Tampilkan postingan dengan label praktik keperawatan profesional. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label praktik keperawatan profesional. Tampilkan semua postingan
Minggu, 13 Februari 2011
Praktik Mandiri
Perawatan luka dapat dijadikan sebagai template (cetakan) praktik keperawatan yang lain. Perawatan luka sangat spesifik, dan mempunyai komunitas baik global, nasional maupun lokal. Kompetensi perawatan luka juga mengandung kompetensi yang berada pada area bersama antara medis dan keperawatan.
Praktik keperawatan yang diinginkan, berdasarkan percakapan pada pertemuan-pertemuan sebenarnya mirip dengan konsep Nurse Practitioner, yang ada di Amerika maupun Australia. Nurse practitioner merupakan pilihan karena keterbatasan keterjangkaun tenaga medis. Skill mix merupakan bentuk kompetensi medikal yang dapat dikerjakan secara khusus oleh perawat dengan batas-batas tertentu. Perawat bersertifikasi khusus dibutuhkan untuk menangani area ini. Sertifikasi ini merupakan bentuk pengakuan bahwa perawat pemegang sertifikasi telah memiliki kompetensi yang diperlukan.
Pola-pola pengendalian melalui standar kompetensi dan kredensial dapat digunakan untuk mengembangkan skill-skill perawatan lainnya.Pelayanan keperawatan tidak dapat dilakukan secara cepat seperti praktik diagnosis dalam praktik dokter. Pelayanan keperawatan berkaitan dengan waktu. Faktor waktu pelayanan yang sangat penting dalam praktik keperawatan ini menyebabkan praktik keperawatan spesifik/spesialistis lebih tepat. Praktik khusus ini akan memudahkan dalam penyediaan peralatan maupun perangkat untuk praktik, sekaligus standarisasi pelayanannya.
Area perawatan yang lain dapat dikaji dengan pola-pola seperti pada perawatan luka. Memisahkan skil-skill independen, kolaborasi, dan medikal. Mendirikan asosiasi (peer group) untuk mengkaji bersama dan membuat kompetensi yang diinginkan. Melakukan sounding dengan profesi lain yang berpotensi tumpang-tindih dengan profesi lain. Selanjutnya tingkatan keahlian dibuat secara sistematis. Kompetensi dan keahlian tersebut dibutuhkan sebagai dasar pertimbangan membuat continuing education maupun program sertifikasi.
Jadi praktik keperawatan luka hanya sebuah cetakan (template) untuk mengembangkan area keperawatan yang lain seperti perawatan anak, perawatan maternitas, perawatan medikal bedah, perawatan jiwa, perawatan komunitas, perawatan dasar, bahkan perawatan menjelang ajal.
Praktik mandiri keperawatan ini akan menjadi basis perkembangan perawatan dan regulasi keperawatan di Indonesia. Setelah praktik ini ada (ontologi), maka kita dapat menjelaskan (epistemiologi) dengan baik kalau ada yang bertanya. Peran dalam pembangunan (aksiologi) kesehatan juga semakin jelas. Metode (metodologi) pelayanannya juga semakin terukur. Demikian juga pengendaliannya (etik) dapat terkontrol melalui etik.
Bentuk inilah yang kemudian dilihat masyarakat. Pelayanannya diakui memberikan manfaat. Metodenya efektif dan dapat dipertanggungjawabkan. Selanjutnya, UU Keperawatan bisa diajukan. Amandemen terhadap undang-undang kesehatan maupun kedokteran juga memungkinkan.
Read More
Praktik keperawatan yang diinginkan, berdasarkan percakapan pada pertemuan-pertemuan sebenarnya mirip dengan konsep Nurse Practitioner, yang ada di Amerika maupun Australia. Nurse practitioner merupakan pilihan karena keterbatasan keterjangkaun tenaga medis. Skill mix merupakan bentuk kompetensi medikal yang dapat dikerjakan secara khusus oleh perawat dengan batas-batas tertentu. Perawat bersertifikasi khusus dibutuhkan untuk menangani area ini. Sertifikasi ini merupakan bentuk pengakuan bahwa perawat pemegang sertifikasi telah memiliki kompetensi yang diperlukan.
Pola-pola pengendalian melalui standar kompetensi dan kredensial dapat digunakan untuk mengembangkan skill-skill perawatan lainnya.Pelayanan keperawatan tidak dapat dilakukan secara cepat seperti praktik diagnosis dalam praktik dokter. Pelayanan keperawatan berkaitan dengan waktu. Faktor waktu pelayanan yang sangat penting dalam praktik keperawatan ini menyebabkan praktik keperawatan spesifik/spesialistis lebih tepat. Praktik khusus ini akan memudahkan dalam penyediaan peralatan maupun perangkat untuk praktik, sekaligus standarisasi pelayanannya.
Area perawatan yang lain dapat dikaji dengan pola-pola seperti pada perawatan luka. Memisahkan skil-skill independen, kolaborasi, dan medikal. Mendirikan asosiasi (peer group) untuk mengkaji bersama dan membuat kompetensi yang diinginkan. Melakukan sounding dengan profesi lain yang berpotensi tumpang-tindih dengan profesi lain. Selanjutnya tingkatan keahlian dibuat secara sistematis. Kompetensi dan keahlian tersebut dibutuhkan sebagai dasar pertimbangan membuat continuing education maupun program sertifikasi.
Jadi praktik keperawatan luka hanya sebuah cetakan (template) untuk mengembangkan area keperawatan yang lain seperti perawatan anak, perawatan maternitas, perawatan medikal bedah, perawatan jiwa, perawatan komunitas, perawatan dasar, bahkan perawatan menjelang ajal.
Praktik mandiri keperawatan ini akan menjadi basis perkembangan perawatan dan regulasi keperawatan di Indonesia. Setelah praktik ini ada (ontologi), maka kita dapat menjelaskan (epistemiologi) dengan baik kalau ada yang bertanya. Peran dalam pembangunan (aksiologi) kesehatan juga semakin jelas. Metode (metodologi) pelayanannya juga semakin terukur. Demikian juga pengendaliannya (etik) dapat terkontrol melalui etik.
Bentuk inilah yang kemudian dilihat masyarakat. Pelayanannya diakui memberikan manfaat. Metodenya efektif dan dapat dipertanggungjawabkan. Selanjutnya, UU Keperawatan bisa diajukan. Amandemen terhadap undang-undang kesehatan maupun kedokteran juga memungkinkan.
Selasa, 03 Agustus 2010
Gelar Baru, Peran Baru, dan Perilaku Baru
Oleh: Wastu Adi Mulyono, M.Kep.
Memperoleh gelar akademik bukan berarti kita profesional. Seorang profesional harus mengabdikan ilmunya pada masyarakat dan selalu memperbaharui kemampuannya melalui ujian-ujian yang akan terus mengasahnya sesuai dengan perkembangan jaman.
Lulus dalam suatu pendidikan atau suatu bentuk pelatihan/kursus yang berkaitan dengan profesionalitas tidak berarti seseorang selesai dari kewajiban untuk menjalankan ujian. Ujian seringkali menjadi "momok" karena posisi kita berada pada zona tidak nyaman. Seorang teruji selalu diposisikan inferior baik oleh teruji sendiri maupun kadang-kadang oleh penguji. Posisi inferior ini sebenarnya yang telah mengancam ego sehingga seringkali menolak jika akan diuji atau ada kebijakan ujian. Ujian mutlak diperlukan oleh seorang profesional untuk dapat mengukur kemampuannya.
Saya sering mendengar keluhan terhadap berbagai bentuk ujian yang berkaitan dengan kemampuan keperawatan. Berbagai alasan (meskipun belum pernah diteliti) antara lain:
1. Teruji merasa tingkat pendidikannya lebih tinggi dari yang diuji. Aneh memang jika penguji memiliki tingkat pendidikan lebih rendah. Tapi inilah yang sering terjadi pada dunia praktis. Orang yang praktik lebih terampil daripada orang sekolahan.
2. Hasil ujian tidak memberikan pengaruh pada posisi dan peran dalam lingkungan kerja. Alasan ini saya ketika seorang teman mengeluh terhadap ujian kompetensi perawat yang dilakukan di satu propinsi untuk memperoleh SIP. Kondisi ini terjadi ketika praktik tidak memberikan keuntungan ekonomi atau status sosial pada teruji setelah mengikuti ujian. Ujian atau tidak ujian posisi di ruang rawat sama saja. Jenjang karir fungsional yang belum terbentuk membuat campur-aduk peran ini. Seorang teman dari sebuah rumah sakit yang menerapkan jenjang karir fungsional dapat merasakan dampak jenjang karir terhadap ujian.
3. Persepsi teruji terhadap ujian itu sendiri. Beberapa waktu terakhir saya mengikuti suatu ujian profisiensi, untuk menguji kelayakan saya terhadap standar RN yang setara di 23 negara (begitu kata penyelenggara)yang diprakarsai BNSP dan LPRN. Teman-teman yang mengikuti ujian berasal Sulawesi, Kalimantan, Jawa, Sumatera Utara dan Aceh. Persepsi dan ekpektasi positif mereka telah mendorong untuk mengeluarkan dana ekstra hanya untuk mengikuti ujian ini. Saat mengikuti ujian, semua serius menjalankan, tidak ada contek mencontek, tengok kiri atau kanan seperti yang sering kita jumpai di kelas-kelas. Keseriusan untuk mengukur kelayakan diri sendiri ini lah yang memotivasi mengikuti ujian.
Alasan-alasan tanggapan terhadap ujian baik positif maupun negatif tersebut telah mendorong kita menjalankan atau tidak melakukan ujian. Apapun hasilnya, output yang ada adalah sebuah bentuk gelar, nilai, atau sebutan baru. Gelar atau sebutan tersebut memiliki konsekuensi terhadap peran dan tanggung jawab baru yang disandang. Peran di masyarakat tersebut akan menentukan karya apa yang kita hasilkan. Peran yang akan mewarnai perkembangan keperawatan di Indonesia.
Karya apapun yang kita buat tidak ada artinya jika tidak dikenal dan dimanfaatkan orang lain. Kita boleh saja merendah dengan jurus ikhlas bahwa kita mengabdi bukan untuk dikenal. Betul, kita mengabdi dengan ikhlas, tetapi bukan kita yang perlu dikenal tetapi karya kita yang perlu dikenal. Orang lain dapat mencontoh karya yang baik dan memperbaiki karya yang kurang baik. Tidak ada karya yang tidak baik, oleh karena itu tidak ada alasan untuk menolak untuk berkarya.
Mengenalkan karya dimulai dengan dokumentasi yang baik setiap aktivitas kita. Ilmu manajemen membantu kita dengan fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian. Karya yang terencana, terorganisasi, terarah, dan terkendali sudah pasti terdokumentasi. Karya yang terdokumentasi dengan baik akan mudah terpublikasi. Hal inilah yang akan membuat karya kita lebih bermanfaat.
Pendidikan,kursus, pelatihan, atau ujian sebenarnya hanya sebuah tonggak. Sebuat batu pertanda suatu momentum baru. Momentum yang menandai perubahan-perubahan pada diri kita. Kita perlu memperbanyak momentum perubahan agar hidup profesional kita menjadi dinamis. Hal ini bagaikan mewujudkan mekanisme kontraksi otot dimana kontraksi berikutnya dimulai sebelum kontraksi awal berakhir agar menghasilkan gerak yang optimal. Terlena dengan status baru sering menjadikan kita terlambat memulai hal baru dan berakibat berlu energi ekstra untuk memulai hal baru. Saya mengalaminya ketika harus mulai studi S2 ini setelah 10 tahun terlena oleh kenyamanan bekerja. Sungguh sangat berat mencocokkan konsep dan pola pikir saya sebelumnya dengan pola pikir yang telah berkembang. Sepuluh tahun terlalu lama untuk berdiam diri tanpa dinamika berada pada zona kenyamanan. Kita harus terus mengupdate hal hal baru, baik melalui pendidikan maupun ujian-ujian. Oleh karena itu saya sepakat dengan teman seminat di perawatan luka di CWCC Program yang harus mengikuti ujian ulang setiap 2 tahun.
Gelar baru peran baru dan perilaku baru, saya kira tepat untuk hal ini. Setiap peran menuntut perilaku. Tuntutan standar perilaku ini yang akan mendorong kita mengikuti dengan baik. Sepertinya kita perlu menyusun standar perilaku baru sesuai tuntutan peran kita. Perilaku tersebut adalah, belajar sepanjang hayat, melalui continuing education program apapun bentuknya. Selamat berkarya kembali, jangan lupa dokumentasi dan publikasi, sehingga peran kit memberi manfaat untuk sekitar kita. Kembali kita kembali ke misi awal dilahirkan, "MENJADI RAHMAT SEMESTA ALAM
Read More
Memperoleh gelar akademik bukan berarti kita profesional. Seorang profesional harus mengabdikan ilmunya pada masyarakat dan selalu memperbaharui kemampuannya melalui ujian-ujian yang akan terus mengasahnya sesuai dengan perkembangan jaman.
Lulus dalam suatu pendidikan atau suatu bentuk pelatihan/kursus yang berkaitan dengan profesionalitas tidak berarti seseorang selesai dari kewajiban untuk menjalankan ujian. Ujian seringkali menjadi "momok" karena posisi kita berada pada zona tidak nyaman. Seorang teruji selalu diposisikan inferior baik oleh teruji sendiri maupun kadang-kadang oleh penguji. Posisi inferior ini sebenarnya yang telah mengancam ego sehingga seringkali menolak jika akan diuji atau ada kebijakan ujian. Ujian mutlak diperlukan oleh seorang profesional untuk dapat mengukur kemampuannya.
Saya sering mendengar keluhan terhadap berbagai bentuk ujian yang berkaitan dengan kemampuan keperawatan. Berbagai alasan (meskipun belum pernah diteliti) antara lain:
1. Teruji merasa tingkat pendidikannya lebih tinggi dari yang diuji. Aneh memang jika penguji memiliki tingkat pendidikan lebih rendah. Tapi inilah yang sering terjadi pada dunia praktis. Orang yang praktik lebih terampil daripada orang sekolahan.
2. Hasil ujian tidak memberikan pengaruh pada posisi dan peran dalam lingkungan kerja. Alasan ini saya ketika seorang teman mengeluh terhadap ujian kompetensi perawat yang dilakukan di satu propinsi untuk memperoleh SIP. Kondisi ini terjadi ketika praktik tidak memberikan keuntungan ekonomi atau status sosial pada teruji setelah mengikuti ujian. Ujian atau tidak ujian posisi di ruang rawat sama saja. Jenjang karir fungsional yang belum terbentuk membuat campur-aduk peran ini. Seorang teman dari sebuah rumah sakit yang menerapkan jenjang karir fungsional dapat merasakan dampak jenjang karir terhadap ujian.
3. Persepsi teruji terhadap ujian itu sendiri. Beberapa waktu terakhir saya mengikuti suatu ujian profisiensi, untuk menguji kelayakan saya terhadap standar RN yang setara di 23 negara (begitu kata penyelenggara)yang diprakarsai BNSP dan LPRN. Teman-teman yang mengikuti ujian berasal Sulawesi, Kalimantan, Jawa, Sumatera Utara dan Aceh. Persepsi dan ekpektasi positif mereka telah mendorong untuk mengeluarkan dana ekstra hanya untuk mengikuti ujian ini. Saat mengikuti ujian, semua serius menjalankan, tidak ada contek mencontek, tengok kiri atau kanan seperti yang sering kita jumpai di kelas-kelas. Keseriusan untuk mengukur kelayakan diri sendiri ini lah yang memotivasi mengikuti ujian.
Alasan-alasan tanggapan terhadap ujian baik positif maupun negatif tersebut telah mendorong kita menjalankan atau tidak melakukan ujian. Apapun hasilnya, output yang ada adalah sebuah bentuk gelar, nilai, atau sebutan baru. Gelar atau sebutan tersebut memiliki konsekuensi terhadap peran dan tanggung jawab baru yang disandang. Peran di masyarakat tersebut akan menentukan karya apa yang kita hasilkan. Peran yang akan mewarnai perkembangan keperawatan di Indonesia.
Karya apapun yang kita buat tidak ada artinya jika tidak dikenal dan dimanfaatkan orang lain. Kita boleh saja merendah dengan jurus ikhlas bahwa kita mengabdi bukan untuk dikenal. Betul, kita mengabdi dengan ikhlas, tetapi bukan kita yang perlu dikenal tetapi karya kita yang perlu dikenal. Orang lain dapat mencontoh karya yang baik dan memperbaiki karya yang kurang baik. Tidak ada karya yang tidak baik, oleh karena itu tidak ada alasan untuk menolak untuk berkarya.
Mengenalkan karya dimulai dengan dokumentasi yang baik setiap aktivitas kita. Ilmu manajemen membantu kita dengan fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian. Karya yang terencana, terorganisasi, terarah, dan terkendali sudah pasti terdokumentasi. Karya yang terdokumentasi dengan baik akan mudah terpublikasi. Hal inilah yang akan membuat karya kita lebih bermanfaat.
Pendidikan,kursus, pelatihan, atau ujian sebenarnya hanya sebuah tonggak. Sebuat batu pertanda suatu momentum baru. Momentum yang menandai perubahan-perubahan pada diri kita. Kita perlu memperbanyak momentum perubahan agar hidup profesional kita menjadi dinamis. Hal ini bagaikan mewujudkan mekanisme kontraksi otot dimana kontraksi berikutnya dimulai sebelum kontraksi awal berakhir agar menghasilkan gerak yang optimal. Terlena dengan status baru sering menjadikan kita terlambat memulai hal baru dan berakibat berlu energi ekstra untuk memulai hal baru. Saya mengalaminya ketika harus mulai studi S2 ini setelah 10 tahun terlena oleh kenyamanan bekerja. Sungguh sangat berat mencocokkan konsep dan pola pikir saya sebelumnya dengan pola pikir yang telah berkembang. Sepuluh tahun terlalu lama untuk berdiam diri tanpa dinamika berada pada zona kenyamanan. Kita harus terus mengupdate hal hal baru, baik melalui pendidikan maupun ujian-ujian. Oleh karena itu saya sepakat dengan teman seminat di perawatan luka di CWCC Program yang harus mengikuti ujian ulang setiap 2 tahun.
Gelar baru peran baru dan perilaku baru, saya kira tepat untuk hal ini. Setiap peran menuntut perilaku. Tuntutan standar perilaku ini yang akan mendorong kita mengikuti dengan baik. Sepertinya kita perlu menyusun standar perilaku baru sesuai tuntutan peran kita. Perilaku tersebut adalah, belajar sepanjang hayat, melalui continuing education program apapun bentuknya. Selamat berkarya kembali, jangan lupa dokumentasi dan publikasi, sehingga peran kit memberi manfaat untuk sekitar kita. Kembali kita kembali ke misi awal dilahirkan, "MENJADI RAHMAT SEMESTA ALAM
Rabu, 18 Februari 2009
Entrepreneurship dan Perawat
Oleh: Wastu Adi Mulyono
Perawat harus memiliki jiwa entrepreneur?
Dulu saya memiliki pandangan bahwa pelayanan kesehatan tidak boleh dikomersialkan. Oleh karena itu saya sangat membenci rumah sakit yang meminta Down Payment (DP/Jaminan) ketika menerima pasien pada saat admission.
Pemahanan ini didasari dari filosofi awal yang saya terima ketika masuk dalam dunia keperawatan ini. Mengabdi pada kemanusiaan, mengutamakan kepentingan pasien daripada kepentingan sendiri (altruisme), menolong, sumpah Hipokrates dan sebagainya. Sangat membanggakan sekali sewaktu akhir semester 1 sebelum mulai masuk ke rumah sakit, kami dilantik dan disumpah. Mengharukan.
Perjalanan waktu ternyata dapat mengubah cara pandang kita. Tuntutan ekonomi dan pergaulan yang semakin luas membuat cara berpikir saya berubah. Pikiran bisnis yang dulunya "terlarang" bagi saya lambat laun justru menjadi kebutuhan. Saya yang dulunya membenci rumah sakit yang membisniskan pelayanannya, berubah menjadi menyarankan. Secara sadar saya telah mengubah pandangan saya 180 derajat.
Keperawatan sebagaimana pelayanan jasa lainnya, tidak ada istimewanya. Jika ada yang mengatakan istimewa, itu hanya karena yang dilayani manusia yang unik, tidak konsisten dan selalu berubah. Kalau bentuk bisnisnya ya sama saja dengan yang lain. Semua perlu pelaku, pengelola, pemodal dan karyawan serta pernak-perniknya.
Kebutuhan modal artinya harus ada hitungan kembalinya, atau jika mungkin ada selisih kembaliannya, supaya modal menjadi terus bertambah. Pertambahan modal tentu saja berasal dari putaran bisnis keperawatan yang telah kita lakukan. Tentu saja sumbernya ya pasien itu sendiri. Ya, pasien itu sendiri yang kita tarik uangnya untuk mengembalikan modal yang telah kita tanam. Betul pasien, orang yang sakit itu. Meskipun tidak sepenuhnya akan kita dapatkan dari pasien, tetapi sudah dapat dipastikan kita menarik uang dari pasien yang kita layani.
Permasalahan menarik uang dari pasien inilah yang seringkali membuat para pelaku bisnis pelayanan kesehatan menjadi serba salah. Bahkan ada yang kemudian berhenti total dari bisnis ini. Bagaimana tidak serba salah, sebagai pebisnis kita dihadapkan pada masalah menjual dengan laris, artinya kita akan mencari jalan supaya jualan kita laris. Salah satu yang sering dilakukan dan mudah sekali adalah berdoa pada tuhan agar jualan kita laris. Nah ini masalahnya. Berdoa supaya pelayanan kita laris, secara langsung mendoakan supaya orang banyak yang sakit agar banyak yang membeli pelayanan kita. Oh Tuhan, ampuni aku.
Mengembangkan jiwa entrepreneurship berarti juga tidak akan terlepas dari permasalahan tersebut. Hal ini saya alami sampai lama, sampai akhirnya saya memang harus melepaskan siksaan hati ini. Salah satu cara yang saya lakukan adalaha mengubah mind-set secara total. Membalik semua persepsi yang selama ini ada, dan itu bukan hal yang mudah bagi saya. Stres, gastritis, mual dan semua gejala harus dialami dulu untuk menghadap semua perubahan itu (meskipun tidak seharusnya begitu).
Membangkitkan entrepreneurship untuk perawat yang sangat kental dengan metode berpikir dominasi otak kiri, tanpa mengubah mind set adalah sia-sia. Seperti kuliah entrepreneurship yang saya dapatkan minggu kemarin. Hampir semua tanggapan atau pernyataan atau pertanyaan adalah keluh kesah dan hasil persepsi semua. Padahal itu semua tidak ada gunanya. Semua keluh kesah tidak ada penyelesaiannya tanpa adanya "action". Dosen pun tidak akan dapat menyelesaikan keluh kesah tersebut. Terbukti bukan?
Kunci utama entrepreneurship ya mind set itu sendiri. Setelah itu barulah action (bertindak) untuk merealisasikan perubahan mind set itu sendiri. Langkah yang paling spektakuler adalah langsung saja buka praktik keperawatan.
Pasti ada pertanyaan, Lha praktik keperawatan itu seperti apa? Nanti harus bagaimana?
Ya itulah sebenarnya entrepreneurship dalam keperawatan itu. Kita harus dapat menjawab pertanyaan itu sendiri dengan tindakan-tindakan. Saya tidak dapat menjawabnya. Kita harus dapat menjawab masing-masing, karena kita berbeda. Termasuk kadar entrepreneurship kita juga berbeda.
Ayo kawan, lakukan saja. Kita sudah tahu batas-batasnya. Kalau kita tidak pernah melakukan tapi hanya dipikirkan, bisa terlambat, gawat. Saya pernah mengalaminya, semua ide dan pikiran saya ternyata sudah dilakukan oleh orang lain, padahal kami tidak pernah bertemu. Itulah realitas, kata Plato realitas yang sesungguhanya memang sudah diciptakan. Tinggal siapa yang duluan mewujudkannya. Pantas saja pekerjaan perawat selama ini diambil orang lain, karena perawat hanya memikirkannya tetapi tidak pernah melakukannya. Beruntunglah orang yang mengambil lebih awal. Kasihan sekali yang telah mengambil kesempatan.
Ayo...ayo.. ayoo... Harus berapa kali lagi saya harus bilang ayo! Do it, Lad! Now!
Read More
Perawat harus memiliki jiwa entrepreneur?
Dulu saya memiliki pandangan bahwa pelayanan kesehatan tidak boleh dikomersialkan. Oleh karena itu saya sangat membenci rumah sakit yang meminta Down Payment (DP/Jaminan) ketika menerima pasien pada saat admission.
Pemahanan ini didasari dari filosofi awal yang saya terima ketika masuk dalam dunia keperawatan ini. Mengabdi pada kemanusiaan, mengutamakan kepentingan pasien daripada kepentingan sendiri (altruisme), menolong, sumpah Hipokrates dan sebagainya. Sangat membanggakan sekali sewaktu akhir semester 1 sebelum mulai masuk ke rumah sakit, kami dilantik dan disumpah. Mengharukan.
Perjalanan waktu ternyata dapat mengubah cara pandang kita. Tuntutan ekonomi dan pergaulan yang semakin luas membuat cara berpikir saya berubah. Pikiran bisnis yang dulunya "terlarang" bagi saya lambat laun justru menjadi kebutuhan. Saya yang dulunya membenci rumah sakit yang membisniskan pelayanannya, berubah menjadi menyarankan. Secara sadar saya telah mengubah pandangan saya 180 derajat.
Keperawatan sebagaimana pelayanan jasa lainnya, tidak ada istimewanya. Jika ada yang mengatakan istimewa, itu hanya karena yang dilayani manusia yang unik, tidak konsisten dan selalu berubah. Kalau bentuk bisnisnya ya sama saja dengan yang lain. Semua perlu pelaku, pengelola, pemodal dan karyawan serta pernak-perniknya.
Kebutuhan modal artinya harus ada hitungan kembalinya, atau jika mungkin ada selisih kembaliannya, supaya modal menjadi terus bertambah. Pertambahan modal tentu saja berasal dari putaran bisnis keperawatan yang telah kita lakukan. Tentu saja sumbernya ya pasien itu sendiri. Ya, pasien itu sendiri yang kita tarik uangnya untuk mengembalikan modal yang telah kita tanam. Betul pasien, orang yang sakit itu. Meskipun tidak sepenuhnya akan kita dapatkan dari pasien, tetapi sudah dapat dipastikan kita menarik uang dari pasien yang kita layani.
Permasalahan menarik uang dari pasien inilah yang seringkali membuat para pelaku bisnis pelayanan kesehatan menjadi serba salah. Bahkan ada yang kemudian berhenti total dari bisnis ini. Bagaimana tidak serba salah, sebagai pebisnis kita dihadapkan pada masalah menjual dengan laris, artinya kita akan mencari jalan supaya jualan kita laris. Salah satu yang sering dilakukan dan mudah sekali adalah berdoa pada tuhan agar jualan kita laris. Nah ini masalahnya. Berdoa supaya pelayanan kita laris, secara langsung mendoakan supaya orang banyak yang sakit agar banyak yang membeli pelayanan kita. Oh Tuhan, ampuni aku.
Mengembangkan jiwa entrepreneurship berarti juga tidak akan terlepas dari permasalahan tersebut. Hal ini saya alami sampai lama, sampai akhirnya saya memang harus melepaskan siksaan hati ini. Salah satu cara yang saya lakukan adalaha mengubah mind-set secara total. Membalik semua persepsi yang selama ini ada, dan itu bukan hal yang mudah bagi saya. Stres, gastritis, mual dan semua gejala harus dialami dulu untuk menghadap semua perubahan itu (meskipun tidak seharusnya begitu).
Membangkitkan entrepreneurship untuk perawat yang sangat kental dengan metode berpikir dominasi otak kiri, tanpa mengubah mind set adalah sia-sia. Seperti kuliah entrepreneurship yang saya dapatkan minggu kemarin. Hampir semua tanggapan atau pernyataan atau pertanyaan adalah keluh kesah dan hasil persepsi semua. Padahal itu semua tidak ada gunanya. Semua keluh kesah tidak ada penyelesaiannya tanpa adanya "action". Dosen pun tidak akan dapat menyelesaikan keluh kesah tersebut. Terbukti bukan?
Kunci utama entrepreneurship ya mind set itu sendiri. Setelah itu barulah action (bertindak) untuk merealisasikan perubahan mind set itu sendiri. Langkah yang paling spektakuler adalah langsung saja buka praktik keperawatan.
Pasti ada pertanyaan, Lha praktik keperawatan itu seperti apa? Nanti harus bagaimana?
Ya itulah sebenarnya entrepreneurship dalam keperawatan itu. Kita harus dapat menjawab pertanyaan itu sendiri dengan tindakan-tindakan. Saya tidak dapat menjawabnya. Kita harus dapat menjawab masing-masing, karena kita berbeda. Termasuk kadar entrepreneurship kita juga berbeda.
Ayo kawan, lakukan saja. Kita sudah tahu batas-batasnya. Kalau kita tidak pernah melakukan tapi hanya dipikirkan, bisa terlambat, gawat. Saya pernah mengalaminya, semua ide dan pikiran saya ternyata sudah dilakukan oleh orang lain, padahal kami tidak pernah bertemu. Itulah realitas, kata Plato realitas yang sesungguhanya memang sudah diciptakan. Tinggal siapa yang duluan mewujudkannya. Pantas saja pekerjaan perawat selama ini diambil orang lain, karena perawat hanya memikirkannya tetapi tidak pernah melakukannya. Beruntunglah orang yang mengambil lebih awal. Kasihan sekali yang telah mengambil kesempatan.
Ayo...ayo.. ayoo... Harus berapa kali lagi saya harus bilang ayo! Do it, Lad! Now!
Sabtu, 20 Desember 2008
Small Action
Oleh: Wastu Adi Mulyono
Jumat, 19 Desember 2008. Hari ini adalah hari terakhir tugas sebagai sipen mata kuliah sains keperawatan. Ada satu proyek besar yang harus dilaksanakan hari ini, seminar besar. Seminar yang akan menunjukkan keberhasilan kami dalam belajar sains keperawatan.
Sebulan lebih persiapan, dan saya sebagai ketua panitia, sama sekali kehilangan kesempatan terlibat di minggu-minggu terakhir. Sangat menegangkan bagi saya pribadi. Beragam mistake terjadi dan tidak mungkin dapat dihapuskan lagi. Undangan salah, tema gak nyambung, konflik, wah bikin dag dig dug.
Syukurlah, tiba waktu pelaksanaan, semua berjalan lancar. Peserta yang mulanya sedikit, terus-menerus mengisi ruang OJO RADIAT, yang megah tersebut. Acara pun dimulai tepat waktu. Semua berjalan lancar. Bahkan luar biasa.
Presentasi teori-teori middle range dari mahasiswa sangat meyakinkan dan penuh percaya diri. Demikian juga kreativitas dan totalitas permainan peran dalam live role play dan pemutaran clip video. Sangat memuaskan peserta. Bagaimana tidak, seminar gratis dengan kualitas materi yang sangat baik, jarang didapatkan. Apalagi topiknya benar-benar fresh dan unik. Baca juga link sains keperawatan di sini
Serasa balon udara yang kempis, mungkin itu gambaran isi kepala saya. Ucapan selamat dari pembimbing terhadap kerja keras kami seolah melumerkan emosi dan ketegangan yang ada selama proses. Sungguh saya secara pribadi sangat terkesan. Kerja keras panitia, dukungan dana dan mental dari teman sangat membantu suksesnya kegiatan ini. Belum lagi support dari pembimbing dan dekan, seolah tertutup semua keteledoran kami. Seolah beliau tidak melihat banyaknya mistaken yang tercipta selam proses. Sungguh pembelajaran hidup bagi saya pribadi.
Seminar sains keperawatan ini memang sebuah action kecil yang berjalan dengan manis. Terimakasih teman-teman, panitia, pembimbing, dekan dan semua jajarannya. Kami akan berusaha lebih sempurna lagi jika bekerja yang menyangkut nama besar fakultas. Kami tidak ingin memalukan lagi. Kami bangga jadi bagian dari semangat UI. Seolah ada lantunan syair lagu terdengar "Selamat datang...pahlawan muda... " Friend you are my hero! Welcome my hero! welcome to my heart. Baca komentar pembaca terhadap posting Praktik Keperawatan Professional di sini . Juga perlu baca komentar tentang program spesialis keperawatan di sini
Read More
Jumat, 19 Desember 2008. Hari ini adalah hari terakhir tugas sebagai sipen mata kuliah sains keperawatan. Ada satu proyek besar yang harus dilaksanakan hari ini, seminar besar. Seminar yang akan menunjukkan keberhasilan kami dalam belajar sains keperawatan.
Sebulan lebih persiapan, dan saya sebagai ketua panitia, sama sekali kehilangan kesempatan terlibat di minggu-minggu terakhir. Sangat menegangkan bagi saya pribadi. Beragam mistake terjadi dan tidak mungkin dapat dihapuskan lagi. Undangan salah, tema gak nyambung, konflik, wah bikin dag dig dug.
Syukurlah, tiba waktu pelaksanaan, semua berjalan lancar. Peserta yang mulanya sedikit, terus-menerus mengisi ruang OJO RADIAT, yang megah tersebut. Acara pun dimulai tepat waktu. Semua berjalan lancar. Bahkan luar biasa.
Presentasi teori-teori middle range dari mahasiswa sangat meyakinkan dan penuh percaya diri. Demikian juga kreativitas dan totalitas permainan peran dalam live role play dan pemutaran clip video. Sangat memuaskan peserta. Bagaimana tidak, seminar gratis dengan kualitas materi yang sangat baik, jarang didapatkan. Apalagi topiknya benar-benar fresh dan unik. Baca juga link sains keperawatan di sini
Serasa balon udara yang kempis, mungkin itu gambaran isi kepala saya. Ucapan selamat dari pembimbing terhadap kerja keras kami seolah melumerkan emosi dan ketegangan yang ada selama proses. Sungguh saya secara pribadi sangat terkesan. Kerja keras panitia, dukungan dana dan mental dari teman sangat membantu suksesnya kegiatan ini. Belum lagi support dari pembimbing dan dekan, seolah tertutup semua keteledoran kami. Seolah beliau tidak melihat banyaknya mistaken yang tercipta selam proses. Sungguh pembelajaran hidup bagi saya pribadi.
Seminar sains keperawatan ini memang sebuah action kecil yang berjalan dengan manis. Terimakasih teman-teman, panitia, pembimbing, dekan dan semua jajarannya. Kami akan berusaha lebih sempurna lagi jika bekerja yang menyangkut nama besar fakultas. Kami tidak ingin memalukan lagi. Kami bangga jadi bagian dari semangat UI. Seolah ada lantunan syair lagu terdengar "Selamat datang...pahlawan muda... " Friend you are my hero! Welcome my hero! welcome to my heart. Baca komentar pembaca terhadap posting Praktik Keperawatan Professional di sini . Juga perlu baca komentar tentang program spesialis keperawatan di sini
Langganan:
Postingan
(
Atom
)
Blog Archive
-
2015
(10)
- 10/11 - 10/18 (1)
- 09/13 - 09/20 (1)
- 09/06 - 09/13 (1)
- 07/05 - 07/12 (1)
- 05/17 - 05/24 (6)
-
2014
(1)
- 04/13 - 04/20 (1)
-
2012
(770)
- 02/19 - 02/26 (5)
- 02/12 - 02/19 (10)
- 02/05 - 02/12 (4)
- 01/29 - 02/05 (27)
- 01/22 - 01/29 (88)
- 01/15 - 01/22 (101)
- 01/08 - 01/15 (169)
- 01/01 - 01/08 (366)
-
2011
(4477)
- 12/25 - 01/01 (336)
- 12/18 - 12/25 (62)
- 12/11 - 12/18 (70)
- 12/04 - 12/11 (77)
- 11/27 - 12/04 (40)
- 11/20 - 11/27 (67)
- 11/13 - 11/20 (198)
- 11/06 - 11/13 (187)
- 10/30 - 11/06 (340)
- 10/23 - 10/30 (32)
- 10/16 - 10/23 (109)
- 10/09 - 10/16 (80)
- 08/14 - 08/21 (75)
- 08/07 - 08/14 (81)
- 07/31 - 08/07 (82)
- 07/24 - 07/31 (65)
- 07/17 - 07/24 (91)
- 07/10 - 07/17 (47)
- 07/03 - 07/10 (44)
- 06/26 - 07/03 (53)
- 06/19 - 06/26 (59)
- 06/12 - 06/19 (47)
- 06/05 - 06/12 (65)
- 05/29 - 06/05 (63)
- 05/22 - 05/29 (77)
- 05/15 - 05/22 (115)
- 05/08 - 05/15 (65)
- 05/01 - 05/08 (104)
- 04/24 - 05/01 (45)
- 04/17 - 04/24 (70)
- 04/10 - 04/17 (134)
- 04/03 - 04/10 (72)
- 03/27 - 04/03 (18)
- 03/20 - 03/27 (47)
- 03/13 - 03/20 (68)
- 03/06 - 03/13 (40)
- 02/27 - 03/06 (56)
- 02/20 - 02/27 (77)
- 02/13 - 02/20 (76)
- 02/06 - 02/13 (198)
- 01/30 - 02/06 (194)
- 01/23 - 01/30 (132)
- 01/16 - 01/23 (196)
- 01/09 - 01/16 (202)
- 01/02 - 01/09 (121)
-
2010
(2535)
- 12/26 - 01/02 (156)
- 12/19 - 12/26 (65)
- 12/12 - 12/19 (73)
- 12/05 - 12/12 (84)
- 11/28 - 12/05 (80)
- 11/21 - 11/28 (68)
- 11/14 - 11/21 (63)
- 11/07 - 11/14 (50)
- 10/31 - 11/07 (50)
- 10/24 - 10/31 (36)
- 10/17 - 10/24 (58)
- 10/10 - 10/17 (35)
- 10/03 - 10/10 (31)
- 09/26 - 10/03 (21)
- 09/19 - 09/26 (26)
- 09/12 - 09/19 (55)
- 09/05 - 09/12 (65)
- 08/29 - 09/05 (33)
- 08/22 - 08/29 (70)
- 08/15 - 08/22 (45)
- 08/08 - 08/15 (35)
- 08/01 - 08/08 (37)
- 07/25 - 08/01 (27)
- 07/18 - 07/25 (19)
- 07/11 - 07/18 (30)
- 07/04 - 07/11 (56)
- 06/27 - 07/04 (28)
- 06/20 - 06/27 (22)
- 06/13 - 06/20 (30)
- 06/06 - 06/13 (21)
- 05/30 - 06/06 (5)
- 05/16 - 05/23 (6)
- 05/09 - 05/16 (29)
- 05/02 - 05/09 (59)
- 04/25 - 05/02 (28)
- 04/18 - 04/25 (38)
- 04/11 - 04/18 (70)
- 04/04 - 04/11 (59)
- 03/28 - 04/04 (65)
- 03/21 - 03/28 (89)
- 03/14 - 03/21 (218)
- 03/07 - 03/14 (95)
- 02/28 - 03/07 (135)
- 02/21 - 02/28 (102)
- 01/03 - 01/10 (68)
-
2009
(1652)
- 12/27 - 01/03 (36)
- 12/20 - 12/27 (22)
- 12/13 - 12/20 (100)
- 12/06 - 12/13 (45)
- 11/29 - 12/06 (24)
- 11/22 - 11/29 (22)
- 11/15 - 11/22 (19)
- 11/08 - 11/15 (28)
- 11/01 - 11/08 (11)
- 10/25 - 11/01 (17)
- 10/18 - 10/25 (38)
- 10/11 - 10/18 (33)
- 10/04 - 10/11 (15)
- 09/27 - 10/04 (21)
- 09/20 - 09/27 (7)
- 09/13 - 09/20 (84)
- 09/06 - 09/13 (35)
- 08/30 - 09/06 (48)
- 08/23 - 08/30 (118)
- 08/16 - 08/23 (26)
- 08/09 - 08/16 (34)
- 08/02 - 08/09 (35)
- 07/26 - 08/02 (31)
- 07/19 - 07/26 (14)
- 07/12 - 07/19 (16)
- 07/05 - 07/12 (28)
- 06/28 - 07/05 (26)
- 06/21 - 06/28 (76)
- 06/14 - 06/21 (26)
- 06/07 - 06/14 (21)
- 05/31 - 06/07 (43)
- 05/24 - 05/31 (38)
- 05/17 - 05/24 (26)
- 05/10 - 05/17 (52)
- 05/03 - 05/10 (15)
- 04/26 - 05/03 (38)
- 04/19 - 04/26 (32)
- 04/12 - 04/19 (22)
- 04/05 - 04/12 (20)
- 03/29 - 04/05 (40)
- 03/22 - 03/29 (43)
- 03/15 - 03/22 (18)
- 03/08 - 03/15 (14)
- 03/01 - 03/08 (22)
- 02/22 - 03/01 (12)
- 02/15 - 02/22 (9)
- 02/08 - 02/15 (11)
- 02/01 - 02/08 (19)
- 01/25 - 02/01 (37)
- 01/18 - 01/25 (21)
- 01/11 - 01/18 (33)
- 01/04 - 01/11 (31)
-
2008
(700)
- 12/28 - 01/04 (13)
- 12/21 - 12/28 (9)
- 12/14 - 12/21 (57)
- 12/07 - 12/14 (5)
- 11/30 - 12/07 (18)
- 11/23 - 11/30 (33)
- 11/16 - 11/23 (31)
- 11/09 - 11/16 (23)
- 11/02 - 11/09 (18)
- 10/26 - 11/02 (11)
- 10/19 - 10/26 (15)
- 10/12 - 10/19 (13)
- 10/05 - 10/12 (25)
- 09/28 - 10/05 (2)
- 09/21 - 09/28 (14)
- 09/14 - 09/21 (19)
- 09/07 - 09/14 (43)
- 08/31 - 09/07 (3)
- 08/24 - 08/31 (33)
- 08/17 - 08/24 (65)
- 08/10 - 08/17 (4)
- 08/03 - 08/10 (26)
- 07/27 - 08/03 (6)
- 07/20 - 07/27 (19)
- 07/13 - 07/20 (18)
- 07/06 - 07/13 (60)
- 06/29 - 07/06 (53)
- 06/22 - 06/29 (49)
- 06/15 - 06/22 (11)
- 06/08 - 06/15 (4)
Popular Posts
-
ASUHAN KEPERAWATAN IBU NIFAS DENGAN PERDARAHAN POST PARTUM A. PengertianPost partum / puerperium adalah masa dimana tubuh menyesuaikan, baik...
-
KTI KEBIDANAN HUBUNGAN USIA TERHADAP PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSUD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan wanita merupakan hal yang s...
-
PATHWAY ASFIKSIA NEONATORUM Klik pada gambar untuk melihat pathway Download Pathway Asfiksia Neonatorum Via Ziddu Download Askep Asfiksia N...
-
Pathway Hematemesis Melena Klik pada gambar untuk melihat pathway Download Pathway Hematemesis Melena Via Ziddu
-
DEFINISI Ikterus ialah suatu gejala yang perlu mendapat perhatian sungguh-sungguh pada neonatus. Ikterus ialah suatu diskolorasi kuning pa...
-
PROSES KEPERAWATAN KOMUNITAS Pengertian - Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan, merencana...
-
Metode Kalender atau Pantang Berkala (Calendar Method Or Periodic Abstinence) Pendahuluan Metode kalender atau pantang berkala merupakan met...
-
Taksiran Berat Badan Janin (TBBJ) PERBANDINGAN AKURASI TAKSIRAN BERAT BADAN JANIN MENGGUNAKAN RUMUS JOHNSON TOHSACH DENGAN MODIFIKASI RUMUS...
-
Konsep Dasar Diagnosa Keperawatan Aktual BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai suatu aspek yang terpenting dalam proses kepera...
-
Pathway Combustio Klik Pada Gambar Untuk melihat pathway Download Pathway Combustio Via Ziddu Tag: Pathways combustio , pathways luka baka...
© ASUHAN KEPERAWATAN 2013 . Powered by Bootstrap , Blogger templates and RWD Testing Tool Published..Gooyaabi Templates