Sabtu, 29 Agustus 2009
Materi Kesehatan: Konsep Praktek Klinik Keperawatan
PERJALANAN PENYAKIT HIV/AIDS
Perjalanan penyakit HIV merupakan perjalanan interaksi HIV dengan sistem imun tubuh yang terbagi dalam tiga fase yang menunjukkan terjadinya interaksi virus dan hospes yaitu fase permulaan/akut, fase pertengahan/kronik dan fase terakhir/krisis (Mitchell and Kumar).
Fase akut menandakan respon imun tubuh yang masih imunokompeten terhadap infeksi HIV. Secara klinis, fase tersebut ditandai oleh gejala yang sembuh dengan sendirinya yaitu 3 sampai 6 minggu setelah terinfeksi HIV. Gejalanya berupa radang tenggorokan, nyeri otot (mialgia), demam, ruam kulit, dan terkadang radang selaput otak (meningitis asepsis). Produksi virus yang tinggi menyebabkan viremia (beredarnya virus dalam darah) dan penyebaran virus ke dalam jaringan limfoid, serta penurunan jumlah sel T CD4+. Beberapa lama kemudian, respon imun spesifik terhadap HIV muncul sehingga terjadi serokonversi. Respon imun spesifik terhadap HIV diperantarai oleh sel T CD8+ (sel T pembunuh, T sitotoksik cell) yang menyebabkan penurunan jumlah virus dan peningkatan jumlah CD4+ kembali. Walaupun demikian, penurunan virus dalam plasma tidak disertai dengan berakhirnya replikasi virus. Replikasi virus terus berlangsung di dalam makrofag jaringan dan CD4+ (Mitchell and Kumar, ; Saloojee and Violari,).
Fase kronik ditandai dengan adanya replikasi virus terus menerus dalam sel T CD4+ yang berlangsung bertahun-tahun. Pada fase kronik tidak didapatkan kelainan sistem imun. Penderita dapat asimptomatik (tanpa gejala) atau mengalami limfadenopati persisten (pembesaran kelenjar getah bening) dan beberapa penderita mengalami infeksi oportunistik minor seperti infeksi jamur. Penurunan sel T CD4+ terjadi terus menerus, tetapi masih diimbangi dengan kemampuan regenerasi sistem imun. Setelah beberapa tahun, sistem imun tubuh mulai melemah, sementara replikasi virus sudah mencapai puncaknya sehingga perjalanan penyakit masuk ke fase krisis. Tanpa pengobatan, penderita HIV akan mengalami sindrom AIDS setelah fase kronik dalam jangka waktu 7 sampai 10 tahun (Mitchell and Kumar; Saloojee and Violari).
Fase krisis ditandai dengan hilangnya kemampuan sistem kekebalan tubuh. Peningkatan jumlah virus dalam darah (viral load) dan gejala klinis yang berarti. Penderita mengalami demam lebih dari 1 bulan, lemah, penurunan berat badan dan diare kronis. Hitung sel T CD4+ berkurang sampai dibawah 500/µL. Penderita juga akan rentan terhadap infeksi oportunistik mayor, neoplasma (kanker) tertentu dan manifestasi neurologis sehingga dikatakan penderita mengalami gejala AIDS yang sebenarnya (Mitchell and Kumar, ; Saloojee and Violari).
Faktor yang mempengaruhi perjalanan HIV/AIDS meliputi faktor hospes dan virus. Faktor hospes mencakup umur dan faktor genetik. Pada usia anak, AIDS akan berjalan lebih progresif, selain itu viral load akan lebih tinggi dan infeksi bakteri atau infeksi oportunistik akan lebih sering dibandingkan pada orang dewasa. Faktor virus mencangkup virulensi yang dipengaruhi oleh gen virus tertentu, misalnya gen nef (Hogan et al; Learmont et al).
MEKANISME KESEIMBANGAN POSTURAL PADA LANSIA
Mekanisme Keseimbangan Postural
Menurut (Suhartono, 2005), mekanisme keseimbangan postural membutuhkan kerjasama dan interaksi dari tiga komponen, yaitu:
Sistem Sensori Perifer
Sistem sensori utama terkait dengan keseimbangan postural meliputi sistem visual, vestibular dan proprioseptif (Suhartono,). Gangguan visual yang dapat meningkatkan resiko jatuh, misalnya katarak (Hazzard,). Manula umumnya mengalami perubahan struktur mata. Salah satu nya adalah atropi dan hialinisasi pada muskulus siliaris yang dapat meningkatkan amplitudo akomodasi. Hal ini dapat meningkatkan ambang batas visual sehingga dapat mematahkan impuls afferen yang kemudian dapat menurunkan visual manula, dan pada akhirnya akan mempengaruhi keseimbangan postural mereka. Selain itu juga terjadi perubahan lapang pandang, penurunan tajam penglihatan, sensitivitas penglihatan kontras akibat berkurangnya persepsi kontur dan jarak. Penurunan tajam penglihatan terjadi akibat katarak, degenerasi makuler, dan penglihatan perifer menghilang (Gunarto, ). Reseptor visual ini memberikan informasi tentang orientasi mata dan posisi tubuh atau kepala terhadap kondisi lingkungan di sekitarnya. Gangguan keseimbangan akan tampak lebih jelas lagi jika impuls afferen untuk visual ditiadakan, misalnya pada saat mata tertutup, maka kelihatan ayuanan tubuh (sway) menjadi berlebihan (Suhartono).
Gangguan fungsi vestibular, misalnya vertigo. Faktor predisposisi dari munculnya gangguan fungsi vestibular meliputi infeksi pendengaran, bedah telinga (ear surgery), aminoglyosides, quinidine, dan furosemid (Hazzard, ). Pada sistem vestibular terjadi degenerasi sel-sel rambut dalam macula sebesar 40% dan sel syaraf. Proses degeneratif di dalam otolit sistem vestibuler dapat menyebabkan vertigo posisisonal dan ketidakseimbangan waktu berjalan (Gunarto,). Organ vestibular memberikan informasi ke CNS tentang posisi dan gerakan kepala serta pandangan mata melalui reseptor makula dan krista ampularis yang terdapat di telinga dalam (Suhartono,).
Gangguan proprioseptif, misalnya neuropati perifer dan servical degenerative disease (Hazzard). Susunan proprioseptif ini memberikan informasi ke CNS tentang posisi tubuh terhadap kondisi di sekitarnya (eksternal) dan posisi antara segmen badan badan itu sendiri (internal) melalui reseptor-reseptor yang ada dalam sendi, tendon, otot, ligamentum dan kulit seluruh tubuh terutama yang ada pada kolumna vertebralis dan tungkai. Informasi itu dapat berupa tekanan, posisi sendi, tegangan, panjang, dan kontraksi otot (Suhartono, ). Manula mengalami penurunan proprioseptif (Pudjiastuti, ). Hal ini dapat meningkatkan ambang batas rangsang muscle spindle, sehingga dapat mematahkan umpan balik afferen dan secara berurutan dapat mengubah kewaspadaan tentang posisi tubuh keadaan ini dapat menimbulkan gangguan keseimbangan postural (Suhartono).
Sistem Saraf Pusat (SSP).
Sistem ini dibutuhkan dalam memelihara respon postural. Central Nerves System (CNS) melalui jaras-jarasnya menerima informasi sensoris perifer dari sistem visual, vestibular, dan proprioseptif di gyrus post central lobus parietal kontralateral. Selanjutnya infomasi ini diproses dan diintegrasikan pada semua tingkat sistem syaraf. Akhirnya dalam waktu latensi ± 150 mdet akan terbentuk suatu respon postural yang benar secara otomatis dan akan diekspresikan secara mekanis melalui efektor dalam suatu rangkaian pola gerakan tertentu. Tetapi pada aktivitas dengan pola baru yang belum pernah disimpan dalam otak, maka reaksi keseimbangan tubuh perlu dipelajari dan dilatih sampai reaksi tersebut dapat dilakukan dengan tanpa perlu berfikir lagi. Proses kontrol postural pada CNS dimulai dari:
Persepsi sensoris ? Perencanaan motorik ? Pelaksanaan motorik ke perifer (Suhartono).
Sistem efektor.
Tugas utama dari sistem efektor adalah mempertahankan pusat gravitasi tubuh / Center Of Gravitation (COG). Dimana tugasnya meliputi duduk, berdiri, atau berjalan. Dalam posisi berdiri respon motor (effector) mempertahankan atau menyokong sikap dan keseimbangan, yang disebut muscle synergies (Guccione).
Gerakan dilakukan oleh suatu kelompok sendi dan otot dari kedua sisi tubuh, maka komponen efektor yang normal harus ada supaya dapat melakukan gerakan keseimbangan postural yang normal. Komponen efektor yang dibutuhkan adalah LGS (Lingkup Gerak Sendi), kekuatan dan ketahanan (endurance) dari kelompok otot kaki, pergelangan kaki, lutut, pinggul, punggung, leher, dan mata. Gangguan pada komponen efektor akan mempengaruhi kemampuan dalam mengontrol postur sehingga akan terjadi gangguan keseimbangan postural (Suhartono).
Sedangkan menurut (Nugroho) Stabilitas atau keseimbangan tubuh ditentukan atau dibentuk oleh:
Sistem Sensorik
Pada sistem ini yang berperan di dalamnya adalah penglihatan (visus) dan pendengaran. Semua gangguan atau perubahan pada mata akan menimbulkan gangguan pengelihatan. Gangguan pengelihatan yang dimaksud meliputi presbiop, kelainan lensa mata ( refleksi lensa mata kurang), kekeruhan pada lensa (katarak), tekanan dalam mata yang meninggi (glaukoma), dan radang saraf mata. Begitu pula semua penyakit telinga akan menimbulkan gangguan pendengaran. Gangguan pendengaran yang dimaksud meliputi kelainanan degeneratif (otosklerusis) dan ketulian pada lanjut usia yang seringkali dapat menyebabkan kekacauan mental.
Sistem Saraf Pusat (SSP).
