehnik managemen stress ( lingkungan tenang, meditasi )
- bantu aktivitas klien sesuai indikasi bila klien mampu
- kolaborasi O2 serta terapi.
- Intoleransi aktivitas b.d penurunan cardiac output, ketidakseimbangan suplai O2 dan kebutuhan
Tujuan : Klien dapat bertoleransi secara optimal terhadap aktivitas
Kriteria :- Respon verbal kelelahan berkurang
- Melakukan aktivitas sesuai batas kemampuannya ( denyut nadi aktivitas tidak boleh lebih dari 90X/menit, tidak nyeri dada )
Intervensi :- Hemat energi klien selama masa akut
- Pertahankan tirah baring sampai hasil laborat dan status klinis membaik
- Sejalan dengan semakin baiknya keadaan, pantau peningkatan bertahap pada tingkat aktivitas
- Buat jadwal aktivitas dan istirahat
- Ajarkan untuk berpartisipasi dalam aktivitas kebutuhan sehai-hari
- Ajarkan pada anak /orang tua bahwa pergerakkan yang tidak disadari adalah dihubungkan dengan korea dan temporer.
- Bila terjadi chorea, lindungi dari kecelakaan, bedrest dan berikan sedasi sesuai program.
- Nyeri b.d respon inflamasi pada sendi (poliarthritis)
Tujuan : tidak terjadi rasa nyeri pada klien
Kriteria Hasil:- Nyeri klien berkurang
- Klien tampak rileks
- Ekspresi wajah tidak tegang
- Klien dapat merasakan nyaman, tidur dengan tenang dan tidak merasa sakit
Intervensi :- Kaji tingkat nyeri dengan menggunakan skala
- Berikan tindakan kenyamanan ( perubahan posisi sering lingkungan tenang, pijatan pungung dan tehnik manajemen stress)
- Minimalkan pergerakkan untuk mengurangi rasa sakit
- Berikan terapi hangat dan dingin pada sendi yang sakit
- Lakukan distraksi misalnya : tehnik relaksasi dan hayalan
- Pemberian analgetik, anti peradangan dan antipiretik sesuai program.
- Rujuk ke terapi fisik sesuai persetujun medik.
Penyakit Jantung Rematik : Definisi, Etiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis --> klik di sini <--
Download Askep Penyakit Jantung Rematik Selengkapnya --> klik di sini <--
PENGARUH KAFEIN TERHADAP KESEHATAN ANAK
Khaidirmuhaj.blogspot.com - Kafein merupakan salah satu zat yang tidak boleh dikonsumsi secara berlebihan, namun zat ini bisa ditemukan dalam berbagai minuman. Lalu bagaimana pengaruh kafein terhadap kesehatan anak-anak?
Sebagian besar orangtua memang tidak akan memberikan anaknya secangkir kopi, tapi tanpa disadari orangtua juga bisa memberikan asupan kafein pada anaknya melalui minuman
Treatments for Hypertension
Treatment begins with prevention. This includes maintaining a healthy weight, not drinking alcohol excessively, not smoking, eating a healthy-healthy diet, and getting regular exercise. These preventive measures are also generally recommended as treatment measures as well.
Not all people can effectively manage their blood pressure by these lifestyle measures alone. For these people oral medications, known as anti-hypertensive drugs, may be prescribed. Individual medications may be used alone or in combination with other medications.
Anti-hypertensive medications include diuretics, also known as "water pills", which lower blood pressure by stimulating the kidneys to flush extra fluid and salt from the body. ACE inhibitors lower blood pressure by preventing the body from making a hormone called angiotensin II, which narrows and tightens blood vessels. Angiotensin II receptor blockers protect blood vessels from the narrowing effects of angiotensin. Beta blockers help the heart to beat slower and less forcefully. Calcium channel blockers block calcium from entering the cells of the heart and blood vessels, resulting in relaxation of the vessels. Alpha blockers decrease nerve impulses that tighten blood vessels. Vasodilators relax and widen the blood vessels walls. Nervous system inhibitors work in the brain to increase messages to the blood vessels to relax and widen them.
Treatment of hypertension also includes addressing underlying causes such as thyroid disease, obesity, and kidney disease. If hypertension is caused by a certain medication, then a dosage adjustment or different medication may be needed.
Complications of hypertension are also treated as appropriate.
