Kamis, 19 Mei 2011
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN EPILEPSI
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN EPILEPSI
A. Pendahuluan
Epilepsi merupakan penyakit tertua di dunia (2000 th SM) (Petrus Tjahyadi dikutif dari Harsono,Ed : 1996). Di Indonesia kasus epilepsi secara pasti tidak diketahui karena tidak ada data epidemiologi, namum hingga saat ini diperkirakan ada 900.000 sampai 1.800.000 kasus (Petrus Tjahyadi dikutif dari Harsono,ED : 1996).Penyakit epilepsi selain merupakan masalah kesehatan yang sangat rumit juga merupakan suatu penyakit yang menimbulkan dampak / stigma sosial yang sangat berat bagi penderita dan keluarganya. Adanya pemahaman yang salah tentang penyakit epilepsi yang dipandang sebagai penyakit kutukan merupakan suatu hal yang menyebabkab sulitnya mendeteksi jumlah kasus ini di masyarakat karena biasanya keluarga sering menyembunyikan keluarganya yang menderita penyakit ini.
Penanganan terhadap penyakit ini bukan saja menyangkut penanganan medikamentosa dan perawatan belaka, namun yang lebih penting adalah bagaimana meminimalisasikan dampak yang muncul akibat penyakit ini bagi penderita dan keluarga maupun merubah stigma masyarakat tentang penderita epilepsi.
Pada dasarnya epilepsi merupakan suatu penyakit Susunan Saraf Pusat (SSP) yang timbul akibat adanya ketidak seimbangan polarisasi listrik di otak. Ketidak seimbangan polarisasi listrik tersebut terjadi akibat adanya fokus-fokus iritatif pada neuron sehingga menimbulkan letupan muatan listrik spontan yang berlebihan dari sebagian atau seluruh daerah yang ada di dalam otak.
Masalah yang muncul adalah bagaimana hal tersebut bisa muncul, bagaimana manifestasinya dan bagaimana penanganan yang dapat dilakukan untuk kasus ini masih memerlukan kajian yang lebih mendalam.
B. Deskripsi Penyakit
Epilepsi terjadi akibat adanya kerusakan membran pada sel glia otak. Sel glia merupakan bagian dari sel otak yang multi fungsi. Salah satu fungsi penting dari sel glia bila dikaitkan dengan penyakit epilepsi ini adalah fungsi sel glia sebagai pensuplai nutrisi dan reservoar dari elektrolit seperti ion K, Ca dan Na. Ketidak seimbangan pada sel ini akan menyebabkan permasalahan pada sel syaraf. Proses epileptogenik akan terjadi bila ada pelepasan muatan paroksiman karena mekanisme intrinsik dari membran neuron yang menjaga kestabilan ambang lepas muatan terganggu sehingga bisa terjadi depolarisasi secara terus menerus yang selanjutnya menyebabkan timbulnya letupan potensial aksi (paroksismal depolarisasi shif).
Penyebab dan proses secara jelas terjadinya epileptogenik hingga saat ini belum begitu jelas. Namun sebagian besar dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti adanya trauma kelahiran, infeksi, gangguan sirkulasi, gangguan metabolisme, tumor otak, trauma kepala dan penyakit-penyakit saat kehamilan (epilepsi simtomatis). Namun beberapa jenis epilepsi tidak diketahui dengan jelas penyebabnya dan diduga karena faktor genetik (epilepsi idiopatik). Proses sederhana terjadinya fokus epileptik dapat dilihat pada bagan di bawah.
KERUSAKAN JARINGAN
JARINGAN OTAK RUSAK / GANGGUAN METABOLISME
PENURUNAN FUNGSI RESERVOIR SEL GLIA
ION KALIUM TIDAK MENDAPATKAN TEMPAT
YANG TEPAT SAAT PEMBENTUKAN IMPULS
ION K TERKUMPUL PADA KRISIS MUATAN
DINDING NEURON LISTRIK
AKTIVITAS SARAF SPONTAN TAK TERKONTROL
Dari skema di atas dapat ditarik suatu analisa bahwa jika terjadi suatu gangguan polarisasi listrik pada otak akan menyebabkan efek terhadap aktivitas dari saraf secara spontan yang dimanifestasikan dengan adanya gerakan-gerakan yang abnormal pada organ-organ tubuh penderita. Keadaan ini dapat menyebabkan penurunan kontrol dan kesadaran sehingga dapat menimbulkan dampak berupa kemungkinan trauma / cedera fisik bagi penderita yang sedang mengalami serangan.
Berdasarkan hasil EEG dan gejala yang ditemukan, epilepsi dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis yaitu : (Kariasa,Md, FIK UI, 1997)
1. Kejang umum :
Kejang yang menunjukkan sinkronisasi keterlibatan semua bagian otak pada kedua hemisfer. Otak teraktivasi secara bersama tanpa awitan fokal, sinkron, tanpa didahului oleh prodormal dan aura. Yangdigolongkan dalam jenis ini adalah petit mall, grand mall, mioklonik dan atonik.
a. Petit mall : muncul setelah usia 4 tahun, pasien kehilangan kesadaran sesaat seperti bengong tanpa disertai gerakan involunter yang aneh. Bila hal ini berlangsung terus dapat berakibat buruk pada alur belajar terutama anak-anak yang sedang belajar. Anak akan menjadi malu sehingga anak akan mengalami gangguan dalam prestasi belajar.
b. Grand mall / kejang tonik-klonik : yakni adanya serangan kejang ekstensi tonik-klonik bilateral ekstremitas. Kadang disertai dengan adanya inkontinensia urine atau feces, menggigit lidah, mulut berbusa dan kehilangan kesadaran yang mendadak yang diikuti gejala-gejala post iktal seperti nyeri otot, lemah dan letih, bingung serta tidur dalam waktu lama.
2. Kejang parsial
Kejang yang didahului dengan adanya awitan fokal yang melibatkan satu bagian tertentu dari otak.
a. Kejang parsial sederhana : sering disebut epilepsi Jakson, dimana pada kelompok ini akan terjadi kejang secara involunter yang bersifat unilateral tanpa diikuti oleh adanya perburukan.
b. Kejang parsial kompleks : sering disebut dengan kejang lobus temporal, psikomotor atau otomatisme yang fokalnya sering berpusat pada lobus temporalis. Sering pada kejang parsial sering diikuti oleh gangguan kesadaran semacam gangguan proses pikir. Gejala dapat berupa halusinasi, mual dan berkeringat sebagai prodormal. Pasien yang sedang mengalami serangan ini sering menunjukkan perilaku bersifat agitatif dan kombatif.
Bila dikaitkan dengan kelompok usia yang terpapar, epilepsi dapat digolongkan menjadi beberapa jenis (Harsono.ED.1996) :
1. Kelompok Usia 0 – 6 bulan
a. Kelainan intra uterin, yang menyebabkan gangguan migrasi dan diferensiasi sel neuron. Hal ini juga bisa dipengaruhi oleh infeksi intra uterin.
b. Kelainan selama kehamilan misal asfeksia, dan perdarahan intra uterin yang didahului oleh kelainan maternal seperti : hipotensi, eklamsia, disproporsi sefalopelvik, kelainan plasenta, tali pusat menumbung atau belitan tali pusat pada leher.
c. Kelainan kongenital seperti kromosom abnormal, radiasi obat teratogenik, infeksi intra partum oleh toksoplasma, sitomegalo virus, rubela dan treponema.
d. Gangguan metabolik seperti hipoglikemi, hipokalsemi, hiponatremia, dan defisiensi piridoksin.
e. Infeksi Susunan Saraf Pusat seperti meningitis, ensefalitis, dan hidrosefalus pasca infeksi.
2. Kelompok 6 bulan – 3 tahun
Selain oleh penyebab yang sama dari kelompok di atas pada umur ini dapatjuga disebabkan oleh adanya kejang demam yang biasanya dimulai pada umur 6 bulan. Faktor lain yang mempengaruhi adalah adanya cedera kepala.
3. Kelompok anak-anak sampai remaja
Dapat disebabkan oleh Infeksi virus, bakteri, parasit dan abses otak yang frekuensinya meningkat sampai 23%, setelah tindakan operasi.
4. Kelompok usia muda
. Tersering karena cedera kepala, tumor otak dan infeksi.
5. Kelompok usia lanjur
Karena gangguan pembuluh darah otak, diikuti oleh trauma dan degenerasi cerebral.
Jika terjadi serentetan serangan epilepsi jenis grand mall tanpa diselingi dengan pemulihan status neurologi disebut dengan status epileptikus. Yang dijadikan patokan adalah kejang secara klinis atau pada EEG tampak adanya gambaran eksitasi abnormal selama 30 menit atau lebih. Hal ini akan berbahaya jika diikuti oleh adanya hipoksia jaringan otak, gagal pernafasan, hipertensi, peningkatan tekanan intra kranial. Keadaan ini membutuhkan perawatan yang intensif. Penurunan kesadaran dapat berakibat terjadinya ancaman berupa sumbatan jalan nafas. Kejadian yang terjadi secara terus menerus dapat menimbulkan dampak yang sangat buruk terhadap perkembangan psiko-sosial dari klien maupun keluarganya, berupa rasa malu, harga diri yang rendah serta penurunan terhadap gambaran diri. Hal ini akan menyebabkan efek samping pada penurunan prestasi belajar terutama bagi penderita yang masih dalam masa belajar.
C. Pengkajian
Pengkajian dilakukan secara komprehensif dengan berbagai metode pengkajian seperti anamnesa, observasi, pengukuran, dokumentasi dan pemeriksaan fisik. Metode pengkajian yang digunakan untuk mengoptimalkan hasil yang diperoleh meliputi beberapa cara diantaranya head to toe, teknik persistem, maupun berdasarkan atas kebutuhan dasar manusia.
1. Identitas klien dan penanggungjawab
Pengkajian yang dilakukan meliputi identitas klien dan penanggungjawabnya.
2. Keluhan Utama
Untuk keluhan utama, pasien atau keluarga biasanya ketempat pelayanan kesehatan karena klien yang mengalami penurunan kesadaran secara tiba-tiba disertai mulut berbuih. Kadang-kadang klien / keluarga mengeluh anaknya prestasinya tidak baik dan sering tidak mencatat. Klien atau keluarga mengeluh anaknya atau anggota keluarganya sering berhenti mendadak bila diajak bicara
.
3. Riwayat Penyakit
Fokus pengkajian yang dilakukan adalah pada riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik. Ini dapat dimengerti karena riwayat kesehatan terutama berhubungan dengan kejang sangat membantu dalam menentukan diagnosa. Riwayat ini akan dirunjang dengan keadaan fisik klien saat ini. Pemeriksaan neurologi terutama berkaitan dengan serangan kejang harus lengkap karena temuan-temuan fokal sangat membantu dalam menentukan asal dari aktivitas kejang. Pada riwayat perlu dikaji faktor pencetus yang dapat diidentifikasikan hingga saat ini adalah : demam, cedera kepala, stroke, gangguan tidur, penggunaan obat, kelemahan fisik, hiperventilasi, dan stress emosional.
Deskripsispesifik dari kejang harus mencakup beberapa data penting meliputi :
a. Awitan yakni serangan itu mendadak atau didahului oleh prodormal dan fase aura.
b. Durasi kejang berapa lama dan berapa kali frekuensinya.
c. Aktivitas motorik mencakup apakah ekstrimitas yang terkena sesisi atau bilateral, dimana mulainya dan bagaimana kemajuannya.
d. Status kesadaran dan nilai kesadarannya. Apakah klien dapat dibangunkan selama atau setelah serangan ?
e. Distrakbilitas, apakah klien dapat memberi respon terhadap lingkungan. Hal ini sangat penting untuk membedakan apakah yang terjadi pada klien benar epilepsi atau hanya reaksi konversi.
f. Keadaan gigi. Apakah pada saat serangan gigi klien tertutup rapat atau terbuka.
g. Aktivitas tubuh seperti inkontinensia, muntah, salivasi dan perdarahan dari mulut.
h. Masalah yang dialami setelah serangan paralisis, kelemahan, baal atau semutan, disfagia, disfasia cedera komplikasi, periode post iktal atau lupa terhadap semua pristiwa yang baru saja terjadi.
i. Faktor pencetus seperti stress emosional dan fisik.
4. Data Bio-psiko-sosial-spiritual
Data yang sudah dikaji sebelumnya dengan menggunakan berbagai metode yang valid selanjutnya dikelompokkan secara umum menjadi data subyektif dan obyektif.
a. Data Subyektif : adanya keluhan tentang faktor pencetus, prodormal(pusing, lemas, ngantuk, halusinasi dll). Merasakan adanya seperti tersambar petir (fase aural), mengeluh adanya gangguan proses pikir, waham, badan nyeri, letih dan bingung. Klien merasa malu, tidak berguna, rendah diri dan takut.
b. Data Obyektif : adanya gerakan tonik, klonik, tonik-klonik, hilang kesadaran sesaat, hilang kesadaran beberapa lama, bibir berbusa, sering diam beberapa saat bila sedang diajak bicara, gerakan ekstrimitas terkedut bilateral, pasien terjatuh, kontraksi involunter unilateral, kejang biasanya mulai dari tempat yang sama setiap serangan, agresif, pupil mengalami perubahan ukuran selama serangan, inkontinensia, perdarahan dari mulut, penurunan respon terhadap lingkungan, kejang terjadi beberapa detik hingga beberapa menit. Gambaran EEG berupa gelombang spike, spike and slow wave, poly spike and wave, 3 Hz spike and wave. MRI / CT SCAN bisa tampak adanya massa di lobus otak.Perubahan yang bermakna tidak spesifik pada tanda-tanda vital. Dapat terjadi perubahan tidak spesifik pada hasil laboratorium (Glukosa darah, BUN, Elektrolit, Pa O2, Pa CO2 termasuk hasil fungsi lumbal).
5. Rencana Asuhan Keperawatan
a. Diagnosa Keperawatan
Rencana Keperawatan diawali dengan penyusunan diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan yang biasa muncul pada pasien yang mengalami epilepsi adalah
1) Potensial kecelakaan s.d. penurunan kesadaran, kelemahan fisik, gerak otot
tonik klonik.
2) Potensial terjadi sumbatan jalan nafas s.d. obstruksi tracheo bronkhial,
gangguan persepsi dan neuro muskuler.
3) Gangguan konsep diri s.d. stigma sosial, salah persepsi dari lingkungan sosial.
4) Gangguan mekanisme koping s.d. terdiagnose epilepsi dan keterikatan dengan obat.
5) Kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan pengobatannya s.d. kurang
terbuka, mis interpretasi dan kurang interpretasi.
b. Rencana Keperawatan
a. Potensial kecelakaan sehubungandengan penurunan kesadaran,
kelemahan fisik, gerak otot tonik klonik.
b. Potensial terjadi sumbatan jalan nafas sehubungan dengan obstruksi
tracheo bronkhial, gangguan persepsi dan neuro muskuler.
c. Gangguan konsep diri sehubungan dengan stigma sosial, salah persepsi
dari lingkungan sosial.
d. Gangguan mekanisme koping (koping tidak efektif) sehubungan
dengan terdiagnose epilepsi dan keterikatan dengan obat.
e.. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit (epilepsi) dan
pengobatannya sehubungan dengan mis interpretasi dan kurang informasi.
6. Rencana tindakan
NO Diagnosa Tujuan Implementasi
1. Dx 1 Serangan dapat dikendalikan dan komplikasi dapat dihindari 1. Cegah dan kendalikan kejang
2. Hindarkan lingkungan agar aman dari kemungkinan yang dapat menimbulkan cedera bagi klien
3. Siapkan spatel lidah di dekat klien
4. Hindarkan klien sendirian
5. Usahakan agar tempat tidur klien
serendah mungkin
6. Jangan pernah mengikat klien dengan
Alasan apapun
7. Jangan memasukkan benda apapun kemulut klien
saat terjadi serangan
8. Pasang gudel saat serangan berkurang
9. Miringkan klien pada salah satu sisi
10. Obserpasi adanya tanda-tanda status epileptikus
11. Upayakan agar klien mampu mengenali
faktor pencetus
dan tanda-tanda serangan
12. Lakukan tindakan kolaborasi :
a. Pemberian obat anti konvulsan
b. Siapkan klien untuk EEG, pengambilan bahan lab elektrolit, cairan cerebro spinal, darah lengkap, BUN, Creatinin, Glukosa darah, PO2 dan PCO2.
13. Observasi fase-fase kejang
14. Analisa ambulasi klien
2 Dx. 2 Jalan nafas tetap paten 1. Anjurkan agar klien mengosongkan mulut jika fase aura dapat dikenali
2. Buat klien dalam posisi miring pada salah satu sisi untuk menghindari adanya aspirasi
3. Mengupayakan jalan nafas tetap paten
4. Memberikan oksigen sesuai dengan indikasi
5. Lakukan penghisapan lendir dengan cara yang benar
6. Siapkan klien untuk pemasangan intubasi dan ambu bag.
7. Selalu ingatkan untuk menjaga kebersihan mulut
Untuk mencegah aspirasi
3 Dx. 3 dan 4 Mampu menampilkan konsep diri yang positif 1. Anjurkan klien untuk mengekspresikan perasaan
2. Ajarkan klien dan keluarga untuk mengidentifikasi beberapa reaksi orang terhadap pasien
3. Anjurkan dan ingatkan untuk mengidentifikasikan keberhasilan yang telah diperoleh
4. Jangan terlalu melakukan proteksi terhadap klien
5. Bantulah klien untuk meluruskan kesan orang lain terhadap klien dan kesan klien terhadap orang lain
6. Selalu bersikap tenang baik itu pasien, pemberi pelayanan atau keluarga saat terjadi serangan kejang
7. Anjurkan untuk berkonsultasi dengan spesialis tertentu seperti psikolog
8. Diskusikan pentingnya untuk berusaha menerima keterbatasan yang ada.
9. Mampu menyesuaikan pola hidup sesuai dengan keadaan klien
4 Dx. 5 Mampu menjelaskan mengenai proses peny., prognosa, kemungkinan komplikasi dan keterbatasan diri yang dimiliki dan melaksanakan program pengobatan serta follow up secara tepat dan teratur 1. Menjelaskan kembali proses penyakit serta prognosanya.
2. Menjelaskan kembali tentang pentingnya obat serta mengobservasi efek dari obat tersebut.
3. Buatkan petunjuk yang jelas dalam pemberian obat, dan selalu diingatkan bahwa dosis terapeutik saat ini dapat berubah suatu saat.
4. Diskusikan efek samping dari obat.
5. Anjurkan agar klien membawa tanda khusus.
6. Jelaskan pentingnya follow up.
7. Evaluasi
Evaluasi merupakan bagian akhir dari proses keperawatan. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan tindakan yang telah dilakukan. Disamping itu evaluasi dapat dijadikan sebagai bahan pengkajian untuk proses berikutnya.
Pada kasus epilepsi evaluasi dilakukan atas tindakan yang dilakukan sesuai dengan diagnosa dan tujuan yang sudah ditetapkan.
1. Frekuensi dan faktor pencetus serangan dapat diidentifikasi, lingkungan aman, klien tahu berperilaku untuk mencegah trauma jika muncul serangan, keluarga tidak meninggalkan klien sendiri terutama saat faktor pencetus paparannya meningkat.
2. Klien dapat mengambil posisi yang stabil, tidak menelan sesuatu, jika fase aura mulai muncul, kebutuhan O2 klien dapat terpenuhi terutama pada saat serangan.
3. Klien mampu menampakkan kesan diri yang positif, keluarga aktif memberikan dukungan dukungan kepada klien.
4. Klien mampu menjelaskan tentang penyakit, penanganan, prognose, serta waktu pengobatan. Klien mengerti dan mau melakukan follow up secara teratur. Klien dapat menyesuaikan pola hidupnya sesuai dengan keadaannya
DAFTAR PUSTAKA
Dongoes M. E. et all, 1989, Nursing Care Plans, Guidelines for Planning Patient Care, Second Ed, F. A. Davis, Philadelpia.
Harsono (ED), 1996, Kapita Selekta Neurologi , Second Ed, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Hudac. M. C. R and Gallo B. M, 1997, Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik (Terjemahan), Edisi VI, EGC, Jakarta Indonesia.
Kariasa Made, 1997, Asuhan Keperawatan Klien Epilepsi, FIK-UI, Jakarta.
Luckman and Sorensen S, 1993, Medikal Surgical Nursing Psychology Approach, Fourt Ed, Philadelpia London.
Price S. A and Wilson L. M, 1982, Pathofisiology, Clinical Concepts of Desease Process, Second Ed, St Louis, New York.
Blog Archive
-
2016
(1)
- 09/18 - 09/25 (1)
-
2015
(10)
- 10/11 - 10/18 (1)
- 09/13 - 09/20 (1)
- 09/06 - 09/13 (1)
- 07/05 - 07/12 (1)
- 05/17 - 05/24 (6)
-
2014
(1)
- 04/13 - 04/20 (1)
-
2012
(770)
- 02/19 - 02/26 (5)
- 02/12 - 02/19 (10)
- 02/05 - 02/12 (4)
- 01/29 - 02/05 (27)
- 01/22 - 01/29 (88)
- 01/15 - 01/22 (101)
- 01/08 - 01/15 (169)
- 01/01 - 01/08 (366)
-
2011
(4478)
- 12/25 - 01/01 (336)
- 12/18 - 12/25 (62)
- 12/11 - 12/18 (70)
- 12/04 - 12/11 (77)
- 11/27 - 12/04 (40)
- 11/20 - 11/27 (67)
- 11/13 - 11/20 (198)
- 11/06 - 11/13 (187)
- 10/30 - 11/06 (340)
- 10/23 - 10/30 (32)
- 10/16 - 10/23 (109)
- 10/09 - 10/16 (80)
- 08/14 - 08/21 (75)
- 08/07 - 08/14 (81)
- 07/31 - 08/07 (82)
- 07/24 - 07/31 (66)
- 07/17 - 07/24 (91)
- 07/10 - 07/17 (47)
- 07/03 - 07/10 (44)
- 06/26 - 07/03 (53)
- 06/19 - 06/26 (59)
- 06/12 - 06/19 (47)
- 06/05 - 06/12 (65)
- 05/29 - 06/05 (63)
- 05/22 - 05/29 (77)
-
05/15 - 05/22
(115)
- Mengenal Populasi dan Sampel
- 10 Operasi Kecantikan yang Sebaiknya Dihindari
- Makin Banyak Dokter Anjurkan Meditasi
- Employment and Business Opportunities With Nurse T...
- Rahasia dibalik sebuah sentuhan
- Wanita Bertubuh Bahenol Lebih Menggoda
- Bagaimana Lemak Dibakar?
- 8 Statistik Seputar Seks
- Makanan-makanan Penambah Gairah Bercinta
- DISLOKASI & SUBLUKSASI
- LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN DIABETES ME...
- ASUHAN KEPERAWATAN PADA DERMATITIS DAN EXZEMA.
- SATUAN ACARA PENGAJARAN DEMAM BERDARAH DENGUE
- FRAKTUR OS.MANDIBULARIS
- Patah Tulang (Fraktur)
- INFARK MYOKARD
- INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) TRACTUS URINARIUS INFE...
- KANKER PAYUDARA
- BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA
- ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN BATU GINJAL
- 5 Hobi yang Bisa Tingkatkan Hasrat Seks
- TIPS TINGKAT KUANTITAS DAN KUALITAS SPERMA
- Penyebab Gairah Seksual Menurun
- 5.5 Keyakinan Diri yang Salah dalam Latihan untuk ...
- Coitus Interuptus
- Survey pelayanan kesehatan diera reformasi
- Jawaban Cewek Saat Menolak Cowok
- LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN...
- LAPORAN PENDAHULUAN MORBILI
- Laporan Pendahuluan Post partum sectio sesaria
- LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KUSTA
- ANTE NATAL CARE
- LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ...
- Laporan Pendahuluan Harga Diri Rendah
- KONSEP DASAR EMPIEMA
- LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN CARSINOMA C...
- ASMA BRONKIAL
- LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN...
- TINJAUAN TEORI LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELLITUS
- LAPORAN PENDAHULUAN POSTPARTUM
- LAPORAN PENDAHULUAN KEGAWATDARURATAN PADA KLIEN DE...
- ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TB PARU & HEMAPTOE
- LAPORAN PENDAHULUAN KISTA OVARI
- Hiperemesis Gravidarum
- Kehamilan dan Seksualitas
- GASTROENTERITIS
- ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN INTOKSIKASI
- Mengapa Wanita Lebih Tertarik Pria Petualang
- “Happy Food” Untuk Menurunkan Berat Badan
- FRAKTUR
- ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN EPILEPSI
- KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN DEKOMPENSASI KORDIS
- ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN LUKA BAKAR (...
- Diare Akut pada Bayi dan Anak
- WAWANCARA DAN PEMERIKSAAN FISIK SISTEM KARDIOVASKULER
- INFARK MIOKARD AKUT
- TINJAUAN TEORI INFARK MIOKARD AKUT
- ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM K...
- DAMPAK TERAPI ESTROGEN PADA WANITA MENOPAUSE
- ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ASMA
- ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN ASMA BRONCHIALE
- ASUHAN KEPERAWATAN SEBAGAI PENDEKATAN PELAYANAN PA...
- LAPORAN PENDAHULUAN CARSINOMA PARU
- TINJAUAN TEORI BRONCHOPNEUMONIA
- LAPORAN PENDAHULUAN BENIGN PROSTATIC HIPERPLASI ( ...
- Askep Pneumonia
- Askep COPD
- Askep Asthma Bronkhiale
- apakah susu skim membuat gemuk badan
- Askep TB Baru
- Infection alert at hospital
- mercedes benz mobil mewah terbaik indonesia raya
- Askep Sinusitis
- Test dan diagnosa Faringitis
- Pembakar Lemak Terbaik Dalam Kehidupan Anda
- Hernia Diafragmatika
- Atrium Septum Defek
- PHARYNGITIS (RADANG TENGGOROKAN) PADA ANAK
- ATELEKTASIS (ATELECTASIS
- TINJAUAN TEORI AKUT LIMFOBLASTIK LEUKEMIA (ALL)
- LAPORAN PENDAHULUAN ANGINA PEKTORIS
- TINJAUAN TEORI ANTE NATAL CARE
- PENDEKATAN FISIOKIMIA TERHADAP ASAM-BASA
- TINJAUAN TEORI ARTRITIS
- ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ARITMIA
- ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN EPILEPSI
- LAPORAN PENDAHULUAN ASMA BRONKHIALE
- LAPORAN PENDAHULUAN DIABETIK KETOASIDOSIS
- TINJAUAN TEORI ASFIKSIA NEONATORUM
- NILAI MID SEMESTER GANJIL TAHUN 2011
- Apakah Anda Pernah Mengalami Asma???
- Menurunkan Berat Badan Saat Bekerja
- LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ...
- LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN...
- STRATEGI MEMBANTU KLIEN DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN
- UPAYA-UPAYA YANG DAPAT DILAKUKAN UNTUK MENGATASI K...
- Nigeria Unrest Kills 800 People
- Anteversio Uter
- Askep Infeksi Saluran Kemih/ISK
- Askep Gagal Ginjal
- 05/08 - 05/15 (65)
- 05/01 - 05/08 (104)
- 04/24 - 05/01 (45)
- 04/17 - 04/24 (70)
- 04/10 - 04/17 (134)
- 04/03 - 04/10 (72)
- 03/27 - 04/03 (18)
- 03/20 - 03/27 (47)
- 03/13 - 03/20 (68)
- 03/06 - 03/13 (40)
- 02/27 - 03/06 (56)
- 02/20 - 02/27 (77)
- 02/13 - 02/20 (76)
- 02/06 - 02/13 (198)
- 01/30 - 02/06 (194)
- 01/23 - 01/30 (132)
- 01/16 - 01/23 (196)
- 01/09 - 01/16 (202)
- 01/02 - 01/09 (121)
-
2010
(2535)
- 12/26 - 01/02 (156)
- 12/19 - 12/26 (65)
- 12/12 - 12/19 (73)
- 12/05 - 12/12 (84)
- 11/28 - 12/05 (80)
- 11/21 - 11/28 (68)
- 11/14 - 11/21 (63)
- 11/07 - 11/14 (50)
- 10/31 - 11/07 (50)
- 10/24 - 10/31 (36)
- 10/17 - 10/24 (58)
- 10/10 - 10/17 (35)
- 10/03 - 10/10 (31)
- 09/26 - 10/03 (21)
- 09/19 - 09/26 (26)
- 09/12 - 09/19 (55)
- 09/05 - 09/12 (65)
- 08/29 - 09/05 (33)
- 08/22 - 08/29 (70)
- 08/15 - 08/22 (45)
- 08/08 - 08/15 (35)
- 08/01 - 08/08 (37)
- 07/25 - 08/01 (27)
- 07/18 - 07/25 (19)
- 07/11 - 07/18 (30)
- 07/04 - 07/11 (56)
- 06/27 - 07/04 (28)
- 06/20 - 06/27 (22)
- 06/13 - 06/20 (30)
- 06/06 - 06/13 (21)
- 05/30 - 06/06 (5)
- 05/16 - 05/23 (6)
- 05/09 - 05/16 (29)
- 05/02 - 05/09 (59)
- 04/25 - 05/02 (28)
- 04/18 - 04/25 (38)
- 04/11 - 04/18 (70)
- 04/04 - 04/11 (59)
- 03/28 - 04/04 (65)
- 03/21 - 03/28 (89)
- 03/14 - 03/21 (218)
- 03/07 - 03/14 (95)
- 02/28 - 03/07 (135)
- 02/21 - 02/28 (102)
- 01/03 - 01/10 (68)
-
2009
(1652)
- 12/27 - 01/03 (36)
- 12/20 - 12/27 (22)
- 12/13 - 12/20 (100)
- 12/06 - 12/13 (45)
- 11/29 - 12/06 (24)
- 11/22 - 11/29 (22)
- 11/15 - 11/22 (19)
- 11/08 - 11/15 (28)
- 11/01 - 11/08 (11)
- 10/25 - 11/01 (17)
- 10/18 - 10/25 (38)
- 10/11 - 10/18 (33)
- 10/04 - 10/11 (15)
- 09/27 - 10/04 (21)
- 09/20 - 09/27 (7)
- 09/13 - 09/20 (84)
- 09/06 - 09/13 (35)
- 08/30 - 09/06 (48)
- 08/23 - 08/30 (118)
- 08/16 - 08/23 (26)
- 08/09 - 08/16 (34)
- 08/02 - 08/09 (35)
- 07/26 - 08/02 (31)
- 07/19 - 07/26 (14)
- 07/12 - 07/19 (16)
- 07/05 - 07/12 (28)
- 06/28 - 07/05 (26)
- 06/21 - 06/28 (76)
- 06/14 - 06/21 (26)
- 06/07 - 06/14 (21)
- 05/31 - 06/07 (43)
- 05/24 - 05/31 (38)
- 05/17 - 05/24 (26)
- 05/10 - 05/17 (52)
- 05/03 - 05/10 (15)
- 04/26 - 05/03 (38)
- 04/19 - 04/26 (32)
- 04/12 - 04/19 (22)
- 04/05 - 04/12 (20)
- 03/29 - 04/05 (40)
- 03/22 - 03/29 (43)
- 03/15 - 03/22 (18)
- 03/08 - 03/15 (14)
- 03/01 - 03/08 (22)
- 02/22 - 03/01 (12)
- 02/15 - 02/22 (9)
- 02/08 - 02/15 (11)
- 02/01 - 02/08 (19)
- 01/25 - 02/01 (37)
- 01/18 - 01/25 (21)
- 01/11 - 01/18 (33)
- 01/04 - 01/11 (31)
-
2008
(700)
- 12/28 - 01/04 (13)
- 12/21 - 12/28 (9)
- 12/14 - 12/21 (57)
- 12/07 - 12/14 (5)
- 11/30 - 12/07 (18)
- 11/23 - 11/30 (33)
- 11/16 - 11/23 (31)
- 11/09 - 11/16 (23)
- 11/02 - 11/09 (18)
- 10/26 - 11/02 (11)
- 10/19 - 10/26 (15)
- 10/12 - 10/19 (13)
- 10/05 - 10/12 (25)
- 09/28 - 10/05 (2)
- 09/21 - 09/28 (14)
- 09/14 - 09/21 (19)
- 09/07 - 09/14 (43)
- 08/31 - 09/07 (3)
- 08/24 - 08/31 (33)
- 08/17 - 08/24 (65)
- 08/10 - 08/17 (4)
- 08/03 - 08/10 (26)
- 07/27 - 08/03 (6)
- 07/20 - 07/27 (19)
- 07/13 - 07/20 (18)
- 07/06 - 07/13 (60)
- 06/29 - 07/06 (53)
- 06/22 - 06/29 (49)
- 06/15 - 06/22 (11)
- 06/08 - 06/15 (4)
Popular Posts
-
ASUHAN KEPERAWATAN IBU NIFAS DENGAN PERDARAHAN POST PARTUM A. PengertianPost partum / puerperium adalah masa dimana tubuh menyesuaikan, baik...
-
KTI KEBIDANAN HUBUNGAN USIA TERHADAP PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSUD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan wanita merupakan hal yang s...
-
Setelah beberapa minggu ini cari materi buat postingan baru, mendadak dapat inspirasi setelah rekan Anton Wijaya menulis di buku tamu Keper...
-
PATHWAY ASFIKSIA NEONATORUM Klik pada gambar untuk melihat pathway Download Pathway Asfiksia Neonatorum Via Ziddu Download Askep Asfiksia N...
-
DEFINISI Ikterus ialah suatu gejala yang perlu mendapat perhatian sungguh-sungguh pada neonatus. Ikterus ialah suatu diskolorasi kuning pa...
-
Metode Kalender atau Pantang Berkala (Calendar Method Or Periodic Abstinence) Pendahuluan Metode kalender atau pantang berkala merupakan met...
-
Pathway Combustio Klik Pada Gambar Untuk melihat pathway Download Pathway Combustio Via Ziddu Tag: Pathways combustio , pathways luka baka...
-
Pathway Hematemesis Melena Klik pada gambar untuk melihat pathway Download Pathway Hematemesis Melena Via Ziddu
-
PROSES KEPERAWATAN KOMUNITAS Pengertian - Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan, merencana...
-
Metode Suhu Basal Tubuh (Basal Body Temperature Method) Suhu tubuh basal adalah suhu terendah yang dicapai oleh tubuh selama istirahat atau ...
© ASUHAN KEPERAWATAN 2013 . Powered by Bootstrap , Blogger templates and RWD Testing Tool Published..Gooyaabi Templates