Menurut Tinneti penyakit SSP seperti stroke dan parkinson hidrosefalus tekanan normal, sering diderita oleh lanjut usia dan menyebabkan gangguan fungsi SSP sehingga berespon tidak baik terhadap input sensorik.
Kognitif
Pada beberapa penelitian, demensia diasosiasikan dengan meningkatnya resiko jatuh.
Muskuloskeletal.
Faktor ini betul-betul berperan besar terjadinya jatuh terhadap lanjut usia (faktor murni milik lanjut usia). Gangguan muskuloskeletal menyebabkan gangguan gaya berjalan (gait) dan ini berhubungan dengan proses menua yang fisiologis.
PERUBAHAN SISTEM TUBUH LANSIA
Perubahan fisik.
- Sel.
Pada lansia jumlah selnya akan lebih sedikit, dan ukurannya akan lebih besar, cairan tubuh dan cairan intraseluler akan berkurang, menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati. Jumlah sel otak menurun, terganggunya mekanisme perbaikan sel, dan otak menjadi atrofi beratnya berkurang 5-10%.
- Sistem Persyarafan.
Berat otak menurun 10-20%, hubungan persyarafan cepat menurun, lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stres, mengecilnya saraf panca indera, dan kurang sensitif terhadap sentuhan.
- Sistem Pendengaran.
Presbiakusis (gangguan pada pendengaran), membrana timpani menjadi atrofi, terjadi pengumpulan serumen dan mengeras karena peningkatan keratin, pendengaran menurun pada manula yang mengalami ketegangan jiwa/stres.
- Sistem Penglihatan.
Timbul sklerosis pada sfingter pupil dan hilangnya respon terhadap sinar, kornea lebih berbentuk sferis (bola), lensa lebih suram (keruh) dapat menyebabkan katarak, meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, dan susah melihat dalam cahaya gelap, hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang pandang, dan menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau pada skala.
- Sistem Kardiovaskuler.
Elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya. Kehilangan elastisitas pembluh darah, kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, sering terjadi postural hipotensi, tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer.
- Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh.
Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologik ± 35ºC ini akibat metabolisme yang menurun, keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot.
- Sistem Respirasi.
Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya aktivitas dari silia, paru-paru kehilangan elastisitas sehingga kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun, dan kedalaman bernafas menurun. Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang, O2 pada arteri menurun menjadi 75 mmHg, kemampuan untuk batuk berkurang, penurunan kekuatan otot pernafasan.
- Sistem Gastrointestinal.
Kehilangan gigi, indra pengecap menurun, esofagus melebar, sensitifitas lapar menurun, asam lambung dan waktu pengosongan lambung menurun. Paristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi. Fungsi Absorbsi menurun. Liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, serta berkurangnya aliran darah.
- Sistem Genitourinaria.
Ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%, fungsi tubulus berkurang (akibatnya kurangnya kemampuan mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun, proteinria biasanya +1), BUN (Blood Urea Nitrogen) meningkat sampai 21 mg%, nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat. Vesika urinaria otot-ototnya melemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml dan menyebabkan frekuensi buang air kecil meningkat, VU sulit dikosongkan sehingga meningkatnya retensi urin. Pembesaran prostat ±75% pada pria usia 65 tahun keatas.
- Sistem Endokrin
Produksi dari ACTH, TSH, FSH, dan LH menurun, menurunnya aktivitas tiroid, menurunnya BMR (Basal Metabolic Rate), dan menurunnya daya pertukaran gas, menurunnya produksi aldosteron, menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya progesteron, esterogen, dan testosteron.
- Sistem Integumen.
Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak, permukaan kulit kasar dan bersisik, menurunnya respon terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit menurun, kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu, rambut dalam hidung dan telinga menebal, berkurangnya elastisitas akibat dari menurunnya cairan dan vaskularisasi, pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk, kelenjar keringat berkurang jumlahnya dan fungsinya, kuku menjadi pudar dan kurang bercahaya.
- Sistem Muskuloskeletal.
Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh, kifosis, persendian membesar dan menjadi kaku, tendon mengkerut dan mengalami sklerosis, atrofi serabut otot sehingga gerak seseorang menjadi lambat, otot-otot kram dan menjadi tremor.
STRUKTUR DAN PERKEMBANGBIAKAN HIV
Virion HIV berbentuk sferis (lonjong) dan memiliki inti berbentuk kerucut, dikelilingi oleh selubung lipid yang berasal dari membran sel hospes. Inti virus mengandung protein kapsid terbesar yaitu p24, protein nukleokapsid p7/p9, dua kopi RNA genom, dan tiga enzim virus yaitu protease, reverse transcriptase dan integrase (Gambar 1). Protein p24 adalah antigen virus yang cepat terdeteksi dan merupakan target antibodi dalam tes screening HIV. Inti virus dikelilingi oleh matriks protein p17, yang merupakan lapisan dibawah selubung lipid. Sedangkan selubung lipid virus mengandung dua glikoprotein yang sangat penting dalam proses infeksi HIV dalam sel yaitu gp120 dan gp41. Genom virus yang berisi gen gag, pol, dan env yang akan mengkode protein virus. Hasil translasi berupa protein prekursor yang besar dan harus dipotong oleh protease menjadi protein mature (Mitchell and Kumar).
Meskipun berbagai sel dapat menjadi target dari HIV, ada dua target utama infeksi HIV yaitu sistem imunitas tubuh dan sistem saraf pusat (Mitchell and Kumar, Fauci et al.,Cornain dkk.) tetapi virion HIV cenderung menyerang limfosit T. Jumlah limfosit T penting untuk menentukan progresifitas penyakit infeksi HIV ke AIDS (McCloskey; Drew,). Sel T yang terinfeksi tidak akan berfungsi lagi dan akhirnya mati. Infeksi HIV ditandai dengan adanya penurunan drastis sel T dari darah tepi (Mitchell and Kumar; Fauci et al.; Hogan et al., ).
Limfosit T menjadi sasaran utama HIV karena memiliki reseptor CD4+ (sel T CD4+). yang merupakan pasangan ideal bagi gp120 permukaan (surface glycoprotein 120) pada permukaan luar HIV (enveloped) (Schols, McCloskey, ). Molekul CD4+ merupakan reseptor dengan afinitas tinggi terhadap HIV. Hal tersebut menjelaskan adanya kecenderungan selektif virus terhadap sel T CD4+ dan sel CD4+ lainnya, yaitu makrofag dan sel dendritik. Selain berikatan dengan sel CD4+, glikoprotein pada selubung HIV, yaitu gp120 akan berikatan dengan koreseptor pada permukaan sel untuk memfasilitasi masuknya virus ke dalam sel tersebut.
Dua macam reseptor kemokin pada permukaan sel CD4+, yaitu CCR5 dan CXCR4 yang dikenal berperan dalam memfasilitasi masuknya HIV. Reseptor CCR5 banyak terdapat pada makrofag dan reseptor CXCR4 banyak terdapat pada sel T. Selubung HIV gp120 berikatan dengan gp41 akan menempel pada permukaan molekul CD4+. Pengikatan tersebut akan mengakibatkan perubahan yang menyebabkan timbulnya daerah pengenalan terhadap gp120 pada CXCR4 dan CCR5. Glikoprotein 41 akan mengalami perubahan yang mendorong masuknya sekuens peptida gp41 ke dalam membran target yang memfasilitasi fusi virus (Mitchell and Kumar, 2003; Fauci et al., 2001; Hogan et al.).
Dengan glikoprotein gp41 transmembran (transmembrane glycoprotein 41), maka akan terjadi fusi antara permukaan luar dari HIV dengan membran limfosit T CD4+, sedangkan inti (core) HIV melanjutkan masuk sel sambil membawa enzim reverse transcriptase (Pavlakis, 1997). Bagian inti HIV yang mengandung RNA (single stranded RNA) akan berusaha membentuk double stranded DNA dengan bantuan enzim reverse transciptase yang telah dipersiapkan tersebut, kemudian dengan bantuan DNA polimerase terbentuklah cDNA atau proviral DNA. Proses berikutnya adalah upaya masuk ke dalam inti limfosit T dengan bantuan enzim integrase, maka terjadilah rangkaian proses integrasi, transkripsi yang dilanjutkan dengan translasi protein virus, serta replikasi HIV yang berlipat ganda yang nantinya akan meninggalkan inti. Setelah mengalami modifikasi, kemudian berusaha keluar menembus membran limfosit membentuk budding dan virion baru yang terbentuk siap menginfeksi limfosit T CD4+ berikutnya. Sel yang pecah akan mati, demikian proses ini terus berlangsung sehingga jumlah limfosit T CD4+ menurun dan perjalanan penyakit cenderung progresif (Drew).
Selain menyerang sistem imunitas tubuh, HIV juga menyerang sistem saraf pusat manusia melalui sel makrofag dan monosit pada otak dan sumsum tulang yaitu sel glia. Gangguan neurologis pada infeksi HIV disebabkan oleh produk virus dan produk sel glia yaitu sitokin yang bersifat neurotoksik (Mitchell and Kumar, Fauci et al., ; Saloojee and Violari).
PERAWATAN PAYUDARA
- Pengertian
Perawatan payudara saat hamil adalah merawat sedini mungkin payudara ibu pada saat kehamilan untuk mempersiapkan payudara sebagai penghasil ASI serta kebersihannya dan tehnik perawatannya.
- Waktu melakukan perawatan payudara
Perawatan kebersihan payudara dilakukan sedini mungkin selama kehamilan, sedangkan untuk massage dimulai pada saat kehamilan mencapai usia 28 minggu, hal ini bertujuan supaya uterus tidak berkontaksi secara berlebihan akibat rangsangan dari massage di payudara.
- Guna ASI
- Membantu proses involusi, yaitu pengembalian kandungan yang tadinya ditempati oleh janin ibu, karena ibu meneteki maka perut ibu akan terasa mulas, hal ini merupakan tanda kandungan ibu mulai menyusut dan akan kembali ke ukuran normal pada saat belum hamil.
- Menjalin kasih sayang antara ibu dan anak.
- Meneteki sendiri merupakan cara yang mudah dan murah dalam memberikan susu pada bayi.
- ASI adalah makanan yang paling cocok untuk bayi anda.
- Di dalam ASI terkandung sumber daya tahan terhadap beberapa penyakit.
- Mencegah terjadinya kanker payudara.
- Teknik perawatan payudara
Kita siapkan alat sesuai dengan kebutuhan, yaitu:
Waskom 2 buah, handuk, spuit 10 cc untuk menarik puting susu yang masuk, kapas, kassa, minyak kelapa atau baby oil.Langkah-langkahnya:
- Kompres puting susu dengan menggunakan kapas minyak/ baby oil selama + 3 menit yang bertujuan agar daki terlepas, kemudian kita memilin puting susu sebanyak 20 kali masing-masing puting yang bertujuan agar saluran susu tidak tersumbat oleh air yang mengering. Pada saat kita menekan daerah lingkaran hitam pada sekitar puting jika keluar air susu maka saluran susu pada puting tidak buntu lagi.
- Kemudian kita lakukan pengurutan pada kedua payudara dengan cara, kita berikan baby oil atau minyak, kemudian tangan kiri menyangga payudara dan yang kanan mengurut payudara dari atas ke bawah dari pangkal ke ujung dan hal ini dilakukan pada kedua payudara.
- Khusus pada ibu yang putingnya tidak rata atau masuk ke dalam maka perlu ditarik dengan menggunakan spuit 10 cc yang telah di potong pada ujungnya yang lancip, penggunaannya balik spuit dengan bekas potongan menghadap keluar dan yang tidak terpotong menghadap ke payudara kemudian ditarik secara perlahan-lahan secara berulang-ulang.
- Kemudian puting digesek-gesekan pada handuk kasar yang bertujuan agar ibu beradaptasi terhadap mulut bayi, karena pada saat meneteki nanti puting ibu akan bersentuhan dengan lidah bayi dan lidah bayi ini kasar.
ARTIKEL YANG BERHUBUNGAN :
- Askep Abortus
- Askep Myoma Uteri
- BBLR
- Fibroadenoma Mamae
- Jantung Kongenital
- Perawatan Payudara
- RDS
- Seksio Sesarea
- Manajemen Penanganan Bencana
- Program Penanggulangan DBD
- Pengobatan HIV / AIDS
- Konsep Florence
- Manajemen Nyeri
- Perubahan Sistem Lansia
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIDAKPATUHAN PERAWATAN HEMODIALISIS
- Pengetahuan Pengetahuan ( knowladge ), merupakan hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitik merupakan domain yang penting dalam membentuk tindakan seseorang ( overt behavior) ( Notoatmodjo S, 2003 ). Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Status pengetahuan seseorang tentang penyakit gagal ginjal kronis dapat mempengaruhi kemampuannya dalam memilih dan memutuskan terapi hemodialisis yang sesuai dengan kondisinya, dengan pengambilan keputusan yang tepat ketaatan klien dalam menjalani terapi hemodialisis dapat dipertahankan. - Tingkat Ekonomi Tingkat ekonomi atau penghasilan yang rendah akan berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan maupun pencegahan. Seseorang kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada mungkin karna tidak mempunyai cukup uang untuk membeli obat atau membayar tranportasi (Notoadmodjo ).
Tingkat ekonomi dapat mempengaruhi pemilihan metode terapi yang akan digunakan oleh klien gagal ginjal kronis. Biaya yang harus dikeluarkan oleh klien cukup besar meliputi obat, pemeriksaan laborat, transportasi, hemodialisis dan transplantasi. Aspek penting lain dari biaya adalah adanya komplikasi atau efek samping yang timbul akibat tindakan hemodialisis dan transplantasi.
- Sikap Sikap ( attitude ) merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Menurut Newcomb, sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam bagian lain, Allport menjelaskan bahwa sikap itu memiliki 3 (tiga) komponen pokok yaitu :
- Kepercayaan ( Keyakinan, ide dan konsep dalam suatu objek ).
- Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
- Kecenderungan untuk bertindak
- Sikap itu tidak dibawa sejak lahir, sikap terbentuk dalam perkembangan individu yang bersangkutan. Oleh karna itu, sikap dapat dipelajari dan dapat berubah. Tetapi sikap mempunyai kecenderungan yang agak tetap dan stabil.
- Sikap itu selalu berhubungan dengan objek sikap. Oleh karena itu, sikap selalu terbentuk atau dipelajari melalui proses persepsi terhadap objek tertentu.
- Sikap dapat tertuju pada satu objek saja, tetapi dapat juga tertuju pada sekumpulan objek-objek. Bila seseorang mempunyai sikap negatif pada suatu objek, orang tersebut akan mempunyai kecenderungan untuk menunjukan sikap yang negatif pula pada kelompok dimana objek tersebut tergabung didalamnya.
- Sikap itu dapat berlangsung lama atau sebentar, tergantung apakah sikap tersebut sudah menjadi nilai dalam diri seseorang tersebut atau belum.
- Sikap itu mengandung faktor perasaan dan motivasi. Ini berarti bahwa sikap terhadap objek tertentu akan selalu diikuti olah perasaan yang dapat bersifat positif atau menyenangkan dan juga negatif atau tidak menyenangkan. Sikap mengandung motivasi berarti sikap mempunyai daya dorong bagi individu untuk berperilaku secara tertentu terhadap objek yang dihadapinya.
- Usia Usia berpengaruh terhadap cara pandang seseorang dalam kehidupan, masa depan dan pengambilan keputusan. Misalnya seorang penderita gagal ginjal kronik usia 35 tahun dengan 2 orang anak balita dibandingkan dengan penderita lain yang berusia 78 tahun dimana semua anaknya sudah mandiri tentu saja berbeda dalam menentukan pilihan untuk mendapatkan kesehatan. Penderita yang dalam usia produktif merasa terpacu untuk sembuh mengingat dia masih muda mempunyai harapan hidup yang tinggi, sebagai tulang punggung keluarga , sementara yang tua menyerahkan keputusan pada keluarga atau anak-anaknya Tidak sedikit dari mereka merasa sudah tua, capek, hanya menunggu waktu,akibatnya mereka kurang motivasi dalam menjalani terapi haemodialisis.Usia juga erat kaitannya dengan prognose penyakit dan harapan hidup mereka yang berusia diatas 55 tahun kecenderungan untuk terjadi berbagai komplikasi yang memperberat fungsi ginjal sangat besar bila dibandingkan dengan yang berusia dibawah 40 tahun. Selain itu kemampuan ekonomi, motivasi atau dukungan keluarga juga berperan dalam ketaatan seseorang menjalani terapi haemodialisis.
- Dukungan Keluarga Haemodialisis adalah suatu alternatif terapi bagi penderita gagal ginjal kronik yang membutuhkan biaya besar. Tidak cukup 1-2 bulan saja tetapi butuh waktu yang lebih lama . Penderita tidak bisa melakukannya sendiri , dia butuh orang yang selalu mendampingi selama pelaksanaan haemodialisis, mengantar ke pusat haemodialisis dan melakukan kontrol ke dokter. Dalam hal pengaturan diet , pembatasan cairan , obat-obatan, dan pengecekan laborat setelah haemodialisis juga memerlukan keluarga untuk mencapai target. Tanpa adanya dukungan keluarga mustahil progaram terapi haemodialisis bisa dilaksanakan sesuai jadwal.
- Jarak Jarak pusat haemodialisis dengan tempat tinggal pasien ,juga kemudahan terjangkau oleh transportasi umum juga berpengaruh terhadap kepatuhan seseorang dalam menjalani terapi haemodialisis. Mereka yang tinggal di daerah yang belum ada fasilitas haemodialisis tentu saja akan lebih sulit dan memerlukan biaya lebih besar untuk mencapai lokasi. Tanpa ada motivasi dan dukungan keluarga yang tinggi , keberhasilan dalam menjalani terapi haemodialisis bisa tidak tercapai.
- Nilai dan Keyakinan Nilai-nilai dan keyakinan individu dalam mengambil suatu keputusan dalam hal ini untuk mendapatkan kesehatan yang optimal melalui terapi haemodialisis merupakan keyakinan dasar yang digunakan oleh individu tersebut untuk memotivasi dirinya selama menjalani terapi tersebut. Individu yang pada awalnya sudah memiliki cara pandang yang negatif, tidak memiliki keyakinan untuk hidup lebih baik cenderung tidak menjalani terapi dengan sungguh, bahkan sering absen atau tidak mau datang lagi untuk menjalani terapi haemodialisis.
- Derajat Penyakit Pada penderita gagal ginjal grade 2 dan grade 3 yang tanpa disertai dengan berbagai komplikasi yang memperburuk fungsi ginjal sehingga jatuh dalam kondisi gagal ginjal terminal tentu saja memiliki angka keberhasilan atau harapan hidup lebih baik dibandingkan yang sudah gagal ginjal terminal dengan komplikasi yang berat. Terapi haemodialisis akan sangat dirasakan manfaatnya bagi mereka yang dari awal sudah diketahui ,ada indikasi dan langsung dirujuk untuk menjalani terapi haemodialisis. Hal ini tentu saja sangat memotivasi penderita terutama yang masih muda untuk berusaha patuh menjalankan terapi sehingga didapatkan hasil yang optimal. Semakin terlambat perlakuan yang diberikan semakin memperburuk fungsi ginjal, apalagi bila tidak ada motivasi dan dukungan keluarga ,niscaya keberhasilan terapi haemodialisis melalui ketaatan pasien untuk menjalaninya secara teratur sulit diupayakan.
KONSEP MODEL FLORENCE NIGHTINGALE
Inti konsep Florence Nightingale, pasien dipandang dalam kontek lingkungan secara keseluruhan, terdiri dari lingkungan fisik, lingkungan psikologis dan lingkungan sosial.
- Lingkungan fisik (physical enviroment) Merupakan lingkungan dasar/alami yan gberhubungan dengan ventilasi dan udara. Faktor tersebut mempunyai efek terhadap lingkungan fisik yang bersih yang selalu akan mempengaruhi pasien dimanapun dia berada didalam ruangan harus bebas dari debu, asap, bau-bauan.