Source : http://www.wrongdiagnosis.com
Instrumen Penilaian : Pemberian Oksigen Dengan Nasal Kanul
1. Memberi salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan tindakan
4. Menjelaskan langkah prosedur
5. Menanyakan kesiapan pasien
B. FASE KERJA
1. Mencuci tangan
2. Menyiapkan tabung oksigen dengan manometernya
3. Mengisi aquabidest pada tabung humidifier sesuai batas
4. Mengatur posisi semifowler
5. Membuka flowmeter dengan ukuran 2liter/ menit
6. Memastikan ada aliran udara dengan punggung tangan
7. Memasang kanul pada hidung pasien dengan benar
8. Melakukan fiksasi selang kanul dengan benar
9. Mencuci tangan
C. FASE TERMINASI
1. Melakukan evaluasi
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut
3. Berpamitan
D. PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Ketenangan
2. Melakukan komunikasi terapeutik
3. Menjaga keamanan pasienjj[÷[÷[÷[÷[÷[÷[÷[÷[÷[÷[÷[÷[÷èòÜèòÜèòÜèòÜèòÜèòÜèòÜèòÜèòÜèòÜèòÜèòÜèòÜèòÜèòÜèòÜèòÜèòÜèòÜèòÜèòÜèòÜèòÜèòÜèòÜèòÜèòÜèòÜèòÜèòÜèòÜèòÜèòÜèòÜèòÜèòÜèòÜèòÜèòÜèòÜèò,òÜèòÜèòÉ ,,¨y4 ¨y4 ,,,,,,,, ¹+ ,,,,,,,,,,, ¹+ ,,, ,, ,,,¹,,,¦ ,, ,,,C,,,µ ,,#,,,¢,,,Ù ,, ,,, ,,,õ ,,ÿÿÿÿúÿÿÿ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
Instrumen Penilaian : Anamnesa Riwayat Asma
1. Mengucap salam
2. Memperkenalkan diri
3. Kontrak waktu
4. Menjelaskan tujuan
5. Menanyakan kesiapan pasien
B. FASE KERJA
1. Menanyakan keluhan utama yang dirasakan saat ini
2. Menanyakan sejak kapan ada keluhan sesak nafas
3. Menanyakan kondisi yang memperberat keluhan sesak nafas
4. Menanyakan kondisi yang memperingan keluhan sesak nafas
5. Menanyakan apakah sebelumnya pernah menderita penyakit asma
6. Menanyakan apakah klien merokok
7. Menanyakan apakah klien mempunyai riwayat alergi
8. Menanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit asma
C. FASE TERMINASI
1. Menyampaikan hasil anamnesa
2. Melakukan evaluasi
3. Menyampaikan rencana tindak lanjut
4. Berpamitan
D. PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Ketenangan
2. Menjaga keamanan pasien / perawat
Kamis, 17 Juni 2010
Memasang Kateter
A TAHAP PRE INTERAKSI
- Kaji pasien dan check rencana medis
- Tentukan prosedur dengan kateter langsung atau menetap
- Tentukan tipe dan ukur kateter
- Siapkan alat :
• Foley kateter
• Urin bag
• Sarung tangan disposable
• Sarung tangan steril
• Kom kecil berisi cairan antiseptic
• Jelly
• Spuit 10cc
• Plester
• Bengkok
• Gunting perban/ plester
• Pinset steril
• Perlak
• Duk bolong
• Kapas sublimate
Tahap OrientasiI
• Identifikasi pasien
• Jelaskan prosedur dan tujuan pemberian tindakan kateterisasi
Tahap Kerja
1 Pasang sampiran
2 Dekatkan alat-alat ke dekat pasien
3 Atur lampu atau penerang
4 Atur posisi
a Pasien anak atau pasien tidak sadar dengan bantuan
b Pasien wanita dengan posisi dorsal recumbent
c Pasien laki-laki dengan supine
B Tahap kerja
a Mencuci tangan
b Kenakan sarung tangan disposable
c Membuka pakaian bawah
d Pasang perlak dibawah bokong
e Mendekatkan bengkok dekat bokong
f Pasang duk bolong
g Bersihkan bagian meatus uretra
PADA KLIEN WANITA
a Gunakan tangan tidak dominant untuk membuka labia mayora dengan menggunakan ibu jari dari telunjuk.
b Kemudian bersihkan meatus dengan cairan antiseptic dengan menggunakan pinset dari arah atas ke bawah, dilanjutkandengan labia minora, dan selanjutnya daerah mayora.
PADA KLIEN PRIA
a Pegang penis dengan menggunakan tangan tidak dominant
b Bersihkan daerah meatus dengan cairan antiseptic menggunakan tangan dominant dengan menggunakan pinset.
- Bersihkan meatus dengan gerakan melingkar dari dalam keluar
- Bila peril dilanjutkan bersihkan gland penis dari atas ke bawah.
h Lepaskan earung tangan disposable
i Dekatkan alat dengan klien
j Buka set kateter dan pertahankan daerah steril pada kateter
k Jika drainage bagian masih terpisah, buka dan hubungkan ke kateter
l Kenakan sarung tangan steril
m Pasang kateter ;
PADA KLIEN WANITA
- Masih menggunakan tangan yang tidak dominant, buka kembali labia mayora untuk menemukan meatus uretra
- Dengan tangan dominant, masukan kateter pada meatus uretra ±5 -7.5 cm atau sampai urin keluar.
PADA KLIEN PRIA
- Tegakkan penis dengan posisi 90o, masukkan kateter dengan tangan dominant ±17.5 – 20 cm atau sampai urin keluar.
n Jika menggunakan kateter tetap, masukkan aquabidest ± 20cc
o Fiksasi kateter ke pasien
- Untuk laki-laki di bawah abdomen
- Untuk wanita dipah atau dengan longgar diatas kaki tanpa fiksasi
p Fiksasi urine bag ke tempat tidur
q Atur posisi pasien senyaman mungkin
r Rapihkan alat
s Cuci tangan
C Tahap Terminasi
Evaluasi dengan menggunakan criteria sbb:
- Kateter tetap, drainage lancer atau kateter langsung masuk dan lepaskan tanpaketidaknyamanan
- Pasien merasa nyaman
- Terminasi
D Dokumentasi
1 Tanggal dan jam
2 Tipe dan ukuran kateter
3 Apakah specimen sudah diisi
4 Jumlah urine
5 Deskripsi urine
6 Respon pasien terhadap prosedur.
Up Hecting/ Mengangkat Jahitan
PERSIAPAN ALAT
1 Hekting set
2 Kasa steril/ plester
3 Betadine 10%
4 Bengkok
5 Menjelaskan tindakan
6 Mengatur posisi
7 Mencuci tangan
8 Angkat balutan, lepas plester
9 Balutan dibuang ke bengkok
10 Observasi luka jahitan bila luka kering jahitan dibuka menggunakan pinset cirurgis dan gunting up hekting/ lurus sambil menganjurkan klien untuk menarik nafas dalam.
11 Benang jahitan dibuang kedalam bengkok
12 Tutup luka dengan kasa steril menggunanakan betadine
13 Lalu fiksasi dengan plester
14 Bersihkan alat
15 Mencuci tangan
TUJUH TRIK DIET SUKSES
Nenek Lansia Gairah Masih Menyala
Khaidirmuhaj.blogspot.com, Malam jum'at habis hujan lagi, tapi sayang cuma sendirian..he...he..he... cuma komputer butut yg menemaniku, Sedangkan dhivasiwa & dhika (anak-anakku) serta mantan pacarku sudah pada lelap tertidur, mau dibangunkan kasian juga mungkin kecapean tadi siang habis bersih bersih. daripada gak ada postingan ya itung itung kekagamun pada nenek nenek yang mungkin jarang sekali
PERAWATAN LUKA
PERSIAPAN ALAT
Peralatan steril
1. Pinset anatomis 2bh/ sarung tangan
2. Pinset cirurgis 1bh
3. Kom kecil 2bh
4. Gunting lurus (bila diperlukan)
5. Kasa steril
6. Kapas lidi
7. Betadine 10% dalam tempatnya
8. NaCl 0.9% / rivanol
Peralatan tidak steril
1. Gunting perban
2. Plester / perban gulung
3. Perlak
4. Bengkok
5. Wash bensin
PERSIAPAN PASIEN
1. Menjelaskan tindakan
2. Perhatikan privacy pasien
3. Mengatur posisi
PROSEDUR KERJA
1. Peralatan didekatkan
2. Mencuci tangan
3. Perlak dipasang di daerah yang luka, bengkok di dekatkan (dari arah dalam
keluar) dan bila balutan menggunakan perban dibuka dengan gunting.
4. Balutan dibuang ke bengkok menggunakan pinset cirurgis
5. Pinset cirurgis yang telah dipakai disimpan ke dalam bengkok
6. Bersihkan luka dengan kasa steril yang sudah dibasahi oleh antiseptic (NaCl 0.9%
/ rivanol) menggunakan pinset anatomis dari arah atas ke bawah dan dari dalam ke
luar, kasa kotor dibuang ke bengkok keringkan lika dengan kasa steril sampai
kering, serat kasa jangan sampai melekat pada luka.
7. Luka ditutup dengan kasa yang diberikan betadine 10%, luka ditutup lagi dengan
kasa steril, fiksasi menggunakan plester/ dibalut dengan perban.
8. Mengatur posisi pasien kembali
9. Peralatan dibersihkan/dirapihkan
10. Cuci tangan
11. Catat respon pasien
Symptoms of Hypertension
Despite a general lack of symptoms, uncontrolled hypertension damages the kidney and heart and large and small blood vessels throughout the body. This due to the excessive and ongoing pressure that the blood is putting on the walls of the arteries as it is pumped from the heart throughout the body.
Untreated hypertension can lead to and/or complicate many health problems, including coronary heart disease, stroke, kidney failure and heart failure. Uncontrolled hypertension can also result in a dangerous, even fatal aneurysms, an abnormal "ballooning" of arteries that can rupture. Hypertension can also lead to vision changes and blindness due to bursting of arteries in the eyes.....more about Hypertension »
Pengertian BPH
BPH adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat ( secara umum pada pria lebih tua dari 50 tahun ) menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan pembatasan aliran urinarius ( Doenges, 1999 : 671)
BPH atau disebut tumor prostate jinak adalah pertumbuhan berlebihan dari sel prostate yang tidak ganas. pembesaran prostate jinak akibat sel sel prostate memperbanyak diri melebihi kondisi normal, biasanya dialami laki laki berusia di atas 50 tahun.
BPH adalah hiperplasia kelenjar periuretra yang mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi simpai bedah (capita selecta, edisi 3)
Manifestasi Klinis dan Komplikasi Asma
1. penurunan ketajaman penglihatan.
2. silau.
3. adanya pengemburan seperti mutiara keabuan pada pupil.
4. pandangan kabur/redup.
5. susah melihat dimalam hari.
6. pupil tampak kekuning kuningan, abu abu / putih.
(brunner
Pengertian Katarak
(brunner n suddarth, 2001 : 1996 )
Penyebab katarak antara lain :
1. Akibat proses penuaan.
2. Trauma mata tajam maupun tumpul.
3. Penggunaan kortikosteroid jangka panjang.
4. Penyakit sistemis, seperti diabetes millitusihipoparatirodisme.
5. Pemajanan radiasi.
6. Pemajanan yang lama sinar matahari (sinar uv)
7. Kelainan mata lain seperti uveltis anterior.
( brunner n suddarth, 2001 : 1996)
Rabu, 16 Juni 2010
Askep dengan Intususepsi
Intususepsi adalah invaginasi atau masuknya bagian usus ke dalam perbatasan atau bagian yang lebih distal dari usus (umumnya, invaginasi ileum masuk ke dalam kolon desendens). (Nettina, 2002)
Suatu intususepsi terjadi bila sebagian saluran cerna terdorong sedemikian rupa sehingga sebagian darinya akan menutupi sebagian lainnya hingga seluruhnya mengecil atau memendek ke dalam suatu
Causes of Hypertension
Many factors can affect blood pressure, including :
- How much water and salt you have in your body
- The condition of your kidneys, nervous system, or blood vessels
- The levels of different body hormones
High blood pressure can affect all types of people. You have a higher risk of high blood pressure if you have a family history of the disease. High blood pressure is more common in African Americans than Caucasians. Smoking, obesity, and diabetes are all risk factors for hypertension.
Most of the time, no cause is identified. This is called essential hypertension.
High blood pressure that results from a specific condition, habit, or medication is called secondary hypertension. Too much salt in your diet can lead to high blood pressure. Secondary hypertension may also be due to:
- Adrenal gland tumor
- Alcohol abuse
- Anxiety and stress
- Arteriosclerosis
- Birth control pills
- Coarctation of the aorta
- Cocaine use
- Cushing syndrome
- Diabetes
- Kidney disease, including :
- Glomerulonephritis (inflammation of kidneys)
- Kidney failure
- Renal artery stenosis
- Renal vascular obstruction or narrowing
- Medications
- Appetite suppressants
- Certain cold medications
- Corticosteroids
- Migraine medications
- Hemolytic-uremic syndrome
- Henoch-Schonlein purpura
- Obesity
- Pain
- Periarteritis nodosa
- Pheochromocytoma
- Pregnancy (called gestational hypertension)
- Primary hyperaldosteronism
- Renal artery stenosis
- Retroperitoneal fibrosis
- Wilms' tumor
Source : http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000468.htm
Definisi Ketergantungan Narkotika
zat adiktif adalah suatu bahan yang apabila digunakan dapat menimbulkan kecanduan.
