Jumat, 04 Februari 2011
Askep Anak Tuberkulosis Paru
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
DENGAN TUBERKULOSIS PARU
Pangertian
Penyakit infeksi kronis dengan karakteristik terbentuknya tuberkel granuloma pada paru. Yang biasanya disebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis (Amin, M.,1999)
Tuberkolosis yang terjadi pada paru yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberkulosis, terjadi dalam 6 bulan pertama setelah terjadi infeksi sebagai akibat penyebaran limfogen dan atau hematogen, biasanya multipel.
Faktor Resiko
Rasial/Etnik group : Penduduk asli Amerika, Eskimo, Negro, Imigran dari Asia Tenggara.
Klien dengan ketergantuangan alkhohol dan kimia lain yang menimbulkan penurunan status kesehatan.
Bayi dan anak di bawah 5 tahun.
Klien dengan penurunan imunitas : HIV positip, terapi steroid & kemoterapi kanker
PATOGENESIS
Tanpa infeksi Inflamasi disebar oleh limfe
Fibrosis Timbul jar. Ikat sifat
Elastik & tebal.
Kalsifikasi
- Batuk Alaveolus tidak
- Spuntum purulen Exudasi kembali saat
- Hemoptisis ekspirasi
- BB menurun Nekrosis/perkejuan
Gas tidak dapat
Kavitasi berdifusi dgn. Baik.
Sesak
95% 5%
5%
Kuman
Infeksi primer
Sembuh total Sembuh dgn. Sarang Komplikasi
ghon - Menyebar ke seluruh
tubuh scr. Bronkhogen,
limphogen, hematogen
Infeksi post primer Kuman dormant
Muncul bertahun kemudian
Diresorpsi kembali/sembuh Membentuk jar. keju Sarang meluas
Jika dibatukkan sembuh dgn.
membentuk kavitas. Jar. Fibrotik
.
Kavitas meluas Memadat & membungkus diri Bersih & menyembuh
Membentuk sarang tuberkuloma
Patofisiological pathway
TBC
Virus/Bakteri masuk Jaringan Otak
Peradangan Di Otak
Edema Pembentukan
Transudat & Eksudat
Gangguan Perfusi Reaksi Kuman Iritasi Korteks Kerusakan Kerusakan
Jaringan Cerebral Patogen Cerebral Area Saraf IV Saraf IX
Fokal Seizure
Suhu Tubuh Resiko Trauma Sulit Sulit
Nyeri Mengunyah Makan
Deficit Cairan Gangguan Pemenuhan
Nutrisi
Kesadaran Hipovolemik
Stasis Cairan Tubuh Gangguan Mobilitas Fisik
Gangguan Persepsi Sensori
Penumpukan Sekret
Gangguan Bersihan Jalan Nafas
Lesi Pada Tbc Paru
o Kelenjar limfe : hilus, parantrakeal, mediatinum
o Parenkhim : fokos primer, pnemonia, atelaktis, terkuloma, kavitas
o Saluran pernafasan : air traping” penyakit endobronkhial , trakeobronkhial, stenosis, bronkhus, fistula bronkhopleura, bronkhopl, bronkhoektasis, fistula bronkhoesofagus.
o Pleura : efusi, emfisema, pneumothorak, hemothorak, fistula bronkhop;eura
o Pembuluh darah : milier, perdarahan paru.
Bentuk klinis TBC Pada Anak
Penyakit TB paru :
o TBC paru primer (pembesaran kelenjar hilus dengan atau tanpa kelainan parenkhim)
o TC paru progresif (pneumonia, TBC endobronkhial)
o TBC milier
o Efusi pleura
o TBC kronik : fibrosis, tuberkuloma, kavitas
Diluar paru :
o Kelenjar limfe
o Otak dan selaput otak
o Tulang dan sendi
o Saluran cerna termasuk usus, perineum, hepar, kandung empedu, pankreas
o Saluran kemih termasuk ginjal
o Kulit
o Mata
o Telinga dan mastoid
o Jantung
o Membram serous perineum perikardium)
o Kelenjar endokrin (adrenal)
o Saluran nafas (tonsil, laring)
Tanda Dan Gejala
untuk itu penting memikirkan adanya TBC pada anak kalau terdapat keadaan atau tanda-tanda yang mencurigakan :
1. pada anak harus dicurigai adanya TBC kalau :
a. kontak erat(serumah dengan penderita TBC dengan sputum BTA (+)
b. terdpat reaksi kemerahan setelah penyuntikan BCG selama 3-7 hari.
c. Terdapat gejala umum
2 Gejala-gejala yg harus dicurigai TBC
a. Gejala umu /tidak spesifik
(1) Berat badan turun atau malnutrisis tanpa sebab yg jelas atau tidak naik dalam bulan dengan penangan gizi.
(2) Nafsu makan tidak ada (anoreksia) dengan gagal tumbuh danberat badan tidak naik (failure to thirive) dengan adekuat
(3) Demam lama /berulang tanpa sebab yg jelas (bukan tifus, malaria atau infeksi saluran nafas akut), dapat disertai keringat malam
(4) Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yg tidak sakit, biasanya multipel, paling sering didaerah leher, axilla dan inguinal.
(5) Gejala-gejala respiratorik :
o Batuk lama lebih dari 3 minggu
o Tanda adanya cairan didada, nyeri dada.
(6) Gejala gastrointestinal
o Diare peristen yg tidak sembuh dengan pengobatan diar e
o Benjolan /massa diabdomen
o Tanda-tanda cairan dalam abdomen
b. Gejala spesifik
(1) TBC kulit/skrofuloderma.
(2) TBC tulang dan sendi
o Tulang punggung (spondilitis) : gibbus
o Tulang panggul (koksitis) : pincang
o Tulang lutut : pincang dan/atau bengkak
o Tulang kaki dan tangan
o Dengagn gejala bengkakan sendi.gibbus, pincang, sulit membungkuk
(3) TBC otak dan saraf
o Menigitis
Dengan gejala iritabel kaku kuduk, muntah-muntah dan kesaran menurun
(4) Gejala mata
o Conjungtivitis phlyctenularis
o Tuberkel koroid (hanya terlihat dengan funduskofi)
(5) Lain-lain
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas klien: selain nama klien, juga orangtua; asal kota dan daerah, jumlah keluarga.
2. Keluhan: penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit.
3. Riwayat penyakit sekarang:
Diagnosis
Diagnosis kerja TBC biasanya dibuat berdasarkan gambaran klinis, uji tuberkulin dan gambaran radiologis paru, diagnosis pasti dapat fditemukan basil TBC pada pemeriksaan yang pd anak karena gambaran klinik dan radiologiktidak selalu spesifik, sedangkan uji tuberkulin tidak dapat menentukan adanya TBC yang aktif berbagai usaha untuk menegakkan diagnosis papsti pada TBC belum ada yang memuaskan , pmeriksaan laboratorium yg saat ini dilakukan dengan biakan cepat memakai sisitem BACTEC dengan tehnik kultur biasa tetapi dengan medium cair yang mengandung asam lemak (palmitat) yang dilanel dengan zat radioaktif carbo n 14, kalau M .TBC mencerna asam lemak zat radioktif 14 CO2 dilepaskakn dan berkumpul diatas tabung dan ini diukur pada istrumen BACTEC dan dinyatakan sebagai masker dari pertumbuhan bakteri (growth indeks)
Kelebihan sisitem BACTEC ini hasil ya dapat dibaca lebih cepat (7- 10 hari) dibanding dengan lowenstein yensen (4-6 minggu), harga yg m asih mahal merupakan kendala dari pemeriksaan ini
Uji serologis fegan cara ELIZA, uji aglutinasi kaolin, uji pperoksidase anti peroksidase (PAP) pada umumnya masih kontroversial dan mahal sehingga belum dapat dianjurkan secara luas. Harapan baru dengan ditemukan PCR (polymerase chaim reaction) merupakan pemeriksaan yg sensitif dengan menggunakan DNA spesifik yg dapat mendeteksi meskipun hanya ada 1 M.TBC dalam spesimen seperti sputum, bilasan lambung cairan serebrospinal harapan meskipun perannanny a dalam klinik pada TBC anak belum cukup diteliti.
Mengingat gambaran klinis danradiologis pada TBC tidak selalu dan juga pemeriksaanlaboratorium lain selain mahal juga hasilnya memerlukan evaluasi lebih lanjut maka ada brbagai usaha untuk membuat pendekatan diagnosis TBC anak
Stegen dkk(1969) membuat sisitem nilai atau angka diagnosis TBC.
Penemuan Nilai
BTA positif /Biakan M.TB
Granuloma TBC (PA)
Ujin tuberkulin 10 mm atu lebih
Gambaran rontgen sugesif TBC
Uji tuberkulin 5 -9 mm
Konversi uji tuberkulin dari negatif menjadi positif
Gambaran rontgen tidak spesifik
Pemeriksaan fisis sesuai TBC
Riwayat kontak dengan TBC
Granuloma non spesifik
Umur kurang dari 2 tahun
BCG dalam 2 tahun terakhir +3
+3
+3
+2
+2
+2
+2
+1
+1
+1
+1
+1
Jumlah nilai : 1 -2 sangat tidak mungkin TBC
3 – 4 mungkin TBC, pmeriksaan lebih lanjut
5 – 6 sangat mungkin TBC
7 praktis TBC
Tanda dan gejala klinis TB serta terdapat benjolan/bisul pada tempat-tempat kelenjar seperti: leher, inguinal, axilla dan sub mandibula.
4. Riwayat penyakit dahulu:
Pernah sakit batuk yang lama dan benjolan bisul pada leher serta tempat kelenjar yang lainnya dan sudah diberi pengobatan antibiotik tidak sembuh-sembuh?
Pernah berobat tapi tidak sembuh?
Pernah berobat tapi tidak teratur?
Riwayat kontak dengan penderita TBC.
Daya tahan yang menurun.
Riwayat imunisasi/vaksinasi.
Riwayat pengobatan.
5. Riwayat sosial ekonomi dan lingkungan.
Riwayat keluarga.
Biasanya keluarga ada yang mempunyai penyakit yang sama.
Aspek psikososial.
Merasa dikucilkan.
Tidak dapat berkomunikasi dengan bebas, menarik diri.
Biasanya pada keluarga yang kurang mampu.
Masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang lama dan biaya yang banyak.
Tidak bersemangat dan putus harapan.
Lingkungan:
Lingkungan kurang sehat (polusi, limbah), pemukiman yang padat, ventilasi rumah yang kurang, jumlah anggota keluarga yang banyak.
6. Pola fungsi kesehatan.
1) Pola persepsi sehat dan penatalaksanaan kesehatan.
Keadaan umum: alergi, kebiasaan, imunisasi.
2) Pola nutrisi - metabolik.
Anoreksia, mual, tidak enak diperut, BB turun, turgor kulit jelek, kulit kering dan kehilangan lemak sub kutan, sulit dan sakit menelan, turgor kulit jelek.
3) Pola eliminasi
Perubahan karakteristik feses dan urine, nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan hepatomegali, nyeri tekan pada kuadran kiri atas dan splenomegali.
4) Pola aktifitas – latihan
Sesak nafas, fatique, tachicardia,aktifitas berat timbul sesak nafas (nafas pendek).
5) Pola tidur dan istirahat
Iritable, sulit tidur, berkeringat pada malam hari.
6) Pola kognitif – perseptual
Kadang terdapat nyeri tekan pada nodul limfa, nyeri tulang umum, takut, masalah finansial, umumnya dari keluarga tidak mampu.
7) Pola persepsi diri
Anak tidak percaya diri, pasif, kadang pemarah.
8) Pola peran – hubungan
Anak menjadi ketergantungan terhadap orang lain (ibu/ayah)/tidak mandiri.
9) Pola seksualitas/reproduktif
Anak biasanya dekat dengan ibu daripada ayah.
10) Pola koping – toleransi stres
Menarik diri, pasif.
PEMERIKSAAN FISIK
1. • Demam: sub fibril, fibril (40 – 41oC) hilang timbul.
• Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini membuang/ mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai batuk purulen (menghasilkan sputum).
• Sesak nafas: terjadi bila sudah lanjut, dimana infiltrasi radang sampai setengah paru.
• Nyeri dada: ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura.
• Malaise: ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit kepala, nyeri otot dan kering diwaktu malam hari.
• Pada tahap dini sulit diketahui.
• Ronchi basah, kasar dan nyaring.
• Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi memberi suara limforik.
• Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis.
• Bila mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara pekak)
2. Pembesaran kelenjar biasanya multipel.
3. Benjolan/pembesaran kelenjar pada leher (servikal), axilla, inguinal dan sub mandibula.
4. Kadang terjadi abses.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK DAN PENGOBATAN
1. Uji tuberkulin
Infeksi TB imunitas seluler hipersensitifitas tipe lambat uji tuberkulin +.
Uji tuberkulin dengan cara mantaoux (penyuntikan intrakutan) dgn semprit tuberkulin 1 cc jarum 26.
Tuberkulin dipakai adalah tuberkulin PPD RT 23 kekuatan 2 TU atau PPD-S kekuatan 5 TU.
Pembacaan dilakukan 48 – 72 jam setelah penyuntikan, diukur diameter tranversal dari indurasi yg terjadi ukuran yg dinyatakan dalam milimeter
Uji tuberkulin positif menunjukkan adanya infeksi TBC dan kemungkinan ada aktif pada anak.
Dapat mendeteksi TBC secara dini
Uji tuberkulin dapat negatif pd TBC berat dan anergi (malnutrisi,penyakit berat, imunosupresif,dll).
Postif bila indurasu : ≥ 10 mm (bila BCG scar -), bila BCG scar + ≥ 15 mm,reaksi cepat BCG : tampak kemerahan dan indurasi ≥5 mm (dalam 3 – 7 hari) maka dicurigai telah terinfeksi mycobacterium tuberkolosis.
2. Foto rontgent
Rutin: foto pada Rƶ paru.
Atas indikasi: tulang, sendi, abdomen.
Rontgent paru tidak selalu khas.
Paling mungkin kalau ditemukan infiltrat dengan pembesaran kelenjar hilu s atau kelenjar paratrakeal
Pada foto rotgen bila ada disongkruensi antara gambaran klinis dan gambaran radiologis, harus dicurigai TBC
3. Gambaran klinis:
• Tanpa gejala.
• Gejala umum/tidak spesifik.
- Demam lama.
- BB turun/tidak naik.
- Malnutrisi.
- Malaise.
- Batuk lama.
- Diare berlanjut/berulang.
• Gejala spesifik, sesuai organ yang terkena.
Kelenjar: kelenjar membesar skrofulodivina.
Respiratorik: batuk, sesak, mengi.
Neurologik: kejang, kaku kuduk.
Ortopedik: pincang, gibbus.
GI: diare berlanjut.
4. Pemeriksaan mikrobiologis dan serologis
Pemeriksaan langsung BTA (mikroskopis) dari sputum (pada anak bilasan lambung karena sputum sulit didapat pada anak).
Biakam basil TBC memakan waktu lama
- Bakteriologis
Memastikan TB.
Hasil normal: tidak menyingkirkan diagnosa TB.
Hasil +: 10 – 62% dengan cara lama.
Cara : cara lama radio metrik (Bactec); PCK.
Serologis (elisa, PAPA, mycodot, dll)
5. Pemeriksaan darah tepi
Tidak khas.
LED dapat meninggi.
6. Pemeriksaan patologik anatomik
Kelenjar, hepar, pleura; atas indikasi.
7. Sumber infeksi
Adanya kontak dengan penderita TB menambah kriteria diagnosa.
8. Lain-lain
- Uji faal paru.
- Bronkoskopi.
- Bronkografi.
- Serologi.
- dll.
Petunjuk WHO untuk diagnosa Tuberkolosis Anak
a. Dicurigai tuberkolosis
1) Anak sakit dengan riwayat kontak penderita tuberkolosis pasti
2) Anak dengan :
o Keadaan klinis tidak membaik setelah menderita campak atau batuk rejan
o Berat nadan menurun, batuk dan mengi yang tidak membaik dengan pengobatan antibiotika dan penyakit pernafasan.
o Pembesaran kelenjar superfisialis yang tidak sakit.
b. Mungkin tuberkolosis
Anak dapat dicurigai tuberkolosis ditambah :
o Uji tuberkulin positif (10 mm atau lebih)
o Foto rotgen paru sugesif tuberkolosis
o Respon histologis biopsi sugetif tuberkolosis
o Respon yg baik pad apengobatan dengan OAT
c Pasti tuberkolosis (confirme TBC)
Ditemukan basil tuberkolosis pad apemeiksaan langsung at au biakan
Ientifikasi mycobakterium tuberkolosis pada karakteristik biakan.
