Rabu, 12 Januari 2011
Askep Hemoroid
Hemoroid merupakan penyakit yang umum terjadi. Pada usia sekitar 50 tahun, 50 % individu mengalami berbagai tipe hemoroid. Pasien dengan gangguan hemoroid mencari pertolongan medis terutama akibat nyeri dan perdarahan rectal. Walaupun tidak mengancam jiwa, penyakit ini dapat menyebabkan perasaan yang sangat tidak nyaman.
B. TUJUAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Menjelaskan konsep hemoroid, klasifikasi, etiologi, dan patofisiologinya.
2. Menjelaskan asuhan keperawatan pada klien dengan hemoroid pre operasi, dan post operasi dengan pendekatan proses keperawatn yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Hemoroid adalah varikositis akibat dilatasi pleksus vena hemoroidalis interna ( Underwood, J.C.E; 1999 ).
Hemoroid adalah vena yang berdilatasi dalam kanal anal ( Smeltzer Suzanne C; 2001 ).
B. ETIOLOGI
Beberapa faktor etiologi menurut Sylvia Anderson P. (1994) adalah sebagai berikut :
1. Konstipasi/diare
2. Sering mengejan
3. Kongesti pelvia pada kehamilan
4. Pembesaran prostat
5. Fibroama uteri
6. Tumor rectum
7. Penyakit hati kronik yang disertai hipertensi portal.
C. PATOFISIOLOGI
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan balik dari vena hemoroidalis
Hemoroid ada dua jenis yaitu hemoroid interna dan eksterna. Hemoroid interna terjadi varises pada vena hemoroidalis superior media dan timbul disebelah dalam otot spingter ani. Hemoroid eksterna terjadi varises pada vena hemoroidalis inferior, dan timbul disebelah luar otot spingter ani.
Hemoroid eksterna ada dua klasifikasi yaitu akut dan kronik. Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya merupakan hematoma, walaupun disebut sebagai hemoroid trombosis akut. Bentuk terasa sangat nyeri gatal karena ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri. Hemoroid eksterna kronik (skin tag) berupa satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri dari jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.
Hemoroid interna diklasifikasikan sebagai derajat I, II, dan III. Hemoroid interna derajat I tidak menonjol melalui anus dan dapat ditemukan dengan proktoskopi. Lesi biasanya terletak pada posterior kanan dan kiri dan anterior kanan, mengikuti penyebaran cabang-cabang vena hemoroidalis superior, dan tampak sebagai pembengkakan globular kemerahan. Hemoroid interior derajat II dapat mengalami prolapsus melalui anus setelah defekasi, hemoroid ini dapat mengecil secara spontan atau dapat direduksi secara manual. Hemoroid interna derajat III mengalami prolapsus secara permanen. Gejala hemoroid interna yang paling sering adalah perdarahan tanpa nyeri karena tidak ada serabut-serabut nyeri pada daerah ini. Kebanyakan kasus hemoroid adalah hemoroid campuran interna dan eksterna.
Komplikasi hemoroid yang paling sering adalah perdaraha, trombosis, dan stranggulasi. Hemoroid yang mengalami stranggulasi adalah hemoroid yang mengalami prolapsus dimana suplai darah dihalangi oleh sfingter ani.
Kebanyakan penderita hemoroid tidak memerlukan pembedahan. Pengobatan berupa kompres duduk atau bentuk pemanasan basah lain, dan penggunaan supositoria. Eksisi bedah dapat dilakukan bila perdarahan menetap, terjadi prolapsus, atau pruritus dan nyeri anus tidak dapat diatasi.
D. PATHWAY KEPERAWATAN
E. PENGKAJIAN
1. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan diambil untuk menentukan adanya rasa gatal, rasa terbakar, dan nyeri beserta karakteristiknya. Apakah terjadi selama defekasi ?, Berapa lama nyeri tersebut ? adakah nyeri abdomen yang berhubungan dengan hal itu ?, Apakah terdapat perdarahan dari rectum ?, Seberapa banyak ?, Seberapa sering ?, Apakah warnanya ?, Adakah cairan lain seperti mucus atau pus ?, Pertanyaan lain berhubung dengan pola eliminasi dan penggunaan laksatif, riwayat diet, masukan serat, jumlah latihan, tingkat aktifitas, dan pekerjaan.
2. Pengkajian Objektif
Pengkajian objektif mencakup menginspeksi feses akan adanya darah atau mucus, dan area perineal akan adanya hemoroid, fisura, iritasi, atau pus.
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan pengkajian, diagnosa keperawatan yang utama adalah sebagai berikut :
1. Konstipasi berhubungan dengan mengabaikan dorongan untuk defekasi akibat nyeri selama defekasi.
2. Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan.