zat psikoaktif adalah suatu bahan atau zat yang bekerja secara selektif terutama pada otak sehingga dapat menimbulkan perubahan perilaku, emosi, persepsi dan kesadaran sistem saraf otak ( psikostimulasia
narkotika adalah suatu zat yang bekerja dengan menekan sistem saraf pusat hingga persepsi nyeri dan respon emosional terhadap nyeri berkurang. zat adaktif ini terdiri dari canabies (ganja), golongan opoid (candu) dan kokain
(stuard, 2000: 96
Selasa, 15 Juni 2010
LAPORAN PENDAHULUAN Askep Acute Nonlymphoid (myelogenous) Leukemia (ANLL atau AML)
Definisi
Acute Nonlymphoid (myelogenous) Leukemia (ANLL atau AML) adalah salah satu jenis leukemia; dimana terjadi proliferasi neoplastik dari sel mieloid (ditemukannnya sel mieloid : granulosit, monosit imatur yang berlebihan). (1,2) AML meliputi leukemia mieloblastik akut, leukemia monoblastik akut, leukemia mielositik akut, leukemia monomieloblastik, dan leukemia granulositik akut.
Penyebab
Seperti halnya leukemia jenis ALL (Acute Lymphoid Leukemia), etiologi AML sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti, diduga karena virus (virus onkogenik). Faktor lain yang turut berperan adalah :
Faktor endogen
Faktor konstitusi seperti kelainan kromosom (resiko terkena AML meningkat pada anak yang terkena Down Sindrom), herediter (kadang-kadang dijumpai kasus leukemia pada kakak beradik atau kembar satu telur).
Faktor eksogen
Seperti sinar X, sinar radioaktif, hormon, bahan kimia (Benzol, Arsen, preparat Sulfat), infeksi (virus, bakteri).
Tanda dan Gejala
Hipertrofi ginggiva
Kloroma spinal (lesi massa)
Lesi nekrotik atau ulserosa perirekal
Hepatomegali dan splenomegali (pada kurang lebih 50% anak)
Manifestasi klinik seperti ALL , yaitu
Bukti anemia, perdarahan, dan infeksi : demam, letih, pucat, anoreksia, petekia dan perdarahan, nyeri sendi dan tulang, nyeri abdomen yang tidak jelas, berat badan menurun, pembesaran dan fibrosis organ-organ sistem retikuloendotelial (hati , limpa, dan limfonodus)
Peningkatan tekanan intrakranial karena infiltrasi meninges : nyeri dan kaku kuduk, sakit kepala, iritabilitas, letargi, muntah, edema papil, koma.
Gejala-gejala sistem saraf pusat yang berhubungan dengan bagian sistem yang terkena; kelemahan ekstremitas bawah, kesulitan berkemih, kesulitan belajar, khususnya matematika dan hafalan (efek samping lanjut dari terapi).
Patofisiologi dan Pathways
Jaringan pembentuk darah ditandai oleh pergantian sel yang sangat cepat. Normalnya, produksi sel darah tertentu dari prekusor sel stem diatur sesuai kebutuhan tubuh. Apabila mekanisme yang mengatur produksi sel tersebut terganggu, sel akan membelah diri sampai ke tingkat sel yang membahayakan (proliferasi neoplastik). Proliferasi neoplastik dapat terjadi karena kerusakan sumsum tulang akibat radiasi, virus onkogenik, maupun herediter.
Sel polimorfonuklear dan monosit normalnya dibentuk hanya dalam sumsum tulang. Sedangkan limfosit dan sel plasma dihasilkan dalam berbagai organ limfogen (kelenjar limfe, limpa, timus, tonsil). Beberapa sel darah putih yang dibentuk dalam sumsum tulang, khususnya granulosit, disimpan dalam sumsum tulang sampai mereka dibutuhkan dalam sirkulasi. Bila terjadi kerusakan sumsum tulang, misalnya akibat radiasi atau bahan kimia, maka akan terjadi proliferasi sel-sel darah putih yang berlebihan dan imatur. Pada kasus AML, dimulai dengan pembentukan kanker pada sel mielogen muda (bentuk dini neutrofil, monosit, atau lainnya) dalam sumsum tulang dan kemudian menyebar ke seluruh tubuh sehingga sel-sel darah putih dibentuk pada banyak organ ekstra medula.
Sedangkan secara imunologik, patogenesis leukemia dapat diterangkan sebagai berikut. Bila virus dianggap sebagai penyebabnya (virus onkogenik yang mempunyai struktur antigen tertentu), maka virus tersebut dengan mudah akan masuk ke dalam tubuh manusia dan merusak mekanisme proliferasi. Seandainya struktur antigennya sesuai dengan struktur antigen manusia tersebut, maka virus mudah masuk. Bila struktur antigen individu tidak sama dengan struktur antigen virus, maka virus tersebut akan ditolaknya. Struktur antigen ini terbentuk dari struktur antigen dari berbagai alat tubuh, terutama kulit dan selaput lendir yang terletak di permukaan tubuh atau HL-A (Human Leucocyte Locus A). Sistem HL-A diturunkan menurut hukum genetik, sehingga etiologi leukemia sangat erat kaitannya dengan faktor herediter.
Akibat proliferasi mieloid yang neoplastik, maka produksi elemen darah yang lain tertekan karena terjadi kompetisi nutrisi untuk proses metabolisme (terjadi granulositopenia, trombositopenia). Sel-sel leukemia juga menginvasi tulang di sekelilingnya yang menyebabkan nyeri tulang dan cenderung mudah patah tulang. Proliferasi sel leukemia dalam organ mengakibatkan gejala tambahan : nyeri akibat pembesaran limpa atau hati, masalah kelenjar limfa; sakit kepala atau muntah akibat leukemia meningeal.