PENATALAKSANAAN DAN PENGOBATAN
Penatalaksanaan
Penyuluhan
Pencegahan
Pemberian obat-obatan
1. OAT ( oabat anti tuberkulosa )
2. Bronchodilator
3. Expectoran
4. OBH
5. Vitamin
6. Antibiotik
Operasi untuk mengeluarkan kelenjar yang membesar.
TAHAP TUMBUH KEMBANG ANAK
Tahap perkembangan psikososial (sigmund freud)
Suatu proses pertambahan fungsi struktur tubuh serta kejiwaan yg menimbulkan dorongan untuk mencari stimulasi dan kejiwaan yg menimbulkan dorongan untuk mencarai stimulus dan kesenangan secara umum termasuk didalamnya dorongan untuk menjadai dewasa.
Usia sekolah : fase laten (5 – 12 tahun)
Anak masuk kepermulaan fase pubertas
Periode integrasi ,dimana anak harus berhadapan dengan berbagai tuntutan sosial
Contoh : hubungan kelompok, pelajaran sekolah konsep moral dan etik, hubungan dengan dunia dewasa.
Fase tenanga
Dorongan libido mereda sementara
Erotik zona berkurang
Anak tertaraik dengan fafse group (kelompok sebaya)
Tahap pertumbuhan cepat:
Pertumbuhan cepat pada masa pra-adolesen. Terdapat pertumbuhan fisik/jasmani yang sangat pesat, dimana tubuh anak menjadi cepat besar, BB naik dengan pesat serta panjang badan (PB) juga bertambah dengan cepat, anak makan dengan banyak serta aktifitas bertambah. Pertumbuhan tampaknya mengikuti satu irama tertentu dan berlangsung secara bergantian.
Tahap pertumbuhan otak
• Umur 5 tahun: sangat lambat (Morley, D: 1986).
Tahap perkembangan psikoseksual menurut Sigmund Freud:
Suatu proses pertambahan pematangan fungsi struktur tubuh serta kejiwaan yang menimbulkan dorongan untuk mencari stimulasi dan kesenangan secara umum termasuk didalamnya dorongan untuk menjadi dewasa.
• Fase oedipal/falik (3-5 tahun)
- Mulai melakukan rangsangan autoerotik.
- Bermain dengan anak berjenis kelamin berbeda.
- Aanak pasca oedipal berkelompok dengan sejenis.
Oedipus komplek: anak lelaki dekat ibunya karena perasaan cinta/tertarik.
Elektra komplek : anak perempuan dekat ayahnya karena perasaan cinta/ tertarik.
• Fase laten (5 – 12 tahun)
- Masuk ke permulaan fase pubertas.
- Periode terintegrasi.
- Fase tenang.
- Dorong libido mereda sementara.
- Erotik zona berkurang.
- Anak tertarik dengan per group (kelompok sebaya).
Tahap perkembangan manusia ditinjau dari aspek psikososial menurut Erik Erickson:
- Erikson percaya bahwa perkembangan adalah sebuah proses continu yang merupakan karakteristik dari tahap yg berbeda dari prestasinya tujuan perkembangan yg mempengarauhi lingkungan sosialnya dan lainnya yg berarti bagi individu
- Usia sekolah : fase industri vs interiority (rajin vs rendah diri)
- Usia sekolah /school age : 6 – 12 tahun
- Berfokos pd hasil akhir suatu pencapaian (prestasi = achievemant)
- Anak memperoleh kesenangan dari penyelesaian tuganya /pekerjaannya dan menerima penghargaan untuk usaha kepandaiannya
Jika anak tidak mendapat penerimaan dari teman sebayanya atau tidak dapat memeuhi harapan orangtuannya ia m erasa rendah diri kurang menghargai dirinya untuk dapat berkembang
Jadi fokos pada anak sekolah adalah pada hsil prestasinya, pengakuannya dan pujian dari keluarganya, guru atau teman sebaya, perkembangan adalah pengertian daripersaingan .kompetensi dan kerajinananya
Pertumbuhan
BB ; 6 -12 umur (th) x 7 -5
2
TB : 6 tahun 1,5 x TB setahun
13 tahun 3 x TB lahir (2 x TB 2th)
gigi
molar pertama 6 -7 th
insisor : 7 – 9 th
premolar 9 – 11 th
kaninus 10 – 12 th
molar kedua 12 – 16 th
molar ketiga 12 – 25 th
jaringan lemak
pertumbuhan jaringan lemak menghambat sampai anak berumur 6 tahaun jaringa lemak akan betambah lagi pd anak perempuan umur 8 tahun dan pada anak laki-laki umur 10 th
perkembangan anak secara intelektual (jean piaget)
kongkrit operasional ( 7 -11 th)
mengerti hukum konservasi
(menjumlah dan mengukur)
mulai berpikir logis dan terarah dan dapat menulis dan mengelengkan
DIAGNOSA PERAWATAN TB PARU
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan adanya faktor resiko :
Berkurangnya keefektifan permukaan paru, atelektasis
Kerusakan membran alveolar kapiler
Sekret yang kental
Edema bronchial.
2. Resiko infeksi dan penyebaran infeksi berhubungan dengan :
Daya tahan tubuh menurun, fungsi silia menurun, sekret yang menetap
Kerusakan jaringan akibat infeksi yang menyebar
Malnutrisi
Terkontaminasi oleh lingkungan
Kurang pengetahuan tentang infeksi kuman
3. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang kondisi, pengobatan, pencegahan, berhubungan dengan :
Tidak ada yang menerangkan
Interpretasi yang salah, tidak akurat
Informasi yang didapat tidak lengkap
Terbatasnya pengetahuan / kognitif.
4. Perubahan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan :
Kelelahan
Batuk yang sering, adanya produksi sputum
Dyspnoe
Anoreksia
Penurunan kemampuan finansial (keluarga).
INTERVENSI KEPERAWATAN DAN RASIONAL
Dx. I.
Independen
1. Kaji dyspnoe, takipnoe, bunyi pernafasan abnormal. Meningkatnya respirasi, keterbatasan ekspansi dada dan fatique.
TB paru dapat menyebabkan meluasnya jangkauan dalam paru-paru yang berasal dari bronchopneumonia yang meluas menjadi inflamasi, nekrosis, pleural efusion dan meluasnya fibrosis dengan gejala-gejala respirasi distress.
2. Evaluasi perubahan tingkat kesadaran, catat tanda-tanda sianosis dan perubahan kulit, selaput mukosa dan warna kuku.
Akumulasi sekret dapat mengganggu oksigenasi di organ vital dan jaringan
3. Demontrasikan/anjurkan untuk mengeluarkan nafas dengan bibir disiutkan, terutama pada klien dengan fibrosis atau kerusakan parenkhim.
Meningkatnya resistensi aliran udara untuk mencegah kolapsnya jalan nafas dan mengurangi residu dari paru-paru
4. Anjurkan untuk bedrest/mengurangi aktivitas
Mengurangi konsumsi oksigen pada periode respirasi
Kolaborasi
5. Monitor BGA
Menurunnya oksigen ( PaO2 ), saturasi atau meningkatnya PaCo2 menunjukkan perlunya penanganan yang lebih adekuat atau perubahan therapi.
6. Memberikan oksigen tambahan
Membantu mengoreksi hipoksemia yang secara sekunder mengurangi ventilasi dan menurunnya tegangan paru.
Dx. II.
Independen
1. Review patologi penyakit fase aktif/tidak aktif, menyebarnya infeksi melalui bronkhus pada jaringan sekitarnya atau melalui aliran darah atau sistem limfe dan potensial infeksi melalui batuk, bersin, tertawa, ciuman atau menyanyi.
Membantu klien agar klien mau mengerti dan menerima terhadap terapi yang diberikan untuk mencegah komplikasi.
2. Mengidentifikasi orang-orang yang beresiko untuk terjadinya infeksi seperti anggota keluarga, teman, orang dalam satu perkumpulan.
Memberitahukan kepada mereka untuk mempersiapkan diri untuk mendapatkan terapi pencegahan.
3. Anjurkan klien menampung dahaknya jika batuk
Kebiasaan ini untuk mencegah terjadinya penularan infeksi.
4. Gunakan masker setap melakukan tindakan
Untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi
5. Monitor temperatur
Febris merupakan indikasi terjadinya infeksi.
6. Ditekankan untuk tidak menghentikan terapi yang dijalani
Periode menular dapat terjadi hanya 2 – 3 hari setelah permulaan kemoterapi tetapi dalam keadaan sudah terjadi kavitas atau penyakit sudah berlanjut sampai tiga bulan.
Kolaborasi
7. Pemberian terapi untuk anak
a. INH, Etambutol, Rifampisin
INH adalah obat pilihan bagi penyakit TB primer dikombinasikan dengan obat-obat lainnya. Pengobatan jangka pendek INH dan Rifampisin selama 9 bulan dan etambutol untuk 2 bulan pertama.
b. Pyrazinamid ( PZA ) / aldinamide, Paraamino Salicyl ( PAS ), Sycloserine, Streptomysin
Obat-obat sekunder diberikan jika obat-obat primer sudah resisten.
c. Monitor sputum BTA
Klien dengan 3 kali pemeriksaan BTA negatif, terapi diteruskan sampai batas waktu yang ditentukan.
Dx. III.
Independen
1 Kaji kemampuan belajar klien misalnya : tingkat kecemasan, perhatian, kelelahan, tingkat partisipasi, lingkungan yang memungkinkan klien untuk belajar, seberapa banyak yang telah diketahui, media yang tepat dan siapa yang dipercaya.
Kemampuan belajar berkaitan dengan keadaan emosi dan kesiapan fisik. Keberhasilan tergantung pada sebatasmana kemampuan klien.
2 Mengidentifikasi tanda-tanda yang dapat dilaporkan pada dokter misalnya : hemoptisis, nyeri dada, demam, kesulitan nafas, kehilangan pendengaran, vertigo.
Mengindikasikan perkembangan penyakit atau efek samping dari pengobatan yang membutuhkan evaluasi secepatnya.
3 Menekankan pentingnya asupan diet TKTP dan intake cairan yang adekuat.
Mencukupi kebutuhan metabolik, mengurangi kelelahan, intake cairan yang memadai membantu mengencerkan dahak.
4 Berikan informasi yang spesifik dalam bentuk tulisan untuk klien dan keluarga misalnya : jadwal minum obat.
Informasi tertulis dapat mengingatkan klien tentang informasi yang telah diberikan. Pengulangan informasi dapat membantu mengingatkan klien.
5 Menjelaskan dosis obat, frekwensi, tindakan yang diharapkan dan perlunya therapi dalam jangka waktu lama. Mengulangi penyuluhan mengenai potensial interaksi antara obat yang diminum dengan obat / subtansi lain.
Meningkatkan partisipasi klien dan keluarga untuk mematuhi aturan therapi dan mencegah terjadinya putus obat.
6 Jelaskan tentang efek samping dari pengobatan yang mungkin timbul, misalnya : mulut kering, konstipasi, gangguan penglihatan, sakit kepala, peningkatan tekanan darah.
Dapat mencegah keraguan terhadap pengobatan dan meningkatkan kemampuan klien untuk menjalani terapi.
7 Merujuk pemeriksaan mata saat memulai dan menjalani therpi etambutol.
Efek samping utama etambutol adalah menurunkan ketajaman penglihatan dan juga mengurangi kemampuan untuk mempersepsikan warna hijau.
8 Memberikan dorongan pada klien dan keluarga untuk mengungkapkan kecemasan/keprihatinannya serta memberikan jawaban yang jujur atas pertayaannya. Jangan berusaha menyangkal pernyataanya.
Memberikan kesempatan untuk mengubah pandangannya yang salah dan meredakan kecemasannya. Penyangkalan terhadap perasaannya akan memperburuk mekanisme koping yang merugikan kesehatannya.
9 Review tentang cara penularan TB ( misalnya : umumnya melalui inhalasi udara yang mengandung kuman, tapi mungkin juga menular melalui urine jika infeksinya mengenai sistem urinaria ) dan resiko kambuh kembali.
Pengetahuan yang cukup dapat mengurangi resiko penularan / kambuh kembali. Komplikasi yang berhubungan dengan tidak adekuatnya penyembuhan TB meliputi : formasi abses, empisema, pneumothorak, fibrosis, efusi pleura, empyema, bronkhiektasis, hemoptisis, ulcerasi GI, fistula bronkopleural, TB laring, dan penularan kuman.
Dx. IV.
Independen
Kaji dan komunikasikan status nutrisi klien dan keluarga seperti yang dianjurkan :
1. Catat turgor kulit
2. Timbang berat badan
3. Integritas mukosa mulut, kemampuan dan ketidakmampuan menelan, adanya bising usus, riwayat nausea, vomiting atau diare.
Digunakan untuk mendefinisikan tingkat masalah dan intervensi
4 Mengkaji pola diet klien yang disukai/tidak disukai
Membantu intervensi kebutuhan yang spesifik, meningkatkan intake diet klien.
5 Meonitor intake dan output secara periodik.
Mengukur keefektifan nutrisi dan cairan.
6 Catat adanya anoreksia, nausea, vomiting, dan tetapkan jika ada hubungannya dengan medikasi. Monitor volume, frekwensi, konsistensi BAB.
Dapat menentukan jenis diet dan mengidentifikasi pemecahan masalah untuk meningkatkan intake nutrisi.
7 Anjurkan bedrest
Membantu menghemat energi khususnya terjadinya metabolik saat demam.
8 Lakukan perawatan oral sebelum dan sesudah terapi respirasi
Mengurangi rasa yang tidak enak dari sputum atau obat-obat yang digunakan untuk pengobatan yang dapat merangsang vomiting.
DIAGNOSA KEPERAWATAN MENINGOENCEPALITIS TB
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul adalah :
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial
Tujuan :
• Pasien kembali pada keadaan status neurologis sebelum sakit
• Meningkatnya kesadaran pasien dan fungsi sensoris
Kriteria hasil :
• Tanda-tanda vital dalam batas normal
• Rasa sakit kepala berkurang
• Kesadaran meningkat
• Adanya peningkatan kognitif dan tidak ada atau hilangnya tanda-tanda tekanan intrakranial yang meningkat.
Rencana Tindakan :
INTERVENSI RASIONAL
Pasien bed rest total dengan posisi tidur terlentang tanpa bantal Perubahan pada tekanan intakranial akan dapat meyebabkan resiko untuk terjadinya herniasi otak
Monitor tanda-tanda status neurologis dengan GCS. Dapat mengurangi kerusakan otak lebih lanjt
Monitor tanda-tanda vital seperti TD, Nadi, Suhu, Respirasi dan hati-hati pada hipertensi sistolik Pada keadaan normal autoregulasi mempertahankan keadaan tekanan darah sistemik berubah secara fluktuatif. Kegagalan autoregulasi akan menyebabkan kerusakan vaskuler cerebral yang dapat dimanifestasikan dengan peningkatan sistolik dan diikuti oleh penurunan tekanan diastolik. Sedangkan peningkatan suhu dapat menggambarkan perjalanan infeksi.
Monitor intake dan output Hipertermi dapat menyebabkan peningkatan IWL dan meningkatkan resiko dehidrasi terutama pada pasien yang tidak sadar serta nausea yang menurunkan intake per oral
Bantu pasien untuk membatasi muntah, batuk. Anjurkan pasien untuk mengeluarkan napas apabila bergerak atau berbalik di tempat tidur. Aktifitas muntah atau batuk dapat meningkatkan tekanan intrakranial dan intraabdomen. Mengeluarkan napas sewaktu bergerak atau merubah posisi dapat melindungi diri dari efek valsava
Kolaborasi :
Berikan cairan perinfus dengan perhatian ketat. Meminimalkan fluktuasi pada beban vaskuler dan tekanan intrakranial, vetriksi cairan dan cairan dapat menurunkan edema cerebral
Monitor AGD bila diperlukan pemberian oksigen Adanya kemungkinan asidosis disertai dengan pelepasan oksigen pada tingkat sel dapat menyebabkan terjadinya iskhemik serebral
Berikan terapi sesuai advis dokter seperti: Steroid, Aminofel, Antibiotika. Terapi yang diberikan dapat menurunkan permeabilitas kapiler.
Menurunkan edema serebri
Menurunkan metabolik sel / konsumsi dan kejang.
Nyeri berhubungan dengan adanya iritasi lapisan otak
Tujuan :
Pasien terlihat rasa sakitnya berkurang / rasa sakit terkontrol
Kriteria evaluasi :
• Pasien dapat tidur dengan tenang
• Memverbalisasikan penurunan rasa sakit.
Rencana Tindakan :
INTERVENSI RASIONAL
Independent
Usahakan membuat lingkungan yang aman dan tenang
Menurunkan reaksi terhadap rangsangan ekternal atau kesensitifan terhadap cahaya dan menganjurkan pasien untuk beristirahat
Kompres dingin (es) pada kepala dan kain dingin pada mata Dapat menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah otak
Lakukan latihan gerak aktif atau pasif sesuai kondisi dengan lembut dan hati-hati Dapat membantu relaksasi otot-otot yang tegang dan dapat menurunkan rasa sakit / disconfort
Kolaborasi :
Berikan obat analgesik Mungkin diperlukan untuk menurunkan rasa sakit. Catatan : Narkotika merupakan kontraindikasi karena berdampak pada status neurologis sehingga sukar untuk dikaji.
Resiko injuri berhubungan dengan adanya kejang, perubahan status mental dan penurunan tingkat kesadaran
Tujuan:
Pasien bebas dari injuri yang disebabkan oleh kejang dan penurunan kesadaran
Rencana Tindakan :
INTERVENSI RASIONAL
Independent :
Monitor kejang pada tangan, kaki, mulut dan otot-otot muka lainnya
Gambaran tribalitas sistem saraf pusat memerlukan evaluasi yang sesuai dengan intervensi yang tepat untuk mencegah terjadinya komplikasi.
Persiapkan lingkungan yang aman seperti batasan ranjang, papan pengaman, dan alat suction selalu berada dekat pasien. Melindungi pasien bila kejang terjadi
Pertahankan bedrest total selama fae akut Mengurangi resiko jatuh / terluka jika vertigo, sincope, dan ataksia terjadi
Kolaborasi :
Berikan terapi sesuai advis dokter seperti; diazepam, phenobarbital, dll.
Untuk mencegah atau mengurangi kejang.
Catatan : Phenobarbital dapat menyebabkan respiratorius depresi dan sedasi.
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskulaer, penurunan kekuatan otot, penurunan kesadaran, kerusakan persepsi/kognitif
Tujuan :
Tidak terjadi kontraktur, footdrop, gangguan integritas kulit, fungsi bowell dan bladder optimal serta peningkatan kemampuan fisik
Tindakan :
Intervensi Rasional
Independen :
Review kemampuan fisik dan kerusakan yang terjadi Mengidentifikasi kersakan fungsi dan menentukan pilihan intervensi
Kaji tingkat imobilisasi, gunakan skala ketergantungan dari 0 - 4 Kemungkinan tingkat ketergantungan (0) hanya memerlukan bantuan minimal (1)Memerlukan bantuan moderate (3) Memerlukan bantuan komplit dari perawat (4)Klien yang memerlukan pengawasan khusus karena resiko injury yang tinggi
Berikan perubahan posisi yang teratur pada klien Perubahan posisi teratur dapat mendistribusikan berat badan secara meneyluruh dan memfasilitasi peredaran darah serta mencegah dekubitus
Pertahankan body aligment adekuat, berikan latihan ROM pasif jika klien sudah bebas panas dan kejang Mencegah terjadinya kontraktur atau foot drop serta dapat mempercepat pengembalian fungsi tubuh nantinya
Berikan perawatan kulit secara adekuat, lakukan masasse, ganti pakaian klien dengan bahan linen dan pertahankan tempat tidur dalam keadaan kering Memfasilitasi sirkulais dan mencegah gangguan integritas kulit
Berikan perawatan mata, bersihkan mata dan tutup dengan kapas yang basah sesekali Melindungi mata dari kerusakan akibat terbukanya mata terus menerus
Kaji adanya nyeri, kemerahan, bengkak pada area kulit Indikasi adanya kerusakan kulit
Kerusakan sensori persepsi berhubungan dengan kerusakan penerima rangsang sensori, transmisi sensori dan integrasi sensori
Tujuan :
Kesadaran klien dan persepsi sensori membaik
Tindakan :
Intervensi Rasional
Evaluasi secara teratur perubahan orientasi klien, kemampuan bicara, keadaan emosi serta proses berpikir klien. Kerusakan area otak akan menyebabkan klien mengalami gangguan persepsi sensori. Sejalan dengan proses peneymbuhan, lesi area otak akan mulai membaik sehingga perlu dievaluasi kemajuan klien
Kaji kemampuan menterjemahkan rangsang sensori misalnya : respon terhadap sentuhan, panas atau dingin, serta kesadaran terhadap pergerakan tubuh. Informasi tersebut penting untuk menentukan tindak lanjut bagi klien
Batasi suara-suara bising serta pertahankan lingkungan yang tenang Menurunkan kecemasan, dan mencegah kebingungan pada klien akibat rangsang sensori berlebihan
Tetap bicara dengan klien dengan suara yang tenang, gunakan kata-kata yang sederhana dan singkat serta pertahankan kontak mata Rangsang sensori tetap diberikan pada klien walaupun dalam keadaan tidak sadar untuk memacu kemampuan sensori persepsi klien
Kolaborasi :
Rujuk ke ahli fisioterapi atau okupasi Untuk dapat memberikan penanganan menyeluruh pada klien
Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan menelan, keadaan hipermetabolik
Tujuan :
Nutrisi klien terpenuhi dengan kriteria tidak adanya tanda malnutrisi dengan nilai laboratorium dalam batas normal
Tindakan :
Intervensi Rasional
Kaji kemampuan klien dalam menelan, batuk dan adanya sekret Faktor-faktor tersebut menentukan kemampuan menelan klien dan klien harus dilindungi dari resiko aspirasi
Auskultasi bowel sounds, amati penurunan atau hiperaktivitas suara bpowell Fungsi gastro intestinal tergantung pula pada kerusakan otak, bowelll sounds menentukan respon feeding atau terjadinya komplikasi misalnya illeus
Timbang berat badan sesuai indikasi Untuk megevaluasi efektifitas dari asupan makanan
Berikan makanan dengan cara meninggikan kepala Menurunkan resiko regurgitasi atau aspirasi
Pertahankan lingkungan yang tenang dan anjurkan keluarga atau orang terdekat untuk memberikan makanan pada klien Membuat klien merasa aman sehingga asupan dapat dipertahankan
DAFTAR PUSTAKA
Brunner / Suddarth, Medical Surgical Nursing, JB Lippincot Company, Philadelphia, 1984
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. EGC. Jakarta.
Doengoes, ME. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta.
Donna, Medical Surgical Nursing, WB Saunders, 1991
IDAI dan PP IDAI UKK Pulmonologi. 2000. Tatalaksana Mutakhir Penyakit Respiratorik Pada Anak; Dalam Temu Ahli Respirologi Anak-Anak. Jakarta.
Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak; Volume 2 Edisi 15. EGC. Jakarta.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC. Jakarta.
Soeparman. 1999. Ilmu Penyakit Dalam; Jilid I. FKUI. Jakarta.
Staf Pengajar Ilmu Keperawatan Anak FKUI. 1985. Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak. FKUI. Jakarta.
…….. 2000. Diktat Kuliah Medikal Bedah PSIK FK Unair Surabaya.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Bidang Studi : Ilmu Keperawatan Anak
Topik : Pengobatan TB pada anak
Sub Topik : Anjuran pemberian pengobatan secara intensif & tuntas serta benar
Sasaran : Keluarga (ibu & ayah), klien
Tempat : Ruang Anak (B 3), RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Hari/Tanggal : Rabu, 20 NOP 2002
Waktu : 1 x 20 menit
I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Pada akhir proses penyuluhan, ibu dan keluarga dapat mengetahui pengobatan TB yang harus diberikan kepada anaknya selama sakit.
II. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah diberikan penyuluhan ibu dapat:
1. Menyebutkan tujuan pengobatan TB secara umum.
2. Menyebutkan prinsip pengobatan TB pada anak.
3. Menyebutkan alternatif pengobatan TB pada anak.
4. Menyebutkan obat anti tuberkulosis (OAT) .
5. Menyebutkan lama pemberian obat TB pada anak.
6. Menyebutkan efek samping obat TB pada anak.
III. SASARAN
Ibu dan keluarga serta klien, An. N.H yang dirawat di Ruang anak (B 3) di RSUD Dr. Soetomo, Surabaya.
IV. MATERI
1. Tujuan pengobatan TB secara umum.
2. Prinsip pengobatan TB pada anak.
3. Alternatif pengobatan TB pada anak.
4. Obat anti tuberkulosis (OAT) .
5. Lama pemberian obat TB pada anak.
6. Efek samping obat TB pada anak.
V. METODE
- Ceramah
- Tanya jawab
VI. MEDIA:
- Leaflet/brosur.
VII. KRITERIA EVALUASI
Kriteria proses:
1. Ibu dan keluarga antusias terhadap materi penyuluhan.
2. Ibu dan keluarga konsentrasi mendengarkan penyuluhan.
3. Ibu dan keluarga mengaju kan pertanyaan & menjawab pertanyaan secara benar.
Kriteria hasil:
1. Ibu mengetahui tentang tujuan pengobatan TB pada anak.
2. Ibu mengetahui tentang:
1) Tujuan pengobatan TB secara umum.
2) Prinsip pengobatan TB pada anak.
3) Alternatif pengobatan TB pada anak.
4) Obat anti tuberkulosis (OAT) .
5) Lama pemberian obat TB pada anak.
6) Efek samping obat TB pada anak.
VIII. KEGIATAN PENYULUHAN
No Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta
1. 3 menit 1. Memperkenalkan diri & pembimbing
2. Menjelaskan tujuan dari penyuluhan
3. Melakukan kontrak wak-tu
4. Menyebutkan materi yang akan diberikan - Mendengarkan.
- Mendengarkan.
- Memperhatikan.
- Memperhatikan.
2. 15 menit Pelaksanaan:
- Menjelaskan tentang tujuan pengobatan TB secara umum.
- Menjelaskan tentang prinsip pengobatan TB pada anak.
- Menjelaskan tentang alternatif pengobatan TB pada anak.
- Menjelaskan tentang obat anti tuberkulosis (OAT) .
- Menjelaskan tentang lama pemberian obat TB pada anak.
- Menjelaskan tentang efek samping obat TB pada anak.
- Mendengarkan & memperhatikan.
- Bertanya & menjawab pertanyaan yang diajukan.
3. 5 menit Evaluasi:
- Menanyakan kepada ibu/ keluarga tentang materi yang telah diberikan & reinforcement kepada ibu/ keluarga bila dapat menjawab/menjelaskan kembali. - Menjawab pertanyaan
4. 2 menit Terminasi:
- Mengucapkan terima ka-sih kepada ibu & keluarga.
- Bersalaman dengan ibu & keluarga. - Mendengarkan & bersalaman
IX. PENGORGANISASIAN
Pembicara : Subhan
Pembimbing : - Ibu Sri Wahyuningsih
- Ririn Probowati, Skp,MKes
Materi Penyuluhan:
PENGOBATAN TB PADA ANAK
A. Tujuan Pengobatan TB
Adalah selain menyembuhkan juga mencegah kematian, mencegah kekambuhan atau resistensi terhadap obat anti tuberculosis (OAT) dan memutus mata rantai penularan.
B. Prinsip Pengobatan TB
1. Permulaan intensif.
Kemungkinan komplikasi TB pada anak sangat luas, maka lebih baik terlalu cepat mengobati daripada terlambat mengobati. Setelah diperiksa dengan teliti dan selengkap mungkin serta dicurigai kemungkinan besar TB, maka langsung diobati. Bila 2 bulan terlihat perbaikan nyata maka diagnosis TB lebih pasti pengobatan di teruskan. Tapi apabila dalam 2 bulan tidak ada perbaikan nyata, mungkin bukan TB atau ada resistensi terhadap obat. Perlu diperiksa lebih lanjut dan lebih teliti.
2. Kombinasi 3 atau lebih obat anti TB.
Obat Anti Tuberculosis (OAT):
1) Isoniazid (INH)
2) Rifampisin
3) Pirazinamid
4) Streptomisin
5) Etambutol
6) Lain-lain: Ethionamid, Kanamycin, Cycloserine, Ciplofloxacin.
Obat-obat paling efektif:
- Kavitas, extra sel: INH, Rifampicin, Streptomycin.
- Massa keju: Rifampicin, INH.
- Dalam makrofag (intra sel): PZA, Rifampicin, INH.
Diberikan: 1 bulan; 2 bulan, 6 bulan, 9 bulan, 1 tahun.
3. Teratur dan lama.
Diberikan dalam waktu yang lama dan harus diminum secara teratur, jangan sampai putus ( patuh minum obat). Perlu diawasi oleh petugas kesehatan, orang yang disegani atau guru sekolah.
4. Pemberian gizi yang baik.
Umumnya klien dengna TB berat badannya turun atau malnutrisi tanpa sebab yang jelas atau tidak naik dalam 1 bulan dengan penanganan gizi, nafsu makan tidak ada (anoreksia) dengan gagal tumbuh, jadi klien perlu penanganan gizi secara baik dan benar untuk menunjang program pengobatan.
5. Pengobatan dan pencegahan penyakit lain.
Selain pengobatan TB, pada paru juga diperlukan pengobatan dan pencegahan terhadap komplikasi TB diluar paru, sesuai gejala yang muncul seperti:
- TB pada kulit/skrofuloderm.
- TB tulang dan sendi.
- TB otak dan saraf.
- TB pada mata.
- TB pada organ-organ lain
C. Alternatif Pengobatan TB Paru Pada Anak
1. Pengobatan jangka panjang (Long-Term Regimen): kombinasi obat murah, memakan waktu 18 – 24 bulan.
1. Pengobatan jangka pendek (Short-Term Regimen): kombinasi obat mahal, waktu 6 – 9 bulan.
D. Obat Anti Tuberculosis Pada Anak
1. Isoniazid/INH (tablet atau puyer): diminum 1-2x/hari, maksimal 300 mg/hari.
2. Rifampisin/Rmp (suspensi): diminum 1-2x/hari saat perut kosong/sebelum makan. Maksimal 600 mg/hari.
3. Pirazinamid/PZA (tablet/puyer): diminum 1-2x/hari, maksimal 2 mg/hari.
4. Streptomisin (Strep): disuntik tiap hari, maksimal 1 gr/hari.
5. Etambutol (tablet/puyer): diminum 1x/hari. Maksimal 2,5 gram/hari saat perut kosong/sebelum makan.
6. Lain-lain: Ethionamide, Kanamycin, Cycloserin, Ciprofloxacin.
Catatan: INH, PZA dan Limfapisin tidak dibuat jadi satu suspensi karena mengganggu daya kerja/khasiat Rifampisin.
E. Lama Pemberian Obat Pada Anak
Macam Obat Frekuensi Pemberian Lama
INH Dosis tunggal setiap hari 6 bulan
INH
Rmp
Strep
Dosis tunggal setiap hari 6 bulan
Strep 2 bulan
INH
Rmp
Strep
PZA
Dosis tunggal setiap hari
9 bulan (Strep & PZA 2 bulan)
INH
Rmp TB tulang
Strep belakang
Dosis tunggal setiap hari
6-9 bulan (Strep 2 bulan)
INH
Rmp Meningitis TB
Strep dosis berbeda
PZA
Dosis tunggal setiap hari
12 bulan (Strep & PZA 2 bulan)
F. Efek Samping Obat Pada Anak
INH :
Radang syaraf tepi
Racun Pada hati
Hepatitis
Rmp :
Hepatitis
Mual
Muntah
Nafsu makan menurun
Kencing berwana merah/orange
PZA :
Racun pada hati
Nyeri pada persendian
Strep :
Racun pada syaraf
Keseimbangan
Gangguan pendengaran
Etambutol:
Radang pada syaraf mata
Kulit kemerahan dan bengkak
Etionamid:
Mual
Muntah
Racun di hati
PAS (P):
ĆæĆæ88ĆæĆæĆæĆæGastriĆæĆæs (maag)ĆæĆæ Racun di hati.
I. Tujuan Pengobatan TB:
Adalah selain menyembuhkan juga mencegah kematian, mencegah kekambuhan atau resistensi terhadap obat anti tuberculosis (OAT) dan memutus mata rantai penularan.
