• home

ASUHAN KEPERAWATAN

  • HOME
  • DOWNLOAD ASUHAN KEPERAWATAN
  • Cara Mendapatkan Password
Tampilkan postingan dengan label Materi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Materi. Tampilkan semua postingan

Jumat, 22 Mei 2015

KODE ETIK KEPERAWATAN INDONESIA

di 01.15 Label: Materi
MUKADIMAH
Sebagai profesi yang turut serta mengusahakan tercapainya kesejahteraan fisik, material dan spiritual untuk makhluk insani dalam wilayah Republik Indonesia, maka kehidupan profesi keperawatan di Indonesia selalu berpedoman kepada sumber asalnya yaitu kebutuhan masyarakat Indonesia akan pelayanan keperawatan.
Warga Keperawatan di Indonesia menyadari bahwa kebutuhan akan keperawatan bersifat universal bagi klien (individu keluarga kelompok dan masyarakat), oleh karenanya pelayanan yang diberikan oleh perawat selalu berdasarkan pada cita-cita yang luhur, niat yang murni untuk keselamatan dan kesejahteraan umat tanpa membedakan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik dan agama yang dianut serta kedudukan sosial.
Dalam melaksanakan tugas professional yang berdaya guna dan berhasil guna, para perawat mampu dan ikhlas memberikan pelayanan yang bermutu dengan memelihara dan meningkatkan integritas pribadi yang luhur dengan ilmu dan keterampilan yang memenuhi standar serta kesadaran bahwa pelayanan yang diberikan merupakan bagian dari upaya kesehatan secara menyeluruh.
Dalam bimbingan Tuhan Yang Maha Esa dalam melaksankan tugas pengabdian untuk kepentingan kemanusiaan, bangsa dan Tanah Air, Persatuan Indonesia yang berjiwa Pancasila dan berlandaskan pada UUD 1945 merasa terpanggil untuk menunaikan kewajiban dalam bidang keperawatan dengan penuh tanggungjawab, berpedoman kepada dasar-dasar seperti tertera dibawah ini:

PERAWAT DAN KLIEN
  1. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan martabat manusia, keunikan klien, dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik dan agama yang dianut serta kedudukan sosial.
  2. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan kelangsungan hidup beragama dari klien
  3. Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang membutuhkan asuhan keperawatan
  4. Perawat wajib merahasikan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku
PERAWAT DAN PRAKTEK
  1. Perawat memelihara dan meningkatkan kompetisi dibidang keperawatan melalui belajar terus menerus
  2. Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran professional yang menerapkan pengetahuan serta keterampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien
  3. Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang akurat dan mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi seseorang bila melakukan konsultasi, menerima delegasi dan memberikan delegasi kepada orang lain
  4. Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan selalu menunjukkan perilaku professional
PERAWAT DAN MASYARAKAT
Perawatan mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk memprakarsai dan mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan dan kesehatan masyarakat
PERAWAT DAN TEMAN SEJAWAT
  1. Perawat senantiasa memlihara hubungan baik dengan sesama perawat maupun dengan tenaga kesehatan lainnya, dan dalam memelihara keserasian suasan lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayan kesehatan secara menyeluruh
  2. Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan illegal
PERAWAT DAN PROFESI
  1. Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar pendidikan dan pelayanan keperawatan serta menerapkannya dalam kegiatan pelayanan dan pendidikan keperawatan
  2. Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan profesi keperawatan
  3. Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun dan memelihara kondisi kerja yang kondusif demi terwujudnya asuhan keperawatan yang bermutu tinggi
Read More

Kamis, 17 Maret 2011

Profil Perawat Profesional

di 19.00 Label: Materi
Pelayanan Keperawatan di masa mendatang harus dapat memberikan Consumer Minded terhadap pelayanan yang diterima. Implikasi pelayanan keperawatan akan terus mengalami perubahaan dan hal ini akan dapat terjawab dengan memahami dan melaksanakan karakteristik perawat profesional dan perawat millennium. Menurut Nursalam Peran perawat di masa depan harus berkembang seiring dengan perkembangan IPTEK dan tuntutan kebutuhan masyarakat, sehingga perawat, dituntut mampu manjawab dan mengantisipasi terhadap dampak dari perubahan. Sebagai Perawat professional maka peran yang diemban adalah “CARE” yang meliputi:

C: Communication:
  • C:Complete
  • A:Accurate
  • R:Rapid
  • E:English
A: Activity:
  • C:Cooperative
  • A:Applicable
  • R:Responsive
  • E:Empathy
R: Review:
  • C:Considered
  • A:Appropriate
  • R:Reasoned
  • E:Evaluated
E: Education:
  • C:Committed
  • A:Academic
  • R:Research
  • E:Extended


Communication
Perawat memberikan pelayanan keperawatan harus dapat berkomunikasi secara lengkap, adekuat, cepat. Setiap melakukan komunikasi (lisan dan tulis) harus memenuhi tiga syarat di atas dan juga harus mampu berbicara dan menulis dalam bahasa asing minimal bahasa inggris.

Activity
Prinsip melakukan aktifitas/pemberian asuhan keperawatan harus dapat bekerjasama dengan teman sejawat dan tenaga kesehatan lainnya, khususnya tim medis sebagai mitra kerja dalam memberikan asuhan kepada pasien. Aktivitas ini harus ditunjang dengan menunjukan suatu kesungguhan dan sikap empati dan bertanggung-jawab terhadap setiap tugas yang diemban. Tindakan keperawatan harus dilakukan dengan prinsip: “CWIPAT”  

C: Check the orders & Equipment
W: Wash Your hands
I: Identify of Patient
P: Provide for Safety & Privacy
A: Asses the Problem
T: Tell the person or teach the patient about what you are going to do

Review
Prinsip utamanya adalah moral dan Etika keperawatan. Dalam memberikan setiap asuhan keperawatan perawat harus selalu berpedoman pada nilai-nilai etik keperawatan dan standar keperawatan yang ada serta ilmu keperawatan. Untuk menghindari kesalahan dalam pelaksanaan peran ini maka perawat harus berpegangan pada prinsip-prinsip etik keperawatan yang meliputi:
 
Justice: Asas Keadilan
Setiap prioritas tindakan yang diberikan harus berdasarkan kondisi pasien, tidak ada diskriminasi pasien dan alat

Autonomy: Asas menghormati otonomi
Setiap manusia mempunyai hak untuk menentukan tindakan terhadap dirinya sendiri

Benefiency: Asas Manfaat
Setiap tindakan yang diberikan kepada klien harus bermanfaat bagi klien dan menghindarkan dari kecacatan

Veracity: Asas Kejujuran
Perawat dalam berkomunikasi harus mengatakan yang benar dan jujur kepada klien

Confidentiality: Asas Kerahasiaan
Apa yang dilaksanakan oleh perawat harus didasarkan pada tanggung-jawab moral dan profesi

Education
Perawat harus mempunyai komitmen yang tinggi terhadap profesi dengan jalan terus menerus menambah ilmu melalui melalui pendidikan formal/nonformal, sampai pada suatu keahlian tertentu. Pengembangan pelayanan keperawatan yang paling efektif harus didasarkan pada hasil temuan-temuan Ilmiah yang dapat diuji kesahihannya.
Read More

Minggu, 07 November 2010

E-Book Dan Video Keperawatan Gratis

di 20.41 Label: Materi
Bagi anda mahasiswa Keperawatan, Kedokteran, Dosen atau Tenaga Kesehatan dan Keperawatan lainnya yang ingin mendapatkan materi dalam bentuk E-Book, Video ataupun Music tentang Kedokteran dan Keperawatan, anda bisa mendapatkannya secara gratis disini, hanya di Keperawatan.
 