Komplikasi
Gagal sumsum tulang
Infeksi
Koagulasi Intravaskuler Diseminata (KID/DIC)
Splenomegali
Hepatomegali
Pemeriksaan Diagnostik
Hitung darah lengkap (CBC). Anak dengan CBC kurang dari 10.000/mm3 saat didiagnosis, memiliki prognosis paling baik. Jumlah leukosit lebih dari 50.000/mm3 adalah tanda prognosis kurang baik pada anak sembarang umur.
Pungsi lumbal, untuk mengkaji keterlibatan SSP.
Foto thoraks, untuk mendeteksi keterlibatan mediastinum
Aspirasi sumsum tulang, ditemuakannya 25% sel blast memperkuat diagnosis.
Pemindaian tulang atau survei kerangka, mengkaji keterlibatan tulang.
Pemindaian ginjal, hati, dan limpa, mengkaji infiltrat leukemik
Jumlah trombosit, menunjukkan kapasitas pembekuan.
Penatalaksanaan
Protokol pengobatan bervariasi sesuai jenis leukemia dan jenis obat yang diberikan pada anak. Proses remisi induksi pada anak terdiri dari tiga fase : induksi, konsolidasi, dan rumatan. Selama fase induksi (kira-kira 3 sampai 6 minggu) anak menerima berbagai agens kemoterapi untuk menimbulkan remisi. Periode intensif diperpanjang 2-3 minggu selama fase konsolidasi untuk memberantas keterlibatan sistem syaraf pusat dan oragan vital lain. Terapi rumatan diberikan selama beberapa tahun setelah diagnosis untuk memperpanjang remisi. Beberapa obat yang dipakai untuk leukemia anak-anak adalah prednison, vinkristin, asparaginase, metrotreksat, merkaptopurin, sitarabin, alopurinol, siklofosfamid, dan daunorubisin.
isolasi adalah merupakan suatu peningkatan komponen emosional dari pikiram, yg bersifat sementara atau jangka panjang. ( stuart : 153 )
isolasi adalah suatu kerusakan interpersonal yang terjadi akibat kepribadian yg tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptif yang mengganggu fungsi seseorang dalam berhubungan sosial. (depkes RI, 2002 : 114)
Senin, 14 Juni 2010
Askep Acute Nonlymphoid (myelogenous) Leukemia (ANLL atau AML)
- Kaji adanya manifestasi klinik AML (kelelahan, nyeri, pucat, anoreksi, perdarahan, penurunan berat badan, letargi, hipertropi ginggiva, ulserosa perirektal, dll)
- Kaji reaksi anak terhadap kemoterapi : diare, anoreksia, mual, muntah, retensi cairan, hiperuremia, demam, stomatitis, ulkus mulut, alopesia, nyeri, dll
- Kaji adanya tanda dan gejala infeksi : peningkatan leukosit, demam, peningkatan LED
- Kaji adanya tanda dan gejala hemoragi
- Kaji adanya tanda dan gejala komplikasi : somnolens radiasi, gejala SSP, lisis sel.
- Kaji koping anak dan keluarga.
Diagnosa Keperawatan
- Intoleransi aktivitas
- Resiko tinggi infeksi
- Kelebihan volume cairan
- Kerusakan integritas jaringan
- Resiko tinggi perubahan nutrisi
- Resiko tinggi cedera
- Gangguan citra diri
- Ansietas
- Resiko tinggi penurunan curah jantung
- Resiko tinggi keletihan
- Resiko tinggi perubahan pertumbuhan dan perkembangan
- Resiko tinggi perubahan proses keluarga
- Resiko tinggi penatalaksanaan aturan pengobatan yang tidak efektif
Intervensi Keperawatan
- Pantau anak untuk mengetahui reaksi terhadap pengobatan
- Pantau adanya tanda dan gejala infeksi :
- Waspadai bahwa demam adalah tanda yang terpenting dari infeksi
- Obati semua anak seakan-akan mereka semua menderita neutropeni sampai diperoleh hasil test. Isolasi mereka dari pasien klinik lainnya, terutama anak-anak dengan penyakit infeksi, khususnya varisela.
- Minta anak tersebut memakai masker bila bersama dengan orang lain dan bila menderita neutropeni berat ( leukosit kurang dari 1000/mm3).
- Waspadai bahwa jika seorang anak menderita neutropeni, ia tidak boleh menjalani kemoterapi. Anak tsb dapat menerima antibiotik Ivjika demam juga terjadi (lebih banyak pasien yang meninggal karena infeksi daripada karena penyakitnya).
- Pantau adanya tanda dan gejala hemoragi
- Periksa adanya memar dan petekia pada kulit
- Periksa danya mimisan dan gusi berdarah
- Jika diberi suntikan, tekan bekas tusukan lebih lama dari biasanya (kira-kira 3-5 menit) untuk memastikan perdarahan telah berhenti. Perikas lagi untuk memastikan bahwa tidak ada perdarahan lagi.
- Pantau adanya tanda gejala komplikasi
- Somnolens radiasi : dimulai 6 minggu setelah menerima radiasi kraniospinal, anak menunjukkan keletihan berat dan anoreksia selama kira-kira 1-3 minggu. Orang tua sering kali mersa khawatir tentang terjadinya kambuhan pada saat ini dan perlu untuk diyakinkan.
- Gejala SSP : sakit kepala, penglihatan kabur atau ganda, muntah. Gejala-gejala tersebut dapat mengindikasikan keterlibatan SSP.
Gejala pernafasan : batuk, kongesti paru, dispnea. Gejala-gejala tersebut mengindikasikan adanya pneumositis atau infeksi pernafasan lainnya. - Lisis sel : lisis sel yang cepat setelah kemoterapi dapat mempengaruhi kimia darah, mengakibatkan peningkatan Kalsium dan Kalium.