II. Prinsip Pengobatan TB Pada Anak
1. Permulaan intensif
2. Kombinasi 3 atau lebih obat anti TB.
3. Teratur dan lama.
4. Pemberian gizi yang baik.
5. Pengobatan dan pencegahan penyakit lama.
III. Alternatif Pengobatan TB Paru Pada Anak:
2. Pengobatan jangka panjang (Long-Term Regimen): kombinasi obat murah, memakan waktu 18 – 24 bulan.
3. Pengobatan jangka pendek (Short-Term Regimen): kombinasi obat mahal, waktu 6 – 9 bulan.
IV. Obat Anti Tuberculosis (OAT):
Isoniazid/INH (tablet atau puyer): diminum 1-2x/hari, maksimal 300 mg/hari.
1. Rifampisin/Rmp (suspensi): diminum 1-2x/hari saat perut kosong/sebelum makan. Maksimal 600 mg/hari.
2. Pirazinamid/PZA (tablet/puyer): diminum 1-2x/hari, maksimal 2 mg/hari.
3. Streptomisin (Strep): disuntik tiap hari, maksimal 1 gr/hari.
4. Etambutol (tablet/puyer): diminum 1x/hari. Maksimal 2,5 gram/hari saat perut kosong/sebelum makan.
5. Lain-lain: Ethionamide, Kanamycin, Cycloserin, Ciprofloxacin.
Catatan: INH, PZA dan Limfapisin tidak dibuat jadi satu suspensi karena mengganggu daya kerja/khasiat Rifampisin.
V. Lama Pemberian Obat TB Pada Anak:
Macam Obat Frekuensi Pemberian Lama
INH Dosis tunggal setiap hari 6 bulan
INH
Rmp
Strep
Dosis tunggal setiap hari 6 bulan
Strep 2 bulan
INH
Rmp
Strep
PZA
Dosis tunggal setiap hari
9 bulan (Strep & PZA 2 bulan)
INH
Rmp TB tulang
Strep belakang
Dosis tunggal setiap hari
6-9 bulan (Strep 2 bulan)
INH Meningitis
Rmp TB dosis
Strep berbeda
PZA
Dosis tunggal setiap hari 12 bulan (Strep & PZA 2 bulan)
VI. Efek Samping Pengobatan TB Paru Pada Anak:
INH :
Radang syaraf tepi
Racun Pada hati
Hepatitis
Rmp :
Hepatitis
Mual
Muntah
Nafsu makan menurun
Kencing berwana merah/orange
PZA :
Racun pada hati
Nyeri pada persendian
Strep :
Racun pada syaraf
Keseimbangan
Gangguan pendengaran
Etambutol:
Radang pada syaraf mata
Kulit kemerahan dan bengkak
Etionamid:
Mual
Muntah
Racun di hati
PAS (P):
Gastritis (maag)
Racun di hati.
Catatan:
Pengobatan TBC tidak boleh terputus-putus karena akan menyebabkan kuman TBC menjadi resisten/kuman tahan terhadap obat yang diberikan dan resiko kambuh kembali.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Blog Archive
-
2016
(1)
- 09/18 - 09/25 (1)
-
2015
(10)
- 10/11 - 10/18 (1)
- 09/13 - 09/20 (1)
- 09/06 - 09/13 (1)
- 07/05 - 07/12 (1)
- 05/17 - 05/24 (6)
-
2014
(1)
- 04/13 - 04/20 (1)
-
2012
(770)
- 02/19 - 02/26 (5)
- 02/12 - 02/19 (10)
- 02/05 - 02/12 (4)
- 01/29 - 02/05 (27)
- 01/22 - 01/29 (88)
- 01/15 - 01/22 (101)
- 01/08 - 01/15 (169)
- 01/01 - 01/08 (366)
-
2011
(4478)
- 12/25 - 01/01 (336)
- 12/18 - 12/25 (62)
- 12/11 - 12/18 (70)
- 12/04 - 12/11 (77)
- 11/27 - 12/04 (40)
- 11/20 - 11/27 (67)
- 11/13 - 11/20 (198)
- 11/06 - 11/13 (187)
- 10/30 - 11/06 (340)
- 10/23 - 10/30 (32)
- 10/16 - 10/23 (109)
- 10/09 - 10/16 (80)
- 08/14 - 08/21 (75)
- 08/07 - 08/14 (81)
- 07/31 - 08/07 (82)
- 07/24 - 07/31 (66)
- 07/17 - 07/24 (91)
- 07/10 - 07/17 (47)
- 07/03 - 07/10 (44)
- 06/26 - 07/03 (53)
- 06/19 - 06/26 (59)
- 06/12 - 06/19 (47)
- 06/05 - 06/12 (65)
- 05/29 - 06/05 (63)
- 05/22 - 05/29 (77)
- 05/15 - 05/22 (115)
- 05/08 - 05/15 (65)
- 05/01 - 05/08 (104)
- 04/24 - 05/01 (45)
- 04/17 - 04/24 (70)
- 04/10 - 04/17 (134)
- 04/03 - 04/10 (72)
- 03/27 - 04/03 (18)
- 03/20 - 03/27 (47)
- 03/13 - 03/20 (68)
- 03/06 - 03/13 (40)
- 02/27 - 03/06 (56)
- 02/20 - 02/27 (77)
- 02/13 - 02/20 (76)
- 02/06 - 02/13 (198)
-
01/30 - 02/06
(194)
- Askep Asma Bronchiale
- Askep Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)
- Askep Fraktur Cruris
- Batu Saluran Empedu ; Koledokolitiasis
- Askep Perdarahan Saluran Cerna
- Tuberculosis Paru
- Askep Post Orif Femur dan Tibia
- Trauma Kepala
- Tumor; Neoplasma
- Ventrikel Septum Defek
- PERTOLONGAN PERSALINAN NORMAL
- ASUHAN KEPERAWATAN HEPATITIS
- Pilihlah Diet Sehat bagi Tubuh Anda
- Askep Hiperemesis Gravidarum
- Askep Empiema
- Askep Cedera Otak Sedang
- Askep Cedera Kepala
- Askep Intoksikasi Insektisida; Baygon
- Askep Efusi Pleura Akibat Malignancy
- Askep Sectio Caesarea Indikasi Panggul Sempit
- Askep Persalinan Letak Sungsang
- Askep Persalinan Spontan
- Askep Persalinan Normal
- Askep Neonatus Hipoglikemi Simptomatis
- Askep Makrosomia; Bayi Dengan Ibu DM
- Askep Kistoma Ovarii
- Askep Kanker Vulva
- Askep Kanker Serviks
- Mahkota Dewa
- Mengkudu
- Jamur Lhing zhi
- Buah Merah
- Ginseng
- Keji Beling
- Kurma
- Askep Hemofilia
- Askep Anak Diabetes Mellitus
- Askep Bronkhitis Alergika
- Askep Anak Limfadenitis Tuberkulosis
- Askep Pneumonia
- Askep Anak Tuberkulosis Paru
- Askep Anak Marasmik Kwashiorkor
- Askep Anak Kejang Demam
- Askep Anak Hipoglikemi Simptomatis
- Askep Hiperbilirubinemia
- Karakteristik Ibu Yang Menyapih Anak Di Bawah Usia...
- Karakteristik Ibu yang Memeriksakan Pap Smear di R...
- Karakteristik Ibu Hamil yang Mengkonsumsi Tablet F...
- Karakteristik Ibu Bersalin dengan Partus Lama di RS
- Hp Samsung Android
- Askep Tonsilofaringitis Akut
- Askep Tetanus
- Askep Anak Hyaline Membrane Disease - Respiratory ...
- Askep Anak Pneumonia dan Diptheri
- Askep Anak Morbili
- Askep Meconium Aspiration Syndrome Imanuddin
- Askep Anak Kelainan Jantung Bawaan; ASD VSD Koarta...
- Askep Anak Intusepsi
- Askep Anak Icterus Obstruksi
- Askep Anak Fraktur
- Diare Akut Dehidrasi Sedang
- Askep Anak Dengue Haemoraghic Fever; DHF
- Askep Anak Tuberculosis Paru
- Askep Anak Bayi Berat Badan Lahir Rendah
- Karakteristik Ibu Hamil yang Melaksanakan Antenata...
- Hindari Kebiasaan Makan Ikan Asin yang Terlalu Sering
- Karakteristik Pasangan Usia Subur Yang Tidak Mengi...
- Askep Tb Paru dan Hemaptoe
- Askep Post Operasi Tutup Kolostomi
- Askep Fibroadenoma Mammae
- Askep Gagal Nafas
- Askep Tonsilitis Kronik
- Karakteristik ibu hamil dengan hiperemisis gravida...
- Karakteristik ibu hamil dengan anemia di puskesmas
- Karakteristik Ibu Hamil dengan Pre-Eklamsi di Ruma...
- Karakteristik Akseptor KB Suntik di Desa Wilayah K...
- Karakteristik Akseptor KB Alat Kontrasepsi Dalam R...
- Filtrasi adalah
- Pterigium
- Perawatan Luka Jahitan
- Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan; THT
- Morfologi Sel
- Batuk Darah
- Askep Trauma Bladder
- Askep Striktur Uretra
- Askep Hernia
- Askep Fraktur Humerus
- Askep Trauma Tumpul Abdomen
- Karakteristik neonatus dengan asfiksia di ruang an...
- Karakteristik keluarga dengan balita berat badan d...
- Karakteristik kejang demam pada anak di rumah saki...
- Karakteristik ibu yang menyapih bayi di bawha usia...
- Karakteristik kanker serviks di ruang kebidanan RSUD
- ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP) TUBERKULOSIS PARU (TB ...
- IRIGASI TELINGA
- TINDAKAN DEBRIDEMENT PERAWATAN LUKA BAKAR
- PERAWATAN KOLOSTOMI
- ASUHAN KEPERAWATAN GLOMERULONEFRITIS DAN PIELONEFR...
- Permenkes Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik...
- Askep Stroke Non Hemoragik
- 01/23 - 01/30 (132)
- 01/16 - 01/23 (196)
- 01/09 - 01/16 (202)
- 01/02 - 01/09 (121)
-
2010
(2535)
- 12/26 - 01/02 (156)
- 12/19 - 12/26 (65)
- 12/12 - 12/19 (73)
- 12/05 - 12/12 (84)
- 11/28 - 12/05 (80)
- 11/21 - 11/28 (68)
- 11/14 - 11/21 (63)
- 11/07 - 11/14 (50)
- 10/31 - 11/07 (50)
- 10/24 - 10/31 (36)
- 10/17 - 10/24 (58)
- 10/10 - 10/17 (35)
- 10/03 - 10/10 (31)
- 09/26 - 10/03 (21)
- 09/19 - 09/26 (26)
- 09/12 - 09/19 (55)
- 09/05 - 09/12 (65)
- 08/29 - 09/05 (33)
- 08/22 - 08/29 (70)
- 08/15 - 08/22 (45)
- 08/08 - 08/15 (35)
- 08/01 - 08/08 (37)
- 07/25 - 08/01 (27)
- 07/18 - 07/25 (19)
- 07/11 - 07/18 (30)
- 07/04 - 07/11 (56)
- 06/27 - 07/04 (28)
- 06/20 - 06/27 (22)
- 06/13 - 06/20 (30)
- 06/06 - 06/13 (21)
- 05/30 - 06/06 (5)
- 05/16 - 05/23 (6)
- 05/09 - 05/16 (29)
- 05/02 - 05/09 (59)
- 04/25 - 05/02 (28)
- 04/18 - 04/25 (38)
- 04/11 - 04/18 (70)
- 04/04 - 04/11 (59)
- 03/28 - 04/04 (65)
- 03/21 - 03/28 (89)
- 03/14 - 03/21 (218)
- 03/07 - 03/14 (95)
- 02/28 - 03/07 (135)
- 02/21 - 02/28 (102)
- 01/03 - 01/10 (68)
-
2009
(1652)
- 12/27 - 01/03 (36)
- 12/20 - 12/27 (22)
- 12/13 - 12/20 (100)
- 12/06 - 12/13 (45)
- 11/29 - 12/06 (24)
- 11/22 - 11/29 (22)
- 11/15 - 11/22 (19)
- 11/08 - 11/15 (28)
- 11/01 - 11/08 (11)
- 10/25 - 11/01 (17)
- 10/18 - 10/25 (38)
- 10/11 - 10/18 (33)
- 10/04 - 10/11 (15)
- 09/27 - 10/04 (21)
- 09/20 - 09/27 (7)
- 09/13 - 09/20 (84)
- 09/06 - 09/13 (35)
- 08/30 - 09/06 (48)
- 08/23 - 08/30 (118)
- 08/16 - 08/23 (26)
- 08/09 - 08/16 (34)
- 08/02 - 08/09 (35)
- 07/26 - 08/02 (31)
- 07/19 - 07/26 (14)
- 07/12 - 07/19 (16)
- 07/05 - 07/12 (28)
- 06/28 - 07/05 (26)
- 06/21 - 06/28 (76)
- 06/14 - 06/21 (26)
- 06/07 - 06/14 (21)
- 05/31 - 06/07 (43)
- 05/24 - 05/31 (38)
- 05/17 - 05/24 (26)
- 05/10 - 05/17 (52)
- 05/03 - 05/10 (15)
- 04/26 - 05/03 (38)
- 04/19 - 04/26 (32)
- 04/12 - 04/19 (22)
- 04/05 - 04/12 (20)
- 03/29 - 04/05 (40)
- 03/22 - 03/29 (43)
- 03/15 - 03/22 (18)
- 03/08 - 03/15 (14)
- 03/01 - 03/08 (22)
- 02/22 - 03/01 (12)
- 02/15 - 02/22 (9)
- 02/08 - 02/15 (11)
- 02/01 - 02/08 (19)
- 01/25 - 02/01 (37)
- 01/18 - 01/25 (21)
- 01/11 - 01/18 (33)
- 01/04 - 01/11 (31)
-
2008
(700)
- 12/28 - 01/04 (13)
- 12/21 - 12/28 (9)
- 12/14 - 12/21 (57)
- 12/07 - 12/14 (5)
- 11/30 - 12/07 (18)
- 11/23 - 11/30 (33)
- 11/16 - 11/23 (31)
- 11/09 - 11/16 (23)
- 11/02 - 11/09 (18)
- 10/26 - 11/02 (11)
- 10/19 - 10/26 (15)
- 10/12 - 10/19 (13)
- 10/05 - 10/12 (25)
- 09/28 - 10/05 (2)
- 09/21 - 09/28 (14)
- 09/14 - 09/21 (19)
- 09/07 - 09/14 (43)
- 08/31 - 09/07 (3)
- 08/24 - 08/31 (33)
- 08/17 - 08/24 (65)
- 08/10 - 08/17 (4)
- 08/03 - 08/10 (26)
- 07/27 - 08/03 (6)
- 07/20 - 07/27 (19)
- 07/13 - 07/20 (18)
- 07/06 - 07/13 (60)
- 06/29 - 07/06 (53)
- 06/22 - 06/29 (49)
- 06/15 - 06/22 (11)
- 06/08 - 06/15 (4)
Popular Posts
-
ASUHAN KEPERAWATAN IBU NIFAS DENGAN PERDARAHAN POST PARTUM A. PengertianPost partum / puerperium adalah masa dimana tubuh menyesuaikan, baik...
-
KTI KEBIDANAN HUBUNGAN USIA TERHADAP PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSUD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan wanita merupakan hal yang s...
-
Setelah beberapa minggu ini cari materi buat postingan baru, mendadak dapat inspirasi setelah rekan Anton Wijaya menulis di buku tamu Keper...
-
PATHWAY ASFIKSIA NEONATORUM Klik pada gambar untuk melihat pathway Download Pathway Asfiksia Neonatorum Via Ziddu Download Askep Asfiksia N...
-
DEFINISI Ikterus ialah suatu gejala yang perlu mendapat perhatian sungguh-sungguh pada neonatus. Ikterus ialah suatu diskolorasi kuning pa...
-
Metode Kalender atau Pantang Berkala (Calendar Method Or Periodic Abstinence) Pendahuluan Metode kalender atau pantang berkala merupakan met...
-
Pathway Combustio Klik Pada Gambar Untuk melihat pathway Download Pathway Combustio Via Ziddu Tag: Pathways combustio , pathways luka baka...
-
Pathway Hematemesis Melena Klik pada gambar untuk melihat pathway Download Pathway Hematemesis Melena Via Ziddu
-
PROSES KEPERAWATAN KOMUNITAS Pengertian - Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan, merencana...
-
Metode Suhu Basal Tubuh (Basal Body Temperature Method) Suhu tubuh basal adalah suhu terendah yang dicapai oleh tubuh selama istirahat atau ...
© ASUHAN KEPERAWATAN 2013 . Powered by Bootstrap , Blogger templates and RWD Testing Tool Published..Gooyaabi Templates
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Jangan Lupa Tulis Komentarnya Gan: