Sabtu, 22 Januari 2011
Askep Tumor Rongga Hidung
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN TUMOR RONGGA HIDUNG
I. KONSEP MEDIS
1. Definisi:
Semua tumor jinak maupun ganas yang terdapat pada rongga hidung.
2. Klasifikasi Histopatologi:
a. Tumor jinak:
• Dari jaringan lunak : fibroma, neurofibroma, meningioma
• Dari jaringan tulang : osteoma, giant cell tumor, displasia fibrosa/ossifying fibrome.
• Odontogenik : kista-isata gigi, ameloblastoma.
b. Tumor pra ganas:
• Inverted papilloma
c. Tumor ganas:
• Dari epitel : karsinoma sel skuamosa, limfoepitelioma, karsinoma sel basal, silindroma dsb.
• Dari jaringan ikat : fibrisarkoma, rabdomiosarkoma.
• Dari jaringan tulang/tulang rawan: osteosarkoma, kondrosarkoma.
3. Gejala Klinis:
Gejala dini tidak khas, pada stadium lanjut tergantung asal tumor dan arah perluasannya.
Gejala hidung:
Buntu hidung unilateral dan progresif.
Buntu bilateral bila terjadi pendesakan ke sisi lainnya.
Skret hidung bervariasi, purulen dan berbau bila ada infeksi.
Sekret yang tercampur darah atau adanya epistaksis menunjukkan kemungkinan keganasan.
Rasa nyeri di sekitar hidung dapat diakibatkan oleh gangguan ventilasi sinus, sedangkan rasa nyeri terus-menerus dan progresif umumnya akibat infiltrasi tumor ganas.
Gejala lainnya dapat timbul bila sinus paranasal juga terserang tumor seperti:
Pembengkakan pipi
Pembengkakan palatum durum
Geraham atas goyah, maloklusi gigi
Gangguan mata bila tumor mendesak rongga orbita.
4. Diagnosis:
Anamnesis yang cermat terhadap gejala klinis.
Pemeriksaan:
- Inspeksi terhadap wajah, mata, pipi, geraham dan palatum
- Palpasi tumor yang tampak dan kelenjar leher
- Rinoskopi anterior untuk menilai tumor dalam rongga hidung
- Rinoskopi posterior untuk melihat ekstensi ke nasofaring
- Pemeriksaan THT lainnya menurut keperluan.
Pemeriksaan penunjang:
- Foto sinar X:
o WATER (untuk melihat perluasan tumor di dalam sinus maksilaris dan sinus frontal)
o Tengkorak lateral ( untuk melihat ekstensi ke fosa kranii anterior/medial)
o RHEZZE (untuk melihat foramen optikum dan dinding orbita)
o CT Scan (bila diperlukan dan fasilitas tersedia)
- Biopsi:
o Biopsi dengan forsep (Blakesley) dilakukan pada tumor yang tampak. Tumor dalam sinus maksilaris dibiopsi dngan pungsi melalui meatus nasi inferior. Bila perlu dapat dilakukan biopsi dengan pendekatan Caldwell-Luc. Tumor yang tidak mungkin/sulit dibiopsi langsung dilakukan operasi. Untuk kecurigaan terhadap keganasan bila perlu dilakukan potong beku untuk diperiksa lebih lanjut.
5. Terapi:
Tumor jinak:
Terapi pilihan adalah pembedahan dengan pendekatan antara lain:
1) Rinotomi lateral
2) Caldwell-Luc
3) Pendekatan trans-palatal
Tumor ganas:
1) Pembedahan:
o Reseksi:
Rinotomi lateral
Maksilektomi partial/total (kombinasi eksenterasi orbita atau dengan kombinasi deseksi leher radikal)
o Paliatif: mengurangi besar tumor (debulking) sebelum radiasi.
2) Radiasi:
o Dilakukan bila operasi kurang radikal atau residif
o Pra bedah pada tumor yang radio sensitif (mis. Karsinoma Anaplastik, undifferentiated)
3) Kemoterapi:
o Dilakukan atas indikasi tertentu (mis. Tumor sangat besar/inoperable, metastasis jauh, kombinasi dengan radiasi)
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik:
Gejala-gejala khas tergantung ukuran tumor, kegansan dan stadium penyakit, antara lain:
Gejala hidung:
Buntu hidung unilateral dan progresif.