3. Nyeri berhubungan dengan iritasi, tekanan, dan sensitifitas pada area rectal/anal sekunder akibat penyakit hemoroid dan spasme sfingter pada pasca operatif.
4. Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan rasa takut nyeri pada pasca operatif.
5. Risiko ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik.
Masalah kolaboratif yang mungkin muncul adalah Potensial Komplikasi (PK) hemoragi.
G. PERENCANAAN
1. Tujuan
Tujuan utama adalah sebagai berikut :
a. Menghilangkan konstipasi
b. Menurunkan ansietas
c. Menghilangan nyeri
d. Meningkatkan eliminasi urinarius
e. Klien patuh dengan program terapeutik
f. Mencegah terjadinya komplikasi
2. Intervensi Keperawatan
a. Menghilangkan Konstipasi
1) Masukan cairan sedikitnya 2 liter sehari untuk memberikan hidrasi yang adekuat.
2) Anjurkan makan tinggi serat untuk melancarkan defekasi.
3) Berikan laksatif sesuai resep.
4) Pasien dianjurkan untuk miring guna merangsang usus dan merangsang keinginan defekasi sebisa mungkin.
5) Menganjurkan pasien untuk latihan relaksasi sebelum defekasi akan membantu merilekskan otot-otot perineal abdomenyang kemungkinan berkonstriksi atau mengalami spasme abdomen.
b. Menurunkan Ansietas
1) Identifikasi kebutuhan psikologis khusus dan rencana asuhan yang bersifat individu.
2) Berikan privasi dengan membatasi pengunjung bila pasien menginginkannya.
3) Pertahankan privasi klien saat memberikan tindakan keperawatan.
4) Berikan pengharum ruangan bila balutan berbau menyengat.
c. Menghilangkan Nyeri
1) Dorong klien untuk memilih posisi nyaman.
2) Berikan bantalan flotasi dibawah bokong pada saat duduk dapat membantu menurunkan nyeri.
3) Berikan salep analgesik sesuai resep untuk menurunkan nyeri.
4) Berikan kompres hangat untuk meningkatkan sirkulasi dan meringankan jaringan yang teriritasi.
5) Berikan rendaman duduk tiga atau empat kali sehari untuk menghilangkan rasa sakit dan nyeri dengan merelakskan spasme sfingter.
6) Berikan agen anaestetik topical sesuai resep untuk menghilangkan iritasi local dan rasa sakit.
7) Anjurkan klien melakukan posisi telungkup dengan interval tertentu untuk meningkatkan drainase dependen cairan edema.
d. Meningkatkan Eliminasi Urinarius
1) Tingkatkan masukan cairan
2) Bantu klien untuk mendengarkan aliran air
3) Bantu klien meneteskan air diatas meatus urinarius
4) Lakukan pemasangan kateter
5) Pantau haluaran urin dengan cermat setelah pembedahan.
e. Pemantauan dan Pelaksanaan Komplikasi
1) Periksa dengan sering daerah operasi terhadap munculnya perdarahan rectal.
2) Kaji indicator sistemik perdarahan berlebihan (takikardia, hipotensi, gelisah, haus).
3) Hindari pemberian panas basah karena dapat menyebabkan dilatasi dan perdarahan.
f. Pendidikan pasien dan Pertimbangan Perawatan di Rumah.
1) Instruksikan klien untuk mempertahankan kebersihan area perianal.
2) Dorong pasien untuk berespon dengan cepat ketika dorongan defekasi muncul, untuk mencegah konstipasi.
3) Instruksikan klien untuk diet tinggi cairan dan serat.
4) Pasien diinformasikan untuk diet yang ditentukan, laksatif yang dapat digunakan dengan aman, dan pentingnya latihan.
5) Dorong klien untuk ambulasi sesgera mungkin, anjurkan latihan tingkat sedang.
6) Ajarkan cara melakukan rendam duduk pada klien setiap setelah defgekasi selama 1 sampai 2 minggu setelah pembedahan.
H. EVALUASI
Hasil yang diharapkan adalah sebagai berikut :
1. Mendapatkan pola eliminasi normal.
a. Menyusun waktu untuk defekasi, biasanya setelah makan atau setelah tidur.
b. Berespon terhadap dorongan untuk defekasi dan menyediakan waktu untuk duduk ditoilet dan mencoba untuk defekasi.
c. Menggunakan latihan relaksasi sesuai kebutuhan.
d. Menambah makanan tinggi serat pada diet.
e. Meningkatkan masukan cairan sampai 2 L/24 jam.
f. Melaporkan penurunan ketidaknyamanan pada abdomen.
2. Mengalami sedikit ansietas.
3. Mengalami nyeri sedikit.
a. Mengubah posisi tubuh dan aktifitas untuk meminimalkan nyeri dan ketidaknyamanan. Menyusun waktu untuk defekasi, biasanya setelah makan atau pada waktu tidur.
b. Menepapkan kompres hangat/dingin pada area rectal / anal.
c. Melakukan rendam duduk 3 atau 4 kali sehari.
4. Mentaati program terapeutik.
a. Mempertahankan area perianal kering.
b. Mengalami feses lunak dan berbentuk secara teratur.
5. Bebas dari masalah perdarahan
a. Insisi bersih
b. Menunjukkan tanda vital normal
c. Menunjukkan tidak ada tanda hemoragi.
BAB III
PENUTUP
Asuhan keperawatan klien dengan hemoroid dilakukan dengan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
Proses keperawatan tersebut dilakukan secara siklik ( kembali ke tahap awal selama masalah klien belum teratasi).
Prinsip penatalaksanaan keperawatan klien dengan hemoroid adalah: Menghilangkan konstipasi; menurunkan ansietas; menghilangan nyeri; meningkatkan eliminasi urinarius; klien patuh dengan program terapeutik; mencegah terjadinya komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer Suzanne C., Bare Brenda G.; ( 2001 ); Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth; edisi 8; alih bahasa; Monica Ester, et al; Jakarta; EGC.
Price Sylvia A., Wilson Lorraine M.;( 1994 );Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit; jilid 1; edisi 8; alih bahasa; Peter Anugerah, Jakarta, EGC.
Carpenito Lynda Juall; ( 1997 ); Diagnosa Keperawatan Buku Saku; edisi 6; alih bahasa; Yasmin Asih; Jakarta; EGC.
Robbins, Stanley L;(1995); Buku Ajar Patologi II (Basic Pathology); alih bahasa, staf pengajar laboratorium patologi anatomi FK UNAIR; Jakarta; EGC
Underwood, J.C.E; (1999) Patologi Umum dan Sistematik; vol.2; ed.2; editor edisi bahasa Indonesia, Sarjadi dkk; Jakarta; EGC
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HEMOROID
A. LATAR BELAKANGHemoroid merupakan penyakit yang umum terjadi. Pada usia sekitar 50 tahun, 50 % individu mengalami berbagai tipe hemoroid. Pasien dengan gangguan hemoroid mencari pertolongan medis terutama akibat nyeri dan perdarahan rectal. Walaupun tidak mengancam jiwa, penyakit ini dapat menyebabkan perasaan yang sangat tidak nyaman.
B. TUJUAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Menjelaskan konsep hemoroid, klasifikasi, etiologi, dan patofisiologinya.
2. Menjelaskan asuhan keperawatan pada klien dengan hemoroid pre operasi, dan post operasi dengan pendekatan proses keperawatn yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Hemoroid adalah varikositis akibat dilatasi pleksus vena hemoroidalis interna ( Underwood, J.C.E; 1999 ).
Hemoroid adalah vena yang berdilatasi dalam kanal anal ( Smeltzer Suzanne C; 2001 ).
B. ETIOLOGI
Beberapa faktor etiologi menurut Sylvia Anderson P. (1994) adalah sebagai berikut :
1. Konstipasi/diare
2. Sering mengejan
3. Kongesti pelvia pada kehamilan
4. Pembesaran prostat
5. Fibroama uteri
6. Tumor rectum
7. Penyakit hati kronik yang disertai hipertensi portal.
C. PATOFISIOLOGI
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan balik dari vena hemoroidalis
Hemoroid ada dua jenis yaitu hemoroid interna dan eksterna. Hemoroid interna terjadi varises pada vena hemoroidalis superior media dan timbul disebelah dalam otot spingter ani. Hemoroid eksterna terjadi varises pada vena hemoroidalis inferior, dan timbul disebelah luar otot spingter ani.
Hemoroid eksterna ada dua klasifikasi yaitu akut dan kronik. Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya merupakan hematoma, walaupun disebut sebagai hemoroid trombosis akut. Bentuk terasa sangat nyeri gatal karena ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri. Hemoroid eksterna kronik (skin tag) berupa satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri dari jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.
Hemoroid interna diklasifikasikan sebagai derajat I, II, dan III. Hemoroid interna derajat I tidak menonjol melalui anus dan dapat ditemukan dengan proktoskopi. Lesi biasanya terletak pada posterior kanan dan kiri dan anterior kanan, mengikuti penyebaran cabang-cabang vena hemoroidalis superior, dan tampak sebagai pembengkakan globular kemerahan. Hemoroid interior derajat II dapat mengalami prolapsus melalui anus setelah defekasi, hemoroid ini dapat mengecil secara spontan atau dapat direduksi secara manual. Hemoroid interna derajat III mengalami prolapsus secara permanen. Gejala hemoroid interna yang paling sering adalah perdarahan tanpa nyeri karena tidak ada serabut-serabut nyeri pada daerah ini. Kebanyakan kasus hemoroid adalah hemoroid campuran interna dan eksterna.
Komplikasi hemoroid yang paling sering adalah perdaraha, trombosis, dan stranggulasi. Hemoroid yang mengalami stranggulasi adalah hemoroid yang mengalami prolapsus dimana suplai darah dihalangi oleh sfingter ani.
Kebanyakan penderita hemoroid tidak memerlukan pembedahan. Pengobatan berupa kompres duduk atau bentuk pemanasan basah lain, dan penggunaan supositoria. Eksisi bedah dapat dilakukan bila perdarahan menetap, terjadi prolapsus, atau pruritus dan nyeri anus tidak dapat diatasi.
D. PATHWAY KEPERAWATAN
E. PENGKAJIAN
1. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan diambil untuk menentukan adanya rasa gatal, rasa terbakar, dan nyeri beserta karakteristiknya. Apakah terjadi selama defekasi ?, Berapa lama nyeri tersebut ? adakah nyeri abdomen yang berhubungan dengan hal itu ?, Apakah terdapat perdarahan dari rectum ?, Seberapa banyak ?, Seberapa sering ?, Apakah warnanya ?, Adakah cairan lain seperti mucus atau pus ?, Pertanyaan lain berhubung dengan pola eliminasi dan penggunaan laksatif, riwayat diet, masukan serat, jumlah latihan, tingkat aktifitas, dan pekerjaan.
2. Pengkajian Objektif
Pengkajian objektif mencakup menginspeksi feses akan adanya darah atau mucus, dan area perineal akan adanya hemoroid, fisura, iritasi, atau pus.
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan pengkajian, diagnosa keperawatan yang utama adalah sebagai berikut :
1. Konstipasi berhubungan dengan mengabaikan dorongan untuk defekasi akibat nyeri selama defekasi.
2. Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan.
3. Nyeri berhubungan dengan iritasi, tekanan, dan sensitifitas pada area rectal/anal sekunder akibat penyakit hemoroid dan spasme sfingter pada pasca operatif.
4. Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan rasa takut nyeri pada pasca operatif.
5. Risiko ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik.
Masalah kolaboratif yang mungkin muncul adalah Potensial Komplikasi (PK) hemoragi.
G. PERENCANAAN
1. Tujuan
Tujuan utama adalah sebagai berikut :
a. Menghilangkan konstipasi
b. Menurunkan ansietas
c. Menghilangan nyeri
d. Meningkatkan eliminasi urinarius
e. Klien patuh dengan program terapeutik
f. Mencegah terjadinya komplikasi
2. Intervensi Keperawatan
a. Menghilangkan Konstipasi
1) Masukan cairan sedikitnya 2 liter sehari untuk memberikan hidrasi yang adekuat.
2) Anjurkan makan tinggi serat untuk melancarkan defekasi.
3) Berikan laksatif sesuai resep.
4) Pasien dianjurkan untuk miring guna merangsang usus dan merangsang keinginan defekasi sebisa mungkin.
5) Menganjurkan pasien untuk latihan relaksasi sebelum defekasi akan membantu merilekskan otot-otot perineal abdomenyang kemungkinan berkonstriksi atau mengalami spasme abdomen.
b. Menurunkan Ansietas
1) Identifikasi kebutuhan psikologis khusus dan rencana asuhan yang bersifat individu.
2) Berikan privasi dengan membatasi pengunjung bila pasien menginginkannya.
3) Pertahankan privasi klien saat memberikan tindakan keperawatan.
4) Berikan pengharum ruangan bila balutan berbau menyengat.
c. Menghilangkan Nyeri
1) Dorong klien untuk memilih posisi nyaman.
2) Berikan bantalan flotasi dibawah bokong pada saat duduk dapat membantu menurunkan nyeri.
3) Berikan salep analgesik sesuai resep untuk menurunkan nyeri.
4) Berikan kompres hangat untuk meningkatkan sirkulasi dan meringankan jaringan yang teriritasi.
5) Berikan rendaman duduk tiga atau empat kali sehari untuk menghilangkan rasa sakit dan nyeri dengan merelakskan spasme sfingter.
6) Berikan agen anaestetik topical sesuai resep untuk menghilangkan iritasi local dan rasa sakit.
7) Anjurkan klien melakukan posisi telungkup dengan interval tertentu untuk meningkatkan drainase dependen cairan edema.
d. Meningkatkan Eliminasi Urinarius
1) Tingkatkan masukan cairan
2) Bantu klien untuk mendengarkan aliran air
3) Bantu klien meneteskan air diatas meatus urinarius
4) Lakukan pemasangan kateter
5) Pantau haluaran urin dengan cermat setelah pembedahan.
e. Pemantauan dan Pelaksanaan Komplikasi
1) Periksa dengan sering daerah operasi terhadap munculnya perdarahan rectal.
2) Kaji indicator sistemik perdarahan berlebihan (takikardia, hipotensi, gelisah, haus).
3) Hindari pemberian panas basah karena dapat menyebabkan dilatasi dan perdarahan.
f. Pendidikan pasien dan Pertimbangan Perawatan di Rumah.
1) Instruksikan klien untuk mempertahankan kebersihan area perianal.
2) Dorong pasien untuk berespon dengan cepat ketika dorongan defekasi muncul, untuk mencegah konstipasi.
3) Instruksikan klien untuk diet tinggi cairan dan serat.
4) Pasien diinformasikan untuk diet yang ditentukan, laksatif yang dapat digunakan dengan aman, dan pentingnya latihan.
5) Dorong klien untuk ambulasi sesgera mungkin, anjurkan latihan tingkat sedang.
6) Ajarkan cara melakukan rendam duduk pada klien setiap setelah defgekasi selama 1 sampai 2 minggu setelah pembedahan.
H. EVALUASI
Hasil yang diharapkan adalah sebagai berikut :
1. Mendapatkan pola eliminasi normal.
a. Menyusun waktu untuk defekasi, biasanya setelah makan atau setelah tidur.
b. Berespon terhadap dorongan untuk defekasi dan menyediakan waktu untuk duduk ditoilet dan mencoba untuk defekasi.
c. Menggunakan latihan relaksasi sesuai kebutuhan.
d. Menambah makanan tinggi serat pada diet.
e. Meningkatkan masukan cairan sampai 2 L/24 jam.
f. Melaporkan penurunan ketidaknyamanan pada abdomen.
2. Mengalami sedikit ansietas.
3. Mengalami nyeri sedikit.
a. Mengubah posisi tubuh dan aktifitas untuk meminimalkan nyeri dan ketidaknyamanan. Menyusun waktu untuk defekasi, biasanya setelah makan atau pada waktu tidur.
b. Menepapkan kompres hangat/dingin pada area rectal / anal.
c. Melakukan rendam duduk 3 atau 4 kali sehari.
4. Mentaati program terapeutik.
a. Mempertahankan area perianal kering.
b. Mengalami feses lunak dan berbentuk secara teratur.
5. Bebas dari masalah perdarahan
a. Insisi bersih
b. Menunjukkan tanda vital normal
c. Menunjukkan tidak ada tanda hemoragi.
BAB III
PENUTUP
Asuhan keperawatan klien dengan hemoroid dilakukan dengan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
Proses keperawatan tersebut dilakukan secara siklik ( kembali ke tahap awal selama masalah klien belum teratasi).
Prinsip penatalaksanaan keperawatan klien dengan hemoroid adalah: Menghilangkan konstipasi; menurunkan ansietas; menghilangan nyeri; meningkatkan eliminasi urinarius; klien patuh dengan program terapeutik; mencegah terjadinya komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer Suzanne C., Bare Brenda G.; ( 2001 ); Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth; edisi 8; alih bahasa; Monica Ester, et al; Jakarta; EGC.
Price Sylvia A., Wilson Lorraine M.;( 1994 );Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit; jilid 1; edisi 8; alih bahasa; Peter Anugerah, Jakarta, EGC.
Carpenito Lynda Juall; ( 1997 ); Diagnosa Keperawatan Buku Saku; edisi 6; alih bahasa; Yasmin Asih; Jakarta; EGC.
Robbins, Stanley L;(1995); Buku Ajar Patologi II (Basic Pathology); alih bahasa, staf pengajar laboratorium patologi anatomi FK UNAIR; Jakarta; EGC
Underwood, J.C.E; (1999) Patologi Umum dan Sistematik; vol.2; ed.2; editor edisi bahasa Indonesia, Sarjadi dkk; Jakarta; EGC
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Blog Archive
-
2016
(1)
- 09/18 - 09/25 (1)
-
2015
(10)
- 10/11 - 10/18 (1)
- 09/13 - 09/20 (1)
- 09/06 - 09/13 (1)
- 07/05 - 07/12 (1)
- 05/17 - 05/24 (6)
-
2014
(1)
- 04/13 - 04/20 (1)
-
2012
(770)
- 02/19 - 02/26 (5)
- 02/12 - 02/19 (10)
- 02/05 - 02/12 (4)
- 01/29 - 02/05 (27)
- 01/22 - 01/29 (88)
- 01/15 - 01/22 (101)
- 01/08 - 01/15 (169)
- 01/01 - 01/08 (366)
-
2011
(4478)
- 12/25 - 01/01 (336)
- 12/18 - 12/25 (62)
- 12/11 - 12/18 (70)
- 12/04 - 12/11 (77)
- 11/27 - 12/04 (40)
- 11/20 - 11/27 (67)
- 11/13 - 11/20 (198)
- 11/06 - 11/13 (187)
- 10/30 - 11/06 (340)
- 10/23 - 10/30 (32)
- 10/16 - 10/23 (109)
- 10/09 - 10/16 (80)
- 08/14 - 08/21 (75)
- 08/07 - 08/14 (81)
- 07/31 - 08/07 (82)
- 07/24 - 07/31 (66)
- 07/17 - 07/24 (91)
- 07/10 - 07/17 (47)
- 07/03 - 07/10 (44)
- 06/26 - 07/03 (53)
- 06/19 - 06/26 (59)
- 06/12 - 06/19 (47)
- 06/05 - 06/12 (65)
- 05/29 - 06/05 (63)
- 05/22 - 05/29 (77)
- 05/15 - 05/22 (115)
- 05/08 - 05/15 (65)
- 05/01 - 05/08 (104)
- 04/24 - 05/01 (45)
- 04/17 - 04/24 (70)
- 04/10 - 04/17 (134)
- 04/03 - 04/10 (72)
- 03/27 - 04/03 (18)
- 03/20 - 03/27 (47)
- 03/13 - 03/20 (68)
- 03/06 - 03/13 (40)
- 02/27 - 03/06 (56)
- 02/20 - 02/27 (77)
- 02/13 - 02/20 (76)
- 02/06 - 02/13 (198)
- 01/30 - 02/06 (194)
- 01/23 - 01/30 (132)
- 01/16 - 01/23 (196)
-
01/09 - 01/16
(202)
- Olahraga Tunda Remaja Berhubungan Seks
- Pengalaman Kerja Buruh
- Membuat Tulisan Berjalan Di Blog
- Kompartemen Tubuh
- Askep Akut Miokard Infark
- Askep Asma Bronkial
- Askep Carsinoma Mammae
- Askep Carsinoma Mammae
- Askep Karsinoma Laring
- Askep Luka Bakar; Combustio
- Askep Diabetes Mellitus
- Askep Decompensasi Cordis; Payah Jantung
- Askep Congestive Heart Failure
- Askep Comotio Cerebri
- Askep Cedera Kepala
- Askep Gangguan Muskuloskeletal
- Askep Elektrokardiografi
- Askep Gigantisme
- Askep Gastro Enteritis Tropik; GE
- Askep Gagal Jantung Kongestif
- Askep Gagal Ginjal Kronis
- Askep Fraktur Os. Alviolaris Maxilla Sinistra
- Askep Hernia Scrotalis
- Askep Hernia
- Askep Hepatitis
- Gambaran efek samping KB suntik depo progestin di ...
- Faktor-faktor yang menyebabkan kurangnya akseptor ...
- Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya keikutse...
- Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya mastitis...
- Alasan ibu melakukan penyapihan anak kurang dari 2...
- Atrofi
- Resusitasi Jantung Paru
- Torsio Testis
- Psoriasis Eritrodemis Tipe psoriasis ini sanga...
- Thalassemia
- Stimulasi Perkembangan Anak
- Gagal Nafas Pada Anak
- Actuating
- Operating Budget Dalam Keperawatan
- Kepemimpinan
- Askep Trauma Tembus Pada Mata
- Askep Pemfigus
- Askep Peritonitis
- Askep Hirsprung; Mega Colon
- Askep Diabetes Mellitus
- Askep Fraktur Os. Mandibularis
- Askep Kardiomiopati Kongestif; Dilated Cardiomyopathy
- Askep Tetanus
- Askep Stenosis Ani
- Prosedur pemeriksaan Tanda vital
- Cara Mudah Membuat Screenshoot
- Faktor penyebab rendahnya pengetahuan remaja awal ...
- Determinan tidak dilakukannya deteksi dini kanker ...
- Determinan ibu hamil tidak melakukan imunisasi tet...
- Determinan pemanfaatan tenaga bidan desa dalam per...
- Determinan pemberian konsumsi buah segar pada bali...
- Gambaran tingkat pengetahuan wanita pramenopause t...
- Abses Paru
- Askep Obstruksi Usus
- Askep Hernia Nukleus Pulposus
- Askep Psoriasis
- Combustio
- Askep Efusi Pleura
- Reseptor dan Memori
- Psoriasis
- Flu Burung; Avian Influenza
- Askep Sifiilis; Raja Singa
- Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD)
- Penyakit Sel Sabit (sickle cell disease)
- NYERI DADA BUKAN HANYA SAKIT JANTUNG
- Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya cakuptan...
- Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya akseptor...
- Faktor-faktor rendahnya kunjungan balita di posyandu
- Faktor-faktor rendahnya cakupan kunjungan ibu hami...
- Karakteristik suami dengan ibu menyusui dalam pemb...
- Atasi Obesitas dengan Bedah lambung (Bypass lambung)
- Askep Hepatoma; Kanker Hati Primer
- Askep Hemoroid
- Askep Chronic Kidney Disease; Gagal Ginjal Kronik
- Askep Fraktur Os Mandibularis
- Askep Endokarditis
- Askep Cholelithiasis; Batu Empedu
- Askep Cidera Kepala
- Askep Asma
- Askep Inkontinensia Urine
- Illeostomi
- Jangan Takut dengan Makanan Berkalori
- Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Risiko Pers...
- Hubungan Antara Persalinan Seksio Sesarea Dengan K...
- Tinjauan pelaksanaan kegiatan pondok sayang ibu (P...
- Penatalaksanaan pencegahan infeksi nifas di ruang ...
- Bencana
- Askep Katarak
- Rokok Aman dan Irit (menurut penelitian)
- Sulit Menjadi Orang Yang Tertib
- Anemia Karena Kelainan Pada Sel Darah Merah
- Askep Sindrom Stevens Johnson
- Askep Penyakit Jantung Rematik
- Askep Sistemic Lupus Erythematosus
- Teknik Relaksasi dan Akupunktur
- 01/02 - 01/09 (121)
-
2010
(2535)
- 12/26 - 01/02 (156)
- 12/19 - 12/26 (65)
- 12/12 - 12/19 (73)
- 12/05 - 12/12 (84)
- 11/28 - 12/05 (80)
- 11/21 - 11/28 (68)
- 11/14 - 11/21 (63)
- 11/07 - 11/14 (50)
- 10/31 - 11/07 (50)
- 10/24 - 10/31 (36)
- 10/17 - 10/24 (58)
- 10/10 - 10/17 (35)
- 10/03 - 10/10 (31)
- 09/26 - 10/03 (21)
- 09/19 - 09/26 (26)
- 09/12 - 09/19 (55)
- 09/05 - 09/12 (65)
- 08/29 - 09/05 (33)
- 08/22 - 08/29 (70)
- 08/15 - 08/22 (45)
- 08/08 - 08/15 (35)
- 08/01 - 08/08 (37)
- 07/25 - 08/01 (27)
- 07/18 - 07/25 (19)
- 07/11 - 07/18 (30)
- 07/04 - 07/11 (56)
- 06/27 - 07/04 (28)
- 06/20 - 06/27 (22)
- 06/13 - 06/20 (30)
- 06/06 - 06/13 (21)
- 05/30 - 06/06 (5)
- 05/16 - 05/23 (6)
- 05/09 - 05/16 (29)
- 05/02 - 05/09 (59)
- 04/25 - 05/02 (28)
- 04/18 - 04/25 (38)
- 04/11 - 04/18 (70)
- 04/04 - 04/11 (59)
- 03/28 - 04/04 (65)
- 03/21 - 03/28 (89)
- 03/14 - 03/21 (218)
- 03/07 - 03/14 (95)
- 02/28 - 03/07 (135)
- 02/21 - 02/28 (102)
- 01/03 - 01/10 (68)
-
2009
(1652)
- 12/27 - 01/03 (36)
- 12/20 - 12/27 (22)
- 12/13 - 12/20 (100)
- 12/06 - 12/13 (45)
- 11/29 - 12/06 (24)
- 11/22 - 11/29 (22)
- 11/15 - 11/22 (19)
- 11/08 - 11/15 (28)
- 11/01 - 11/08 (11)
- 10/25 - 11/01 (17)
- 10/18 - 10/25 (38)
- 10/11 - 10/18 (33)
- 10/04 - 10/11 (15)
- 09/27 - 10/04 (21)
- 09/20 - 09/27 (7)
- 09/13 - 09/20 (84)
- 09/06 - 09/13 (35)
- 08/30 - 09/06 (48)
- 08/23 - 08/30 (118)
- 08/16 - 08/23 (26)
- 08/09 - 08/16 (34)
- 08/02 - 08/09 (35)
- 07/26 - 08/02 (31)
- 07/19 - 07/26 (14)
- 07/12 - 07/19 (16)
- 07/05 - 07/12 (28)
- 06/28 - 07/05 (26)
- 06/21 - 06/28 (76)
- 06/14 - 06/21 (26)
- 06/07 - 06/14 (21)
- 05/31 - 06/07 (43)
- 05/24 - 05/31 (38)
- 05/17 - 05/24 (26)
- 05/10 - 05/17 (52)
- 05/03 - 05/10 (15)
- 04/26 - 05/03 (38)
- 04/19 - 04/26 (32)
- 04/12 - 04/19 (22)
- 04/05 - 04/12 (20)
- 03/29 - 04/05 (40)
- 03/22 - 03/29 (43)
- 03/15 - 03/22 (18)
- 03/08 - 03/15 (14)
- 03/01 - 03/08 (22)
- 02/22 - 03/01 (12)
- 02/15 - 02/22 (9)
- 02/08 - 02/15 (11)
- 02/01 - 02/08 (19)
- 01/25 - 02/01 (37)
- 01/18 - 01/25 (21)
- 01/11 - 01/18 (33)
- 01/04 - 01/11 (31)
-
2008
(700)
- 12/28 - 01/04 (13)
- 12/21 - 12/28 (9)
- 12/14 - 12/21 (57)
- 12/07 - 12/14 (5)
- 11/30 - 12/07 (18)
- 11/23 - 11/30 (33)
- 11/16 - 11/23 (31)
- 11/09 - 11/16 (23)
- 11/02 - 11/09 (18)
- 10/26 - 11/02 (11)
- 10/19 - 10/26 (15)
- 10/12 - 10/19 (13)
- 10/05 - 10/12 (25)
- 09/28 - 10/05 (2)
- 09/21 - 09/28 (14)
- 09/14 - 09/21 (19)
- 09/07 - 09/14 (43)
- 08/31 - 09/07 (3)
- 08/24 - 08/31 (33)
- 08/17 - 08/24 (65)
- 08/10 - 08/17 (4)
- 08/03 - 08/10 (26)
- 07/27 - 08/03 (6)
- 07/20 - 07/27 (19)
- 07/13 - 07/20 (18)
- 07/06 - 07/13 (60)
- 06/29 - 07/06 (53)
- 06/22 - 06/29 (49)
- 06/15 - 06/22 (11)
- 06/08 - 06/15 (4)
Popular Posts
-
ASUHAN KEPERAWATAN IBU NIFAS DENGAN PERDARAHAN POST PARTUM A. PengertianPost partum / puerperium adalah masa dimana tubuh menyesuaikan, baik...
-
KTI KEBIDANAN HUBUNGAN USIA TERHADAP PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSUD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan wanita merupakan hal yang s...
-
Setelah beberapa minggu ini cari materi buat postingan baru, mendadak dapat inspirasi setelah rekan Anton Wijaya menulis di buku tamu Keper...
-
PATHWAY ASFIKSIA NEONATORUM Klik pada gambar untuk melihat pathway Download Pathway Asfiksia Neonatorum Via Ziddu Download Askep Asfiksia N...
-
DEFINISI Ikterus ialah suatu gejala yang perlu mendapat perhatian sungguh-sungguh pada neonatus. Ikterus ialah suatu diskolorasi kuning pa...
-
Metode Kalender atau Pantang Berkala (Calendar Method Or Periodic Abstinence) Pendahuluan Metode kalender atau pantang berkala merupakan met...
-
Pathway Combustio Klik Pada Gambar Untuk melihat pathway Download Pathway Combustio Via Ziddu Tag: Pathways combustio , pathways luka baka...
-
Pathway Hematemesis Melena Klik pada gambar untuk melihat pathway Download Pathway Hematemesis Melena Via Ziddu
-
PROSES KEPERAWATAN KOMUNITAS Pengertian - Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan, merencana...
-
Metode Suhu Basal Tubuh (Basal Body Temperature Method) Suhu tubuh basal adalah suhu terendah yang dicapai oleh tubuh selama istirahat atau ...
© ASUHAN KEPERAWATAN 2013 . Powered by Bootstrap , Blogger templates and RWD Testing Tool Published..Gooyaabi Templates
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Jangan Lupa Tulis Komentarnya Gan: