Jumat, 18 September 2009
Materi Kesehatan: Penyakit Kekurangan Energi dan Protein (KEP) pada Usia 4 dan 5 Tahun
A. Abstrak
Penyakit KEP atau Protein Energy Malnutrition merupakan salah satu penyakit gangguan gizi yang penting bagi Indonesia maupun banyak negara yang sedang berkembang di Asia, Afrika, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan. Prevalensi yang tinggi terdapat pada anak-anak di bawah umur 5 tahun (balita).Pada penyakit KEP ditemukan berbagai macam keadaan patologis disebabkan oleh kekurangan energi maupun protein dalam proporsi yang macam-macam. Akibat kekurangan tersebut timbul keadaan KEP pada derajat yang ringan sampai berat. Pada keadaan riangan tidak banyak ditemukan kelainan dan hanya terdapat pertumbuhan yang kurang. Pada keadaan yang berat ditemuakan 2 tipe yaitu tipe kwarsiorkor dan tipe marasmus.
B.Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengenali dan menyebutkan bergagai tanda dan macam-macam klasifikasi dalam KEP.
2. Mahasiswa dapat membuat tindakan dalam mengatasi atau memecahkan masalah KEP.
C. Dasar Pembuatan Paket Pembelajaran.
Pada negara berkembang sering terjadi kekurangan energi dan protein terutama pada anak-anak usia kurang dari 5 tahun (balita)
D. Alasan Pemilihan Paket Pembelajaran
Pada orang tua dengan anak dibawah umur 5 tahun biasanya mengalami kesulitan dalam memberikan makan pada anak, sehingga anak mengalami kekurangan zat makanan seperti kekurangan energi dan protein. Oleh karena itu kita sebagai peerawat harus memberikan pemecahan masalah untuk mengatasi kekurangan energi dan protein.
E. Sasaran Audience
1. Anak-anak usia 4 dan 5 tahun.
2. Orang tua dengan usia 4 dan 5 tahun.
F. Teori
1. Prevalensi KEP
Penyakit KEP merupakan bentuk malnutrisi terutama pada anak-anak dibawah umur 5 tahun dan kebanyakan dinegara yang sedang berkembang. Bentuk KEP berat memberikan gambaran klinis yang khas, misalnya bentuk kwarsiorkor, marasmus atau bentuk campuran kwarsiorkor marasmik. Pada kenyataanya gejala penyakit KEP ringan ini tidak jelas hanya terlihat bahwa berat badan anak lebih rendah jika dibandingkan dengan anak sehat seumurnya. Berdasarkan hasil penelitian di 254 desa diseluruh Indonesia, Tarwotjo dkk (1978) ditemukan 30% atau 9 juta anak –anak balita menderita gizi kurang, sedangkan 3% atau 0,9 juta anak-anak balita menderita gizi buruk.
2. Faktor-faktor Penyebab KEP
Penyakit KEP merupakan penyakit lingkungan. Oleh karena itu ada beberapa factor yang menjadi penyebab timbulnya penyakit tersebut, antara lain: faktro diet, factor social, kepadatan penduduk, infeksi dan kemiskinan.
a. Peranan Diet
Diet yang mengandung cukup energi tetapi kurang protein menyebabkan anak menderita kwarsiorkor, sedngkan diet kurang energi walaupun zat-zat gizinya asansial seimbang akan menyebabkan anak menjadi penderita marasmus. Tetapi dalam penelitian yang dilakukan oleh Gopalan dan Narasya (1971) terlihat bahwa diet yang kurang lebih sama, pada beberapa anak timbul gejala-gejala kwarsiorkor, sedangkan pada beberapa anak yang lain timbul gejala-gejala marasmus. Mereka membuat kesimpulan bahwa diet bukan merupakan factor yang penting, tetapi masih ada factor lain yang harus dicari.
b. Peranan Faktor Sosial
Pantangan untuk menggunakan bahan makanan tertentu yang sudah turun-temurun dapat mempengruhi terjadinya penyakit KEP. Adakalanya pantangan tersebut didasarkan pada pada keagamaan, tetapi ada pula merupakan tradisi yang turun-temurun. Jika pantangan itu berdasarkan pada keagamaan, maka akan sulit untuk diubah. Tetapi jika pantangan tersebut karena kebiasaan maka dengan pendidikan gizi yang baik dan dilakukan terus-menerus hal tersebut masih bisa diatasi.
c. Peranan kepadatan Penduduk
Dalam World Food Conference di Roma pada tahun 1974 dikemukakan bahwa meningkatnya jumlah penduduk yang cepat tanpa diimbangi dengan bertambahnya persediaan makanan setempat yang memadai merupakan sebab utama krisis pangan. Sedangkan kemiskinan penduduk merupakan akibat lanjutnya.
McLaren (1982) memperkirakan bahwa marasmus terdapat pada suatu daerah yang terlalu padat penduduknya dengan keadaan hygiene yang buruk.
d. Peranan Infeksi
Infeksi akan memperburuk keadaan gizi. Malnutrisi walaupun masih ringan mempunyai pengaruh negatif pada daya tahan tubuh terhadap infeksi.
e. Peranan Kemiskinan
Dengan penghasilan yang rendah, ditambah timbulnya banyak penyakit infeksi karena kepadatan tempat tinggal akan lebih mempercepat timbulnya KEP.
3. Gejala Klinis KEP (marasmus dan kwarsiorkor)
a) Gejala klinis Kwarsiorkor
Penampilan
Penampilannya seperti anak gemuk bilamana dietnya mengandung cukup energi disamping kekurangan protein, walaupun di bagian tubuh lainnya seperti pada pantat akan terlihat atrofi.
Gangguan pertumbuhan
Pertumbuhan terganggu, berat badan di bawah 80% dari buku Harvard persentil 50 walaupun terdapat edema, juga pada pertumbuhan tinggi badannya jika KEP sudah berlangsung lama.
Perubahan mental
Pada stadium lanjut akan terjadi apatis.
Edema
Edema baik yang ringan maupun berat ditemukan pda sebagian besar penderita kwarsiorkor.
Atrofi otot
Atrofi otot selalu ada hingga penderita tampak lemah dan berbaring terus-menerus.
Sistem Gastro-intestinal
Pada anoreksia yang berat penderita akan menolak segala macam makanan, hingga adakalanya makanan hanya dapat diberikan melalui sonde
Perubahan rambut
Rambut mudah dicabut, terlihat kusam, kering, halus, jarang dan adanya perubahan warna
Perubahan kulit
Ditemukannya bintik-bintik merah, berpadu menjadi bercak yang kemudianmenghitam.
Pembesaran hati
Hati membesar, kadang-kadang batas hati terdapat setinggi pusar. Hati membesar mudah diraba dan terasa kenyal dengan permukaan yang licin dan pinggir yang tajam.
Anemia
Anemia ringan sering dijumpai. Dan bilamana kwarsiorkor disertai dengan penyakit lain, terutama ankylostomiasis dapat dijumpai anemia berat.
b) Gejala klinis marasmuk
Penampilan
Wajah menyerupai orang tua, anak terlihat sangat kurus karena hilangnya sebagian lemak dan otot-ototnya.
Perubahan mental
Anak menangis, juga setelah mendapat makanan oleh sebab masih merasa lapar. Keadaran menurun (apati) terdapat pada pendeerita marasmus yang berat.
Kelainan pada kulit tubuh
Kulit biasanya kering, dingin, dan mengendor disebabkan kehilangan banyak lemak dibawah kulit dan otot-ototnya.
Kelainan pada rambut kepala
Rambut tampak kering, tipis dan mudah rontok.
Lemak dibawah kulit
Lemak sukutan mengurang hingga turgor kulit mengurang.
Otot-otot
Otot-otot atrofi, sehingga tulang-tulang terlihat lebih jelas.
Saluran pencernaan
Sering menderita diare atau konstipasi.
Jantung
Jarang terdapat bradikardi.
Tekanan darah
Pada umumnya tekanan dartah penderita lebih redah jika dibandingkan dengan anak sehat seumur.
Saluran nafas
Terdapat pula frekuensi pernafasan yang mengurang.
Sistem darah
Pada umunya ditemukan kadar hemoglobin yang agak rendah.
4. Dampak KEP
Mortalitas KEP berat dimana-mana dilaporkan tinggi. Hasil penyelidikan yang dilakukan pada tahun 1955/1956 (Poey, 1957) menunjukkan angka kematian sebanyak 55%, 35% diantara mereka meninggal pada perawatan minggu pertama, dan 20% sesudahnya. Mortalitas yang tinggi didapati pila pada penderita KEP pada negara-negara lain. Pada umunya penderita KEP berat menderita pula penyakit infeksi seperti tuberkulosa paru, radang paru, disentri, dan sebagainya. Pada penderita KEP berat juga sering ditemukan tanda-tanda penyakit kekurangan gizi lain, misalnya xeroftalmia, stomatitis angularis.
5. Pencegahan KEP
Ada berbagai macam cara intervensi gizi, masing-masing untuk mengatasi satu atau lebih dari satu factor dasar penyebab KEP (Austin, 1981), yaitu:
a) Meningkatkan hasil produksi pertanian, supaya persediaan bahan makanan menjadi lebih banyak, yang sekaligus merupakan tambahan penghasilan rakyat.
b) Penyediaan makanan formula yang mengandung tinggi protein dan energi untuk anak-anak yang disapih. Makanan demikian pada umumnya tidak terdapat dalam diet tradisi, tetapi sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan meningkat pada anak-anak berumur 6 bulan keatas.
c) Memperbaiki infra struktur pemasaran. Infrastuktur pemasaran yang tidak baik akan berpengaruh negatif terhadap harga maupun kualitas bahan makanan.
d) Subsidi bahan makanan.
e) Pemberian makanan suplementer.
f) Pendidikan gizi.
g) Pendidikan pada pemeliharaan kesehatan.
G. Referensi
1. Silihin pudjiadi, Ilmu Gizi Klinis Pada Anak, edisi keempat,FKUI, Jakarta, 2003
2. Irianton Aritonang, Pemantaun Pertumbuhan Balita Petujuk Praktis Menilai Status Gizi & Kesehatan, Kanisius, Yogyakarta, 1996.
3. Konseling Bagi Ibu (Manajemen Terpadu Balita Sakit), Departemen Kesehatan RI, 1999.
4. http://askep-askeb-kita.blogspot.com/
Penyakit KEP atau Protein Energy Malnutrition merupakan salah satu penyakit gangguan gizi yang penting bagi Indonesia maupun banyak negara yang sedang berkembang di Asia, Afrika, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan. Prevalensi yang tinggi terdapat pada anak-anak di bawah umur 5 tahun (balita).Pada penyakit KEP ditemukan berbagai macam keadaan patologis disebabkan oleh kekurangan energi maupun protein dalam proporsi yang macam-macam. Akibat kekurangan tersebut timbul keadaan KEP pada derajat yang ringan sampai berat. Pada keadaan riangan tidak banyak ditemukan kelainan dan hanya terdapat pertumbuhan yang kurang. Pada keadaan yang berat ditemuakan 2 tipe yaitu tipe kwarsiorkor dan tipe marasmus.
B.Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengenali dan menyebutkan bergagai tanda dan macam-macam klasifikasi dalam KEP.
2. Mahasiswa dapat membuat tindakan dalam mengatasi atau memecahkan masalah KEP.
C. Dasar Pembuatan Paket Pembelajaran.
Pada negara berkembang sering terjadi kekurangan energi dan protein terutama pada anak-anak usia kurang dari 5 tahun (balita)
D. Alasan Pemilihan Paket Pembelajaran
Pada orang tua dengan anak dibawah umur 5 tahun biasanya mengalami kesulitan dalam memberikan makan pada anak, sehingga anak mengalami kekurangan zat makanan seperti kekurangan energi dan protein. Oleh karena itu kita sebagai peerawat harus memberikan pemecahan masalah untuk mengatasi kekurangan energi dan protein.
E. Sasaran Audience
1. Anak-anak usia 4 dan 5 tahun.
2. Orang tua dengan usia 4 dan 5 tahun.
F. Teori
1. Prevalensi KEP
Penyakit KEP merupakan bentuk malnutrisi terutama pada anak-anak dibawah umur 5 tahun dan kebanyakan dinegara yang sedang berkembang. Bentuk KEP berat memberikan gambaran klinis yang khas, misalnya bentuk kwarsiorkor, marasmus atau bentuk campuran kwarsiorkor marasmik. Pada kenyataanya gejala penyakit KEP ringan ini tidak jelas hanya terlihat bahwa berat badan anak lebih rendah jika dibandingkan dengan anak sehat seumurnya. Berdasarkan hasil penelitian di 254 desa diseluruh Indonesia, Tarwotjo dkk (1978) ditemukan 30% atau 9 juta anak –anak balita menderita gizi kurang, sedangkan 3% atau 0,9 juta anak-anak balita menderita gizi buruk.
2. Faktor-faktor Penyebab KEP
Penyakit KEP merupakan penyakit lingkungan. Oleh karena itu ada beberapa factor yang menjadi penyebab timbulnya penyakit tersebut, antara lain: faktro diet, factor social, kepadatan penduduk, infeksi dan kemiskinan.
a. Peranan Diet
Diet yang mengandung cukup energi tetapi kurang protein menyebabkan anak menderita kwarsiorkor, sedngkan diet kurang energi walaupun zat-zat gizinya asansial seimbang akan menyebabkan anak menjadi penderita marasmus. Tetapi dalam penelitian yang dilakukan oleh Gopalan dan Narasya (1971) terlihat bahwa diet yang kurang lebih sama, pada beberapa anak timbul gejala-gejala kwarsiorkor, sedangkan pada beberapa anak yang lain timbul gejala-gejala marasmus. Mereka membuat kesimpulan bahwa diet bukan merupakan factor yang penting, tetapi masih ada factor lain yang harus dicari.
b. Peranan Faktor Sosial
Pantangan untuk menggunakan bahan makanan tertentu yang sudah turun-temurun dapat mempengruhi terjadinya penyakit KEP. Adakalanya pantangan tersebut didasarkan pada pada keagamaan, tetapi ada pula merupakan tradisi yang turun-temurun. Jika pantangan itu berdasarkan pada keagamaan, maka akan sulit untuk diubah. Tetapi jika pantangan tersebut karena kebiasaan maka dengan pendidikan gizi yang baik dan dilakukan terus-menerus hal tersebut masih bisa diatasi.
c. Peranan kepadatan Penduduk
Dalam World Food Conference di Roma pada tahun 1974 dikemukakan bahwa meningkatnya jumlah penduduk yang cepat tanpa diimbangi dengan bertambahnya persediaan makanan setempat yang memadai merupakan sebab utama krisis pangan. Sedangkan kemiskinan penduduk merupakan akibat lanjutnya.
McLaren (1982) memperkirakan bahwa marasmus terdapat pada suatu daerah yang terlalu padat penduduknya dengan keadaan hygiene yang buruk.
d. Peranan Infeksi
Infeksi akan memperburuk keadaan gizi. Malnutrisi walaupun masih ringan mempunyai pengaruh negatif pada daya tahan tubuh terhadap infeksi.
e. Peranan Kemiskinan
Dengan penghasilan yang rendah, ditambah timbulnya banyak penyakit infeksi karena kepadatan tempat tinggal akan lebih mempercepat timbulnya KEP.
3. Gejala Klinis KEP (marasmus dan kwarsiorkor)
a) Gejala klinis Kwarsiorkor
Penampilan
Penampilannya seperti anak gemuk bilamana dietnya mengandung cukup energi disamping kekurangan protein, walaupun di bagian tubuh lainnya seperti pada pantat akan terlihat atrofi.
Gangguan pertumbuhan
Pertumbuhan terganggu, berat badan di bawah 80% dari buku Harvard persentil 50 walaupun terdapat edema, juga pada pertumbuhan tinggi badannya jika KEP sudah berlangsung lama.
Perubahan mental
Pada stadium lanjut akan terjadi apatis.
Edema
Edema baik yang ringan maupun berat ditemukan pda sebagian besar penderita kwarsiorkor.
Atrofi otot
Atrofi otot selalu ada hingga penderita tampak lemah dan berbaring terus-menerus.
Sistem Gastro-intestinal
Pada anoreksia yang berat penderita akan menolak segala macam makanan, hingga adakalanya makanan hanya dapat diberikan melalui sonde
Perubahan rambut
Rambut mudah dicabut, terlihat kusam, kering, halus, jarang dan adanya perubahan warna
Perubahan kulit
Ditemukannya bintik-bintik merah, berpadu menjadi bercak yang kemudianmenghitam.
Pembesaran hati
Hati membesar, kadang-kadang batas hati terdapat setinggi pusar. Hati membesar mudah diraba dan terasa kenyal dengan permukaan yang licin dan pinggir yang tajam.
Anemia
Anemia ringan sering dijumpai. Dan bilamana kwarsiorkor disertai dengan penyakit lain, terutama ankylostomiasis dapat dijumpai anemia berat.
b) Gejala klinis marasmuk
Penampilan
Wajah menyerupai orang tua, anak terlihat sangat kurus karena hilangnya sebagian lemak dan otot-ototnya.
Perubahan mental
Anak menangis, juga setelah mendapat makanan oleh sebab masih merasa lapar. Keadaran menurun (apati) terdapat pada pendeerita marasmus yang berat.
Kelainan pada kulit tubuh
Kulit biasanya kering, dingin, dan mengendor disebabkan kehilangan banyak lemak dibawah kulit dan otot-ototnya.
Kelainan pada rambut kepala
Rambut tampak kering, tipis dan mudah rontok.
Lemak dibawah kulit
Lemak sukutan mengurang hingga turgor kulit mengurang.
Otot-otot
Otot-otot atrofi, sehingga tulang-tulang terlihat lebih jelas.
Saluran pencernaan
Sering menderita diare atau konstipasi.
Jantung
Jarang terdapat bradikardi.
Tekanan darah
Pada umumnya tekanan dartah penderita lebih redah jika dibandingkan dengan anak sehat seumur.
Saluran nafas
Terdapat pula frekuensi pernafasan yang mengurang.
Sistem darah
Pada umunya ditemukan kadar hemoglobin yang agak rendah.
4. Dampak KEP
Mortalitas KEP berat dimana-mana dilaporkan tinggi. Hasil penyelidikan yang dilakukan pada tahun 1955/1956 (Poey, 1957) menunjukkan angka kematian sebanyak 55%, 35% diantara mereka meninggal pada perawatan minggu pertama, dan 20% sesudahnya. Mortalitas yang tinggi didapati pila pada penderita KEP pada negara-negara lain. Pada umunya penderita KEP berat menderita pula penyakit infeksi seperti tuberkulosa paru, radang paru, disentri, dan sebagainya. Pada penderita KEP berat juga sering ditemukan tanda-tanda penyakit kekurangan gizi lain, misalnya xeroftalmia, stomatitis angularis.
5. Pencegahan KEP
Ada berbagai macam cara intervensi gizi, masing-masing untuk mengatasi satu atau lebih dari satu factor dasar penyebab KEP (Austin, 1981), yaitu:
a) Meningkatkan hasil produksi pertanian, supaya persediaan bahan makanan menjadi lebih banyak, yang sekaligus merupakan tambahan penghasilan rakyat.
b) Penyediaan makanan formula yang mengandung tinggi protein dan energi untuk anak-anak yang disapih. Makanan demikian pada umumnya tidak terdapat dalam diet tradisi, tetapi sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan meningkat pada anak-anak berumur 6 bulan keatas.
c) Memperbaiki infra struktur pemasaran. Infrastuktur pemasaran yang tidak baik akan berpengaruh negatif terhadap harga maupun kualitas bahan makanan.
d) Subsidi bahan makanan.
e) Pemberian makanan suplementer.
f) Pendidikan gizi.
g) Pendidikan pada pemeliharaan kesehatan.
G. Referensi
1. Silihin pudjiadi, Ilmu Gizi Klinis Pada Anak, edisi keempat,FKUI, Jakarta, 2003
2. Irianton Aritonang, Pemantaun Pertumbuhan Balita Petujuk Praktis Menilai Status Gizi & Kesehatan, Kanisius, Yogyakarta, 1996.
3. Konseling Bagi Ibu (Manajemen Terpadu Balita Sakit), Departemen Kesehatan RI, 1999.
4. http://askep-askeb-kita.blogspot.com/
Blog Archive
-
2016
(1)
- 09/18 - 09/25 (1)
-
2015
(10)
- 10/11 - 10/18 (1)
- 09/13 - 09/20 (1)
- 09/06 - 09/13 (1)
- 07/05 - 07/12 (1)
- 05/17 - 05/24 (6)
-
2014
(1)
- 04/13 - 04/20 (1)
-
2012
(770)
- 02/19 - 02/26 (5)
- 02/12 - 02/19 (10)
- 02/05 - 02/12 (4)
- 01/29 - 02/05 (27)
- 01/22 - 01/29 (88)
- 01/15 - 01/22 (101)
- 01/08 - 01/15 (169)
- 01/01 - 01/08 (366)
-
2011
(4478)
- 12/25 - 01/01 (336)
- 12/18 - 12/25 (62)
- 12/11 - 12/18 (70)
- 12/04 - 12/11 (77)
- 11/27 - 12/04 (40)
- 11/20 - 11/27 (67)
- 11/13 - 11/20 (198)
- 11/06 - 11/13 (187)
- 10/30 - 11/06 (340)
- 10/23 - 10/30 (32)
- 10/16 - 10/23 (109)
- 10/09 - 10/16 (80)
- 08/14 - 08/21 (75)
- 08/07 - 08/14 (81)
- 07/31 - 08/07 (82)
- 07/24 - 07/31 (66)
- 07/17 - 07/24 (91)
- 07/10 - 07/17 (47)
- 07/03 - 07/10 (44)
- 06/26 - 07/03 (53)
- 06/19 - 06/26 (59)
- 06/12 - 06/19 (47)
- 06/05 - 06/12 (65)
- 05/29 - 06/05 (63)
- 05/22 - 05/29 (77)
- 05/15 - 05/22 (115)
- 05/08 - 05/15 (65)
- 05/01 - 05/08 (104)
- 04/24 - 05/01 (45)
- 04/17 - 04/24 (70)
- 04/10 - 04/17 (134)
- 04/03 - 04/10 (72)
- 03/27 - 04/03 (18)
- 03/20 - 03/27 (47)
- 03/13 - 03/20 (68)
- 03/06 - 03/13 (40)
- 02/27 - 03/06 (56)
- 02/20 - 02/27 (77)
- 02/13 - 02/20 (76)
- 02/06 - 02/13 (198)
- 01/30 - 02/06 (194)
- 01/23 - 01/30 (132)
- 01/16 - 01/23 (196)
- 01/09 - 01/16 (202)
- 01/02 - 01/09 (121)
-
2010
(2535)
- 12/26 - 01/02 (156)
- 12/19 - 12/26 (65)
- 12/12 - 12/19 (73)
- 12/05 - 12/12 (84)
- 11/28 - 12/05 (80)
- 11/21 - 11/28 (68)
- 11/14 - 11/21 (63)
- 11/07 - 11/14 (50)
- 10/31 - 11/07 (50)
- 10/24 - 10/31 (36)
- 10/17 - 10/24 (58)
- 10/10 - 10/17 (35)
- 10/03 - 10/10 (31)
- 09/26 - 10/03 (21)
- 09/19 - 09/26 (26)
- 09/12 - 09/19 (55)
- 09/05 - 09/12 (65)
- 08/29 - 09/05 (33)
- 08/22 - 08/29 (70)
- 08/15 - 08/22 (45)
- 08/08 - 08/15 (35)
- 08/01 - 08/08 (37)
- 07/25 - 08/01 (27)
- 07/18 - 07/25 (19)
- 07/11 - 07/18 (30)
- 07/04 - 07/11 (56)
- 06/27 - 07/04 (28)
- 06/20 - 06/27 (22)
- 06/13 - 06/20 (30)
- 06/06 - 06/13 (21)
- 05/30 - 06/06 (5)
- 05/16 - 05/23 (6)
- 05/09 - 05/16 (29)
- 05/02 - 05/09 (59)
- 04/25 - 05/02 (28)
- 04/18 - 04/25 (38)
- 04/11 - 04/18 (70)
- 04/04 - 04/11 (59)
- 03/28 - 04/04 (65)
- 03/21 - 03/28 (89)
- 03/14 - 03/21 (218)
- 03/07 - 03/14 (95)
- 02/28 - 03/07 (135)
- 02/21 - 02/28 (102)
- 01/03 - 01/10 (68)
-
2009
(1652)
- 12/27 - 01/03 (36)
- 12/20 - 12/27 (22)
- 12/13 - 12/20 (100)
- 12/06 - 12/13 (45)
- 11/29 - 12/06 (24)
- 11/22 - 11/29 (22)
- 11/15 - 11/22 (19)
- 11/08 - 11/15 (28)
- 11/01 - 11/08 (11)
- 10/25 - 11/01 (17)
- 10/18 - 10/25 (38)
- 10/11 - 10/18 (33)
- 10/04 - 10/11 (15)
- 09/27 - 10/04 (21)
- 09/20 - 09/27 (7)
-
09/13 - 09/20
(84)
- Askep dengan Intususepsi
- Askep Neonatus dengan Infeksi Saluran Nafas
- Materi Kesehatan: Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan
- Askep Anak dengan Tetanus
- Materi Kesehatan: Stimulasi Perkembangan Anak
- Materi Kesehatan: Permainan dan Perilaku bermain b...
- Materi Kesehatan: Penyakit Kekurangan Energi dan P...
- Materi Kesehatan: Hemostatis
- Askep Anak dengan Gagal Ginjal Kronik
- Askep Anak dengan BBLR
- ASKEP pada Anak ASD, VSD, KOARTASIO AORTA dan Bron...
- Askep Anak dengan Thalasemia
- Askep dengan hyaline Membrane Disease – Respirato...
- Askep dengan Penyakit Jantung Bawaan : Patent Duct...
- Memecahkan Konflik Pada Pekerjaan
- Askep Anak dengan Sepsis Neonatorum
- Askep Anak dengan Morbili
- Askep Anak dengan Meningitis
- PEDOMAN GIZI SEIMBANG UNTUK BAYI DAN ANAK 0-24 BULAN
- INFARK, NEKROSIS DAN GANGREN
- Tumor gaster
- KETOASIDOSIS DIABETIKUM
- ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN EFUSI PLEURA
- Stroke
- neprolitiasis
- HAEMORRHOID
- asuhan keperawatan Gastroenteritis
- DISFUNGSIONAL UTERINE BLEEDING (DUB)
- RUU KESEHATAN DISAHKAN...
- Mengatasi Alergi Obat
- How a Cup of Hot Coffee Can Treat Asthma Naturally
- Waspada Produk Berbahan Plastik
- Depresi Kerja dan Bagiamana Menghadapinya?
- Askep Benigna Prostat Hipertropi / BPH
- Bisakah lanjut usia berpuasa?
- Sistem Pernafasan Pneumonia Dalam Kehamilan
- Pencegahan Potensi Terjadinya Cedera (Injury Preve...
- Ikan Sehat
- Asuhan Keperawatan Sirosis Hepatitis (Askep Sirosi...
- Post Laparotomi dan Kistektomi
- Secsio Caesarea atas Gemelli (Kehamilan Ganda)
- Hidrosefalus (Hidrocephalus)
- Servisitis dan Adnexitis
- Askeb Ikterus
- Sindroma Gawat Nafas (SGN)
- Sindroma Gawat Nafas (SGN)
- Malpraktik VS Standar Pelayanan Kesehatan
- Eklamsi dan Preklamsi
- Kurangnya Tenaga Spesialis
- Penyakit Menular Seksual
- Menometrorrhagia
- Jahe Meredakan Morning Sickness
- Alkohol Memperbesar Resiko Keguguran pada Ibu Hamil
- Karsinoma Serviks Uteri
- SYOK
- Mutu Pelayanakan Kesehatan di RS dan Kepuasan Kons...
- ASKEP PADA BAYI DGN KOMPLIKASI
- Askeb BBLR dengan Ikterik grade IV
- Askeb Kista Ovarium
- Siklus Haid, Sindrom Pra-Haid dan Gangguan Haid
- Askeb BBLR dengan Ikterik
- Askeb KPD dan Persalinan Preterm
- ASKEP BBL
- Askeb Ca Ovarium
- Sindrom Gawat Nafas (SGN) Pada BBL
- Gambaran Kejadian Abortus dan Faktor-Faktor yang M...
- Perdarahan Post Partum
- Health Provider dan Hukum Praktek
- BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR(
- Remaja dan Kontrasepsi
- Pendekatan Mutu dan Kepuasan Pelanggan Dalam Pelay...
- KEHAMILAN
- Berat Badan Lahir Rendah ( BBLR )
- Ikterik Pada Bayi Baru Lahir
- PERSALINAN
- Kehamilan Ektopik
- Pengaruh Program KB Terhadap Pengendalian Penduduk
- Secsio Caesarea atas Indikasi Ketuban Pecah Dini
- Sectio Caesarea atas Indikasi Letak Sungsang
- Peran Pendamping Selama Proses Persalinan
- Pengaruh Program KB Terhadap Pengendalian Penduduk
- Masalah Kurangnya Mutu Layanan Puskesmas Ditinjau ...
- Materi Kesehatan: Kanker Ovarium
- Ramen = mie ala jepang
- 09/06 - 09/13 (35)
- 08/30 - 09/06 (48)
- 08/23 - 08/30 (118)
- 08/16 - 08/23 (26)
- 08/09 - 08/16 (34)
- 08/02 - 08/09 (35)
- 07/26 - 08/02 (31)
- 07/19 - 07/26 (14)
- 07/12 - 07/19 (16)
- 07/05 - 07/12 (28)
- 06/28 - 07/05 (26)
- 06/21 - 06/28 (76)
- 06/14 - 06/21 (26)
- 06/07 - 06/14 (21)
- 05/31 - 06/07 (43)
- 05/24 - 05/31 (38)
- 05/17 - 05/24 (26)
- 05/10 - 05/17 (52)
- 05/03 - 05/10 (15)
- 04/26 - 05/03 (38)
- 04/19 - 04/26 (32)
- 04/12 - 04/19 (22)
- 04/05 - 04/12 (20)
- 03/29 - 04/05 (40)
- 03/22 - 03/29 (43)
- 03/15 - 03/22 (18)
- 03/08 - 03/15 (14)
- 03/01 - 03/08 (22)
- 02/22 - 03/01 (12)
- 02/15 - 02/22 (9)
- 02/08 - 02/15 (11)
- 02/01 - 02/08 (19)
- 01/25 - 02/01 (37)
- 01/18 - 01/25 (21)
- 01/11 - 01/18 (33)
- 01/04 - 01/11 (31)
-
2008
(700)
- 12/28 - 01/04 (13)
- 12/21 - 12/28 (9)
- 12/14 - 12/21 (57)
- 12/07 - 12/14 (5)
- 11/30 - 12/07 (18)
- 11/23 - 11/30 (33)
- 11/16 - 11/23 (31)
- 11/09 - 11/16 (23)
- 11/02 - 11/09 (18)
- 10/26 - 11/02 (11)
- 10/19 - 10/26 (15)
- 10/12 - 10/19 (13)
- 10/05 - 10/12 (25)
- 09/28 - 10/05 (2)
- 09/21 - 09/28 (14)
- 09/14 - 09/21 (19)
- 09/07 - 09/14 (43)
- 08/31 - 09/07 (3)
- 08/24 - 08/31 (33)
- 08/17 - 08/24 (65)
- 08/10 - 08/17 (4)
- 08/03 - 08/10 (26)
- 07/27 - 08/03 (6)
- 07/20 - 07/27 (19)
- 07/13 - 07/20 (18)
- 07/06 - 07/13 (60)
- 06/29 - 07/06 (53)
- 06/22 - 06/29 (49)
- 06/15 - 06/22 (11)
- 06/08 - 06/15 (4)
Popular Posts
-
ASUHAN KEPERAWATAN IBU NIFAS DENGAN PERDARAHAN POST PARTUM A. PengertianPost partum / puerperium adalah masa dimana tubuh menyesuaikan, baik...
-
KTI KEBIDANAN HUBUNGAN USIA TERHADAP PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSUD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan wanita merupakan hal yang s...
-
Setelah beberapa minggu ini cari materi buat postingan baru, mendadak dapat inspirasi setelah rekan Anton Wijaya menulis di buku tamu Keper...
-
PATHWAY ASFIKSIA NEONATORUM Klik pada gambar untuk melihat pathway Download Pathway Asfiksia Neonatorum Via Ziddu Download Askep Asfiksia N...
-
DEFINISI Ikterus ialah suatu gejala yang perlu mendapat perhatian sungguh-sungguh pada neonatus. Ikterus ialah suatu diskolorasi kuning pa...
-
Metode Kalender atau Pantang Berkala (Calendar Method Or Periodic Abstinence) Pendahuluan Metode kalender atau pantang berkala merupakan met...
-
Pathway Combustio Klik Pada Gambar Untuk melihat pathway Download Pathway Combustio Via Ziddu Tag: Pathways combustio , pathways luka baka...
-
Pathway Hematemesis Melena Klik pada gambar untuk melihat pathway Download Pathway Hematemesis Melena Via Ziddu
-
PROSES KEPERAWATAN KOMUNITAS Pengertian - Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan, merencana...
-
Metode Suhu Basal Tubuh (Basal Body Temperature Method) Suhu tubuh basal adalah suhu terendah yang dicapai oleh tubuh selama istirahat atau ...
© ASUHAN KEPERAWATAN 2013 . Powered by Bootstrap , Blogger templates and RWD Testing Tool Published..Gooyaabi Templates