Tempat tidur pasien harus bersih, ruangan hangat, udara bersih, tidak lembab, bebas dari bau-bauan. Lingkungan dibuat sedemikian rupa sehingga memudahkan perawatan baik bagi orang lain maupun dirinya sendiri. Luas, tinggi penempatan tempat tidur harus memberikan memberikan keleluasaan pasien untuk beraktifitas. Tempat tidur harus mendapatkan penerangan yang cukup, jauh dari kebisingan dan bau limbah. Posiis pasien ditempat tidur harus diatur sedemikian rupa supaya mendapat ventilasi.
- Lingkungan psikologi (psychologi enviroment) F. Nightingale melihat bahwa kondisi lingkungan yang negatif dapat menyebabkan stress fsiik dan berpengaruh buruk terhadap emosi pasien. Oleh karena itu ditekankan kepada pasien menjaga rangsangan fisiknya. Mendapatkan sinar matahari, makanan yang menarik dan aktivitas manual dapat merangsanag semua faktor untuk membantu pasien dalam mempertahankan emosinya.
Komunikasi dengan p[asien dipandang dalam suatu konteks lingkungan secara menyeluruh, komunikasi jangan dilakukan secara terburu-buru atau terputus-putus. Komunikasi tentang pasien yang dilakukan dokter dan keluarganya sebaiknya dilakukan dilingkungan pasien dan kurang baik bila dilakukan diluar lingkungan pasien atau jauh dari pendengaran pasien. Tidak boleh memberikan harapan yang terlalu muluk, menasehati yang berlebihan tentang kondisi penyakitnya.
Selain itu membicarkan kondisi-kondisi lingkungna dimana dia berada atau cerita hal-hal yang menyenangkan dan para pengunjung yang baik dapat memberikan rasa nyaman.
- Lingkungan sosial (social environment) Observasi dari lingkungan sosial terutama huhbungan yang spesifik, kumpulan data-data yang spesifik dihubungkan dengan keadaan penyakit, sangat penting untuk pencegahan penyakit. Dengan demikian setiap perawat harus menggunakan kemampuan observasi dalam hubungan dengan kasus-kasus secara spesifik lebih dari sekedar data-data yang ditunjukkan pasien pada umumnya.
Seperti juga hubungan komuniti dengan lingkungan sosial dugaannya selalu dibicarakan dalam hubungna individu paien yaitu lingkungan pasien secara menyeluruh tidak hanya meliputi lingkungan rumah atau lingkungan rumah sakit tetapi juga keseluruhan komunitas yang berpengaruh terhadap lingkungan secara khusus.
- Hubungan teori Florence Nightingale dengan konsep keperawatan :
- Individu / manusia Memiliki kemampuan besar untuk perbaikan kondisinya dalam menghadapi penyakit.
- Keperawatan Berrtujuan membawa / mengantar individu pada kondisi terbaik untuk dapat melakukan kegiatan melalui upaya dasar untuk mempengaruhi lingkungan.
- Sehat / sakit Fokus pada perbaikan untuk sehat.
- Masyarakaat / lingkungan Melibatkan kondisi eksternal yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan individu, fokus pada ventilasi, suhuu, bau, suara dan cahaya.
- Hubungan teori Florence Nightingale dengan proses keperawatan
- Pengkajian / pengumpulan data Data pengkajian Florence N lebih menitik beratkan pada kondisi lingkungan (lingkungan fisik, psikhis dan sosial).
- Analisa data Data dikelompokkan berdasarkan lingkungan fisik, sosial dan mental yang berkaitan dengan kondisi klien yang berhubungan dengan lingkungan keseluruhan.
- Masalah Difokuskan pada hubungan individu dengan lingkungan misalnya :
? Kurangnya informasi tentang kebersihan lingkungan
? Ventilasi
? Pembuangan sampah
? Pencemaran lingkungan
? Komunikasi sosial, dll - Diagnosa keperawatan Berrbagai maslah klien yang berhubungan dengan lingkungan antara lain :
? Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap efektivitas asuhan.
? Penyesuaian terhadap lingkungan.
? Pengaruh stressor lingkungan terhadap efektivitas asuhan. - Implementasi Upaya dasar merubah / mempengaruhi lingkungan yang memungkinkan terciptanya kondisi lingkungan yang baik yang mempengaruhi kehidupan, perrtumbuhan dan perkembangan individu.
- Evaluasi Mengobservasi dampak perubahan lingkungan terhadap kesehatan individu.
- Hubungan teori Florencen Nightingale dengan teori-teori lain :
- Teori adaptasi Adaptasi menunjukkan penyesuaian diri terhadap kekuatan yang melawannya. Kekuatan dipandang dalam konteks lingkungan menyeluruh yang ada pada dirinya sendiri. Berrhasil tidaknya respon adapatsi seseorang dapat dilihat dengan tinjauan lingkungan yang dijelaskan Florence N.
Kemampuan diri sendiri yang alami dapat bertindak sebagai pengaruh dari lingkungannya berperanpenting pada setiap individu dalam berespon adaptif atau mal adaptif. - Teori kebutuhan Menurut Maslow pada dasarnya mengakui pada penekanan teori Florence N, sebagai conoth kebuuthan oksigen dapat dipandang sebagai udara segar, ventilasi dan kebutuhanlingkungan yang aman berhubungan dengan saluran yang baik dan air yang bersih.
Teori kebutuhan menekankan bagaimana hubungan kebutuhan yang berhubungan dengan kemampuan manusia dalam mempertahankan hidupnya. - Teori stress Stress meliputi suatu ancaman atau suatu perubahan dalam lingkungan, yang harus ditangani. Stress dapat positip atau negatip tergantung pada hasil akhir. Stress dapat mendorong individu untuk mengambil tindakan positip dalam mencapai keinginan atau kebutuhan.
Stress juga dapat menyebabkan kelelahan jika stress begitu kuat sehingga individu tidak dapat mengatasi. Florence N, menekankan penempatan pasien dalamlingkungan yang optimum sehingga akan menimumkan efek stressor, misalnya tempat yang gaduh, membangunkan pasien dengan tiba-tiba, ,semuanya itu dipandang sebagai suatu stressor yang negatif. Jumlah dan lamanya stressor juga mempunyai pengaruh kuat pada kemampuan koping individu.
- Teori adaptasi Adaptasi menunjukkan penyesuaian diri terhadap kekuatan yang melawannya. Kekuatan dipandang dalam konteks lingkungan menyeluruh yang ada pada dirinya sendiri. Berrhasil tidaknya respon adapatsi seseorang dapat dilihat dengan tinjauan lingkungan yang dijelaskan Florence N.
TEORI-TEORI PROSES PENUAAN
- Teori Biologis
Proses penuaan merupakan proses secara berangsur yang mengakibatkan perubahan secara komulatif dan merupakan perubahan serta berakhir dengan kematian. Teori biologis tentang penuaan dibagi menjadi :
- Teori Instrinsik
Teori ini berati perubahan yang berkaitan dengan usia timbul akibat penyebab dalam diri sendiri.
- Teori Ekstrinsik
Teori ini menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi diakibatkan pengaruh lingkungan.
Teori lain menyatakan bahwa teori biologis dapat dibagi menjadi :
- Teori Genetik Clock
Teori tersebut menyatakan bahwa menua telah terprogram secara genetik untuk species – species tertentu. Tiap species mempunyai didalam nuklei ( inti selnya )suatu jam genetik yang telah diputar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan akan menghentikan replikasi sel bila tidak diputar, jadi menurut konsep ini bila jam kita berhenti kita akan meninggal dunia, meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau penyakit akhir yang katastrofal. Konsep ini didukung kenyataan bahwa ini merupakan cara menerangkan mengapa pada beberapa species terlihat adanya perbedaan harapan hidup yang nyata.
- Teori Mutasi Somatik ( teori error catastrophe )
Menurut teori ini faktor lingkungan yang menyebabkan mutasi somatik . sebagai contoh diketahui bahwa radiasi dan zat kimia dapat memperpendek umur sebaliknya menghindarinya dapqaat mempperpanjang umur.menurut teori ini terjadinya mutasi yang progresif pada DNA sel somatik, akan menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan fungsi sel tersebut. Sebaai salah satu hipotesis yang berhubungan dengan mutasi sel somatik adalah hipotesis error catastrope.
- Teori Auto imun
Dalam proses metabolisme tubuh , suatu saat diproduksi oleh zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut, sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
- Teori Radikal Bebas
Radikal bebas dapat dibentuk di alam bebas. Tidak stabilnya radikal bebas mengakibatkan oksigenasi bahan - bahan organik seperti KH dan protein.radikal ini menyebabkansel – sel tidak dapat beregenerasi.
- Teori Instrinsik
- Teori Sosial
Salah satu teori sosial yang berkenaan dengan proses penuaan adalah teori pembebasan ( disengagement teori ). Teori tersebut menerangkan bahwa dengan berubahnya usi seseorang secara berangsur – angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lansia menurun, baik secara kualitatif maupun kuantitasnya sehingga sering terjadi kehilangan ganda yaitu :
1. kehilangan peran
2. hambatan kontak fisik
3. berkurangnya komitmen - Teori Psikologi
Teori tugas perkembangan :
Menurut Hangskerst, bahwa setiap individu harus memperhatikan tugas perkembangan yang spesifik pada tiap tahap kehidupan yang akan memberikan perasaan bahagia dan sukses. Tugas perkembangan yang spesifik ini tergantung pada maturasi fisik, penghargaan kultural masyarakat dan nilai serta aspirasi individu. Tugas perkembangan pada dewasa tua meliputi penerimaan adanya penurunan kekuatan fisik dan kesehatan, penerimaan masa pensiun dan penurunan income.penerimaan adanya kematian dari pasangannya dan orang – orang yang berarti bagi dirinya. Mempertahankan hubungan dengan group yang seusianya, adopsi dan adaptasi deengan peran sosial secara fleksibel dan mempertahankan kehidupan secara memuaskan.
Peran Perawat
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap kedudukannya dalam sistem ( Zaidin Ali ,). Menurut Gaffar peran perawat adalah segenap kewenangan yang dimiliki oleh perawat untuk menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan kompetensi yang dimiliki.
Hasil Lokakarya Nasional 1983 dikutip oleh Zaidin Ali, 2002, peran perawat mencakup :
1. Pelaksana pelayanan keperawatan.
2. Pengelola pelayanan keperawatan dan institusi pendidikan.
3. Pendidikan keperawatan.
4. Penelitian dan pengembangan keperawatan.
Berdasarkan standar Departemen Kesehatan (1998) peran perawat sebagai berikut:
- Pendidik Keperawatan Perawat bertanggung jawab dalam bidang pendidikan dan pengajaran ilmu keperawatan kepada klien, tenaga keperawatan, dan tenaga kesehatan lainnya, salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam keperawatan adalah aspek pendidikan karena pendidikan dapat merubah tingkah laku yang merupakan salah satu sasaran dari keperawatan. Dalam hal ini pada pasien haemodialisis yang sangat komplek sekali permasalahannya dari segi bio psikososial spiritual semua perlu diperhatikan.
Pendidikan atau penyuluhan secara efektif tidak hanya diberikan pada pasien sebagai individu yang sakit tetapi juga keluarga sebagai vasilitator dan motivator bagi pasien juga harus dilibatkan.
- Pengelola Keperawatan Perawat bertanggung jawab dalam hal ini administrasi keperawatan baik dirumah sakit maupun di masyaraka, dalam mengelola keperawatan untuk individu, kelompok dan masyarakat.
- Peneliti Keperawatan Perawat diharapkan jadi pembaharu dalam ilmu keperawatan karena memiliki ketrampilan, inisiatif, cepat tanggap terhadap rangsangan dan lingkungan. Kegiatan penelitian pada hakekatnya adalah melakukan evaluasi, mengukur kemampuan, menilai dan mempertimbangkan sejauh mana efektifitas tindakan yang telah diberikan. Dengan penelitian perawat dapat menggerakkan orang lain untuk berbuat sesuatu yang baru berdasarkan kebutuhan, perkembangan dan aspirasi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Perawat dituntut untuk mengikuti perkembangan, meanfaatkan media masa dan informasi lain dari berbagai sumber, selain itu perawat perlu melakukan penelitian, mengembangkan ilmu keperawatan dan meningkatkan praktek profesi keperawatan.
- Pelaksana Pelayanan Keperawatan Perawat sebagai tenaga kesehatan yang spesifik dalam sistem pelayanan keperawatan tetap bersatu dengan pelayanan kesehatan. Setiap anggota tim kesehatan adalah anggota potensial dalam kelompok yang dapat mengatur, merencanakan dan menilai tidakan yang diberikan.
TERAPI HEMODIALISA DAN TRANSPLANTASI
- Pengertian Haemodialisis
Hemodialisa berasal dari kata hemo=darah,dan dialisa=pemisahan atau filtrasi. Pada prinsipnya hemodialisa menempatkan darah berdampingan dengan cairan dialisat atau pencuci yang dipisahkan oleh suatu membran atau selaput semi permeabel. Membran ini dapat dilalui oleh air dan zat tertentu atau zat sampah. Proses ini disebut dialysis yaitu proses berpindahnya air atau zat, bahan melalui membran semi permeabel ( Pardede).
Terapi hemodialisa adalah suatu teknologi tinggi sebagai terapi pengganti untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari peredaran darah manusia seperti air, natrium, kalium, hidrogen, urea, kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain melalui membran semi permeabel sebagai pemisah darah dan cairan dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi proses difusi, osmosis dan ultra filtrasi (Setyawan).
- Tujuan Hemodialisa
Sebagai terapi pengganti, kegiatan hemodialisa mempunyai tujuan :
a. Membuang produk metabolisme protein seperti urea, kreatinin dan asam urat
b. Membuang kelebihan air.
c. Mempertahankan atau mengembalikan system buffer tubuh.
d. Mempertahankan atau mengembalikan kadar elektrolit tubuh.
e. Memperbaiki status kesehatan penderita. - Proses Hemodialisa
Dalam kegiatan hemodialisa terjadi 3 proses utama seperti berikut :
- Proses Difusi yaitu berpindahnya bahan terlarut karena perbedaan kadar di dalam darah dan di dalam dialisat. Semakian tinggi perbedaan kadar dalam darah maka semakin banyak bahan yang dipindahkan ke dalam dialisat.
- Proses Ultrafiltrasi yaitu proses berpindahnya air dan bahan terlarut karena perbedaan tekanan hidrostatis dalam darah dan dialisat.
- Proses Osmosis yaitu proses berpindahnya air karena tenaga kimia, yaitu perbedaan osmolaritas darah dan dialisat ( Lumenta ).
- Alasan dilakukannya dialisa
Dialisa dilakukan jika gagal ginjal menyebabkan :
- Kelainan fungsi otak ( ensefalopati uremik )
- Perikarditis ( peradangan kantong jantung )
- Asidosis ( peningkatan keasaman darah ) yang tidak memberikan respon
terhadap pengobatan lainnya. - Gagal jantung
- Hiperkalemia ( kadar kalium yang sangat tinggi dalam darah ).
- Frekuensi dialisa.
Frekuensis, tergantung kepada banyaknya fungsi ginjal yang tersisa, tetapi sebagian besar penderita menjalani dialisa sebanyak 3 kali/minggu. Program dialisa dikatakan berhasil jika :
1 ) Penderita kembali menjalani hidup normal.
2 ) Penderita kembali menjalani diet yang normal.
3 ) Jumlah sel darah merah dapat ditoleransi.
4 ) Tekanan darah normal.
5 ) Tidak terdapat kerusakan saraf yang progresifDialisa bisa digunakan sebagai pengobatan jangka panjang untuk gagal ginjal kronis atau sebagai pengobatan sementara sebelum penderita menjalani pencangkokan ginjal. Pada gagal ginjal akut, dialisa dilakukan hanya selama beberapa hari atau beberapa minggu, sampai fungsi ginjal kembali normal.
- Komplikasi pada Hemodialisa
Komplikasi dalam pelaksanaan hemodialisa yang sering terjadi pada saat dilakukan terapi adalah :
a. Hipotensi
b. Kram otot
c. Mual atau muntah
d. Sakit kepala
e. Sakit dada
f. Gatal-gatal
g. Demam dan menggigil
h. Kejang ( Lumenta ) - Dialisis Peritoneal
Pada peritoneal dialisa, yang bertindak sebagai penyaring adalah peritoneum ( selaput yang melapisi perut dan membungkus organ perut ). Selaput ini memiliki area permukaan yang luas dan kaya akanpembuluh darah. Zat-zat dari darah dapat dengan mudah tersaring melalui peritoneum ke dalam rongga perut. Cairan dimasukkan melalui sebuah selang kecil yang menembus dinding perut ke dalam rongga perut. Cairan harus dibiarkan selama waktu tertentu sehingga limbah metabolik dari aliran darah secara perlahan masuk ke dalam cairan tersebut, kemudian cairan dikeluarkan , dibuang dan diganti dengan cairan yang baru
Ada empat macam dialiasis peritoneal yang kini banyak digunakan, satu untuk dialisis akut dan tiga lainnya untuk dialisis kronik :
1) Manual intermittent peritoneal dialysis
2) Continuous cycler-assisted peritoneal dialysis (CCPD)
3) Continuous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD)
4) Automated intermittent oeritoneal dialysis (IPD), (Lorraine M. Wilson )Metode Hemodilisis Lainnya :
1) High-Flux Dialysis
2) Continuous Arteriovenous Hemofiltration (CAVH)
3) Continuous Arteriovenous Hemodialysis (CAVHD),( Brunner dan Suddarth,2002)
4) Continuous Renal Replacement Therapy (CRRT)
5) Slow Continuous Ultra Filtrasi (SCUF)
6) Continuous Veno Venous Hemodialysis (CVVHD)
7) Continuous Veno Venous Hemofiltration (CVVH)
TUGAS-TUGAS PERAWAT DALAM SETIAP TEORI PENUAAN
- Tugas Perawat dalam Teori Biologi
Perawatan yang memperhatikan kesehatan objektif, kebutuhan, kejadian-kejadian yang dialami klien lansia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dikembangkan, penyakit yang dapat dicegah atau ditekan progresifitasnya.
Perawatan fisik secara umum bagi klien lansia dapat dibagi atas 2 bagian yakni :
- Klien lansia yang masih aktif, dimana keadaan fisiknya masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhannnya sehari-hari masih mampu melakukan sendiri.
- Klien lansia yang pasif atau tidak dapat bangun, dimana keadaan fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit.
Perawat harus mengetahui dasar perawatan klien lansia ini terutama hal-hal yang berhubungan dengan kebersihan perorangan untuk mempertahankan kesehatannya. Kebersihan perorangan sangat penting dalam usaha mencegah timbulnya penyakit/peradangan mengingat sumber infeksi dapat timbul bila kebersihan kurang mendapat perhatian.
Disamping itu kemunduran kondisi fidik akibat proses penuaan dapat mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap gangguan atau serangan infeksi dari luar.
Untuk klien lansia yang aktif dapat diberikan bimbingan mengenai kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan kuku dan rambut, kebersihan temopat tidur serta posisinya, hal makan, cara memakan obat, dan cara pindah dari tempat tidur ke kursi atau sebaliknya.Komponen pendekatan fisik yang lebih mendasar adalah memperhatikan dan membantu para klien lansia untuk bernafas dengan lancar, makan (termasuk memilih dan menentukan makanan), minum melakukan eliminasi, tidur, menjaga sikap tutbuh waktu berjalan, duduk, merubah posisitiduran, beristrahat, kebersihan tubuh, memakai dan menukar pakaian, mempertahankan suhu badan, melindungi kulit dari kecelakaan.
Dari hasil rangkuman Pertemuan Kesehatan persiapan Usia Lanjut oleh Depkes (1995) ditetapkan Penjaringan Kesehatan Lansia dengan cara sebagai berikut :
GIZI
- Pengamatan
D = disease
E = eating poorly
T = tooth loss
E = economic hardship
R = reduced social contact
M = Multiple medicine
I = involuntary weight loss and gains
N = need assistance in self care
E = elder years - Pendidikan gizi dan konseling diet
- Prinsip gizi yang harus diikuri oleh lansia :
- Kecukupan kalori 5 – 10 % kurang dari usia 20 – 25 tahun
- Kecukupan lemak maksimak 25 % diutamakan lemak tak jenuh
- Protein normal 10 – 12 % dari kecukupan energi, 10 % berasal dari hewani
- Hidrat arang, gula murni dikurangi
- Vitamin dan mineral harus cukup terutama vitamin B, Vitamin C, asam folat, kalsium dan Fe
- Pengamatan
- Tugas Perawat Dalam Teori Sosial
Perawat sebaiknya memfasilitasi sosialisasi antar lansia dengan mengadakan diskusi dan tukar pikiran serta bercerita sebagai salah satu upaya pendekatan sosial. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama berarti menciptakan sosialisasi antar manusia, yang menjadi pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya adalah mahluk sosial yang membutuhkan orang lain. Hubungan yang tercipta adalah hubungan sosial antara werda dengan werda maupun werda dengan perawat sendiri.
Perawat memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para werda untuk mengadakan komunikasi, melakukan rekreasi seperti jalan pagi, menonton film atau hiburan-hiburan lain karena mereka perlu diransang untuk mengetahui dunia luar. Dapat disadari bahwa pendekatan komunikasi dalam perawatan tidak kalah pentingnya dengan upaya pengobatan medis dalam proses penyembuhan atau ketenangan para klien lansia.
Menurut Drs H. Mannan dalam bukunya Komunikasi dalam Perawatan mengatakan : tidak sedikit klien tidak bisa tidur karena stres. Stres memikirkan penyakitnya, biaya hidup, keluarga yang dirumah, sehingga menimbulkan kekecewaan, rasa ketakutan atau kekhawatiran, rasa kecemasan dan sebagainya. Untuk menghilangkan rasa jemu dan menimbulkan perhatian terhadap sekelilingnya perlu diberikan kesempatan kepada mereka untuk antara lain ikut menikmati keadaan diluar, agar mereka merasa masih ada hubungan dengan dunia luar.
Tidak jarang terjadi pertengkaran dan perkelahian diantara mereka (terutama bagi yang tinggal di panti werda ), hal ini dapat diatasi dengan berbagai usaha, antara lain selalu mengadakan kontak sesama mereka, makan dan duduk nbersama, menanamkan rasa kesatuan dan persatuan, senasib dan sepenanggungan, mengenai hak dan kewajiban bersama. Dengan demikian perawat tetap mempunyai hubungan komunikasi baik sesama mereka maupun terhadap petugas yang secara langsung berkaitan dengan pelayanan klien lansia di panti werda.
- Tugas Perawat dalam Teori Psikologi
Perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan edukatif pada klien lansia, perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter terhadap segala sesuatu yang asing sebagai penampung rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab. Perawat hendaknya memiki kesabaran dan ketelitian dalam memberikan kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar mereka merasa puas.
Pada dasarnya klien lansia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih dari lingkungannya termasuk perawat yang memberikan perawatan. Untuk itu perawat harus menciptakan suasana yang aman, tidak gaduh, membiarkan mereka melakukan kegiatan dalam batas kemampuan dan hobby yang dimilikinya.
Perawat harus dapat membangkitkan semangat dan kreasi klien lansia dalam memecahkan dan mengurangi rasa putus asa, rasa rendah diri, rasa keterbatasan, sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik dan kelainan yang dideritanya, hal ini perlu dilakukan karena : perubahan psikologi terjadi bersama dengan makin lanjutnya usia. Perubahan-perubahan ini meliputi gejala-gejala seperti menurunnya dayaingat untuk peristiwa yang baru terjadi, berkurangnya kegairahan atau keinginan, peningkatan kewaspadaan, perubahan pola tidur dengan suatu kecenderungan untuk tiduran di waktu siang dan pergeseran libido.
Perawat harus sabar mendengarkan cerita-cerita yang membosankan, jangan mentertawakan atau memarahi bila klien lansia lupa atau bila melakukan kesalahan. Harus diingat, kemunduran ingatan akan mewarnai tingkah laku mereka dan kemunduran ingatan jangan dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan tertentu.
Bila perawat ingin merubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap kesehatan, perawatbisa melakukannya secara perlahan-lahan dan bertahap, perawat harus dapat mendukung mental mereka ke arah pemuasan pribadi sehingga pengalaman yang dilaluinya tidak menambah beban, bila perlu diusahakan agar di masa lansia ini mereka tetap merasa puas dan bahagia. - KESIMPULAN
Proses penuaan dapat ditinjau dari aspek biologis, sosial dan psikologik. Teori-teori biologik sosial dan fungsional telah ditemukan untuk menjelaskan dan mendukung berbagai definisi mengenai proses menua.
Dan pendekatan multi disiplin mengenai teori penuaan, perawat harus memiliki kemampuan untuk mensintesa berbagai teori tersebut dan menerapkannya secara total pada lingkungan perawatan klien usia lanjut termasuk aspek fisik, mental/emosional dan aspek-aspek sosial. Dengan demikian pendekatan eklektik akan menghasilkan dasar yang baik saat merencanakan suatu asuhan keperawatan berkualitas pada klien lansia.
WATER SEAL DRAINAGE (WSD)
- Bullow Drainage / WSD
Pada trauma toraks, WSD dapat berarti :
- Diagnostik :
Menentukan perdarahan dari pembuluh darah besar atau kecil, sehingga dapat ditentukan perlu operasi torakotomi atau tidak, sebelum penderita jatuh dalam shoks.
- Terapi :
Mengeluarkan darah atau udara yang terkumpul di rongga pleura. Mengembalikan tekanan rongga pleura sehingga “mechanis of breathing” dapat kembali seperti yang seharusnya.
- Preventive :
Mengeluarkan udaran atau darah yang masuk ke rongga pleura sehingga “mechanis of breathing” tetap baik.
- Diagnostik :
- Perawatan WSD dan pedoman latihanya :
- Mencegah infeksi di bagian masuknya slang.
Mendeteksi di bagian dimana masuknya slang, dan pengganti verband 2 hari sekali, dan perlu diperhatikan agar kain kassa yang menutup bagian masuknya slang dan tube tidak boleh dikotori waktu menyeka tubuh pasien. - Mengurangi rasa sakit dibagian masuknya slang. Untuk rasa sakit yang hebat akan diberi analgetik oleh dokter.
Dalam perawatan yang harus diperhatikan :
- Penetapan slang.
Slang diatur se-nyaman mungkin, sehingga slang yang dimasukkan tidak terganggu dengan bergeraknya pasien, sehingga rasa sakit di bagian masuknya slang dapat dikurangi. - Pergantian posisi badan.
Usahakan agar pasien dapat merasa enak dengan memasang bantal kecil dibelakang, atau memberi tahanan pada slang, melakukan pernapasan perut, merubah posisi tubuh sambil mengangkat badan, atau menaruh bantal di bawah lengan atas yang cedera.
- Penetapan slang.
- Mendorong berkembangnya paru-paru.
- Dengan WSD/Bullow drainage diharapkan paru mengembang.
- Latihan napas dalam.
- Latihan batuk yang efisien : batuk dengan posisi duduk, jangan batuk waktu slang diklem.
- Kontrol dengan pemeriksaan fisik dan radiologi.
- Perhatikan keadaan dan banyaknya cairan suction.
Perdarahan dalam 24 jam setelah operasi umumnya 500 - 800 cc. Jika perdarahan dalam 1 jam melebihi 3 cc/kg/jam, harus dilakukan torakotomi. Jika banyaknya hisapan bertambah/berkurang, perhatikan juga secara bersamaan keadaan pernapasan.
- Suction harus berjalan efektif :
- Perhatikan setiap 15 - 20 menit selama 1 - 2 jam setelah operasi dan setiap 1 - 2 jam selama 24 jam setelah operasi.
- Perhatikan banyaknya cairan, keadaan cairan, keluhan pasien, warna muka, keadaan pernapasan, denyut nadi, tekanan darah.
- Perlu sering dicek, apakah tekanan negative tetap sesuai petunjuk jika suction kurang baik, coba merubah posisi pasien dari terlentang, ke 1/2 terlentang atau 1/2 duduk ke posisi miring bagian operasi di bawah atau di cari penyababnya misal : slang tersumbat oleh gangguan darah, slang bengkok atau alat rusak, atau lubang slang tertutup oleh karena perlekatanan di dinding paru-paru.
- Perawatan “slang” dan botol WSD/ Bullow drainage.
- Cairan dalam botol WSD diganti setiap hari , diukur berapa cairan yang keluar kalau ada dicatat.
- Setiap hendak mengganti botol dicatat pertambahan cairan dan adanya gelembung udara yang keluar dari bullow drainage.
- Penggantian botol harus “tertutup” untuk mencegah udara masuk yaitu meng”klem” slang pada dua tempat dengan kocher.
- Setiap penggantian botol/slang harus memperhatikan sterilitas botol dan slang harus tetap steril.
- Penggantian harus juga memperhatikan keselamatan kerja diri-sendiri, dengan memakai sarung tangan.
- Cegah bahaya yang menggangu tekanan negatip dalam rongga dada, misal : slang terlepas, botol terjatuh karena kesalahan dll.
- Mencegah infeksi di bagian masuknya slang.
ARTIKEL YANG BERHUBUNGAN :
- Askep Apendicitis Akut
- Askep DM
- Askep Gagal Ginjal Akut
- Askep Gagal Ginjal Kronik
- Askep Gangren
- Askep Intoksikasi Insektisida
- Askep Kanker Payudara
- Askep TBC
- Askep Trauma Thorax
- Askep Urolithiasis
- Askep Hipertensi
- Askep Luka Bakar
- Fraktur
- Haemoroid
- Kista Coledocal
- Vena Varikosa
- WSD
- Morbus Basedow
- Manajemen Penanganan Bencana
- Program Penanggulangan DBD
- Pengobatan HIV / AIDS
- Konsep Florence
- Manajemen Nyeri
- Perubahan Sistem Lansia
VENA VARIKOSA, varises
- TEORI
Varises adalah pemanjangan, berkelok-kelok dan pembesaran suatu vena. Vena varikosa ekstremitas bawah adalah kelainan yang sangat lazim, yang mengenai 15-20 % populasi dewasa (Sabiston 1994). Varises vena adalah distensi, dan bentuk berlekuk-lekuk dari vena-vena superficial (safena) dari kaki (Engram B., 1999). Varises tungkai bawah adalah pemanjangan, berkelok-kelok, pembesaran suatu vena superficial, profunda dan kommmunikan pada titik Dodd (pertengahan paha), Byod (sebelah medial lutut) dan gastronemicus (tempat keluarnya vana saphena parva)
Insiden
- Riwayat keluarga bisa didapatkan dalam sekitar 15% klien.
- Kelainan ini lebih sering ditemukan pada wanita (rasio wanita terhadap pria 5:1), dengan banyak wanita menentukan bahwa saat mulainya varices terlihat dan simtomatik pada waktu kehamilan.
- Umur > 37 tahun pada wanita
- Obesitas > 115% dari BBR (Berat Badan Relatif)
- Orthostatik (berdiri lama)
Klasifikasi
Vena varikosa diklasifikasikan (Sabiston):
- Vena varikosa primer, merupakan kelainan tersendiri vena superficial ekstremitas bawah
- Vena varikosa sekunder, merupakan manifestasi insufisiensi vena profunda dan disertai dengan beberapa stigmata insufisiensi vena kronis, mencakp edema, perubahan kulit, dermatitis stasis dan ulserasi.
Manifestasi klilnis (Puruhito) :
a. varises truncal (stem varicosis)
b. Varises retikularis
c. Varises kapilarisGradasi keluhan klinis (Puruhito) :
a. stadium I : tak menentu
b. stadium II : phleboectasia
c. Stadium III : varises sesungguhnya, reversal blood-flow
d. Stadium IV : ulcus varicosum, kelainan tropic, Kronik vanous Insufisiensi (CVI)
Pemeriksaan klinis dapat dilakukan dengan :
a. Test trendelenberg
b. Test myer
c. Test perthes
d. Test Doppler
e. Radiologi (Phlebografi, morfometri, phlethysmografi)Terapi Dan Tindakan
- Konservatif, simtomatik dan nonoperatif :
- Menghindari berdiri dalam waktu yang lama
- penurunan berat badan dan aktivitas otot seperti berjalan
- Penggunaan kaos penyokong ringan yang nyaman, Pemasangan stocking elastis yang pas karena obliterasi vena superficial (vena safena mmana)
- KOnservatif :
- Obat Venoruton (Gol hydroxyl Rutoside) 600 mg/hari minimal 2 minggu
- Skleroterapi (tak dipakai lagi)
- Lokal antiphlogistikum (Zinc Zalf (Pasta LAssar)
- Operatif :
- Stripping vena saphena (V. shapena magna, v. saphena psotrior, dan v, saphena parva) dengan menggunakan alat stripper (vena dikeluarkan)
- Ligasi VV kommunikans yaitu tempat-tempat di mana diperiksa ada kebocoran, diikat dan dipotong.
- Ekstraksi (Babcock) dengan sayatan kecil-kecil vena-vena yang berkelok dicabut keluar.Ligasi, Stripping dan Ekstraski Babcock.
Perawatan paska bedah
- Ekstremitas harus ditinggikan selama 4-6 jam
- Balutan penekan dipasang di kamar operasi seharisnya tetap dipakai selama 4-6 hari, dengan menggunakan balutan elastis (Balutan ACE)
- 24-48 jam paska bedah program ambulasi progresif seharusnya dimulai
- KLien diijinkan berjalan beberpa menitper jam, meningkat bertahap tiap hari dan tetap terlentang dengan ekstremitas ditinggikan, bila sedang berjalan. Berdiri (tanpa jalan) dan duduk harus dihindari serta
7.5 stocking (stocking antiembolism) yang sesuai dengan kebiasaan harus dipakai delama beberapa bulan
Komplikasi
- Trauma pada nervus safenus dan suralis dengan diserta hiperestesia kulit
- Pembentukan hematoma subkutis dan kadang-kadang stripiing arteri tak sengaja
ARTIKEL YANG BERHUBUNGAN :
- Askep Apendicitis Akut
- Askep DM
- Askep Gagal Ginjal Akut
- Askep Gagal Ginjal Kronik
- Askep Gangren
- Askep Intoksikasi Insektisida
- Askep Kanker Payudara
- Askep TBC
- Askep Trauma Thorax
- Askep Urolithiasis
- Askep Hipertensi
- Askep Luka Bakar
- Fraktur
- Haemoroid
- Kista Coledocal
- Vena Varikosa
- WSD
- Morbus Basedow
- Manajemen Penanganan Bencana
- Program Penanggulangan DBD
- Pengobatan HIV / AIDS
- Konsep Florence
- Manajemen Nyeri
- Perubahan Sistem Lansia
Materi Kesehatan: Tinjauan Tentang Minat Belajar Anak
Blog Archive
-
2016
(1)
- 09/18 - 09/25 (1)
-
2015
(10)
- 10/11 - 10/18 (1)
- 09/13 - 09/20 (1)
- 09/06 - 09/13 (1)
- 07/05 - 07/12 (1)
- 05/17 - 05/24 (6)
-
2014
(1)
- 04/13 - 04/20 (1)
-
2012
(770)
- 02/19 - 02/26 (5)
- 02/12 - 02/19 (10)
- 02/05 - 02/12 (4)
- 01/29 - 02/05 (27)
- 01/22 - 01/29 (88)
- 01/15 - 01/22 (101)
- 01/08 - 01/15 (169)
- 01/01 - 01/08 (366)
-
2011
(4478)
- 12/25 - 01/01 (336)
- 12/18 - 12/25 (62)
- 12/11 - 12/18 (70)
- 12/04 - 12/11 (77)
- 11/27 - 12/04 (40)
- 11/20 - 11/27 (67)
- 11/13 - 11/20 (198)
- 11/06 - 11/13 (187)
- 10/30 - 11/06 (340)
- 10/23 - 10/30 (32)
- 10/16 - 10/23 (109)
- 10/09 - 10/16 (80)
- 08/14 - 08/21 (75)
- 08/07 - 08/14 (81)
- 07/31 - 08/07 (82)
- 07/24 - 07/31 (66)
- 07/17 - 07/24 (91)
- 07/10 - 07/17 (47)
- 07/03 - 07/10 (44)
- 06/26 - 07/03 (53)
- 06/19 - 06/26 (59)
- 06/12 - 06/19 (47)
- 06/05 - 06/12 (65)
- 05/29 - 06/05 (63)
- 05/22 - 05/29 (77)
- 05/15 - 05/22 (115)
- 05/08 - 05/15 (65)
- 05/01 - 05/08 (104)
- 04/24 - 05/01 (45)
- 04/17 - 04/24 (70)
- 04/10 - 04/17 (134)
- 04/03 - 04/10 (72)
- 03/27 - 04/03 (18)
- 03/20 - 03/27 (47)
- 03/13 - 03/20 (68)
- 03/06 - 03/13 (40)
- 02/27 - 03/06 (56)
- 02/20 - 02/27 (77)
- 02/13 - 02/20 (76)
- 02/06 - 02/13 (198)
- 01/30 - 02/06 (194)
- 01/23 - 01/30 (132)
- 01/16 - 01/23 (196)
- 01/09 - 01/16 (202)
- 01/02 - 01/09 (121)
-
2010
(2535)
- 12/26 - 01/02 (156)
- 12/19 - 12/26 (65)
- 12/12 - 12/19 (73)
- 12/05 - 12/12 (84)
- 11/28 - 12/05 (80)
- 11/21 - 11/28 (68)
- 11/14 - 11/21 (63)
- 11/07 - 11/14 (50)
- 10/31 - 11/07 (50)
- 10/24 - 10/31 (36)
- 10/17 - 10/24 (58)
- 10/10 - 10/17 (35)
- 10/03 - 10/10 (31)
- 09/26 - 10/03 (21)
- 09/19 - 09/26 (26)
- 09/12 - 09/19 (55)
- 09/05 - 09/12 (65)
- 08/29 - 09/05 (33)
- 08/22 - 08/29 (70)
- 08/15 - 08/22 (45)
- 08/08 - 08/15 (35)
- 08/01 - 08/08 (37)
- 07/25 - 08/01 (27)
- 07/18 - 07/25 (19)
- 07/11 - 07/18 (30)
- 07/04 - 07/11 (56)
- 06/27 - 07/04 (28)
- 06/20 - 06/27 (22)
- 06/13 - 06/20 (30)
- 06/06 - 06/13 (21)
- 05/30 - 06/06 (5)
- 05/16 - 05/23 (6)
- 05/09 - 05/16 (29)
- 05/02 - 05/09 (59)
- 04/25 - 05/02 (28)
- 04/18 - 04/25 (38)
- 04/11 - 04/18 (70)
- 04/04 - 04/11 (59)
- 03/28 - 04/04 (65)
- 03/21 - 03/28 (89)
- 03/14 - 03/21 (218)
- 03/07 - 03/14 (95)
- 02/28 - 03/07 (135)
- 02/21 - 02/28 (102)
- 01/03 - 01/10 (68)
-
2009
(1652)
- 12/27 - 01/03 (36)
- 12/20 - 12/27 (22)
- 12/13 - 12/20 (100)
- 12/06 - 12/13 (45)
- 11/29 - 12/06 (24)
- 11/22 - 11/29 (22)
- 11/15 - 11/22 (19)
- 11/08 - 11/15 (28)
- 11/01 - 11/08 (11)
- 10/25 - 11/01 (17)
- 10/18 - 10/25 (38)
- 10/11 - 10/18 (33)
- 10/04 - 10/11 (15)
- 09/27 - 10/04 (21)
- 09/20 - 09/27 (7)
- 09/13 - 09/20 (84)
- 09/06 - 09/13 (35)
- 08/30 - 09/06 (48)
-
08/23 - 08/30
(118)
- Materi Kesehatan: Konsep Praktek Klinik Keperawatan
- PERJALANAN PENYAKIT HIV/AIDS
- MEKANISME KESEIMBANGAN POSTURAL PADA LANSIA
- PERUBAHAN SISTEM TUBUH LANSIA
- STRUKTUR DAN PERKEMBANGBIAKAN HIV
- PERAWATAN PAYUDARA
- FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIDAKPATUHAN PER...
- KONSEP MODEL FLORENCE NIGHTINGALE
- TEORI-TEORI PROSES PENUAAN
- Peran Perawat
- TERAPI HEMODIALISA DAN TRANSPLANTASI
- TUGAS-TUGAS PERAWAT DALAM SETIAP TEORI PENUAAN
- WATER SEAL DRAINAGE (WSD)
- VENA VARIKOSA, varises
- Materi Kesehatan: Tinjauan Tentang Minat Belajar Anak
- Materi Kesehatan: Mengajar Bayi Metode Glenn Doman
- Materi Kesehatan: Tumbuh Kembang Bayi di Tahun Per...
- Materi Kesehatan: Organ Reproduksi Wanita
- ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT KARDIOVASKULAR
- Materi Kesehatan: Proses Persalinan
- Materi Kesehatan: Anemia pada Ibu Hamil
- Materi Kesehatan: Penyebab Telat Hamil
- Materi Kesehatan: Siklus Kesehatan Wanita pada mas...
- Askep Hiperemesis Gravidarum 2
- Askeb Asuhan Antenatal Care (ANC)
- Askep Atresia Ani
- Materi Kesehatan: Sistem Reproduksi Wanita
- Materi Kesehatan: Pembuahan, Nidasi dan Plasentasi
- Materi Kesehatan: Proses Terjadinya Kehamilan
- Materi Kesehatan: Menopause
- Materi Kesehatan: Menopause dan Klimakterik
- Materi Kesehatan: Kesehatan bagi Wanita Pekerja
- Materi Kesehatan: Taksiran Berat Badan Janin (TBBJ)
- Askep Anak Kejang Demam
- Askeb Kehamilan Ektopik
- Materi Kesehatan: 58 Langkah APN
- Materi Kesehatan: Ketuban Pecah Dini (KPD)
- Materi Kesehatan: Perkembangan Janin Trimester 2
- Materi Kesehatan: Manfaat Kacang Kedelai Lainnya
- Materi Kesehatan: Anak Tunggal atau Kembar
- Materi Kesehatan: Perbedaan Primigravida dan Multi...
- Materi Kesehatan: Pemeriksaan Umum Kehamilan
- Materi Kesehatan: Keluhan Normal Ibu Hamil
- Materi Kesehatan: Menghitung Taksiran Persalinan
- Materi Kesehatan: Tanda - tanda Ibu Hamil yang Sehat
- Materi Kesehatan: Hal-hal yang perlu diketahui ole...
- Tips Kesehatan: Manfaat Kacang Kedelai
- Tips Kesehatan: Menurunkan Berat Badan Secara Bija...
- Materi Kesehatan: Diet Untuk Lambung
- Materi Kesehatan: Diet Rendah Garam
- Materi Kesehatan: Diet Diabetes Mellitus
- Materi Kesehatan: Diet Rendah Trigliserida
- Materi Kesehatan: Diet Rendah Protein
- Materi Kesehatan: Rendah Kolesterol dan Lemak Terb...
- Materi Kesehatan: Diet Energi Tinggi Protein Tinggi
- Materi Kesehatan: Diet Penyakit Jantung
- Materi Kesehatan: Proses Asuhan Keperawatan
- Materi Kesehatan: Rumus Perhitungan Dosis
- Materi Kesehatan: Cara Menentukan Umur Kehamilan P...
- Materi Kesehatan: Reflek Patologis
- Materi Kesehatan: Refleksiologi
- Tips Kesehatan: Mentimun Menghaluskan Kulit Kaki
- Tips Kesehatan: Manfaat Buah Apel
- Tips Kesehatan: Kelapa Muda Mencegah Rambut Beruban
- Tips Kesehatan: Brokoli Keluarkan Toksin dalam Tubuh
- Tips Kecantikan: Pisang Ambon Menghaluskan dan Men...
- Tips Kesehatan: Perawatan Wajah yang Baik
- Tips Kecantikan: Buah-buahan untuk Kecantikan
- Tipe Kecantikan: Pemakaian Masker Wajah Alami
- Tipe Kecantikan: Mencerahkan Kulit Wajah dengan Ca...
- Tips Kecantikan: Memutihkan Kulit wajah dengan Car...
- Tinjauan Teoritis: Vesikolithiasis
- Tinjauan Teoritis: Stroke
- Tinjauan Teoritis: Osteomielitis
- Tinjauan Teoritis: Intoksikasi Insektisida
- Tinjauan Teoritis: Illeus Obstruksi
- Tinjauan Teoritis: Hernia
- Tinjauan Teoritis: Hemoroid
- Tinjauan Teoritis: Gastroentritis ( GE )
- Tinjauan Teoritis: Gastritis
- Tinjauan Teoritis: BPH
- Tinjauan Teoritis: Endometriosis
- Tata Cara Membuat Ebook Berformat EXE
- Tinjauan Teoritis: Dispepsia
- Tinjauan Teoritis: BBLR
- Tinjauan Teoritis: Aritmia
- Tinjauan Teoritis: Appendiksitis
- Askep Hernia
- Askep Vesikolithiasis
- Askep Stroke
- Askep Ileus Obstruksi
- Askep Sifilis
- Askep Osteomielitis
- Askep Hemoroid
- Askep Intoksikasi Insektisida
- Askep Endometriosis
- Askep Dispepsia
- Askep (Bayi Berat Badan Lahir Rendah) BBLR
- Askep Pneumonia
- Askep Abortus
- 08/16 - 08/23 (26)
- 08/09 - 08/16 (34)
- 08/02 - 08/09 (35)
- 07/26 - 08/02 (31)
- 07/19 - 07/26 (14)
- 07/12 - 07/19 (16)
- 07/05 - 07/12 (28)
- 06/28 - 07/05 (26)
- 06/21 - 06/28 (76)
- 06/14 - 06/21 (26)
- 06/07 - 06/14 (21)
- 05/31 - 06/07 (43)
- 05/24 - 05/31 (38)
- 05/17 - 05/24 (26)
- 05/10 - 05/17 (52)
- 05/03 - 05/10 (15)
- 04/26 - 05/03 (38)
- 04/19 - 04/26 (32)
- 04/12 - 04/19 (22)
- 04/05 - 04/12 (20)
- 03/29 - 04/05 (40)
- 03/22 - 03/29 (43)
- 03/15 - 03/22 (18)
- 03/08 - 03/15 (14)
- 03/01 - 03/08 (22)
- 02/22 - 03/01 (12)
- 02/15 - 02/22 (9)
- 02/08 - 02/15 (11)
- 02/01 - 02/08 (19)
- 01/25 - 02/01 (37)
- 01/18 - 01/25 (21)
- 01/11 - 01/18 (33)
- 01/04 - 01/11 (31)
-
2008
(700)
- 12/28 - 01/04 (13)
- 12/21 - 12/28 (9)
- 12/14 - 12/21 (57)
- 12/07 - 12/14 (5)
- 11/30 - 12/07 (18)
- 11/23 - 11/30 (33)
- 11/16 - 11/23 (31)
- 11/09 - 11/16 (23)
- 11/02 - 11/09 (18)
- 10/26 - 11/02 (11)
- 10/19 - 10/26 (15)
- 10/12 - 10/19 (13)
- 10/05 - 10/12 (25)
- 09/28 - 10/05 (2)
- 09/21 - 09/28 (14)
- 09/14 - 09/21 (19)
- 09/07 - 09/14 (43)
- 08/31 - 09/07 (3)
- 08/24 - 08/31 (33)
- 08/17 - 08/24 (65)
- 08/10 - 08/17 (4)
- 08/03 - 08/10 (26)
- 07/27 - 08/03 (6)
- 07/20 - 07/27 (19)
- 07/13 - 07/20 (18)
- 07/06 - 07/13 (60)
- 06/29 - 07/06 (53)
- 06/22 - 06/29 (49)
- 06/15 - 06/22 (11)
- 06/08 - 06/15 (4)
Popular Posts
-
ASUHAN KEPERAWATAN IBU NIFAS DENGAN PERDARAHAN POST PARTUM A. PengertianPost partum / puerperium adalah masa dimana tubuh menyesuaikan, baik...
-
KTI KEBIDANAN HUBUNGAN USIA TERHADAP PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSUD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan wanita merupakan hal yang s...
-
Setelah beberapa minggu ini cari materi buat postingan baru, mendadak dapat inspirasi setelah rekan Anton Wijaya menulis di buku tamu Keper...
-
PATHWAY ASFIKSIA NEONATORUM Klik pada gambar untuk melihat pathway Download Pathway Asfiksia Neonatorum Via Ziddu Download Askep Asfiksia N...
-
DEFINISI Ikterus ialah suatu gejala yang perlu mendapat perhatian sungguh-sungguh pada neonatus. Ikterus ialah suatu diskolorasi kuning pa...
-
Metode Kalender atau Pantang Berkala (Calendar Method Or Periodic Abstinence) Pendahuluan Metode kalender atau pantang berkala merupakan met...
-
Pathway Combustio Klik Pada Gambar Untuk melihat pathway Download Pathway Combustio Via Ziddu Tag: Pathways combustio , pathways luka baka...
-
Pathway Hematemesis Melena Klik pada gambar untuk melihat pathway Download Pathway Hematemesis Melena Via Ziddu
-
PROSES KEPERAWATAN KOMUNITAS Pengertian - Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan, merencana...
-
Metode Suhu Basal Tubuh (Basal Body Temperature Method) Suhu tubuh basal adalah suhu terendah yang dicapai oleh tubuh selama istirahat atau ...
© ASUHAN KEPERAWATAN 2013 . Powered by Bootstrap , Blogger templates and RWD Testing Tool Published..Gooyaabi Templates