- Pantau adanya kekhawatiran dan ansietas tentang diagnosis kanker dan hubungannya dengan pengobatan; pantau respon emosional seperti marah, menyangkal, kesedihan
- Pantau adanya gangguan dalam fungsi keluarga
- Dasar semua intervensi pada latar belakang budaya, agama pendidikan, dan sosial ekonomi keluarga
- Libatkan saudara kandung sebanyak mungkin dalam perawatan karena mereka sangat prihatin terhadap perubahan yang terjadi pada anak yang sakit dan fungsi keluarga
- Pertimbangkan kemungkinan bahwa saudara kandung merasa bersalah dan disalahkan
- Tingkatkan keutuhan keluarga dengan memberi kebebasan jam kunjung selama 24 jam bagi semua anggota keluarga.
Hasil yang Diharapkan
- Anak mencapai remisi
- Anak bebas dari komplikasi penyakit
- Anak dan keluarga mempelajari tentang koping yang efektif untuk menghadapi hidup dan penatalaksanaan penyakit tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
- Whaley’s and Wong. Essential of Pediatric Nursing. Sixth Edition. USA : Mosby. 2000.
- Betz, CL & Sowden, LA. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Edisi 3. Jakarta : EGC. 2002.
Whaley’s and Wong. Clinical Manual of Pediatric Nursing. Edisi 4. USA : Mosby. 2001. - Joyce Engel. Pengkajian Pediatrik. Edisi 2. Jakarta : EGC. 1999
- Brunner& Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Vol 2. Jakarta : EGC. 2002.
- Guyton. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Edisi III. Jakarta : EGC. 1995
Minggu, 13 Juni 2010
Announcement
Terimakasih
Asuhan Keperawatan Dengan Perilaku Kekerasan
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Perilaku kekerasan adalah keadaan dimana seseorang menunjukkan perilaku yang actual melakukan kekerasan yang ditunjukan pada diri sendiri/oarng lain secara verbal maupun non verbal dan pada lingkungan . marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai ancaman (Stuart dan Sundeen, 1995).
B. ETIOLOGI
Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan factor predisposisi, artinya mungkin terjadi/mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika factor berikut dialami oleh individu:
1. Psikologis
Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat timbu agresif atau amuk. Masa kanak-kanak tidak menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiyaya atau sanksi penganiayaan.
2. Perilaku
Reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering mengobservasi kekerasan dirumah atau diluar rumah, semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.
3. Social budaya
Budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan control social yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan ada menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan dapat diterima (permissive).
4. Bioneurologis
Banyak pendapat bahwa kerusakan system limbic, lobus frontal, lobus temporal dan ketidakseibangan neurotransmitter turut berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan.
C. TANDA DAN GEJALA
a. Fisik
a. Mata melotot/pandangan tajam
b. Tangan mengepal
c. Rahang mengatup
d. Wajah memerah
e. Postur tubuh kaku
b. Verbal
a. Mengancam
b. Mengunpat dengan kata-kata kotor
c. Suara keras
d. Bicara kasar, ketus
c. Perilaku
a. Menyerang orang
b. Melukai diri sendiri/orang lain
c. Merusak lingkungan
d. Amuk/agresif
D. PATOFISIOLOGI
Factor-faktor dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik), keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintai/pekerjaan dan kekerasan merupakan factor penyebab yang lain. Interaksi social yang provokatif dan konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan
E. PATHWAY
Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Perilaku Kekerasan/amuk
Gangguan Harga Diri : Harga Diri Rendah
( Budiana Keliat, 1999)
F. KOMPLIKASI
1. Stroke
2. Gagal ginjal
3. Kebutaan
4. Gagal jantung
Beberapa komplikasi dari hipertensi :
1. Penyakit jantung koroner
2. Gagal jantung
3. Kerusakan pembuluh darah otak dapat berupa pecahnya pembuluh darah (stroke) dan kerusakan dinding pembuluh darah
4. Gagal ginjal
5. Kerusakan pada masa yang dapat menyebabkan gangguan penglihatan sampai kebutaan
G. FOKUS PENGKAJIAN
a. Masalah keperawatan:
1). Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
2). Perilaku kekerasan / amuk
3). Gangguan harga diri : harga diri rendah
b. Data yang perlu dikaji:
1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
1). Data Subyektif :
§ Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
§ Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah.
§ Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
2). Data Objektif :
§ Mata merah, wajah agak merah.
§ Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit, memukul diri sendiri/orang lain.
§ Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
§ Merusak dan melempar barang‑barang.
2. Perilaku kekerasan / amuk
1). Data Subyektif :
§ Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
§ Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah.
§ Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
2). Data Obyektif
§ Mata merah, wajah agak merah.
§ Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
§ Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
§ Merusak dan melempar barang‑barang.
3. Gangguan harga diri : harga diri rendah
1). Data subyektif:
Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
2). Data obyektif:
- Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.
H. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan/amuk.
b. Perilaku kekerasan berhubungan dengan gangguan harga diri: harga diri rendah.
I. FOKUS INTERVENSI
a. Tujuan Umum: Klien tidak mencederai dengan melakukan manajemen kekerasan
b. Tujuan Khusus:
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan:
1.1. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi.
1.2. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
1.3. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
Tindakan:
2.1. Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
2.2. Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel/kesal.
2.3. Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan sikap tenang.
3. Klien dapat mengidentifikasi tanda‑tanda perilaku kekerasan.
Tindakan :
3.1. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat jengkel/kesal.
3.2. Observasi tanda perilaku kekerasan.
3.3. Simpulkan bersama klien tanda‑tanda jengkel/kesal yang dialami klien.
4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Tindakan:
4.1. Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
4.2. Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
4.3. Tanyakan "Apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai ?"
5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
Tindakan:
5.1. Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.
5.2. Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.
5.3. Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.
6. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon thd kemarahan.
Tindakan :
6.1. Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.
6.2. Diskusikan cara lain yang sehat.Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal, berolah raga, memukul bantal/kasur.
6.3. Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal/tersinggung.
6.4. Secara spiritual : berdo'a, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk diberi kesabaran.
7. Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan.
Tindakan:
7.1. Bantu memilih cara yang paling tepat.
7.2. Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.
7.3. Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.
7.4. Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam simulasi.
7.5. Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel/marah.
8. Klien mendapat dukungan dari keluarga.
Tindakan :
8.1. Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melaluit pertemuan keluarga.
8.2. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
9. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program).
Tindakan:
9.1. Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping).
9.2. Bantu klien mengpnakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien, obat, dosis, cara dan waktu).
9.3. Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.
DAFTAR PUSTAKA
Stuart, G.W., dan Sundeen, S.J. (1995). Principles and practice of psychiatric nursing. (5th ed). St. louis : Mosby Year Book.
Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
Keliat Budi Ana, Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino Gonohutomo, 2003
Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP Bandung, 2000
Hati-hati Membedaki Bayi Anda
Khaidirmuhaj.blogspot.com - Dihari Minggu libur yang sangat menyenangkan nggak kemana mana cuma membantu mamanya anak -anak mengurus anak, dari memandikan, membedakin badannya,memakaikan pakaian, sekaligus nyebokin pas bak dan bab. ya hitung-hitung pingin jadi bapak yg bertanggung jawab tapi bukan Suami suami takut isteri he...he..he...tapi dari pada takut salah gimana cara membedakin bayi yang
Blog Archive
-
2016
(1)
- 09/18 - 09/25 (1)
-
2015
(10)
- 10/11 - 10/18 (1)
- 09/13 - 09/20 (1)
- 09/06 - 09/13 (1)
- 07/05 - 07/12 (1)
- 05/17 - 05/24 (6)
-
2014
(1)
- 04/13 - 04/20 (1)
-
2012
(770)
- 02/19 - 02/26 (5)
- 02/12 - 02/19 (10)
- 02/05 - 02/12 (4)
- 01/29 - 02/05 (27)
- 01/22 - 01/29 (88)
- 01/15 - 01/22 (101)
- 01/08 - 01/15 (169)
- 01/01 - 01/08 (366)
-
2011
(4478)
- 12/25 - 01/01 (336)
- 12/18 - 12/25 (62)
- 12/11 - 12/18 (70)
- 12/04 - 12/11 (77)
- 11/27 - 12/04 (40)
- 11/20 - 11/27 (67)
- 11/13 - 11/20 (198)
- 11/06 - 11/13 (187)
- 10/30 - 11/06 (340)
- 10/23 - 10/30 (32)
- 10/16 - 10/23 (109)
- 10/09 - 10/16 (80)
- 08/14 - 08/21 (75)
- 08/07 - 08/14 (81)
- 07/31 - 08/07 (82)
- 07/24 - 07/31 (66)
- 07/17 - 07/24 (91)
- 07/10 - 07/17 (47)
- 07/03 - 07/10 (44)
- 06/26 - 07/03 (53)
- 06/19 - 06/26 (59)
- 06/12 - 06/19 (47)
- 06/05 - 06/12 (65)
- 05/29 - 06/05 (63)
- 05/22 - 05/29 (77)
- 05/15 - 05/22 (115)
- 05/08 - 05/15 (65)
- 05/01 - 05/08 (104)
- 04/24 - 05/01 (45)
- 04/17 - 04/24 (70)
- 04/10 - 04/17 (134)
- 04/03 - 04/10 (72)
- 03/27 - 04/03 (18)
- 03/20 - 03/27 (47)
- 03/13 - 03/20 (68)
- 03/06 - 03/13 (40)
- 02/27 - 03/06 (56)
- 02/20 - 02/27 (77)
- 02/13 - 02/20 (76)
- 02/06 - 02/13 (198)
- 01/30 - 02/06 (194)
- 01/23 - 01/30 (132)
- 01/16 - 01/23 (196)
- 01/09 - 01/16 (202)
- 01/02 - 01/09 (121)
-
2010
(2535)
- 12/26 - 01/02 (156)
- 12/19 - 12/26 (65)
- 12/12 - 12/19 (73)
- 12/05 - 12/12 (84)
- 11/28 - 12/05 (80)
- 11/21 - 11/28 (68)
- 11/14 - 11/21 (63)
- 11/07 - 11/14 (50)
- 10/31 - 11/07 (50)
- 10/24 - 10/31 (36)
- 10/17 - 10/24 (58)
- 10/10 - 10/17 (35)
- 10/03 - 10/10 (31)
- 09/26 - 10/03 (21)
- 09/19 - 09/26 (26)
- 09/12 - 09/19 (55)
- 09/05 - 09/12 (65)
- 08/29 - 09/05 (33)
- 08/22 - 08/29 (70)
- 08/15 - 08/22 (45)
- 08/08 - 08/15 (35)
- 08/01 - 08/08 (37)
- 07/25 - 08/01 (27)
- 07/18 - 07/25 (19)
- 07/11 - 07/18 (30)
- 07/04 - 07/11 (56)
- 06/27 - 07/04 (28)
- 06/20 - 06/27 (22)
-
06/13 - 06/20
(30)
- INFO TKHI TAHUN 2010 / 1430 H
- TUJUH LANGKAH MENCAPAI POTENSI HIDUP YANG MAKSIMAL
- Seandainya indonesia sehat
- Laporan Pendahuluan Chikungunya
- Lemak Jangan Musuhi : lemak juga baik untuk kesehatan
- Total Number Technique is (TNT)
- Askep Penyakit Jantung Rematik
- PENGARUH KAFEIN TERHADAP KESEHATAN ANAK
- Treatments for Hypertension
- Instrumen Penilaian : Pemberian Oksigen Dengan Nas...
- Instrumen Penilaian : Anamnesa Riwayat Asma
- Memasang Kateter
- Up Hecting/ Mengangkat Jahitan
- TUJUH TRIK DIET SUKSES
- Nenek Lansia Gairah Masih Menyala
- PERAWATAN LUKA
- Symptoms of Hypertension
- Pengertian BPH
- Manifestasi Klinis dan Komplikasi Asma
- Pengertian Katarak
- Askep dengan Intususepsi
- NILAI MID KEPERAWATAN STIKES BARAMULI
- Causes of Hypertension
- Definisi Ketergantungan Narkotika
- LAPORAN PENDAHULUAN Askep Acute Nonlymphoid (myelo...
- isolasi adalah merupakan suatu bentuk penyekatan e...
- Askep Acute Nonlymphoid (myelogenous) Leukemia (AN...
- Announcement
- Asuhan Keperawatan Dengan Perilaku Kekerasan
- Hati-hati Membedaki Bayi Anda
- 06/06 - 06/13 (21)
- 05/30 - 06/06 (5)
- 05/16 - 05/23 (6)
- 05/09 - 05/16 (29)
- 05/02 - 05/09 (59)
- 04/25 - 05/02 (28)
- 04/18 - 04/25 (38)
- 04/11 - 04/18 (70)
- 04/04 - 04/11 (59)
- 03/28 - 04/04 (65)
- 03/21 - 03/28 (89)
- 03/14 - 03/21 (218)
- 03/07 - 03/14 (95)
- 02/28 - 03/07 (135)
- 02/21 - 02/28 (102)
- 01/03 - 01/10 (68)
-
2009
(1652)
- 12/27 - 01/03 (36)
- 12/20 - 12/27 (22)
- 12/13 - 12/20 (100)
- 12/06 - 12/13 (45)
- 11/29 - 12/06 (24)
- 11/22 - 11/29 (22)
- 11/15 - 11/22 (19)
- 11/08 - 11/15 (28)
- 11/01 - 11/08 (11)
- 10/25 - 11/01 (17)
- 10/18 - 10/25 (38)
- 10/11 - 10/18 (33)
- 10/04 - 10/11 (15)
- 09/27 - 10/04 (21)
- 09/20 - 09/27 (7)
- 09/13 - 09/20 (84)
- 09/06 - 09/13 (35)
- 08/30 - 09/06 (48)
- 08/23 - 08/30 (118)
- 08/16 - 08/23 (26)
- 08/09 - 08/16 (34)
- 08/02 - 08/09 (35)
- 07/26 - 08/02 (31)
- 07/19 - 07/26 (14)
- 07/12 - 07/19 (16)
- 07/05 - 07/12 (28)
- 06/28 - 07/05 (26)
- 06/21 - 06/28 (76)
- 06/14 - 06/21 (26)
- 06/07 - 06/14 (21)
- 05/31 - 06/07 (43)
- 05/24 - 05/31 (38)
- 05/17 - 05/24 (26)
- 05/10 - 05/17 (52)
- 05/03 - 05/10 (15)
- 04/26 - 05/03 (38)
- 04/19 - 04/26 (32)
- 04/12 - 04/19 (22)
- 04/05 - 04/12 (20)
- 03/29 - 04/05 (40)
- 03/22 - 03/29 (43)
- 03/15 - 03/22 (18)
- 03/08 - 03/15 (14)
- 03/01 - 03/08 (22)
- 02/22 - 03/01 (12)
- 02/15 - 02/22 (9)
- 02/08 - 02/15 (11)
- 02/01 - 02/08 (19)
- 01/25 - 02/01 (37)
- 01/18 - 01/25 (21)
- 01/11 - 01/18 (33)
- 01/04 - 01/11 (31)
-
2008
(700)
- 12/28 - 01/04 (13)
- 12/21 - 12/28 (9)
- 12/14 - 12/21 (57)
- 12/07 - 12/14 (5)
- 11/30 - 12/07 (18)
- 11/23 - 11/30 (33)
- 11/16 - 11/23 (31)
- 11/09 - 11/16 (23)
- 11/02 - 11/09 (18)
- 10/26 - 11/02 (11)
- 10/19 - 10/26 (15)
- 10/12 - 10/19 (13)
- 10/05 - 10/12 (25)
- 09/28 - 10/05 (2)
- 09/21 - 09/28 (14)
- 09/14 - 09/21 (19)
- 09/07 - 09/14 (43)
- 08/31 - 09/07 (3)
- 08/24 - 08/31 (33)
- 08/17 - 08/24 (65)
- 08/10 - 08/17 (4)
- 08/03 - 08/10 (26)
- 07/27 - 08/03 (6)
- 07/20 - 07/27 (19)
- 07/13 - 07/20 (18)
- 07/06 - 07/13 (60)
- 06/29 - 07/06 (53)
- 06/22 - 06/29 (49)
- 06/15 - 06/22 (11)
- 06/08 - 06/15 (4)
Popular Posts
-
ASUHAN KEPERAWATAN IBU NIFAS DENGAN PERDARAHAN POST PARTUM A. PengertianPost partum / puerperium adalah masa dimana tubuh menyesuaikan, baik...
-
KTI KEBIDANAN HUBUNGAN USIA TERHADAP PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSUD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan wanita merupakan hal yang s...
-
Setelah beberapa minggu ini cari materi buat postingan baru, mendadak dapat inspirasi setelah rekan Anton Wijaya menulis di buku tamu Keper...
-
PATHWAY ASFIKSIA NEONATORUM Klik pada gambar untuk melihat pathway Download Pathway Asfiksia Neonatorum Via Ziddu Download Askep Asfiksia N...
-
DEFINISI Ikterus ialah suatu gejala yang perlu mendapat perhatian sungguh-sungguh pada neonatus. Ikterus ialah suatu diskolorasi kuning pa...
-
Metode Kalender atau Pantang Berkala (Calendar Method Or Periodic Abstinence) Pendahuluan Metode kalender atau pantang berkala merupakan met...
-
Pathway Combustio Klik Pada Gambar Untuk melihat pathway Download Pathway Combustio Via Ziddu Tag: Pathways combustio , pathways luka baka...
-
Pathway Hematemesis Melena Klik pada gambar untuk melihat pathway Download Pathway Hematemesis Melena Via Ziddu
-
PROSES KEPERAWATAN KOMUNITAS Pengertian - Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan, merencana...
-
Metode Suhu Basal Tubuh (Basal Body Temperature Method) Suhu tubuh basal adalah suhu terendah yang dicapai oleh tubuh selama istirahat atau ...
© ASUHAN KEPERAWATAN 2013 . Powered by Bootstrap , Blogger templates and RWD Testing Tool Published..Gooyaabi Templates