Buntu bilateral bila terjadi pendesakan ke sisi lainnya.
Skret hidung bervariasi, purulen dan berbau bila ada infeksi.
Sekret yang tercampur darah atau adanya epistaksis menunjukkan kemungkinan keganasan.
Rasa nyeri di sekitar hidung dapat diakibatkan oleh gangguan ventilasi sinus, sedangkan rasa nyeri terus-menerus dan progresif umumnya akibat infiltrasi tumor ganas.
Gejala lainnya dapat timbul bila sinus paranasal juga terserang tumor seperti:
Pembengkakan pipi
Pembengkakan palatum durum
Geraham atas goyah, maloklusi gigi
Gangguan mata bila tumor mendesak rongga orbita.
Pada tumor ganas didapati gejala sistemik:
Penurunan berat badan lebih dari 10 %
Kelelahan/malaise umum
Napsu makan berkurang (anoreksia)
Pada pemeriksaan fisik didapatkan:
Inspeksi terhadap wajah, mata, pipi, geraham dan palatum: didapatkan pembengkakan sesuai lokasi pertumbuhan tumor
Palpasi, teraba tumor dan pembesaran kelenjar leher
b. Pengkajian Diagnostik:
Rinoskopi anterior untuk menilai tumor dalam rongga hidung
Rinoskopi posterior untuk melihat ekstensi ke nasofaring
Foto sinar X:
- WATER (untuk melihat perluasan tumor di dalam sinus maksilaris dan sinus frontal)
- Tengkorak lateral ( untuk melihat ekstensi ke fosa kranii anterior/medial)
- RHEZZE (untuk melihat foramen optikum dan dinding orbita)
- CT Scan (bila diperlukan dan fasilitas tersedia)
Biopsi:
- Biopsi dengan forsep (Blakesley) dilakukan pada tumor yang tampak. Tumor dalam sinus maksilaris dibiopsi dngan pungsi melalui meatus nasi inferior. Bila perlu dapat dilakukan biopsi dengan pendekatan Caldwell-Luc. Tumor yang tidak mungkin/sulit dibiopsi langsung dilakukan operasi. Untuk kecurigaan terhadap keganasan bila perlu dilakukan potong beku untuk diperiksa lebih lanjut.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
1) Kecemasan b/d krisis situasi (keganasan), ancaman perubahan status kesehatan-sosial-ekonomik, perubahan fungsi-peran, perubahan interaksi sosial, ancaman kematian, perpisahan dari keluarga.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Orientasikan klien dan orang terdekat terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang diharapkan.
2. Eksplorasi kecemasan klien dan berikan umpan balik.
3. Tekankan bahwa kecemasan adalah masalah yang lazim dialami oleh banyak orang dalam situasi klien saat ini.
4. Ijinkan klien ditemani keluarga (significant others) selama fase kecemasan dan pertahankan ketenangan lingkungan.
5. Kolaborasi pemberian obat sedatif.
6. Pantau dan catat respon verbal dan non verbal klien yang menunjukan kecemasan.
Informasi yang tepat tentang situasi yang dihadapi klien dapat menurunkan kecemasan/rasa asing terhadap lingkungan sekitar dan membantu klien mengantisipasi dan menerima situasi yang terjadi.
Mengidentifikasi faktor pencetus/pemberat masalah kecemasan dan menawarkan solusi yang dapat dilakukan klien.
Menunjukkan bahwa kecemasan adalah wajar dan tidak hanya dialami oleh klien satu-satunya dengan harapan klien dapat memahami dan menerima keadaanya.
Memobilisasi sistem pendukung, mencegah perasaan terisolasi dan menurunkan kecemsan.
Menurunkan kecemasan, memudahkan istirahat.
Menilai perkembangan masalah klien.
2) Gangguan harga diri b/d kelainan bentuk bagian tubuh akibat keganasan, efek-efek radioterapi/kemoterapi.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Diskusikan dengan klien dan keluarga pengaruh diagnosis dan terapi terhadap kehidupan pribadi klien dan aktiviats kerja.
2. Jelaskan efek samping dari pembedahan, radiasi dan kemoterapi yang perlu diantisipasi klien
3. Diskusikan tentang upaya pemecahan masalah perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat berkaitan dengan penyakitnya.
4. Terima kesulitan adaptasi klien terhadap masalah yang dihadapinya dan informasikan kemungkinan perlunya konseling psikologis
5. Evaluasi support sistem yang dapat membantu klien (keluarga, kerabat, organisasi sosial, tokoh spiritual)
6. Evaluasi gejala keputusasaan, tidak berdaya, penolakan terapi dan perasaan tidak berharga yang menunjukkan gangguan harga diri klien.
Membantu klien dan keluarga memahami masalah yang dihadapinya sebagai langkah awal proses pemecahan masalah.
Efek terapi yang diantisipasi lebih memudahkan proses adaptasi klien terhadap masalah yang mungkin timbul.
Perubahan status kesehatan yang membawa perubahan status sosial-ekonomi-fungsi-peran merupakan masalah yang sering terjadi pada klien keganasan.
Menginformasikan alternatif konseling profesional yang mungkin dapat ditempuh dalam penyelesaian masalah klien.
Mengidentifikasi sumber-sumber pendukung yang mungkin dapat dimanfaatkan dalam meringankan masalah klien.
Menilai perkembangan masalah klien.
3) Nyeri b/d kompresi/destruksi jaringan saraf dan proses inflamasi.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Lakukan tindakan kenyamanan dasar (reposisi, masase punggung) dan pertahankan aktivitas hiburan (koran, radio)
2. Ajarkan kepada klien manajemen penatalaksanaan nyeri (teknik relaksasi, napas dalam, visualisasi, bimbingan imajinasi)
3. Berikan analgetik sesuai program terapi.
4. Evaluasi keluhan nyeri (skala, lokasi, frekuensi, durasi)
Meningkatkan relaksasi dan mengalihkan fokus perhatian klien dari nyeri.
Meningkatkan partisipasi klien secara aktif dalam pemecahan masalah dan meningkatkan rasa kontrol diri/keman-dirian.
Analgetik mengurangi respon nyeri.
Menilai perkembangan masalah klien.
4) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d peningkatan status metabolik akibat keganasan, efek radioterapi/kemoterapi dan distres emosional.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Dorong klien untuk meningkatkan asupan nutrisi (tinggi kalori tinggi protein) dan asupan cairan yang adekuat.
2. Kolaborasi dengan tim gizi untuk menetapkan program diet pemulihan bagi klien.
3. Berikan obat anti emetik dan roborans sesuai program terapi.
4. Dampingi klien pada saat makan, identifikasi keluhan klien tentang makan yang disajikan.
5. Timbang berat badan dan ketebalan lipatan kulit trisep (ukuran antropometrik lainnya) sekali seminggu
6. Kaji hasil pemeriksaan laboratorium (Hb, limfosit total, transferin serum, albumin serum)
Asupan nutrisi dan cairan yang adekuat diperlukan untuk mengimbangi status hipermetabolik pada klien dengan keganasan.
Kebutuhan nutrisi perlu diprogramkan secara individual dengan melibatkan klien dan tim gizi bila diperlukan.
Anti emetik diberikan bila klien mengalami mual dan roborans mungkin diperlukan untuk meningkatkan napsu makan dan membantu proses metabolisme.
Mencegah masalah kekurangan asupan yang disebabkan oleh diet yang disajikan.
Menilai perkembangan masalah klien.
Menilai perkembangan masalah klien.
5) Risiko infeksi b/d ketidak-adekuatan pertahanan sekunder dan efek imunosupresi radioterapi/kemoterapi
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Tekankan penting oral hygiene.
2. Ajarkan teknik mencuci tangan kepada klien dan keluarga, tekankan untuk menghindari mengorek/me-nyentuh area luka pada rongga hidung (area operasi).
3. Kaji hasil pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan penurunana fungsi pertahanan tubuh (lekosit, eritrosit, trombosit, Hb, albumin plasma)
4. Berikan antibiotik sesuai dengan program terapi.
5. Tekankan pentingnya asupan nutrisi kaya protein sehubungan dengan penurunan daya tahan tubuh.
6. Kaji tanda-tanda vital dan gejala/tanda infeksi pada seluruh sistem tubuh.
Infeksi pada cavum nasi dapat bersumber dari ketidakadekuatan oral hygiene.
Mengajarkan upaya preventif untuk menghindari infeksi sekunder.
Menilai perkembagan imunitas seluler/ humoral.
Antibiotik digunakan untuk mengatasi infeksi atau diberikan secara profilaksis pada pasien dengan risiko infeksi.
Protein diperlukan sebagai prekusor pembentukan asam amino penyusun antibodi.
Efek imunosupresif terapi radiasi dan kemoterapi dapat mempermudah timbulnya infeksi lokal dan sistemik.
DAFTAR PUSTAKA
Adams at al (1997), Buku Ajar Penyakit THT, Ed. 6, EGC, Jakarta
Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed. 6, EGC, Jakarta
Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta
Tim RSUD Dr. Soetomo (1994), Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit THT, RSUD Dr. Soetomo, Surabaya.
Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4, EGC, Jakarta
Blog Archive
-
2016
(1)
- 09/18 - 09/25 (1)
-
2015
(10)
- 10/11 - 10/18 (1)
- 09/13 - 09/20 (1)
- 09/06 - 09/13 (1)
- 07/05 - 07/12 (1)
- 05/17 - 05/24 (6)
-
2014
(1)
- 04/13 - 04/20 (1)
-
2012
(770)
- 02/19 - 02/26 (5)
- 02/12 - 02/19 (10)
- 02/05 - 02/12 (4)
- 01/29 - 02/05 (27)
- 01/22 - 01/29 (88)
- 01/15 - 01/22 (101)
- 01/08 - 01/15 (169)
- 01/01 - 01/08 (366)
-
2011
(4478)
- 12/25 - 01/01 (336)
- 12/18 - 12/25 (62)
- 12/11 - 12/18 (70)
- 12/04 - 12/11 (77)
- 11/27 - 12/04 (40)
- 11/20 - 11/27 (67)
- 11/13 - 11/20 (198)
- 11/06 - 11/13 (187)
- 10/30 - 11/06 (340)
- 10/23 - 10/30 (32)
- 10/16 - 10/23 (109)
- 10/09 - 10/16 (80)
- 08/14 - 08/21 (75)
- 08/07 - 08/14 (81)
- 07/31 - 08/07 (82)
- 07/24 - 07/31 (66)
- 07/17 - 07/24 (91)
- 07/10 - 07/17 (47)
- 07/03 - 07/10 (44)
- 06/26 - 07/03 (53)
- 06/19 - 06/26 (59)
- 06/12 - 06/19 (47)
- 06/05 - 06/12 (65)
- 05/29 - 06/05 (63)
- 05/22 - 05/29 (77)
- 05/15 - 05/22 (115)
- 05/08 - 05/15 (65)
- 05/01 - 05/08 (104)
- 04/24 - 05/01 (45)
- 04/17 - 04/24 (70)
- 04/10 - 04/17 (134)
- 04/03 - 04/10 (72)
- 03/27 - 04/03 (18)
- 03/20 - 03/27 (47)
- 03/13 - 03/20 (68)
- 03/06 - 03/13 (40)
- 02/27 - 03/06 (56)
- 02/20 - 02/27 (77)
- 02/13 - 02/20 (76)
- 02/06 - 02/13 (198)
- 01/30 - 02/06 (194)
- 01/23 - 01/30 (132)
-
01/16 - 01/23
(196)
- Gambaran penatalaksanaan pre-operasi seksio sesare...
- Gambaran penatalaksanaan perdarahan post partum di...
- Gambaran penatalaksanaan perawatan bayi prematur o...
- Gambaran penatalaksanaan pemberian ASI pada ibu se...
- Gambaran penatalaksanaan manajemen aktif kala III ...
- Kejujuran Hati
- Askep Ekstraksi Vacum
- Askep Ante Natal Care
- Askep Tumor Rongga Hidung
- Askep Sinusitis
- Askep Angiofibroma
- Askep Pemfigus Vulgaris
- Askep Eritroderma
- Lupus
- Askep Trauma Mata
- Askep Varisela
- Askep Hernia Nukleus Pulposus
- Intoksikasi Insektisida Fosfat Organik
- Askep Osteoporosis
- Askep Patent Ductus Arteriosus
- Askep Klien Post Paratyroidektomi
- Askep PPOM
- Askep Sinusitis Maksilaris
- 10 Pekerjaan yang Membahayakan Kesehatan Paru-paru
- Gambaran karakteristik ibu bersalin dengan di ruma...
- Gambaran kadar hemoglobin ibu hamil di puskesmas
- Gambaran ibu hamil dengan kekurangan energi kronis...
- Gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi terjadiny...
- Askep Anak Infeksi Saluran Pernafasan
- Askep Anak Intusepsi
- Askep Anak Epilepsi
- Askep Anak Diabetes Mellitus
- Askep Anak Dengue Hemorhagic Fever; DHF
- Askep Anak Bronkhitis
- Askep Anak Acut Limphosityc Leucemia
- Askep Anak Dengue Hemoraghic Fever; DHF
- Askep Hemothorak Post Blood
- Askep Hemangioma
- Askep Gastroenteritis
- Askep Fraktur
- Askep Hipersensitifitas; Alergi
- Gambaran mobilisasi dini pada ibu post partum deng...
- Gambaran kemampuan motorik kasar pada anak di bawa...
- Gambaran karakteristik ibu hamil dengan pre eklamp...
- Gambaran karakteristik ibu bersalin dengan ekstrak...
- 3 Tips Berjalan Kaki yang Lebih Efektif untuk Memb...
- Semakin Jauh Berjalan Kaki, Cara Terampuh untuk Me...
- Faktor penyebab tidak tercapainya target cakupan p...
- Perawat saling menyalahkan, ala facebooker
- Askep Kanker Serviks
- Sarapan Sehat yang Tidak Bikin Gemuk
- Jakarta, Kebiasaan menunda sarapan sangat tidakdia...
- Sarapan Sehat untuk Orang Diabetes
- Asuhan Keperawatan Septum Deviasi
- Asuhan Keperawatan Presbiakusis
- Asuhan Keperawatan Otitis Media Akut
- Askep Otitis Media Supuratif Kronik Maligna
- Asuhan Keperawatan Faringitis
- Asuhan Keperawatan Tonsilitis
- Asuhan Keperawatan Penurunan Kesadaran
- Asuhan Keperawatan Meningitis
- Asuhan Keperawatan Chefalgia / Chepalgia
- Askep Stroke
- Asuhan Keperawatan Tumor Medula Spinalis
- Asuhan Keperawatan Space Occupying Lession, Tumor ...
- Asuhan Keperawatan Stroke Non Hemoragik
- Asuhan Keperawatan Infeksi Pada Mata
- Asuhan Keperawatan Tumor Orbita
- Asuhan Keperawatan Hifema
- Askep Trauma Tembus Pada Mata; Ruptur Kornea
- Askep Infeksi Pada Mata
- Askep Neoplasma Pada Sistem Perkemihan
- Asuhan Keperawatan Hernia Inguinalis
- Askep Gagal Ginjal Akut dan Kronis
- Asuhan Keperawatan Presbiakusis
- Asuhan Keperawatan Thalasemia
- Faktor-faktor alasan ibu mengganti kontrasepsi PIL...
- Faktor-faktor penyebab rendahnya pemberian ASI eks...
- Faktor-faktor penyebab petugas kesehatan tidak mel...
- Faktor-faktor penyebab ibu hamil tidak melakukan s...
- Faktor-faktor penyebab gangguan pemberian ASI pada...
- Sawi (Brassica)
- Bawang Merah (Allium Ascalonicum)
- Askep Atresia Ani
- Askep Ileus
- Askep Hemorrhoid
- Gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian ...
- ibu tidak menimbang balitanya di posyandu
- Osmolalitas dan Tonisitas Part1
- Proses Keperawatan Keluarga*
- Gambaran pengetahuan siswa SMPN ….. tentang perila...
- Manajemen Jiwa
- Askep Jiwa Obat Anti Depresi
- Askep Jiwa Ketidakmampuan Toileting
- Askep Jiwa Menarik Diri ; Gangguan Hubungan Sosial
- Askep Jiwa Defisit Perawatan Diri
- Askep Jiwa Skizofrenia Hebefrenik
- Askep Jiwa Hygiene; Perawatan Diri Kurang
- Askep Jiwa Kelompok Khusus Remaja
- Askep Jiwa Halusinasi Dengar
- 01/09 - 01/16 (202)
- 01/02 - 01/09 (121)
-
2010
(2535)
- 12/26 - 01/02 (156)
- 12/19 - 12/26 (65)
- 12/12 - 12/19 (73)
- 12/05 - 12/12 (84)
- 11/28 - 12/05 (80)
- 11/21 - 11/28 (68)
- 11/14 - 11/21 (63)
- 11/07 - 11/14 (50)
- 10/31 - 11/07 (50)
- 10/24 - 10/31 (36)
- 10/17 - 10/24 (58)
- 10/10 - 10/17 (35)
- 10/03 - 10/10 (31)
- 09/26 - 10/03 (21)
- 09/19 - 09/26 (26)
- 09/12 - 09/19 (55)
- 09/05 - 09/12 (65)
- 08/29 - 09/05 (33)
- 08/22 - 08/29 (70)
- 08/15 - 08/22 (45)
- 08/08 - 08/15 (35)
- 08/01 - 08/08 (37)
- 07/25 - 08/01 (27)
- 07/18 - 07/25 (19)
- 07/11 - 07/18 (30)
- 07/04 - 07/11 (56)
- 06/27 - 07/04 (28)
- 06/20 - 06/27 (22)
- 06/13 - 06/20 (30)
- 06/06 - 06/13 (21)
- 05/30 - 06/06 (5)
- 05/16 - 05/23 (6)
- 05/09 - 05/16 (29)
- 05/02 - 05/09 (59)
- 04/25 - 05/02 (28)
- 04/18 - 04/25 (38)
- 04/11 - 04/18 (70)
- 04/04 - 04/11 (59)
- 03/28 - 04/04 (65)
- 03/21 - 03/28 (89)
- 03/14 - 03/21 (218)
- 03/07 - 03/14 (95)
- 02/28 - 03/07 (135)
- 02/21 - 02/28 (102)
- 01/03 - 01/10 (68)
-
2009
(1652)
- 12/27 - 01/03 (36)
- 12/20 - 12/27 (22)
- 12/13 - 12/20 (100)
- 12/06 - 12/13 (45)
- 11/29 - 12/06 (24)
- 11/22 - 11/29 (22)
- 11/15 - 11/22 (19)
- 11/08 - 11/15 (28)
- 11/01 - 11/08 (11)
- 10/25 - 11/01 (17)
- 10/18 - 10/25 (38)
- 10/11 - 10/18 (33)
- 10/04 - 10/11 (15)
- 09/27 - 10/04 (21)
- 09/20 - 09/27 (7)
- 09/13 - 09/20 (84)
- 09/06 - 09/13 (35)
- 08/30 - 09/06 (48)
- 08/23 - 08/30 (118)
- 08/16 - 08/23 (26)
- 08/09 - 08/16 (34)
- 08/02 - 08/09 (35)
- 07/26 - 08/02 (31)
- 07/19 - 07/26 (14)
- 07/12 - 07/19 (16)
- 07/05 - 07/12 (28)
- 06/28 - 07/05 (26)
- 06/21 - 06/28 (76)
- 06/14 - 06/21 (26)
- 06/07 - 06/14 (21)
- 05/31 - 06/07 (43)
- 05/24 - 05/31 (38)
- 05/17 - 05/24 (26)
- 05/10 - 05/17 (52)
- 05/03 - 05/10 (15)
- 04/26 - 05/03 (38)
- 04/19 - 04/26 (32)
- 04/12 - 04/19 (22)
- 04/05 - 04/12 (20)
- 03/29 - 04/05 (40)
- 03/22 - 03/29 (43)
- 03/15 - 03/22 (18)
- 03/08 - 03/15 (14)
- 03/01 - 03/08 (22)
- 02/22 - 03/01 (12)
- 02/15 - 02/22 (9)
- 02/08 - 02/15 (11)
- 02/01 - 02/08 (19)
- 01/25 - 02/01 (37)
- 01/18 - 01/25 (21)
- 01/11 - 01/18 (33)
- 01/04 - 01/11 (31)
-
2008
(700)
- 12/28 - 01/04 (13)
- 12/21 - 12/28 (9)
- 12/14 - 12/21 (57)
- 12/07 - 12/14 (5)
- 11/30 - 12/07 (18)
- 11/23 - 11/30 (33)
- 11/16 - 11/23 (31)
- 11/09 - 11/16 (23)
- 11/02 - 11/09 (18)
- 10/26 - 11/02 (11)
- 10/19 - 10/26 (15)
- 10/12 - 10/19 (13)
- 10/05 - 10/12 (25)
- 09/28 - 10/05 (2)
- 09/21 - 09/28 (14)
- 09/14 - 09/21 (19)
- 09/07 - 09/14 (43)
- 08/31 - 09/07 (3)
- 08/24 - 08/31 (33)
- 08/17 - 08/24 (65)
- 08/10 - 08/17 (4)
- 08/03 - 08/10 (26)
- 07/27 - 08/03 (6)
- 07/20 - 07/27 (19)
- 07/13 - 07/20 (18)
- 07/06 - 07/13 (60)
- 06/29 - 07/06 (53)
- 06/22 - 06/29 (49)
- 06/15 - 06/22 (11)
- 06/08 - 06/15 (4)
Popular Posts
-
ASUHAN KEPERAWATAN IBU NIFAS DENGAN PERDARAHAN POST PARTUM A. PengertianPost partum / puerperium adalah masa dimana tubuh menyesuaikan, baik...
-
KTI KEBIDANAN HUBUNGAN USIA TERHADAP PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSUD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan wanita merupakan hal yang s...
-
Setelah beberapa minggu ini cari materi buat postingan baru, mendadak dapat inspirasi setelah rekan Anton Wijaya menulis di buku tamu Keper...
-
PATHWAY ASFIKSIA NEONATORUM Klik pada gambar untuk melihat pathway Download Pathway Asfiksia Neonatorum Via Ziddu Download Askep Asfiksia N...
-
DEFINISI Ikterus ialah suatu gejala yang perlu mendapat perhatian sungguh-sungguh pada neonatus. Ikterus ialah suatu diskolorasi kuning pa...
-
Metode Kalender atau Pantang Berkala (Calendar Method Or Periodic Abstinence) Pendahuluan Metode kalender atau pantang berkala merupakan met...
-
Pathway Combustio Klik Pada Gambar Untuk melihat pathway Download Pathway Combustio Via Ziddu Tag: Pathways combustio , pathways luka baka...
-
Pathway Hematemesis Melena Klik pada gambar untuk melihat pathway Download Pathway Hematemesis Melena Via Ziddu
-
PROSES KEPERAWATAN KOMUNITAS Pengertian - Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan, merencana...
-
Metode Suhu Basal Tubuh (Basal Body Temperature Method) Suhu tubuh basal adalah suhu terendah yang dicapai oleh tubuh selama istirahat atau ...
© ASUHAN KEPERAWATAN 2013 . Powered by Bootstrap , Blogger templates and RWD Testing Tool Published..Gooyaabi Templates