 
File-file ini sengaja saya bagikan secara gratis demi kemajuan dunia Keperawatan di Indonesia dan sebagai sarana belajar dalam meningkatkan Profesi Keperawatan menuju yang lebih baik.

 
Yang harus anda lakukan adalah hanya dengan mengklik file yang anda inginkan di bagian sidebar blog ini, dan anda akan diarahkan menuju ke media penyimpanan online saya. Setelah itu anda tinggal mengklik "Unduh Sekarang" untuk mengunduh/download file yang anda inginkan.

File-file tersebut diantaranya adalah:
  • Allergic Disease Diagnosis And Treatment
  • An Atlas Of Surgical Anatomy
  • E-Book Pengkajian Keperawatan
  • E-Book Sistem Perkemihan
  • E-Book Sistem Reproduksi
  • Nurse's Pocket Guide
  • Anatomy Of Urinary System
  • Male Urethral Catheterization
  • Mars PPNI
Dan akan menyusul lebih banyak lagi materi-materi Keperawatan dan Kedokteran lainnya disini.

Read More

Rabu, 27 Oktober 2010

Contoh Judul Skripsi/KTI Keperawatan

di 10.12 Label: Materi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), skripsi diartikan sebagai karangan ilmiah yang diwajibkan sebagai bagian dari persyaratan pendidikan akademis. Buat sebagian mahasiswa, Skripsi adalah sesuatu yang lumrah. Tetapi buat sebagian mahasiswa yang lain, skripsi bisa jadi momok yang terus menghantui dan menjadi mimpi buruk. Banyak juga yang berujar “lebih baik sakit gigi daripada bikin skripsi”. Maka tidak sedikit para mahasiswa yang melakukan cara pintas alias tidak mau susah dengan cara membayar orang untuk dibuatkan skripsinya atau mengcopy-paste skripsi yang telah jadi.

Sedangkan Karya Tulis Ilmiah (KTI) dapat dibagi menjadi dua kata yakni karya dan tulis. Kata “karya” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti pekerjaan, hasil perbuatan, buatan, ciptaan (terutama karangan).

Kata “tulis”, tidak didefinisikan secara tunggal oleh KBBI. Ini mungkin karena kata “tulis” bukan merupakan kata benda. Sehingga KBBI menjelaskannya dengan menambah imbuhan untuk memperjelas.

Dan "ilmiah" menurut KBBI adalah bersifat ilmu; secara ilmu pengetahuan; memenuhi kaidah ilmu pengetahuan.

Jadi Karya Tulis Ilmiah (KTI) adalah suatu bentuk publikasi ilmiah yang berisi tentang gagasan-gagasan dalam permasalahan yang dituangkan dalam sebuah tulisan dengan sistematika tertentu dan memiliki karakteristik keilmuan dan memenuhi syarat keilmuan. Dalam tulisan ini yang dimaksudkan adalah KTI mahasiswa keperawatan.

Ada beberapa syarat dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI), diantaranya adalah:
  • Relevan, judul/masalah yang dipilih harus relevan/sesuai dengan bidang ilmu.
  • Tata Bahasa, penggunaan tata bahasa yang sesuai dengan ejaan yang disempurnakan dan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
  • Data Cukup, adanya data yang cukup untuk menunjang penelitian, minimal adanya fenomena masalah yang muncul.
Sedangkan Skripsi/Karya Tulis Ilmiah (KTI) juga mempunyai ciri-ciri pokok, diantaranya adalah:
  • Arti Positif, bahwa Karya Tulis Ilmiah (KTI) harus mempunyai keuntungan dan kegunaan bagi pengembangan ilmu.
  • Berpikir Ilmiah, artinya bahwa skripsi/KTI merupakan data yang dianalisa lalu dibahas yang kemudian disimpulkan dan harus bisa menerima saran.
  • Tata Bahasa Ilmiah, tata bahasa yang sesuai dengan ejaan yang disempurnakan dan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
  • Rangkaian, merupakan rangkaian yang tak terpisahkan dari pendahuluan sampai dengan saran.
Seperti halnya penyusunan skripsi, penyusunan KTI bagi mahasiswa Diploma III Keperawatan saat inipun dilakukan sesuai dengan metodologi penelitian yang digunakan pada penyusunan skripsi. Jadi mahasiswa diploma III keperawatan saat ini sudah dilatih untuk melakukan penelitian sederhana. Cuma yang berbeda adalah dalam pemilihan judul penelitiannya, biasanya judul KTI hanya terdiri dari satu variabel penelitian dan hanya merupakan penelitian deskriptif. Sedangkan judul skripsi bisa lebih luas dan menggunakan uji analisis yang lebih rumit.

Berikut ini saya mencoba memberikan contoh skripsi dan KTI bagi mahasiswa keperawatan. Judul-judul ini sebagai gambaran bagi mahasiswa dalam memilih judul yang tepat demi menyelesaikan tugas akhir.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih judul skripsi/KTI, diantaranya adalah:
  • Suatu judul yang memenuhi syarat adalah yang dapat mengungkapkan masalah dan ruang lingkup penelitian. Susunlah judul tersebut selengkap mungkin, tetapi jangan terlalu panjang. Sering disebutkan bahwa judul penelitian sebaiknya singkat (tidak lebih dari 20 kata), jelas, tepat, tidak berbau atau berkesan promosi maupun propaganda, tidak menonjolkan pribadi, dan tidak menyimpang dari masalah yang diteliti.
  • Judul merupakan label, bukan kalimat lengkap yang harus mengandung subjek, predikat, objek pelaku, objek penderita, dan lain sebagainya. Namun demikian bukan bearti urutan kata dapat diabaikan, bahkan harus sangat diperhatikan, oleh karena label (kalimat tak lengkap) dengan urutan kata yang tidak dipertimbangkan dengan hati-hati dapat menimbulkan makna ganda.
  • Oleh karena judul harus dapat berdiri sendiri, maka dalam judul tidak diperkenankan penggunaan singkatan, kecuali singkatan yang sudah lazim seperti satuan pengkuran (kg, cm, ml). Misalnya AIDS mungkin dapat ditulis tanpa keterangan.
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi sebelum seorang mahasiswa bisa menulis skripsi/KTI. Tiap universitas/fakultas memang mempunyai kebijakan tersendiri, tetapi umumnya persyaratan yang harus dipenuhi hampir sama. Misalnya, mahasiswa harus sudah memenuhi sejumlah SKS, tidak boleh ada nilai D atau E, IP Kumulatif semester tersebut minimal 2.00, dan seterusnya. Anda mungkin saat ini belum “berhak” untuk menulis skripsi/KTI, akan tetapi tidak ada salahnya untuk mempersiapkan segalanya sejak awal.

Skripsi/KTI tersebut akan ditulis dan direvisi hingga mendapat persetujuan dosen pembimbing. Setelah itu, Anda harus mempertahankan skripsi Anda di hadapan penguji dalam ujian skripsi/KTI nantinya. Nilai Anda bisa bervariasi, dan terkadang, bisa saja Anda harus mengulang skripsi Anda (tidak lulus).

Skripsi/KTI juga berbeda dari tesis (S2) dan disertasi (S3). Untuk disertasi, mahasiswa S3 memang diharuskan untuk menemukan dan menjelaskan teori baru. Sementara untuk tesis, mahasiswa bisa menemukan teori baru atau mengembangkan teori yang sudah ada dan menjelaskan dengan teori yang sudah ada.

Sementara skripsi/KTI adalah “belajar meneliti”.Jadi, skripsi/KTI memang perlu disiapkan secara serius. Akan tetapi, juga nggak perlu disikapi sebagai mimpi buruk atau beban yang maha berat.

Silahkan anda download contoh judul skripsi dan KTI dengan meng-klik tombol dibawah ini.

Read More

Kamis, 21 Oktober 2010

Asuhan Keperawatan Katarak

di 12.25 Label: Askep , Materi
Pengertian
Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di dalam kapsul mata. Katarak adalah suatu keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein lensa.
Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia tertentu. Katarak dapat terjadi pada saat perkembangan serat lensa masih berlangsung atau sesudah serat lensa berhenti dalam perkembangannya dan telah memulai proses degenerasi.

Katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut:
  1. Katarak perkembangan (developmental) dan degeneratif,
  2. Katarak congenital, juvenil, dan senile
  3. Katarak komplikata
  4. Katarak traumatic
Penyebab terjadinya kekeruhan lensa ini dapat:
  1. Primer, berdasarkan gangguan perkembangan dan metabolisme dasar
  2. Sekunder, akibat tindakan Pembedahan lensa
  3. Komplikasi penyakit lokal ataupun umum
Berdasarkan usia pasien, katarak dapat dibagi dalam:
  1. Katarak congenital, katarak yang terlihat pada usia dibawah 1 tahun
  2. Katarak juvenil, katarak yang terlihat pada usia di atas 1 tahun dan di bawah 40 tahun
  3. Katarak presenil, yaitu katarak sesudah usia 30-40 tahun
  4. Katarak senile, yaitu katarak yang mulai terjadi pada usia lebih dari 40 tahun

Etiologi
Penyebab utama katarak adalah proses penuaan. Anak dapat menderita katarak yang biasanya merupakan penyakit yang diturunkan, peradangan di dalam kehamilan, keadaan ini disebut sebagai katarak congenital.



Faktor lain dapat mempengaruhi kecepatan berkembangnya kekeruhan lensa seperti DM, dan obat tertentu, sinar ultraviolet B dari cahaya matahari, efek racun dari rokok, dan alkoho, gizi kurang vitamin E, dan radang menahan di dalam bola mata. Obat yang dipergunakan untuk penyakit tertentu dapat mempercepat timbulnya katarak seperti betametason, klorokuin, klorpromazin, kortizon, ergotamin, indometasin, medrison, pilokarpin dan beberapa obat lainnya.

Penyakit infeksi tertentu dan penyakit seperti DM, dapat mengakibatkan timbulnya kekeruhan lensa yang akan menimbulkan katarak komplikata.

Cedera mata dapat mengenai semua umur seperti pukulan keras, tusukan benda, terpotong, panas yang tinggi, bahan Kimia, dapat merusak lensa mata dan keadaan ini di sebut sebagai katarak traumatic.

Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleuas, di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambah usia, nucleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior nucleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna namapak seperti kristal salju pada jendela.

Perubahan fisik dan Kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi, perubahan pada serabut halus multiple (zunula) yang memanjang daari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa Misalnya dapat menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Perubahan Kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi. Sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia darn tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.

Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan yang berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistematis, seperti DM, namun sebenarnya merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan katarak berkembang secara kronik dan matang ketika orang memasuki decade ke tujuh. Katarak dapat bersifat congenital dan harus diidentifikasi awal, karena bila tidak didiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen. Faktor yang paling sering yang berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar ultraviolet B, obat-obatan, alcohol, merokok, DM, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu lama.

Manifestasi klinis dan diagnosis
Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya pasien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau dan gangguan fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan tadi. Temuan objektif biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak pada oftalmoskop.

Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan kabur atau redup, menyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di mlam hari. Pupil yang normalnya hitam akan tampak kekuningan abu-abu atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun-tahun dan ketika katarak sudah sangat memburuk lensa koreksi yang lebih kuat pun tak akan mampu memperbaiki penglihatan. Bisa melihat dekat pada pasien rabun dekat (hipermetropia), dan juga penglihatan perlahan-lahan berkurang dan tanpa rasa sakit.

Orang dengan katarak secara khas selalu mengembangkan strategi untuk menghindari silau yang menjengkelkan yang disebabkan oleh cahaya yang salah arah. Misalnya ada yang mengatur ulang perabot rumahnya sehingga sinar tidak akan langsung menyinari mata mereka. Ada yang mengenakan topi berkelapak lebar atau kacamata hitam dan menurunkan pelindung cahaya saat mengendarai mobil pada siang hari.

Seorang dokter mata akan memeriksa mata dengan berbagai alat untuk menentukan tipe, besar dan letaknya kekeruhan pada bagian lensa. Bagian dalam dari mata diperiksa dengan alat oftalmoskop, untuk menentukan apakah ada kelainan lain di mata yang mungkin juga merupakan penyebab berkurangnya pengliahatan.

Bila diketahui adanya gejala di atas sebaiknya segera diminta pendapat seorang dokter mata. Secara umum seseorang yang telah berusia 40 tahun sebaiknya mendapatkan pemeriksaan mata setiap 1 tahun.

Diagnosa keperawatan 

Ketakutan atau ansietas berhubungan dengankurangnya pengetahuan
NoIntervensiRasional
1Kaji derajat dan durasi gangguan visual. Dorong percakapan untuk mengetahui keprihatinan pasien, perasaan, dan tingkat pemahamanInformasi dapat menghilangkan ketakutan yang tidak diketahui. Mekanisme koping dapat membantu pasien berkompromi dengan kegusaran, ketakutan, depresi, tegang, keputusasaan, kemarahan, dan penolakan
2Orientasikan pasien pada lingkungan yang baruPengenalan terhadap lingkungan membantu mengurangi ansietas dan meningkatkan keamanan
3Menjelaskan rutinitas perioperatifPasien yang telah banyak mendapat informasi lebih mudah menerima penanganan dan mematuhi instruksi
4Menjelaskan intervensi sedetil-detilnyaPasien yang mengalami gangguan visual bergantung pada masukan indera yang lain untik mendapatkan informasi
5Dorong untuk menjalankan kebiasaan hidup sehari-hari bila mampuPerawatan diri dan kemandirian akan meningkatkan rasa sehat
6Dorong partisipasi keluarga atau orang yang berarti dalam perawatan pasienPasien mungkin tak mampu melakukan semua tugas sehubungan dengan penanganan dari perawatan diri
7Dorong partisipasi dalam aktivitas sosial dan pengalihan bila memungkinkan (pengunjung, radio, rekaman audio, TV, kerajinan tangan, permainan)Isolasi sosial dan waktu luang yang terlalu lama dapat menimbulkan perasaan negatif


Resiko terhadap cedera berhubungan dengan pandangan kabur
NoIntervensiRasional
1Bantu pasien ketika mampu melakukan ambulasi pascaoperasi sampai stabil dan mencapai penglihatan dan keterampilan koping yang memadai, menggunakan teknik bimbingan penglihatanMenurunkan resiko jatuh atau cedera ketika langkah sempoyongan atau tidak mempunyai keterampilan koping untuk kerusakan penglihatan
2Bantu pasien menata lingkunganMemanfasilitasi kemandirian dan menurunkan resiko cedera
3Orientasikan pasien pada ruanganMeningkatkan keamanan mobilitas dalam lingkungan
4Bahas perlunya penggunaan perisai metal atau kaca mata bila diperintahkanTameng logam atau kaca mata melindungi mata terhadap cedera
5Jangan memberikan tekanan pada mata yang terkena traumaTekanan pada mata dapat menyebabkan kerusakan serius lebih lanjut
6Gunakan prosedur yang memadai ketika memberikan obat mataCedera dapat terjadi bila wadah obat menyentuh mata
 


Nyeri berhubungan dengan insisi dan peningkatan TIO

NoIntervensiRasional
1Berikan obat untuk mengontrol nyeri dan TIO sesuai resepSesuai resep akan mengurangi nyeri dan TIO dan meningkatkan rasa nyaman
2Berikan kompres dingin sesuai permintaan untuk trauma tumpulMengurangi edema akan mengurangi nyeri
3Kurangi tingkat pencayahaanTingkat pencahayaan yang lebih rendah lebih nyakan setelah Pembedahan
4Dorong penggunaan kaca mata hitam pada cahaya kuatCahaya yang kuat menyebabkan rasa tak nyaman setelah penggunaan tetes mata dilator


Resiko kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan penglihatan

NoIntervensiRasional
1Beri instruksi kepada pasien atau orang terdekat mengenal tanda atau gejala komplikasi yang harus dilaporkan segera kepada dokterPenemuan dan penanganan awal komplikasi dapat mengurangi resiko kerusakan lebih lanjut
2Berikan instruksi lisan dan tertulis untuk pasien dan orang yang berati mengenal teknik yang benar memberikan obatPemakaian teknik yang benar akan mengurangi resiko infeksi dan cedera mata
3Evaluasi perlunya bantuan setelah pemulanganSumber daya harus tersedia untuk layanan kesehatan, pendampingan dan teman di rumah
4Ajari pasien dan keluarga teknik panduan penglihatanMemungkinkan tindakan yang aman dalam lingkungan

Resiko infeksi berhubungan trauma insisi

NoIntervensiRasional
1Jaga teknik aseptic ketat, lakukan cuci tangan sesering mungkinAkan meminimalkan infeksi
2Awasi dan laporkan segera adanya tanda dan gejala komplikasi, misalnya: perdarahan, peningkatan TIO atau infeksiPenemuan awal komplikasi dapat mengurangi resiko kehilangan penglihatan permanen
3Jelaskan posisi yang dianjurkanPeninggian kepala dan menghindari berbaring pada sisi yang di operasi dapat mengurangi edema
4Instruksikan pasien mengenal pembatasan aktivitas tirah baring, dengan keleluasaan ke kamar mandi, peningkatan aktivitas bertahap sesuai toleransiPembatasan aktivitas diresepkan untuk mempercepat penyembuhan dan menghindari kerusakan lebih lanjut pada mata yang cedera
5Jelaskan tindakan yang harus dihindari, seperti yang diresepkan batuk, bersin, muntah (minta obat untuk itu)Dapat mengakibatkan komplikasi seperti prolaps vitreus atau dehisensi luka akibat peningkatan tegangan luka pada jahitan yang sangat halus
6Berikan obat sesuai resep, sesuai teknik yang diresepkanObat yang diberikan dengan cara yang tidak sesuai dengan resep dapat mengganggu penyembuhan atau menyebabkan komplikasi

Source: 
  • Christine Brooker, Buku saku Keperawatan, Edisi 31, 2001, EGC, Jakarta.
  • Doenges E. Marlynn, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta.
  • Luckman and Surensen’s, Medical Surgical Nursing, Pshychologic Approach 4th Editor, 1993 Philadelphia : WB. Sanders Company.
  • Lynda Juall Carpenito, diagnosa Keperawatan, Aplikasi Pada Praktik Klinis, 1998, EGC, Jakarta. Robbins, Cotran and Kumar, Dasar Patologi Penyakit, Edisi 5, 1999, EGC, Jakarta.
Read More

Senin, 18 Oktober 2010

Asuhan Keperawatan Tonsilitis Kronik

di 18.23 Label: Askep , Materi

Tonsilitis
Pengertian
Tonsilitis adalah terdapatnya peradangan umum dan pembengkakan dari jaringan tonsil dengan pengumpulan lekosit, sel-sel epitel mati dan bakteri patogen dalam kripta (Adam Boeis, 1994: 330).


Tonsilektomi adalah suatu tindakan invasif yang dilakukan untuk mengambil tonsil dengan atau tanpa adenoid (Adam Boeis, 1994: 337).




Etiologi
  1. Streptokokus hemolitikus grup A.
  2. Pneumokokus.
  3. Stafilokokus.
  4. Haemofilus influezae.
Pathofisiologi
  1. Terjadinya peradangan pada daerah tonsila akibat virus.
  2. Mengakibatkan terjadinya pembentukan eksudat.
  3. Terjadi selulitis tonsila dan daerah sekitarnya.
  4. Pembentukan abses peritonsilar.
  5. Nekrosis jaringan.
Gejala-gejala
  1. Sakit tenggorokan dan disfagia.
  2. Penderita tidak mau makan atau minum.
  3. Malaise.
  4. Demam.
  5. Nafas bau.
  6. Otitis media merupakan salah satu faktor pencetusnya.

Penatalaksanaan
  1. Tirah baring.
  2. Pemberian cairan adekuat dan diet ringan.
  3. Pemberian obat-obat (analgesik dan antibiotik).
  4. Apabila tidak ada kemajuan maka alternatif tindakan yang dapat di lakukan adalah pembedahan.
Indikasi tindakan pembedahan

Indikasi absolut
  1. Timbulnya kor pulmonale akibat adanya obstruksi jalan nafas yang kronis.
  2. Hipertrofi tonsil atau adenoid dengan sindroma apnea pada waktu tidur.
  3. Hipertrofi yang berlebihan yang mengakibatkan disfagia dan penurunan berat badan sebagai penyertanya.
  4. Biopsi eksisi yang di curigai sebagai keganasan (limfoma).
  5. Abses peritonsilaris berulang atau abses yang meluas pada jaringan sekitarnya.
Indikasi relatif
Seluruh indikasi lain untuk tindakan tonsilektomi di anggap sebagai indikasi relatif.

Indikasi lain yang paling dapat di terima adalah
  1. Serangan tonsilitis yang berulang.
  2. Hiperplasia tonsil dengan gangguan fungsional (disfagia).
  3. Hiperplasia dan obstruksi yang menetap selama 6 bulan.
  4. Tidak memberikan respons terhadap penatalaksanaan dan terapi.
Before And After Tonsilektomy

Kontraindikasi
  1. Demam yang tidak di ketahui penyebabnya.
  2. Asma.
  3. Infeksi sistemik atau kronis.
  4. Sinusitis.
Persiapan operasi yang mungkin di lakukan
Pemeriksaan laboratorium (Hb, lekosit, waktu perdarahan).Berikan penjelasan kepada klien tindakan dan perawatan setelah operasi.Puasa 6-8 jam sebelum operasi.Berikan antibiotik sebagai propilaksis.Berikan premedikasi ½ jam sebelum operasi.

Pengkajian
  1. Riwayat kesehatan yang bergubungan dengan faktor pendukung terjadinya tonsilitis serta bio-psiko-sosio-spiritual.
  2. Peredaran darah : Palpitasi, sakit kepala pada saat melakukan perubahan posisi, penurunan tekanan darah, bradikardi, tubuh teraba dingin, ekstrimitas tampak pucat.
  3. Eliminasi : Perubahan pola eliminasi (inkontinensia uri/alvi), distensi abdomen, menghilangnya bising usus.
  4. Aktivitas/istirahat : Terdapat penurunan aktivitas karena kelemahan tubuh, kehilangan sensasi atau parese/plegia, mudah lelah, sulit dalam beristirahat karena kejang otot atau spasme dan nyeri. Menurunnya tingkat kesadaran, menurunnya kekuatan otot, kelemahan tubuh secara umum.
  5. Nutrisi dan cairan : Anoreksia, mual muntah akibat peningkatan TIK (tekanan intra kranial), gangguan menelan, dan kehilangan sensasi pada lidah.
  6. Persarafan : Pusing/syncope, nyeri kepala, menurunnya luas lapang pandang/pandangan kabur, menurunnya sensasi raba terutama pada daerah muka dan ekstrimitas. Status mental koma, kelmahan pada ekstrimitas, paralise otot wajah, afasia, pupil dilatasi, penurunan pendengaran.
  7. Kenyamanan : Ekspresi wajah yang tegang, nyeri kepala, gelisah.
  8. Pernafasan : Nafas yang memendek, ketidakmampuan dalam bernafas, apnea, timbulnya periode apnea dalam pola nafas.
  9. Keamanan Fluktuasi dari suhu dalam ruangan.
  10. Psikologis : Denial, tidak percaya, kesedihan yang mendalam, takut, cemas.

Masalah dan rencana tindakan keperawatan

Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kerusakan jaringan atau trauma pada pusat pernafasan.
Tujuan:
Pasien menunjukkan kemampuan dalam melakukan pernafasan secara adekuat dengan memperlihatkan hasil blood gas yang stabil dan baik serta hilangnya tanda-tanda distress pernafasan.
Rencana tindakan:
  1. Bebaskan jalan nafas secara paten (pertahankan posisi kepala dalam keadaan sejajar dengan tulang belakang/sesuai indikasi).
  2. Lakukan suction jika di perlukan.
  3. Kaji fungsi sistem pernafasan.
  4. Kaji kemampuan pasien dalam melakukan batuk/usaha mengeluarkan sekret.
  5. Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
  6. Observasi tanda-tanda adanya ditress pernafasan (kulit menjadi pucat/cyanosis).Kolaborasi dengan terapist dalam pemberian fisoterapi.

Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan neuromuskuler pada ekstrimitas.
Tujuan:
Pasien menunjukan adanya peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas fisik.
Rencana tindakan:
  1. Kaji kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas.
  2. Ajarkan pada pasien tentang rentang gerak yang masih dapat di lakukan.
  3. Lakukan latihan secara aktif dan pasif pada akstrimitas untuk mencegah kekakuan otot dan atrofi.
  4. Anjurkan pasien untuk mengambil posisi yang lurus.
  5. Bantu pasien secara bertahap dalam melakukan ROM sesuai kemampuan.
  6. Kolaborasi dalam pemberian antispamodic atau relaxant jika di perlukan.Observasi kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas.

Penurunan perfusi jaringan otak berhubungan dengan edema cerebri, perdarahan pada otak.
Tujuan:
Pasien menunjukan adanya peningkatan kesadaran, kognitif dan fungsi sensori.
Rencana tindakan:
  1. Kaji status neurologis dan catat perubahannya.
  2. Berikan pasien posisi terlentang.
  3. Kolaborasi dalam pemberian O2.
  4. Observasi tingkat kesadaran, tanda vital.

Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya trauma secara fisik.
Tujuan:
Pasien mengungkapkan nyeri sudah berkurang dan menunjukkan suatu keadaan yang relaks dan tenang.
Rencana tindakan:
  1. Kaji tingkat atau derajat nyeri yang di rasakan oleh pasien dengan menggunakan skala.
  2. Bantu pasien dalam mencarai faktor presipitasi dari nyeri yang di rasakan.
  3. Ciptakan lingkungan yang tenang.
  4. Ajarkan dan demontrasikan ke pasien tentang beberapa cara dalam melakukan tehnik relaksasi.Kolaborasi dalam pemberian sesuai indikasi.

Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan efek dari kerusakan pada area bicara pada himisfer otak.
Tujuan:
Pasien mampu melakukan komunikasi untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dan menunjukan peningkatan kemampuan dalam melakukan komunikasi.
Rencana tindakan:
  1. Lakukan komunkasi dengan pasien (sering tetapi pendek serta mudah di pahami).
  2. Ciptakan suatu suasana penerimaan terhadap perubahan yang dialami pasien.
  3. Ajarkan pada pasien untuk memperbaiki tehnik berkomunikasi.
  4. Pergunakan tehnik komunikasi non verbal.
  5. Kolaborasi dalam pelaksanaan terapi wicara.Observasi kemampuan pasien dalam melakukan komunikasi baik verbal maupun non verbal.

Perubahan konsep diri berhubungan dengan perubahan persepsi.
Tujuan:
Pasien menunjukan peningkatan kemampuan dalam menerima keadaan nya.
Rencana tindakan:
  1. Kaji pasien terhadap derajat perubahan konsep diri.
  2. Dampingi dan dengarkan keluhan pasien.
  3. Beri dukungan terhadap tindakan yang bersifat positif.
  4. Kaji kemampuan pasien dalam beristirahat (tidur).
  5. Observasi kemampuan pasien dalam menerima keadaanya.

Perubahan pola eliminasi defekasi dan uri berhubungan dengan an inervasi pada bladder dan rectum.
Tujuan:
Pasien menunjukkan kemampuan dalam melakukan eliminasi (defekasi/uri) secara normal sesuai dengan kebiasaan pasien.
Rencana tindakan:
  1. Kaji pola eliminasi pasien sebelum dan saat di lakukan pengkajian.
  2. Auskultasi bising usus dan distensi abdomen.
  3. Pertahankan porsi minum 2-3 liter perhari (sesuai indikasi).
  4. Kaji/palpasi distensi dari bladder.
  5. Lakukan bladder training sesuai indikasi.
  6. Bantu/lakukan pengeluaran feces secara manual.
  7. Kolaborasi dalam(pemberian gliserin, pemasangan dower katheter dan pemberian obat sesuai indikasi).

Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit berhubungan dengan sirkulasi perifer yang tidak adekuat, adanya edema, imobilisasi.
Tujuan:
Tidak terjadi kerusakan integritas kulit (dikubitus).
Rencana tindakan:
  1. Kaji keadaan kulit dan lokasi yang biasanya terjadi luka atau lecet.
  2. Anjurkan pada keluarga agar menjaga keadan kulit tetap kering dan bersih.
  3. Ganti posisi tiap 2 jam sekali.
  4. Rapikan alas tidur agar tidak terlipat.

Resiko terjadinya ketidakpatuhan terhadap penatalaksanaan yang berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan:
Pasien menunjukan kemauan untuk melakukan kegiatan penatalaksanaan.
Rencana tindakan:
  1. Identifikasi faktor yang dapat menimbulkan ketidak patuhan terhadap penatalaksanaan.
  2. Diskusikan dengan pasien cara-cara untuk mengatasi faktor penghambat tersebut.
  3. Jelaskan pada pasien akibat dari ketidak patuhan terhadap penatalaksanaan.
  4. Libatkan keluarga dalam penyuluhan.
  5. Anjurkan pada pasien untuk melakukan kontrol secara teratur.

Source:
  • Boeis, Adam, 1994, Buku Ajar Penyakit THT, Jakarta: EGC.
  • Junadi, Purnawan, 1982, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
  • Price, Sylvia Anderson, 1985, Pathofisiologi Konsep klinik proses-proses penyakit, Jakarta: EGC.
Read More

Jumat, 15 Oktober 2010

EPISTAKSIS (Hidung Berdarah)

di 17.42 Label: Askep , Materi
Epistaksis
Pengertian
Hidung berdarah (Kedokteran: epistaksis atau Inggris: epistaxis) atau mimisan adalah satu keadaan pendarahan dari hidung yang keluar melalui lubang hidung.

Sering ditemukan sehari-hari, hampir sebagian besar dapat berhenti sendiri. Harus diingat epitaksis bukan merupakan suatu penyakit tetapi merupakan gejala dari suatu kelainan.

Ada dua tipe pendarahan pada hidung:
  • Tipe anterior (bagian depan). Merupakan tipe yang biasa terjadi.
  • Tipe posterior (bagian belakang).
Dalam kasus tertentu, darah dapat berasal dari sinus dan mata. Selain itu pendarahan yang terjadi dapat masuk ke saluran pencernaan dan dapat mengakibatkan muntah. 

Etiologi 
Secara Umum penyebab epistaksis dibagi dua yaitu Lokal dan Sistemik
Lokal
Penyebab lokal terutama trauma, sering karena kecelakaan lalulintas, olah raga, (seperti karena pukulan pada hidung) yang disertai patah tulang hidung (seperti pada gambar di halaman ini), mengorek hidung yang terlalu keras sehingga luka pada mukosa hidung, adanya tumor di hidung, ada benda asing (sesuatu yang masuk ke hidung) biasanya pada anak-anak, atau lintah yang masuk ke hidung, dan infeksi atau peradangan hidung dan sinus (rinitis dan sinusitis)
Sistemik 
Penyebab sistemik artinya penyakit yang tidak hanya terbatas pada hidung, yang sering meyebabkan mimisan adalah hipertensi, infeksi sistemik seperti penyakit demam berdarah dengue atau cikunguya, kelainan darah seperti hemofili, autoimun trombositipenic purpura.
Selain itu ada juga penyebab lainnya, diantaranya:
Trauma, Perdarahan hidung dapat terjadi setelah trauma ringan, misalnya mengeluarkan ingus secara tiba-tiba dan kuat, mengorek hidung, dan trauma yang hebat seperti terpukul, jatuh atau kecelakaan. Selain itu juga dapat disebabkan oleh iritasi gas yang merangsang, benda asing di hidung dan trauma pada pembedahan.
Infeksi, Infeksi hidung dan sinus paranasal seperti rhinitis atau sinusitis juga dapat menyebabkan perdarahan hidung.
Neoplasma, Hemangioma dan karsinoma adalah yang paling sering menimbulkan gejala epitaksis.
Kongenital, Penyakit turunan yang dapat menyebabkan epitaksis adalah telengiaktasis hemoragik herediter.
Penyakit kardiovaskular, Hipertensi dan kelainan pada pembuluh darah di hidung seperti arteriosklerosis, sirosis, sifilis dan penyakit gula dapat menyebabkan terjadinya epitaksis karena pecahnya pembuluh darah.
Kelainan Darah
Trombositopenia, hemophilia, dan leukemia
Infeksi sistemik
Demam berdarah, Demam tifoid, influenza dan sakit morbili
Perubahan tekanan atmosfer
Caisson disease (pada penyelam)
 

Patofisiologi 
Semua pendarahan hidung disebabkan lepasnya lapisan mukosa hidung yang mengandung banyak pembuluh darah kecil. Lepasnya mukosa akan disertai luka pada pembuluh darah yang mengakibatkan pendarahan. 

Manifestasi Klinis 
Perdarahan dari hidung, gejala yang lain sesuai dengan etiologi yang bersangkutan.
Epitaksis berat, walaupun jarang merupakan kegawatdaruratan yang dapat mengancam keselamatan jiwa pasien, bahkan dapat berakibat fatal jika tidak cepat ditolong. Sumber perdarahan dapat berasal dari depan hidung maupun belakang hidung. Epitaksis anterior (depan) dapat berasal dari pleksus kiesselbach atau dari a. etmoid anterior. Pleksus kieselbach ini sering menjadi sumber epitaksis terutama pada anak-anak dan biasanya dapat sembuh sendiri.
Epitaksis posterior (belakang) dapat berasal dari a. sfenopalatina dan a. etmoid posterior. Perdarahan biasanya hebat dan jarang berhenti sendiri. Sering ditemukan pada pasien dengan hipertensi, arteriosklerosis atau pasien dengan penyakit jantung. Pemeriksaan yang diperlukan adalah darah Lengkap dan fungsi hemostasis. 

Epidemiologi 
Epistaksis jarang ditemukan pada bayi, sering pada anak, agak jarang pada orang dewasa muda, dan lebih banyak lagi pada orang dewasa muda. Epistaksis atau perdarahan hidung dilaporkan timbul pada 60% populasi umum. Puncak kejadian dari epistaksis didapatkan berupa dua puncak (bimodal) yaitu pada usia <10 tahun dan >50 tahun.

Komplikasi
Mencegah komplikasi, sebagai akibat dari perdarahan yang berlebihan, dapat terjadi syok atau anemia, turunnya tekanan darah yang mendadak dapat menimbulkan infark serebri, insufisiensi koroner, atau infark miokard, sehingga dapat menyebabkan kematian. Dalam hal ini harus segera diberi pemasangan infus untuk membantu cairan masuk lebih cepat. Pemberian antibiotika juga dapat membantu mencegah timbulnya sinusitis, otitis media akibat pemasangan tampon.
Kematian akibat pendarahan hidung adalah sesuatu yang jarang. Namun, jika disebabkan kerusakan pada arteri maksillaris dapat mengakibatkan pendarahan hebat melalui hidung dan sulit untuk disembuhkan. Tindakan pemberian tekanan, vasokonstriktor kurang efektif. Dimungkinkan penyembuhan struktur arteri maksillaris (yang dapat merusak saraf wajah) adalah solusi satu-satunya.
Komplikasi yang dapat timbul: 
  • Sinusitis
  • Septal hematom (bekuan darah pada sekat hidung)
  • Deformitas (kelainan bentuk) hidung
  • Aspirasi (masuknya cairan ke saluran napas bawah)
  • Kerusakan jaringan hidung infeksi
Penatalaksanaan
Kolaborasi
Aliran darah akan berhenti setelah darah berhasil dibekukan dalam proses pembekuan darah. Sebuah opini medis mengatakan bahwa ketika pendarahan terjadi, lebih baik jika posisi kepala dimiringkan ke depan (posisi duduk) untuk mengalirkan darah dan mencegahnya masuk ke kerongkongan dan lambung. 
Pertolongan pertama jika terjadi mimisan adalah dengan memencet hidung bagian depan selama tiga menit. Selama pemencetan sebaiknya bernafas melalui mulut. Perdarahan ringan biasanya akan berhenti dengan cara ini. Lakukan hal yang sama jika terjadi perdarahan berulang, jika tidak berhenti sebaiknya kunjungi dokter untuk bantuan. 
Untuk pendarahan hidung yang kronis yang disebabkan keringnya mukosa hidung, biasanya dicegah dengan menyemprotkan salin pada hidung hingga tiga kali sehari. Jika disebabkan tekanan, dapat digunakan kompres es untuk mengecilkan pembuluh darah (vasokonstriksi). Jika masih tidak berhasil, dapat digunakan tampon hidung. Tampon hidung dapat menghentikan pendarahan dan media ini dipasang 1-3 hari.


Tiga prinsip utama dalam menanggulangi epitaksis adalah: 
Mencegah komplikasi yang timbul akibat perdarahan seperti syok atau infeksi
Mencegah berulangnya epitaksis
Jika pasien dalam keadaan gawat seperti syok atau anemia lebih baik diperbaiki dulu keadaan umum pasien baru menanggulangi perdarahan dari hidung itu sendiri.
Menghentikan perdarahan
Menghentikan perdarahan secara aktif dengan menggunakan kaustik atau tampon jauh lebih efektif daripada dengan pemberian obat-obat hemostatik dan menunggu darah berhenti dengan sendirinya. Jika pasien datang dengan perdarahan maka pasien sebaiknya diperiksa dalam keadaan duduk, jika terlalu lemah pasien dibaringkan dengan meletakan bantal di belakang punggung pasien. Sumber perdarahan dicari dengan bantuan alat penghisap untuk membersihkan hidung dari bekuan darah, kemudian dengan menggunakan tampon kapas yang dibasahi dengan adrenalin 1/10000 atau lidokain 2 % dimasukan ke dalam rongga hidung untuk menghentikan perdarahan atau mengurangi nyeri, dapat dibiarkan selama 3-5 menit. 

Perdarahan Anterior
Dapat menggunakan alat kaustik nitras argenti 20-30% atau asam triklorasetat 10% atau dengan elektrokauter. Bila perdarahan masih berlangsung maka dapat digunakan tampon anterior (kapas dibentuk dan dibasahi dengan adrenalin + vaseline) tampon ini dapat digunakan sampai 1-2 hari.
Perdarahan Posterior
Perdarahan biasanya lebih hebat dan lebih sukar dicari, dapat dilihat dengan menggunakan pemeriksaan rhinoskopi posterior. Untuk mengurangi perdarahan dapat digunakan tampon Beelloqk.
Tampon Beelloqk
Mandiri
Pada epitaksis, gejala yang utama adalah perdarahan dari hidung, gejala yang lain sesuai dengan etiologi yang bersangkutan. Oleh sebab itu pada tindakan penanganan mandiri perawat, yang harus diperhatikan adalah penanganan pada:
  • Risiko kekurangan volume cairan,
  • Nyeri,
  • Risiko infeksi.
Tindakan mandiri perawat diantaranya adalah:
  • Awasi tanda-tanda vital
  • Awasi masukan/haluaran, hitung kehilangan cairan akibat perdarahan
  • Evaluasi turgor kulit, pengisian kapiler dan membrane mukosa mulut
  • Kaji keluhan nyeri
  • Awasi tanda-tanda vital
  • Berikan posisi yang nyaman
  • Dorong penggunaan manajemen nyeri
  • Kurangi prosedur tindakan invasive
  • Awasi tanda-tanda vital Kurangi pengunjung 
Perawatan
Aliran darah akan berhenti setelah darah berhasil dibekukan dalam proses pembekuan darah. Sebuah opini medis mengatakan bahwa ketika pendarahan terjadi, lebih baik jika posisi kepala dimiringkan ke depan (posisi duduk) untuk mengalirkan darah dan mencegahnya masuk ke kerongkongan dan lambung.
Pertolongan pertama jika terjadi mimisan adalah dengan memencet hidung bagian depan selama tiga menit. Selama pemencetan sebaiknya bernafas melalui mulut. Perdarahan ringan biasanya akan berhenti dengan cara ini. Lakukan hal yang sama jika terjadi perdarahan berulang, jika tidak berhenti sebaiknya kunjungi dokter untuk bantuan.
Untuk pendarahan hidung yang kronis yang disebabkan keringnya mukosa hidung, biasanya dicegah dengan menyemprotkan salin pada hidung hingga tiga kali sehari.
Jika disebabkan tekanan, dapat digunakan kompres es untuk mengecilkan pembuluh darah (vasokonstriksi). Jika masih tidak berhasil, dapat digunakan tampon hidung. Tampon hidung dapat menghentikan pendarahan dan media ini dipasang 1-3 hari. Kematian akibat pendarahan hidung adalah sesuatu yang jarang.

Read More
Postingan Lama Beranda
Langganan: Postingan ( Atom )
 photo banner300x250-biru.gif

Blog Archive

  • 2016 (1)
    • 09/18 - 09/25 (1)
      • PENGETAHUAN IBU TENTANG BIANG KERINGAT PADA BAYI 0...
  • 2015 (10)
    • 10/11 - 10/18 (1)
    • 09/13 - 09/20 (1)
    • 09/06 - 09/13 (1)
    • 07/05 - 07/12 (1)
    • 05/17 - 05/24 (6)
  • 2014 (1)
    • 04/13 - 04/20 (1)
  • 2012 (770)
    • 02/19 - 02/26 (5)
    • 02/12 - 02/19 (10)
    • 02/05 - 02/12 (4)
    • 01/29 - 02/05 (27)
    • 01/22 - 01/29 (88)
    • 01/15 - 01/22 (101)
    • 01/08 - 01/15 (169)
    • 01/01 - 01/08 (366)
  • 2011 (4477)
    • 12/25 - 01/01 (336)
    • 12/18 - 12/25 (62)
    • 12/11 - 12/18 (70)
    • 12/04 - 12/11 (77)
    • 11/27 - 12/04 (40)
    • 11/20 - 11/27 (67)
    • 11/13 - 11/20 (198)
    • 11/06 - 11/13 (187)
    • 10/30 - 11/06 (340)
    • 10/23 - 10/30 (32)
    • 10/16 - 10/23 (109)
    • 10/09 - 10/16 (80)
    • 08/14 - 08/21 (75)
    • 08/07 - 08/14 (81)
    • 07/31 - 08/07 (82)
    • 07/24 - 07/31 (65)
    • 07/17 - 07/24 (91)
    • 07/10 - 07/17 (47)
    • 07/03 - 07/10 (44)
    • 06/26 - 07/03 (53)
    • 06/19 - 06/26 (59)
    • 06/12 - 06/19 (47)
    • 06/05 - 06/12 (65)
    • 05/29 - 06/05 (63)
    • 05/22 - 05/29 (77)
    • 05/15 - 05/22 (115)
    • 05/08 - 05/15 (65)
    • 05/01 - 05/08 (104)
    • 04/24 - 05/01 (45)
    • 04/17 - 04/24 (70)
    • 04/10 - 04/17 (134)
    • 04/03 - 04/10 (72)
    • 03/27 - 04/03 (18)
    • 03/20 - 03/27 (47)
    • 03/13 - 03/20 (68)
    • 03/06 - 03/13 (40)
    • 02/27 - 03/06 (56)
    • 02/20 - 02/27 (77)
    • 02/13 - 02/20 (76)
    • 02/06 - 02/13 (198)
    • 01/30 - 02/06 (194)
    • 01/23 - 01/30 (132)
    • 01/16 - 01/23 (196)
    • 01/09 - 01/16 (202)
    • 01/02 - 01/09 (121)
  • 2010 (2535)
    • 12/26 - 01/02 (156)
    • 12/19 - 12/26 (65)
    • 12/12 - 12/19 (73)
    • 12/05 - 12/12 (84)
    • 11/28 - 12/05 (80)
    • 11/21 - 11/28 (68)
    • 11/14 - 11/21 (63)
    • 11/07 - 11/14 (50)
    • 10/31 - 11/07 (50)
    • 10/24 - 10/31 (36)
    • 10/17 - 10/24 (58)
    • 10/10 - 10/17 (35)
    • 10/03 - 10/10 (31)
    • 09/26 - 10/03 (21)
    • 09/19 - 09/26 (26)
    • 09/12 - 09/19 (55)
    • 09/05 - 09/12 (65)
    • 08/29 - 09/05 (33)
    • 08/22 - 08/29 (70)
    • 08/15 - 08/22 (45)
    • 08/08 - 08/15 (35)
    • 08/01 - 08/08 (37)
    • 07/25 - 08/01 (27)
    • 07/18 - 07/25 (19)
    • 07/11 - 07/18 (30)
    • 07/04 - 07/11 (56)
    • 06/27 - 07/04 (28)
    • 06/20 - 06/27 (22)
    • 06/13 - 06/20 (30)
    • 06/06 - 06/13 (21)
    • 05/30 - 06/06 (5)
    • 05/16 - 05/23 (6)
    • 05/09 - 05/16 (29)
    • 05/02 - 05/09 (59)
    • 04/25 - 05/02 (28)
    • 04/18 - 04/25 (38)
    • 04/11 - 04/18 (70)
    • 04/04 - 04/11 (59)
    • 03/28 - 04/04 (65)
    • 03/21 - 03/28 (89)
    • 03/14 - 03/21 (218)
    • 03/07 - 03/14 (95)
    • 02/28 - 03/07 (135)
    • 02/21 - 02/28 (102)
    • 01/03 - 01/10 (68)
  • 2009 (1652)
    • 12/27 - 01/03 (36)
    • 12/20 - 12/27 (22)
    • 12/13 - 12/20 (100)
    • 12/06 - 12/13 (45)
    • 11/29 - 12/06 (24)
    • 11/22 - 11/29 (22)
    • 11/15 - 11/22 (19)
    • 11/08 - 11/15 (28)
    • 11/01 - 11/08 (11)
    • 10/25 - 11/01 (17)
    • 10/18 - 10/25 (38)
    • 10/11 - 10/18 (33)
    • 10/04 - 10/11 (15)
    • 09/27 - 10/04 (21)
    • 09/20 - 09/27 (7)
    • 09/13 - 09/20 (84)
    • 09/06 - 09/13 (35)
    • 08/30 - 09/06 (48)
    • 08/23 - 08/30 (118)
    • 08/16 - 08/23 (26)
    • 08/09 - 08/16 (34)
    • 08/02 - 08/09 (35)
    • 07/26 - 08/02 (31)
    • 07/19 - 07/26 (14)
    • 07/12 - 07/19 (16)
    • 07/05 - 07/12 (28)
    • 06/28 - 07/05 (26)
    • 06/21 - 06/28 (76)
    • 06/14 - 06/21 (26)
    • 06/07 - 06/14 (21)
    • 05/31 - 06/07 (43)
    • 05/24 - 05/31 (38)
    • 05/17 - 05/24 (26)
    • 05/10 - 05/17 (52)
    • 05/03 - 05/10 (15)
    • 04/26 - 05/03 (38)
    • 04/19 - 04/26 (32)
    • 04/12 - 04/19 (22)
    • 04/05 - 04/12 (20)
    • 03/29 - 04/05 (40)
    • 03/22 - 03/29 (43)
    • 03/15 - 03/22 (18)
    • 03/08 - 03/15 (14)
    • 03/01 - 03/08 (22)
    • 02/22 - 03/01 (12)
    • 02/15 - 02/22 (9)
    • 02/08 - 02/15 (11)
    • 02/01 - 02/08 (19)
    • 01/25 - 02/01 (37)
    • 01/18 - 01/25 (21)
    • 01/11 - 01/18 (33)
    • 01/04 - 01/11 (31)
  • 2008 (700)
    • 12/28 - 01/04 (13)
    • 12/21 - 12/28 (9)
    • 12/14 - 12/21 (57)
    • 12/07 - 12/14 (5)
    • 11/30 - 12/07 (18)
    • 11/23 - 11/30 (33)
    • 11/16 - 11/23 (31)
    • 11/09 - 11/16 (23)
    • 11/02 - 11/09 (18)
    • 10/26 - 11/02 (11)
    • 10/19 - 10/26 (15)
    • 10/12 - 10/19 (13)
    • 10/05 - 10/12 (25)
    • 09/28 - 10/05 (2)
    • 09/21 - 09/28 (14)
    • 09/14 - 09/21 (19)
    • 09/07 - 09/14 (43)
    • 08/31 - 09/07 (3)
    • 08/24 - 08/31 (33)
    • 08/17 - 08/24 (65)
    • 08/10 - 08/17 (4)
    • 08/03 - 08/10 (26)
    • 07/27 - 08/03 (6)
    • 07/20 - 07/27 (19)
    • 07/13 - 07/20 (18)
    • 07/06 - 07/13 (60)
    • 06/29 - 07/06 (53)
    • 06/22 - 06/29 (49)
    • 06/15 - 06/22 (11)
    • 06/08 - 06/15 (4)

Popular Posts

  • ASKEP NIFAS DENGAN PERDARAHAN POST PARTUM
    ASUHAN KEPERAWATAN IBU NIFAS DENGAN PERDARAHAN POST PARTUM A. PengertianPost partum / puerperium adalah masa dimana tubuh menyesuaikan, baik...
  • Hubungan Usia Terhadap Perdarahan Post Partum Di RSUD
    KTI KEBIDANAN HUBUNGAN USIA TERHADAP PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSUD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan wanita merupakan hal yang s...
  • PATHWAY ASFIKSIA NEONATORUM
    PATHWAY ASFIKSIA NEONATORUM Klik pada gambar untuk melihat pathway Download Pathway Asfiksia Neonatorum Via Ziddu Download Askep Asfiksia N...
  • PATHWAY HEMATEMESIS MELENA
    Pathway Hematemesis Melena Klik pada gambar untuk melihat pathway Download Pathway Hematemesis Melena Via Ziddu
  • Ikterus
    DEFINISI Ikterus ialah suatu gejala yang perlu mendapat perhatian sungguh-sungguh pada neonatus. Ikterus ialah suatu diskolorasi kuning pa...
  • PROSES KEPERAWATAN KOMUNITAS
    PROSES KEPERAWATAN KOMUNITAS Pengertian - Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan, merencana...
  • Materi Kesehatan: Taksiran Berat Badan Janin (TBBJ)
     Taksiran Berat Badan Janin (TBBJ) PERBANDINGAN AKURASI TAKSIRAN BERAT BADAN JANIN MENGGUNAKAN RUMUS JOHNSON TOHSACH DENGAN MODIFIKASI RUMUS...
  • Metode Kalender atau Pantang Berkala (Calendar Method Or Periodic Abstinence)
    Metode Kalender atau Pantang Berkala (Calendar Method Or Periodic Abstinence) Pendahuluan Metode kalender atau pantang berkala merupakan met...
  • Diagnosa Keperawatan Aktual
    Konsep Dasar Diagnosa Keperawatan Aktual BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai suatu aspek yang terpenting dalam proses kepera...
  • PATHWAY COMBUSTIO
    Pathway Combustio Klik Pada Gambar Untuk melihat pathway Download Pathway Combustio Via Ziddu Tag: Pathways combustio , pathways luka baka...

Statistik

© ASUHAN KEPERAWATAN 2013 . Powered by Bootstrap , Blogger templates and RWD Testing Tool Published..Gooyaabi Templates